KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh:
Pembimbing Fakultas:
dr. Diah Krisnansari, M.Si
Pembimbing Puskesmas:
dr. Tulus Budi Purwanto
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Disusun dan diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta anugerah-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan laporan Community Health Analysis (CHA) dengan judul
“Faktor Risiko Terjadinya Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I Periode Januari-Maret
2019”. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada junjungan
nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammas SAW.
Terimakasih kami ucapkan kepada pihak kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan tugas kepada kami
sehingga kami bisa lebih memahami seluruh proses yang terjadi di
dalamnyasejak pembuatan prioritas masalah, proses pengolahan data,
hingga membuat planning ofaction kepada masyarakat.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing kami
dr.Tulus Budi Purwanto sebagai pembimbing puskesmas dan dr. Diah
Krisnansari, M.Si sebagai pembimbing fakultas yang telah membimbing
kami, memberikan saran, arahan serta masukan kepada kami. Kami juga
mengucapkan terimasih kepada segenap karyawan PuskesmasWangon
Iyang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi, arahan,
dukungan selama pembuatan laporan ini.
Laporan ini berisi faktor risiko penyakit DBD yang kami amati di
wilayah kerja PuskesmasWangon I. Kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat.
Penulis memohon maaf apabila masih terdapat banyak
kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Kami membutuhkan kritik
dan saran yang membangununtuk menjadikan laporan ini lebih baik lagi
kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................
ii
PRAKATA...................................................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................................
D. Manfaat...........................................................................................................................................
V. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..................................................................................................................
B. Populasi dan Sampel...................................................................................................................
C. Variabel Penelitian.......................................................................................................................
D. Definisi Operasional...................................................................................................................
E. Instrumen Pengambilan Data...................................................................................................
F. Rencana Analisis Data................................................................................................................
G. Waktu dan Tempat.......................................................................................................................
VI. HASIL DAN ANALISIS PENYEBAB MASALAH
A. Analisis Univariat...................................................................................................
B. Analisis Bivariat......................................................................................................
C. Skoring Metode Hanlon.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari,
nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2009). Jumlah kasus
DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat dari 0,4-1,3 juta pada
dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta, dan 3,2 juta di tahun
2015. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI disebutkan
bahwa distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga
minggu pertama 2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah suspek
DBD 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang.
Puskesmas Wangon I merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas Provinsi Jawa Tengah yang menaungi 7 desa. Kasus demam
berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas Wangon I dalam 3 bulan
pertama di tahun 2019, yakni bulan Januari hingga Maret, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan 3 bulan pertama pada thaun 2018. Jumlah
kasus DBD di wilayah kerja puskesmas Wangon I pada 3 bulan pertama 2018
sebanyak 3 kasus sedangkan kasus DBD pada 3 bulan pertama 2019 sebanyak
11 kasus. Fenomena ini menunjukkan adanya peningkatan 3 kali lipat dari
tahun sebelumnya sehingga memerlukan perhatian lebih lanjut.
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DBD meliputi
pengetahuan responden, kebiasaan tidur siang, kebiasaan memakai lotion anti
nyamuk, kebiasaan menggantung pakaian, kebiasaan menggantung pakaian,
keberadaan jentik pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer, keberaan
tutup kontainer, kejadian DBD (sumber penularan), tingkat kelembapan, dan
tingkat ketinggian.
Penanggulangan DBD dengan pengobatan saja tidak memberikan hasil.
Pengendalian faktor risiko penting karena memiliki pengaruhbesar terhadap
penularan DBD. Informasi mengenai faktor risiko DBD di wilayah kerja
puskesmas Wangon I perlu diketahui sebagai upaya dalam menekan
peningkatan kasus DBD.Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik
untuk mengambil judul penelitian tentang Faktor-faktor Risiko terhadap
Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas
Wangon I Kabupaten Banyumas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor risiko terjadinya peningkatan kasus demam berdarah
dengue diwilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas?
2. Apa faktor risiko paling dominan dalam peningkatan kasus demam
berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten
Banyumas?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah peningkatan kasus demam
berdarah dengue diwilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten
Banyumas?
4. Bagaimana intervensi yang sesuai terhadap penyebab masalah
peningkatan kasus demam berdarah dengue untuk mengatasi masalah
kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan Penelitian
1. TujuanUmum
a. Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) di
wilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas.
2. TujuanKhusus
a. Mengetahui faktor risiko terjadinya peningkatan kasus demam berdarah
dengue diwilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas.
b. Mengetahui faktor risiko yang paling dominan dalam peningkatan kasus
demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Wangon I
Kabupaten Banyumas.
c. Mencari alternatif pemecahan masalah peningkatan kasus demam
berdarah dengue diwilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten
Banyumas.
d. Melakukanintervensiterhadappenyebabmasalahpeningkatan kasus
demam berdarah dengue untuk mengatasi masalah kesehatan diwilayah
kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas.
D. Manfaat Penelitian
1. ManfaatTeoritis
a. Menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan lingkungan, khususnya
pada penyakit demam berdarah dengue.
b. Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas
Wangon I Kabupaten Banyumas.
2. ManfaatPraktis
a. Bagimahasiswa
Menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Wangon I Kabupaten Banyumas.
b. Bagi masyarakatdesa
Memberikan informasi kesehatan (promotif, preventif, dan
rehabilitatif)kepadamasyarakatuntukpenelitiankhususnyaberkaitan
dengan demam berdarah dengue.
c. Bagi instansiterkait
Membantu program enam dasar pelayanan kesehatan puskesmas
berkaitan dengan promosi kesehatan terutama masalah demam berdarah
dengue sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
menentukan kebijakan yang harus diambil untuk menyelesaikan masalah.
d. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas JenderalSoedirman
Untuk menambah bahan referensi yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam penelitian selanjutnya.
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas Wangon I adalah salah satu bagian dari wilayah kabupaten
Banyumas, dengan luas wilayah kerja kurang lebih 40 km 2. Wilayah kerja
Puskesmas Wangon I terdiri atas 7 desa, dengan desa yang memiliki
wilayah paling luas yaitu Randegan dengan luas 10,4 km2, dan yang
tersempit adalah Banteran dengan luas 2,5 km2.
Gambar 2.1 Peta Desa Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I
Batas Wilayah Puskesmas Wangon I:
a. Utara : Wilayah Puskesmas II Wangon
b. Selatan : Wilayah Kabupaten Cilacap
c. Timur : Wilayah Puskesmas Jatilawang
d. Barat : Wilayah Puskesmas Lumbir.
Luas lapangan lahan di wilayah Puskesmas Wangon I dirinci
sebagai berikut:
a.Tanah Sawah : 8.625,00 Ha
b.Tanah Pekarangan : 57,16 Ha
c.Tanah tegalan : 1.889,79 Ha
d.Tanah Hutan Negara : 209,00 Ha
e.Tanah Perkebunan Rakyat : 85,00 Ha
f. Lain-lain : 241,00 Ha
2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk Wilayah Puskesmas Wangon I
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
go
n
in
g on an ng ga
n
ga
n
n ad Ku
l er e e e
a an
t ah d d
W ag ng B w ga n
a p i R a n Ra
Kl ad Pe
p ag
a
Kl
2015 2016 2017 2018
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk Cakupan Wilayah Puskesmas 1 Wangon
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
go
n
i ng l on ra
n
e ng ga
n
ga
n
an ad Ku nte ah e e
W ag g a w ad nd
a p in B R a ng Ra
Kl ad Pe
p ag
a
Kl
2015 2016 2017 2018
Laki-Laki Perempuan
Wangon 5523 5345
Klapagading 5870 5796
Klapagading Kulon 5987 5912
Banteran 2774 2750
Rawaheng 3036 2943
Pengadegan 3375 3360
Randegan 3959 3884
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
go
n ng on an ng ga
n
ga
n
ad
i
Ku
l er e
an an
t ah de d e
W ag in
g B w ga n
p R a n Ra
Kl
a ad Pe
p ag La ki -Laki
a
Kl
d. Kelompok Usia
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I
3000
2500
2000
1500
1000
500
Laki-Laki Perempuan
Laki-Laki Perempuan
0-4 2183 2007
5-9. 2483 2286
10-14. 2476 2224
15-19 2302 2289
20-24 2392 2285
25-29 2263 2272
30-34 2166 2039
35-39 2297 2360
40-44 2188 2199
45-49 2186 2383
50-54 1960 2057
55-59 1705 1707
60-64 1307 1265
65-69 1020 895
70-74 640 694
75+ 956 628
0
2016 2017 2018
0.8
0.6 AKI
0.4
0.2
0 0
0
2016 2017 2018
c. Penyakit HIV/AIDS
Prevalensi HIV
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2016 2017 2018
Gambar 3.5 Prevalensi HIV di Wilayah Kerja Puskesmas 1
Gambar 3.6 Angka Kasus Diare yang Ditangani pada semua umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I
e. Penyakit Kusta
Berdasarkan data di puskesmas Wangon I tidak ada kasus kusta
selama tahun 2018.
f. Hepatitis B
Angka Kasus Hepatitis B
14
12
10 Angka Kasus
8 Hepatitis B
6
4
2
0
2016 2017 2018
Gambar 3.7 Kasus Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I
60
50
40
30
20
10
0
2016 2017 2018
Gambar 3.8 Jumlah Kasus DB dan Angka Kematian
di Wilayah kerja puskesma Wangon I
10
0
2016 2017 2018
Gambar 3.11 Persentase IVA positif dan tumor/benjolan di wilayah
kerja puskesmas Wangon I
0,8
0,7 0,76
0,6 0,6
0,5
0,4
0,3
0,2 0,2
0,1
Gambar 2.14 Angka Kasus Balita Bawah Garis Merah di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I
Berdasarkan Gambar 2.14 Angka Kasus Balita Bawah
Garis Merah di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I Tahun 2018
sebesar 0,76% meningkat dari tahun sebelumnya di Tahun 2017
yaitu 0,6%.
4 4
3,5
2,5
2 2 2
1,5
0,5
Gambar 3.9 Angka Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan di Wilayah
Kerja Puskesmas Wangon I
10
0
2016 2017 2018
8 8,3
7 7,3
6 6,6
5.
Gambar 3.11 Angka Kasus BBLR di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I
2. Kriteria B
Kegawatan (Severity):(Paling cepat mengakibatkan kematiaan)
Skor :
2 = Tidak gawat(None)
4 = Kurang gawat (Minimal)
6 = Cukup gawat (Moderate)
8 = Gawat (Severe)
10 = Sangat gawat (Very Severe)
Nila
No Nama Penyakit Keparahan Urgensi Biaya i
1 Typhoid 6 4 6 5.3
2 Dyspepsia 4 4 6 4.7
3 DBD 8 10 6 8
4 Gastroenteritis 6 4 6 5.3
5 Fever 4 6 6 5.3
6 Viral Infection 4 4 4 4
7 Kejang demam 6 6 6 6
8 Bronkitis 4 4 6 4.7
9 Anemia 6 6 4 5.3
10 Hipertensi 6 6 6 6
3. Kriteria C
Kriteria Cmenunjukkanapakah sumber-sumber dan teknologi yang
tersedia mampumenyelesaikanmasalah,makinsulitdalampenanggulangan, skor
yang diberikan makin kecil.
Skor :
0 = Ineffective
2= Relative Ineffective
4= Moderate Effective
6= Effective
8= Relative Effective
10 = Very Effetive
Tabel 3.4Nilai Kriteria C metode Hanlon Kuantitatif
No Nama Penyakit Kriteria C
1 Typhoid 6
2 Dyspepsia 4
3 DBD 6
4 Gastroenteritis 6
5 Fever 6
6 Viral Infection 6
7 Kejang demam 4
8 Bronkitis 6
9 Anemia 4
10 Hipertensi 4
4. D (Faktor PEARL)
Kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
tidaknya suatu program dilaksanakan. Faktor – faktor tersebut adalah:
Propiety : Kesesuaian (1/0)
Economic : Ekonomi murah (1/0)
Acceptability : Dapat diterima (1/0)
Resources availability : Tersedianya sumber daya (1/0)
Legality : Legalitas Terjamin (1/0)
Tabel 3.5 Nilai Kriteria D metode Hanlon Kuantitatif
Hasil
No Nama Penyakit P E A R L
Perkalian
1 Typhoid 1 1 1 1 1 1
2 Dyspepsia 1 1 1 1 1 1
3 DBD 1 1 1 1 1 1
4 Gastroenteritis 1 1 1 1 1 1
5 Fever 1 1 1 1 1 1
6 Viral Infection 1 1 1 1 1 1
7 Kejang demam 1 1 1 1 1 1
8 Bronkitis 1 1 1 1 1 1
9 Anemia 1 1 1 1 1 1
10 Hipertensi 1 1 1 1 1 1
5. Penetapan Nilai
Setelah kriteria kriteria A, B, C dan D didapatkan kemudian
nilaitersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A + B) C
Nilai Prioritas Total (NPT) = (A + B) C x D
Tabel 3.6Nilai Prioritas Dasar (NPD) dan Nilai Prioritas Total (NPT)
No Nama Penyakit A B C NPD D NPT Prioritas
1 Typhoid 4 5.3 6 55.8 1 55.8 2
2 Dyspepsia 2 4.7 4 26.8 1 26.8 10
3 DBD 2 8 6 60 1 60 1
4 Gastroenteritis 2 5.3 6 43.8 1 43.8 3
5 Fever 2 5.3 6 43.8 1 43.8 4
6 Viral Infection 2 4 6 36 1 36 6
7 Kejang demam 2 6 4 32 1 32 7
8 Bronkitis 2 4.7 6 40.2 1 40.2 5
9 Anemia 2 5.3 4 29.2 1 29.2 9
10 Hipertensi 2 6 4 32 1 32 8
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Hanlon kuantitatif urutan
prioritas masalahnya adalah sebagai berikut :
1. DBD
2. Typhoid
3. Gastroenteritis
4. Fever
5. Bronkitis
6. Viral Infection
7. Kejang demam
8. Hipertensi
9. Anemia
10. Dispepsia
A. Definisi DBD
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari,
nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2009).
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan
manifestasi DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang
akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa
gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja
yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian
(Kemenkes RI, 2013).
B. Epidemiologi
Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat
dari 0,4-1,3 juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta
dan 3,2 juta di tahun 2015. Berdasarkan pemodelan matematika, kejadian
tahunan dunia diperkirakan sekitar 50.000.000 – 100.000.000 gejala kasus
dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Asia, diikuti oleh Amerika Latin
dan Afrika, dengan kemungkinan kasus terbanyak sekitar 25% yaitu infeksi
virus dengue. Pada tahun 2013 virus dengue diperkirakan mencapai sekitar
3,2 juta kasus hebat dan 9000 kematian, mayoritas terjadi di negara-negara
berpenghasilan menengah bawah dan untuk 1,1 juta ketidakmampuan
mencapai usia hidup (DALY) di seluruh dunia. Penularan virus dengue dari
primata non manusia terhadap manusia tampaknya langka. Penyebaran vektor
berikutnya yaitu urbanisasi dan menurunnya upaya pengendalian vektor
sudah berkontribusi sebagian terhadap peningkatan kejadian infeksi virus
dengue. Virus dengue tidak hanya di lingkungan perkotaan saja tetapi kini
ditemukan dari daerah pedesaan juga. Selain itu faktor-faktor
sepertipertumbuhan penduduk, globalisasi dan traveling, serta perubahan
iklim dapat mempengaruhi peningkatan penularan virus dengue tersebut
(WHO, 2016).
C. Etiologi
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang
merupakan famili flaviviridae dan genus flavivirus. Virus ini mempunyai
single stranded RNA dengan ukuran kecil (50 nm). Terdapat 4 serotip virus
dengue, yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3 and DENV-4. Keempat serotip ini
berbeda dalam urutan nukleotida namun saling berkaitan secara serologi satu
sama lain. Genome virus ini tersusun atas 3 gen protein struktural yang
mengkode nucleocapsid of core protein, protein membran (M), amplop protein
(E), 7 protein non-struktural (NS) yakni NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A,
NS4B andNS5. Protein NS1 diketahu berinteraksi dengan sistem imun host
dengan cara memicu respon sel T. Pasien dengan infksi virus dengue juga bisa
dideteksi dengan mengukur level NS1 dalam darah yang digunakan sebagai
petanda diagnosis terhadap infeksi virus dengue. Virus dengue ditransmisikan
dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui gigitan nyamuk betina Aedes
(Ae). Aedes aegyptii merupakan vektor utama. Spesies lain seperti Ae.
Albopictus, Ae. Polynesiensis dan Ae. Niveus merupakan vektor sekunder dari
virus dengue (WHO, 2015).
D. Faktor Risiko DBD
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina
seseorang. Jika kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk
terkena penyakit DBD. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya
tahan cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit,
atau virus seperti penyakit DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk
meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Pada
musim itu terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan virus dengue penyebab DBD. Hal ini menjadi
kesempatan jentik nyamuk berkembangbiak menjadi lebih banyak.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh
manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan
pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal,
lingkungan sekolah, atau tempat bekerja.
Faktor yang memudahkan seseorang menderita DBD dapat
dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti
di tempat penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan
pada nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini dikarenakan
tempat penampungan air masyarakat indonesia umumnya lembab,
kurang sinar matahai dan sanitasi atau kebersihannya (Satari dan
Meiliasari, 2004).
Menurut Suroso dan Umar (Tanpa tahun), nyamuk lebih
menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden,
kelambu dan baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di
balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena
nyamuk Aedesaegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat
gelap dan kainyang tergantung untuk berkembangbiak, sehingga
nyamuk berpotensi untuk bisa mengigit manusia (Yatim 2007).
Menurut Hadinegoro et al (2001), semakin mudah nyamuk
Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan
penyakit DBD menyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis, peningkatan sarana transportasi.
Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada peranan faktor
lingkungan dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:
a. Keberadaan jentik pada kontainer
Keberadaan jentik pada container dapat dilihat dari letak,
macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta
asal air yang tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi
nyamuk Aedes betina untuk menentukan pilihan tempat
bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam
kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer
akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat
populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes,
maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan
waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit
DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa
penyuluhan kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit
DBD antara lain dengan cara menguras, menutup, dan mengubur
(3M) sangat tepat dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam
pelaksanaannya.
b. Kepadatan vektor
Kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan
menggunakan parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas Kesehatan
Kota. Hal ini nampak peran kepadatan vektor nyamuk Aedes
terhadap daerah yang terjadi kasus KLB. Sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang
menyatakan bahwa semakin tinggi angka kepadatan vektor akan
meningkatkan risiko penularan.
c. Tingkat pengetahuan DBD
Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti,
dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terutama
indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek tertentu yang
menarik perhatian terhadap suatu objek.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan
respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang
belum terwujud (overt behavior). Pengetahuan itu sendiri di
pengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana pengetahuan kesehatan
akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah
(intermediate impact) dari pendidikan kesehatan, selanjutnya
perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator
kesehatan masyarakat sebagai keluaran dari pendidikan.
Komplemen
Anafilatoksin (C3a, C5a) Histamin dalam urin meningkat
Kejadian Kebiasaanmem
DBD akai lotion Ketinggian
antinyamuk
Keberadaan Kebiasaan Keberadaanm Kebiasaant Pengetahun
Frekuensi
jentik pada menggantung eutupkontaine idursiang
pengurasan responden
kontainer pakaian r
kontainer
Tidak
tentang
nyamuk Aedes memahami
bertelur pencegahan
DBD
Kejadian
kepadatan vektor
nyamuk Aedes↑ DBD
Penyebaran
virus ↑
I. Kerangka Konsep
Demam
1. Kejadian DBD Berdarah
Dengue (DBD)
(sumberpenularan)
2. Pengetahuan responden
Gambar 4.2 Kerangka Teori Penelitian
3. Kebiasaan tidur siang
4. Kebiasaan memakai
lotion anti nyamuk Kejadian
5. Kebiasaan menggantung DBD
pakaian
6. Keberadaan jentik pada
kontainer
7. Frekuensi pengurasan
kontainer
8. Keberaan tutup kontainer
Gambar 4.3 Kerangka Konsep Penelitian
9. Ketinggian
J. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara kejadian DBD (adanya sumber penularan)
dengan terjadinya peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerja
Puskesmas Wangon I periode Januari-Maret 2019.
2. Terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan terjadinya
peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I
periode Januari-Maret 2019.
3. Terdapat hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan terjadinya
peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I
periode Januari-Maret 2019.
4. Terdapat hubungan antara kebiasaan memakai lotion anti nyamuk
dengan pengetahun respondedengan terjadinya peningkatan jumlah
kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I periode Januari-
Maret 2019.
5. Terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan
pengetahun respondedengan terjadinya peningkatan jumlah kasus DBD
di wilayah kerja Puskesmas Wangon I periode Januari-Maret 2019.
6. Terdapat hubungan antarakeberadaan jentik pada kontainer
denganterjadinya peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerja
Puskesmas Wangon I periode Januari-Maret 2019.
7. Terdapat hubungan antara frekuensi pengurasan kontainerdengan
terjadinya peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas
Wangon I periode Januari-Maret 2019.
8. Terdapat hubungan antara keberadaan tutup kontainerdengan terjadinya
peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I
periode Januari-Maret 2019.
9. Terdapat hubungan antara ketinggian wilayah dengan terjadinya
peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I
periode Januari-Maret 2019.
V. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakaan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan case controlstudy,yaitu untuk melihat faktor risiko DBD dengan
peningkatan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas 1 Wangon.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Wangon I
b. Populasi terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Wangon I yang terdiagnosis DBD oleh
puskesmas Wangon I dalam periode Januari-Maret 2019.
2. Sampel
Pengambilan subjek dilakukan dengan teknik non probability sampling
dengan metode total sampling. Menurut Arikunto (2006:120) total sampling
adalah pengambilan sampel yang sama dengan jumlah populasi yang ada.
Total sampling pada penelitian ini sebanyak 11 orang.
a. Kriteria inklusi kasus
- Responden merupakan pasien yang terdiagnosis DBD oleh
puskesmas Wangon Idanberdomisili di wilayah kerja Pukesmas
Wangon I.
- Bersedia menjadi responden penelitian
b. Kriteria inklusi kontrol
- Masyarakat yang berdomisili di wilayah Puskesmas Wangon I.
- Masyarakat yang bukan penderita DBD dalam kurun waktu 3 bulan
terakhir dan merupakan tetangga terdekat kasus DBD di wilayah
kerja Puskesmas Wangon I.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian DBD di antaranya pengetahuan responden,
kebiasaan tidur siang, kebiasaan menggunakan lotion anti nyamuk,
kebiasaan menggantung pakaian, keberadaan jentik pada kontainer,
ketersedian tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer, Kejadian
DBD (sumber penularan), tingkat kelembapan, tingkat ketinggian.
2. Variabel Terikat
Variabelterikatpadapenelitianiniadalahkejadian DBD di wilayah kerja
puskesma Wangon I.
D. Definisi Operasional
Variabel Keterangan Skala
Kejadian DBD Keadaan dimana responden Nominal
(sumber penularan) pernah terkena penyakit DBD
yang ada di Wilayah Puseksmas
Wangon I.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang
terdapat dalam hipotesis penelitian. Uji statistik yang digunakan
adalah chi square.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat (regresi logistik) dilakukan untuk
menentukan kekuatan faktor risiko masing-masing variabel
terhadap kejadian DBD.
A. Hasil
1. Gambaran Umum Waktu dan Lokasi Penelitiaan
Data penelitian diperoleh selama dua hari yaitu pada hari Senin 15
April 2019. Pengambilan data dilakukan di 5 Desa Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon I yaitu Desa Klapagading Kulon, Klapagading
Wetan, Randegan, Rawaheng, dan Pangadegan. Jumlah sampel minimal
yang diperlukan berdasarkan total sampling adalah sebesar 22 sampel.
Sampel dibagi menjadi 11 sampel kasus dan 11 sampel kontrol. Data
penelitian diambil dengan cara homevisit yaitu dengan mengunjungi
rumah responden yang dituju.
2. Analisis Univariat
Karakteristik responden pada penelitian ini terdapat 22 sampel yang
terbagi menjadi 11 kasus dan 11 kontrol.
Tabel 6.1 Karakteristik Responden Menurut Usia , Jenis Kelamin dan
Pendidikan.
Karakteristik Frekuensi Persen (%)
Usia
0-20 tahun 8 36,4
21-40 tahun 4 18,2
41-60 tahun 10 45,5
Jumlah 22 100
Jenis Kelamin
Perempuan 12 54,5
Laki-laki 10 45,5
Jumlah 22 100
Pendidikan
Rendah 7 31,8
Tinggi 15 68,2
Jumlah 22 100
a. Usia Responden
Berdasarkan tabel 6.1 usia responden yang menjadi kasus dan
kontrol terbanyak usia 41-60 tahun sebanyak 45,5% , diikuti usia 0-
20 tahun sebanyak 36,4%, dan terendah usia 21-40 tahun sebanyak
18,2%
Riwayat DBD
Nilai α Nilai p
Ya tidak Total
DBD Ya 6 5 11
Tidak 3 8 11 0.05 0.387
Total 9 13 22
Pengetahuan
Responden Nilai α Nilai p
rendah Tinggi Total
DBD Ya 4 7 11
Tidak 5 6 11 0.05 1.000
Total 9 13 22
Kebiasaan Menggantung
Pakaian Nilai α Nilai p
Ya Tidak Total
DBD Ya 9 2 11
tidak 5 6 11 0.05 0.183
Total 14 8 22
Frekuensi pengurasan
kontainer Nilai α Nilai p
Tidak Ya Total
DBD Ya 7 4 11
Tidak 3 8 11 0.05 0.087
Total 10 12 22
Ketinggian
Nilai α Nilai p
Rendah Tinggi Total
DBD ya 7 4 11
tidak 7 4 11 0.05 1.000
Total 14 8 22
Pada tabel 6.6 menunjukkan bahwa hasil bivariat dengan Fisher Test
antara variabel ketinggian dengan kejadian DBD menunjukkan tidak
bermakna secara statistik (diperoleh nilai p = 1.000 ; p > 0,05),
sehingga faktor frekuensi pengurasan kontainer tidak berhubungan
dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
Hasil penelitian ini sebanyak 63,6 % bertempat tinggal di daerah
rendah dan 36,4 % bertempat tinggal di daerah tinggi. Hasil uji statistik
Chi-Square menujukan bahwa p=0,1 (p<0,05) Ho diterima ,artinya
tidak terdapat hubungan antara ketinggian daerah dengan DBD.
Kondisi lingkungan erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Virus membutuhkan tempat dengan kondisi yang sesuai agar
biasbertahan hidup dan menginfeksi pada host. Lingkungan fisik
maupun non fisik memiliki sejumlah karakteristik tertentu yang dapat
mempenharuhi kondisi perkembangan suatu penyakit. (Adi,2014)
Pengaruh variasi ketinggian berpengaruh terhadap starat-syarat
ekologis yang diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia nyamuk
Aedes aegpty dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1000 meter
diatas permukaan laut. Semakin tinggi tempat maka suhu semakin
rendah, kondisi ini menyebabkan perkembangn nyamuk Aedes aegypty
semakin lambat sehingga penularan virus semakin lambat sehingga
penularan virus semakin kecil. Menurut Hidayati,dkk (2012) pada
tempat dengan elevasi lebih dari 1150 mdpl peluang nyamuk
menularkan virus dangat kecil dan pada tempat dengan elevasi lebih
dari 1400 mdpl nyamuk tidak berkembang biak.
Sejalan dengan penelitian Adi dkk (2015) yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara ketinggian daerah dengan kasus
demam berdarah.
4. Analisis Multivariat
Pada penelitian ini menggunakan analisis multivariatdengan uji
regresi logistik di mana variabel terikatnya berupa variabel kategorik.
Variabel yang dimasukan untuk mengikuti uji regresi adalah yang
memiliki niai p<0,25 saat uji bivariat, dan didapatkan hasil variabel
keberadaan jentik pada kontainer dan kebiasaan menutup kontainer.
Analisi didapatkan hasil pada tabel 6.4
95% C.I.OR
B. Pembahasan
Penelitian ini meneliti mengenai hubungan DBD dengan faktor resiko
DBD berupa riwayat DBD (sumber penularan), pengetahuan responden
tentang DBD, kebiasaan menggantung pakaian, frekuensi pengurasan
kontainer, kebiasaan tidur siang, kebiasaan memakai lotion anti nyamuk,
keberadaan jentik pada kontainer, keberadaan tutup kontainer, dan ketinggian
tempat tinggal responden di wilayah kerja Puskesmas Wangon I. Hipotesis
yang peneliti ajukan yaitu terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I. Responden pada
penelitian ini berjumlah 22 orang yang terbagi dalam kelompok kontrol dan
kelompok kasus. Kelompok kasus sebanyak 11 orang adalah pasien DBD
yang terdata di Puskesmas Wangon I periode bulan Januari-Maret 2019.
Kelompok kontrol sebanyak 11 orang merupakan tetangga pasien DBD
(kelompok kasus) yang telah disesuaikan karakteristiknya.
Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
antara kejadian DBD dengan keberadaan tutup kontainer (p=0.008) dan
keberadaan jentik pada kontainer (p=0.024), sedangkan tidak terdapat
hubungan yang bermakna dengan riwayat DBD (sumber penularan) (p=
0.387), pengetahuan responden tentang DBD (p=1.000), kebiasaan
menggantung pakaian (p=0.183), frekuensi pengurasan kontainer (p=0.087),
kebiasaan tidur siang (p=1.000), kebiasaan memakai lotion anti nyamuk
(p=1.000), dan ketinggian tempat tinggal responden (p=1.000).
Berikutnya ialah pembahasan mengenai faktor-faktor risiko yang tidak
berhubungan. Pertama, riwayat kejadian DBD yang dianggap menjadi sumber
penularan (p= 0.387). sumber penularan dalam hal ini karena jarak rumah
yang berdekatan. Menurut penelitian sebelumnya, kepadatan hunian
berpengaruh terhadap kejadian DBD (Lumingas et al., 2017). Kedua,
pengetahuan responden tentang DBD tidak berhubungan dengan kejadian
DBD (p=1.000). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa faktor pengetahuan mempunyai hubungan terhadap
kejadian DBD di Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009 dimana
nilai p = 0,030. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima.
Ketiga, kebiasaan menggantung pakaian tidak berhubungan dengan
kejadian DBD (p=0.183, OR=1.8, CI= 0.89-3.642). Artinya, kebiasaan
menggantung pakaian memiliki risiko 1.8 kali lebih besar untuk DBD dari
pada yang tidak menggantung pakaian. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh
Lumingas et al (2017) yang menyatakan bahw tidak ada hubungan
antarakebiasaan menggantung pakaian bekas pakai di dalam rumah dengan
kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas tanawangko.Nilai Odds Ratio
(OR) = 1,801(95% CI = 0,690-4,699) yang artinyaresponden yang memiliki
kebiasaanmenggantung pakaian bekas pakai di dalam
rumah berisiko 1,801 kali lebih besarmenderita DBD dari pada responden
yang tidakbiasa menggantung pakaian bekas pakai dalamrumah. Tetapi
karena 95% CI mencakup angka1 maka faktor risiko tersebut tidak
bermaknasecara statistik. Hasilpenelitian yang berbeda didapat
olehTsaniawati (2015) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
kebiasaanmenggantung pakaian bekas pakai dengankejadian DBD di wilayah
kerja PuskesmasCibinong Kabupaten Bogor, dimana orangyang menggantung
pakaian bekas pakai didalam rumah berisiko 25 kali lebih besarmenderita
DBD dibandingkan dengan yangtidak mengantung pakaian bekas pakai
didalam rumah.
Keempat, frekuensi pengurasan kontainer tidak berhubungan dengan
kejadian DBD (p=0.087). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya
oleh Wati (2009) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi
pengurasan kontainer dengan kejadian DBD di kelurahan Ploso dimana nilai
p = 0,027. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini bisa jadi disebabkan karena secara umum nyamuk
meletakkan telurnya pada dinding tempat penampungan air, oleh karena itu
pada waktu pengurasan atau pembersihan tempat penampungan air
dianjurkan menggosok atau menyikat dinding-dindingnya
Dari hasil analisis multivariat didapatkan hasil bahwa kebiasaan tidak
menutup kontainer menjadi faktor risiko paling berpengaruh terhadap
kejadian penyakit DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon I. Berdasarkan
hasil Uji chi square kebiasaan tidak menutup kontainer memiliki nilai
p=0,008 (p<0,05) dan juga mempunyai OR = 15,26 yang artinya risiko
terjadinya DBD pada orang yang terbiasa tidak menutup kontainer memiliki
risiko 19,05 kali lebih besar dibandingkan orang yang menutup kontainer.
Pentingnya menutup pada kontainer diperlukan untuk menekan jumlah
nyamuk yang hinggap pada kontainer, dimana kontainer tersebut menjadi
media berkembangbiaknya nyamuk Aedesaegypti. Apabila semua masyarakat
telah menyadari pentingnya penutupkontainer, diharapkan keberadaan nyamuk
dapat diberantas, namun kondisi ini tampaknya belum dilaksakanakan secara
maksimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arsin dan Wahidudin (2004) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terdapat
kejadian demam berdarah dengeu (DBD) di Kota Makasar. Hasil penelitianya
menunjukan bahwa keberadaan tutup kontainer berhubungan dengan
keberadaan vektor DBD.
BAB VII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A. Nama Kegiatan
“Semangat Berantas Jentik demi Hidup Sehat Bebas DBD”
B. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari,
nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diatesis hemoragik (Suhendro, 2009). Jumlah kasus
DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat dari 0,4-1,3 juta pada
dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta, dan 3,2 juta di tahun
2015. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI disebutkan
bahwa distribusi penyakit suspek DBD sejak minggu pertama 2018 hingga
minggu pertama 2019 tertinggi ada di Jawa Timur dengan jumlah suspek
DBD 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang, dan Jawa Barat 401 orang.
Puskesmas Wangon 1 merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas Provinsi Jawa Tengah yang menaungi 7 desa. Kasus demam
berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas Wangon 1 dalam 3 bulan
pertama di tahun 2019, yakni bulan Januari hingga Maret, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan 3 bulan pertama pada thaun 2018. Jumlah
kasus DBD di wilayah kerja puskesmas Wangon 1 pada 3 bulan pertama 2018
sebanyak 3 kasus sedangkan kasus DBD pada 3 bulan pertama 2019 sebanyak
11 kasus. Fenomena ini menunjukkan adanya peningkatan 3 kali lipat dari
tahun sebelumnya sehingga memerlukan perhatian lebih lanjut.
Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DBD meliputi
pengetahuan responden, kebiasaan tidur siang, kebiasaan memakai lotion anti
nyamuk, kebiasaan menggantung pakaian, kebiasaan menggantung pakaian,
keberadaan jentik pada kontainer, frekuensi pengurasan kontainer, keberaan
tutup kontainer, kejadian DBD (sumber penularan), tingkat kelembapan, dan
tingkat ketinggian.
Penanggulangan DBD dengan pengobatan saja tidak memberikan hasil.
Pengendalian faktor risiko penting karena memiliki pengaruhbesar terhadap
penularan DBD. Telah diketahui Informasi mengenai faktor risiko DBD di
wilayah kerja puskesmas Wangon 1. Perlu adanya tindak lanjut terhadap hasil
community health analysis (CHA) mengenai DBD di wilayah kerja
Puskesmas Wangon I. Berdasarkan penjelasan diatas dan pentingnya edukasi
pengenai pencegahan DBD secara berkala dan berkelanjutan maka kelompok
kami berencana untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada kelompok
masyarakat di desa Kelapagading yang merupakan desa dengan kasus
terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Wangon I serta melakukan
pembentukan jumantik “Semangat Berantas Jentik demi Hidup Sehat Bebas
DBD” di daerah dalam lingkup kerja Puskesmas Wangon I. Penyuluhan dan
pembentukan kader kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat sekaligus menjadi media bagi masyarakat dan
Puskesmas Wangon I dalam melakukan upaya, preventif, dan promotif
terhadap DBD.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
2. Tujuan Khusus
a. Input
1) Sosialisasi mengenai pencegahan DBD diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman tentang pencegahan dan faktor risiko
DBD kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.
2) Pembentukan jumantik sukarela diharapkan dapat meningkatkan
kepedulian serta kemampuan masyarakat dalam pemberantasan
jentik sebagai pencegahan DBD.
3) Pembentukan jumantik sukarela diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran dan motivasi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Wangon I untuk hidup bersih, sehat, dan peduli lingkungan.
b. Proses
Diharapkan masyarakat semangat dan mampu mengikuti
kegiatan penyuluhan dengan baik serta berantusias tinggi dalam
pembentukan jumantik sukarela.
c. Outcome
1) Peningkatan kualitas hidup masyarakat di wilayah kerja
puskesmas Wangon I
2) Penurunan angka kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas
Wangon I
3) Terbentuknya jumantik yang secara berkala membantu
masyarakat dalam pemberantasan jentik.
C. Bentuk dan Materi Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan dilakukan dalam bentuk Penyuluhan
mengenai DBD dan pencegahannya kemudian dilanjutkan dengan pembentukan
jumantik sukarela.
D. Sasaran
Para peserta pengajian Aisiyah di Masjid Baitul Muttaqien di Desa
Kelapagading yang berjumlah kurang lebih 40 orang.
E. Pelaksanaan
1. Personal
Penanggungjawab : dr. Tulus Budi Purwanto
Pembimbing : dr. Tulus Budi Purwanto dan dr. Diah
Krisnansari, M.Si
Pelaksana : Koas IKM Puskesmas Wangon I
2. Waktu dan Tempat
Hari : Senin
Tanggal : 15 April 2019
Waktu : 16.00 WIB s.d selesai
Tempat : Masjid Baitul Muttaqien, Desa Kelapagading, Kec.
Wangon, Banyumas
F. Rencana Anggaran
Tabel 8.1. Rencana Anggaran
No. Kebutuhan Jumlah Harga Satuan Pengeluaran
1 Doorprize 3 10.000 Rp 30.000,00
2 Print out poster 40 40.000 Rp 40.000,00
Total Rp. 70.000,00
3. Output
Kehadiran sebanyak 75% dari peserta pengajian di Masjid Baitul
Muttaqien dan kemampuan masyarakat dalam menjawab quiz yang
diberikan.
BAB IX
PELAKSANAAN DAN EVALUASI PROGRAM
A. Pelaksanaan
Kegiatan intervensi dilakukan dengan penyuluhan mengenai pentingnya
pencegahan DBD pada masyarakat desa kelapagading, kecamatana Wangon,
sebagai desa dengan kasus DBD terbanyak selama 3 bulan terakhir. Kegiatan
dilakukan dalam bentuk penyuluhan interaktif, diskusi, dan pembentukan
jumantik di ahir sesi. Pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Perizinan
Perizinan dilakukan secara lisan oleh dokter muda kepada kepala
Puskesmas Wangon I selaku pembimbing lapangan.
b. Materi
Materi yang disiapkan berupa materi penyuluhan mengenai DBD, faktor-
faktor risiko DBD serta pencegahan berupa 3M plus.
c. Sarana
Sarana yang dipersiapkan berupa materi, lembar pretest, dan posttest.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
Semangat Berantas Jentik demi Hidup Sehat Bebas DBD
b. Waktu
Hari Senin, tanggal 15 April 2019 pukul 16.00 s/d selesai
c. Tempat
Masjid Baitul Muttaqien
d. Penanggung Jawab
dr. Tulus Budi Purwanto selaku Kepala Puskesmas I Wangon, sekaligus
sebagai pembimbing lapangan
e. Pembimbing
Dr. Diah Krisnansari, M.Si selaku pembimbing fakultas.
f. Pelaksana
Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.
g. Peserta
Peserta Pengajian jamaah Aisiyah di Masjid Muttaqien
h. Penyampaian Materi
Berupa penyuluhan interaktif dan diskusi aktif
B. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu evaluasi
sumber daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut ini akan dijelaskan mengenai
hasil evaluasi masing-masing aspek.
1. Evaluasi sumber daya
Evaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 5 M yaitu man,
money,method, material, machine.
a. Man
Narasumber penyuluhan secara umum baik karena memiliki
pengetahuan yang cukup memadai terhadap materi yang disampaikan
dan berinteraksi dengan baik kepada para peserta.
b. Money
Sumber pendanaan cukup menunjang pelaksanaan kegiatan.
c. Method
Metode penyuluhan yang digunakan adalah melalui pemberian
materi secara lisan dan diskusi aktif. Evaluasi ialah berdasarkan respon
peserta saat ditanya oleh pemateri. Peserta mampu menanggapi dan
menjawab pertanyaan dari pemateri sehingga dapat dikatakan kegiatan
tersebut cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan peserta
kegiatan. Target acara ini adalah peserta paham dengan materi yg
diberikan serta dapat menerapkan ke kehidupan sehari-hari
d. Material
Materi penyuluhan baik karena dilakukan dengan pemberian materi
secara langsung, dengan bahasa lokal yang mudah dipahami, dan cara
penyampaian yang menarik.
e. Machine
Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan adalah 40 orang (100%)
sehingga target sasaran peserta dari kegiatan tersebut terpenuhi.
2. Evaluasi Proses
a. Sasaran
Sasaran peserta pada kegiatan ini telah terpenuhi yaitu sebanyak 40
peserta (100%) hadir dalam kegiatan. Jumlah tersebut telah memenuhi
target awal yang telah ditentukan yaitu minimal 75 % peserta hadir.
b. Waktu
Kegiatan dilakukan pada Senin, 15 April 2019 pukul 16.00 WIB s.d
selesai.
c. Tempat
Masjid Baitul Muttaqien
d. Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada hari Senin , 15 April 2019 pukul 16.00
WIB s.d selesai. Kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan sebelumnya. Proses kegiatan berlangsung dengan baik, semua
rangkaian kegiatan terlaksana dengan baik dan antusias peserta baik
dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta, selain itu
peserta juga aktif menjawab pernyataan yang diberikan oleh pemateri dan
menyimak saat penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan tidak hanya aktif dalam memperhatikan materi
penyuluhan, namun juga aktif bertanya sehingga tercipta suasana diskusi
yang hidup. Peserta terlihat antusias dengan adanya kegiatan ini, yang
dibuktikan dengan adanya timbal balik yang memuaskan. Bahkan peserta
antusias untuk berdiskusi mengenai topik kesehatan yang lain sehingga
diskusi semakin aktif.
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini didapatkan hasil analisis kesehatan
komunitas (Community Health Analysis) di wilayah kerja Puskesmas Wangon
I Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa DBD menjadi prioritas masalah
yang diambil.
Faktor risiko yang berhubungan signifikan secara statistik dengan
kejadian DBD di wilayah kerja Puskemas Wangon I adalah keberadaan tutup
kontainer (p=0,008) dan keberadaan jentik (0,024). Berdasarkan analisis
multivariat didapatkan faktor status keberadaan tutup kontainer yang paling
berpengaruh terhadap kejadian DBD.
Alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan untuk masalah
tersebut adalah penyuluhan mengenai DBD, faktor-faktor risiko DBD serta
pencegahan berupa 3M plus dan motivasi pembentukan jumantik oleh setiap
keluarga.
Penyuluhan berjalan lancar pada hari Senin, 15 April 2019 pukul 16.00
WIB – selesai. Berdasarkan sasaran, pesera penyuluhan sudah memenuhi
target yaitu sebanyak 100% dari jumlah anggota pengajian hadir.
B. Saran
1. Peserta pengajian diharapkan meneruskan pengetahuan yang sudah
didapatkan kepada keluarga dan masyarakat melalui kegiatan pada
masing-masing desa.
2. Masyarakat diharapkan lebih berperan aktif dalam melakukan
pencegahan DBD dengan semangat memberantas jentik secara berkala,
menerapkan perilaku bersih dan sehat, menghindari perilaku berisiko
DBD, serta tanggap dalam mengenali tanda gejala yang mengarah pada
DBD.
3. Perlu diadakannya dukungan dan pendampingan secara periodik dan
terpadu terutama oleh pengurus desa atau pihak yang berpengaruh di
desa agar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Wangon menerapkan
upaya pencegahan DBD dengan baik dan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Guerdan BR, 2010. Dengue fever/ Dengue Hemorrhagic fever. American journal
of clinical medicine. 2(7): 51-53.
Hormat Kami,
Peneliti
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Penelitian
Responden
KUESIONER PENELITIAN
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama lengkap :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Alamat : RT…. RW….
II. PERTANYAAN
A. Kejadian DBD (sumber penularan)
1. Apakah anda atau anggota keluarga atau tetangga terdekat Anda
pernah terkena penyakit DBD dalam waktu 3 bulan terakhir?
a. Pernah sakit
b. Tidak pernah sakit
B. Pengetahuan Responden Tentang DBD
Rendah : tahu <9 poin Jumlah tidak tahu :……… poin
Tinggi : tahu>= 9 poin Jumlah tahu :……… poin
1. Apakah yang Anda tahu tentang penyakit DBD?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Menurut Anda apa saja tanda-tanda penyakit DBD?
a. Tahu (tulis sesuai tanda-tanda yang disebutkan responden)
b. Tidak tahu
3. Apakah Anda tahu apa yang menjadi penyebab munculnya penyakit
DBD?
a. Tahu (virus dengue)
b. Tidak tahu
A. ANALISIS BIVARIAT
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.692 1 .193
Continuity Correctionb .752 1 .386
Likelihood Ratio 1.718 1 .190
Fisher's Exact Test .387 .193
Linear-by-Linear Association 1.615 1 .204
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 3.200 .540 18.980
Kejadian_DBD (Ya / tidak)
For cohort DBD = ya 1.733 .757 3.969
For cohort DBD = tidak .542 .196 1.501
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .188 1 .665
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .188 1 .664
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .179 1 .672
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for .686 .124 3.784
Pengetahuan_Responden
(rendah / tinggi)
For cohort DBD = ya .825 .340 2.004
For cohort DBD = tidak 1.204 .526 2.756
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .762
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 1.000 .055 18.304
Kebiasaan_Tidur_Siang (ya /
tidak)
For cohort DBD = ya 1.000 .234 4.278
For cohort DBD = tidak 1.000 .234 4.278
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .188 1 .665
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .188 1 .664
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .179 1 .672
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for .686 .124 3.784
Kebiasaan_Memakai_Lotion
_Antinyamuk (tidak / ya)
For cohort DBD = ya .825 .340 2.004
For cohort DBD = tidak 1.204 .526 2.756
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.600a 1 .010
Continuity Correctionb 4.583 1 .032
Likelihood Ratio 6.994 1 .008
Fisher's Exact Test .030 .015
Linear-by-Linear Association 6.300 1 .012
N of Valid Cases 22
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 12.000 1.581 91.084
Kebiasaan_Menggantung_P
akaian (ya / tidak)
For cohort DBD = ya 3.750 1.041 13.513
For cohort DBD = tidak .313 .112 .873
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.733a 1 .001
Continuity Correctionb 8.983 1 .003
Likelihood Ratio 13.183 1 .000
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 11.200 1 .001
N of Valid Cases 22
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 45.000 3.465 584.339
Keberadaan_Jentik_pada_k
ontainer (ya / tidak)
For cohort DBD = ya 5.400 1.499 19.459
For cohort DBD = tidak .120 .018 .784
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.071 1 .008
Continuity Correctionb 4.911 1 .027
Likelihood Ratio 7.719 1 .005
Fisher's Exact Test .024 .012
Linear-by-Linear Association 6.750 1 .009
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 17.500 1.596 191.892
Frekuensi_pengurasan_kont
ainer (tidak / ya)
For cohort DBD = ya 3.063 1.285 7.300
For cohort DBD = tidak .175 .027 1.128
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.071a 1 .008
Continuity Correctionb 4.911 1 .027
Likelihood Ratio 7.719 1 .005
Fisher's Exact Test .024 .012
Linear-by-Linear Association 6.750 1 .009
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for 17.500 1.596 191.892
Kebiasaan_Menutup_Kontai
ner (tidak / ya)
For cohort DBD = ya 3.063 1.285 7.300
For cohort DBD = tidak .175 .027 1.128
N of Valid Cases 22
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .670
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 22
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ketinggian 1.000 .176 5.682
(rendah / tinggi)
For cohort DBD = ya 1.000 .420 2.384
For cohort DBD = tidak 1.000 .420 2.384
N of Valid Cases 22
B. ANALISI MULTIVARIAT