Anda di halaman 1dari 7

III.

ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Sistem pada Program

Berdasarkan data Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Wangon I

menunjukkan jumlah penemuan kasus penderita diare di Puskesmas Wangon I

pada tahun 2018 sebanyak 870 kasus atau dengan persentase sebesar 51,57%.

Sedangkan, target pemerintah terhadap penemuan kasus diare menurut Stadar

Pelayanan Minimal (SPM) adalah 80%. Artinya, target penemuan kasus diare

di Puskesmas Wangon I belum tercapai. Dengan demikian, perlu segera

dilakukan upaya optimalisasi program P2PM diare dengan melibatkan seluruh

pihak, di antaranya bidan desa yang ada, dokter praktek swasta, serta pelibatan

seluruh masyarakat di Wilayah Puskesmas Wangon I. Untuk itu, perlu

diidentifikasi penyebab masalah. Pada bab ini akan dibahas analisis pada

program penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.

1. Input

a. Man

Pemegang program P2PM Penemuan Penderita Diare di wilayah

kerja Puskesmas Wangon I adalah seorang tenaga kesehatan yang juga

memiliki tugas pelayanan sebagai petugas rawat inap. Dokter, bidan,

dan perawat di balai pengobatan Puskesmas Wangon I secara tidak

langsung membantu melaksanakan program ini.

b. Money

Sumber anggaran kesehatan Puskesmas Wangon I berasal dari

Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), dana Operasional

31
32

Puskesmas yang berasal dari BLUD dan dana swadaya Puskesmas.

Sementara itu, menurut Juknis Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

yang dikeluarkan Kemenkes tahun 2015, BOK adalah bantuan dana

dari pemerintah melalui kementerian kesehatan dalam membantu

pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota melaksanakan

pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM)

kesehatan sehingga berfokus pada kegiatan preventif dan promotif.

Semua anggaran ini bertujuan agar semua program kesehatan di

Puskesmas Wangon I berjalan dengan lancar dan mencapai target yang

telah ditentukan, termasuk di dalamnya untuk program P2PM

Penemuan Penderita Diare.

c. Material

Puskesmas Wangon I memiliki 3 mobil ambulans yang dapat

digunakan untuk mengangkut pasien dan 2 sepeda motor yang dapat

digunakan untuk home visit atau transportasi yang menunjang program

kesehatan. Logistik dan obat berasal dari pihak dinas kesehatan

Kabupaten Banyumas dan selalu tersedia dan ada di Puskesmas

Wangon I. Puskesmas juga memiliki aula untuk melakukan kegiatan

penyuluhan.

d. Method

Penemuan kasus diare dilakukan secara pasif di dalam puskesmas

dari laporan pasien rawat jalan di balai pengobatan umum maupun

pasien rawat inap di Puskesmas Wangon I. Sementara kegiatan di luar

puskesmas berupa laporan jumlah penemuan pasien diare oleh bidan


33

desa maupun dokter praktik swasta belum secara aktif dilakukan sesuai

dengan Permenkes RI No. 82 tahun 2014 tentang Penanggulangan

Penyakit Menular.

e. Minute

Kegiatan penemuan kasus diare di puskesmas rutin setiap hari

kerja, yaitu jumlah pasien diare yang datang ke balai pengobatan

umum maupun rawat inap.

f. Market

Sasaran kegiatan program P2PM meliputi seluruh masyarakat desa

di wilayah kerja Puskesmas Wangon I.

2. Proses

a. Perencanaan (P1)

Tahap perencanaan program penemuan dan pendataan penyakit

diare dengan melakukan rapat perencanaan program yang mengacu

kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang sudah ditetapkan di

tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Rapat biasanya

dilakukan di akhir tahun. Perencanaan dalam program P2PM

penemuan penderita diare yaitu pencatatan dan pelaporan penderita

diare per bulan.

b. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)

Tim Puskesmas Wangon I khususnya pemegang program P2PM,

dokter, bidan merupakan pelaksana program tidak langsung dari

program P2PM penemuan penderita diare. Proses pelaksanaan

dilakukan dengan mencatat penderita diare yang datang ke rawat jalan


34

dan rawat inap puskesmas setiap hari melalui resep untuk rawat jalan

dan rekam medis. Pencatatan hanya dilakukan di dalam puskesmas

(pasif) dan belum diadakan di luar puskesmas (aktif).

c. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)

Pengawasan, pengendalian, dan penilaian terhadap penemuan

penderita diare dilakukan dengan mengadakan rapat setiap bulan yang

dihadiri oleh seluruh karyawan terutama pemegang program. Dalam

rapat tersebut, pemegang program akan menjelaskan capaian

sementara serta kendala yang dihadapi untuk dilakukan evaluasi serta

penyelesaian masalahnya. Namun, pada kenyataan di lapangan, proses

pengawasan, pengendalian, dan penilaian terhadap capaian belum

berjalan secara maksimal karena keterbatasan waktu.

3. Output

Cakupan penemuan penderita diare di Wilayah Puskesmas Wangon I

tahun 2018 menunjukkan angka 51,57%. Sehingga masih belum mencapai

target tahun 2018 yaitu 80%.

4. Impact

Dengan program yang lebih proaktif dari Puskesmas serta masyarakat

yang lebih aktif, diharapkan terjadi peningkatan angka penemuan dan

penanganan penderita diare di Wilayah Puskesmas Wangon I, sehingga

mencapai target SPM.

5. Outcome

Dampak program yang diharapkan adalah penurunan tingkat

morbiditas dan mortalitas akibat diare di wilayah Puskesmas Wangon I


35

B. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)

Analisis SWOT dilakukan untuk menilai kekuatan dan kelemahan dari

sumber daya yang dimiliki di puskesmas serta kesempatan dan tantangan dari

ekternal puskesmas yang dihadapi dalam pencapaian program penemuan

kasus diare di Puskesmas Wangon I. Analisis SWOT akan digunakan untuk

menetapkan tujuan dan strategi dalam upaya menyelesaikan permasalahan

yang ada.

1. Strength

a. Sumber Daya Manusia

Program P2PM penemuan penderita diare khususnya dilakukan

oleh satu orang tenaga kesehatan yang merupakan seorang perawat dan

telah berpengalaman memegang program. Puskemas I Wangon

memiliki 4 orang dokter umum, 18 orang perawat umum, serta 20

bidan yang dapat membantu mendiagnosa diare berdasarkan tanda dan

gejala diare baik di rawat jalan maupun rawat inap.

b. Pembiayaan dan sarana

Ditinjau dari sisi alokasi dana kegiatan program P2PM penemuan

penderita diare tidak ditemukan adanya masalah.

c. Sistem Pendataan

Kegiatan pendataan program penemuan penderita diare dilakukan

setiap hari di dalam Puskesmas. Kegiatan di dalam Puskesmas seperti

penemuan kasus diare dilaporkan dari pasien rawat jalan di balai

pengobatan umum dan rawat inap. Sarana yang disediakan berupa

komputer serta koneksi internet yang dinilai sudah cukup.


36

d. Manajemen Puskesmas

Adanya rapat pertemuan yang diikuti oleh seluruh karyawan

puskesmas yang dilaksanakan setiap bulan untuk membahas proram

yang telah dijalankan.

2. Weakness

a. Pemegang program P2PM Diare juga bertugas dalam pelayanan di

balai pengobatan rawat inap, sehingga kurang fokus dalam

mengerjakan pencatatan penderita diare.

b. Program penemuan penderita diare hanya dilakukan secara pasif, yatu

berdasarkan pasien yang datang ke balai pengobatan Puskesmas.

Padahal, mungkin ada beberapa orang yang tidak memeriksakan

dirinya saat menderita diare.

c. Proses pencatatan dilakukan dengan melihat resep yaitu dengan

melihat obat untuk diare sehingga validitas serta data yang dibutuhkan

selain diagnosis ( lama menderita diare ) sulit untuk diperoleh.

d. Belum ada jadwal rutin yang dibuat oleh pemegang program untuk

melakukan konseling mengenai penyakit diare. Edukasi hanya

dilakukan secara singkat saat melakukan pemeriksaan di rawat jalan

maupun rawat inap.

e. Kurangnya koordinasi antara pihak pemegang program dengan dokter

di balai pengobatan sehingga kurang maksimalnya data selain jumlah

penderita yang seharusnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan Banyumas.

f. Kurangnya motivasi dari pemegang program untuk lebih proaktif

dalam pencarian data yang lebih kredibel.


37

g. Kurangnya pengawasan dan evaluasi dari bagian manajemen

Puskemas terkait data cakupan yang belum sesuai target untuk

dilakukan perbaikan.

3. Opportunity

a. Terdapat standar pencapaian yang jelas dari Dinas Kesehatan

b. Terdapat dana operasional kesehatan dari Kabupaten Banyumas untuk

kelancaran program penemuan penderita diare.

c. Adanya kegiatan rutin di tingkat RT/RW (PKK, rapat RT, rapat RW,

pengajian) yang bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan penyuluhan

agar ketika menderita diare segera melaporkan ke fasilitas kesehatan

terdekat.

d. Adanya dokter praktik mandiri, bidan desa, serta kader kesehatan

setempat yang dapat membantu melaporkan kasus diare.

4. Threat.

a. Masyarakat masih menganggap penyakit diare merupakan penyakit

biasa dan tidak perlu penanganan khusus sehingga banyak masyarakat

desa yang tidak berobat ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat

lain dan hanya membeli obat warung atau berobat sendiri

b. Belum terjalinnya kerjasama yang baik antara masyarakat dengan

tenaga kesehatan dan kader desa terkait pencatatan penemuan

penderita diare tidak mencapai target.

c. Belum adanya kerjasama antara puskesmas dengan praktik swasta

sehingga pelaporan kasus diare hanya dilakukan di dalam Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai