Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia pada awalnya dimulai dengan proses konsepsi,

antara dua sel yang ada dalam tubuh 2 manusia yaitu sel sperma dan sel

telur, dimana sel untuk berhasil melakukan pembuahan, harus melewati

beberapa rintangan yang beresiko bagi sel sperma itu sendiri. Setelah

bertemu dengan sel telur dan membuahi sel telur, dimulailah sebuah proses

kehidupan manusia. Fakta yang saat ini masih berkembang di dalam

masyarakat adalah manusia hidup setelah dilahirkan, sehingga seringkali

orang tua akan kehilangan masa-masa terbentuknya beberapa sistem yang

sangat berpengaruh pada kehidupan janin selanjutnya. Hal ini tentu saja

berkaitan dengan periode kritis seorang anak. Periode kritis tersebut adalah

masa sebelum calon ibu hamil, masa pra lahir dan masa ketika seorang anak

itu dilahirkan.

Perkembangan anak pralahir merupakan deskripsi tentang bagaimana

perkembangan anak sejak dalam kandungan. Perkembangan diawali dengan

proses konsepsi hingga anak menjadi janin, dimana terdapat proses yang

sangat kompleks dalam perkembangan janin itu yang dapat dioptimalkan

melalui berbagai cara diantaranya stimulus-stimulus pralahir baik stimulus

visual, auditorik maupun motorik. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa


semenjak dalam kandungan janin sudah melewati proses belajar. Janin

sudah mulai bisa mendengar dengan jelas pada usia enam bulan dalam

kandungan sehingga ia dapat menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai dengan

irama nada suara ibunya.1

F. Rene van de Carr, M.D dkk telah lama melakukan penelitian tentang

pendidikan pralahir dan mereka berkesimpulan sebagai berikut:

1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang

dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut

hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual

dapat meningkatkan kemampuan bayi.

2. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan

keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.

3. Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu

mengontrol gerakan-gerakan mereka serta lebih siap menjelajahi dan

mempelajari lingkungan setelah mereka dilahirkan.

4. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan

pralahir menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada dan

bahagia.

1
Anonim, “Al-Qur’an Vs Mozart: Mana Yang Mencerdaskan Anak?”
http://jihadsabili.wordpress.com/2011/03/12/alqur%E2%80%99an-vs-mozart-mana-
yang-mencerdaskan-anak/, diakses 12 april 2014
Stimulus-stimulus yang dilakukan diyakini oleh para ahli dapat

memberikan manfaat bagi kehidupan anak selanjutnya baik dari segi

kecerdasan inteligensi, kecerdasan emosi dan cara anak bersosialisasi

dengan lingkungannya.

B. Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan defenisi perkembangan pralahir

2. Menjelaskan organ-organ reproduksi pria dan wanita

3. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan pralahir menurut Al-quran

dan ilmu pengetahuan

4. Menjelaskan teratogen dan bahaya pada perkembangan pralahir

5. Menjelaskan bagaimana perawatan kelahiran bagi ibu hamil

6. Menjelaskan bentuk-bentuk stimulus pralahir yang dilakukan pada

janin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perkembangan Pralahir

Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai sejak masa

pembuahan dan yang terus berlangsung selama masa hidup manusia. 2

Perkembangan dapat berupa perubahan dari segi kuantitatif seperti

perubahan fisik dan dari segi kualitatif seperti perubahan proses mental.

Sehingga perkembangan tidak hanya mencakup pertumbuhan saja tetapi

juga regresi yang akan dialami pada masa tua. Perkembangan secara

terminologi juga dikemukakan oleh Ahmadi dan Sholeh, bahwa

perkembangan adalah menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses

menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. 3 Perkembangan seorang

akan melalui beberapa masa kritis. Masa kritis pertama adalah masa

sebelum konsepsi, kemudian masa perkembangan anak saat pralahir dan

masa setelah anak dilahirkan sampai dengan usia 8 tahun.

Masa sebelum konsepsi dikenal oleh masyarakat sebagai masa

bertunangan antara kedua pasangan yang akan menjadi orangtua bagi anak.

Hal yang sangat penting untuk dilakukan pada masa ini adalah melakukan

konsultasi kepada dokter ahli untuk mengetahui apakah pasangan yang akan
2
John W. Santrock, Life Span Development, Edisi Tiga Belas, Jilid 1(Jakarta:
Erlangga, 2012), h. 6
3
Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Rhineka
Cipta, 2005), h. 1
melakukan perkawinan tersebut mengidap penyakit turunan yang akan

diwariskan kepada anak- anaknya kelak. Penyakit turunan yang teradapat

dalam gen orang tua antara lain; Anemia, gangguan penulangan rawan

tulang-tulang panjang (Achondroplasia). 4

Dalam pembahasan ini yang dimaksud perkembangan pralahir adalah

suatu proses yang menunjukan masa perkembangan janin dari dimulai

dengan dan diakhiri dengan kelahiran 5, atau yang lebih dikenal sebagai

masa dimana manusia yang sedang tumbuh berkembang memperoleh

berbagai struktur fisik yang kompleks. Oleh karena itu perlu mendapatkan

perhatian yang optimal dan berpengaruh bagi kehidupan janin selanjutnya.

Perkembangan pralahir melalui dua masa yaitu masa kritis pertama dan

masa kritis kedua. Tahap kritis pertama (masa sebelum konsepsi) yang perlu

diperhatikan bagi calon ibu yang akan mengandung adalah kebugaran fisik

dan psikis, kesehatan organ reproduksi, gizi bagus dan lengkap, siap mental

dan emosi, siap ekonomi, dan penerimaan sosial. Memasuki masa kritis

kedua (masa kehamilan 0-9 bulan) yang harus diperhatikan oleh calon ibu

adalah bugar baik fisik dan psikis, kesehatan reproduksi, gizi yang bagus dan

lengkap, siap mental dan emosi, siap menerima kehadiran bayi, siap menjadi

ibu, dengan ante natal care.6

4
Ali Ahmad Madkour, dkk, Anakku Dengan Cinta Ibu Mendidikmu. (Jakarta:Ailah,
2005), h. 175
5
John Santrock, Op.cit.,h.91
6
Myrnawati Crie Handini, Bahan Ajar Perkembangan Anak, 2014.
B. Organ reproduksi

Perkembangan yang diawali dengan masa pembuahan memerlukan

kesiapan dari pasangan terutama dari segi fisik, yaitu kesehatan organ

reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting,

karena menyangkut keselamatan ibu dan bayi yang ada di dalam rahim. 7

Oleh karena itu perlu diketahui apa saja organ reproduksi pria dan

wanita.Masing-masng terdiri dari organ reproduksi bagian luar yang dapat

dilihat secara langsung, dan bagian dalam dengan menggunakan alat.

1. Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi luar wanita memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan

masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin

dalam dari organisme penyebab infeksi. Reproduksi luar wanita memiliki

lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme

penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan.

Mikroorganisme ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual.

a) Organ reproduksi bagian luar (Vulva), alat ini adalah bagian yang bisa

terlihat dari luar tanpa bantuan apapun, alat ini terdiri atas: 8

 Mons Pubis, ialah bagian muka yang ditumbuhi banyak rambut.

Rambut ini tumbuh setelah wanita mendapat menstruasi

pertama kali dan bermanfaat sebagai pelindung awal awal alat


7
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), h. 125
8
Nadjibah Yahya, Kesehatan Reproduksi Pranikah, (Solo: Metagraf, 2011), hh. 12-13
reproduksi wanita dari kontak luar.

 Labium Mayora (Bibir Besar), merupakan lipatan kulit yang

tebal, pada keadaan biasa selalu menutup dan merapat serta

hanya membentuk sebuah celah. Organ ini ditumbuhi rambut

juga dan bermanfaat sebagai pelindung.

 Labium Minora (Bibir Kecil), merupakan lipatan kecil disebelah

dalam, berwarna kemerahan dan selalu basah. Banyak

mengandung akhiran saraf sensibel yang penting sebagai

pembangkit rangsang saraf seksual.

 Klitoris (Kelentit), identik dengan penis laki-laki. Organ ini

mengandung alat erektil yng dapat menegang karena banyk

mengandung akhiran saraf, jika menegangrangsangan pada

daerah ini akan menimbulkan orgasme pada wanita.

 Enam Lubang yang bermuara ke vulva (lubang uretra, 2 buah

kelenjar parauretralis, 2 kelenjar batholini, dan vagina). Uretra

adalah lubang tempat keluarnya air seni, sedangkan kelenjar

bartholini bertugas membasahi daerah ini selama rangsangan

seksual.

 Himen (Selaput Dara), ialah suatu selaput yang menutupi pintu

masuk vagina. Kekuatan himen pada setiap wanita bervariasi,

karena itu pada saat pertama kali melakukan hubungan


seksual, himen bisa robek atau bisa juga tidak.

b) Organ reproduksi bagian dalam membentuk sebuah jalur yang terdiri

dari:

a. Ovarium (indung telur), menghasilkan sel telur

b. Tuba falopii (ovidak), tempat berlangsungnya pembuahan.

c. Rahim (uterus), tempat berkembangnya embrio menjadi janin

d. Vagina,merupakan jalanl ahir. 

Gambar 1. Organ reproduksi wanita bagian dalam (atas), organ reproduksi

wanita luar (bawah)

Dalam keadaan normal, dinding vagina bagian depan dan belakang saling

bersentuhan sehingga tidak ada ruang di dalam vagina kecuali jika vagina

terbuka (misalnya selama pemeriksaan atau selama melakukan hubungan

seksual). Pada wanita dewasa, rongga vagina memiliki panjang sekitar 8-12
cm. Sepertiga bagian bawah vagina merupakan otot yang mengontrol garis

tengah vagina. Dua pertiga bagian atas vagina terletak diatas otot tersebut

dan mudah teregang.

Serviks (leher rahim) terletak di puncak vagina. Selama masa reproduktif,

lapisan lendir vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut. Sebelum

pubertas dan sesudah menopause, lapisan lendir menjadi licin.

Rahim merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak

di puncak vagina. Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks

dan korpus (badan rahim). Serviks merupakan uterus bagian bawah yang

membuka ke arah vagina. Korpus biasanya bengkok ke arah depan. Selama

masa reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali dari panjang serviks. Korpus

merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar untuk menyimpan janin.

Selama proses persalinan, dinding ototnya mengkerut sehingga bayi

terdorong keluar melalui serviks dan vagina..

Saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan

tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali sesaat sebelum terjadinya ovulasi.

Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah sehingga sperma bisa

menembusnya dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Selain itu, pada saat

ovulasi, kelenjar penghasil lendir di serviks juga mampu menyimpan sperma


yang hidup selama 2-3 hari. Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas

melalui korpus dan masuk ke tuba falopii untuk membuahi sel telur. Karena

itu, hubungan seksual yang dilakukan dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi

bisa menyebabkan kehamilan.Lapisan dalam korpus uteri (badan rahim)

disebut endometrium. Setiap bulan setelah siklus menstruasi, endometrium

akan menebal. Jika tidak terjadi kehamilan, maka endometrium akan

dilepaskan dan terjadilah perdarahan. Ini yang disebut dengan siklus

menstruasi.

Gambar. 2 Bentuk Rahim

2. Organ Reproduksi Pria


Gambar 3. Organ Reproduksi Pria

a.) Organ reproduksi dalam pria terdiri atas testis, saluran

pengeluaran dan kelenjar asesoris.

 Testis

Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. Testis

berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis dibungkus oleh skrotum,

kantong kulit di bawah perut. Selama masa pubertas, testis

berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis

bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis),

cairan intersisial, dan produksi cairan dari sel Sertoli.

Pada umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja salah satu

terletak lebih rendah dari yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan

struktur anatomis pembuluh darah pada testis kiri dan kanan.Testis

berperan pada  sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi

testis :memp

roduksi sperma (spermatozoa), memproduksi hormon seks pria

seperti testosteron. Spermatozoa (sel benih yang sudah siap

untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus menuju rete

testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan


seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan

dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis

 Saluran pengeluaran

pada organ reproduksi dalam pria terdapat saluran pengeluaran yang

terdiri dari epididimis (tempat pematangan sperma) , vas deferens

(saluran sperma) saluran ejakulasi (saluran pendek antara kantung

semen dan uretra) dan uretra (saluran terakhir reproduksi)

 Kelenjar kelamin terdiri atas:

Vesikula seminalis (tempat penampungan sperma), Kelenjar

prostat (penghasil cairan basa untuk melindungi sperma), Kelenjar

bulbouretra / cowper (penghasil lendir untuk melumasi saluran

sperma) dan Kelenjar bulbouretralis adalah sepasang kelenjar kecil

yang terletak disepanjang uretra, dibawah prostat. Kelenjar Cowper

(kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung

menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat

alkali (basa).

b.) Alat kelamin luar

 Penis

Penis (dari bahasa Latin yang artinya “ekor”, akar kata sama

dengan phallus, yang berarti sama) adalah alat a di luar ruang tubuh.

Ujung penis disebut dengan glan penis. Uretra pada penis dikelilingi

oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung


pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu

rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga

penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).

fungsi penis secara biologi adalah sebagai alat pembuangan sisa

metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai alat

bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia. Reptilia tidak

memiliki penis sejati karena hanya berupa tonjolan kecil serta tidak

tampak dari luar, sehingga disebut sebagai hemipenis (setengah

penis).

 Skrotum

Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang

membungkus testis atau buah zakar. Skrotum terletak di

antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian

ini serupa dengan labia mayora. Pada skrotum manusia dan

beberapa mamalia bisa terdapat rambut pubis. Rambut pubis mulai

tumbuh sejak masa pubertas. Fungsi utama skrotum adalah untuk

memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-8 oC

lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat

terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap

yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis

atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.

Pada manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan


dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis

dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat

mendekati tubuh pada suhu dingin dan bergerak menjauh pada suhu

panas.

C. Perkembangan prakelahiran

Periode prakelahiran adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap

individu dan yang paling singkat dari periode sebelumnya. Periode ini mulai

dengan pembuahan dan berakhir denga kelahiran yang berlangsung antara

266 hingga 280 hari (38 hingga 40minggu). 9

1. Perkembangan Pralahir Menurut Al- Quran10

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu

saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani

(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu

kami jadikan segumpal darah , lalu segumpal darah itu kami jadikan

segumpal daging , dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang ,

lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging . Kemudian kami

jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain . Maka Maha sucilah Allah,

Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Almu’minun 23, 12-14).


9
John W. Santrock.Op.cit, h. 91
10
Tadris Biologi, Pendidikan Pralahir meningkatkan Kecerdasan Anak dengan bacaan
Al-Quran
http://tadris-biologi.walisongo.ac.id/ pendidikan- pralahir-meningkatkan-kecerdasan-anak –
dengan-bacaan-alquran/menyeimbangkannya, diakses Kamis, 10 April 2014
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani

yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan

larangan), Karena itu kami jadikan dia mendengar dan Melihat.” (Q.S. Al-

Insan 76: 2) Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.

Perkembangan Pralahir Nutfah yang bercampur ini kemudian membelah, lalu

jumlah sel-selnya berlipat ganda secara berkesinambungan, tetapi beratnya

tak melebihi berat ovum yang dibuahi pada rentang dua minggu pertama.

Proses pembelahan ini akan sempurna saat nutfah yang bercampur itu

bergerak di dalam saluran rahim yang dikenal dengan fallopian tube menuju

rahim. Perkembangan Pralahir Apabila sudah sampai di dalam rahim, jadilah

ia segumpal sel yang bentuknya mirip dengan buah bebesaran, dan karena

itulah disebut morula. Ketika nutfah yang bercampur itu sampai ke rahim, ia

pun menempel dan menggantung pada rahim saat itulah dimulai fase

‘alaqah. Secara langsung nutrisi ‘alaqah diperoleh dari darah ibu melalui

plasenta. Kemudian dalam pembentukan itu, mulailah penyelaputan janin,

dan terjadi fase mudhgoh (gumpalan darah) pada minggu ketiga. Hingga

penghujung minggu keempat, tidak ada perbedaan apa pun pada organ

tubuh si janin. Oleh karena itu, fase ini dapat disebut fase nutfah yang belum

sempurna pembentukannya. Setelah memasuki minggu kelima, mulailah

proses pembedaan organ-organ dan alat-alat tubuh. Proses pembentukan ini


berhenti pada akhir bulan ketiga. Fase ini dapat dinamakan fase mudhgoh

yang belum sempurna

Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak

sempurna ...(Q.S. Al-Haj 22: 5) Artinya: ... lalu tulang belulang itu kami

bungkus dengan daging ...(Q.S. Al-Mu’minun 23: 14)

Pada akhir bulan ketiga dan awal bulan keempat, janin mulai bergerak

dan saat itu terjadi hubungan sistem saraf dengan organ dan otot-otot.

Denyut jantung dimulai pada awal bulan keempat, dan kesempurnaan bentuk

janin menjadi lengkap. Artinya: Kemudian kami jadikan dia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S.

Al-Mu’minun 23: 14)

2. Perkembangan Pra Kelahiran menurut Ilmu Pengetahuan

Perkembangan pralahir diawali dengan proses pembuahan

(fertilization) yaitu ketika sel sperma yang masuk ke dalam rahim seorang

perempuan membuahi sel telur yang telah matang. Ketika terjadi ejakulasi

(terpancarnya air mani) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan

sperma akan berlarian melintasi rongga rahim saling berebut untuk mencapai

sel telur yang telah matang. Namun hanya satu atau beberapa yang dapat

menembus sel telur. Pada proses pembuahan hanya bagian kepala sperma

yang menembus sel telur dan bersatu dengan inti sel telur sedangkan
ekornya sebagai alat penggerak akan melepaskan diri. Sel telur yang telah

dibuahi akan mengalami pengerasan, hal ini yang menyebabkan sel telur

biasanya hanya dibuahi oleh satu sperma. Selanjutnya hasil dari proses

pembuahan akan melalui beberapa periode yaitu periode germinal, embriorik,

dan fetal.

Gambar 4. Sel sperma menembus sel telur

a.) Periode Germinal

Periode awal atau germinal (germinal period) ialah perkembangan

prakelahiran yang berlangsung pada 2 minggu pertama setelah

pembuahan. Periode ini meliputi pembentukan telur yang sedang

dibuahi (zigot), pembelahan sel, dan pelekatan zigot ke dinding

rahim.Pembelahan sel pada zigot berlangsung cepat selama periode


11
germinal. Kurang lebih satu minggu setelah pembuahan, sel-sel ini

mulai melakukan diferensiasi yaitu spesialisasi berbagai macam tugas.

Dalam tahap ini sekelompok sel tersebut blastokis.  Blastocyst ialah

11
John W. Santrock, Op.cit, h. 91
lapisan dalam sel yang berkembang selama periode germinal. Sel-sel

ini kemudian berkembang menjadi embrio. Trophoblast ialah lapisan

luar sel yang berkembang selama periode germinal. Sel-sel ini

kemudian menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio

implantation yakni melekatkan zigot ke dinding kandungan,

berlangsung kira-kira 10 hingga 14 hari setelah pembuahan .12

b.) Periode Embrionis13

Periode Embrionis adalah periode perkembangan prakelahiran yang

terjadi dari 2 hingga 8 minggu setelah pembuahan manusia yang

sedang berkembang disebut dengan embrio, yang berarti "tumbuh di

dalam". Masa ini, disebut periode embrionik, yang ditandai dengan

terbentuknya sebagian besar sistem tubuh utama. Organ-organ mulai

tampak.

Periode ini dimulai ketika blastokis (lapisan sel bagian dalam)

melekatkan diri pada dinding rahim. Massa dari sel sekarang disebut

“embrio”. Kemudian terbentuk 3 lapisan sel, yaitu Endoderm

merupakan lapisan dalam sel yang akan berkembang menjadi sistem

pencernaan, Ectoderm ialah lapisan paling luar yang akan menjadi

sistem syaraf, reseptor sensoris (telinga, hidung, mata misalnya) dan

bagian kulit (rambut dan kuku) sedangkan Mesoderm ialah lapisan

12
John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta, Erlangga, 2007. h. 119
13
John W. Santrock, Life Span Development, hh. 91-93
tengah yang akan menjadi sistem peredaran, tulang, otot, sistem

pembuangan kotoran badan, dan sistem reproduksi.

Endoderm terutama menghasilkan bagian dalam tubuh, mesoderm

menghasilkan bagian-bagian yang mengelilingi tubuh, dan ektoderm

menghasilkan bagian-bagian permukaan tubuh. Ketika ketiga lapisan

sel embrio terbentuk, sistem dukungan kehidupan bagi embrio matang

dan berkembang dengan cepat. Sistem dukungan kehidupan ini

meliputi amnion, tali pusar, dan ari-ari.

Amnion (cairan ketuban) adalah suatu keranjang atau amplop yang

berisi cairan bening yang di dalamnya embrio yang sedang

berkembang dan terapung. Cairan amniotik menyediakan suatu

lingkungan yang memungkinkan temperaturdan kelembaban dpat

terjaga serta tahan goncangan.

Tali pusar (umbilical cord) terdiri dari dua arteri dan satu urat darah

halus, yang juga menghubungkan dengan ari-ari. Ari – ari (placenta)

terbentuk dari sekelompok jaringan yang berbentuk seperti piringan,

tempat pembuluh-pembuluh darah kecil dari ibu dan bayi saling

menjalin namun tidak bergabung.


Pada saat kebanyakan perempuan menyadari kehamilannya, organ-

organ utama telah mulai terbentuk. Organogenesis adalah proses

pembentukan organ yang berlangsung selama 2 bulan pertama dari

perkembangan prakelahiran, organ-organ itu sangat rapuh terhadap

perubahan-perubahan lingkungan. Di minggu ke-3 setelah pembuahan,

terjadi pembentukan saluran neural yang kemudian menjadi urat saraf tulang

belakang. Di hari ke-21 mata mulai terbentuk, dan di hari ke-24 sel-sel dari

jantung mulai melakukan diferensiasi. Selama minggu ke-24, sistem

urogenital mulai terbentuk, sementara kaki dan lengan mulai tumbuh.

Keempat bilik jantung mulai terbentu, dan pembuluh-pembuluh darah mulai

tampak. Pada minggu ke-5 hingga ke-8, lengan dan kaki mengalami

diferensiasi lebih lanjut, wajah mulai terbentuk namun belum terlihat jelas. Di

minggu ke-8, organisme yang berkembang memiliki berat sekitar 1/30 ons

dan panjang 1 inci lebih.

c.) Periode Fetal

Periode fetal (fetal period) ialah periode perkembangan prakelahiran

yang mulai dua bulan setelah pembuahan dan pada umumnya

berlangsung selama 7 bulan. 3 bulan setelah pembuahan, panjang

janin kira-kira 3 inci dan beratnya kira-kira 3 ons. Janin semakin aktif,

menggerakkan kaki dan tangannya, membuka dan menutup mulutnya

dan menggerakkan kepalanya. Wajah, dahi, kelopak mata, hidung,


dan dagu dapat dibedakan, demikian pula lengan bagian atas, lengan

bagian bawah, tangan, dan tungkai dan lengan bagian bawah, serta

alat kemaluan dapat di identifikasi sebagai laki – laki atau perempuan.

Pada akhir bulan ke-4, janin telah berubah hingga 5,5 inci panjangnya

dan beratnya sekitar 4-7 ons. Pada saat ini, suatu percepatan

pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks prakelahiran

semakin kuat, gerakan – gerakan lengan dan kaki dapat dirasakan

untuk pertama kali oleh ibunya.

Pada akhir bulan ke-5, panjang janin kira-kira 10 hingga 12 inci

dan beratnya setengah hingga 1 pon. Struktur kulit sudah terbentuk,

kuku jari kaki dan kuku jari tangan misalnya. Janin semakin aktif, yang

memperlihatkan keinginan akan suatu posisi tertentu di dalam

kandungan. Pada akhir bulan ke-6, panjang janin kira-kira 14 inci dan

beratnya naik setengah hingga satu pon lagi. Mata dan kelopak mata

benar-benar terbentuk dan suatu lapisan rambut halus menutup

kepala. Reflek menggenggam mucul, dan pernafasan yang belum

berurutan terjadi. Pada akhir bulan ke-7, panjang janin 14 sampi 17

inci dan naik beberapa pon lagi hingga beratnya sekarang 2,5 hingga 3

pon. Selama bulan kedelapan dan kesembilan, janin bertumbuh lebih

panjang dan naik lebih berat. Pada dua bulan terakhir lapisan atau

jaringan lemak berkembang dan fungsi berbagai sistem organ, jantung

dan ginjal.
Pada saat sekitar usia 7 bulan, janin untuk pertama kalinya memiliki

kesempatan untuk bertahan hidup di luar rahim yaitu, janin mampu tumbuh

dan jika lahir saat usia ini memerlukan bantuan untuk bernafas. Selanjutnya

untuk beberapa waktu tinggal di dalam inkubator sesuai dengan kebutuhan

kekuatan yang diperlukan oleh bayi.

Gambar 5. Gambar 6.

Gambar 5. Perkembangan janin dari periode germinal, embrionis, fetal

Gambar 6. Perkembangan janin 1-9 bulan


Trimester Pertama (tiga bulan awal)
Pertumbuhan Pembuahan 8 minggu 12 minggu
Prakelahiran hingga 4 minggu

 Kurang dari 1/  Kurang dari  Sekitar 3 inc


10 inci 1inci panjangnya,
panjangnya panjangnya berat sekitar 1
ons
 Awal  Wajahnya  Dapat
perkembangan terbentuk menggerakan
tulang dengan mata, lengan, kaki,
belakang, telinga, jari tangan
sistem syaraf, mulut, dan dan kaki
pencernaan, gusi  Sidik jari
jantung, dan sederhana muncul
paru- paru  Lengan dan  Dapat
 Kantung kaki bergerak tersenyum,
amniotik  Otak merengut,
membungkus terbentuk menghisap,
jaringan awal  Detak jantung dan menelan
seluruh tubuh dapat  Kelamin dapat
 Disebut Zigot dideteksi dibedakan
dengan  Dapat
ultrasound mengeluarkan
 Disebut urine
embrio  Disebut janin
Trimester kedua (tiga bulan tengah)
Pertumbuhan 16 minggu 20 minggu 24 minggu
Prakelahiran  Panjangnya.  Panjang  Panjang
Sekitar 14- 17 , sekitar 10- 12 sekitar 11- 14
inci, beratnya inci dan berat inci, berat 1-
sekitar 4 ons ½- 1 pons 1,5 pons
 Detak jantung  Detak  Kulit
keras jantung mengkerut,
 Kulit tipis, terdengar dan tertutupi
transparan melalui oleh lapisan
 Rambut tipis stetoskop pelindung
(lanugo) biasa (vernic
menutupi tubuh  Menghisap caseosa)
 Kuku jari ibu jari  Mata terbuka
tangan dan  Cegukan  Kotoran
kuku jari kaki  Rambut, bulu dikumpulkan
terbentuk mata, alis disaluran
 Memilliki tampak pembuangan
gerakan yang  Memiliki
terkoordinasi genggaman
(mampu kuat
berguling
dalam cairan
amniotik)
Trimester ketiga (tiga bulan akhir)
28 minggu 32 minggu 36- 38 minggu
Pertumbuhan  Panjang 14- 17  Panjang 16,5-  Panjang 19
Perkembanga inci , berat 2,5- 18 inci berat inci berat 6
n 3 pons 4- 5 pon pon
 Menambahkan  Memiliki  Kulit tidak
lemak tubuh waktu tidur terlalu keriput
 Sangat aktif dan terjaga  Vernix
 Gerakan nafas  Bereaksi caseosa tebal
sederhana terhadap  Lanugo
muncul suara hampir hilang
 Dapat  Tidak terlalu
diperkirakan aktif
posisi lahir  Mendapat
 Tulang kekebalan
kepala lembut dari ibu
dan lentur
 Zat besi
disimpan
dalam ginjal

Tabel 1.1 Tiga trimester perkembangan prakelahiran


D. Teratologi dan bahaya Terhadap Perkembangan Prakelahiran

Saat janin tumbuh dan berkembang terlindungai selama dalam kandungan

ibunya, namun tidak menutup kemungkinan kebal dari dunia yang lebih

besar. Lingkungan dapaat mempengaruhi janin dengan cara yang beraneka

ragam.

Teratogen adalah unsur yang berpotensi mengakibatkan kelainan kelahiran

atau secara negatif menyebabkan perubhan kognitif dan perilaku. 14 Oleh

karena itu dikelompokkan teratogen dan resiko perkembangan prakelahiran

secara umum dan khusus.

1. Teratogen Umum

a.) Usia Ibu

Sebelum berusia 21 tahun, alat reproduksi wanita belum matang

sepenuhnya dan hormon yang diperlukan untuk reproduksi belum

mencapai tingkat optimum; setelah usia 29 tahun, kegiatan hormonal

secara bertahap menurun.15 Menurut Malizia, Hacker, & Penziaz,

apabila usia ibu dianggap sebagai faktor yang mungkin

membahayakan janin dan bayi, maka dua periode waktu yang amat

penting untuk diperhatikan adalah: (1) masa remaja dan (2) usia 35

tahun ke atas.16 Jumlah bayi meninggal yang dilahirkan oleh

14
John W. Santrock, Life Span Development, h. 96
15
Elisabeth Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2005),h.67.
16
John W. Santrock, Life Span Development , h.103.
remaja lebih besar dibandingkan dengan yang dilahirkan oleh

perempuan usia duapuluhan tahun. Perawatan prakelahiran dapat

memperkecil kemungkinan bahwa bayi yang dilahirkan oleh remaja

perempuan mengalami masalah fisik. Namun, di antara semua usia

perempuan, remaja perempuan adalah kelompok yang paling

sedikit memperoleh bantuan prakelahiran dari klinik dan layanan

kesehatan. Allen,dkk mengatakan bahwa usia ibu juga berkaitan

dengan risiko bahwa bayi yang dilahirkan akan mengalami sindrom

down.17 Individu yang mengalami sindrom down memiliki karakteristik

wajah khusus, tungkai dan lengan pendek, serta keterbelakangan

kemampuan motorik dan mental. Perempuan yang berusia antara 16

hingga 34 tahun jarang melahirkan bayi dengan sindrom down,

namun ibu yang melahirkan di usia 40 tahun ke atas memilik i,

kemungkinan sedikit di atas 1 berbanding 100 untuk melahirkan bayi

dengan sindrom Down, dan ibu berusia 50 tahun ke atas memiliki

kemunginan hampir 1 berbanding 10. Kita masih perlu banyak

mempelajari mengenai peran usia ibu terhadap kehamilan dan kelahiran

bayi. Apabila seorang ibu terus aktif, berolahraga secara teratur,

memperhatikan gizinya maka sistem reproduksi mereka mungkin

masih lebih sehat di usia yang lebih tua dibandingkan yang

sebelumnya diperkirakan oleh para ahli.


17
Ibid, h.103
b.) Keadaan Gizi

Makanan bayi yang belum dilahirkan berasal dari aliran darah ibu

melalui plasenta. Makanan ibu harus mengandung cukup protein, lemak,

dan karbohidrat untuk menjaga kesehatan bayi. Kekurangan vitamin,

terutama vitamin C, B-6, B-12, D, E, dan K dapat mengganggu pola

normal perkembangan pralahir.18 Shapira mengatakan bahwa embrio

atau janin yang sedang berkembang akan sepenuhnya

bergantung pada gizi ibu, yang diperoleh melalui darah ibu.19

Status gizi embrio atau janin ditentukan oleh jumlah total

konsumsi kalori, selain konsumsi protein, vitamin, serta mineral.

Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi akan

memiliki kemungkinan mengalami cacat lebih besar dibandingkan

anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang cukup gizinya.

Kelebihan berat badan sebelum dan sesudah kehamilan juga

dapat meningkatkan risiko terhadap embrio atau janin. Ulasan

riset terkini menurut Arendas, dkk menyimpulkan bahwa

obesitas selama kehamilan memiliki kaitan dengan peningkatan

risiko ketidaksuburan maternal, gangguan hipersensitif, diabetes,

dan kelahiran cesar. 20 Dalam ulasan ini, obesitas selama

kehamilan mencakup risiko-risiko berikut ini terhadap janin:

18
Elisabeth Hurlock, Op.cit., h.67
19
John W. Santrock, Life Span Development, h.102
20
Ibid., h.102
makrosomnia (bayi lahir dengan bobot sangat berlebih),

kematian janin intraunial, kematian saat lahir, dan perawatan di

Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Salah satu aspek dari gizi ibu

yang penting agar janin dapat berkembang secara normal adalah

asam folat, sejenis vitamin B-kompleks. Sebuah studi yang dilakukan

baru-baru ini terhadap 34.000 wanita yang mengonsumsi asam folat

secara khusus atau sebagai bagian dari multivitamin selama

minimum satu tahun sebelum pembuahan ternyata berkaitan

dengan penurunan risiko 70 persen untuk melahirkan dari 20

hingga 28 minggu dan penurunan risiko 50 persen untuk

melahirkan di antara 28 hingga 32 minggu (Bukowski, dkk).21 Studi

terkini lainnya mengungkapkan bahwa para para balita dan ibu-ibu

yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat di trimester

pertama menunjukkan lebih banyak masalah perilaku. Juga

seperti yang dikemukakan sebelumnya, kekurangan asam folat

pada ibu berkaitan dengan cacat saluran saraf pada

keturunannya, salah satunya spina bifida yang merupakan saraf

tulang belakang. U.S Public Department of Health and Human

Service menyarankan para perempuan yang hamil untuk

mengonsumsi minimum 400 mikrogram asam folat perharinya

(sekitar dua kali jumlah yang diperlukan rata-rata perempuan per


21
Ibid., h.102
harinya). Jus jeruk dan bayam adalah contoh makanan yang

banyak mengandung asam folat.

Men g o n su msi ikan sering kali direkomendasikan sebagai

bagian dari diet yang sehat, namun polusi menyebabkan banyak

jenis ikan menjadi pilihan yang berisiko bagi para perempuan

yang sedang hamil. Beberapa jenis ikan banyak mengandung

merkuri, yang dilepaskan ke udara secara alamiah atau pun

akibat polusi industri. Ketika merkuri masuk ke dalam air, zat ini

dapat menjadi racun dan berakumulasi dalam tubuh ikan besar,

contohnya hiu, tod ak, king mackerel, dan beberapa spesies

tuna besar. Merkuri dengan mudah dapat melintasi plasenta,

padahal otak dan sistem saraf janin yang sedang

berkembang sangat sensitif terhadap logam ini. Para periset

telah menemukan bahwa paparan merkuri di masa pra

kelahiran berkaitan dengan akibat yang merugikan,

mencakup keguguran, kelahiran prematur, dan intelegensi

rendah. 2 2

c.) Keadaan Emosional

Calon ibu yang mengalami stress ringan, menyebabkan kegiatan janin

dan denyut jantung janin meningkat. Ketegangan emosional dapat

berpengaruh pada kenaikan aktivitas yang menyolok pada fetus.


22
Ibid., h.103
Bila ketegangan psikis terjadi pada usia fetal, maka dapat terjadi

sindrom nafsu terhambat, yakni sedikit aktivitas, sedikit spontanitas,

pada umumnya terjadi suatu tingkahlaku apatis.23 Stres seseorang

mungkin timbul karena tidak menginginkan anak yang dikandungnya,

perasaan tidak mampu melakukan tugas ibu dengan berhasil, atau

mimpi dan khayalan tentang mempunyai anak yang cacat. Atau

mungkin juga timbul dari kondisi yang secara tidak langsung berkaitan

dengan anak itu, seperti kesehatan yang buruk yang disebabkan oleh

keuangan keluarga, pekerjaan berat di rumah, dan merawat anak

lainnya, atau kurang harmonisnya hubungan suami dan isteri.. Ketika

seorang perempuan hamil merasa takut, cemas, dan emosi-emosi lain

yang mendalam, terjadi perubahan fisiologis yang dapat

mempengaruhi kondisi janin. Seorang ibu yang tegang akan secara

tidak langsung juga dapat mempengaruhi janin melalui perilaku tidak

sehat, contohnya dengan menggunakan obat-obatan dan kurang

melakukan perawatan prakelahiran. Kecemasan dan ketegangan yang

tinggi pada ibu selama kehamilan dapat memiliki konsekuensi jangka

panjang bagi keturunannya. Menurut Taige,dkk, wanita hamil

dengan tingkat stres tinggi akan mengalami peningkatan risiko untuk

melahirkan bayi yang akan memiliki masalah emosional atau

kognitif, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan


23
Rita Eka Izzaty, dkk, Perkembangan Peserta Didik (Yogyakarta: UNY Press, 2008), h.61
pelambatan kemampuan bahasa.24 Studi terkini mengungkapkan bahwa

depresi maternal berkaitan dengan kelahiran prematur dan

melambatnya tingkat pertumbuhan prakelahiran. Dalam studi ini,

ibu-ibu yang depresi akan mengalami peningkatan kadar kortisol yang

cenderung berkontribusi negatif terhadap janin dan bayi baru lahir.

d.) Faktor RH

Ketidaksesuaian antara tipe darah ibu dan ayah menyebabkan

kerusakan sel janin. Ini menimbulkan komplikasi fisik atau mental yang

seringkali cukup berbahaya sehingga menyebabkan kematian atau

gangguan permanen pada anak. Jenis darah ditentukan berdasarkan

perbedaan struktur permukaan sel-sel merah. Jenis pertama dari

perbedaan di permukaan sel-sel merah menghasilkan kelompok-

kelompok darah yang umum, yaitu A, B, O, dan AB. Jenis kedua dari

perbedaan ini menghasilkan darah Rh-positif dan darah Rh-negatif.

Apabila ciri di permukaan, yang disebut Rh faktor, terdapat pada sel

darah merah individu maka ia disebut memiliki Rh-positif; apabila tidak

terdapat ciri Rh, maka individu disebut memiliki Rh-negatif. Apabila

seorang perempuan hamil memiliki Rh-negatif dan partnernya memiliki

Rh-positif, janin mereka mungkin memiliki Rh-positif. Apabila darah janin

memiliki Rh-positif dan darah ibu memiliki Rh-negatif, sistem kekebalan

ibu dapat menghasilkan antibodi yang akan menyerang janin. Hal ini
24
John W. Santrock, Life Span Development, h.103
mengakibatkan munculnya sejumlah masalah, meliputi keguguran atau

kematian saat lahir, anemia, penyakit kuning, cacat jantung kerusakan

otak, atau kematian tidak lama setelah bayi lahir (Moise).25

2. Teratogen Khusus

a.) Penyakit

Penyakit dan infeksi pada ibu dapat mengakibatkan cacat pada

keturunan karena penyakit atau infeksi itu menembus batas ari-ari,

atau juga dapat mengakibatkan cacat ketika lahir. Rubella (cacar air

Jerman) adalah salah satu jenis penyakit yang dapat mengakibatkan

cacat. Wanita yang berencana memiliki anak sebaiknya menjalani

tes darah sebelum mereka hamil untuk memastikan bahwa mereka

kebal terhadap penyakit tersebut. Sifilis (suatu penyakit yang

ditularkan secara seksual) lebih berbahaya pada tingkat lanjut

dari perkembangan prakelahiran (sekitar empat bulan atau

lebih sesudah pembuahan). Lebih dari sekadar mempengaruhi

organogenesis, seperti halnya rubella, siffilis dapat

membahayakan organ yang telah terbentuk. Kerusakan yang

ditimbulkan antara lain adalah luka di mata, yang dapat

menyebabkan kebutaan, atau luka di kulit. Infeksi lain yang

akhir-akhir ini juga memperoleh perhatian luas adalah herpes

genital. Bayi yang baru lahir dapat terkena virus ini apabila
25
Ibid., h.100
dilahirkan melalui saluran kelahiran ibu yang sudah terserang

herpes genital. 26 Sekitar sepertiga bayi yang dilahirkan melalui

saluran kelahiran yang telah terinfeksi akan meninggal;

seperempat di antaranya akan mengalami kerusakan otak. Jika

genital herpes yang aktif telah dideteksi pada seorang wanita

hamil yang sudah dekat ke tanggal kelahiran bayinya, bedah

cesar dapat dilaksanakan (bayi dilahirkan melalui sebuah

bukaan buatan di perut ibunya) agar virus tidak menginfeksi

bayi yang dilahirkan.

a. Obat-Obatan

Usaha-usaha pengguguran kandungan dengan menggunakan obat-

obatan yang lain pada usia kehamilan awal dapat menyebabkan

gangguan-gangguan perkembangan. Ketika hamil, banyak perempuan

di A.S. yang diberi resep untuk mengonsumsi obat-obatan khususnya

antibiotik, obat penahan rasa sakit dan asma. Meskipun demikian,

obat-obatan dengan resep maupun tanpa resep dapat memiliki

dampak terhadap embrio atau janin yang tidak pernah

dibayangkan oleh mereka sebelumnya. Obat-obatan dengan resep

yang dapat berfungsi sebagai teratogen mencakup antibiotik,

seperti streptomycin dan tetracycline; beberapa jenis

antidepresan; hormon-hormon tertentu, seperti progestin dan


26
Ibid., h.101
synthetic estrogen; dan Accutane (yang sering kali dipakai untuk

mengobati jerawat). Antidepresan yang digunakan oleh wanita

hamil telah diteliti secara ekstensif. Studi terkini mengungkapkan

bahwa keturunan dari wanita hamil yang menggunakan lebih dari

satu jenis SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) di masa awal

kehamilannya akan lebih berisiko mengalami cacat jantung. Sebuah

ulasan riset terkini dari American Psychiatric Association clan

American College of Obstetrician and Gynecologist menyatakan

bahwa meski beberapa studi telah menemukan efek negatif dari

antidepresan selama masa kehamilan, kegagalan dalam

mengendalikan berbagai faktor yang dapat memengaruhi hasil

kelahiran, misalnya penyakit maternal atau perilaku kesehatan

yang bermasalah, menyebabkan sulitnya membuat kesimpulan

mengenai hubungan antara penggunaan antidepresan oleh ibu

hamil dan hasil kelahiran. 27 Obat-obat non resep yang berpotensi

membahayakan mencakup pil diet dan aspirin dalam dosis tinggi.

Namun, studi terkini menyimpulkan bahwa aspirin dalam dosis

rendah tidak membahayakan janin, sementara dosis tinggi dapat

berkontribusi menyebabkan pendarahan maternal dan janin .

b.) Alkohol

Konsumsi minuman keras dalam jumlah besar oleh ibu hamil


27
Ibid., h.98
dapat menyebabkan dampak yang fatal pada keturunannya. Fetal

Alcohol Spectrum Disorder (FASD) adalah sekelompok abnormalitas

yang dialami oleh keturunan dari ibu-ibu yang banyak mengonsumsi

alkohol di masa kehamilan. Abnormalitas ini mencakup kelainan

bentuk wajah serta cacat tungkai, wajah, dan jantung.28 Kebanyakan

anak-anak ini memiliki inteligensi di bawah rata-rata dan beberapa di

antara mereka mengalami keterbelakangan mental. Studi baru-

baru ini mengungkapkan bahwa anak-anak dan orang dewasa

penderita FASD mengalami gangguan perkembangan memori. Studi

terkini lainnya menemukan bahwa anak-anak penderita FASD

mengalami gangguan keterampilan matematika yang berkaitan

dengan beberapa area otak. Meskipun para ibu dari bayi-bayi yang

mengalami FASD adalah peminum berat, banyak terdapat ibu

peminum berat yang anak-anaknya tidak mengalami FASD atau

salah seorang anaknya terkena sementara anak lainnya tidak

terkena. Apakah pedoman mengenai konsumsi alkohol di masa

kehamilan? Bahkan konsumsi satu atau dua porsi bir atau anggur atau

satu porsi minuman keras beralkohol tinggi selama beberapa hari

dalam seminggu dapat berdampak negatif terhadap janin,

meskipun terdapat kesepakatan umum bahwa tingkat

konsumsi alkohol seperti ini tidak akan mengakibatkan FASD.


28
Ibid., h.98
U.S. Surgeon General merekomendasikan bahwa selama

kehamilan sebaiknya ibu sama sekali tidak mengonsumsi alkohol.

Penelitian yang dilakukan baru-baru ini menyatakan bahwa

mengonsumsi alkohol di masa pembuahan cenderung

merupakan tindakan yang tidak bijaksana. Sebuah studi

mengungkapkan bahwa konsumsi alkohol oleh laki-laki

maupun perempuan di minggu ketika terjadi pembuahan dapat

meningkatkan risiko keguguran. 29

c.) Rokok/Nikotin

Merokok paling berbahaya bagi anak yang belum lahir bila ibu

menghirup asapnya. Bahkan jika ia tidak menghirupnya, terdapat

beberapa bukti bahwa calon ibu yang merokok mempengaruhi denyut

jantung janin dan kandungan kimiawi darah janin. 30 Mengisap rokok di

masa kehamilan dapat memberikan dampak yang merugikan

terhadap perkembangan di masa prakelahiran, kelahiran, dan

pascakelahiran. Kelahiran prematur dan rendahnya berat badan ketika

lahir, kematian janin dan bayi baru lahir, masalah-masalah

pemapasan, sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death

syndrome atau SIDS, dikenal juga sebagai kematian di ranjang bayi),

serta permasalahan kardiovaskuler banyak dijumpai di antara

29
Ibid., h.99
30
Elisabeth Hurlock, Op.cit., h.67
keturunan para ibu yang merokok ketika hamil . Studi lain

mengaitkan kegiatan merokok di masa kehamilan dengan

meningkatnya insiden attention deficit hyperactivity disorder/ADHD

pada keturunan yang dilahirkan. Ulasan riset baru-baru ini juga

menyimpulkan bahwa asap rokok di lingkungan ibu hamil berkaitan

dengan peningkatan risiko rendahnya bobot bayi lahir.31

d.) Kafein

Orang seringkali mengonsumsi kafein melalui kopi, teh, minuman ringan

atau pun cokelat. Studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa

perempuan hamil yang mengonsumsi 200 miligram atau lebih kafein per

hari memiliki risiko lebih besar untuk memiliki keguguran. 32 Dengan

mempertimbangkan temuan seperti ini, Food and Drug Administration

menyarankan agar para perempuan hamil tidak mengonsumsi kafein

sama sekali atau mengonsumsi dalam jumlah kecil.

e.) Kokain

Temuan yang paling konsisten memperlihatkan bahwa paparan kokain

selama perkembangan prakelahiran berkaitan dengan berkurangnya

berat badan, panjang badan, dan lingkar kepala. Dalam studi-studi

lain, paparan kokain di masa prakelahiran berkaitan dengan:

menurunnya kesadaran, kurang efektifnya regulasi diri,

31
John W. Santrock, Life Span Development, h.99
32
Ibid., h.98
meningkatnya kegelisahan, berkurangnya kualitas refleks pada usia 1

bulan; terganggunya perkembangan motorik pada usia 2 tahun;

defisit regulasi diri yang berkaitan dengan perilaku; gangguan

perkembangan bahasa dan pemrosesan informasi, mencakup defisit

atensi (terutama atensi kontinu) pada anak-anak prasekolah dan

sekolah dasar; serta peningkatan kecenderungan untuk

memerlukan program edukasi khusus yang memanfaatkan

, peralatan bantu.33 Menurut beberapa periset, temuan-temuan ini

sebaiknya diinterpretasikan secara hati-hati, karena faktor-faktor

lain di lingkungan perempuan hamil yang menggunakan kokain

(misalnya kemiskinan, kekurangan gizi, dan penyalahgunaan obat)

sering kali tidak dapat dikesampingkan sebagai kemungkinan

kontributor untuk masalah-masalah yan g akan dialamianaknya.

Sebagai contoh, dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi

kokain, pengguna kokain lebih sering menghisap rokok,

menggunakan marijuana, mengonsumsi alkohol, dan menggunakan

amfetarnin. Terlepas dari peringatan di atas, fakta penelitian

mengindikasikan bahwa anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang

mengonsumsi kokain cenderung mengalami hambatan neurologis,

dan kognitif. Tidak pernah ada saran untuk para ibu yang sedang

hamil agar mengonsumsi kokain.


33
Ibid., h.99
f.) Metamfetamin

Seperti kokain, metamfetamin adalah suatu stimulan yang dapat

mempercepat sistem saraf individu. Bayi yang dilahirkan oleh ibu

yang menggunakan metamfetamin atau "meth" ketika hamil akan

memiliki risiko untuk mengalami sejumlah masalah, meliputi

tingginya risiko kematian bayi, rendahnya berat badan bayi, serta

masalah-masalah perkembangan dan perilaku lainnya. 34 Studi

lairmya juga menemukan defisit memori pada anak-anak yang

ibunya mengonsumsi metamfetamin selama hamil.

g.) Mariyuana

Semakin banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa

penggunaan mariyuana selama kehamilan berdampak negatif

terhadap keturunan. Contohnya, studi baru-baru ini menemukan

bahwa paparan mariyuana di masa prakelahiran berkaitan

dengan berkurangnya inteligensi pada anak-anak. 35 Studi lainnya

menyimpulkan bahwa paparan mariyuana di masa prakelahiran

berkaitan dengan pemakaian mariyuana oleh anak yang

dilahirkan ketika mencapai usia 14 tahun. Kesimpulannya,

mariyuana tidak direkomendasikan untuk wanita hamil.

h.) Heroin

34
John W. Santrock, Life Span Development, h.100
35
Ibid., h.100
Terdapat banyak dokumentasi yang memperlihatkan bahwa bayi-

bayi yang ibunya mengalami ketergantungan heroin akan

memperlihatkan sejumlah kesulitan perilaku. Kesulitan tersebut

mencakup gejala-gejala ketagihan seperti gemetar, gelisah,

tangisan abnormal, gangguan tidur dan gangguan kendali

motorik. Banyak di antara bayi-bayi tersebut yang masih

memperlihatkan masalah-masalah perilaku pada ulang tahun

pertamanya, kemudian gangguan-gangguan atensi muncul dalam

perkembangan selanjutnya. Penanganan yang paling banyak

dilakukan untuk ketergantungan heroin, yaitu metadon, terkait

dengan gejala-gejala ketagihan yang parah pada bayi yang baru

lahir.

i.) Ancaman Lingkungan (Sinar-X dan Radium)

Radiasi sinar X dapat memengaruhi embrio atau janin yang sedang

berkembang, terutama di minggu-minggu pertama setelah pembuahan,

ketika ibu belum menyadari kehamilannya. Ibu dan dokternya perlu

mempertimbangkan risiko sinar X ketika melibatkan kehamilan potensial

atau aktual. Namun, diagnosis sinar X rutin terhadap area tubuh

selain perut, dengan proteksi berupa selubung timah untuk area perut

sang ibu, secara umum dianggap aman. Polutan lingkungan dan

limbah beracun juga merupakan sumber bahaya bagi janin. Polutan

yang berbahaya tersebut di antaranya adalah karbon monoksida,


merkuri, timbal, pupuk kimia, dan pestisida tertentu. Terdapat bukti

medis, bahwa sinar-X dan radium untuk tujuan pengobatan pada wanita

hamil cenderung merusak janin. Kemungkinan ini mungkin berbentuk

cacat lahir, keguguran, atau kematian sebelum lahir. 36 Namun,

Penggunaan sinar-X untuk tujuan diagnosis untuk menentukan ukuran

dan posisi janin dalam rahim mendekati akhir kehamilan tidak

mempengaruhi janin.

j.) Kesesakan Rahim

Pada kelahiran kembar, kesesakan mungkin membatasi kegiatan janin

yang penting untuk perkembangan normal. Hal itu terjadi karena selama

periode pralahir mereka harus berbagi ruangan dalam rahim yang

dirancang bagi satu bayi. Akibat kesesakan itu, mereka tidak dapat

melakukan gerakan berbagai bagian tubuh yang penting untuk

perkembangan janin yang normal. Akibatnya mereka biasanya lebih

kecil dan lemah daripada anak yang lahir tunggal. Semakin besar

jumlahnya, semakin sesak dan semakin besar hambatan untuk tumbuh

dan berkembang secara normal.37

E. PENTINGNYA PERAWATAN PRAKELAHIRAN

Wanita yang sedang hamil seharusnya mencari informasi tentang

perawatan prakelahiran. Informasi tentang teratogen dan bahaya lain selama

36
Ibid.,h.101
37
Elisabeth Hurlock, Op.cit., h.67
prakelahiran adalah salah satu keuntungan bagi ibu. Perawatan prakelahiran

sangat bervariasi tergantung kebutuhan yang diperlukan, tetapi biasanya

meliputi perawatan medis yang dilakukan secara berkala untuk mengetahui

dan memantau kondisi yang dapat ditangani dan pencegahan penyakit yang

dapat diobati. Bagaimana seorang ibu berperilaku selama kehamilan

tergantung sebagian pada frekuensi perawatan yang dilakukan di rumah

secara tradisional (berkaitan dengan budaya setempat), dan kepercayaan

adat, pentingnya dokter lokal,dan pengaruh profesional dibidang kesehatan

dalam pengaruh budaya mereka. Tenaga kesehatan yang bekerja dalam

komunitas budaya tertentu menjadi komponen penting dari perawatan

mereka. Profesional harus mengenali kepercayaan nilai, dan perilaku yang

berhubungan dengan kehamilan. Hal tersebut dilakukan agar perawatan

kesehatan harus mempertimbangkan cara yang peka budaya untuk

menangani masalah tersebut.38

Profesor Campbell juga menyarankan ibu hamil untuk mengkonsumsi

karbohidrat kompleks, buah dan sayur,produk-produk susu berupa susu, keju

dan yoghurt sebagai sumber-sumber terbaik kalsium, protein pada daging,

unggas, telur,keju, polong-polongan seperti; ercis, buncis, serta kacang-

kacangan dan biji-bijian, berjalan kaki, yoga, berolahraga yang aman serta

berpikir positif. Selain makanan yang mengandung gizi yang banyak hal lain

38
John W. Santrock, Perkembangan Anak Jilid 1, h. 133
yang perlu diperhatikan diantaranya pakaian, istirahat dan rekreasi,

lingkungan, gerak badan dan mandi.39

Pakaian wanita hamil harus bersih, longgar dan tidak ada bagian yang

ketat pada bagian perut. Pakaian dalam juga harus selalu bersih. Wanita

hamil yang bekerja harus lebih sering beristirahat tidur siang bagi wanita

hamil sangat baik bagi ksehatannya, jika harus ke tempat hiburan, usahakan

ke tempat hiburan yang tidak terlalu ramai, sesak, pengap dan panas

mengingat wanita hamil mudah sekali pingsan.

Wanita hamil harus menghindari lingkungan dengan polusi udara

tinggi, termasuk lingkungan yang penuh asap rokok. Selain itu mnghindarkan

diri dari lingkungan yang airnya tercemar atau terkontaminasi zat-zat yang

berbahaya bagi tubuh, termasuk makanan yang dikonsumsi. Selanjutnya

gerak badan sangat dianjurkan bagi wanita hamil yang tidak memiliki

kelainan. Gerak badan bagi wanita hamil meliputi jalan-jalan pagi saat udara

masih segar, atau gerak badan di tempat seperti; berdiri lalu jongkok,

terlentang lalu kaki diangkat atau melatih pernapasan. Kegunaan gerak

badan ini, antara lain meningkatkan nafsu makan, memperbaiki kerja

pencernaan, meningkatkan sirkulasi darah, serta menjadikan tidur lebih

nyenyak. Setelah semua aktivitas selesai, maka mandi sangat dibutuhkan

bagi wanita hamil untuk menjaga kebersihan kulit karena pada wanita hamil

39
Nadjibah Yahya, Op.cit., hh. 114-116
fungsi ekskresi (pengeluaran) dan keringat akan bertambah dengan

menggunakan sabun yang ringan dan memperhatikan kebersihan kamar

mandi agak tidak tergelincir saat ke kamar mandi.

F. Stimulus Perkembangan Pralahir

Pendidikan anak harus dimulai saat berada dalam kandungan,

pendidikan ini berupa stimulasi-stimulasi pralahir. Pada minggu ke 3-4 sistem

saraf janin mulai berkembang. Hal ini merupakan dasar cara berpikir dan

perkembangan perasaannya, jantung mulai terbentuk walau masih sangat

sederhana. Sehingga dibutuhkan stimulus bagi janin agar perkembangan

janin selama masa pralahir menjadi optimal. Penelitian pendidikan pralahir

oleh Van De Carr tahun 1979, yang dituangkan dalam bukunya,

menunjukkan bahwa kehidupan anak kelak akan menjadi bahagia atau

sengsara itu tergantung pada cara ibu mendidik anak atau tindakan ibu

sewaktu anak dalam kandungan, karena kebiasaan anak nantinya akibat atas

yang ibu perbuat selama kehamilan.40

Tujuan pendidikan anak dalam kandungan itu sendiri menurut Nur

Islam diantaranya:41

40
F. Rene Van De Carr dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak dalam
Kandungan, (Bandung: Kaifa, 1999), hh. 15-16
41
Academia, “Pendidikan Anak dalam Kandungan”, Academia Online
https://www.academia.edu/1422532/PENDIDIKAN_ANAK_DALAM_KANDUNGAN,
(diakses 7 april 2014)
1. Merefleksikan nilai-nilai ajaran agama, sosial, budaya, dan ilmu

pengetahuan yang dimiliki orang tuanya dan sekaligus mengajak

bersama anak dalam kandungannya melakukan refleksi nilai-nilai

tersebut.

2. Melatih kecenderungan anak dalam kandungan tentang nilai-nilai

tersebut diatas, dan sekaligus melatih keterampilan alamiah sesuai

yang diajarkan, setelah ia dilahirkan dan dewasa nanti.

3. Melatih kekuatan dan potensi fisik dan psikis anak dalam kandungan

4. Membangun prakesadaran bahasa dan komunikasi (antara anak

dalam kandungan dan orang di luar rahim/orang tua atau lainnya.)

5. Meningkatkan tentang konsentrasi, kepekaan dan kecerdasan anak

dalam kandungan.

Beberapa penelitian tentang stimulasi pralahir telah dilakukan oleh

para ilmuwan dibidang pendidikan anak dalam kandungan melalui riset

secara kontinu. Salah satunya penelitian yang dilakukan oeh The Prenatal

Enrichment Unit di Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand yang

dipimpin oleh Dr. C. Panthura Amphorn, telah melakukan penelitian terhadap

bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulus

pralahir akan cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata

pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke suara orang

tuanya, lebih tanggap terhadap suara irama, dan juga mengembangkan pola

sosial lebih baik saat dewasa, Jadi, sejak masih dalam kandungan, anak
sebenarnya telah siap merespon stimulasi- stimulasi edukatif yang diberikan

kedua orangtuanya, terutama oleh ibunya.42

Stimulasi pralahir yang dilakukan pada janin dapat berupa stimulasi visual,

stimulasi auditorik, dan stimulasi motorik. Masing-masing stimulasi tersebut

dapat mengembangkan beberapa aspek perkembangan anak sejak dalam

kandungan.

1. Stimulasi Auditorik

Pada usia kehamilan 18 minggu tulang dan saraf pada telinga janin

telah terbentuk dan terhubung dengan otak janin, dan ketika usia

kehamilan 20 minggu pendengaran janin mulai bisa dirangsang sebab

janin sudah bisa mendengar suara dari luar, meskipun suranya agak

terpendam dan ia lebih banyak mendengarkan suara dengan frekuensi

rendah.

Stimulasi untuk pendengaran janin adalah bentuk yang paling mudah

dilakukan karena secara otomatis ia pun telah sering mendengar

suara di dalam tubuh ibunya, seperti suara detak jantung,cairan tubuh

dan pencernaan.43 Namun, untuk menstimulasi dari luar, bisa

dilakukan dengan memperdengarkan suara atau musik-musik yang

42
Wordpress, “Mendidik Anak dalam Kandungan” , Wordpress Online,
http://hayaqu.wordpress.com/2013/01/30/mendidik-anak-dalam-kandungan/(diakses
Senin 06 April2014)
43
Evariny Andriana, Mencerdaskan Anak Sejak dalam Kandungan (Metode
Hypnobirthing untuk Berkomunikasi dengan Janin), (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer,
2011), h. 129
menenangkan, seperti pengajian Al-Quran, musik relaksasi, musik

klasik seperti musik Mozart, Beethoven, Chopin. Jika ibu juga

menyukai jenis musik yang dipilih, ikutlah mendengarkan bersama

janin, tetapi jika ibu tidak menyukai jenis musiknya, maka biarkan janin

mendengarkan musik tersebut melalui headphone yang ditempelkan

langsung pada bagian perut. Penelitian menunjukkan bahwa

tampaknya bayi akan mengingat musik yang mereka dengar di dalam

rahim sampai usia 12 bulan, bayi yang menangis seringkali

ditenangkan oleh musik yang dimainkan padanya sebelum ia terlahir. 44

2. Stimulasi visual

Saat usia kehamilan 26 minggu, mata janin sudah mulai berkedip,

sekalipun di dalam rahim sangat gelap, retina matanya sudah dapat

menangkap cahaya dari luar rahim. Janin telah mempunyai

kemampuan memandang walaupun sangat terbatas, ia bisa

membedakan situasi gelap atau terang yang menembus perut

ibunya.45 Mencoba menempelkan senter yang menyala di perut ibu

dapat menstimulasi penglihatan janin kemudian janin akan bergerak

saat ia melihat adanya sinar. Permainan menempelkan senter ini akan

membantu stimulasi mata dan keingintahuannya akan sesuatu. 46

44
Stuart Campbell, Kehamilan Hari demi Hari, Edisi Indonesian Translation, (Jakarta:
Esensi Erlangga Group, 2006), h. 242
45
Nurul Chomaria, Panduan Super Lengkap Kehamilan, Kelahiran & Tumbuh
Kembang Anak Bagi Muslimah, (Surakarta: Ahad Books, 2013), h.125
46
Evariny Andriana, Op.cit, h. 130
3. Stimulasi Motorik

Pada usia kehamilan 32 minggu seluruh bagian janin mulai sensitif

terhadap panas, dngin, tekanan, rasa geli dan sakit. 47 Oleh karenanya

stimulasi dapat dilakukan dengan cara menyentuh permukaan perut

yang menonjol dengan cukup kuat sehingga janin akan merespon

dengan gerakan menendang, meninju, atau berganti posisi kemudian

sentuh kembali di tempat ia terlihat bergerak dan sabar menunggu

responnya. Merespon tendangan janin dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut48: a) Saat ada tendangan spontan ibu merespon

dengan menepuk-nepuk perlahan pada tempt yang sama sambil

berkata “Tendang, tendang lagi anakku!”, b) Ketika janin merespon,

ibu merespon kembali dengan menepuk-nepuk perlahan pada tempt

yang berlawanan sambil berkata “ Tendang, tendang bagian sini

anakku!”, c) Ketika janin menendang lagi pada sisi tersebut, ibu

mengulang rangsangan pada sisi lain sehingga membuat permainan

lebih merangsang, d) Memperkenalkan konsep angka ibu dapat

menepuk-nepuk perutnya dalam jumlah tertentu, maka tunggu janin

merespon dengan jumlah tendangan yang sama. Selain itu karena

janin dalam perut ibu telah mengenali keadaan panas atau dingin

47
Myrnawati Crie Handini, Bahan Ajar Pekermbangan Anak Usia Dini, (Jakarta, 2014)
48
Ibid., h.5
maka guyuran air dingin pada perut ibu hamil akan membuat janin

bergerak.49

Setelah mengetahui kemampun janin dalam berkomunikasi,

pengetahuan ibu tentang perkembangan janin dapat digunakan untuk

melakukan stimulasi bagi janin. Terkadang stimulasi kerap dilakukan tanpa

disadari, dan apa yang dilakukan ibu hamil ternyata terekam dengan baik ke

dalam pikiran janin.50 Oleh karena itu ibu hamil perlu melibatkan janin dalam

aktivitas yang positif melalui pembiasaan pengendalian diri dalam hal

berpikir, bersikap dan berperilaku yang dilakukan ibu hamil. Sebab dalam

keadaan tenang, hormon dalam tubuh akan mempengaruhi tumbuh kembang

fisik dan mental janin. Ketenangan dan energi positif yang terus menerus

dijalani semasa hamil, secara otomatis akan memicu hormon endorfin

(hormon ketenangan) dan menekan hormon kortisol atau hormon stres,

keberadaan hormon dalam tubuh ibu hamil akan ikut mengalir ke dalam

tubuh janin.51 Jika hormon ketenangan dan kebahagiaan terus menerus

dirasakan oleh janin semasa ia berada dalam rahim, anak akan berkembang

menjadi anak yang tenang dan bahagia, tetapi sebaliknya jika ibu hamil tidak

tenang, berada pada kondisi negatif dan stres terus menerus maka saat lahir

ia telah berada dalam kondisi yang stres dan tidak tenang, akibatnya anak

menjadi rewel dan sering menangis.

49
Nurul Chomaria, Op.cit., h.125
50
Evariny Andriana, Op.cit., h. 130
51
Ibid., h. 132
Ibu yang menerima janin akan selalu berusaha melakukan hal terbaik

bagi kandungannya, dengan demikian ibu akan menunjukkan ekpresi yang

menampakkan rasa cintanya terhadap janin. Ekspresi tersebut dapat berupa

elusan, komunikasi yang hangat, serta nyanyian yang akan menenangkan

janin dalam kandungan. Janin dapat mendengar suara ibu dan orang-orang

disekitarnya, oleh karena itu sangat penting bagi kedua orang tua dan

anggota keluarga yang lain untuk mengajak janin berkomunikasi . Dengan

pembinaan komunikasi ini, ketika lahir ia akan tetap mersa nyaman karena

berada di lingkungan yang suara-suaranya tidak asing lagi 52

Pendidikan sejak janin dan berada dalam rahim yang juga umum

dilakukan adalah stimulasi auditorik dengan memperdengarkan suara yang

tenang atau musik klasik. Musik Klasik adalah musik yang kaya akan irama,

struktur yang kompleks, dan beraneka ragam alat musik, sehingga beberapa

diantaranya dapat bersinkronisasi secara langsung dengan gelombang otak

dan memicu stimulasi, sebab penelitian telah membuktikan bahwa stimulasi

dini melalui musik dapat menciptakan jalur-jalur baru yang mengubah struktur

otak manusia. Tempo musik juga akan melambatkan detak jantung,

menurunkan tekanan darah dan mengurangi hormon penyebab stres dalam

darah.53 Namun stimulasi terhadap musik klasik ini tidak akan efektif jika ibu

hamil tidak menikmati musik klasik yang diperdengarkan. Kegiatan musik

52
Nurul Chomaria, Op.cit., h.124
53
Caron B. Goode, Optimizing Your Child’s Talent, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer, 2005), h. 219
anak hendaknya berlangsung dalam suasana yang menyenangkan. Sebaik-

baiknya fungsi musik klasik pada perkembangan otak janin, jika ibu hamil

tidak menyukainya, ia akan merasa terpaksa sehingga saat mendengarkan

musik klasik tubuhnya justru memproduksi hormon kortisol (hormon stres).

Hal ini akan bertentangan dengan tujuan yang diinginkan yaitu; menstimulasi

otak janin dan membuat janin bahagia. Solusinya adalah dengan

menempelkan earphone atau headphone pada bagian perut ibu hamil

sehingga ibu tidak ikut mendengarkan musik tersebut.

Dalam usaha merangsang perkembangan otak janin melalui musik perlu

diperhatikan komposisi 5M-1U, yaitu54:

1) Musik Mozart

2) Minggu ke-20

3) Malam Hari : antara jam 20.00-23.00

4) Menit :60

5) Menempel di perut ibu

1U- Urutan komposisi tertentu

Pelaksanaannya melalui beberapa prosedur berikut 55:

 Pastikan ibu rileks tanpa stres

 Lagu pertama “Twinkle twinkle Little Star”

54
Myrnawati Crie Handini, Op.cit., h.4
55
Ibid., h. 4.
 Check volume (pasang headphone ditelinga ibu sehingga saat

terpasang, yang terdengar oleh ibu hanya suara lamat-lamat

 Pasang headphone simetri kiri dan kanan

 Baju ibu boleh dibuka/tidak yang penting headphone menmpel

di perut ibu

Saat melakukan stimulasi ibu boleh melakukan aktivitas lain

(jalan-jalan, makan atau nonton tv).

Faktor penting yang sejatinya harus dimulai sejak hamil adalah

menanamkan program emotional dan spiritual question yang baik untuk anak,

sehingga dasar hidup dan pola pikirannya sudah kokoh sejak ia masih dalam

kandungan. Untuk membangun faktor spiritual dan emosi yang baik bagi

calon anak, maka spiritual question perlu diperkuat oleh ibu hamil dan suami

melalui hidup damai dengan penuh cinta kasih, tetap berpikiran positif, sabar,

ikhlas, tetap tenang, dan selalu bersyukur. 56 Faktor-faktor tersebut

merupakan landasan utama dalam pembentukan pola perilaku dan

ketenangan janin.

BAB III

Kesimpulan dan Rekomendasi


56
Evariny Andriana, Op.cit., hh.131-132
A. Kesimpulan

1.) Perkembangan pralahir merupakan perubahan-perubahan yang

terjadi pada janin, baik secara fisik yaitu berkembangnya zigot

sampai menjadi janin, maupun secara mental yang berkaitan

dengan perilaku-perilaku janin selama dalam kandungan, seperti;

menendang, dan bergerak sebagai akibat kondisi emosional ibu

yang tersalurkan pada janin

2.) Organ reproduksi pria dan wanita, merupakan hal yang sangat vital

dalam proses konsepsi. Oleh karena itu kondisi organ reproduksi

sangat perlu dijaga dari infeksi, dan penyakit menular melalui gaya

hidup sehat, agar sperma dan sel telur yang dihasilkan berkualitas

sehingga menghasilkan janin yang sehat.

3.) Tahapan perkembangan pralahir diawali dengan proses

pembuahan, satu sel telur dan satu dari bermilyar sel sperma, yang

kemudian membentuk zigot berkembang menjadi embrio, sampai

menjadi fetus yaitu janin dengan organ yang telah lengkap dan

sempurna, sehingga pada saat sekitar usia 7 bulan, janin untuk

pertama kalinya memiliki kesempatan untuk bertahan hidup di luar

rahim namun memerlukan bantuan untuk bernafas.

4.) Masa kehamilan merupakan salah satu masa kritis bagi

perkembangan anak, sehingga perlu untuk menjaga dan merawat

kehamilan dengan menghindari ancaman dan bahaya yang dapat


berakibat fatal dengan tidak minum obat tanpa resep terutama

pada saat pembentukan sistem saraf dan organ-organ tubuh agar

tidak menimbulkan cacat fisik maupun mental pada calon anak.

5.) Stimulus yang diberikan pada anak tidak hanya pasca lahir dan

usia dini, tetapi dapat dimulai saat anak masih berada dalam

kandungan yang dapat dimulai pada minggu ke-4 kehamilan

dimana sistem syaraf mulai terbentuk, stimulus dapat dilakukan

dengan stimulasi auditorik, visual maupun motorik

B. Rekomendasi

Semua orang tua khususnya ibu perlu memiliki pengetahuan tentang

perkembangan anak sejak pranatal sampai pada perkembangan anak

selanjutnya terutama pada masa-masa keemasan anak, sehingga dengan

pengetahuan yang dimiliki orang tua, orang tua dapat mengoptimalkan

perkembangan anak. Pengetahuan-pengetahuan tersebut meliputi

pengetahuan tentang organ reproduksi, tahapan perkembangan pralahir,

ancaman dan bahaya bagi perkembangan pralahir serta stimulasi yang dapat

dilakukan untuk megoptimalkan perkembangan janin dalam kandungan,

maka dengan optimalisasi perkembangan anak diharapkan akan lahir anak

yang sehat dan cerdas.

Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan.
Jakarta:Rhineka Cipta, 2005

Andriana, Evariny. Mencerdaskan Anak Sejak dalam Kandungan (Metode


Hypnobirthing untuk Berkomunikasi dengan Janin). Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer, 2011.

Campbell, Stuart. Kehamilan Hari demi Hari, Edisi Indonesian Translation.


Jakarta: Esensi Erlangga Group, 2006.

Chomaria, Nurul. Panduan Super Lengkap Kehamilan, Kelahiran & Tumbuh


Kembang Anak Bagi Muslimah. Surakarta: Ahad Books, 2013.

Crie Handini, Myrnawati. Bahan Ajar Pekermbangan Anak Usia Dini. Jakarta.
2014.

Goode, Caron B. Optimizing Your Child’s Talent. Jakarta: PT Bhuana Ilmu


Populer, 2005.

Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2005.

Izzaty, Rita Eka, dkk. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press,

2008.

Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media,


2011.

Santrock, John, W. Life Span Development. Edisi Tiga Belas. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2012.

Wangsa. Mukjizat Musik. Yogyakarta: Lintang Aksara, 2013.

Van De Carr , F. Rene dan Marc Lehrer. Cara Baru Mendidik Anak Sejak
dalam Kandungan. Bandung: Kaifa, 1999.

Yahya, Nadjibah. Kesehatan Reproduksi Pranikah. Solo: Metagraf, 2011.


Wordpress. “Mendidik Anak dalam Kandungan”.Wordpress Online

http://hayaqu.wordpress.com/2013/01/30/mendidik-anak-dalam-

kandungan/ (diakses Senin 06 April2014)

Academia. “Pendidikan Anak dalam Kandungan”. Academia Online


https://www.academia.edu/1422532/PENDIDIKAN_ANAK_DALAM_KA
NDUNGAN (diakses Selasa 07 april 2014).

Tadris Biologi. “Pendidikan Pralahir meningkatkan Kecerdasan Anak dengan


bacaan Al-Quran”
http://tadris-biologi.walisongo.ac.id/ pendidikan- pralahir-
meningkatkan-kecerdasan-anak
–dengan-bacaan-alquran/menyeimbangkannya (diakses Kamis, 10
April 2014)

Anonim. “Al-Qur’an Vs Mozart: Mana Yang Mencerdaskan Anak?” .


http://jihadsabili.wordpress.com/2011/03/12/alqur%E2%80%99an-vs-
mozart-mana-yang-mencerdaskan-anak/, (diakses Sabtu 12 April
2014 )
Lampiran 1.

Kasus

First and Only Study on Harmful Effects of Infants Prenatally Exposed to

Ecstasy

INTERNATIONAL CASE WESTERN RESERVE-LED STUDY PUBLISHED

IN NEUROTOXICOLOGY AND TERATOLOGY

News Release: February 28, 2012

CLEVELAND - A study led by Case Western Reserve University School of

Medicine, in collaboration with the University of East London UK, and

Swansea University UK, is the first to show the effects of the drug ecstasy on

fetal and infant development.

Ecstasy is a stimulant and hallucinogen, and is one of the most widely used

illegal drugs among young people, with a range of damaging effects. It is

known scientifically as 3,4-methylenedioxymethamphetamine or MDMA. This

international prospective study, published in the Feb. 28 issue

of Neurotoxicology and Teratology, shows that use of ecstasy among

pregnant women affects the chemical signaling that determines a baby’s

gender, and, contributes to developmental delays among infants.

“The potential harmful effects of ecstasy exposure on prenatal and infant

development have long been a concern,” said Lynn T. Singer, PhD, the
study’s principal investigator, professor of environmental health sciences,

pediatrics and psychiatry at Case Western Reserve University School of

Medicine, and, deputy provost and vice president for academic affairs at the

university. “The drug’s negative effects are particularly risky for pregnant

women, who may use the drug without being aware of their condition,” she

adds.

The study’s 96 participants were recruited from The University of East

London (UEL) Drugs and Infancy Study (DAISY), which focused on

recreational drug use among pregnant women. Prior to and during

pregnancy, the women were interviewed about their substance abuse,

including their use of ecstasy. They were also evaluated for psychiatric

symptoms and related difficulties that stemmed from their drug use.

Researchers compared infants exposed to ecstasy to non-exposed infants, at

birth and at fourth months of age. They examined the babies’ growth and

noted any potential delays in cognitive development and attainment of

milestones in coordinated movements and gross motor development.

Most of the women surveyed had taken a variety of illegal drugs prior to, and,

during pregnancy. Differences among the women were analyzed to control for

confounding variables. Researchers found that women who reported using

ecstasy while pregnant suffered more negative social consequences as a

result of their ecstasy use, than non-users. These included more job, health

and social problems.


The use of ecstasy during pregnancy also appeared to affect the ratio of male

to female babies born. Researchers noted a preponderance of male births

among women who used ecstasy while pregnant, whereas typically the sex

ratio at birth is half and half.

“The research findings also suggests there are some neurochemical effects

of the drug that seem to affect the motor functioning of infants,” says Derek

Moore, PhD, professor of psychology at The University of East London,

director of the school’s Institute for Research in Child Development (IRCD),

and co-principal investigator on this research. He coordinated the research in

the UK.

At four months, ecstasy-exposed infants in the study demonstrated poorer

quality of coordinated movement and lower milestone attainment, according

to Dr. Moore. For example, some ecstasy-exposed infants balanced their

heads at a later age than babies that were not exposed to the drug. Others

showed delays in eye hand coordination, turning from back to side and being

able to sit with support, which could heighten the potential for additional

developmental delays later on.

The research underscores a potential link between the amounts of ecstasy

exposure to poorer motor quality, which warrants further study, Dr. Singer

says.
Ecstasy is such a widely used drug throughout the world, that if prenatal

exposure is shown to be harmful, many infants could be affected, the

researchers say.

“The psychomotor and related psychological problems identified in these four-

month old babies are very worrying, but perhaps not particularly surprising,”

says Andy Parrott, BSc, PhD, professor of psychology at Swansea University

in Wales, and, the other co-principal investigator on this research. “Ecstasy

can deplete the level of serotonin, which is important neurotransmitter for

many brain functions, including gross motor control.”

Serotonin carries nerve impulses between cells, which regulate mood states,

sleep and anxiety. Early in fetal development, serotonin plays a vital role in

brain formation. If the level and behavior of serotonin is altered, it can have

long-term effects on learning and memory, basic research models have

shown.

The new research grew out of Dr. Singer’s ongoing research into high-risk

infants and the effects that drugs have on fetal and infant development. She

became familiar with the work of Dr. Parrott at Swansea and Dr. Moore and

John Turner, PhD, principal lecturer in the School of Psychology at the

University of East London, and initiated this important prospective study to

investigate the prospective effects of ecstasy on subsequent child

development.
The study was funded by the National Institute on Drug Abuse, part of the

National Institutes of Health. It is funded to collect data up to 18 months after

an infant’s birth. Researchers are examining the same women and children

12 months after birth to assess if the slight delays noted early on worsen or

persist, potentially signaling the long-term negative effect of prenatal ecstasy

exposure.

The researchers hope to obtain additional funding to continue the study well

into the infants’ childhood years. The fear that, in the future, the infants

exposed to ecstasy while prior to birth may experience long-term deficits that

will negatively affect their memory, learning capacity, and emotional

development.

About Case Western Reserve University School of Medicine

Founded in 1843, Case Western Reserve University School of Medicine is

the largest medical research institution in Ohio and is among the nation's top

medical schools for research funding from the National Institutes of Health.

The School of Medicine is recognized throughout the international medical

community for outstanding achievements in teaching. The School's innovative

and pioneering Western Reserve2 curriculum interweaves four themes--

research and scholarship, clinical mastery, leadership, and civic

professionalism--to prepare students for the practice of evidence-based


medicine in the rapidly changing health care environment of the 21st century.

Eleven Nobel Laureates have been affiliated with the school.

Annually, the School of Medicine trains more than 800 M.D. and M.D./Ph.D.

students and ranks in the top 25 among U.S. research-oriented medical

schools as designated byU.S. News & World Report's "Guide to Graduate

Education."

The School of Medicine's primary affiliate is University Hospitals Case

Medical Center and is additionally affiliated with MetroHealth Medical Center,

the Louis Stokes Cleveland Department of Veterans Affairs Medical Center,

and the Cleveland Clinic, with which it established the Cleveland Clinic Lerner

College of Medicine of Case Western Reserve University in 2002.

https://casemed.case.edu/newscenter/newsrelease/newsrelease.cfm?

news_id=60
Lampiran 2. Analisis Kasus

CLEVELAND - contoh kasus dari teratologi perkembangan pralahir yang

diteliti oleh Case Western Reserve University School of Medicine , bekerja

sama dengan University of East London Inggris , dan Swansea University

Inggris. Bentuk teratogen pada kasus ini adalah penggunaan ekstasi selama

masa prenatal. Seperti yang diketahui Ekstasi adalah stimulan dan

halusinogen , dan merupakan salah satu yang paling banyak digunakan obat-

obatan terlarang di kalangan anak muda di London Inggris khususnya.

Ekstasi memiliki banyak efek yang sifatnya merusak.

Studi prospektif internasional, yang diterbitkan dalam edisi 28 Februari oleh

Neurotoxicology dan Teratology , menunjukkan bahwa penggunaan ekstasi di

kalangan wanita hamil mempengaruhi penentuan jenis kelamin bayi, dan ,

menghambat perkembangan pada bayi. " Efek berbahaya potensial dari

penggunaan ekstasi pada prenatal dan perkembangan bayi telah lama

menjadi perhatian , " kata Lynn T. Singer , PhD , peneliti utama studi tersebut

, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan, dan psikiatri di Case Western

Reserve University School of Medicine, yang juga menjabat sebagai wakil

rektor urusan akademik di universitas .

Penelitian dilakukan pada 96 partisipan yang mengguanakan ekstasi selama

masa kehamilan oleh The University of East London (UEL) Drugs and Infancy

Study (DAISY), sampai bayi mereka berusia 4 bulan dan menunjukkan


bahwa ekstasi dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan motorik

kasar anak, Sebab serotonin diikat oleh ekstasi padahal serotonin bertugas

membawa impuls saraf antara sel-sel, yang mengatur suasana hati,

kecemasan dan aktivitas seperti tidur. Sehingga serotonin sangat penting

saat perkembangan awal otak janin (http://m.detik.com/health/)

Ekstasi seperti diketahui adalah senyawa kimia yang sering digunakan

sebagai obat rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat

aktif,seringkali dalam sebutir ekstasi sering dicampur dengan bahan

berbahaya lain. Dampak Ekstasi pada otak sendiri adalah ekstasi dapat

mengikat penghantar serotonin yang bertanggung jawab mengeluarkan

serotonin dari sinaps untuk menghentikan sinyal antara neuron, sehingga

ekstasi dapat memperpanjang sinyal serotonin sehingga yang terjadi adalah

pelepasan serotonin secara berlebihan dan akibatnya emosi sulit

dikendalikan atau akan terlihat berlebihan dan mengakibatkan gangguan

perilaku pada anak, disebabkan proses mental anak yang berhubungan

dengan otak tidak berkembang dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai