DISUSUN OLEH :
Anjani Kaunang
Maria Mandagi
Ignatia Grace
Gerald Karamoy
Oxanna Malaihollo
Samuel Tumewu
Syalomitha Pangalila
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan karena atas segala rahmat dan berkat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit yang diberikan. Kami sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Makalah yang kami buat ini berfokus untuk menjelaskan tentang “ Terminologi medis,
Patofisiologi, dan Kodefikasi Prosedur pada Sistem Saraf “. Bagi kami sebagai penyusun,
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah telah mencanangkan kebijakan dan strategi baru dalam suatu Gerakan
Pembangunan Berwawasan Kesehatan. Salah satunya adalah Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan yang merupakan Tenaga Kesehatan sesuai yang tercantum dalam PP No. 32
tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa tenaga
kesehatan diberikan kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan atau penguasaan
pengetahuan melalui pelatihan. Keterampilan dan pengetahuan dari tenaga medis
dibutuhkan untuk pengembangan sistem kesehatan di Indonesia.
Hal ini didukung dengan memahami arti dari istilah – istilah medis, penyakit, prosedur
penanganan dan penggunaan kode-kode penyakit yang terdapat dalam ICD 10. Tenaga
kesehatan dipermudah pekerjaannya dengan mengetahui secara terperinci istilah – istilah
medis beserta penyakit dan penanganannya. Penggunaan ICD 10 memiliki tujuan untuk
meningkatkan fungsi dari pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan
mutu pelayanan dalam lingkungan kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja Terminologi Medis Sistem Saraf
2. Apa saja Patofisiologi dalam Sistem Saraf
3. Apa saja Prosedur dan Tindakan yang dilakukan dalam Sistem Saraf
4. Apa saja kode – kode penyakit yang ada dalam Sistem Saraf
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Terminologi Medis Sistem Saraf
2. Untuk mengetahui Patofisiologi dalam Sistem Saraf
3. Untuk mengetahui Prosedur pada Sistem Saraf
4. Untuk mengetahui apa saja kode – kode penyakit dalam Sistem Saraf
1
BAB 2
ISI
A. Terminologi Medis Sistem Saraf
a. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem organ yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun
atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris
indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan
homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan
paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang
saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa, pikiran dan ingatan. Satuan
kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel glia.
Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf
pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang. SST utamanya terdiri dari saraf tepi, yang merupakan serat panjang yang
menghubungkan SSP ke setiap bagian dari tubuh. SST meliputi saraf motorik, yang
memediasi pergerakan-pergerakan volunter (disadari), sistem saraf otonom,
meliputi sistem saraf simpatis, sistem saraf parasimpatis, dan fungsi regulasi
(pengaturan) involunter (tanpa disadari) dan sistem saraf enterik (pencernaan),
sebuah bagian yang semi-bebas dari sistem saraf yang fungsinya adalah untuk
mengontrol sistem pencernaan.
b. Fungsi
Secara umum, sistem saraf pada manusia memiliki beberapa fungsi. Fungsi tersebut
adalah:
1) Mengumpulkan informasi dari dalam dan luar tubuh (fungsi sensorik).
2) Mengirimkan informasi ke otak dan sumsum tulang belakang.
3) Memproses informasi di otak dan sumsum tulang belakang (fungsi
integrasi).
4) Mengirimkan informasi ke otot, kelenjar, dan organ sehingga dapat
merespon dengan tepat (fungsi motorik).
Secara garis besar, terdapat tiga bagian pada sistem saraf pusat manusia. Ketiga
bagian tersebut adalah:
1. Otak
2
Otak adalah mesin pengendali utama dari segala fungsi tubuh. Seperti yang
disebutkan di atas, organ ini merupakan bagian dalam sistem saraf pusat
manusia. Jika saraf pusat merupakan pusat kontrol tubuh, maka otak adalah
markas besarnya.
Otak terbagi ke dalam beberapa bagian dengan fungsinya masing-masing.
Secara umum, bagian otak terdiri dari otak besar, otak kecil, batang otak, serta
bagian-bagian otak lainnya. Bagian-bagian ini dilindungi oleh tengkorak dan
selaput otak (meninges) dan dikelilingi oleh cairan serebrospinal untuk
menghindari terjadinya cedera otak.
2. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang juga merupakan bagian dari susunan saraf pusat.
Sumsum tulang belakang langsung terhubung ke otak melalui batang otak dan
kemudian mengalir sepanjang ruas tulang belakang.
Saraf tulang belakang berperan dalam aktivitas sehari-hari dengan mengirimkan
sinyal dari otak ke bagian lain dari tubuh dan memerintahkan otot untuk
bergerak. Selain itu, sumsum tulang belakang juga menerima masukan sensorik
dari tubuh, memprosesnya, dan mengirimkan informasi tersebut ke otak.
3. Sel saraf atau neuron
Fungsi sel saraf atau neuron adalah menghantarkan implus saraf. Berdasarkan
fungsinya, neuron terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu neuron sensorik yang
membawa pesan ke saraf pusat, neuron motorik yang membawa pesan dari saraf
pusat, serta interneuron yang menghantarkan pesan di antara neuron sensorik
dan motorik di saraf pusat.
3
3 Meningitis Mening itis penyakit yang disebabkan
olehperadangan pada selaput
pelindung yang menutupi
saraf otak dan tulang
belakang yang dikenal
sebagai meninges.
Peradangan biasanya
disebabkan oleh infeksi dari
cairan yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang.
5
menyebabkan degenerasi
saraf
23 Hemiparkinsonism Hemi parkinson ism Gangguan saraf otonom Kulit
muka yang berminyak.
gangguan sensibilitas: nyueri
dan kejang otot. yaitu:
Gambaran klinis umum: gejala
mulai pada satu sisi
(hemiparkinsonism) tremor
saat istirahat tidak dijumpai
gejala neurologis lain tidak
dijumpai kelainan laboratorium
dan radiologi
24 Neuralgia Neur algia Gangguan nyeri pada syaraf
6
35 Cerebral Ischemic cerebral ic
- Perdarahan pada jaringan otak
ischem
36 Myotonia Myoton ia Gangguan pada otot ditandai
dengan relaksasi lambat
-
Thyroid
39 Myoclonus Myoclon us Otot tersentak terjadi sebagai
akibat kondisi medis yang
mendasari, termasuk : Cedera
kepala atau sumsum tulang
7
belakang
8
B. Patofisiologi
Penyakit dan kelainan sistem saraf adalah penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi
fungsi sistem saraf pada manusia. Penyakit dan kelainan dapat terjadi dan menyerang
pusat
saraf, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, atau sel-sel saraf pada jaringan saraf.
Karena
otak adalah pusat kendali dari semua aktivitas sadar kita, seperti berpikir, berkemauan,
mengingat, dan sebagainya, maka penyakit dan kelainan pada otak dapat menyebabkan
perubahan dan gangguan yang dirasakan seluruh tubuh.
9
jelas untuk mencemaskan/mengkhawatirkannya. Orang dengan gejala gangguan
ansietas umumnya cenderung untuk selalu mengantisipasi bencana dan tidak dapat
berhenti mengkhawatirkan kesehatan, keuangan, keluarga, pekerjaan, atau sekolah.
4. Distimia
Distimia atau gangguan distimik (dysthymic disorder) adalah suatu kondisi
kronis yang ditandai dengan gejala depresi yang terjadi hampir sepanjang hari,
lebih banyak hari depresi daripada tidak, setidaknya selama 2 tahun. Pada anak-
anak, tampak pada suasana hati mungkin mudah tersinggung daripada depresi,
dengan durasi minimum yang diperlukan hanya 1 tahun. Selama periode 2 tahun (1
tahun untuk anak-anak atau remaja), interval bebas gejala tidak bertahan lebih lama
dari 2 bulan.
5. Delusi
Delusi adalah kesalahpahaman seseorang yang serius tentang apa yang
terjadi. Dengan kata lain, kesalahpahaman tentang apa yang mereka lihat, dengar,
atau pikir. Orang yang delusi sangat memegang keyakinan yang tidak rasional dan
tidak realistis yang sangat sulit untuk berubah, bahkan ketika orang itu dihadapkan
pada bukti yang bertentangan dengan khayalannya.
6. Shrizopenia Paranoid
Skizofrenia paranoid adalah salah satu dari beberapa jenis skizofrenia, yaitu
suatu penyakit mental yang kronis di mana seseorang kehilangan kontak dengan
kenyataan/realitas (psikosis). Gambaran umum dari skizofrenia paranoid adalah
adanya delusi (waham) dan mendengar hal-hal yang tidak nyata.
7. Psikosis Korsakoff
10
Korsakoff sindrom, juga disebut Korsakoff psikosis, atau penyakit
Korsakoff, adalah kelainan neurologis yang ditandai dengan amnesia (kehilangan
memori) berat. Banyak dari keadaan ini merupakan hasil dari kasus kronis parah
alkoholisme , sementara yang lain karena berbagai gangguan otak, cedera kepala
berat, atau kekurangan tiamin. Pasien dengan sindrom Korsakoff biasanya tidak
dapat mengingat peristiwa yang baru terjadi atau bahkan pada masa lalu dengan
segera. Beberapa penderita hanya dapat menyimpan informasi untuk beberapa detik
sebelum mereka melupakannya. Pasien mungkin juga lupa untuk jangka waktu
lebih lama.
8. Encephalitis
Encephalitis {Yunani: encekphalos(otak) dan itis(peradangan)} adalah
peradangan otak. Peradangan otak ini dapat melibatkan pula struktur terkait
lainnya. Encephalomyelitis adalah peradangan otak dan sumsum tulang belakang,
dan meningoencephalitis adalah peradangan otak dan “meninges” (membran yang
menutupi otak). Penyebab encephalitis paling sering adalah karena infeksi
mikroorganisme atau zat-zat kimia seperti timbal, arsen, merkuri (air raksa), dan
lain lain. Gejala Encephalitis adalah seperti mengalami gejala flu, termasuk
demam, dan sakit sendi. Setelah beberapa waktu mungkin dapat menyebabkan
kejangkejang, perubahan kepribadian, kebingungan, mengantuk, dan disorientasi.
9. Stroke
Suatu keadaan yang disebut kelayuan tiba-tiba pada otak akibat dari
berkurangnya secara drastis aliran darah ke suatu bagian otak atau akibat
pendarahan dalam otak. Keadaan ini berdampak antara lain kelumpuhan sementara
atau menetap pada satu atau kedua sisi tubuh, kesulitan berkata-kata atau makan,
dan lenyapnya koordinasi otot. Merokok, kolestrol tinggi, diabetes, penuaan, dan
kelainan turunan adalah faktor utama penyebab stroke.
10. Alzheimer
Penyakit alzheimer ditandai oleh kerusakan sel saraf dan sambungan saraf
di kulit otak dan kehilangan massa otak yang cukup besar. Gejala khas pertama
yang muncul adalah pikun. Ketika makin buruk, kehilangan ingatan si penderita
juga makin parah. Keterampilan bahasa, olah pikir, dan gerak turun drastis. Emosi
jiwa dan suasana hati jadi labil. Penderita cenderung rentan dan lebih peka terhadap
stres. Mudah terombang-ambing antara marah, cemas, atau tertekan. Pada tahap
lebih lanjut, penderita kehilangan responsibilitas dan mobilitas serta kontrol
terhadap fungsi tubuh.
11. Gegar Otak
Kehilangan sementara fungsi otak yang disebabkan oleh luka relatif ringan
pada otak dan tak selalu berkaitan dengan ketidaksadaran. Orang yang kena gegar
otak mungkin tak ingat apa yang terjadi sesaat sebelum atau setelah luka. Gejala
gegar otak antara lain cadel berbicara, kebingunan berat, koordinasi otot terganggu,
sakit kepala, pusing, dan mual.
12. Epilepsi
Epilepsi adalah kelainan kronik yang dicirikan oleh serangan mendadak dan
berulangulang yang disebabkan oleh impils berlebihan sel-sel saraf dalam otak.
Serangan dapat berupa sawan, hilang kesadaran beberapa saat, gerak atau sensasi
aneh bagian tubuh, tingkah laku aneh, dan gangguan emosional. Serangan epilepsi
11
umumnya berlangsung hanya 1-2 menit. Kemudian diikuti oleh kelemahan,
kebingungan, atau kekurangtanggapan.
13. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang ditandai dengan serangan tidur tiba-
tiba dan tak terkendali di siang hari, dengan gangguan tidur di malam hari.
Penderita dapat mendadak tertidur di mana saja dan kapan saja bahkan saat berdiri
atau berjalan. Tidur berlangsung beberapa detik, atau menit, dan bahkan lebih dari
sejam.
14. Afasia
Afasia adalah kerusakan dalam pengungkapan dan kepahaman bahasa yang
disebabkan oleh kerusakan lobus frontal dan temporal otak. Afasia dapat
disebabkan oleh luka kepala, tumor, stroke, atau infeksi.
15. Dementia
Kemunduran kapasitas intelektual – yang kronis dan biasanya kian
memburuk – yang berkaitan dengan kehilangan sel saraf secara meluas dan
penyusutan jaringan otak. Dementia paling biasa terjadi di kalangan lansia
meskipun dementia ini dapat menyerang segala usia. Kondisi dementia dimulai
dengan hilangnya ingatan, yang mula-mula tampak sebagai ketidakingatan atau
kelupaan sederhana. Ketika memburuk, lingkup kehilangan ingatan meluas hingga
penderita tak lagi ingat akan keterampilan sosial dan keterampilan hidup yang
paling dasar sekalipun.
16. Meningitis
Penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada selaput pelindung yang
menutupi saraf otak dan tulang belakang yang dikenal sebagai meninges.
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi dari cairan yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang.
12
1 Cranial Puncture Cranial puncture Tusukan suboksipital atau
(Cerebro Spinal Fluid tusukan cisternal adalah
(CSF) prosedur diagnostik yang
dapat dilakukan untuk
mengumpulkan sampel
cairan serebrospinal (CSF)
untuk analisis biokimia,
mikrobiologi, dan sitologi,
atau jarang untuk
meningkatkan tekanan
intrakranial.
13
7 Tractotomy Tract/o tomy pemotongan saraf yang ada di
medulla spinalis u/ hilangkan
nyeri. 19. Shunt saluran yang
saling berhubungan antara dua
kanal yang secara anatomis
sudah ada. 20.
8 Cranioplasty Crani/o -plasty operasi rekonstruksi tulang
kepala untuk menutupi defek
pada kepala.
Rekonstruksi tulang kepada
tentunya membutuhkan
ketelitian dan kecermatan
tinggi, sehingga untuk
memudahkan dokter ketika
melakukan operasi maka
pasien akan dibius total.
9 Ventriculopuncture Ventricul/o puncture Tusukan ventrikel adalah
bentuk pungsi lumbal di
mana titik penyisipan
dibuat lebih tinggi di tulang
belakang daripada biasanya
10 Palidotomy Pallid/o tomy Tindakan pembedahan
untuk penyembuhan
penyakit Parkinson
11 Thalamotomy Thalam/o tomy Tindakan bedah pada
thalamus yaitu bagian otak
yang menyebabkan tremor
12 Gasserian ganglion ectomy Pengangkatan ganglion
Ganglionectomy untuk menghilangkan rasa
sakit dengan memblokir
ganglion Gasserian.
Ganglion Gasserian
ditemukan di dalam
tengkorak di samping
batang otak
14
13 Peripheral Nerve Nerve injection suntikan di sekitar saraf
Injection perifer dalam tubuh, baik
untuk membantu diagnosisdan
juga untuk
menghasilkan pereda nyeri.
14 Sphenopalatine Sphen/o, ectomy sekelompok sel saraf yang
Ganglionectomy(SPG) ganglion terkait dengan saraf
trigeminal, saraf utama yang
terlibat dalam sakit kepala.
SPG, yang terletak di
belakang hidung, membawa
informasi
tentang sensasi, termasuk
rasa sakit, dan juga
memainkan peran dalam
fungsi otonom, seperti
kemacetan dan hidung
tersumbat.
15 Rhizotomy rhiz/o tomy Prosedur bedah memotong
anterior atau posterior akar
saraf tulang belakang untuk
mengurangi rasa sakit, atau
mengurangi kejang otot
16 Foraminotomy Foramin/o tomy membuka foramen sarafdan
mengurangi tekanan pada
akar saraftulang belakang.
17 laminoplasty lamin/o plasty prosedur pembedahan pada
kasus spinal stenosis dengan
cara membebaskan tekanan
pada saraf tulang
belakang
18 Laminectomy Lamina ectomy Pembedahan untuk
menghilangkan /
membebaskan tekannan
pada saraf tulang belakang
15
19 Hemispherectomy Hemisper ectomy Operasi pengangkatan/
penghapusan satu sisi otak
16
30 Pneumoencephalo Pneum/o graphy Pemindaian dengan teknik
graphy Encephal/o radiografi untuk memeriksa
otakdengan penggantian
cairan serebrospinal di
ventrikel otak melalui oksigen
yg berfungsi sbg
media kontras
31 Traksi Traksi Pemasangan daya tarikan
pada tubuh untuk
meluruskan tulang cidera
32 Electro EncphaloGraphy Electro graphy Pemeriksaan aktifitas saraf
enchepal/o
otak
17
tangan
b. Kategori BAB
a) G01* Meningitis pada penyakit bakteri c.e.
b) G02* Meningitis pada penyakit infeksi dan parasit lain c.e.
c) G05* Encephalitis,myelitis dan encephalomyelitis pada penyakit c.e.
d) G07* Abses dan granuloma intrakranial dan intraspinal pada penyakit c.e.
e) G13* Atrofi sistemik yang terutama, mengganggu CNS pada penyakit c.e.
f) G22* Parkinsonism pada penyakit c.e.
g) G26* Kelainan extrapyramid dan gerakan pada penyakit c.e.
h) G32* Kelainan degeneratif lain sistem syaraf pada penyakit c.e. 149
i) G59* Mononeuropati pada penyakit c.e.
j) G63* Polyneuropati pada penyakit c.e.
k) G73* Kelainan myoneural junction dan otot pada penyakit c.e.
l) G94* Kelainan otak lainnya pada penyakit c.e.
m) G99* Kelainan sistem syaraf lainnya pada penyakit c.e.
18
4) G03 Meningitis akibat penyebab lain dan penyebab yang tidak dijelaskan
5) G04 Ensefalitis, myelitis dan ensefalomyelitis
6) G05* Ensefalitis,myelitis dan ensefalomyelitis pada penyakit c.e.
7) G06 Abses dan granuloma intrakranium dan intraspinal
8) G07* Abses dan granuloma intrakranium dan intraspinal pada penyakit c.e.
9) G08 Phlebitis dan thrombophlebitis intrakranium dan intraspinal 150
10) G09 Sequelae penyakit peradangan sistem syaraf pusat (SPP) Kategori ini
digunakan untuk kondisi yang klasifikasi utamanya pada G00-G08(kecuali yang
memiliki asterisk [*]) sebagai penyebab dari sekuel yang bisa diklasifikasikan di
tempat ini.
d. Atrofi Sistemik yang Terutama Mengganggu SSP (G10-G13)
1) G10 Penyakit Huntington
2) G11 Ataxia Herediter
3) G12 Atrofi otot spinalis dan sindroma terkait
4) G13* Atrofi sistemik yang terutama mengganggu SSP pada penyakit c.e.
e. Kelainan Ekstrapiramid dan Gerakan (G20-G26)
1) G20 Penyakit Parkinson
2) G21 Parkinsonisme sekunder
3) G22* Parkinsonisme pada penyakit c.e.
4) G23 Penyakit degeneratif basal ganglia lain
5) G24 Dystonia [tonus otot tidak teratur sehingga timbul kontraksi bawah sadar]
6) G25 Kelainan extrapyramid dan pergerakan lainnya
7) G26* Kelainan extrapyramid dan pergerakan pada penyakit c.e.
f. Penyakit Degeneratif Lain Sistem Saraf (G30-G32)
1) G30 Penyakit Alzheimer
2) G31 Penyakit degeneratif lain sistem syaraf,NEC
3) G32* Penyakit degeneratif lain sistem syaraf pada penyakit c.e 151
g. Penyakit Demielinasi SSP
1) G35 Multiple sclerosis
Multiple sclerosis (pada): batang otak, medulla spinalis, disseminata, generalisata,
NOS
2) G36 Demielinasi luas akut lainnya
3) G37 Penyakit-penyakit demielinasi lain pada SSP
h. Kelainan-Kelainan Episodik dan Paroxysmal (G-40-G47)
1) G40 Epilepsy
2) G41 Status epilepticus
3) G43 Migraine
4) G44 Sindroma sakit kepala lainnya
5) G45 Transient cerebral ischaemic attacks (TIAs) dan sindroma yang terkait
6) G46* Sindroma vaskuler otak pada penyakit serebrovaskuler (I60-I67+)
7) G47 Kelainan-kelainan tidur.
i. Kelainan Saraf, Urat Saraf, dan Pleksus Saraf (G50-G59)
1) G50 Kelainan nervus trigeminus (NC V)
2) G51 Kelainan nervus fasialis
3) G52 Kelainan nervi kraniales lainnya
4) G53*Kelainan n. kranialis pada penyakit yang klasifikasinya ditempat lain
19
5) G54 Kelainan urat syaraf dan pleksus syaraf
6) G55*Kompresi urat syaraf dan pleksus syaraf pada penyakit c.e.
7) G56 Mononeuropati anggota atas
8) G57 Mononeuropati anggota bawah
9) G58 Mononeuropati lainnya
10) G59*Mononeuropati pada penyakit c.e.
j. Polyneuropati dan Kelainan Lain Sistem Saraf Perifer (G60-G64)
1) G60 Neuropati herediter dan idiopatik
2) G61 Polineuropati peradangan
3) G62 Polineuropati lainnya
4) G63* Polineuropati pada penyakit c.e.
5) G64 Kelainan lain sistem syaraf perifer
k. Penyakit Myoneural Junction dan Otot (G70-G73)
1) G70 Myasthenia gravis dan kelainan mioneural lainnya
2) G71 Kelainan primer pada otot
3) G72 Miopati lainnya
4) G73* Kelainan myoneural junction dan otot pada penyakit c.e.
l. Cerebral Palsy dan Sindroma Lumpuh Lainnya (G80-G83)
1) G80 Cerebral palsy
Catatan untuk G81-G83 sindroma paralitik
Kode-kode ini tidak digunakan untuk kondisi utama kalau penyebab kondisi
sekarang diketahui, kecuali kalau episode perawatan adalah untuk paralisis itu
sendiri. Ketika mengkode penyebab,G81-G83 bisa dipakai sebagai kode tambahan.
2) G81 Hemiplegia
Kategori ini digunakan untuk kode utama kalau hemiplegia dilaporkan tanpa
penjelasan lebih lanjut, atau dinyatakan sebagai telah lama tapi penyebab tidak
dijelaskan. Kategori ini juga digunakan pada pengkodean ganda untuk identifikasi
jenis-jenis hemiplegia.
3) G82 Paraplegia dan tetraplegia
Kategori ini digunakan untuk kode utama kalau hemiplegia dilaporkan tanpa
penjelasan lebih lanjut, atau dinyatakan sebagai telah lama tapi penyebab tidak
dijelaskan. Kategori ini juga digunakan pada pengkodean ganda untuk identifikasi
jenis-jenis hemiplegia.
4) G83 Sindroma paralitik lainnya
Kategori ini digunakan untuk kode utama kalau hemiplegia dilaporkan tanpa
penjelasan lebih lanjut, atau dinyatakan sebagai telah lama tapi penyebab tidak
dijelaskan. Kategori ini juga digunakan pada pengkodean ganda untuk indentifikasi
jenis-jenis hemiplegia.
m. Kelainan Lain pada Sistem Saraf (G90-G99)
1) G90 Kelainan sistem syaraf otonom
2) G91 Hydrocephalus
3) G92 Toxic encephalopathy
4) G93 Kelainan-kelainan lain pada otak
5) G94* Kelainan lain otak pada penyakit c.e.
6) G95 Other penyakit-penyakit spinal cord
7) G96 Kelainan lain sistem syaraf pusat
20
8) G97 Kelainan sistem syaraf pasca-prosedur, NEC
9) G98 Kelainan sistem syaraf,not elsewhere classified
10) G99* Kelainan lain sistem syaraf pada penyakit c.e.
n. Proses Pengkodean
Contoh Pencarian Kode pada ICD 10
Hydrocephalus: adalah penumpukan cairan di dalam tengkorak, yang menyebabkan
Kode : G 24.0 (mencari pada ICD 10 vol 3) → dystonia ... telusur drug induce pada
table of Drug
21
Vol 1 section 3 → cari obat kanker Adriamisin → pilih chapter 19 → T 45.1
Contoh :
EEG (Electroencephalogram)
Pembahasan:
a. Carilah lead term yang terkait tindakan pada formulir laporan pembedahan di
Indeks Alfabetik E
b. Ikutilah modifier yang berada di bawah lead term secara hati-hati hingga
menemukan kode yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan yakni EEG
(Electroencephalogram)
c. Kemudian tentukanlah kode yang paling tepat sesuai dengan tindakan yakni EEG
(Electroencephalogram) : 89.14
89.14
EEG adalah pemeriksaan medis yang dilakukan untuk memeriksa kondisi
pada otak, seperti mendeteksi gangguan otak ketika epilepsi menyerang hingga
komplikasi penyakit stroke. Nantinya, pemeriksaan dengan electroencephalogram
ini akan menunjukkan pola gelombang otak yang normal maupun abnormal.
22
o. kode ICD 9 lainnya
Dekompresi saraf fasialis 04.42
Graft saraf kranial/perifer 04.5
Transposisi saraf kranial/perifer 04.6
Anastomosis saraf hipoglosus-fasialis 04.71
Anastomosis saraf asesorius-fasialis 04.72
Anastomosis asesorius-hipoglosus 04.73
Revisi operasi saraf kranial/perifer 04.75
Eksplorasi dan reparasi trauma saraf 04.76
Insisi pseudokista/hematoma aurikula 18.09
23
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem saraf adalah sistem organ yang
terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial
untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau
jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh.
Penyakit dan kelainan sistem saraf adalah penyakit atau kelainan yang
mempengaruhi fungsi sistem saraf pada manusia. Penyakit dan kelainan dapat terjadi dan
menyerang pusat saraf, yaitu otak dan sumsum tulang belakang, atau sel-sel saraf pada
jaringan saraf. Penyakit maupun tindakan medis pada sistem saraf sangat banyak, namun
perlu diingat beberapa terminology penting yang umum digunakan pada praktik sehari-
hari. Misalnya pada sistem penglihatan meliputi: meningitis, encephalitis, paraplegia, dan
sebagainya. Sedangkan prosedur pada sistem saraf misalnya cranial puncture,
ventriculopuncture, dan lainnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Ganong, William F. (2003). Review Of Medical Physiology 21st Ed. San Fransisco:
McGraw- Hill Companies.
Wedding, Mary Ellen. (2005). Medical Terminology System – A Body Systems Approach.
F. A Davis Company, Phildelphia
Buku KKPMT 2
The center for madicare and medicaid services (CMS) and the National Center for Health
Statistics (NCHS). (2006). ICD-9-Cm Official Guidelines For Coding And
Reporting.
The Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) and the National Center for Health
Statistics (NCHS). (2006). ICD-9-Cm Official Guidelines For Coding Ang
Reporting
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Wedding, Mary Ellen. (2005). Medical Terminology System – A Body Systems Approach.
F. A Davis Company, Phildelphia
25
"Nervous System". Columbia Encyclopedia. Columbia University Press.
Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM, ed. (2000). "Ch. 2: Nerve cells and behavior".
Principles of Neural Science. McGraw-Hill Professional. ISBN 978-0-8385-7701-1.
Allen NJ, Barres BA (2009). "Neuroscience: Glia - more than just brain glue". Nature. 457
(7230): 675–7. doi:10.1038/457675a. PMID 19194443.
Azevedo FA, Carvalho LR, Grinberg LT; et al. (2009). "Equal numbers of neuronal and
nonneuronal cells make the human brain an isometrically scaled-up primate brain".
J. Comp. Neurol. 513 (5): 532–41. doi:10.1002/cne.21974. PMID 19226510.
Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM, ed. (2000). "Ch. 17: The anatomical organization of
the central nervous system". Principles of Neural Science. McGraw-Hill
Professional. ISBN 978-0-8385-7701-1.
Hubbard JI (1974). The peripheral nervous system. Plenum Press. hlm. vii. ISBN 978-0-
306-30764-5.
Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D, Hall WC, LaMantia A-S, McNamara JO, White
LE (2008). Neuroscience. 4th ed. Sinauer Associates. hlm. 15–16.
26