Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu: Ns. Happy Kurniasih, S.Kep

DISUSUN OLEH:

1. Febriana Indah Sari P07220117049


2. Rantau Gigih Dwi A P07220117067

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.karena


berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Maternitas, yang telah memberikan tugas dan membimbing kami. Penulis
membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Materitas, yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas”.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka


Kami berharap kritik dan saran dari pembaca . Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.

Balikpapan, 10 Februari 2019

Kelompok 9

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
A. Latar Belakang .................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................ 4
BAB II ........................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
1. Pengertian .......................................................................................................... 5
2. Klasifikasi ........................................................................................................... 6
3. Adaptasi fisiologi pada masa ibu nifas ............................................................ 6
4. Adaptasi Psikologis.......................................................................................... 16
5. Konsep Dasar Keperawatan ........................................................................... 21
BAB III ....................................................................................................................... 33
PENUTUP ................................................................................................................... 33
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 34

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI,
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik. Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami
hal ini. Agar perubahan psikologi yag dialami tidak berlebihan, ibu
perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut. Wanita
banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara
ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian
bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang
normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan
asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau
penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah
melahirkan, banyak wanita yang menunjukan gejala-gejala
psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan sampai berat serta
gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang
berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal
sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan
abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat
kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masa nifas
2. Klasifikasi masa nifas
3. Apa saja adaptasi fisiologi pada masa ibu nifas
4. Apa saja adaptasi psikologis pada masa ibu nifas
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu diharapkan agar pembaca
dapat memahami pengertian masa nifas, Klasifikasi masa nifas, Apa
saja adaptasi fisiologi pada masa ibu nifasApa saja adaptasi
psikologis pada masa ibu nifas

4
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian
Masa nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa
nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera


setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan


berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
(Abdul Bari. S, dkk, 2002)

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari


persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
sebelim hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam
Mochtar, 1998)

Masa nifas adalah masa dimulainya beberapa jam sesudah


lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan
(Pusdiknakes, 2003:003)

5
2. Klasifikasi
Klasifikasi Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini, (immediate puerperium) : Dimana ibu telah
diperbolehkaan berdiri dan berjalan – jalan yaitu 0 – 24 jam post
partum.
2. Puerperium intermediate adalah kondisi kepulihan organ genital
secara menyeluruh
Waktu 1 – 7 hari post partum yaitu pulihnya alat – alat genetalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium waktu 1 – 6 minggu post partum yaitu
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau wakti persalinan mengalami
komplikasi.

3. Adaptasi fisiologi pada masa ibu nifas


Pada masa nifas, akan terjadi proses perubahan pada tubuh
ibu dari kondisi hamil kembali ke kondisi sebelum hamil, yang
terjadi secara bertahap.Perubahan ini juga terjadi untuk dapat
mendukung perubahan lain yang terjadi dalam tubuh ibu karena
kehamilan, salah satunya adalah proses laktasi, agar bayinya dapat
ternutrisi dengan nutrisi yang paling tepat yaitu ASI.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses ini,


misalnya tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru
lahir, tenaga kesehatan dan asuhan yang diberikan, maupun suami
dan keluarga disekitar ibu nifas.Adapun perubahan anatomi dan
fisiologi yang terjadi pada masa nifas antara lain perubahan yang
terjadi pada organ reproduksi, system pencernaan, system
perkemihan, system musculoskeletal, system endokrin dan lain
sebagainya yang akan dijelaskan berikut ini.

6
1. Perubahan Pada Sistem Reproduksi

Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi yaitu


pada vagina, serviks uteri, dan endometrium.

a Perubahan pada Vagina dan Perineum

Kondisi vagina setelah persalinan akan tetap terbuka


lebar, ada kecenderungan vagina mengalami bengkak dan
memar serta nampak ada celah antara introitus vagina. Tonus
otot vagina akan kembali pada keadaan semula dengan tidak
ada pembengkakan dan celah vagina tidak lebar pada minggu
1-2 hari pertama postpartum. Pada minggu ketiga posrpartum
rugae vagina mulai pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi
lebih kecil. Dinding vagina menjadi lebih lunak serta lebih
besar dari biasanya sehingga ruang vagina akan sedikit lebih
besar dari keadaan sebelum melahirkan.Vagina yang bengkak
atau memar dapat juga diakibatkan oleh trauma karena proses
keluarnya kepala bayi atau trauma persalinan lainnya jika
menggunakan instrument seperti vakum atau forceps.

Perineum pada saat proses persalinan ditekan oleh kepala


janin, sehingga perineum menjadi kendur dan teregang. Tonus
otot perineum akan pulih pada hari kelima postpartum mesipun
masih kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.

Meskipun perineum tetap intack/utuh tidak terjadi robekan


saat melahirkan bayi, ibu tetap merasa memar pada perineum
dan vagina pada beberapa hari pertama persalinan. Ibu
mungkin merasa malu untuk membuka perineumnya untuk
diperiksa oleh bidan, kecuali jika ada indikasi klinis. Bidan
harus memberikan asuhan dengan memperhatikan teknik
asepsis dan antisepsis, dan lakukan investigasi jika terdapat

7
nyeri perineum yang dialami. Perineum yang mengalami
robekan atau di lakukan episiotomy dan dijahit perlu di periksa
keadaannya minimal satu minggu setelah persalinan.

b Perubahan pada Serviks Uteri

Perubahan yang terjadi pada serviks uteri setelah


persalinan adalah menjadi sangat lunak, kendur dan terbuka
seperti corong. Korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks
uteri tidak berkontraksi sehingga seolah-olah terbentuk seperti
cincin pada perbatasan antara korpus uteri dan serviks uteri.

Tepi luar serviks yang berhubungan dengan ostium


uteri ekstermun (OUE) biasanya mengalami laserasi pada
bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan
beberapa hari setelah persalinan ostium uteri hanya dapat
dilalui oleh 2 jari. Pada akhir minggu pertama, ostium uteri
telah menyempit, serviks menebal dan kanalis servikalis
kembali terbentuk. Meskipun proses involusi uterus telah
selesai, OUE tidak dapat kembali pada bentuknya semula saat
nullipara. Ostium ini akan melebar, dan depresi bilateral pada
lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan
menjadi ciri khas servis pada wanita yang pernah
melahirkan/para.

c Perubahan pada Uterus

Perubahan fisiologi pada uterus yaitu terjadi proses


involusio uteri yaitu kembalinya uterus pada keadaan
sebelum hamil baik ukuran, tonus dan posisinya.Proses
involusio juga dijelaskan sebagai proses pengecilan ukuran
uterus untuk kembali ke rongga pelvis, sebagai tahapan
berikutnya dari proses recovery pada masa nifas. Namun

8
demikian ukuran tersebut tidak akan pernah kembali seperti
keadaan nullipara. Hal ini disebabkan karena proses
pagositosis biasanya tidak sempurna, sehingga masih
tertinggal sedikit jaringan elastis. Akibatnya ketika seorang
perempuan pernah hamil, uterusnya tidak akan kembali
menjadi uterus pada keadaan nullipara.

Pada jam-jam pertama pasca persalinan, uterus


kadang-kadang bergeser ke atas atau ke kanan karena
kandung kemih. Kandung kemih harus dikosongkan
sebelum mengkaji tinggi fundus uteri (TFU) sebagai
indikator penilaian involusi uteri, agar dapat memperoleh
hasil pemeriksaan yang akurat.

Uterus akan mengecil menjadi separuh dalam satu


minggu, dan kembali ke ukuran normal pada minggu
kedelapan postpartum dengan berat sekitar 30 gram. Jika
segera setelah persalinan TFU akan ditemukan berada
setinggi umbilicus ibu, maka hal ini perlu dikaji labih jauh,
karena merupakan tanda dari atonia uteri disertai
perdarahan atau retensi bekual darah dan darah, serta
distensi kandung kemih, tidak bisa berkemih. Ukuran
uterus dapat dievaluasi melalui pengukuran TFU yang
dapat dilihat pada table dan gambar berikut ini.

9
Sementara itu, tinggi fundus uteri dilaporkan menurun kira-kira 1
cm per hari, yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Proses Involusio Uteri Pasca Persalinan.

Proses involusi terjadi karena

 Iskemia: terjadi kontraksi dan retraksi otot uterus, yang


membatasi aliran darah ke uterus
 Phagositosis: proses penghancuran serat dan elastisitas
jaringan
 Autolisis: digestasi jaringan otot oleh ensim proteolitik
 Semua buangan proses masuk ke peredaran darah dan
dieliminasi melalui ginjal
 Lapisan desidua uterus dikeluarkan melalui darah vagina
(Lochia) dan endometrium yang baru dibentuk selama 10
hari setelah persalinan dan selesai pada minggu ke 6
postpartum

10
Involusi uterus lebih lambat terjadi pada persalinan dengan
tindakan seksio sesarea, demikian juga akan terlambat pada
kondisi retensio plasenta atau gumpalan darah (stoll cell) yang
tertinggal biasanya berhubungan dengan infeksi, sereta keadaan
lain misalnya adanya mioma uteri.

Lokia adalah cairan uterus yang berasal dari pelepasan


desidua uterus. Lokia berisi serum dan darah serta lanugo,
verniks kaseosa juga berbagai debris dari hasil produksi
konsepsi.Secara Mikroskopik lokia terdiri dari eritrosit,
serpihan desidua, sel-sel epitel dan bakteri. Mikroorganime
ditemukan pada lokia yang menumpuk di vagina dan pada
sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan jika keluaran
/dischargediambil pada pada rongga uterus. Jumlah total
pengeluaran seluruh periode lokia rata-rata 240-270ml.Lokia
bagi menjadi 4 klasifikasi karena terus terjadi perubahan
hingga minggu ke 4-8 pasca persalinan yaitu:

 Lokia Rubra (merah): hari pertama sampai hari ketiga


/keempat mengandung cukup banyak darah.
 Lokia Sanguinalenta (merah kecoklatan): hari 4-7
postpartum, berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
 Lokia Serosa (pink): hari 8-14, mengandung serum, lekosit
dan robekan/laserasi plasenta.
 Lokia Alba (putih): hari 14 – minggu ke 6/8 postpartum,
berwarna putih karena banyak mengandung sel darah putih
dan berkurangnya kandungan cairan.

Sumber lain mengatakan bahwa terdapat bermacam-


macam variasi dari jumlah, warna dan durasi pengeluaran
lokia.Oleh karena itu, teori tersebut diatas belum tentu dialami
oleh semua ibu nifas secara tepat.

11
d Perubahan pada Endometrium

Pada hari kedua – ketiga pasca persalinan, lapisan desidua


berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Stratum superfisial menjadi
nekrotik bersama lokia, sedangkan stratum basal yang
bersebelahan dengan myometrium tetap utuh dan yang menjadi
sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk
dari proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan
ikat antar kelenjar tersebut.

Proses pembentukan kembali endometrium berlangsung


secara cepat selama masa nifas, kecuali pada tempat insersi
plasenta. Dalam satu minggu atau lebih permukaan bebas menjadi
tertutup kembali oleh epitel endometrium dan pulih kembali dalam
waktu 3 minggu.

2. Perubahan sistem kardiovaskuler

Terjadi kehilangan darah sebanyak 200-500ml selama


proses persalinan normal, sedangkan pada persalinan seksio
sesarea bisa mencapai 700-1000 cc, dan histerektomi 1000-1500 cc
(a/i atonia uteri) .Kehilangan darah ini menyebabkan perubahan
pada kerja jantung.Peningkatan kerja jantung hingga 80% juga
disebabkan oleh autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi
pembuluh darah perifer meningkat karena hilangnya proses
uteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu.

Pada 2-4 jam pertama hingga beberapa hari postpartum,


akan terjadi diuresis secara cepat karena pengaruh rendahnya
estrogen (estrogen bersifat resistensi cairan) yang menyebabkan
volume plasma mengalami penurunan. Keadaan ini akan kembali
normal pada minggu kedua postpartum.

12
Ibu nifas dapat juga mengalami udem pada kaki dan
pergelangan kaki/ankle, meskipun tidak mengalami udem pada
masa hamil. Pembengkakan ini harus terjadi secara bilateral dan
tidak menimbulkan rasa nyeri. Jika pembengkakan terjadi hanya
pada salah satu kaki disertai nyeri, dapat dicurigai adanya
thrombosis. Ibu nifas harus menghindari berdiri terlalu lama atau
menggantungkan kaki pada posisi duduk yang lama saat menyusui
untuk menghindari udem pada kaki.

Ibu nifas juga tidak jarang ditemukan berkeringat dingin,


yang merupakan mekanisme tubuh untuk mereduksi banyaknya
cairan yang bertahan selama kehamilan selain diuresis.
Pengeluaran cairan yang berlebihan dari tubuh dan sisa-sisa produk
melalui kulit menimbulkan banyak keringat. Keadaan ini
disebut diaphoresisyang dialami pada masa early postpartum pada
malam hari, yang bukan merupakan masalah pada masa nifas.

Ibu bersalin juga sering ditemukan menggigil setelah


melahirkan, hal ini dapat disebabkan karena respon persarafan atau
perubahan vasomotor. Jika tidak diikuti dengan demam, menggigil,
maka hal tersebut bukan masalah klinis, namun perlu diupayakan
kenyamanan ibu.Kondisi ketidaknyamanan ini dapat diatasi dengan
cara menyelimuti ibu dan memberikan teh manis hangat. Jika
keadaan tersebut terus berlanjut, dapat dicurigai adanya infeksi
puerperalis.

3. Perubahan sistem pencernaan

Setelah mengalami proses persalinan, ibu akan mengalami


rasa lapar dan haus akibat banyak tenaga yang terkuras dan juga
stress yang tinggi karena melahirkan bayinya.Tetapi tidak jarang
juga ditemui ibu yang tidak memiliki nafsu makan karena
kelelahan melahirkan bayinya. Jika ditemukan keadaan seperti itu,

13
perlu menjadi perhatian tenaga kesehatan agar dapat memotivasi
ibu untuk makan dan minum pada beberapa jam pertama
postpartum, juga kajian lebih lanjut terhadap keadaan psikologis
ibu.

Jika keadaan ini menjadi persisten selama beberapa jam


setelah persalinan, waspada terhadap masalah perdarahan, dan
komplikasi lain termasuk gangguan psikologi pada masa nifas.
Demikian juga beberapa keyakinan maupun adat istiadat atau
budaya setempat yang masih diyakini oleh ibu untuk dijalani
termasuk kebiasaan makan dan minum setelah melahirkan bayinya.

Proses menyusui, serta pengaruh progesterone yang


mengalami penurunan pada masa nifas juga dapat menyebabkan
ibu konstipasi. Keinginan ini akan tertunda hingga 2-3 hari
postpartum. Tonus otot polos secara bertahap meningkat pada
seluruh tubuh, dan gejala heartburn / panas di perut / mulas yang
dialami wanita bisa hilang. Sembelit dapat tetap menjadi masalah
umum pada ibu nifas selama periode postnatal.

Kondisi perineum yang mengalami jahitan juga kadang


menyebabkan ibu takut untuk BAB. Oleh karena itu tenaga
kesehatan perlu memberikan edukasi agar keadaan ini tidak
menyebabkan gangguan BAB pada ibu nifas dengan banyak
minum air dan diet tinggi serat serta informasi bahwa jahitan
episiotomy tidak akan terlepas jika ibu BAB.

4. Perubahan sistem perkemihan

Perubahan pada system perkemihan termasuk terjadinya


diuresis setelah persalinan terjadi pada hari 2-3 postpartum, tetapi
seharusnya tidak terjadi dysuria. Hal ini dapat disebabkan karena
terjadinya penurunan volume darah yang tiba-tiba selama periode

14
postpartum. Diuresis juga dapat tejadi karena estrogen yang
meningkat pada masa kehamilan yang menyebabkan sifat retensi
pada masa postpartum kemudian keluar kembali bersama
urine.Dilatasi pada saluran perkemihan terjadi karena peningkatan
volume vascular menghilang, dan organ ginjal secara bertahap
kembali ke keadaan pregravida.

Segera setelah persalinan kandung kemih akan mengalami


overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan residu urine
yang berlebihan akibat adanya pembengkakan kongesti dan
hipotonik pada kandung kemih. Efek ini akan hilang pada 24 jam
pertama postpartum.Jika Keadaan ini masih menetap maka dapat
dicurigai adanya gangguan saluran kemih.

Bladder dan uretra dapat terjadi kerusakan selama proses


persalinan, yang menyebabkan kurangnya sensasi untuk
mengeluarkan urine pada dua hari pertama. Hal ini dapat
menyebabkan retensi urin karena overflow, dan dapat
meningkatkan nyeri perut bagian bawah dan ketidaknyamanan,
infeksi saluran kemih dan sub involusi uterus, yang menjadi kasus
primer dan sekunder dari perdarahan postpartum.

5. Perubahan sistem hemotologi

Terjadinya hemodilusi pada masa hamil, peningkatan


volume cairan pada saat persalinan mempengaruhi kadar
hemoglobin (Hb), hematocrit (HT), dan kadar erisrosit pada awal
postpartum. Penurunan volume darah dan peningkatan sel darah
pada masa hamil berhubungan dengan peningkatan Hb dan HT
pada hari ketiga – tujuh postpartum. Pada minggu keempat – lima
postpartum akan kembali normal. Lekosit meningkat hingga
15.000 selama beberapa hari postpartum (25.000-30.000) tanpa
menjadi abnormal meski persalinan lama. Namun demikian perlu

15
diobservasi dan dilihat juga tanda dan gejala lainnya yang
mengarah ke infensi karena infeksi mudah terjadia pada masa
nifas.

4. Adaptasi Psikologis
Adaptasi Psikologis Normal

Psikologis secara normal dapat dialami oleh ibu jika


memiliki pengalaman yang baik terhadap persalinan, adanya
tanggung jawab sebagai ibu, adanya anggota keluarga baru (bayi),
dan peran baru sebagai ibu bagi bayinya. Ibu yang baru melahirkan
membutuhkan mekanisme penanggulangan (coping) untuk
mengatasi perubahan fisik karena proses kehamilan, persalinan dan
nifas, bagaimana mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum
hamil, serta perubahan yang terjadi dalam keluarga.

Dari berbagai hasil penelitian ditemukan coping yang baik


pada ibu didapatkan dari adanya dukungan emosional dari
seseorang serta ketersediaan informasi yang cukup dalam
menghadapi situasinya.

1. Reva Rubin (1963) membagi fase-fase adaptasi psikologis


pasca persalinan menjadi 3 tahapan antara lain:

a. Taking In Phase(Perilaku dependen)

Fase ini merupakan periode ketergantungan, dan ibu


mengharapkan pemenuhan kebutuhan dirinya dapat dipenuhi
oleh orang lain dalam hal ini suami, keluarga atau tenaga
kesehatan dalam seperti bidan yang menolongnya. Kondisi ini
berlangsung selama 1-2 hari postpartum, dan ibu lebih fokus
pada dirinya sendiri. Beberapa hari setelah melahirkan, ia akan
menangguhkan keterlibatannya terhadap tanggung jawabnya.

16
Fase taking in atau disebut juga fase menerima dalam 1-2 hari
pertama postpartum ini perlu diperhatikan agar ibu yang baru
melahirkan mendapat perlindungan dan perawatan yang baik,
demikian juga kasih sayang. Disebutkan juga fase dependen
dalam 1-2 hari pertama persalinan karena pada waktu ini ibu
menunjukan kebahagiaan atau kegembiraan yang sangat dalam
menceritakan pengalaman melahirkannya. Ibu akan lebih
sensitive dan cenderung pasif terhadap lingkungannya karena
kelelahan. Kondisi ini perlu dipahami dengan cara menjaga
komunikasi yang baik. Pemenuhan nutrisi yang baik perlu
diperhatikan pada fase ini karena ibu akan mengalami nafsu
makan yang meningkat.

b. Taking Hold Phase(Perilaku dependen-independen)

Pada fase ini terdapat kebutuhan secara bergantian


untuk mendapat perhatian dalam bentuk perawatan serta
penerimaan dari orang lain, dan melakukan segala sesuatu
secara mandiri. Fase ini berlangsung salaam 3-10 hari. Ibu
sudah mulai menunjukan kepuasan yang terfokus kepada
bayinya, mulai tertarik melakukan perawatan pada bayinya,
terbuka menerima perawatan dan pendidikan kesehatan bagi
dirinya serta bayinya, juga mudah didorong untuk melakukan
perawatan terhadap bayinya. Ibu akan memberikan respon
dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar
dan berlatih bagaimana merawat bayinya, dan timbul keinginan
untuk merawat bayinya sendiri. Oleh karena itu, waktu yang
tepat untuk memberikan Pendidikan kesehatan bagi ibu dalam
merawat bayi serta dirinya adalah pada fase taking holdini,
terutama pada ibu yang seringkali kesulitan menyesuaikan diri
seperti primipara, wanita karier, ibu yang tidak mempunyai

17
keluarga untuk berbagi, ibu yang masih remaja, ibu single
parent.

c. Letting Go Phase(Perilaku Interdependen)

Fase ini merupakan fase yang dapat menerima tanggung


jawab sebagai ibu, biasanya dimulai pada hari kesepuluh
postpartum. Ibu sudah menyesuaikan diri terhadap
ketergantungan bayinya, adanya peningkatan keinginan untuk
merawat bayi dan dirinya dengan baik, serta terjadi
penyesuaian hubungan keluarga dalam mengobservasi bayinya.
Hubungan dengan pasangan juga memerlukan penyesuaian
dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga baru.

2. Bonding dan Attechment


a. Pengertian Bonding

Bonding adalah Daya tarik awal dan dorongan untuk


terjadinya ikatan batin antara orang tua dan bayinya
(Bobak,2000).

Bonding adalah menggambar suatu hubunagan yang


berawal dari saling memikat diantara orang-orang seperti
orang tua dan anaknya ketika pertama kali bertemu
(Brazelton,1987)

Bonding merupakan langkah awal untuk saling tertarik


dan berespon orang tua dan bayi serta merupakan dasar
untuk menciptakan kasih sayang dan menerima bayinya
sebagai anggota keluarga

18
b. Prinsip Bonding

Prinsip Bonding tidak sebatas memperhatikan bayi


kepada ibu,memberitahu jenis kelamin,panjang,dan berat
badan saja tetapi ada prinsip-prinsip yang mendasarinya:

1) Pada menit pertama sesudah kelahiran adalah masa


paling optimal untuk dilakukan bonding
2) Respon spesifik manusiawi ketika pertama kali
diberikan kepada orang tua (memandang berkata,
dan melakukan sesuatu)
3) Monotropi adalah proses yang terstruktur dimana pad
satu waktu orang tuanya hanya dapat berespon pada
satu bayi (Bowlb,1958)
4) Perlu umpan balik antara orang tua dan bayi melalui
beberapa tanda seperti gerakan tubuh dan gerakan
mata
5) Awal penentu perkembangan masa depan
c. Proses terjadinya bonding

Ikatan batin diawali oleh rasa kasih sayang tehadap bayi.


Bayi -bayi yang menderita karena diabaikan, rasa jemu dan
kecemasan, tidak merasa cukup aman untuk membentuk
suatu ikatan batin dengan orang tua. Tetapi, terbentuk bukan
hanya karena bayi diberi makan dan dimandikan saja atau
hanya berespon kebutuhan - kebutuhan mendasar dari bayi,
proses ikatan batin tak akan berlangsung. Ikatan batin terjadi
bila orang tua belajar untuk peka bahkan terhadap sinyal –
sinyal yang paling halus, seperti ekspresi wajah. Gerakan
tangan dan melakukan sesuatu. Cara terbaik untuk
melakukan ikatan batin dengan bayi adalah memperhatikan
secermat mungkin apa yang dikatakan melalui bahasa tubuh

19
selain memberikan respon terhadap tanda-tanda yang lebih
nyata sifatnya,seperti tangisan atau anggukan (Bobak ,2000)

Attechment

A. Pengertian attachment

Attechment adalah suatu perubahan perasaan satu sam lain


yang paling mendasar ketika ada perasaan keterkaitan tanggung
jawab dan kepuasan (Stanton,1983)

Attechment adalah suatu perasan kasih sayang atau


kesehatan yang mengikat antara satu orang dengan orang
lain.Attechment adalah unik,spesifik dan memerlukan
kesabaran (Kalus,Kennel,1970)

B. Prinsip Penguatan suatu proses Attechment

Ketidaknyamanan dikurangi atau dirubah oleh ibu


(pemberian perawatan dalam bentuk yang lain) dan diganti
dengan kesenangan,ibu memberikan dengan pertasaan senang
dan puas.Ibu akan mengulurkan tangan pada bayi,menjaga
kontak mata antara ibu dengan bayi,dan berbicara dengan baik,
ibu menjadi infant, dicintai dan dapat berinteraksi sebagai
penguat agen atau setiap peristiwa.Ibu menjadi sesuatu yang
bermakna lain pada kehidupan Infant (Bobak,2000)

C. Proses terjadinya Attechment

Proses attachment dijelaskan sebagai suatu linear,dimulai


saat ibu hamil,semakin menguat pada awal periode pasca partum
dan begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten.Hal ini
sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang rentan
kehidupan (Parkes,Stevenson-Huilde,1992)

20
5. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan

Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normal


meliputi :

1. Pengkajian data dasar klien


Tinjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan
adanya indikasi untuk kelahiran abnormal. Sedangkan
cara pengumpulan data meliputi observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi.
a. Identitas klien
1) Identitas klien meliputi : nama, usia, status
perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku, bahasa, yang digunakan, sumber biaya,
tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal
pengkajian, alamat rumah.
2) Identitas suami meliputi : nama suami, usia,
pekerjaan, agama, pendidikan, suku.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan
utama saat masuk rumah sakit, faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhi, adapun yang berkaitan
dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah
peningkatan tekanan darah, eliminasi, mual atau
muntah, penambahan berat badan, edema,
pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri epigastrik.

21
2) Riwayat Kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan
gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah
saat hamil atau antenatalcare (ANC) dan
imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.
3) Riwayat Melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal
melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe
melahirkan, analgetik, masalah selama
melahirkan jahitan pada perineum dan
perdarahan.
4) Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin,
dan berat badan bayi. Kesulitan dalam
melahirkan, apgar score, untuk menyusui atau
pemberian susu formula dan kelainan kongenital
yang tampak pada saat dilakukan pengkajian.
5) Pengkajian masa nifas atau post partum
pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan
umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan,
gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen,
payudara, episiotomi, kebersihan menyusui dan
respon orang terhadap bayi.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa
nifas atau pasca partum yaitu :
1) Rambut
Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet
yang baik selama masa hamil mempunyai rambut
yang kuat dan segar.

22
2) Muka
Kaji adanya edema pada muka yang
dimanifestasikan dengan kelopak mata yang
bengkak atau lipatan kelopak mata bawah
menonjol.
3) Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan
basah berarti normal, sedangkan berwarna pucat
berarti ibu mengalami anemia, dan jika
konjungtiva kering maka ibu mengalami
dehidrasi.
4) Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi,
warna payudara dan kaji kondisi putting,
kebersihan putting, adanya Asi.
5) Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya
distensi pada perut, palpasi juga tinggi fundus
uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
6) Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah
warna, bekuan darah yang keluar dan baunya.
7) Sistem perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
untuk menentukan adanya distensi pada kandung
kemih yang dilakukan pada abdomen bagian
bawah.
8) Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan
menempatkan ibu pada posisi sinus inspeksi
adanya tanda-tanda ”REEDA” (

23
 Rednes atau kemerahan, ecchymosis atau
perdarahan bawah kulit,
 Edema atau bengkak,
 Discharge atau perubahan lochea,
 Approximation atau pertautan jaringan).
9) Ektremitas bawah
Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak
bebas, kadang ditemukan edema, varises pada
tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis
karena penurunan aktivitas dan reflek patela
baik.
10) Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi,
pernafasan dan tekanan darah selama 24 jam
pertama masa nifas atau pasca partum.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Jumlah darah lengkap hemoglobin atau
hematokrit (Hb / Ht): mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari
kehilangan darah pada pembedahan.
2) Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea,
pemeriksaan tambahan didasarkan pada
kebutuhan individual.

B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma
perineum dan saluran kemih.

24
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d
kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma
persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi;
kelemahan.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan
perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid;
pembengkakan payudara.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
C. Intervensi
1. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
Tujuan : Pasien dapat mendemostrasikan status
cairan membaik.
Kriteria Hasil : Tak ada manifestasi dehidrasi,
resolusi edema, haluaran urine di atas 30 ml/jam, kulit
kenyal/turgor kulit baik.
Intervensi Rasional

Pantau: Mengidentifikasi penyimpangan


indikasi kemajuan atau
- Tanda-tanda vital setiap 4 jam.
penyimpangan dari hasil yang
- Warna urine.
diharapkan.
- Berat badan setiap hari.
- Status umum setiap 8 jam.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < Temuan-temuan ini menandakan


30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD hipovolemia dan perlunya
di bawah rentang normal, urine gelap atau peningkatan cairan.
encer gelap

25
Konsultasi dokter bila manifestasi Mencegah pasien jatuh ke dalam
kelebihan cairan terjadi. kondisi kelebihan cairan yang
beresiko terjadinya edem paru.

Pantau cairan masuk dan cairan keluar Mengidentifikasi keseimbangan


setiap 8 jam. cairan pasien secara adekuat dan
teratur.

2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma


perineum dan saluran kemih.
Tujuan : Pola eleminasi (BAK) pasien teratur.
Kriteria Hasil : Eleminasi BAK lancar, disuria tidak
ada, bladder kosong, keluhan kencing tidak ada.
Intervensi Rasional

Kaji haluaran urine, keluhan serta Mengidentifikasi penyimpangan


keteraturan pola berkemih. dalam pola berkemih pasien.

Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini. Ambulasi dini memberikan


rangsangan untuk pengeluaran
urine dan pengosongan bladder.

Anjurkan pasien untuk membasahi Membasahi bladder dengan air


perineum dengan air hangat sebelum hangat dapat mengurangi
berkemih. ketegangan akibat adanya luka pada
bladder.

Anjurkan pasien untuk berkemih secara Menerapkan pola berkemih secara


teratur. teratur akan melatih pengosongan
bladder secara teratur.

26
Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 Minum banyak mempercepat
ml/24 jam. filtrasi pada glomerolus dan
mempercepat pengeluaran urine.

Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi Kateterisasi membantu pengeluaran


bila pasien kesulitan berkemih. urine untuk mencegah stasis urine.

3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d


kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma
persalinan.
Tujuan : Pola eleminasi (BAB) teratur.
Kriteria Hasil : pola eleminasi teratur, feses lunak
dan warna khas feses, bau khas feses, tidak ada kesulitan
BAB, tidak ada feses bercampur darah dan lendir,
konstipasi tidak ada.
Intervensi Rasional

Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, Mengidentifikasi penyimpangan


bau, konsistensi dan jumlah. serta kemajuan dalam pola
eleminasi (BAB).

Anjurkan ambulasi dini. Ambulasi dini merangsang


pengosongan rektum secara lebih
cepat.

Anjurkan pasien untuk minum banyak Cairan dalam jumlah cukup


2500-3000 ml/24 jam. mencegah terjadinya penyerapan
cairan dalam rektum yang dapat
menyebabkan feses menjadi keras.

Kaji bising usus setiap 8 jam. Bising usus mengidentifikasikan


pencernaan dalam kondisi baik.

27
Pantau berat badan setiap hari. Mengidentifikasi adanya penurunan
BB secara dini.

Anjurkan pasien makan banyak serat Meningkatkan pengosongan feses


seperti buah-buahan dan sayur-sayuran dalam rektum.
hijau.

4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi;


kelemahan.
Tujuan : ADL dan kebutuhan beraktifitas
pasien terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
 Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
 Kelemahan dan kelelahan berkurang.
 Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau
dengan bantuan.
 Frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas
normal.
 Kulit hangat, merah muda dan kering.

Intervensi Kriteria Hasil

Kaji toleransi pasien terhadap Parameter menunjukkan


aktifitas menggunakan parameter respon fisiologis pasien
berikut: nadi 20/mnt di atas frek terhadap stres aktifitas dan
nadi istirahat, catat peningaktan indikator derajat penagruh
TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan kelebihan kerja jantung.
berat, kelemahan, berkeringat,
pusing atau pinsan.

28
Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas Menurunkan kerja
pada dasar nyeri/respon miokard/komsumsi oksigen ,
hemodinamik, berikan aktifitas menurunkan resiko
senggang yang tidak berat. komplikasi.

Kaji kesiapan untuk meningkatkan Stabilitas fisiologis pada


aktifitas contoh: penurunan istirahat penting untuk
kelemahan/kelelahan, TD menunjukkan tingkat aktifitas
stabil/frek nadi, peningaktan individu.
perhatian pada aktifitas dan
perawatan diri.

Dorong memajukan Konsumsi oksigen miokardia


aktifitas/toleransi perawatan diri. selama berbagai aktifitas
dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan
aktifitas bertahap mencegah
peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung.

Anjurkan keluarga untuk Teknik penghematan energi


membantu pemenuhan kebutuhan menurunkan penggunaan
ADL pasien. energi dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

Jelaskan pola peningkatan bertahap Aktifitas yang maju


dari aktifitas, contoh: posisi duduk memberikan kontrol jantung,
ditempat tidur bila tidak pusing dan meningkatkan regangan dan
tidak ada nyeri, bangun dari tempat mencegah aktifitas berlebihan.
tidur, belajar berdiri.

29
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan
perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid;
pembengkakan payudara.
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan tidak
adanya nyeri.
Kriteria Hasil : Vital sign dalam batas normal,
pasien menunjukkan peningkatan aktifitas, keluhan
nyeri terkontrol, payudara lembek, tidak ada bendungan
ASI.

Intervensi Kriteria Hasil

Kaji tingkat nyeri pasien. Menentukan intervensi keperawatan


sesuai skala nyeri.

Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri. Mengidentifikasi penyimpangan dan


kemajuan berdasarkan involusi uteri.

Anjurkan pasien untuk membasahi Mengurangi ketegangan pada luka


perineum dengan air hangat sebelum perineum.
berkemih.
Anjurkan dan latih pasien cara merawat Melatih ibu mengurangi bendungan
payudara secara teratur. ASI dan memperlancar pengeluaran
ASI.

Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat Mencegah infeksi dan kontrol nyeri
luka perineum dan mengganti PAD secara pada luka perineum.
teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali
lochea keluar banyak.
Kolaborasi dokter tentang pemberian Mengurangi intensitas nyeri denagn
analgesik bila nyeri skala 7 ke atas. menekan rangsang nyeri pada
nosiseptor.

30
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda infeksi tidak ada, luka
episiotomi kering dan bersih, takut berkemih dan BAB
tidak ada.
Intervensi Kriteria Hasil

Pantau: vital sign, tanda infeksi. Mengidentifikasi penyimpangan


dan kemajuan sesuai intervensi
yang dilakukan.

Kaji pengeluaran lochea, warna, Mengidentifikasi kelainan


bau dan jumlah. pengeluaran lochea secara dini.

Kaji luka perineum, keadaan Keadaan luka perineum berdekatan


jahitan. dengan daerah basah
mengakibatkan kecenderungan luka
untuk selalu kotor dan mudah
terkena infeksi.

Anjurkan pasien membasuh vulva Mencegah infeksi secara dini.


setiap habis berkemih dengan cara
yang benar dan mengganti PAD
setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
Pertahankan teknik septik aseptik Mencegah kontaminasi silang
dalam merawat pasien (merawat terhadap infeksi.
luka perineum, merawat payudara,
merawat bayi).

31
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya
pengetahuan tentang cara merawat bayi.
Tujuan : Gangguan proses parenting tidak
ada.
Kriteria Hasil : Ibu dapat merawat bayi secara
mandiri (memandikan, menyusui).
Intervensi Kriteria Hasil

Beri kesempatan ibu untuk Meningkatkan kemandirian ibu


melakukan perawatan bayi secara dalam perawatan bayi.
mandiri.
Libatkan suami dalam perawatan Keterlibatan bapak/suami dalam
bayi. perawatan bayi akan membantu
meningkatkan keterikatan batin ibu
dengan bayi.

Latih ibu untuk perawatan Perawatan payudara secara teratur


payudara secara mandiri dan akan mempertahankan produksi
teratur. ASI secara kontinyu sehingga
kebutuhan bayi akan ASI tercukupi.

Motivasi ibu untuk meningkatkan Meningkatkan produksi ASI.


intake cairan dan diet TKTP.
Lakukan rawat gabung sesegera Meningkatkan hubungan ibu dan
mungkin bila tidak terdapat bayi sedini mungkin.
komplikasi pada ibu atau bayi.

32
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Masa nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta


dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti semula
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa
nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera


setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

Klasifikasi

Klasifikasi Masa nifas dibagi dalam 3 periode :

Puerperium dini, Puerperium intermediate, Remote puerperium

33
Daftar Pustaka

http://noviepangaribuan.blogspot.com/2012/04/v-
behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
( Diakses Pada Hari selasa tanggal 12 Februari 2019 pada pukul 15.30 WITA)
https://bidanshop.blogspot.com/2010/01/perawatan-masa-nifas.html?m=1
( Diakses Pada Hari selasa tanggal 12 Februari 2019 pada pukul 15.45 WITA)
http://2bakbiduk.blogspot.com/2013/03/teori-reva-rubin_1.html?m=1
( Diakses Pada Hari selasa tanggal 12 Februari 2019 pada pukul 15.55 WITA)
https://moudyamo.wordpress.com/2018/06/29/proses-adaptasi-fisiologi-dan-
psikologi-ibu-nifas
( Diakses Pada Hari selasa tanggal 12 Februari 2019 pada pukul 16.25 WITA)
https://www.academia.edu/25444109/askep_nifas
( Diakses Pada Hari selasa tanggal 12 Februari 2019 pada pukul 16.55 WITA)

34

Anda mungkin juga menyukai