Anda di halaman 1dari 26

ANATOMI FISIOLOGI PADA SISTEM REPRODUKSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar II

Dosen Pengampu:

Ibu Susy Puspasari, M.Kep.

Disusun oleh:
Kelompok 7:
Azzahra Adelia (123005)
Iim Triana (123012)
Sofia Srilawati (123030)
Tita Aulia Zahra (123031)
Yuni Nirmalasari (123034)

D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI
JAWA BARAT
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmatnya sehingga makalah Ilmu
Biomedik Dasar II yang berjudul “Anatomi Fisiologi pasa Sistem Reproduksi” dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susy Puspasari,
M.Kep. yang telah memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca.

Bandung, 5 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................7
2.1 Anatomi Organ Reproduksi Wanita dan Pria..............................................................7
2.1.1 Anatomi Reproduksi Wanita................................................................................7
2.1.2 Anatomi Reproduksi Pria...................................................................................10
2.2 Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan dan Hormon Wanita......................................13
2.2.1 Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan................................................................13
2.2.2 Hormon pada Wanita..........................................................................................13
2.3 Siklus Menstruasi Pada Wanita.................................................................................14
2.4 Proses Fertilisasi, Kemhamilan dan Laktasi..............................................................16
2.4.1 Proses Fertilisasi.................................................................................................16
2.4.2 Proses Kehamilan...............................................................................................17
2.4.3 Laktasi................................................................................................................18
2.5 Spermatogenesis........................................................................................................21
2.6 Hormon pada Pria......................................................................................................22
BAB III PENUTUP..................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan................................................................................................................24
3.2 Saran..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi dan Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh beserta
fungsinya. Kata anatomy berasal dari bahasa Yunani (Greek) yang diartikan sebagai
“membuka suatu potongan”. Anatomi adalah suatu ilmu yang mempelajari bagian dalam
(internal) dan luar (external) dari struktur tubuh manusia dan hubungan fisiknya dengan
bagian tubuh lainnya. anatomi secara harfiah juga diterjemahkan pada Bahasa Latin, dari
susunan kata “Ana” adalah bagian atau memisahkan, dan “Tomi” adalah irisan atau
potongan. Sehingga anatomi dapat juga dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari bentuk
dan susunan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian serta hubungan alat
tubuh yang satu dengan lainnya. Anatomi terdiri dari berbagai pengetahuan tentang
bentuk, letak,ukuran, dan hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat sehingga
sering disebut sebagai anatomi deskriptif atau topografis.1
Kata physiology juga berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu ilmu yang mempelajari
bagaimana suatu organisme melakukan fungsi utamanya. Fisiologi secara makna kata dari
Bahasa Latin, berasal dari kata “Fisis” (Physis) adalah alam atau cara kerja. “Logos”
(Logi) adalah ilmu pengetahuan. Maka fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau
pekerjaan atau fungsi dari tiap-tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat-alat tubuh dan
fungsinya.2
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang
baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak
punah. Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai
kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria testisnya telah mampu
menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron. Sedangkan seorang
wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu
estrogen.3
Begitu pentingnya masalah seksualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada
pendapat ahli yang ekstrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada
hakekatnya dimotifasi dan didorong oleh seks. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada

1
Mubarak, M., Sauria, N., Kartini, K., Rosanty, A., Romantika, I. W., Nasruddin, N. I., ... & Herman, H.
(2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia.
2
Ibid
3
Lilis, F. Diktat Sistem Reproduksi I Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi.
pendapat peneliti lain mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan
tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola perkembangan kehidupan
psikoseksualnya.4
Untuk itu, memahami dan menjaga kesehatan reproduksi sangat penting untuk
memastikan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara menyeluruh. Hal ini meliputi
menjaga kebersihan alat reproduksi, menghindari kekerasan seksual, mengetahui
pengaruh media dan sosial terhadap aktivitas seksual, serta memahami proses reproduksi
dan cara menjaga kesehatannya. Bagi remaja, menjaga kesehatan reproduksi juga penting
karena masa remaja adalah waktu terbaik untuk membangun kebiasaan baik dalam
menjaga kebersihan, yang dapat menjadi aset dalam jangka panjang. Selain itu, menjaga
kesehatan reproduksi juga dapat mencegah penyakit-penyakit seperti infeksi menular
seksual dan infertilitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi organ reproduksi wanita dan pria?
2. Bagaimana fisiologi wanita sebelum kehamilan dan hormon wanita?
3. Bagaimana siklus menstruasi pada wanita?
4. Bagaimana proses fertilisasi, kehamilan, dan laktasi?
5. Jelaskan proses spermatogenesis!
6. Jelaskan tentang hormon pria!

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi organ reproduksi wanita dan pria.
2. Untuk mengetahui fisiologi wanita sebelum kehamilan dan hormon Wanita.
3. Untuk mengetahui siklus menstruasi pada Wanita.
4. Untuk mengetahui proses fertilisasi, kehamilan, dan laktasi.
5. Untuk mengetahui proses spermatogenesis.
6. Untuk mengetahui hormon pria.

1.4 Manfaat
Dengan memahami struktur anatomi dari organ-organ reproduksi, seseorang dapat
memahami proses reproduksi, perkembangan embrio, dan fungsi hormon yang terlibat. Hal
ini penting dalam memahami masalah kesehatan reproduksi, seperti infertilitas, gangguan
menstruasi, dan disfungsi seksual. Selain itu, pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi

4
Ibid
sistem reproduksi juga penting dalam praktek medis, khususnya dalam diagnosis dan
pengobatan penyakit reproduksi, serta dalam perawatan kehamilan dan persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.5 Anatomi Organ Reproduksi Wanita dan Pria
1.5.1 Anatomi Reproduksi Wanita
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan genitalia
internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris,
glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor.Sedangkan genitalia internal terdiri
dari vagianhymen, tuba uterina, uterus, ovarium.

A. Genitalia Eksternal
1) Mons Pubis
Mons pubis adalah penonjolan berlemak
di sebelah ventral simfisis dan daerah supra
pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh
lemak, jumlah jaringan lemak bertambah
pada pubertas dan berkurang setelah
menopause. Setelah dewasa, mons pubis
tertutup oleh rambut kemaluan yang kasar.
2) Labia Mayora
Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang memanjang
berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya menutup rima
pudendi (pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan tidak mengandung
rambut. Kedua labia mayora di bagian ventral menyatu dan terbentuk komisura
anterior. Jika dilihat dari luar, labia mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung
banyak kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut setelah pubertas.
3) Labia minora
Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil terletak
di antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus vaginae. Kedua labium
minus membatasi suatu celah yang disebut sebagai vestibulum vaginae. Labia
minora ke arah dorsal berakhir dengan bergabung pada aspectus medialis labia
mayora dan di sini pada garis mereka berhubungan satu sama lain berupa lipatan
transversal yang disebut frenulum labii. Sementara itu, ke depan masing-masing
minus terbagi menjadi bagian lateral dan medial.Pars lateralis kiri dan kanan
bertemu membentuk sebuah lipatan di atas (menutup) glans klitoris disebut
preputium klitoridis. Kedua pars medialis kiri dan kanan bergabung di bagian
kaudal klitoris membentuk frenulum klitoris. Labia minora tidak mengandung
lemak dan kulit yang menutupnya berciri halus, basah dan agak kemerahan.
4) Klitoris
Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir
keseluruhannya tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga bagian yaitu
krura klitoris, korpus klitoris dan glans klitoris.
5) Glandula Vestibularis Mayor
Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum vagina
untuk melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum vagina. Organ ini
adalah daerah dengan peninggian di daerah dengan peninggian di daerah median
membulat terletak ventral dari simfisis pubis. Sebagian besar terisi oleh lemak.
Setelah pubertas, kulit diatas tertutup rambut kasar.
B. Genitalia Internal
1) Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan
membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun,
posisi ini berubah sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang
ditembus serviks panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang
lebih 9 cm. Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding
lateralnya di bagian cranial melekat pada ligament Cardinale, dan di bagian kaudal
melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih rigid dan terfiksasi. Vagina ke
bagian atas berhubungan dengan uterus, sedangkan bagian kaudal membuka pada
vestibulum vagina pada lubang yang disebut introitus vaginae.
2) Himen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina. Himen
tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa bentuk himen
diantaranya : himen anular, himen septal, himen kribiformis, himen parous.
3) Tuba Uterina
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang
lebih 10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu pars uterine
tubae (pars intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan infundibulum tubae.
4) Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak di
dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum. Ke arah
kaudal, kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk seperti buah
pir (pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal, yang
membentuk sudut dengan vagina sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya
terletak di dalam pelvis sehingga basisnya terletak kaudal dari aperture pelvis
kranialis. Organ ini tidak selalu terletak tepat di garis median, sering terletak lebih
kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa berubah tergantung pada isi vesika
urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi rectum yang terletak dorso cranial.
Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang
lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus
uteri, korpus uteri dan serviks uteri.
5) Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus menstruasi.
Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin dan
berwarna merah muda keabu-
abuan. Setelah berkali-kali
mengalami ovulasi, maka
permukaan ovarium tidak rata/licin
karena banyaknya jaringan parut
(cicatrix) dan warnanya berubahm
menjadi abu-abu. Pada dewasa
muda ovarium berbentuk ovoid
pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal kurang
lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium tergantung pada
posisi uterus karena keduanya dihubungkan oleh ligamen-ligamen.

1.5.2 Anatomi Reproduksi Pria


Secara anatomi, sistem reproduksi pria
terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal
terdiri dari penis dan skrotum,
sedangkan genitalia internal terdiri
dari testis dan organ-organ penunjang
fungsinya, yaitu epididimis, duktus
deferens (vas deferens), vesikula
seminalis, duktus ejakulatorius, glandula prostatica, dan glandula bulbouretralis (glandula
cowperi).

A. Genitalia Eksternal
1) Penis
Secara anatomi organ penis dibagi menjadi dua yaitu pars occulta dan pars
libera. Pars occulta yang disebut juga radiks penis atau pars fiksa adalah bagian
penis yang tidak bergerak, terletak dalam spatium perinea superfisialis. Pars
occulta merupakan jaringan erektil. Pars occulta terdiri dari crus penis dan bulbus
penis.Crus penis melekat pada bagian kaudal sebelah dalam dari ramus inferior
ossis ischii ventral dari tuber iskiadum.Masing-masing crus penis ini tertutup oleh
muskulus ischiokavernosus dan selanjutnya kaudal dari simfisis pubis, kedua crus
penis tersebut bergabung disebut sebagai corpora kavernosa penis. Sedangkan,
bulbus penis terletak antara kedua crus penis dalam spatium perinea superfisialis.
Fascies superiror melekat pada fasia diafragma urogenital inferior, sedangkan
fascies lateralis dan inferior tertutup oleh muskulus bulbokavernosus. Ke arah
kaudal berubah menjadi korpus spongiosum penis yang juga ikut membentuk
korpus penis.
2) Skrotum
Skrotum merupakan kantong yang terdiri dari jaringan kutis dan subkutis yang
terletak dorsal dari penis dan kaudal dari simfisis pubis. Skrotum juga terbagi atas
dua bagian dari luar oleh raphe scrota dan dari dalam oleh septum skrotum scrota.
Masing-masing skrotum membungkus testis, epididimis, dan sebagai funikulus
spermatikus. Skrotum sinistra lebih rendah rendah daripada dekstra. Lapisan
skrotum terdiri atas lapisan cutis dan lapisan subcutis.
Lapisan cutis merupakan lapisan kulit yang sangat tipis mengandung pigmen
lebih banyak daripada kulit sekitarnya sehingga lebih gelap warnanya. Terdapat
sedikit rambut, tetapi memiliki kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang lebih
banyak.Yang kedua dalah lapisan subcutis disebut juga tunika dartos. Lapisan ini
terdiri atas serabut-serabut otot polos dan tidak didapatkan jaringan lemak.
Lapisan subcutis melekat erat pada jaringan cutis superficial dan merupakan
lanjutan dari fasia superfisialis dan fasia penis superfisialis.
B. Genitalia Internal
1) Testis
Merupakan organ berbentuk
ovoid dengan jumlah dua buah,
biasanya testis sebelah kiri lebih
berat dan lebih besar daripada yang
kanan. Testis terletak di dalam
skrotum dan dibungkus oleh tunica
albuginea, beratnya 10-14 gram,
panjangnya 4 cm, diameter
anteroposterior kurang lebih 2,5 cm.
Testis merupakan kelenjar eksokrin (sitogenik) karena pada pria dewasa
menghasilkan spermatozoa, dan disebut juga kelenjar endokrin karena
menghasilkan hormon untuk pertumbuhan genitalia eksterna. Testis terbagi
menjadi lobulus-lobulus kira-kira 200 sampai 400. Pada bagian dalam lobulus-
lobulus tersebut terletak jaringan parenkim yang membentuk tubuli seminiferi
kontorti. Pada waktu mencapai mediastinum testis, tubulus-tubulus ini berubah
menjadi tubuli seminiferi recti, jalannya kurang lebih 20 – 30 tubulus di mana
mereka membentuk anyaman sehingga disebut rete testis (halleri). Dari rete ini
keluar kurang lebih 15-20 duktus efferentes yang masuk ke dakam kaput
epididimis.
2) Epididimis
Merupakan organ yang berbentuk organ yang berbentuk seperti huruf C,
terletak pada fascies posterior testis dan sedikit menutupi fascies lateralis.
Epididimis terbagi menjadi tiga yaitu kaput epididimis, korpus epididimis dan
kauda epididimis. Kaput epididimis merupakan bagian terbesar di bagian
proksimal, terletak pada bagian superior testis dan menggantung. Korpus
epididimis melekat pada fascies posterior testis, terpisah dari testis oleh suatu
rongga yang disebut sinus epididimis (bursa testikularis) celah ini dibatasi oleh
epiorchium (pars viseralis) dari tunika vagianlis. Kauda epididimis merupakan
bagian paling distal dan terkecil di mana duktus epididimis mulai membesar dan
berubah jadi duktus deferens.
3) Duktus Deferens (Vas Deferens)
Merupakan lanjutan dari duktus epididimis. Fungsi utamanya adalah
membawa sperma dari epididimis ke dalam uretra, yang kemudian akan
dikeluarkan dari tubuh saat ejakulasi. Dalam prosedur vasektomi, duktus deferens
ini yang dipotong atau diikat untuk mencegah sperma keluar. Duktus deferens
sangat vital dalam kesuburan pria, dan kelainan yang memengaruhi fungsinya,
seperti kelainan bawaan lahir atau prosedur vasektomi, dapat berdampak pada
kesuburan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan duktus deferens juga penting,
termasuk dengan menghindari kebiasaan merokok, menjaga berat badan yang
sehat, dan melakukan seks yang aman.
4) Vesikula Seminalis
Adalah organ berbentuk kantong bergelembung-gelembung yang
menghasilkan cairan seminal. Jumlahnya ada dua, di kiri dan kanan serta
posisinya tergantung isi vesika urinaria. Bila vesika urinaria penuh, maka
posisinya lebih vertical, sedangkan bila kosong lebih horizontal. Vesika seminalis
terbungkus oleh jaringan ikat fibrosa dan muscular pada dinding dorsal vesika
urinaria.
5) Duktus Ejakulatorius
Merupakan gabungan dari duktus deferens dan duktus ekskretorius vesikula
seminalis, menuju basis prostat yang akhirnya bermuara ke dalam kollikus
seminalis pada dinding posterior lumen uretra.
6) Glandula Prostatica
Merupakan organ yang terdiri atas kelenjar-kelenjar tubuloalveolar. Terletak di
dalam cavum pelvis sub peritoneal, dorsal symphisis pubis, dilalui urethra pars
prostatica. Bagian-bagian dari glandula prostatica adalah apeks, basis fascies
lateralis, fascies anterior, dan fascies posterior. Glandula prostatica mempunyai
lima lobus yaitu anterior, posterior, medius dan dua lateral.
7) Glandula Bulbuorethralis (Glandula Cowperi)
Glandula bulbuorethralis berbentuk bulat dan berjumlah dua buah. Letaknya di
dalam otot sfingter uretrae eksternum pada diafragma urogenital, dorsal dari uretra
pars membranasea.

1.6 Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan dan Hormon Wanita


1.6.1 Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan
A. Genitalia eksternal
1) Glandula vestibularis mayor: berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
2) Glandula vestibularis minor: Berfungsi mengeluarkan lendir untuk
melembabkan vestibulum vagina dan labium pudendi.
B. Genitalia internal
1) Vagina: sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius
darah menstruasi.
2) Tuba uterine: berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan
mengalirkan spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya
fertilisasi.
3) Uterus: sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan
tempat normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan
sampai bayi lahir.
4) Ovarium: sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin.Disebut sebagai
organ eksokrin karena mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan
disebut sebagai organ kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone
estrogen dan progesteron.

1.6.2 Hormon pada Wanita


a. Hormon Esterogen
Estrogen memengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi FSH, dimana
pada beberapa keadaan akan menghambat sekresi LH dan pada keadaan lain
meningkatkan LH. Pengaruh terhadap organ seksual antara lain pada pembesaran
ukuran tuba falopii, uterus, vagina, pengendapan lemak pada mons veneris, pubis, dan
labia, serta mengawali pertumbuhan mammae. Pengaruh lainnya adalah kelenjar
mammae berkembang dan menghasilkan susu, tubuh berkembang dengan cepat,
tumbuh rambut pada pubis dan aksilla, serta kulit menjadi lembut.
b. Hormon Progesterone
Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung jawab atas perubahan
endometrium dan perubahan siklik dalam serviks serta vagina. Progesteron
berpengaruh sebagai anti estrogenic pada sel-sel miometrium. Efek progesterone
terhadap tuba falopii adalah meningkatkan sekresi dan mukosa. Pada kelenjar
mammae akan meningkatkan perkembangan lobulus dan alveolus kelenjar mammae,
kelenjar elektrolit serta peningkatan sekresi air dan natrium.
c. Foliclle stimulating hormone (FSH)
FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisi. Pembentukan FSH ini akan
berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dalm jumlah yang cukup seperti
pada kehamilan.
d. Lutein hormone (LH)
LH bekerjasama dengan FSH untuk menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari
folikel de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan substansi dari progesterone
dalam sel granulosa.
e. Prolaktin atau luteotropin hormone (LTH)
Fungsi hormon ini adalah untuk memulai mempertahankan produksi progesterone
dari korpus luteum.

1.7 Siklus Menstruasi Pada Wanita


Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle
Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, mencetuskan
ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi estrogen danprogesteron.
Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten
untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase
folikuler (sebelum telur dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal (setelah
sel telur dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang
memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka siklus menstruasi akan teratur.
Fase-fase yang terjadi selama siklus menstruasi:
1. Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Berikut ini hal-hal
yang terjadi selama fase folikuler:
a. Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan
luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju
ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di
dalam ovarium Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-masing
yang disebut folikel.
b. Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.
c. Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan
hormon ini membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang.
d. Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu
ovarim menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini menekan
seluruh folikel lain kelompoknya sehingga yang lain berhenti tumbuh dan
mati. Folikel dominan akan terus memproduksi estrogen.
2. Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini adalah
titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode menstruasi berikutnya akan
dimulai sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa di bawah ini terjadi di fase ovulasi:
a. Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang
diproduksi oleh otak memyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur dari
dalam ovarium.
b. Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap oleh ujung-
ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria kemudian
menyapu telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan melewati tuba Fallopi
selama 2-3 hari setelah ovulasi.
c. Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir serviks.
Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir yang kental
akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan membantunya bergerak ke atas
menuju sel telur untuk melakukan fertilisasi.
3. Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di bawah ini:
a. Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi struktur
baru yang disebut dengan corpus luteum.
b. Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang
mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.
c. Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang telah
dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk
melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah dianggap hamil.
d. Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering, dan
meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena
dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang kehamilan, maka lapisannya
rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari dinding uterus pun (endometrium)
bergabung untuk memebentuk aliran menstruasi yang umumnya
berlangsungselama 4-7 hari.

Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus mengerut dan kapilernya
melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan
dinding uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara
acak. Lendir endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan. Selama
menstruasi, arteri yangmemasok dinding uterus mengerut dan kapilernya melemah.
Darah mengalir dari pembuluh yang rusak, melepaskan lapisan-lapisan dinding
uterus. Pelepasan bagian-bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara acak.
Lendir endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan.

1.8 Proses Fertilisasi, Kemhamilan dan Laktasi


Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria (spermatozoa) dan wanita
(oosit), terjadi di daerah ampula tuba uterina atau sepertiga atas tuba falopii. Fertilisasi
terjadi selama 18-24 jam segera setelah ovulasi.

1.8.1 Proses Fertilisasi


Fertilisasi terbagi atas 3 fase yaitu:
A. Fase 1
Spermatozoa menembus sawar korona radiata. Dari 200-300 juta spermatozoa
yang di-ejakulasikan kedalam saluran genitalia wanita, hanya 300-500 yang
mencapai tempat fertilisasi. Hanya satu dari spermatozoa yang membuahi sel telur.
Sperma yang terkapasitasi menembus sel korona radiata.
B. Fase 2
Satu spermatozoa menembus zona
pelusida. Pelepasan enzim akrosom (akrosin)
memungkinkan sperma menembus zona
sehingga berkontak dengan membran plasma
oosit. Kontak ini menyebabkan pelepasan
enzim lisosom dari granula korteks yang melapisi membran plasma oosit dan
mengubah sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk mencegah penetrasi sperma.
C. Fase 3
Penyatuan membran sel oosit dan sperma. Satu spermatozoon menembus
membran oosit. Membran plasma yang menutupi tudung kepala akrosom
menghilang selama reaksi akrosom. Kepala maupun ekor spermatozoa masuk ke
dalam sito-plasma oosit, tapi membran plasma ditinggalkan pada permukaan
oosit.
Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur merespons dalam tiga
cara:
a. Reaksi korteks dan zona mencegah polispermia
- Membran oosit menjadi tidak dapat ditembus oleh spermatozoa lainnya.
- Zona pelusida meng-ubah struktur dan komposisinya untuk mencegah
pengikatan dan penetrasi sperma.
b. Melanjutkan pembelahan meiosis II
Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis II segera setelah masuknya
spermatozoa. Hasilnya berupa oosit definitif dan badan polar kedua.
c. Pengaktifan metabolik sel telur
Faktor yang mengaktifkan dibawa oleh spermatozoa. Pengaktifan meliputi
proses molekular dan selular awal yang berkaitan dengan embriogenesis dini.

1.8.2 Proses Kehamilan


Berikut ini tahapan berbagai proses pembuahan hingga menjad ibu hamil.
A. Hubungan Seks
Pada saat berhubungan intim, pria yang ejakulasi akan mengeluarkan air mani
yang mengandung sperma di dalam vagina. Setelah masuk, sperma mulai
berenang menyusuri leher rahim wanita sampai ke dalam rahim untuk mencari sel
telur yang siap dibuahi sehingga terjadi kehamilan atau pembuahan. Sel telur
wanita dihasilkan oleh indung telur alias ovarium. Ketika usianya sudah cukup
matang, sel telur akan keluar dari ovarium dan berjalan turun ke rahim
melewati saluran tuba falopi. Ini adalah bagian dari proses ovulasi. Jika sperma
berhasil bertemu sel telur di tengah perjalanannya, pembuahan bisa terjadi.
B. Pembuahan
Sperma yang mampu berenang sangat cepat dapat bertemu dengan sel telur
dalam waktu 45 menit hingga 12 jam. Namun, pada tahap ini kehamilan belum
tentu ada karena proses kehamilan belum sepenuhnya terjadi. Satu sel telur bisa
saja didekati oleh ratusan hingga ribuan sperma sekaligus, tapi hanya sperma yang
paling kuatlah yang bisa menembus dinding terluar sel telur. Jika sperma sudah
berhasil masuk sampai inti sel telur, selanjutnya sel telur akan membuat benteng
untuk mencegah sperma lain masuk. Sementara itu, sperma “pemenang” dan sel
telur kemudian bergabung menjadi satu. Proses ini dinamakan sebagai pembuahan
atau konsepsi.
C. Implantasi
Setelah sperma dan sel telur bersatu, materi ini akan bergerak dari tuba falopi
menuju rahim sembari membelah diri menjadi banyak. Selama perjalanannya,
materi tersebut akan membentuk sebuah bola kecil bernama blastokista yang
berisi kurang lebih 100 sel berbeda. Blastokista umumnya akan sampai ke rahim
sekitar 3-4 hari setelah pembuahan. Namun, blastokista juga bisa mengapung dulu
di rahim selama 2-3 hari sebelum akhirnya menemukan dinding rahim untuk
ditempel. Ketika blastokista sudah menempel di dinding rahim, proses ini
dinamakan sebagai implantasi. Di sinilah proses kehamilan secara resmi dimulai.
Namun, ibu belum bisa resmi dikatakan sebagai ibu hamil pada tahap ini.
D. Pembentukan Embrio
Setelah mantap menempel di rahim, blastokista akan mulai berkembang
menjadi embrio dan plasenta. Embrio adalah bakal janin yang ada di rahim.
Sementara plasenta adalah organ berbentuk kantong yang akan menjadi “rumah”
bagi embrio untuk bertumbuh kembang selama 9 bulan ke depan. Pada tahap
ini, seorang ibu sudah bisa dinyatakan sebagai ibu hamil meski tanda-tandanya
belum jelas terlihat.

1.8.3 Laktasi
Laktasi adalah penyempurna dari sebuah siklus reproduksi. Seorang wanita
akan sempurna bila dalam siklus hidupnya mengalami ovulasi, menstruasi, kehamilan,
melahirkan dan disempurnakan dengan menyusui (laktasi). Selama masa kehamilan,
payudara ibu berkembang dan disiapkan untuk mengambil alih peran nutrisi bayi dari
placenta.
Payudara telah disiapkan untuk laktasi penuh sejak usia 16 minggu dari masa
kehamilan tanpa ada intervensi aktif dari sang Ibu. Payudara dijaga agar tetap tidak
aktif oleh suatu keseimbangan dari hormon yang bersifat menghambat produksi Air
Susu Ibu (ASI).
Penghambatan ini akan menurun beberapa jam dan di hari awal setelah
melahirkan. Payudara mulai mempunyai kemampuan memproduksi ASI sebagai
akibat dari perubahan suasana hormonal dan rangsangan dari pengisapan oleh bayi
yang baru saja lahir.
A. Perubahan Payudara pada Masa Laktasi
Setelah progesteron di dalam tubuh akan menurun drastic sehingga akan
menghilangkan efek penekanan terhadap hipofisis. Penekanan yang menghilang
akan memicu sintesis dan pelepasan hormon oleh hipofisis kembali, antara lainnya
adalah prolaktin. Pada saat inilah, produksi ASI diinisiasi lebih kuat dibandingkan
masa sebelumnya.
Laktogenesis pada tahap ini memasuki tahap II yang diawali pada periode
pascapartus dengan turunnya progesteron plasma, tetapi kadar prolactin yang tetap
tinggi. Proses inisiasi ini, tidak bergantung pada pengisapan bayi sampai hari
ketiga atau keempat. Di fase ini akan terjadi peningkatan aliran aran dan oksigen
serta pengambilan glukosa dan peningkatan tajam pada konstentrasi sitrat yang
bisa digunakan sebagai penanda untuk tahap II laktogenesis.
Tahapan ini dimulai sejak dua hingga tiga hari pascapartus, yang secara klinis
ditandai dengan sekresi air susu melimpah; dan secara biokimia dengan
dicapainya kadar puncak protein a-Lactalbumin. Perubahan besar juga terjadi pada
komposisi air susu dan berlanjut selama 10 hari ketika "susu matang". Tersedianya
susu matang ini disebut sebagai galaktopoiesis, yang kini dirujuk sebagai tahap III
dari laktogenesis.
Perubahan mendasar pada komposisi air susu telah dimulai pada periode
transisi. Volume susu mulai melimpah pada waktu awal laktogenesis terjadi
karena adanya penurunan signifikan dari sodium, klorida dan protein dan
peningkatan pada laktosa. Pada 46 hingga 96 jam setelah partus, produksi air susu
melimpah diikuti dengan peningkatan sitrat, glukosa, fosfat bebas dan konsentrasi
kalsium serta penurunan pH.
Laktasi merupakan suatu proses yang meliputi produksi, sekresi, dan
pengeluaran ASI. Proses ini membutuhkan kesiapan ibu secara psikologis dan
fisik, bayi yang telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah
sesuai dengan kebutuhan bayi, yaitu bervolume 500-800 ml/hari. Ketika bayi
menghisap puting susu ibu, rangsangan mekanis ini akan diteruskan oleh jaras
sensoris ke medula spinalis dan kemudian diteruskan ke otak, ke hipotalamus dan
hipofisis posterior, sehingga dilepaskanlah Oksitosin. Oksitosin yang beredar di
dalam darah dan melimpah di kelenjar mama akan membuat ASI mengalir dari
dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang berlokasi di
belakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Refleks inilah yang disebut sebagai
Letdown reflex.
B. Hormon yang Memengaruhi Masa Laktasi
Tubuh wanita memang unik. Selama perjalanan hidupnya, di dalam tubuh
terjadi dinamika naik turunnya hormon. Demikian pula yang terjadi pada
pembentukan ASI. Pada bulan ketiga, tubuh sudah mensintesis hormon-hormon
yang mempengaruhi produksi ASI. Hormon-hormon tersebut adalah:
1. Progesteron
Hormon ini berperan dalam pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tetapi
kadarnya yang tinggi pada saat kehamilan memberikan penekanan (umpan
balik negatif) terhadap hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis. Selepas masa
melahirkan dari seorang ibu, hormon ini akan turun drastis dan menghilangkan
efek penekanan pada kelenjar hipofisis untuk mensintesis dan mensekresikan
hormon yang diproduksinya. Pada waktu inilah terjadi perangsangan yang
hebat dan stimulasi besar-besaran produksi ASI.
2. Esterogen
Hormon ini berperan dalam menstimulasi sistem saluran ASI untuk
membesar. Sebagaimana Progesteron, Estrogen juga mempunyai dinamika
yang hampir sama selama kehamilan. Kadar Estrogen akan menurun saat
melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama menyusui. Estrogen
mempunyai efek penekanan yang amat kuat, lebih kuat dibandingkan
Progesteron terhadap kelenjar hipofisis. Karena itulah, sebaiknya ibu
menyusui menghindari penggunaan KB hormonal berbasis hormon estrogen,
karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
3. Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan. Hormon ini
disintesis dan disekresikan oleh hipofisis anterior. Hormon ini memiliki peran
penting untuk memproduksi ASI, dan kadarnya meningkat selama kehamilan.
Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan akan
membuat kadar estrogen dan progesterone berangsur-angsur menurun.
Penurunan ini akan mengaktifkan sekresi prolaktin. Peningkatan kadar
prolaktin di dalam darah seorang yang sedang melakukan laktasi akan
memberikan umpan balik negatif ke hipotalamus dan menekan sekresi
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) sehingga hipofisis juga tidak
melepaskan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH). Kedua hormon ini sangat dibutuhkan untuk perkembangan folikel di
ovarium. Karena kedua hormon ini ditekan sekresinya, maka folikel tidak
bertambah besar dan tidak mengalami maturasi. Ovulasi dan menstruasipun
akhirnya tidak terjadi.
4. Oksitosin
Hormon ini berperan dalam merangsang kontraksi otot halus dalam rahim
pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Pada
proses laktasi, oksitosin akan disekresikan oleh hipofisis dan akan berefek
dengan kontraksinya mioepitel di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju
saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu yang disebut
sebagai let-down/milk ejection reflex.
5. Human placental lactogen (HPL)
Hormon ini dilepaskan oleh plasenta sejak bulan kedua kehamilan.
Hormon ini berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola
sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap
memproduksi ASI.

1.9 Spermatogenesis
Tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon GnRH oleh
hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dapat
menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat
(inhibitory/negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di hipofisis atau
GnRH di hipothalamus.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di
tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk
di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup
pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel.
Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis.
Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia
(jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus
seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu
untuk membentuk sperma. Pada proses spermatogenesis terjadi prosesproses dalam istilah
sebagai berikut:
a. Spermatositogenesis
Spermatositogenesis (spermatocytogenesis) adalah tahap awal dari
spermatogenesis yaitu peristiwa pembelahan spermatogonium menjadi spermatosit
primer (mitosis), selanjutnya spermatosit melanjutkan pembelahan secara meiosis
menjadi spermatosit sekunder dan spermatid. Istilah ini biasa disingkat proses
pembelahan sel dari spermatogonium menjadi spermatid.
b. Spermiogenesis
Spermiogenesis (spermiogensis) adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi
sperma yang dewasa. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan
waktu selama 2 hari. Terbagi menjadi tahap 1) Pembentukan golgi, axonema dan
kondensasi DNA, 2) Pembentukan cap akrosom, 3) pembentukan bagian ekor, 4)
Maturasi, reduksi sitoplasma difagosit oleh sel Sertoli.
c. Spermiasi
Spermiasi (Spermiation) adalah peristiwa pelepasan sperma matur dari sel sertoli
ke lumen tubulus seminiferus selanjutnya ke epididimidis. Sperma belum memiliki
kemampuan bergerak sendiri (non-motil). Sperma non motil ini ditranspor dalam
cairan testicular hasil sekresi sel Sertoli dan bergerak menuju epididimis karena
kontraksi otot peritubuler. Sperma baru mampu bergerak dalam saluran epidimis
namun pergerakan sperma dalam saluran reproduksi pria bukan karena motilitas
sperma sendiri melainkan karena kontraksi peristaltik otot saluran.

1.10 Hormon pada Pria


Seluruh sistem reproduksi pada pria tergantung pada hormon, yaitu zat kimiawi yang
mengatur aktivitas sel dan organ pada tubuh. Hormon utama yang terlibat dalam fungsi
sistem reproduksi pria meliputi:
1. Hormon gonadotropin
Saat anak laki-laki memasuki masa pubertas, tubuhnya akan memproduksi lebih
banyak hormon gonadotropin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus pada
otak. Kenaikan hormon gonadotropin kemudian akan merangsang produksi
hormon luteinizing hormone dan hormon perangsang folikel (follicle-stimulating
hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari.
2. Hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone)
Hormon ini sangat penting agar organ reproduksi pria dapat menghasilkan
sperma. Setiap hari produksi sperma yang dihasilkan bisa mencapai 300 juta, dengan
masa pembentukan tiap sperma sekitar 65–75 hari.
3. Luteinizing hormone
Saat hormon ini dilepaskan ke dalam darah, akan terjadi produksi dan pelepasan
hormon testosteron sebagai hormon utama pada pria.
4. Hormon testosterone
Produksi testosteron pada masa pubertas memicu berbagai perubahan fisik, seperti
pembesaran testis dan skrotum, penis yang semakin memanjang, suara yang semakin
berat, serta tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, wajah, dan ketiak. Sebagian
remaja laki-laki juga mengalami penambahan berat dan tinggi badan yang signifikan
setelah memasuki masa pubertas. Testosteron juga akan memengaruhi massa tulang
dan gairah seksual. Memberikan pemahaman yang memadai kepada anak laki-laki
tentang organ reproduksi pria, sebaiknya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak
hingga remaja. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah perilaku seks yang berbahaya
dan kehamilan yang tidak direncanakan, sejak dini.
BAB III
PENUTUP
1.11 Kesimpulan
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor.Sedangkan
genitalia internal terdiri dari vagianhymen, tuba uterina, uterus, ovarium. Secara
anatomi, sistem reproduksi pria terdiri dari genitalia eksternal dan genitalia internal.
Genitalia eksternal terdiri dari penis dan skrotum, sedangkan genitalia internal terdiri
dari testis dan organ-organ penunjang fungsinya, yaitu epididimis, duktus deferens
(vas deferens), vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, glandula prostatica, dan
glandula bulbouretralis (glandula cowperi).
Fisiologi wanita sebelum kehamilan terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Adapun hormon wanita yaitu terdiri dari hormon esterogen,
progesteron, Foliclle stimulating hormone (FSH), Lutein hormone (LH), dan
Prolaktin atau luteotropin hormone (LTH).
Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH) dan
Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis,
mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi estrogen
danprogesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar
payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya pembuahan.
Proses fertilisasi dibagi menjadi 3 fase, yaitu spermatozoa menembus sawar
korona radiata, satu spermatozoa menembus zona pelusida, dan penyatuan membran
sel oosit dan sperma. Proses kehamilan terdiri dari hubungan seks, pembuahan,
implantasi, dan pembentukan embrio. Laktasi adalah penyempurna dari sebuah siklus
reproduksi. Seorang wanita akan sempurna bila dalam siklus hidupnya mengalami
ovulasi, menstruasi, kehamilan, melahirkan dan disempurnakan dengan menyusui
(laktasi). Selama masa kehamilan, payudara ibu berkembang dan disiapkan untuk
mengambil alih peran nutrisi bayi dari placenta.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di
tubulus seminiferus. Spermatogenesis dibagi menjadi proses spermatositogenesis,
spermiogenesis, dan spermiasi.
Seluruh sistem reproduksi pada pria tergantung pada hormon, yaitu zat
kimiawi yang mengatur aktivitas sel dan organ pada tubuh. Hormon utama yang
terlibat dalam fungsi sistem reproduksi pria meliputi hormon gonadotropin, hormon
perangsang folikel, Luteinizing hormone, dan hormon testosteron.

1.12 Saran
Menjaga kesehatan reproduksi sangat penting karena mempengaruhi
kesiapannya untuk mengelola kesehatan organ dan fungsi reproduksi, serta
mempengaruhi kualitas hidup dan kelangsungan generasi yang akan datang. Dengan
memahami cara menjaga kesehatan reproduksi, kita dapat mencegah penyakit dan
gangguan yang disebabkan oleh perilaku berisiko, kekurangan makanan yang sehat,
dan kebersihan alat reproduksi yang baik. Selain itu, menjaga kesehatan reproduksi
juga berdampak positif pada kesejahteraan mental dan emosional kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, E., Fitriani, R., Naimah, A., Setiana, E. M., Sulaimah, S., Argaheni, N. B., &
Purnama, Y. (2022). Kesehatan Reproduksi Wanita. Global Eksekutif Teknologi.

Herman, H. (2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia.


Lilis, F. Diktat Sistem Reproduksi I Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi.

Mubarak, M., Sauria, N., Kartini, K., Rosanty, A., Romantika, I. W., Nasruddin, N. I., ... &
Herman, H. (2022). Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia.Lahir, B. B. 12 Fertilisasi dan
Implantasi. KUPAS TUNTAS, 83.

Rejeki, P. S. (2019). Catatan Kami Tentang ASI. Surabaya: Oksana Publishing

Anda mungkin juga menyukai