Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemodialisis adalah terapi ginjal pengganti yang paling umum dijalani
oleh pasien Chronic Kidney Disease (CKD). Hemodialisa merupakan salah
satu metode pengobatan gagal ginjal tahap akhir yang dianggap dapat
menyelamatkan pasien dengan tujuan menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi
ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum,
kreatinin dan sisa metabolisme yang lain (Nuari dan Widayati,2017).
Kemajuan dalam metode pengobatan ini memiliki efek pada psikologi dan
spiritual. Dampak psikologi dan spiritual sangat berpengaruh terhadap kualitas
hidup klien karena berhubungan dengan status kesehatan fisik, masalah tidur
dan kecemasan (Harasyid, 2011).
Tingginya insiden dan prevalensi CKD baik dinegara-negara maju
maupun berkembang termasuk Indonesia menjadi masalah baik medik,
ekonomik, dan sosial bagi pasien, dan keluarga. Ketika seseorang memulai
terapi ginal pengganti (hemodialisis) maka ketika itulah pasien harus merubah
seluruh aspek kehidupannya dalam jangka waktu yang lama, bahkan untuk
seumur hidupnya. Salah satunya yang berubah yaitu kualitas tidur dimana ini
masalah umum pada pasien gagal ginjal kronik dan memiliki angka prevalensi
44% (20-83%) (Nurchayati, 2010).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan therapy dialysis yang
mengalami beberapa efek samping dari psikososial dan spiritual memutuskan
untuk menghentikan theraphy dialysis yang dijalankan, hal ini menunjukkan
mereka memiliki beban psikologis yang berarti, salah satunya adalah gangguan
tidur (Butar, 2013).Gangguan tidur dialami setidaknya 50-80% pasien yang
mengalami hemodialisis (Chelliah, 2013). Gangguan tidur pada pasien
hemodalisis mempengaruhi kualitas tidur dari segi tercapainya jumlah atau
lamanya tidur (Butar, 2013). Kualitas tidur yang baik dapat memberikan
perasaan tenang dipagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan

1
tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur sangt penting dan vital untuk
hidup sehat semua orang (Khalili, Hooshmand, Jahani & Shariati, 2012).
Saber, Naghizadeh dan Azari (2012) dalam penelitiannya menjelaskan
qualitas tidur dialisis dari 45 orang (73,8%) yang mengalami kualitas tidur
yang buruk melalui penilaian PSQI dengan score >5 terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap kualitas tidur berdasarkan jenis kelamin dan usia. Terdapat
dua cara yang dapat digunakan dalam penanganan gangguan tidur pada pasien
hemodialisa, yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Farmakologis
dengan menggunakan obat-obatan dan nonfarmakologi dengan cara
penggunaan homeopathy, hipnotherapy, relaksasi, akupresur, yoga dan massage
atau pemijatan (Fadhillah, 2015).
Back massage adalah salah satu teknik memberikan tindakan massage
pada punggung dengan usapan secara perlahan. Nilai teraupetik dari masase
punggung termasuk mengurangi ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah
dan kelenjar getah bening, melepaskan respon saraf, melepaskan bahan kimia
tubuh sehingga terjadi respon relaksasi fisik dan psikologis. Salah satu manfaat
langsung dari pijat punggung adalah relaksasi menyeluruh dan ketenangan,
yang dapat memberikan kenyaman saat tidur (Ayu, 2009)
Akupresur merupakan terapi yang sederhana, mudah dilakukan, tidak
memiliki efek samping karena tidak melakukan tindakan invasif. Prinsip
healing touch pada akupresur menunjukan perilaku caring yang dapat
memberikan ketenangan dan kenyamanan (Metha,2007). Titik akupresur
terletak diseluruh tubuh, dekat dengan permukaan kulit dan terhubung satu
sama lain melalui jaringan yang komplek dan meridian.
Berdasarkan hasil pengamatan diruangan penyakit dalam pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada bulan Oktober tahun 2019, penatalaksanaan yang
dilakukan pada pasien CKD yang mendapatkan tindakan hemodialisa yaitu
berupa terapi obat dan terapi diet nutrisi, sedangkan hasil pengamatan yang
ditemukan pada pasien, kebanyakan mengalami masalah dari segi psikososial
dimana pasien sering merasa sulit untuk tidur akibat beberapa komplikasi atau
efek setelah melakukan hemodialisa.

2
Berdasarkan penjelasan dari fenomena yang sudah dijelaskan diatas,
peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan terapi back massage dan
akupresur terhadap kualitas tidur pasien hemodialisis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam telaah
jurnal ini adalah apakah ada perbedaan terapi back massage dan akupresur
terhadap kualitas tidur pasien hemodialisis.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan telaah jurnal ini adalah untuk megetahui perbedaan terapi back
massage dan akupresur terhadap kualitas tidur pasien hemodialisis.
2. Tujuan Khusus
a. Menelaah penulisan jurnal perbedaan terapi back massage dan akupresur
terhadap kualitas tidur pasien hemodialisis.
b. Menelaah konten perbedaan terapi back massage dan akupresur terhadap
kualitas tidur pasien hemodialisis
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kelompok
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa untuk mendapatkan
pengetahuan baru mengenai perbedaan terapi back massage dan
akupresur terhadap kualitas tidur pasien hemodialisis.
2. Bagi RSUP Dr. M.Djamil Padang
Hasil telaah jurnal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
bagi rumah sakit dan sebagai pertimbangan salah satu intervensi terapi
back massage dan akupresur terhadap kualitas tidur pasien
hemodialisis.
3. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil telaah jurnal ini diharapakan dapat meningkatkan wawasan
mahasiswa profesi tentang informasi terbaru mengenai penggunaan
terapi back massage dan akupresur terhadap kualitas tidur pasien
hemodialisis.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi Ginjal

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding


abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga
L3 (Sudoyo, 2009). Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena
besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang
terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa,
dan jaringan terluar adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi
sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang
dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011).

4
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat
terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma
darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam
jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di
eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price
dan Wilson, 2012) Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
2. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan
dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
3. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
4. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
5. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke
kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi
secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula
bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas
oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial,
reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).
B. Hemodialisa
1. Pengertian
Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal
stadium akhir atau end stage renal disease (ESRD) yang memerlukan terapi
jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk
mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebihan (Fadhillah, 2015).

5
2. Tujuan Hemodialisa
Terapi hemodialisis mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut
diantaranya adalah (Saragih, 2010)
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi (membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme
yang lain),
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat,
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain
3. Prinsip yang mendasari kerja hemodialisa
Tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis
dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui
proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi
tinggi, ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Lavey,
2011). Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan
konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui proses osmosis (Kastrouni, 2010).
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien
tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi
(tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat)(Kastrouni,
2010). Gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan
negative yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan
negative diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran
dan memfasilitasi pengeluaran air (Elizabeth, et all, 2011).

6
4. Indikasi
Menurut Wijaya dkk, (2013) indikasi hemodialisa adalah sebagai
berikut:
a. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA
untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus <
5ml). Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila
terdapat indikasi: Hiperkalemia (K+ darah > 6 mEq/l), asidosis,
kegagalan terapi konservatif, kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
(Ureum > 200 mg%, Kreatinin serum > 6 mEq/l), kelebihan cairan, mual
dan muntah hebat.
b. Intoksikasi obat dan zat kimia
c. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat d. Sindrom hepatorenal
dengan kriteria :
1) K+ pH darah < 7,10 → asidosis
2) Oliguria/anuria > 5 hari 3) GFR < 5 ml/I pada GGK
3) Ureum darah > 200 mg/dl
5. Penatalakasanaan pasien yang menjalani hemodialisis
Hemodialisis merupakan hal yang sangat membantu pasien sebagai
upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan penyakit ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisis
dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal
(Anita, 2012).
Pasien hemodialisis harus mendapat asupan makanan yang cukup agar
tetap dalam gizi yang baik. Gizi kurang merupakan prediktor yangpenting
untuk terjadinya kematian pada pasien hemodialisis. Asupan protein
diharapkan 1-1,2 gr/kgBB/hari dengan 50 % terdiri atas asupan protein
dengan nilai biologis tinggi. Asupan kalium diberikan 40-70 meq/hari.
Pembatasan kalium sangat diperlukan, karena itu makanan tinggi kalium
seperti buah-buahan dan umbi-umbian tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.
Jumlah asupan cairan dibatasi sesuai dengan jumlah urin yang ada ditambah
insensible water loss. Asupan natrium dibatasi 40-120 mEq.Asupan tinggi

7
natrium akan menimbulkan rasa haus yang selanjutnya mendorong pasien
untuk minum. Bila asupan cairan berlebihan maka selama periode di antara
dialisis akan terjadi kenaikan berat badan yang besar (Kemenkes RI, 2013).
Banyak obat yang diekskresikan seluruhnya atau atau sebagian
melalui ginjal, Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida
jantung, antibiotik, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat
untuk memastikan agar kadar obat-obatan ini dalam darah dan jaringan
dapat dipertahankan tanpa menimbulkan akumulasi toksik. Resiko
timbulnya efek toksik akibat obat harus dipertimbangkan (Hudak & Gallo,
2010).
6. Komplikasi
Terapi hemodialisis juga dapat mengakibatkan komplikasi sindrom
disekuilibirum, reaksi dializer, aritmia, temponade jantung, perdarahan
intrakranial, kejang, hemolisis, neutropenia, serta aktivasi komplemen
akibat dialisis dan hipoksemia, namun komplikasi tersebut jarang terjadi.
(Brunner & Suddarth, 2008).
C. Konsep Tidur
1. Pengertian
Tidur adalah bagian dari penyembuhan dan perbaikan (McCance &
Huether, 2016), mencapai kualitas tidur yang baik penting untuk kesehatan,
sama hal nya sembuh dari penyakit (Potter & Perry, 2010). Tidur adalah
suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi
proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang
pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami
kelelahan akan menjadi segar kembali.
Proses pemulihan yang terhambat dapat menyebabkan organ tubuh
tidak bisa bekerja dengan maksimal, akibatnya orang yang kurang tidur
akan cepat lelah dan mengalami penurunan konsentrasi (Ulimudiin, 2011)

8
2. Fungsi Tidur
Tujuan tidur belum jelas. Tidur berkonstribusi dalam menjaga kondisi
fisiologis dan psikologis. Tidur NREM membantu perbaikan jaringan tubuh
(McCance & Huether, 2016).
Selama tidur NREM, fungsi biologis lambat. Denyut jantung normal
orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70-80 denyut permenit atau
kurang jika individu berada dalam kondisi fisik yang sangat baik. Namun,
selama tidur denyut jantung turun sampai 60 denyut permenit atau kurang.
Ini berarti bahwa selama tidur jantung berdetak 10-20 kali lebih lambat
dalam setiap menit atau 60-120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. oleh
karena itu, tidur nyenyak bermanfaat dalam mempertahankan fungsi jantung
(McCance dan Huether, 2016; Potter & Perry, 2010).
Tidur REM diperlukan untuk menjaga jaringan otak dan tampaknya
menjadi penting bagi pemulihan kognitif. Tidur REM berhubungan dengan
perubahan aliran darah otak, peningkatan aktivitas korteks, peningkatan
konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin (Potter & Perry, 2010).
3. Kualitas Tidur
Kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen, yaitu:
a. Subjektif kualitas tidur yaitu : penilaian subjektif diri sendiri
terhadap kualitas tidur yang dimiliki, adanya perasaan terganggu
dan tidak nyaman pada diri sendiri berperan terhadap penilaian
kualitas tidur.
b. Latensi tidur yaitu : berapa waktu yang dibutuhkan sehingga
seseorang jatuh tertidur, berhubungan dengan gelombang tidur
seseorang. Dikenal ada 2 gelombang tidur manusia yaitu : tidur
gelombang lambat dan tidur paradoksial.
c. Efisiensi tidur yaitu : akan didapatkan melalui persentase
kebutuhan tidur manusia, dengan menilai jam tidur seseorang dan
durasi tidur seseorang sehingga dapat disimpulkan apakah sudah
tercukupi atau efisiensi tidurnya.

9
d. Penggunaan obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan
tidur yang dialaminya, karena penggunaan obat tidur diindikasikan
apabila orang tersebut sudah sangat terganggu pola tidurnya dan
obat tidur dianggap perlu untuk membantu tidur.
e. Gangguan Tidur: seperti adanya menggorok, gangguan pergerakan,
sering terbangun untuk ke kamar mandi dan mimpi buruk, dapat
mempengaruhi proses tidur manusia.
f. Daytime Dysfunction atau adanya gangguan pada kegiatan sehari-
hari diakibatkan oleh perasaan ngantuk.
g. Durasi tidur : dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu
terbangun, waktu tidur yang tidak terpenuhi akan menyebabkan
kualitas tidur yang buruk.
4. Siklus Tidur
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan
NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang
cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan
kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang
cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2010). Siklus tidur
normal dapat dilihat pada skema berikut.

10
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang
merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama
sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu,
maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry,
2010).
5. Kualitas tidur pada pasien yang menjalankan hemodialisa
Kualitas tidur pada pasien uremik memiliki konsekuensi gangguan
lebih besar dibandingkan pada populasi umum. Walaupun gangguan kualitas
tidur nya terjadi pada malam hari, namun dapat mempengaruhi fungsi
individu selama 24 jam. Gangguan kualitas tidur yang terjadi dalam jangka
waktu panjang bahkan bisa mempengaruhi gaya hidup dan emosi individu
secara keseluruhan. Selain itu juga mempengaruhi status kesehatan,
hubungan interpersonal, merasa tidak kompeten akibat merasa putus asa
ketika bangun sendirian di malam hari dan merasa bahwa kualitas tidur yang
baik tidak pernah tercapai.
Efek dari kualitas tidur yang tidak terpenuhi adalah gangguan tidur
salah satu nya adalah insomnia. Insomnia dapat menyebabkan pasien
menjadi agresif, distress, kerusakan kognitif, merasa tidak punya kekuatan
dan menjadi depresi. Pada akhirnya, insomnia yang dialami pasien yang
menjalani hemodialisa akan menyebabkan penurunan kualitas hidup yang
memiliki korelasi positif dengan kelangsungan hidup pasien. (Novak, et al,
2010; Unruh et al, 2010; Elder et al, 2008)
Terdapat beberapa intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat
dalam meningkatkan kualitas tidur pasien gagal ginjal yang mendapatkan
terapi hemodialisa, diantaranya pijat punggung (Back Massage) dan
akupressure
D. Pijat Punggung
1. Pengertian
Back Massage adalah salah satu teknik memberikan tindakan masase
pada punggung dengan usapan secara perlahan. Usapan dengan lotion atau
balsem memberikan sensasi hangat dengan mengakibatkan dilatasi pada

11
pembuluh darah lokal. Vasodilatasi pembuluh darah akan meningkatkan
peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan
akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses penyembuhan luka
(Kusyati, 2016).
Massase punggung adalah tindakan massase pada punggung dengan
usapan perlahan dengan kecepatan 60 kali usapan per menit. Gosokan
punggung yang efektif memerlukan waktu 3-5 menit (Potter & Perry, 2010).

2. Tujuan
a. Melancarkan sirkulasi darah
b. Meningkatkan fungsi jaringan syaraf
c. Menurunkan ketegangan otot
d. Menstimulasi sirkulasi kulit
e. Menimbulkan relaksasi yang dalam
f. Mengurangi nyeri pada tengkuk
g. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ
internal
3. Manfaat
Back rub atau pijat punggung juga dapat diberikan kepada pasien
untuk meningkatkan relaksasi sebelum pasien menjalani tindakan coronary
angiography (McNamara, Burnham, Smith, & Carrol, 2013). Pijat punggung
merupakan salah satu tindakan alternatif dan terapi komplementer seperti
terapi musik, relaksasi, guided imagery, reflexiology, herbal medicine,
hypnotis, terapi sentuhan yang digunakan untuk mengurangi nyeri, cemas,
takikardia, dan hipertensi pada pasien beberapa tahun terakhir ini.

12
Pijat punggung bertujuan untuk membantu pengobatan sistem saraf
dan kardiovaskular secara efektif menim-bulkan rasa aman, rileks, dan rasa
nyaman (Hajbaghery, Abasi, & Behestabad, 2012).
4. Teknik Back massage
a. Teknik dasar Manipulasi Effleurage
Effleurage merupakan gosokan pada kulit tanpa terjadi gerakan otot
bagian dalam. Tangan dibuat sedemikian rupa sehingga gerakannya tetap
dan tekanan yang diberikan searah dengan aliran darah balik.
b. Teknik petrissage
Petrissage adalah gerakan tangan yang dilakukan dengan teknik
perasan, tekanan, dan pencomotan otot dari jaringan dalam.
c. Teknik dasar manipulasi
Friction Friction atau menggerus merupakan teknik gerakan
putaran spiral menuju ke arah jantung. Menurut letak dan tempat bagian
badan, maka manipulasi ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam
variasi yaitu dengan menggunakan jari, ibu jari, telapak tangan atau
bahkan dengan siku.
d. Teknik dasar manipulasi Shaking
Shaking atau menggoncang merupakan teknik dengan jari-jari
membengkok, misalnya bagian bawah dan atas pada bagian yang berotot,
lengan atas dan lengan bawah, paha atau betis yang dilakukan dengan
gerakan-gerakan ke samping, ke atas dan ke bawah. Manipulasi
dilakukan dengan irama yang hidup serta tangan berpindah-pindah dan
berdekatan.
e. Teknik dasar manipulasi Tapotement
Teknik dasar manipulasi tapotement merupakan teknik yang
dilakukan dengan tangan yang melibatkan pergelangan dan jari-jari yang
rileks dan digerakkan dengan cepat bergantian kanan-kiri.
f. Teknik dasar manipulasi Walken
Teknik dasar manipulasi walken merupakan variasi dari manipulasi
effleurage. Hanya digunakan untuk daerah-daerah tertentu.

13
g. Teknik dasar manipulasi Vibration
Vibration atau menggetarkan merupakan teknik dasar massage
dengan halus merangsang syaraf vegetatif.
h. Teknik dasar manipulasi Skin Rolling
Skin Rolling atau menggeser lipatan kulit merupakan teknik
melepaskan kulit dari jaringan kulit dan melebarkan pembuluh darah
kapiler.
E. Akupresur
1. Pengertian
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari
adalah salah satu cara untuk fisiotherapi dengan memberikan pemijatan dan
stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi akupresur merupakan
pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya metode
therapy akupresur sama dengan akupuntur, yang membedakannya terapi
akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses pengobatannya.
Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati berbagai
jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan. Proses
pengobatan dengan teknik akupresur menitik beratkan pada titik-titik saraf
tubuh. Dikedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk
jantung, paru-paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pangkreas, sinus dan
otak (Fengge, 2012)
2. Manfaat
Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit,
penyembuhan, rehabilitasi, menghilangkan rasa sakit, serta mencegah
kekambuhan penyakit (Sunetra, 2014). Di dalam tubuh manusia terdapat 12
(dua belas) meridian umum dan 2 (dua) meridian istimewa yang mewakili
organ-organ dalam tubuh, yang dapat dimanipulasi untuk melancarkan
energi (qi), sehingga tubuh menjadi seimbang/sehat (Wong, 2011).
Menurut Kemenkes, (2015) menjelaskan bahwa akupresur dapat
digunakan untuk meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran
darah, mengurangi rasa sakit, serta mengurangi stres/menenangkan pikiran.

14
Penelitian uji klinis tentang pengaruh akupresur pada titik neiguan pada
pasien sectio caesaria yang dilakukan di Rumah Sakit Sin-Lau, Taiwan,
menyimpulkan bahwa akupresur pada titik tersebut dapat menurunkan
kecemasan, persepsi nyeri, serta meningkatkan kenyamanan pasien selama
dilakukan tindakan operasi (Chen et al., 2015).
Hal senada juga disimpulkan dalam penelitian Reza et al., (2010)
yang menyimpulkan bahwa akupresur efektif untuk memperbaiki kualitas
tidur pada usia lanjut yang dirawat di rumah di Negara Iran. Penelitian uji
klinis yang dilakukan oleh Gharloghi et al., (2012) juga menjelaskan bahwa
akupresur pada titik (Sp.6) dan (Sp. 8) dapat mengatasi nyeri pada saat haid.
3. Teknik memijat pada terapi akupresur
Essanovia (2014) menjelaskan beberapa teknik totok saraf (akupresur)
pada tubuh jika dilakukan dengan tangan.diantaranya :
a. Teknik mencubit
Totok dilakukan dengan memberikan tekanan dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kanan pada titik saraf organ
yang dijadikan target totok. Teknik ini hanya dapat dilakukan pada
jari-jari tangan, kaki dan pada kuku yang merupakan lokasi dimana
meridian-meridian utama itu berada.
b. Teknik menepuk
Teknik ini dilakukan dengan menepuk permukaan tubuh tertentu
dengan telapak tangan. Fungsinya ialah untuk mendorong energi dan
darah untuk mengalir. Tekniknya ialah dengan merapatkan kelima jari
dan menepuknya pada target totok yang merupakan titik meridian
tertentu sesuai dengan tujuan terapi. Teknik ini dilakukan sebanyak 5-
10 kali pada setiap meridiannya.
c. Teknik mengetuk
Teknik ini dilakukan dengan mengetuk-ngetuk titik yang
menjadi target totok dengan jari. Jari yang digunakan bisa dengan jari
tengah, jari telunjung atau kedua jari tersebut secara bersama-sama.

15
Teknik ini dilakukan secara berkala setiap dua atau tiga detik. Ini
dilakukan selama beberapa menit sesuai dengan kebutuhan.
d. Teknik menekan
Teknik ini dilakukan dengan menekan titik-titik yang menjadi
target totok saraf dengan menggunakan ibu jari. Bisa dengan ibu jari
kanan atau kedua ibu jari sekaligus. Jika menggunakan ibu jari tangan
kanan, lakukan dengan sedikit menekuk ruas ujung nya pada titik
saraf organ yang ditotok. Jika dilakukan dengan kedua ibu jari maka
lakukan penekanan tersebut secara bersamaan pada titik saraf organ
yang dijadikan target totok.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk akupresur
Dalam pijat refleksi/akupresur untuk kondisi tubuh normal
masingmasing titik refleksi membutuhkan waktu sekitar 5 menit setiap
pemijatan. Sedangkan untuk tubuh yang sedang sakit keras, proses
pemijatan berlangsung lebih lama, yaitu sekitar 10 menit. Jadi total waktu
yang dibutuhkan untuk memijat seluruh titik refleksi yang bersangkutan
kurang dari 30 menit atau bisa juga sekitar 45-60 menit tergantung pada
penguasaan teknik serta pengalaman si pemijat.

16
BAB III
TELAAH JURNAL

A. Telaah Penulisan
1. Judul Penelitian

Setiap jurnal harus memiliki judul yang jelas, dengan membaca


judul akan mempermudah pembaca mengetahui jurnal tanpa harus
membaca keseluruhan dari jurnal tersebut. Judul ditulis di tengah atas
halaman, menggunakan huruf kapital, dan dicetak tebal.
Menurut Subandriyo (2014) judul jurnal harus menerangkan isi
makalah secara akurat, menjelaskan subjek sespesifik mungkin didalam
batas-batas ketersediaan ruang, berisi kata kunci yang berguna untuk
information retrieval system. Disarankan judul tidak boleh lebih dari 15
kata jurnal berbahasa Indonesia dan lebih dari 10 kata jurnal berbahasa
Inggris. Sehingga penulisan judul jurnal sesuai dengan harapan.
Nama penulis jurnal dicantum tanpa gelar akademik dan
ditempatkan di bawah judul jurnal. Penulis harus mencantumkan institusi
asal dan alamat email (bagi penulis utama) untuk memudahkan
komunikasi. Nama penulis utama berada pada urutan paling depan (LIPI,
2013). Pada jurnal ini nama penulis sudah sesuai kaidah penulisan jurnal
yang baik karena nama penulis dibuat tanpa disertai gelar,
mencantumkan institusi asal penulis dan mencantumkan alamat email
penulis. Sehingga penulisan judul jurnal sesuai dengan harapan.

2. Abstrak Penelitian

17
Abstrak dibuat dalam dua bahasa (indonesia dan Inggris), tidak
melebihi 250 kata, ditempatkan sebelum pendahuluan, diketik dengan jarak
1 (satu) spasi (FKEP UNAND,2012). Pada jurnal ini sudah memakai dua
bahasa yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris, abstrak yang
menggunakan bahasa inggris terdiri dari 170 kata hal ini sudah sesuai
dengan syarat jurnal yang baik, begitu pula abstrak bahasa indonesia yang
terdiri dari 155 kata.
Menurut Subandriyo (2014), abstrak meliputi beberapa aspek yaitu
masalah pokok yang terdiri atas latar belakang dan tujuan penelitian, apa
yang dilakukan terdiri atas bahan dan metode, analisis, hasil, kesimpulan
penting yang diperoleh dan saran untuk peneliti selanjutnya. Adapun poin-
poin yang dimuat dalam abstrak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tujuan penelitian

18
Tujuan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan terapi back massage dan akupresur terhadap kualitas tidur
pasien hemodialisa di Rumah Sakit Umum Langsa
b. Metode penelitian
1) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen
2) Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah two group pretest
dan posttest desain
3) Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah non probability sampling jenis consecutive sampling
4) Populasi dalam penelitian ini adalah 88 orang yang menjalankan
hemodialisa rutin.
5) Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 orang (33 responden
dilakukan terapi back massage dan akupresur)
6) Instrumen yang digunakan untuk menentukan kualitas tidur pasien
hemodialisis adalah kuesioner.
c. Analisis
Analisa data dalam abstrak penelitian inimenggunakan analisa data
bivariat dengan uji paired t test dengan derajat kemaknaan α (0.05). Akan
tetapi dalam abstrak tidak disebutkan untuk analisa data univariat.
d. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan hasil skor kualitas tidur di antara therapy back massage dan
akupresur. Penelitian ini menunjukkan ada peningkatan kualitas tidur
pasien hemodialisa setelah dilakukan intervensi.
e. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah Terapi back massage dan
akupresur dapat dijadikan sebagai tindakan terapi komplementer yang
dapat diaplikasikan sebagai upaya peningkatan kualitas tidur pasien
hemodialisa.

f. Saran

19
Berdasarkan hal tersebut diharapkan tenaga keperawatan dapat
meggunakan atau mengaplikasikan pijat punggung dan akupresur
sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas tidur pasien
hemodialisis. Namun dalam abstrak penelitian tidak terdapat saran
yang sesuai dengan penelitian ini.
g. Kata kunci
Deretan kata kunci diletakkan setelah abstrak dan terdiri atas 8
kata atau melebihi garis panjangnya, terdiri atas kata-kata yang
mewakili isi tulisan, Penulisan kata kunci dalam dua bahasa yaitu
bahasa indonesia dan bahasa inggris, ditempatkan dibawah abstrak
(Subandriyo,2014). Berdasarkan uraian diatas, kata kunci abstrak
sudah sesuai dengan kaidah penulisan.
3. Pendahuluan

20
Tujuan dari pendahuluan adalah untuk mengemukakan informasi
latar belakang penelitian, sehingga peneliti pembaca dapat mengerti dan
menilai hasil-hasil penelitian sebelumnya tanpa harus membuka kembali
publikasi bersangkutan. Pendahuluan memuat rasional penelitian
(Subandriyo,2014).
Pendahuluan tidak boleh terlalu panjang, tidak boleh melebihi 2
halaman ketik, oleh karena itu kalimat pada pendahuluan harus padat dan
berisi (FKEP UNAND,2012). Pendahuluan memuat tiga hal pokok yaitu,
latar belakang, tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian. Alinea berikutnya
dari paparan pendahuluan dibuat menjorok ke dalam sesuai penulisan
alinia baru pada umumnya (LIPI,2013). Jurnal ini telah mencangkup tiga
hal pokok tersebut dan setiap alinea baru dijorokan.
a. Analisa isi jurnal :
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
terhadap 7 orang pasien yang sedang menjalani hemodialisa,
didapatkan data bahwa 5 orang pasien di antaranya menyatakan
sulit untuk memulai tidur, sering terbangun di tengah malam, dan 2
orang lainnya tidak mengalami gangguan tidur. Peneliti juga
mewawancarai perawat di ruang hemodialisa dan mereka
mengatakan bahwa terdapat 80% pasien hemodialisa yang
mengeluhkan gangguan tidur.
b. Latar belakang dari penelitian jurnal :
Penanganan gangguan tidur dapat menggunakan terapi
farmakologis dengan obat-obatan atau non farnakologis dengan
hipnotherapy, relaksasi, yoga, akupresur, massage atau pemijatan,
dan diantaranya akupresur merupakan salah satu pilihan terapi yang
diminati masyarakat (Fengge, 2012; Metha, 2007; Sukanta, 2008).
c. Tinjauan pustaka
Kemajuan dalam metode pengobatan ini memiliki efek
terhadap psikososial dan spiritual (Kallenbach, dkk., 2005).
Dampak psikologi dan spiritualitas sangat berpengaruh terhadap

21
kualitas hidup klien karena berhubungan dengan status kesehatan fi
sik, masalah tidur, dan kecemasan (Unruh, dkk., 2008). Gangguan
tidur pada pasien hemodialisa memengaruhi kualitas tidur dari segi
tercapainya jumlah atau lamanya tidur (Shariati, dkk., 2012).
4. Metode Penelitian

Bagian metode ini umumnya terdiri dari beberapa bagian tergantung


dari besar kecilnya informasi yang akan diberikan. Umumnya, bagian ini
terdiri dari beberapa bagian seperti : desain penelitian,lokasi penelitian,
populasi, dan sampel, pengumpulan data dan analisa data. (LIPI,2013).
Metode penelitian disesuaikan dengan jenis penelitian. Penelitian kuantitatif
seperti eksperimen seperti jurnal ini sudah sesuai dengan jenis
penelitiannya.

22
5. Populasi dan sampel
Berisikan tentang siapa populasi dan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini. Perlu dikemukakan mengapa peneliti memilih sampel seperti
ini. Bila peneliti menggunakan kriteria sampel maka harus dikemukakan
dengan jelas bagaimana sampel dipilih. Penulis mengambil kriteria inklusi
yaitu pasien sedang menjalankan terapi hemodialisa, pasien yang
mengalami gangguan kualitas tidur, kooperatif, kompos mentis, dan
berdomisili di Kota Langsa.
Dalam jurnal penelitian ini tercantum dan dijelaskan siapa yang jadi
subjek penelitian yaitu 33 orang pasien yang sedang menjalankan terapi
hemodialisadengan menggunakan metode non probability random sampling
jenis consecutive sampling
6. Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Responden dibagikan inform consent dan selanjutnya
kuesioner kualitas tidur pada saat menjalankan hemodialisa. Namun dalam
jurnal penelitian ini tidak menyebutkan secara jelas kuesioner apa yang
digunakan.
7. Data Analisis
Pada bagian ini harus dijelaskan bagaiman data yang telah
dikumpulkan dilapangan dianalisis dalam bentuk tabel. Program statistik
apa yang digunakan dan data analisanya sudah di tampilkan sehingga kita
dapat mengetahui bagaimana cara penelitian menganalisis hasil penelitian.
Dalam jurnal penelitian ini, peneliti menggunakan hasil uji analisis univariat
berupa distribusi frekuensi, persentase dari masingmasing variabel, nilai
mean dan standar deviasi, dan analisis bivariat menggunakan uji beda 2
mean.
8. Hasil dan Pembahasan
Menurut Subandriyo (2014), Bagian hasil dan pembahasan dapat
disatukan atau terpisah, hasil merupakan inti dari tulisan oleh karena itu di
bagian ini disuguhkan data dan informasi yang ditemukan oleh peneliti,

23
hasil berupa data hendaknya dalam bentuk tabel atau gambar sehingga
setiap angka tidak perlu dikemukakan dalam teks, hal yang perlu
dikemukakan adalah data yang menonjol, kecenderungan atau hubungan
antar peubah. Harus diperhatikan juga bahwa setiap tabel dan gambar harus
dapat menjelaskan dirinya sendiri. Jenis satuan, jumlah sampel, apakah
berhubungan (nilai p) harus bisa terlihat pada tabel tersebut. Pada jurnal ini
telah sesuai dengan ketentuan jurnal yang baik karena satu tabel hanya
membahas tentang satu kategori.
Pada bagian pembahasan ini penting untik menjelaskan mengapa dan
apa arti atau implikasi hasil yang diperoleh. Oleh karena itu sebaiknya
dalam pembahasan tidak terjadi pengulangan yang sudah dikemukakan pada
bagian hasil. Lima unsur utama dalam pembahsan menurut Soehardjan
(1997) yaitu menyajikan prinsip, hubungan dan generalisasi dari hasil
penelitian, menjelaskan adanya pengecualian atau tidak adanya korelasi
dalam kasus demikian, menyajikan persamaan atau perbedaan interpretasi
dengan hasil penelitian terdahulu (berdasarkan pustaka) menjawab
pertanyaan yang dirumuskan dalam bab pendahuluan (mengaitkan tujuan
penelitian dan hasil yang diperoleh) (Subandriyo,2014).
Tujuan penelitian telah dijelaskan pada bagian hasil penelitian. Isi
tinjauan pustaka ada dikaitkan dengan hasil yang telah ditemukan saat
penelitian. Pada paragraf terakhir biasanya kita temukan kalimat yang
berhubungan dengan kesimpulan dan saran.
9. Kesimpulan dan Saran
Menurut Subandriyo (2014), artikel ilmiah harus diakhiri dengan
kesimpulan yang secara logika mengikuti data hasil penelitian, kesimpulan
hendaknya merumuskan yaitu; intisari hasil pembahasan secara obyektif,
merumuskan saran atau implikasi yang menyangkut, penelitian lanjutan
yang diperlukan atu penerapan hasil penelitian dalam praktik. Saran
mengikuti kesimpulan yang umumnya mengemukakan rekomendasi kepada
pihak pengambilan kebijakan dalam menanggulangi masalah yang diteliti
serta saran untuk peneliti selanjutnya. Kesimpulan dan saran disusun dalam

24
beberapa kalimat dan umumnya hanya satu paragraph. Kesimpulan dan
saran dalam jurnal ini terdiri dari dua paragraf, hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan jurnal yang baik.
10. Implikasi penggunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini penting diketahui dan dipahami manajemen pelayanan
kesehatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit agar dapat
mengimplementasikan metode ini sebagai upaya untuk meningkatkan
kulitas tidur pasien hemodialisa dan mengembangkan program pelatihan ini
sebagai bagian dari tindakan mandiri perawat agar dapat mengedukasi dan
memandirikan keluarga pasien atau care giver pasien yang menjalani
hemodialisa terkait dengan terapi back massage dan akupresur
11. Daftar Pustaka

Penulisan daftar pustaka mengacu dari media yang bersangkutan, dan


hendaknya pustaka yang dirujuk sebagian besar adalah artikel primer.
Berdasarkan jurnal penelitian tersebut daftar pustaka sudah disusun
berdasarkan abjad, sumber yang diambil dari jurnal atau artikel sudah

25
dicetak miring jenis jurnalnya, sumber literatur menggunakan sumber
literatur antara tahun 2005-2014.

B. TELAAH KONTEN
1. Analisis Hasil Penelitian
a. Kualitas Tidur Pasien Terapi Hemodialisa
Hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan
penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas
metabolik atau endokrin yang dilaksanakann oleh ginjal, sehingga pasien
akan tetap mengalami berbagai komplikasi baik dari penyakitnya
maupun juga terapinya. Salah satu kompliksi yang sering dialami oleh
pasien gagal gijal kronik yang menjalani hemodialisis adalah gangguan
tidur (Varisella, 2016).
Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dijalani seorang
individu untuk mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun.
Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur,
latensi tidur, frekuensi terbangun serta aspek subjektif dari tidur seperti
kedalaman dan kepulasan tidur. Kualitas tidur yang buruk sering
dikaitkan dengan kesehatan yang buruk (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Pada jurnal penelitian ini didapatkan jika kelompok intervensi
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang akan dilakukan back
massage dan kelompok yang akan dilakukan akupresur. Pada kelompok
yang akan dilakukan back massage pengkajian kualitas tidur di ambil
semalam pascahemodialisa sedangkan untuk kelompok yang akan
dilakukan akupresur, pengkajian kualitas tidur diambil setelah satu siklus
terapi hemodialisa. Ternyata didapatkan gangguan kualitas tidur pada
kelompok yang akan dilakukan akupresur yang lebih tinggi, dengan
mean difference 1,49.
Pada penelitian Windy Astuti,dkk (2017), menyebutkan faktor-
faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa di RS PUSRI palembang yang terdiri

26
dari faktor demografi (usia, Jenis kelamin, pekerjaan), Faktor gaya hidup
(merokok, konsumsi kopi), faktor psikologi (kecemasan ringan,berat),
faktor biologis (penyakit penyebab GGK : diabetes, hipertensi, lainnya)
Faktor Dialisis (shift HD : pagi,siang; Lama HD : Baru, lama) sehingga
didapatkan bahwa faktor demografi, faktor gaya hidup, faktor biologis
dan faktor dialisis tidak berhubungan dengan kualitas tidur. Akan tetapi
ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur, lebih banyak pada
responden dengan kecemasan ringan sebanyak (74,1%).
Pada penelitian enggus Subarman Pius dan Santi Herlina (2014),
didapatkan bahwa lingkungan yang tidak tenang juga memiliki dampak
terhadap kualitas tidur pasien gagal ginjal kronik (91,7%). Suara juga
mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang dperlukan untuk
membangunkan orang tergantung pada tahap tidur.
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa sering
berpikiran bahwa agar dapat bertahan hidup harus bergantung pada mesin
dialisis dan juga dapat menimbulkan pemikiran bahwa nyawanya akan
terancam dan harapan hidup jadi berkurang, khawatir bahwa usia tidak
akan lama lagi serta permasalahan dapat menimbulkan konflik dengan
keluarga serta masalah fisik yang menyebabkan kelelahan sehingga
mempengaruhi aktivitas sehari-hari, menimbulkan perasaan khawatir
yang dapat berpengaruh pada kualitas tidur. Oleh karena itu pasien
hemodialisa yang merasa cemas berat lebih sering mengalami gangguan
tidur (Rosdiana, 2010; Wulan & Hastuti, 2011).
Berdasarkan penelitian Santi Varisella (2016), didapatkan jika jenis
kelamin pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa yang
mengalami insomnia lebih banyak laki-laki dari pada perempuan yaitu
12;8. Usia 46 sampai 65 tahun merupakan usia pada pasen gagal ginjal
kronik dengan hemadiolisa yang mengalami insomnia terbanyak.
Gangguan insomnia pada pasien hemodialisa lebih banyak terjadi pada
lamanya menjalani hemodalisa dengan waktu dibawah 36 bulan.

27
Insomnia adalah suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari. Pada umumnya ketika
bangun dari tidur di pagi hari, seseorang akan merasa segar dan bugar,
namun penderita insomnia akan merasa lemas pada badan, kurang
bersemangat dan masih mengantuk. Prevalensi insomnia sangat
bervariasi dan dapat mencapai 69% dibandingkan dengan populasi secara
umum sebanyak 10%. (Yekti, 2011).
b. Perbedaan Kualitas Tidur Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Back
Massage
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas tidur adalah massage atau pijatan. Back massage adalah suatu
teknik relaksasi dan merupakan salah satu bagian dari holistic self care
yang berguna untuk mengatasi keluhan-keluhan seperti stress,
kecemasan, kelelahan (fatigue), nyeri dan gangguan tidur. Beberapa
teknik massage dapat digunakan untuk membantu meningkatkan kualitas
tidur pada pasien-pasien yang mengalami gangguan tidur. (Muliana,
2018) Hasil yang didapatkan pada kelompok terapi back massage
menunjukkan bahwa tindakan terapi back massage merupakan tindakan
yang secara efektif dapat dilakukan pada pasien hemodialisa yang
mengalami gangguan kualitas tidur. Pada jurnal penelitian ini didapatkan
peningkatan nilai mean dari pre ke post dengan mean difference 2,97.
Pada penelitian santi Varisella (2016), pada kelompok eksperimen
dengan lama hemodialisa rata-rata 12-36 bulan memiliki skor insomnia
sebanyak 11-16. Namun, setelah diberikan intervensi relaksasi massage
skor insomnia cenderung berkurang secara signifikan yaitu 6-7.
Pada penelitian charolena arta marethdhidta (2013), didapatkan
bahwa durasi melakukan back massage dengan 40 menit memiliki
pengaruh lebih besar terhadap peningkatan kualitas tidur, hal ini dilihat
bahwa selisi dari kelompok 40 menit dan 20 menit terdapat perbedaan
jarak selisih sebesar 2.83.

28
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cinar and Eser (2012)
menunjukkan bahwa kualitas tidur pasien sebelum dilakukan Back
Massage memiliki nilai ratarata 11.87±2.11 dan setelah dilakukan Back
Massage hasilnya 9.78±2,17 (p<0.001).Pijat tidak mengubah durasi tidur.
Kualitas tidur lebih penting daripada durasi dalam memberikan istirahat.
Pijat tidak ditemukan memiliki efek pada skor gangguan tidur subyek
(Subjective Sleep Quality). Karena pijat punggung tidak dapat
meredakan gejala beberapa perubahan fisiologis yang terlihat pada orang
tua (perubahan sfingter kandung kemih, hipertrofi prostat, dll.) Itu tidak
memiliki efek pada gangguan tidur.
c. Perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan akupresur
Akupresur merupakan metode pengobatan yang dapat memperbaiki
gangguan tidur dengan melepaskan mediator saraf yang mengatur proses
fisik, mendorong tubuh untuk menjadi santai dan meningkatkan kualitas
tidur. Pada jurnal penelitian ini didapatkan tindakan yang dilakukan
kepada kelompok akupresur memberikan dampak pada perubahan
kualitas tidur, yaitu berupa peningkatan skor rata-rata kualitas tidur.
Pada penelitian nathazia Meylana (2016), didapatkan bahwa
terdapat penurunan rata-rata insomnia sebelum dan setelah diberikan
tindakan akupresur. Hasil rata-rata insomnia sebelum diberikan tindakan
akupresur pada 1 hari adalah 17,55 termasuk kategori sedang dan setelah
diberikan tindakan akupresur pada hari 6 hasil rata-rata insomnia adalah
7,70 termasuk dalam kategori tidak insomnia.
Pada penelitian Nadiah Lorenza (2018), didapatkan bahwa
penerapan terapi akupresur dengan hasil sebelum dan sesudah dilakukan
terapi akupresur pada responden 1 berdasarkan skala Epworth nilai
gangguan tidur menurun dari 8 menjadi 6 dan untuk skala PSQI menurun
dari 20 menjadi 16, sedangkan untuk responden 2 didapatkan skala
Epworth niali gangguan tidur dari 7 menjadi 5 dan skala PSQI menurun
dari 19 menjadi 15 setelah dilakukan terapi akupresur 30 kali putaran
sebanyak 3 kali dalam 1 jam.

29
d. Perbedaan kualitas tidur setelah dilakukan intervensi back massage
dan akupresur
Pada jurnal penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan terhadap kelompok back massage dan akupresur setelah
intervensi dengan nilai rata-rata kelompok back massage 13,51 dan nilai
rata-rata kelompok akupresur 13,84. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terapi akupresur lebih berpengaruh sedikit dalam meningkatkan kualitas
tidur. Sangat penting bagi pasien untuk merasakan kenyamanan yang
dapat meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisa, sebagaimana
diketahui bahwa kondisi gagal ginjal yang makin memburuk erat
kaitannya dengan kualitas tidur yang buruk.
Berdasarkan hal tersebut pelayanan keperawatan kepada
masyarakat yang memilih pengobatan Timur dapat membantu upaya
meningkatkan kesehatan, khususnya tidur seperti terapi massage,
akupresur, hidroterapi, terapi oksigen merupakan pilihan tepat.
2. Point-point dari hasil penelitian
a. Dari hasil penelitian menunjukkan pada kelompok terapi back
massage menunjukkan bahwa tindakan terapi back massage
merupakan tindakan yang secara efektif dapat dilakukan pada pasien
hemodialisa yang mengalami gangguan kualitas tidur.
b. Dari hasil penelitian menunjukkan tindakan yang dilakukan kepada
kelompok akupresur memberikan dampak pada perubahan kualitas
tidur, yaitu berupa peningkatan skor rata-rata kualitas tidur
c. Sehingga hasildata tersebut menunjukkan bahwa intervensi pada
kelompok back massage dan kelompok akupresur dengan kriteria
inklusi penelitian yang sama tidak ada perbedaan hasil yang signifi
kan.

30
3. Hasil penelitian yang dapat diterapkan di ruangan penyakit dalam
Tindakan back massage dapat menstimulasi sistem saraf yang
dapat menurunkan insomnia dan tindakan akupresur dapat meningkatkan
hormon melatonin sehingga kualitas tidur membaik.
Pijat punggung pada pasien yang menjalani hemodialisa dapat
dilakukan pada pada malam kedua pascahemodialisa, tindakan terapi
pijat punggung merupakan tindakan yang secara efektif dapat dilakukan
pada pasien hemodialisa yang mengalami gangguan kualitas tidur. Ketika
melakukan pijat punggung, perawat tidak hanya melakukan tindakan
mandiri untuk mengatasi gangguan tidur pasien tetapi pada saat itu juga
perawat dapat melakukan anamnesa untuk mengkaji keluhan pasien baik
dari hal fisiologis maupun psikologis yang lainnya sehingga perawat
dapat menggali keluhan pasien. pijat punggung sederhana selama 3 menit
dapat meningkatkan kenyamanan dan relaksasi klien serta memiliki efek
positif pada parameter kardiovaskuler seperti tekanan darah, frekuensi
jantung dan frekuensi pernafasan (Kozier, 2002).
Masase punggung ini tidak dilakukan pada pasien yang mengalami
luka terbuka atau bekas insisi operasi bagian anterior, misalnya abdomen.
Klien dengan gangguan pernafasan karena posisi prone pada saat
dilakukan pijat punggung akan mengakibatkan ekspansi paru menurun.
Masase merupakan tindakan mandiri perawat tanpa harus melakukan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam daftar standar
kompetensi, masase merupakan salah satu tindakan mandiri yang harus
dikuasai oleh perawat untuk mengkatkan rasa nyaman kepada kliennya
(Susilawati, 2012)
4. Implikasi bagi keperawatan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
insomnia saat menjalankan tindakan hemodialisa dan untuk pelayanan
keperawatan di rumah sakit agar dapat mengimplementasikan metode ini
sebagai upaya untuk meningkatkan kulitas tidur pasien hemodialisa.

31
5. Keterbatasan dalam penelitian
a. Pada jurnal tidak menampilkan persetujuan etis untuk legalitas
dilakukannya penelitian ini.
b. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini tidak disebutkan secara
jelas
c. Pada jurnal tidak menampilkan SOP teknik pijat punggung dan
akupresur untuk pasien hemodialisa.

32
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada penelitian penulis sudah menjelaskan latar belakang dari penelitian
tentang “Perbedaan Terapi Back Massage Dan Akupresur Terhadap Kualitas
Tidur Pasien Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Langsa”
2. Secara keseluruhan jurnal ini bisa dipertimbangkan menjadi rujukan
literatur dalam penelitian.
3. Hasil penelitian pada jurnal menjelaskan bahwa terapi back massage dan
akupresur dapat dijadikan sebagai tindakan terapi komplementer yang dapat
diaplikasikan sebagai upaya peningkatan kualitas tidur pasien hemodialisa.

B. Saran
Sebagaimana yang direkomendasikan pada penelitian bagi tenaga
manajemen pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit
agar dapat mengimplementasikan metode ini sebagai upaya untuk
meningkatkan kulitas tidur pasien hemodialisa dan mengembangkan program
pelatihan ini sebagai bagian dari tindakan mandiri perawat agar dapat
mengedukasi dan memandirikan keluarga pasien atau care giver pasien yang
menjalani hemodialisa terkait dengan terapi back massage dan akupresur.

33
DAFTAR PUSTAKA

X
AS, A. M. (2018). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage Terhadap
Peningkatan Kualitas Tidur Pasien Esrd Yang Menjalani Hemodialisa Di
Rsud A. Makkasau Parepare, 279–285.

Butar-butar, A. (2013). Hubungan karakteristik pasien dengan kualitas hidup


pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik
Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan.

Fadhillah, MA. (2015). Hubungan lamanya hemodialisis dengan tingkat depresi


pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Juni
2015. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan.

Harsyid, AM. (2011). Hubungan lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup


pasien penyakit ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik bulan Juni 2011.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan.

Mailisna, Kasiman, S., & Bukit, E. K. (2017). Perbedaan Terapi Back Massage
Dan Akupresur Terhadap Kualitas Tidur Pasien Hemodialisa Di Rumah
Sakit Umum Langsa, 01(03).

Nurchayati, S. (2010). Analisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas


hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS Islam
Fatimah Cilacap dan RSUD Banyumas. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Depok.

Maretdhidta, C. A. (2013). Pengaruh back massage durasi 20 menit dan 40 menit


untuk meningkatkan kualitas tidur.

34
Varisella, S. (2016). Pengaruh Terapi Relaksasi Massage Terhadap Skor Insomnia
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rs. Pku
Muhammadiyah I Yogyakarta, 1–14.

Lorenza, N. (2018). Terapi Akupresur Untuk Mengatasi Gangguan Tidur Pada


Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronis Dengan Hemodialisis Di Rumah Sakit
Islam Purwokerto, 1–7.

Meylana, N. (2012). Efektivitas Akupresur Dan Aromaterapi Lavender Terhadap


Insomnia Pada Wanita Perimenopause Di Desa Pancuranmas Magelang,
28–37.
Ambarsari, & Aisyah, S. (2015). Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia: Terapi
Akupresur, 2(1).

Çinar, Ş., & Eşer, İ. (2012). Effect on Sleep Quality of Back Massage in Older
Adults in Rest Home, 5(1), 2–7.

Ambarsari, S. A. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur


pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di rumah sakit
tarakan jakarta.

Pius, E. S., & Herlina, S. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kualitas Tidur Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisis Di Rumah Sakit Tarakan Jakarta.

Ningrum, W. A. C., Imardiani, & Rahma, S. (2017). Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kualitas Tidur Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Terapi
Hemodialisa, 279–285.

35

Anda mungkin juga menyukai