Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat dibaca oleh semua pihak ataupun kalangan.
Makalah ini disusun dengan berbagai sumber yaitu media cetak, media elektronik dan
berbagi media pendukung lainnya. Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan yaitu sebagai
tugas kuliah, menambah pengetahuan dibidang KDP. Penyusunan makalah ini berusaha
merangkum semua yang berhubungan dan memberikan gambaran bahan kuliah dengan
harapan agar semua mahasiswa lebih dapat memahami.

Materi yang kami paparkan dalam makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.

Semarang, 21 Agustus 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 3
B. Tujuan ....................................................................................................................... 4
C. MAnfaat .................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB II................................................................................ Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA .................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Definisi Nyeri.......................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Fisiologi Nyeri .......................................................................................................... 9
C. Jenis-Jenis ............................................................................................................... 11
D. Etilogi Nyeri............................................................................................................ 12
E. Manifestasi Klinis ................................................................................................... 12
F. Terapi Genggam Jari ............................................................................................... 13
G. Prosedur Tindakan .................................................................................................. 15
BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN .......................................................................... 17
A. Waktu ...................................................................................................................... 17
B. Sasaran .................................................................................................................... 17
C. Tempat .................................................................................................................... 17
D. Setting ..................................................................................................................... 17
E. Instrumen ................................................................................................................ 18
F. Prosedur .................................................................................................................. 18
H. Pengelolaan Pasien.................................................................................................. 19
BAB IV EVALUASI KEGIATAN ................................................................................... 21
A. Hasil Penerapan Terapi Genggam Jari .................................................................... 21
B. Faktor Pendukung ................................................................................................... 22
C. Faktor Penghambat ................................................................................................. 22
BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 23
A. Simpulan ................................................................................................................. 23
B. Saran ....................................................................................................................... 23
DAFTARPUSTAKA.........................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian oleh Sarah (2016) ditemukan sebanyak 38 kasus struma non-toksik di

RSUP Prof. R. D. Kandou Manado periode Juni 2014-Juli 2016. Perempuan merupakan

jenis kelamin yang paling sering terserang struma non- toksik dengan perbandingan

antara penderita struma non toksik laki-laki dan perempuan sebesar 1:5. Pada penelitian

sebelumnya perbandingan perempuan 1,2- 4,3 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki,

dan khususnya struma non-toksik diffusa, perbandingan penderita laki-laki dan

perempuan ialah 1:4. Pada perempuan lebih banyak kebutuhan fisiologik terutama saat

kehamilan, laktasi, menopause, dan pubertas yang mengakibatkan terjadinya

ketidakstabilan hormon pada tubuh perempuan. Sifat tubuh yang sensitif terhadap

perubahan akan bereaksi terhadap keadaan ini sehingga kekurangan hormon yodium

sering menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi perempuan tetapi tidak pada laki-

laki. Populasi perempuan paling rentan terhadap kejadian struma non-toksik ialah pada

saat hamil, terlebih saat fetus sudah berusia 16-17 minggu karena sudah dimulainya

pembentukan kelenjar tiroid fetus yang mulai mengambil asupan yodium dari ibu. Struma

nodusa ini dapat menyebabkan gangguan aman nyaman pada penderitanya, karena

dengan adanya benjolan di lehernya menyebabkan penderita merasakan nyeri, serta

prosedur ismolobektomi yang merupakan penanganan dari struma nodusa juga mampu

menyebabkan nyeri.

Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu farmakologi dan non

farmakologi. Secara farmakologi dapat diberikan obat penurun nyeri atau analgesik,

sedangkan cara non farmakologi dapat dilakukan dengan teknik relaksasi dan distraksi

(Andarmoyo, 2013). Metode penurun nyeri non farmakologis biasanya mempunyai risiko

yang sangat rendah, karena tidak adanya efek samping seperti pada pemberian obat secara

3
farmakologi. salah satu teknik relaksasi untuk pereda nyeri adalah teknik relaksasi

genggam jari. Sulung (2017) menjelaskan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi

genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien Post Appendiktomi

Berdasarkan dari beberapa penelitian tersebut ternyata teknik relaksasi genggam jari

berdampak pada penurunan intensitas nyeri.

Salah satu pengobatan non-farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi

nyeri adalah teknik relaksasi genggam jari. Teknik mengenggam jari merupakan bagian

dari teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu adalah akupresur Jepang. Bentuk seni yang

menggunakan sentuhan sederhana tangan dan pernafasan untuk menyeimbangkan energi

didalam tubuh. Tangan (jari dan telapak tangan) adalah alat bantuan sederhana dan ampuh

untuk menyelaraskan dan membawa tubuh menjadi 2 seimbang. Setiap jari tangan

berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan khawatir,

jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan dengan kemarahan,

jari manis berhubungan dengan kesedihan, dan jari kelingking berhubungan dengan

rendah diri dan kecil hati. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ma’arifah

dan Susanti (2017) tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap

Perubahan skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr.

Margono menemukan ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap perubahan

skala nyeri pada pasien post operasi section caesarea.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin memberikan inovasi penerapan

tindakan keperawatan berbasis bukti ilmiah atau evidence based practice terkait dengan

perubahan tingkat atau skala nyeri pada pasien post op ismolobektomi dengan pemberian

terapi Genggam Jari di Ruang Rajawali 2A RSUP Dr. Kariadi.

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian nyeri


4
2. Untuk mengetahui fisiologi nyeri

3. Untuk mengetahui jenis jenis nyeri

4. Untuk mengetahui penyebab nyeri

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis nyeri

6. Untuk mengetahui mekanisme penerapan terapi genggam jari

7. Untuk mengetahui procedure tindakan

8. Untuk mengetahui pengelolaan pasien

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan dalam pengembangan pengetahuan dan kemampuan dalam

intervensi dan implementasi keperawatan yang didalam penerapannya berbasis

bukti ilmiah.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Ruang Rajawali 2A RSUP Dr. Kariadi

Mampu menjadi masukan bagi ruangan maupun rumah sakit untuk diterapkan

dalam pelayanan perawatan mengenai terapi komplementer untuk mengatasi

masalah nyeri serta dengan membuatkan SOP tentang terapi genggam jari

b. Bagi Pasien

Pasien mampu memahami pentingnya penanganan nyeri dengan terapi

genggam jari dan mampu melakukan secara mandiri maupun dengan keluarga

sebagai upaya nonfarmakologis pendamping terapi medis untuk mengatasi rasa

nyeri.

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang didefinisikan dalam

berbagai perspektif. Menurut (Potter & Perry, 2010) nyeri merupakan suatu

kondisi yang bersifat subjektif dan personal. Setiap orang mempunyai skala

ataupun tingkatan nyeri yang berbeda, sehingga hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan tentang keadaan nyerinya. Pengkajian nyeri diperlukan

untuk menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa yang sesuai maupun

menentukan tindakan yang tepat.

Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai

berikut :

1. Skala numerik ( Numerical Rating Scales, NRS )

Skala ini merupakan skala yang paling efektif untuk mengkaji intensitas

nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Pada skala numerik ini,

klien menggunakan skala 0-10 untuk penilaian nyerinya.

Gambar 2.1 Skala NRS ( Potter & Perry, 2010 )

Pada penilaian skala nyeri ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok

yaitu, pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai nyeri ringan (masih bisa

ditahan, aktivitas tak terganggu). Pada skala 4-6 dikategorikan sebagai nyeri

sedang (mengganggu aktivitas fisik). Pada skala 7-10 dikategorikan sebagai

nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri).

6
2. Skala Deskriptif (Verbal Descriptor Scale, VDS)

Nyeri diukur dengan menggunakan kata pendeskripsi yang terdapat

pada sebuah garis yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.

Pendeskripsi ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampei nyeri yang tidak

tertahankan.

Gambar 2.2 Skala VDS ( Potter & Perry, 2010 )

Cara pengukuran derajat nyeri ini menggunakan enam skala penilaian,

yaitu nilai 1= tidak nyeri, nilai 2= nyeri ringan, nilai 3= nyeri sedang, nilai

4= nyeri hebat, nilai 5= nyeri sangat hebat, dan nilai 6= nyeri paling hebat

atau sudah tidak terkontrol.

3. Skala Oucher

Oucher merupakan alat pengukur intensitas nyeri untuk anak-anak.

Pada skala Oucher terdapat dua skala yang terpisah yaitu pada sisi kiri

terdapat skala dengan nilai 0-10 untuk menilai skala nyeri pada anak yang

lebih besar dan pada sisi sebelah kanan terdapat skala fotografik enam-

gambar untuk meilai skala nyeri pada anak yang lebih kecil. Foto wajah

seorang anak (dengan peningkatan rasa tidak nyaman) dirancang sebagai

petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami

7
makna dan tingkat keparahan nyeri. Skala tersebut dapat digunakan untuk

anak yang berusia 3 tahun.

4. Skala wajah

Selain skala Oucher, nyeri juga dapat diukur dengan menggunakan

skala wajah. Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun

8
yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa

nyeri) kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang bahagia, wajah

yang sangat sedih sampai wajah yang sangat ketakutan.

Gambar 2.4 Skala Wajah ( Potter & Perry, 2010 )

Penilaian skala nyeri ini dinilai dari kiri ke kanan. Wajah pertama menggambarkan

ekspresi senang karena tidak merasa sakit sama sekali. Wajah kedua

menggambarkan sakit hanya sedikit. Wajah ketiga menggambarkan ekspresi sedikit

lebih sakit. Wajah keempat menggambarkan ekspresi jauh lebih sakit. Wajah

kelima menggambarkan ekspresi jauh lebih sakit sekali. Dan wajah keenam

menggambarkan sangat sakit luar biasa sampai-sampai menangis.

B. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung

syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara

potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis

reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin

dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa

bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada

9
daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga

memiliki sensasi yang berbeda.

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal

dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan

kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

1. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30

m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat

hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan

2. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5

m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya

bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.Struktur reseptor nyeri somatik

dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh

darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur

reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul

dan sulit dilokalisasi.

Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini

meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan

sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif

terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,

iskemia dan inflamasi.

10
C. Jenis – Jenis Nyeri

Menurut tempatnya nyeri :

1. Nyeri perifer dibagi menjadi 3 macam

 Superficial : nyeri yang muncul karena rangsangan pada kulit dan

mukosa.

 Visceral : nyeri yang timbul karena stimulasi rasa nyeri pada rongga

abdomen, cranium, dan thorax

 Nyeri alih : nyeri yang d irasakan pada daerah yang jauh dari

jariingan penyebab nyeri

2. Nyeri sentral : nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,

batang otak, dan thalamus.

3. Nyeri psikogenik : nyeri yang tidak diketahui penyebeb fisiknya, atau

dengan kata lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri yang

dipengaruhi oleh faktor psikologis bukan fisiologis.

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis.

1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan

tegangan otot.

2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya

berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori

nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri

psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam

beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.

11
D. Etiologi Nyeri

1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau

cidera.

2. Iskemik jaringan.

3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau

tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada

otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang

berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang

lama.

4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan

juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.

5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.

E. Manifestasi Klinis

1. Laporan secara verbal atau non verbal

2. Posisi antalgic untuk menghindari nyeri

3. Gerakan melindungi

4. Tingkah laku berhati-hati

5. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,

menyeringai)

6. Terfokus pada diri sendiri

7. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir,

penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

8. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain

dan/atauaktivitas, aktivitas berulang-ulang)


12
9. Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan

nafas, nadi dan dilatasi pupil)

10. Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke

kaku)

11. Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel,

nafas panjang/berkeluh kesah)

12. Perubahan dalam nafsu makan dan minum

F. Terapi Genggam Jari

1. Pengertian

Teknik relaksasi genggam jari adalah teknik relaksasi yang berhubungan

dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh (Liana dalam Kalsum,

2017). Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk

rileks, kemudian akan muncul respons relaksasi (Potter & Perry, 2010).

2. Manfaat Relaksasi Genggam Jari

Manfaat terapi relaksasi genggam jari adalah untuk mengurangi ketegangan

fisik dan emosi karena genggaman jari akan mengalirkan semacam gelombang

kejut atau listrik menuju otak yang kemudian akan diproses dengan cepat dan

diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga

sumbatan di jalur energi menjadi lancar (Pinandita, 2012)

3. Mekanisme Kerja Relaksasi Genggam Jari

Di sepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran energi yang terhubung dengan

berbagai organ dan emosi (Puwahang, 2011). Rangsangan tersebut akan

mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak. Gelombang

diterima otak dan diproses dengan cepat diteruskan menuju saraf pada organ

13
tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi menjadi

lancar (Pinandita, 2012).

4. Prosedur pelaksanaan teknik relaksasi genggam jari

Menurut Wong (2011) dalam Astutik (2017), prosedur pelaksanaan teknik relaksasi

genggam jari dilakukan 15 menit dengan tahapan antara lain :

a. Siapkan lingkungan yang tenang

b. Atur posisi yang nyaman, bisa duduk atau berbaring

c. Mulailah merilekskan pikiran dan bersikap tenang

d. Tarik nafas dalam dan perlahan untuk merilekskan semua otot, sambil

menutup mata

e. Genggam jari mulai dari ibu jari selama kurang lebih 2-3 menit

f. Tarik napas dengan lembut bersama perasaan yang tenang dan damai dan

berpikirlah untuk mendapat kesembuhan

g. Fokuslah terhadap perasaan-perasaan yang nyaman dan damai

h. Setelah kurang lebih 15 menit, alihkan tindakan untuk tangan yang lain.

i. Lepas genggaman jari dan usahakan rileks.

14
G. Prosedur Tindakan

SOP TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI

Pengertian Teknik relaksasi genggam jari merupakan teknik relaksasi yang

berhubungan dengan jari tangan serta aliran energy di

dalam tubuh

Tujuan 1. Mengurangi nyeri, takut, dan cemas

2. Mengurangi perasaan panik, khawatir dan terancam

3. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh

4. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi

Prosedur Pelaksanaan teknik relaksasi genggam jari :

1. Atur posisi yang nyaman

2. Siapkan lingkungan yang tenang

3. Mulailah merilekskan pikiran dan bersikap tenang

4. Tarik nafas dalam perlahan untuk merilekskan semua otot,

sambil menutup mata

5. Genggam jari mulai dari ibu jari selama 2-3 menit, bisa

menggunakan tangan yang mana saja

6. Tarik nafas dengan lembut

7. Tarik nafas bersama perasaan yang tenang, damai, dan

berpikirlah untuk mendapat kesembuhan

8. Hembuskan nafas secara perlahan dan teratur

9. Hembuskan nafas secara perlahan sambil melepaskan

perasaan dan masalah yang mengganggu pikiran dan

bayangkan emosi yang mengganggu keluar dari pikiran

15
10. Fokuslah terhadap perasaan-perasaan yang nyaman dan

damai

11. Lakukan cara diatas beberapa kali pada jari lainnya

16
BAB III

PELAKSANAAN TINDAKAN

A. Waktu

Pelaksanaan terapi gengam jari untuk penanganan nyeri struma nodusa post op

ismolobektomi dilakukan pada Praktik Keperawatan Dasar Profesi (KDP) minggu ke

3 pada tanggal 18 Agustus 2018 sampai dengan 20 Agustus 2019.

B. Sasaran

Pasien struma nodusa post op ismolobektomi dengan keluhan nyeri.

C. Tempat

Pelaksanaan dilakukan di Ruang Rajawali 2A RSUP Dr. Kariadi.

D. Setting

1. Persiapan Pelaksanaan

a) Menentukan rencana kegiatan

b) Mengajukan proposal kegiatan

c) Melakukan konsultasi, perbaikan proposal, dan kegiatan yang akan

dilaksanakan

d) Menentukan waktu kegiatan dan mempersiapkan alat yang akan digunakan

dalam pelaksanaan

e) Mengumpulan data tentang pasien dengan keluhan nyeri

2. Pelaksanaan

17
a) Meminta izin kepada kepala ruangan ataupun CI sebelum melaksanakan

intervensi pada pasien

b) Mahasiswa menemui pasien, mengucapkan salam, mengevaluasi keadaan

pasien, menjelaskan tentang tujuan, manfaat terapi genggam jari.

c) Melakukan pengkajian data fokus

d) Mengimplementasikan terapi genggam jari sesuai dengan SOP

e) Melakukan evaluasi tindakan

f) Catat pada pelaporan tindakan / catatan perkembangan

E. Instrumen

1. Alat dan bahan pengumpulan data

a. Kuesioner yang mengacu Verbal Descriptor Scale, VDS dengan

menggunakan skala nyeri 0-6

b. Rekam medis pasien

c. Format evaluasi tindakan

2. Alat dan bahan pelaksanaan

a. Lembar catatan perkembangan

F. Prosedur

1. Atur posisi yang nyaman

2. Siapkan lingkungan yang tenang

3. Mulailah merilekskan pikiran dan bersikap tenang

4. Tarik nafas dalam perlahan untuk merilekskan semua otot, sambil menutup mata

5. Genggam jari mulai dari ibu jari selama 2-3 menit, bisa menggunakan tangan

yang mana saja

18
6. Tarik nafas dengan lembut

7. Tarik nafas bersama perasaan yang tenang, damai, dan berpikirlah untuk

mendapat kesembuhan

8. Hembuskan nafas secara perlahan dan teratur

9. Hembuskan nafas secara perlahan sambil melepaskan perasaan dan masalah

yang mengganggu pikiran dan bayangkan emosi yang mengganggu keluar dari

pikiran

10. Fokuslah terhadap perasaan-perasaan yang nyaman dan damai

11. Lakukan cara diatas beberapa kali pada jari lainnya

G. Pengelolaan Pasien
a. Pengkajian Fokus
Pasien Kelolaan Data Fokus
Nn. D DS : Klien mengeluh nyeri pada luka operasi
Struma Nodusa P (provocative): gerak/ disentuh
Q (quality) : di tusuk - tusuk
Post op
R (region) : luka operasi
ismolobektomi S (Skala/Seviritas): 5
T (time) : hilang timbul
DO : ada luka operasi ismolobektomi di leher, klien
tampak menahan nyeri

19
b. Implementasi & Evaluasi
Tanggal Skala Pre Skala Post Terapi
No. Pasien
Implementasi Terapi genggam jari genggam jari
1 Nn. D 19 – 20 5 3
Agustus 2019

c. Evaluasi Tindakan
Pasien
No Evaluasi yang di Nilai
Nn. D

Ekspresi wajah klien rileks atau tenang selama


1 
diberikan genggam jari

Klien memejamkan mata ketika dilakukukan


2 
tindakan genggam jari

Klien tertidur ketika atau selama diberikan


3 
genggam jari

Klien terlihat menggunakan nafas dalam ketika


4 
nyeri muncul selama genggam jari

Klien mengatakan skala nyeri berkurang setelah


5 
diberikan genggam jari

Klien mengatakan hati tenang dan nyaman setelah


6 
dilakukan genggam jari

20
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

A. Hasil Penerapan Terapi Kompres Hangat


Berdasarkan pengelolaan pasien dengan menerapkan Terapi relaksasi

genggam jari ini dapat digambarkan hasil sebagai berikut :

Terapi Relaksasi Genggam Jari

Hari - 1 Hari - 2

Pre Post Pre Post

5 4 4 3

Dari hasil penerapan tindakan keperawatan pengelolaan pasien post op

ismolobektomi dengan nyeri menggunakan terapi relaksasi genggam jari diatas,

didapatkan bahwa terapi yang dilakukan ini berpengaruh terhadap penurunan skala

nyeri yang dirasakan oleh Nn. D. Dikarenkan pemberian terapi gengam jari

merupakan salah satu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara

memanipulasi tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit.

Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Prasetyo (2010) yang

menyampaikan bahwa teknik relaksasi genggam jari dapat membantu tubuh,

pikiran dan jiwa untuk mencapai relaksasi , sehingga ketika tubuh dalam keadaan

rileks, secara alamiah akan memicu pengeluaran hormon endorphin yang

merupakan analgesic alami dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Haniyah (2016) juga menyatakan bahwa menggenggam

jari sambil menarik nafas dalam dapat mengurangi nyeri karena genggaman jari

akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energy pada meridian yang

terletak pada jari tangan kita sehingga dapat mengurangi sinyal nyeri.
21
B. Faktor Pendukung

Pada pemberian terapi genggam jari, pasien antusias karena merasa butuh

dan dapat mengikuti terapi sebagai bentuk upaya untuk mengurangi nyeri yang

dirasakan, sehingga menjadi pendukung terciptanya rasa nyaman dan relaksasi

pasien.

C. Faktor Penghambat

Dalam pelaksanaan terapi genggam jari ini, yang menjadi faktor

penghambat adalah karena nyeri merupakan respon subjektif seseorang yang

sangat dipengaruhi oleh perasaan atau mood, sehingga sangat penting didalam

penerapannya menyesuaikan dengan mood atau perasaan yang sedang dirasakan

oleh pasien.

22
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknik relaksasi genggam jari adalah teknik relaksasi yang berhubungan

dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh (Liana dalam Kalsum, 2017).

Manfaat terapi relaksasi genggam jari adalah untuk mengurangi ketegangan

fisik dan emosi karena genggaman jari akan mengalirkan semacam gelombang

kejut atau listrik menuju otak yang kemudian akan diproses dengan cepat dan

diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga

sumbatan di jalur energi menjadi lancar (Pinandita, 2012)

Berdasarkan hasil penerapan terapi relaksasi genggam jari diketahui teapi ini

mampu menurunkan skala nyeri pada pasien post op ismolobektomi.

B. Saran

Terapi non farmakologi genggam jari ini dapat digunakan sebagai alternatif

untuk menurunkan skala nyeri selain dengan relaksasi distraksi dan napas dalam

serta obat farmakologi yang sudah sering digunakan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogayakarta:


Ar ruzz Media

Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan


Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Pasien Post Sectio STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 30–37.
jurnal.strada.ac.id/sjik/index.php/sjik/article/view/6

Pinandita, I. (2012). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Oprasi Laparatomi Di
RS PKU Muhammadiyah Gombong.
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/27/jtstikesmuhgogdl-
iinpinandi-1344-2-hal.32--3. Pdf

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan, Buku 3 Edisi 7. Jakarta:


Elsevier

Sarah T, dkk. (2016). Profil struma non toksik pada pasien di RSUP Prof. Dr.
R. D Kandou Manado periode Juli 2014-Juni 2016. Jurnal e-Clinic (ECI)
volume 4

Sulung, N., & Rani, S. D. (2017). Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Appendiktomi, 2(October), 397–405

24
25

Anda mungkin juga menyukai