Anda di halaman 1dari 27

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

“Terapi Bermain Lego Pada Anak Usia 3 sampai 6 Tahun di Ruang Anak RSUP

Dr.M.Djamil Padang ”

(SIKLUS KEPERAWATAN ANAK)

Disusun Oleh
Kelompok P’19Haristio Maulana, S.Kep
Hikmawani Anas, S.Kep
Rahma Dhani Fitri, S.Kep
Mia Aulia Rahim, S.Kep
Dinda Jeanita, S.Kep
Dara Violin, S.Kep
Winda Astuti, S.Kep
Cici Novelia Manurung, S.Kep
Dzikra Fitria Amita, S.Kep
Latifa Hidayani Abas, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020

1
SATUAN ACARA PENGAJARAN TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Stimulasi tumbuh kembang anak.


Sub Pokok Bahasan : Terapi aktivitas kelompok bermain lego
Sasaran : Anak usia 3 sampai 6 tahun
Tempat : Ruang Bermain Bangsal Anak RSUP DR M.djamil
Padang
Waktu : 35 menit

A. Latar Belakang

Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau
kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa
depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak
membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya dan untuk belajar mandiri (UNICEF, 2017). Anak sebagai orang atau
manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang berbeda
dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh
karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan lingkungan
serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress (Rushworth, 2017).
Krisis ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak,
pengalaman masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit,
support system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan (Dewalt, 2009).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi
anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi,
sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin
lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah
satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan
perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari

2
lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak mengetahui dan
kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat di rawat. Salah satu
cara untuk menghadapi permasalahan terutama mengurangi rasa perlukaan dan
rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus dilakukannya adalah bermain.
Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak
secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan
lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan
fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa
pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam
perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar
dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam
bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan
kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak
dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di
rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuanbermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fasepertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
3
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang mengalami
hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain dengan sasaran usia
sekolah (6 tahun sampai 12 tahun) yang berada di ruang rawat inap anak lantai 3
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kami berharap dengan diadakannya terapi bermain ini,
anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai tahap
tumbuh kembangnya.

B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak diharapkan:
- Melatih strategi dan kecermatan pada anak
- Dapat bersosialisasi dengan teman sebaya yang dirawat di ruang yang
sama
- Ketakutan dan kejenuhan pada anak selama dirawat berkurang
- Mampu mengembangkan kreativitas dan memecahkan masalah
- Mengekspresikan perasaan, keinginan dan ide selama menjalani
perawatan

C. Manfaat Terapi Bermain


1. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk
melepas kelebihan energi
2. Melalui bermain anak secara berkelanjutan mempraktikan pengalaman
yang lalu mengasimilisasikannya ke dalam berbagai persepsi dan
hubungan yang baru. Bermain membantu anak memahami dunia tempat
mereka tinggal dan membedakan antara fantasi dan kenyataan
3. Mereka belajar untuk saling memberi dan menerima

4
4. Anak-anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain
melalui setiap media yang mereka miliki.
5. Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk
eksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain.
6. Bermain dapat memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan
stress yang dihadapi lingkungan
7. Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak
(Wong, 2000)

D. Sasaran
Sasaran dari kegiatan TAK ini adalah sebagai berikut:
1) Anak usia 3 sampai 6 tahun berjumlah 5-10 orang.
2) Anak yang dirawat di ruang kronis RSUP Dr.M.Djamil Padang
3) Anak dalam kondisi yang memungkinkan untuk diajak keluar dari kamar
rawat inap
4) Anak tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain.
5) Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
6) Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain lego

E. Kegiatan Bermain
Strategi Pelaksanaan
Kegiatan TAK Kegiatan Waktu PJ Media
o Peserta
Fase Orientasi
 Membuka dan  Menjawab salam 5 menit Leader Speker
memberikan salam

 Memperkenalkan  Mendengarkan
semua anggota dan
kelompok memperhatikan
 Meminta anggota  Saling
TAK berkenalan dan
memperkenalkan memperhatikan

5
diri ke peserta temannya, dan
lainnya dan bernyanyi
perawat dan bersama
nyanyi bersama
 Menjelaskan topik
dan tujuan TAK  Mendengar dan
 Menjelaskan memperhatikan
kontrak waktu dan  Mendengarkan
bahasa dan menyepakati
waktu dan
bahasa
Fase Kerja
 Menjelaskan  Mendengar dan 20 menit Presentator Speker
aturan permainan memperhatikan Fasilitator Laptop
lego Permainan
 Memberikan  Mendengarkan lego
contoh cara dan
bermain lego memperhatikan
 Membagikan lego  Mengungkapka
kepada masing- n apa yang
masing anak dan akan dibuat
memotivasi untuk
mengunkapkan
apa yang akan di
buat anak  Anak dapat
 Mendampingi bertanya pada
anak saat bermain fasilitator
lego apabila ragu

Penutup
 Menyampaikan
 Mengevaluasi 10 Menit Leader
respon anak respon selama Observer
setelah bermain kegiatan
lego
 Memberikan

6
reinforcement  Menerima
positif kepada reinforcement
anak
positif
 Memberi
kesempatan
kepada peserta  Bertanya dan
TAK untuk
mampu
bertanya
 Bertanya kepada menjawab
peserta TAK pertanyaan
bagaimana
perasaannya
 Menjawab salam
setelah mengikuti
TAK
 Menutup
pertemuan dan
memberi salam
 Bersalam-
salaman antara
anak dengan
anak dan perawat
dengan anak
 Membagikan
hadiah kenang-
kenangan dari
kelompok untuk
peserta TAK

1. Jenis Program Bermain


 Kreatif
 Edukatif
2. Karakteristik Bermain
 Melatih motorik halus
 Melatih memecahkan masalah dan bermain kooperatif
 Menumbuhkan rasa percaya diri, meransang kreatifitas
 Melatih anak untuk belajar teknologi dan sains
3. Karakteristik Peserta
 Usia 3 sampai 6 tahun
 Jumlah peserta ± 5- 10 orang anak dan didampingi oleh orang tua

7
 Keadaan umum mulai membaik
 Peserta kooperatif
4. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
 Hari/ tanggal : Kamis, 16 Januari 2020
 Waktu : 10.00 – 10.30 WIB
 Tempat : Ruang bermain bangsal kronis RSUP DR
M.Djamil Padang

5. Metode
 Gambar dan audio (musik)
6. Alat – alat yang digunakan (Media)
 Laptop
 Speaker
 Meja
 Permainan lego/balok
 Hadiah menarik
7. Orientasi dan uraian tugas
Leader :Cici Novelia Manurung
Presentator :Dinda Jeanita
Observer :Latifa Hidayani Abas
Fasilitator :Haristio Maulana
Hikmawani Anas
Rahma Dhani Fitri
Mia Aulia Rahim
Dara Violin
Winda Astuti
Dzikra Fitria Amita
a. Uraian tugas sebagai berikut:
1) Leader, tugasnya:
a) Membuka acara permainan
b) Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
c) Menjelaskan tujuan dari kegiatan
d) Kontrak waktu dan acara

8
e) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan
sampai selesai.
f) Mengarahkan permainan.
g) Memandu proses permainan.
2) Presentator, tugasnya :
a) Menyampaikan pelaksanaan dari TAK yang akan
dilakukan
b) Menjelaskan materi TAK
c) Menjawab pertanyaan anggota TAK
3) Fasilitator, tugasnya:
a) Membimbing anak bermain.
b) Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam
membentuk objek dengan lego
c) Memperhatikan respon anak saat bermain lego
d) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan
keluarganya.
4) Observer, tugasnya:
a) Mengawasi jalannya permainan.
b) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir
permainan.
c) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses
bermain.
d) Mengevaluasi kegiatan
e) Menyusun laporan dan menilai hasil permainan

F. Skema Penatalaksanaan Terapi Bermain atau Setting Tempat

Pembimbing
Leader Presentator

Anak 10
Anak 1
Fasilitator
Fasilitator
Anak 9
Anak 2
Anak 8
Anak 3
Fasilitator
Fasilitator 9
Anak 7
Anak 4

Anak 5 Fasilitator Anak 6

Obsever

G. Proses Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
a. Evaluasi apakah jumlah peserta sesuai dengan rencana awal yaitu 5-10
orang
b. Evaluasi apakah settingan tempat sudah sesuai dengan rencana, apakah
TAK berjalan tepat waktu atau tidak
c. Evaluasi apakah anggota kelompok hadir semua dan menepati tempat
masing-masing sesuai dengan settingan tempat yang direncanakan

2) Evaluasi Proses
a. Evaluasi proses berlangsungnya acara terapi aktivitas kelompok yang
dilakukan mulai dari awal sampai akhir
b. Evaluasi apakah peserta dapat mengikuti aturan yang telah ditetapkan,
apakah ada peserta yang keluarr masuk selama TAK berlangsung
c. Evaluasi bagaimana partisipasi peserta dalam kegiatan yang dilakukan
d. Evaluasi apakah anggota kelompok sudah sesuai denga tugas masing-
masing
3) Evaluasi Hasil
a. Apakah anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya yang
dirawat di ruang yang sama ?
b. Apakah kecemasan dan kejenuhan anak berkurang ?
c. Apakah anak dapat bermain lego dengan baik ?
d. Apakah anak dapat mengekspresikan perasaannya ?
e. Apakah anak dapat mengungkapkan idenya?

H. Dokumentasi
10
Catat semua hasil kegiatan terapi aktifitas kelompok (TAK) yang telah
dilakukan pada sesi 1 dengan lengkap, lampiran foto pelaksanaan TAK dan
daftar absensi peserta.

Lampiran Materi
A. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A,
2005). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir (Suhendi, 2001).
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,
2009)

B. Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas
dan penuh inovatif (Soetjiningsih, 2007)
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
11
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit.
Tujuan bermain susun puzzle adalah untuk merangsang atau memacu otak
dan konsentrasi anak dalam bermain,selain itu juga akan merangsang
perkembangan intelektual kreatifitas dan kecekatan anak dalam berfikir. Salah
satu pemainan puzzle yaitu bermain lego, membutuhkan imajinasi dan kreativitas
anak untuk membangun sebuah bangunan sehingga memiliki makna.

C. Cara Pelaksanaan
Perawat akan mencontohkan cara menyusun lego atau balok-balok sehingga
memiliki arti, kemudian diikuti oleh anak-anak untuk membangun sebuah bangun
yang bermakna sesuai kreativitas anak atau berdasarkan instruksi pemandu TAK.

D. Karakteristik Bermain
1. Sederhana
2. Imaginative
3. Kreatif
4. Meransang kognitif

E. Usia
Usia 3 sampai 6 tahun

F. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain
sebagai terapi (Hurlock, E B., 2009)
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
12
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan
untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak
akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-
mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia
telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan
prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu
alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
13
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak
tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan
temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan
diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang
tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya
dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain
anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media
yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai
moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
7. Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,
dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian,
14
permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit.Perawat dapat mengkaji
perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan
selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak
dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
G. Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain (Soetjiningsih, 2007).

1. Bermain aktif
 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
 Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun puzzle-puzzle
menjadi rumah-rumahan, dll.
 Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya.
 Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
 Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
 Mendengarkan cerita atau music
 Menonton televisi

15
 Dll

H. Klasifikasi Permainan
Klasifikasi Bermain Menurut Isi (Wong, Donna L. ,2003)
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak
tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan.

b. Sense of pleasure play


Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau
pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu
dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai
sepeda.
d. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang
lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balitaToddler.
b. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain puzzle
c. Asosiatif play

16
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama
tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak
bermain sesukanya.
d. Cooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.
I. Hal-hal yang Harus Diperhatikan
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit
J. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
· Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
· Melatih kerjasama mata dan tangan.
· Melatih kerjasama mata dan telinga.
· Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
· Melatih mengenal sumber asal suara.
· Melatih kepekaan perabaan.
· Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
·         Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
·         Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
·         Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
·         Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
·         Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
·    Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
17
· Memperkenalkan sumber suara.
· Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
· Melatih imajinasinya.
· Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
· Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
· Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
· Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), puzzle-
puzzle besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36  bulan
Tujuannya adalah ;
· Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
· Mengembangkan keterampilan berbahasa.
· Melatih motorik halus dan kasar.
· Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
· Melatih kerjasama mata dan tangan.
· Melatih daya imajinansi.
· Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
· Alat-alat untuk bermain seperti balok lego
· Lilin yang dapat dibentuk
· Pasel (puzzel) sederhana.
· Manik-manik ukuran besar.
· Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
· Bola
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah  :
· Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
· Mengembangkan kemampuan berbahasa.
· Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
18
· Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
· Membedakan benda dengan permukaan.
· Mengembangkan kepercayaan diri.
· Mengembangkan kreativitas.
· Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
· Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
· Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
· Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
· Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong
Alat permainan yang dianjurkan :
· Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
· Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia 6 – 12 tahun
Tujuannya adalah  :
· Mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
· Dapat  mengatur strategi dan kecermatan pada anak.
· Melatih kemampuan anak bersosialisasi
· Menumbuhkan sportivitaspada anak
· Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
Alat permainan yang dianjurkan :
· Berbagai benda dari sekitar rumah, kartu, boneka, robot, buku, alat olah
raga, alat untuk melukis, pekerjaan tangan,alat gambar & tulis, kertas untuk
belajar melipat, gunting, air, ular tangga, puzzle dll.
· Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

K. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
19
5. Alat permainan  senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

L. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
(Markum, dkk., 2005)
M. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan
N. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
O. Antisipasi Hambatan
1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya. (Markum, dkk., 2005)
.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz .2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Anggani Sudono, 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta. Grasindo

Champbell. (2015). Psikologi Anak. Jakarta: PT Indeks

Dewalt. 2009. Health Literacy and Child HealthOutcomes: a Systematic Review of


Literature. Periadtrics Vol. 124 Supplement

Erlita., 2006, Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. Terdapat


Padahttp://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 5 Maret 2018

Foster and Humsberger., 2000, Family Centered Nursing Care of Children. WB


sauders Company, Philadelpia USA

Hayati, Nur. 2012. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:EGC

Hurlock, E B., 2009, Perkembangan Anak Jilid III., Jakarta: Erlangga

Kliegman, Robert M., 2000, Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa


Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15 Jakarta: EGC

Markum, dkk., 2005, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak., Jakarta:IDI

Lanni, D. 2014. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika.

Potter, P. A, Perry. (2013). Fundamental of Nursing (edisi 4). Jakarta: EGC

21
Rushworth, 2017. Hospitalisation in Children with Adrenal Insufficiency and
Hypopituitarism:Is There a Differential Burden Between Boys and Girls and
Between Age Group. Hormon Research in Pediatrics.

Soetjiningsih, 2007, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta :EGC

Staf Pengajar IKA FKUI. 2002. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3.Jakarta :
FKUI.

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC

UNICEF. 2017. A Child is a Child :Protecting Children on the Move from Violence,
Abuse and Exploitation.

Wong, Donna L. ,2003, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4.,Jakarta:


EGC

22
Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain

N Aspek yang Dinilai Ya Tidak


O
I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
a. Balok lego
b. Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
a. Leader (1)
b. Presentator (1)
c. Fasilitator (7)
d. Observer (1)
3 Kegiatan berjalan tepat waktu
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta menyebutkan
nama
c. Menjelaskan kontrak waktu
d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan
tujuan terapi bermain
e. Memberikan contoh kepada peserta cara bermain lego
f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai akhir

23
2. Pelaksanaan
Presentator :
a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada
peserta
b. Membantu Leader memberikan contoh kepada peserta
cara bermain lego
c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d. Mengatur waktu permainan
Fasilitator :
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar
fokus pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi kemajuan
peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan
kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh leader,
dan fasilitator
b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam permainan
lego
c. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan

24
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun
semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu
menyusun setidak separo kepingan ringan dan sedang
dalam waktu yang telah ditentukan

25
Lembar Evaluasi Kemajuan

Kategori kemampuan anak Penilaian An... An... An... An... An... An... An... An... An... An...
Kognitif
- Anak mampu mengerti dan menjelaskan pesan
yang terkandung dalam permainan
- Anak mampu menyelesaikan tugas dalam Total
permainan dalam berbagai tahapan: Kriteria
a) Tahap ringan
b) Tahap sedang
c) Tahap sulit
Sosial
- Anak mau memperkenalkan diri di depan teman
sepermainan
- Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman Total
sepermainan Kriteria
- Anak dapat berkomunikasi baik dengan perawat

26
Afektif
- Anak dapat mematuhi peraturan permainan

Total
Kriteria
Jumlah akhir
Keterangan skor: Kriteria tiap kategori:
0 : Tidak dapat melakukan Baik : jumlah skor 17-24
1 : Dapat melakukan dengan bantuan Cukup : jumlah skor 9-16
2 : Dapat melakukan dengan motivasi Kurang : jumlah skor 0-8
3 : Melakukan dengan mandiri

27

Anda mungkin juga menyukai