Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI BERMAIN MEWARNAI

Disusun untuk memenuhi Tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh:

Putri Sallamah Nursiam I4B021042


Ji’is I4B021046
Melyana Rahmawati I4B021055
Siwi Kurniasari I4B021072
Elis Gresita I4B021085
Rinta Pirdayanti S I4B021086
Chantun Muwuri G I4B021088

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2022
SATUAN ACARA BERMAIN

“Terapi Bermain Mewarnai”

Jenis Terapi Bermain : Mewarnai gambar


Sub Pokok Terapi Bermain : Terapi bermain mewarnai pada anak sakit yang di
rawat di RS dengan cara stimulasi motorik
Sasaran : Anak usia sekolah (6-12 Tahun) yang dirawat di
Ruang Aster
Target : 2-5 anak
Waktu : 35 menit pukul 11.30 WIB
Hari/ tanggal : Kamis, 2 Juni 2022
Tempat : Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Latar Belakang
Hospitalisasi adalah bentuk stresor individu yang berlangsung selama
individu dirawat di rumah sakit, hospitalisasi sering kali menjadi krisis yang harus
dihadapi anak. Stressor utama dari hospitalisasi antara lain perpisahan,
kehilangan kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Hal tersebuat kan menimbulkan
perasaan cemas, takut, sedih, marah, dan kesakitan. Namun, reaksi anak terhadap
krsis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia pengembangannya (Marilyn J.
Hockenberry 2012)

Mengatasi memburuknya tingkat kecemasan pada anak, perawat dalam


memberikan intervensi harus memperhatikan kebutuhan anak sesuai tumbuh
kembangnya. Kebutuhan anak usia sekolah terhadap pendampingan orang tua selama
masa perawatan, kebutuhan akan rasa aman dan nyaman, serta kebutuhan
aktivitasnya. Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak, diharapkan
mampu memberikan tindakan tanpa adanya resiko trauma pada anak baik trauma fisik
ataupun trauma psikologis. Permainan akan membuat anak terlepas dari ketegangan
dan stress yang dialami. Selain itu dengan melakukan permainan anak dapat
mengalihkan rasa sakit. Melalui program bermain anak dapat menunjukkan apa yang
dirasakannya selama sakitnya (Pravitasari & Bambang, 2012).

. Dampak dari hospitalisasi dan kecemasan yang dialami anak usia sekolah
berisiko dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan proses penyembuhan pada
anak. Kecemasan yang teratasi dengan cepat dan baik akan membuat anak lebih
nyaman dan lebih kooperatif dengan tenaga kesehatan sehingga tidak akan
menghambat proses perawatan. Jika kecemasan berlangsung lama dan tidak
teratasi maka akan menimbulkan reaksi kekecewaan pada orangtua, yang
menimbulkan sikap pelepasan pada anak, sehingga anak mulai tidak peduli
dengan ketidakhadiran orangtua dan lebih memilih untuk berdiam diri (apatis),
menolak untuk diberikan tindakan dan yang paling parah akan 3 menimbulkan
trauma pada anak setelah keluar dari rumah sakit (Marilyn J. Hockenberry 2012).

Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari


ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Akibat adanya distraksi dan
relaksasi yang terjadi, anak yang mengalami cemas akhirnya menjadi tidak cemas
lagi (Supartini 2012).

Mewarnai gambar merupakan salah satu terapi permainan kreatif yang


sangat teraupetik dan memberi anak kesempatan untuk bebas mengekspresikan
perasaannya, sebagai cara berkomunikasi tanpa kata. Melalui mewarnai gambar
dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia prasekolah sangat
aktif dan imajinatif. Selain itu, anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan
kemampuan motorik halus dengan mewarnai gambar meskipun masih menjalani
perawatan di Rumah Sakit (Gerungan & Walelang 2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gerungan & Walelang


(2020) yang berjudul “Mewarnai Gambar terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia
Prasekolah yang Dirawat di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado” didapatkan
hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan dari pemberian terapi bermain
mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah akibat
hospitalisasi dengan hasil uji statistik nilai p= 0,000. Sebelum diberikan terapi
bermain mewarnai responden menunjukkan tingkat kecemasan berat (86,7%) dan
sedang (13,3%). Setelah diberikan terapi mewarnai gambar tingkat kecemasan
berkurang menjadi ingkat kecemasan ringan (13.3%) dan tingakt kecemasan
sedang (86.7%).
Tujuan
 Tujuan Instruksional Umum.
Setelah dilakukan terapi mewarnai gambar selama 1 x 35 menit, anak
diharapkan bisa mengekspresikan perasaannya, merasa tenang selama
perawatan dan tidak takut lagi terhadap petugas kesehatan sehingga anak
merasakan nyaman dan dapat beradaptasi dengan baik selama dirawat di
Rumah Sakit.
 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti terapi mewarnai gambar selama 1 x 35 menit
diharapkan anak usia prasekolah mampu :
1. Bersosialisasi dengan orang lain di Rumah Sakit
2. Menikmati permainan dengan menunjukkan ekspresi non verbal dengan
tertawa dan tersenyum.
3. Mampu mewarnai gambar dengan baik.
4. Anak menjadi nyaman di Rumah Sakit

Metode : Bermain bersama dengan anak untuk mewarnai gambar

Media : Kertas mewarnai dan krayon/pensil warna

Setting Ruangan :

 
    

Keterangan:

 : Moderator

 : Fasilitator

 : Pasien

 : observer

Pengorganisasian:

1. Moderator : Melyana Rahmawati


Bertugas untuk memimpin jalannya acara terapi bermain dari awal hingga
berakhirnya terapi. Pemimpin bermain juga harus membuat suasana bermain
agar lebih tenang dan kondusif.
2. Fasilitator: Putri, Wuri, Elis, Siwi, dan Ji’is
Bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam
permainan yang akan dilakukan.
3. Observer : Rinta
Bertugas mengawasi dan menilai kemampuan masing-masing anak selama
dilakukan terapi bermain.

Jadwal Kegiatan

KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU


Pembukaan - Memberi salam pembuka - Menjawab salam dan 5 menit
- Memperkenalkan diri merespon
- Menjelaskan tujuan dan - Memperhatikan
strategi bermain -
- Apersepsi
Pelaksanaan - Pelaksanaan terapi bermain - Melaksanakan terapi 25 menit
(mewarnai gambar) bermain
- Komunikasi efektif
- Motivasi keterlibatan
keluarga
- Evaluasi sesuai dengan
pedoman evaluasi.
Penutup - Menyimpulkan bersama - Merespon 5 menit
keluarga. - Menjawab salam
- Memberi pujian dan
motivasi kepada keluarga.
- Kontrak pertemuan
berikutnya
- Mengucapkan salam
penutup.
- Merapikan peralatan.
Lampiran Materi SAB

1. Anak usia sekolah


Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada
periode usia pertengahan yaitu anak yang berusia 6-12 tahun (Santrock,
2008), sedangkan menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan
anak usia 6-12 tahun yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitif. Pada masa ini merupakan waktu
yang digunakan untuk mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan
antara lain, motorik halus, motorik kasar, sosial, emosi serta kognitif
(Mulyasa, 2012). Peningkatan pengembangan ini dapat tercapai secara
maksimal jika lingkungan mampu memberikan rangsangan dan stimulasi
dengan tepat sehingga otak anak dapat berkembang dan berfungsi secara
maksimal. (Gerungan, Nova & Walelang 2020).
2. Bermain
Bermain merupakan suatu wadah bagi anak-anak dalam
mengekspresikan segala bentuk tingkah laku yang menyenangkan dan
tanpa paksaan. Bermain dapat mengembangkan aspek sosial, membangun
kreativitas, serta mengasah kemampuan berfikir dan kebahasaan anak
dalam berkomunikasi (Rohmah 2016).
3. Manfaat bermain
Pemanfaatan bermain bagi aspek-aspek perkembangan anak usia
dini, yang meliputi aspek moral, motorik, kognitif, bahasa serta sosial
(Rohmah 2016)
a. Bermain dan perkembangan moral
Perkembangan moral mencakup perkembangan pikiran,
perasaan, dan perilaku menurut aturan dan kebiasaan mengenai hal-hal
yang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan orang
lain. Contohnya ketika bermain rumah-rumahan, berdoa sebelum
makan, mengucap salam saat masuk dan keluar rumah.
b. Bermain dan perkembangan motoric
Kegiatan yang dilakukan dengan gerak, baik gerak kasar atau
halus. Dalam mengembangkan kemampuan motorik, kegiatan bermain
dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau tanpa alat. Contoh
untuk pengembangan motoric kasar yaitu bermain petak umpet dimana
anak harus berlari, jalan, membungkuk serta bergegas. Sedangkan
untuk pengembangan motoric halus dengan bermain congklak dimana
anak anak melakukan koordinasi mata-tangan dalam memindahkan biji
congklak dengan tepat.
c. Bermain dan perkembangan kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk, kegunaan).
Perkembangan ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda
disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran, dan pentingnya benda
tersebut. Contoh ketika anak sedang bermain bola, anak dapat
mengenal bentuk bola, warna bola, lebih besar atau kecil dari bola
milik teman lainnya.
d. Bermain dan perkembangan bahasa
Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu berkomunikasi
dengan lawan mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non
verbal. Perkembangan bahasa dapat dikembangkan ketika anak
mengutarakan keinginannya, mengeluarkan pendapat, serta memberi
komentar kepada lawan mainnya.
e. Bermain dan perkembangan sosial
Sekumpulan anak-anak akan saling bersosialisasi dalam
kegiatan bermain. Dari kegiatan bermain bersama temanteman, anak
akan belajar memahami diri dan orang lain. Bermain juga dapat
melatih rasa tanggung jawab anak, kedisiplinan, serta kejujuran.
Dengan bermain bersama teman lainnya, ia akan bersikap untuk dapat
bekerja sama dalam tim.
4. Kategori Bermain
Menurut Saputro dan Fazrin (2017), terapi bermain
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bemain alat
misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami dan menempel
gambar, bermain puzzle. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan
bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan
menebak kata.
b. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya
menikmati teman nya bermain atau menonton televisi dan membaca
buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi
kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif.
5. Terapi bermain
Terapi bermain merupakan suatu aktivitas bermain yang
dijadikan sarana untuk menstimulasi perkembanagan anak, mendukung
proses penyembuhan dan membantu anak lebih kooperatif dalam
program pengobatan serta perawatan. Bermain bisa dilakukan anak yang
sehat maupun sakit, meskipun anak sedang dalam keadaan sakit namun
kebutuhan untuk bermainnya tetap ada. Kegiatan bermain merupakan
terapi distraksi pada anak dengan mengalihkan rasa sakitnya pada
permainan dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
(Idris & Reza 2018).
6. Mewarnai gambar
Mewarnai gambar sangat sesuai diberikan untuk terapi bermain
ketika anak sedang berada pada masa perawatan untuk menurunkan
tingkat kecemasan. Selama anak sedang melakukan perawatan di rumah
sakit dapat diketahui rasa cemas dan takut dapat muncul secara berlebihan
bahkan dapat muncul respon penolakan ketika sedang dilakukan tindakan,
sehingga akan berpengaruh dan mengganggu proses perawatan dan
pengobatan selama di rumah sakit (Hartini, Winarsih & Sulistyawati
2018).
Mewarnai gambar merupakan salah satu permainan yang
memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi sesuai imajinasinya
dan sebagai permainan penyembuh (Wowiling, Ismanto & Babakal 2014).
Sedangkan menurut Aryani & Zaly (2021), mewarnai gambar adalah suatu
bentuk kegiatan kreativitas, dimana anak diajak untuk memberikan satu
atau lebih goresan warna pada suatu bentuk maupun pola gambar sehingga
terbentuk sebuah kreasi. Dengan mewarnai gambar berarti memberikan
suatu cara untuk berkomunikasi pada anak tanpa menggunakan kata.
Manfaat mewarnai gambar bagi anak antara lain : melatih anak
mengenal aneka warna dan nama-nama warna, menstimulasi daya
imajinasi dan kreativitas, melatih mengenal objek yang akan diwarnai,
melatih anak untuk membuat target, melatih anak mengenal garis batas,
melatih keterampilan motoric halus anak sebagai salah satu sarana untuk
mempersiapkan kemampuan menulis, melatih kemampuan koordinasi
antar mata dan tangan (Aryani & Zaly 2021). Menurut Gusnadi (2013)
tujuan mewarnai gambar yaitu gerakan motorik halusnya lebih terarah,
berkembang kognitifnya, dapat bermain sesuai tumbuh kembangnya, dapat
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sebaya, cemas/stress
selama dirawat di RS berkurang/hilang.

Lampiran Media
Lampiran Dokumentasi Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, D. & Zaly, N.W. 2021, ‘Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar
terhadap Kecemasan Hospitaslisasi pada Anak Prasekolah’, Jurnal
Akademika Baiturrahim Jambi, vol. 10, no. 1, p. 101.

Gerungan, N. & Walelang, E. 2020, ‘Mewarnai Gambar terhadap Tingkat


Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Dirawat di Rsup. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado’, Jurnal Skolastik Keperawatan, vol. 6, no. 2, pp. 105–13.

Hartini, S., Winarsih, B.D. & Sulistyawati, E. 2018, ‘Terapi Bermain Pada Anak
Pra-Sekolah Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Saat Hospitalisasi Di
Rsud Kudus’, Jurnal Pengabdian Kesehatan.

Idris, M. & Reza, M. 2018, ‘Efektifiktas Terapi Bermain (Merwarnai) Terhadap


Penurunan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak USia Pra Sekolah (3-
6 Tahun) di Ruang Melati RSUD Kota Bekasi’, Jurnal Afiat, vol. 4, no. 2,
pp. 583–92.

Marilyn J. Hockenberry, D.W. 2012, Wong’s Essentials of Pediatric Nursing, 9th


edn, Mosby Elsevier, St Louis.

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P. & Hall, A.M. 2016, Fundamentals of
Nursing, 9th edn, Mosby Elsevier, St Louis.

Rohmah, N. 2016, ‘Bermain Dan Pemanfaatannya Dalam Perkembangan Anak


Usia Dini’, Jurnal Tarbawi, vol. 13, no. 2, pp. 27–35.

Saputro H Dan Fazrin I. 2017. Anak Sakit Wajib Bermain Di Rumah Sakit :
Penerapan Terapi Bermain Anak Saki, Proses, Manfaat Dan Pelaksanannya.
Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan.

Supartini 2012, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta.

Wowiling, F., Ismanto, A. & Babakal, A. 2014, ‘Pengaruh Terapi Bermain


Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra
Sekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruangan Irina E Blu Rsup. Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado’, Jurnal Keperawatan UNSRAT, vol. 2, no. 2, p. 105672.

Anda mungkin juga menyukai