DISUSUN OLEH:
MEGA E. NAPITUPULU
NIM. P0.71.20.1.1.90.70
i
PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH
MEGA. E. NAPITUPULU
NIM: PO.71.20.1.1.90.70
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Menyetujui,
NIP.196312041989031003 NIP.199201052018011001
Mengetahui,
NIP. 198009182001121004
iii
HALAMAN PENGASAHAN
Ketua,
Anggota,
Anggota,
Jayapura,
Ketua Jurusan
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atsa berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
3. Robert Zeth Felle, S.Kep.,Ns., M.Sc selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan
7. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
akhir ini.
v
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini
Penulis
Mega E Napitupulu
DAFTAR ISI
vi
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS........................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1. Tujuan Umum............................................................................ 3
2. Tujuan Khusus........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 4
1. Manfaat Untuk Khalayak Umum............................................... 4
2. Manfaat Untuk Perkembangan IPTEKS.................................... 4
3. Manfaat Untuk Penulis............................................................... 4
vii
D. Kerangka Konsep............................................................................. 25
E. Hipotesis........................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian.............................................................. 27
B. Populasi dan Sample........................................................................ 27
C. Waktu dan Tempat........................................................................... 28
D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian........................................ 28
E. Variabel Penelitian........................................................................... 33
F. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data............................................... 33
G. Instrumen dan Bahan Penelitian....................................................... 33
H. Uji Validitas dan Reliabilitas........................................................... 34
I. Prosedur Penelitian........................................................................... 34
J. Manajemen Data.............................................................................. 35
K. Etika Penelitian................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 38
LAMPIRAN
Surat Permohonan Menjadi responden............................................................. 40
Inform Consent................................................................................................. 41
Kuisioner........................................................................................................... 42
Panduan Perhitungan Berat Badan................................................................... 45
Lembar Pengukuran Hipervolemia................................................................... 46
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 2.1 Kisaran Hubungan Cairan Harian Orang Dewasa 19
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 1 Pathway Gagal Ginjal Akut 9
x
ESRD :End Stage Renal Disease
ARF :Acute Renal failure
RSUD :Rumah Sakit Umum Daerah
CRF :Chronic Renal Failure
BUN :Blood Urea Nitrogen
HDL :High Density Lipoprotein
CKD :Cronic Kidney Disease
IWL :Insesible Water LossHD:Hemodialisis
CES :cairan Ekstrasel
CIS :Cairan Intrasel
FVD :Fluid Volume Excess
ECF :Extra Celular Fluid
GFR :Gromerular Filtration Rate
Riskedas :Riset Kesehatan
IDWG :Interdialytic Weight
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi penyakit gagal ginjal di Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang dirilis Data Indonesia RenalPT.
Askes pada tahun 2017 jumah penderita gagal ginjal kronik Registrasy (IRR)
jumlah pasien aktif yang menjalani terapi hemodialisa sebanyak 77.892 orang.
Sementara pasien baru adalah 30.843 orang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskedas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi gagal ginjal kronik berdasrkan
dignosis dokter Indonesia sebesar 0,2%. Prevalensi tertinggi di Sulawesi tengah
sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulaesi Utara masingg-masing 0,4%.
Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi selatan, Lampung, Jawa Barat, jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur masing-masing 0,3%.
Presentase diagnosa penyakit utama pasien hemodialisa di Indonesia
tahun 2014 menunjukkan pasien gagal ginjal terminal/ERSD merupakan pasien
terbanyak dengan 84% diikuti dengan pasien gagal ginjal akut/ARF sebanyak 9%.
Data pasien baru dan pasien aktif yang menjalankan hemodialisa di Indonesia dari
tahun 2007-2014 jumlah pasien baru terus meningkat dari tahun ke tahun tetapi
pasien yang kemudian masih aktif pada akhir tahunnya tidak bertambah sejalan
pertambaha pasien baru. Jumlah pasien terbayak terjadi pada tahun 2012 sebanyak
19.621 pasien, pada tahun 2013 sebanyak 15,128 pasien, dan pada tahun 2014
meningkat 17,193 pasien (Perkumpulan Nefrologi Indonesia). Data yang
diperoleh dari data Rekam Medis RSUD Mimika tahun 2018 terdapat 245
pasien gagal ginjal yang dirawat inap maupun rawat jalan. Data yang diperoleh
dari data administrasi ruang Hemodialisa RSUD Mimika tahun 2019 Juli sampai
Desember terdapat sekitar 170 pasien yang melakukan Hemodialisis seminggu 2x
secara rutin.
Pada penyakit ginjal tahap akhir urine tidak dapat dikonsentrasikan atau
diencerkan secara normal sehingga tidak terjadi ketidakseimbangan cairan
2
elektrolit. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema di sekitar
tubuh sepeti tangan, kaki, dan muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di rongga
perut disebut, acites, sehingga penting bagi pasien Hemodialisis dalam
mengontrol cairan guna mengutangi terjadinya kelebihan cairan. Selain itu
natrium dan cairan yang tertahan akan meningkatkan resiko terjadinya gagal
jantung kongestif. Pasien akan menjadi sesak akibat ketidakseimbangan asupan
zat oksigen dengan kebutuhan tubuh (Hirmawaty, 2014).
Terapi yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik yaitu dengan terapi
konservatif dan terapi pengganti. Terapi konservatif digunakan untuk pasien gagal
ginjal kronik dan tingkat clieren dan kreatinin 25 ml/menit. Bila pasien gagal
ginjal kronik sudah dalam tahap end stage renal disease maka terapi pengganti
ginjal menjadi satu-satunya jalan untuk mempertahankan fungsi tubuh. Saat ini
Hemodialisa adalah merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak
dilakukan dan jumlah penggunanya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kesuksesan hemodialisa tergantung pada kepatuhan pasien. Pada populasi pasien
hemodialisa, prevalensi ketidakpatuhan cairan antara 10% sampai 60%,
ketidakpatuhan obat 9%, pasien Hemodialisa mengalami kesulitan lebih tinggi
dalam pengelolaan kontrol pembatasan asupan cairan (Rustiawati, 2012).
Klien gagal ginjal kronik yang mengalami terapi hemodialisis yang
mengalami kegagalan dalam diet, pengaturan cairan dan pengobatan akan
memberikan dampak yang besar dalam morbiditas dan kelangsungan hidup klien.
Kegagalan dalam mengikuti pengaturan pengobatan akan berakibat fatal.
Dilaporkan lebih dari 50% pasien yang menjalani terapi hemodialisis tidak patuh
dalam pembatasan asupan cairan. Jika penderita gangguan gagal ginjal tidak tahu,
dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang cepat (melebihi 5%), edema
ronkhi basah dalam paru-paru, kelopak mata yang bengkak dan sesak nafas yang
diakibatkan oleh volume cairan yang berlebihan dan gejala uremik yang dapat
dapat mengancam keselamatan jiwa, terutama bagi mereka yang telah berada pada
tahap gagal ginjal kronik (Smelzer & Bare).
Kepatuhan terhadap pengontrolan diet dan pembatasan cairan merupakan
faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkan kesehatan dan
2
3
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
3
4
D. Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Gagal Ginjal Kronik
a. Pengertian
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya
dieliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi
renal dan menyebabkan gangguan funsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit,
asam basa (Suharyanto, 2009).
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk
kelangsungan hidup. Kerusakan pada gagal ginjal ini ireversible. Eksaserbasi
nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vaskular, akibat diabetes melitus, dan
hipertensi yang berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan pembentukaan
jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya funsi ginjal secara progresi.
b. Etiologi
Menurut Surhanyanto (2009), klasifikasi gagal ginjal kronik adalah sebagai berik
ut :
1) Penyakit infeksi tubulointertisial : pielonefritis kronik atau refluks
nefropati. Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi
akibat infeksi berulang dan biasanya dijimpai pada penderita batu.
2) Penyakit per adangan : Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak.
Peradangan akut gromerulus terjadi akibat peradangan komplek antigen
dan antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. Gromerulonefritis kronik
adalah peradangan yang lama dari sel-sel gromerulus. Kelainan ini dapat
terjadi akibat gromerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul
secara spontan.
6
c. Manifestasi Klinik
Pada gagal ginjal kronik, setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan
tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondidi
lain yang mendasari dan usia pasien. Pada gagal ginjal stadium 1, tidak tammpak
gejala-gejala klinis. Seiring dengan perburukan penyakit, penurunan pembentukan
eritropoitin kelihatan kronis dan muncul tanda-tanda awal hipoksia jaringan dan
gangguan kardiovaskuler. Dapat poliuria (peningkatan pengeluaran urine) karena
ginjal tidak mampu memekatkan urine seiring dengan perburukan penyakit.
Menurut Baradero (2008), manifestasi klinis sistem tubuh pada gagal ginjal
kronik, antara lain :
1) Sistem hematopoietik : anemia, cepat lelah, trombositopenia, ekimosis,
perdarahan.
2) Sistem kardiovaskuler : hipervolemia, hipertensi, takikardi, disritmia,
gagal jantung kongestif, perikarditis
3) Sistem pernafasan : takipnea, pernafasan kusmaul, halitosis uremik atau
fetor, sputum yang lengket, batuk disertai nyeri, suhu tubuh meningkat,
hilar pneumonitis, edema paru
6
7
d. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik merupakan kerusaka ginjal yang progersiv dan
ireversible. Hal ini ditandai fungsi nefron yang berkurang akibat penurunan
jumlah nefron yang berfungsi dengan tepat. Nefron yang rusak tidak berfungsi
lagi dan nefro yang baik, termasuk gromeruli dan tubula, menggantikan tugas
nefron yang rusak. Nefron utuh yang harus bekerja lebih keras karena
menggantikan nefron yang rusak untuk menghasilkan filtrat yang banyak
mengalami hipertropi. Reabsorbsi juga meningkat, sedangkan laju filtrasi
glomerulusnya berkurang tidak lebih dari 50%. Di fase penurunan cadangan ginjal
ini penderita belum memperlihatkan tanda dan gejala dan kadar BUN serta
kretinin masih normal.
Setelah ginjal tidak dapat mempertahankan fungsinya karena nefron
mencapai 75%, cairan menjadi lebih banyak dari yang direabsorbsi. Hal ini
mengakibatkan diuresis osmotik dengan poliuria dan haus akibat zat sisa
metabolisme tidak diekskresikan. Tanda dan gejala muncul akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, perubahan fungsi regulator tubuh, dan
retensi cairan.
Penurunan kemampuan ginjal dalam mefiltrasi darah yang ditandai
dengan penurunan laju filtrasi glomerulur menyebabkan kreatinin tidak mampu
7
8
8
9
Besar
LFG turun menekan
Saraf perifer
CKD nyeri pinggang
9
10
f. Penatalaksanaan
1) Pengendalian cairan
10
11
2) Pengendalian elektrolit
a) Hiperkalemi
Kadar kalium plasma pada hiperkalemia adalah lebih dari
5,5 mEq/L. Pada pasien CRF, retensi kalium terjadi karena
nefron kurang mampu melakukan ekskresi. Hiperkalemia
dapat dekendalikan dengan mengurangi asupan makanan ya
yang kaya dengan kalium (pisang, jeruk, kentang, kismis
dan sayuran berdaun hijau) atau hemodialisis dengan
dialisa dengan mengandung kalium plasma yang dapat
11
12
3) Penanganan anemia
12
13
4) Hemodialisis
Hemodialisis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan
dialisa yang artinya memisahkan. Jadi hemodialisa adalah suatu
proses pemisahan darah dari zat anorganik/toksik/sisa metabolisme
melalui membran semi permiabel dimana darah disisi ruang dan
cairan dialis di sisi ruang lainnya. Hemodialisis memerlukan akses
ke sirkulasi darah pasien, suatu mkanisme untuk membawa darah
pasien ke dan dari dializen (temat terjadinya pertukaran cairan,
elektrolit, dan zat sisa tubuh), serta dialiser. Segera setelah dialisis,
berat badan pasien ditimbang, tanda vital diperiksa, spesimen darah
diambil untuk mengetahui kadar elektrolit serum dan zat sisa tubuh.
Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi 2 yaitu : hemodialisis
emergency atau hemodialisis segera dan hemodialisis kronik.
Keadaan akut tindakan dialisis dilakukan pada kegawatan ginjal
dengan keadaan klinis uremik berat, overhidrasi, oliguria, anurai,
hiperkalemia, asidosis berat, uremia, ensefalopati uremikum,
neuropati/miopati uremikum, perikarditis uremikum, distranemia
13
14
g. Pemeriksaan penunjang
Karena CRF mempunyai efek multisistemik, banyak kelainan berat
yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium. Kadar
kreatinin serum penting dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Kretinin
serum meningkat apabila sudah banyak nefron yang rusak sehingga
kreatinin tidak dapat diekspresikan oleh ginjal. Pemeriksaan uji klirens
kreatinin urine 12 atau 24 jam dapat mengevaluasi fungsi ginjal dan
menentukan beratnya disfungsi ginjal. Uji ini adalah indikator yang
paling spesifik untuk mengetahui fungsi ginjal. Kecepatan kretinin
sama dengan gred. Klirens keratinin yang kurang dari 10 ml/mnt
menunjukkan keruskan ginjal yang berat. Pemeriksaan radiografi tidak
banyak bermnfaaat bagi pasien dengan ESRD. Sinar X KUB hanya
14
15
15
16
16
17
b) Faktor geografis
Lingkungan yang jauh atau jarak yang jauh dari pelayanan
kesehatan memberikan kontribusi rendahnya kepatuhan.
c) Individu
Sikap individu yang ingin sembuh
Sikap merupakan hal yang kuat dalam diri individu
sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan
kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam
kontrol penyakitnya.
Pengetahuan
Penderita dengan pengetahuan rendah adalah yang tidak
terindentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka
berpikir bahwa dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak
perlu melakukan kontrol terhadap kesehatannya.
17
18
18
19
19
20
1) Hipovolemia
Hipovolemia adalah defisit volume cairan (fluit volume deficit,
FVD) isotonik yang terjadi apabila tubuh kehilangan air dan
elektrolit dari CES dalam jumlah yang sama. Pada FVD, cairan
pada awalnya keluar dari kompartemen intravaskular. FVD pada
umumnya terjadi akibat kehilangan abnormal melalui kulit, saluran
pencernaan atau ginjal, penurunan asupan cairan , perdarahan atau
pergerakan cairan keruang ketiga (Kozier, 2010).
2) Hipervolemia
Hipervolemia merupakan kelebihan volume cairan menagcu pada
perluasan isotonik dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan
natrium yang abnormal dalam proporsi yang kuarang lebih sama
dimana mereka secara normal berasal dalam CES. Hal ini srelalu
terjadi sesudah ada peningkatan kandunagan natrium tubuh total,
yang paada akhirnya meningkatakan peningkatan air tubuh total
(Smeltzer & Bare, 2002).
4. Konsep Hipervolemia
a. Pengertian
Hipervolemia adalah kelebihan volume cairan (fluid volume
excess, FVE) yang terjadi saat tubuh menahan air dan natrium dlam
proporsi yang sama dengan CES normal. Karena air dan natrium
ditahan dalam tubuh, konsentrasi natrium serum pada intinya tetap
normal. FVE selalu menjadi akibat sekunder dari peningkatan
kandungan tubuh natrium tubuh total (Kozier, 2010).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
hipervolemia terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dana elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang.
Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam
serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan
20
21
21
22
22
B. Sintesa Penelitian Sebelumnya
N Endang, P Tingkat kepatuhan pasien Mengetahui faktor-faktor Deskriptif Tidak ada Tidak ada pengaruh
o gagal ginjal kronik dalam yang mempengaruhi korelasi pengaruh yang antara faktor demografi
pembatasan cairan pada terapi tingkat kepatuhan dalam signifikan pasien dengan tingkat
hemodialisa pembatasan cairan pada antara jenis kepatuhan pasien gagal
pasien gagal ginjal kronik kelamin dengan ginjal kronik dalam
yang menjalani terapi tingkat pembatasan cairan
kepatuhan,
pendidikan
frekwnsi terapi
24
C. Kerangka Teori
D. Kerangka Konsep
Karakteristik responde :
Umur, jenis kelamin, pendidika
E. Hipotesis
25
26
26
27
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Sample
Menurut Sugyono (2010) sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Jadi sample adalah subyek yang dilibatkan langsung dalam
penelitian yang sesungguhnya dapat menjadi wakil keseluruhan wakil. Pengam
bilan sample pada penelitian ini mengunakan quota sampling dengan kriteria
sebagai berikut : kriteria inklusi :
1) Dapat ditimbang berat badannya dengan berdiri
2) Dapat berkomunikasi secara verbal
3) Dapat membaca dan menulis
4) Bersedia menjadi responden
Besar sample dalam penelitaian ini mengunakan rumus Slovin sebagai berikut :
(Nursalam, 2016)
27
28
N
n= 1+N (d) Keterangan :
n = besar sample
N = besar populasi
d= tingkat signifikansi (0,1)
Dalam menentukan jumlah sample yang akan dipilih peneliti mengunakan tingkat
kesalahan sebesar 10% jumlah populasi yang digunakan adala.... orang, maka
besarnya jumlah (n) adalah sebagai berikut :
n= N
1+N (d)2
n= 170
1+170 (0,1)2
n= 170
2,7 = 62,9
n = 63 orang
28
29
29
30
2 Kepatuhan Seeorang/pasien dalam 1.Jumlah sesuai intake Kuisioner Ordinal Skor untuk jawaban
pembatasan melaksanakan suatu aturan 2.Mengikuti anjuran pernyataan favorable :
cairan pasien perilaku yang disarankan untuk menghindari 0 = Tidak pernah
gagal ginjal oleh perawat, dokter, atau makan makanan 1 = Jarang
kronik tenaga kesehatan terhadap berkuah, makanan yang 2 = Kadang-kadang
pembatasan cairan mengandung pengawet 3 = Sering
makanan yang dapat Skor untuk pernyataan
meningkatkan kadar unfavorable :
natrium ( kuning telur, 4 = Tidak pernah
kacang, sayuran 3 = Jarang
berdaun hijau). 2 = Kadang-kadang
3.Mengikuti anjuran 1 = Sering
membatasi buah-buahan 0 = Selalu
tinggi air (semangka, Setelah ditetapkan kriteria
melon, pepaya dll) seperti di atas maka
4. Mengikuti anjuran responden mendapatkan skor
untuk menghindari : < 21 = tidak patuh
minuman bersuplemen 21-43 = kurang patuh
30
31
.43> = patuh
Derajat II = kedalamannya
3-5 mm, waktu kembali 5
detik
31
32
Derajat IV = kedalamannya
7 mm waktu kembali 7 detik
32
33
2. Data Sekunder
Data sekunder adal data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti dan tidak diperoleh langsung dari sumbernya. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari buku, internet, dan data dari bagian ruang
hemodialisa RSUD Mimika.
33
34
M. Prosedur Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data
diperoleh dari hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh responden.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut:
1. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala RSUD Mimika, selanjutnya
peneliti izin kepela ruangan dalam melakukan rekapan data pasien
hemodialisa pada bulan Januari-Agustus 2020.
2. Melakukan sosialisasi rencana penelitian kepada manajemen rumah sakit
atau pihak yang terkait (Ka. Bidang keperawatan, Ka. Instalasi dan Ka.
Ruangan Hemodialisis RSUD Mimika).
3. Peneliti menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi sesuai
dengan tehnik pengambilan sample
4. Peneliti meminta kesediaan responden mengisi untuk menjadi sample
dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan peneliti.
5. Peneliti meminta dengan sukarela kepada responden untuk
menandatangani lembar imformed consent.
6. Peneliti meminta responden mengisi kuisioner yang telah disiapkan dan
memberikan penjelasan tambahan tentang cara pengisian jika diperlukan.
7. Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan
dianalisa.
34
35
N. Manajemen Data
1. Pengolahan Data
Adapun langkah-langkah pengolahan data meliputi :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada tahap ini peneliti
melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan
kelengkapan jawaban kuesioner dari responden. Hal ini dilakukan
di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera
dapat dilengkapi. Selama proses penelitian ada beberapa data yang
tidak terisi sehingga peneliti meminta responden untuk
melengkapinya sehingga didapatkan data yang lengkap.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data dengan pemberian
kode angka atau bilangan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan
klarifikasi jawaban responden yang memenuhi ketentuan jawaban.
1) Entry data
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
2) Cleaning
Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang
dimasukkan ke dalam mesin pengolah data sudah sesuai
dengan sebenarnya atau proses pembersihan data. Dalam
proses ini peneliti melakukan pengecekan ulang untuk
memastikan bahwa semua data yang dimasukkan dalam
35
36
2. Analisa Data
Analisa Data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data
yang diperoleh dianalisa dengan mengunakan tehnik statistik
kuantitatif dengan mengunakan analisa univariat dan bivariat. Pada
penelitian ini mengunakan sistem komputer dalam penghitungan data.
Adapun analisa yang digunakan sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah suatu analisa yang digunakan untuk
menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang
menghasilkan suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari
masing-masing variabel (Nursalam, 2014). Analisa univariat dalam
penelitian ini untuk menilai karakteristik responden dan kepatuhan
pembatasan cairan terhadap terjadinya hipervolemia.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen.
O. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007) etika penelitian keperawatan sangat penting
karena penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia,
sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Informed Consent (Lembar persetujuan)
36
37
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada
pihak yang terkait dengan peneliti.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Aria, W., Imelda. (2019). Korelasi Lama Hemodialisa Dengan Fngsi Kognitif.
STIKes Fort de Kock Bukittinggi.
38
39
Rekam Medis RSUD Mimika. (2019). Jumlah Penderita Gagal Ginjal Kronik.
Timika : RSUD Mimika. Tidak dipublikasikan
Smeltzer & Bare. (2008). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : ECG
39
40
Kepada Yth
Bapak/Ibu/ Saudara (i) di Tempat
Dengan hormat
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Mega Elfrida Napitupulu
NIM : PO7120119070
Status : Mahasiswa Program Studi D IV Keperawatan, (Ners) Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jayapura
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan, kerahasiaan semua
informasi akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapa/Ibu
tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada paksaan bagi Bapak/Ibu, namun
jika bersedia, mohon Bapa/Ibu menandatanganipernyataan kesediaan menjadi
responden.
40
41
Peneliti Responden
41
42
KUESIONER
HUBUNGAN KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN TERHADAP
TERJADINYA HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
Kode responden
Petani/Pekebu
PNS
4. Pekerjaan : n
Swast Wiraswast
a a
IRT (Ibu Rumah
Tangga
5. Kapan anda didiagnosa Gagal ginjal ?............
6. Sejak kapan anda menjalani terapi HD (hemodialisa)?.........
7. Apakah anda memahami resiko jika tidak membatasi asupan cairan?
Ya Tidak
42
43
43
44
44
45
59,60
45
46
46
47
47
48
48