Oleh :
ALZA YOLANDA NURSYAHFIRA
NIM : P05160019055
Oleh :
ALZA YOLANDA NURSYAHFIRA
NIM : P05160019055
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN SARANA AIR BERSIH DAN KEPEMILIKAN JAMBAN
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA AIR SULAU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SULAU KABUPATEN BENGKULU
SELATAN TAHUN 2022
OLEH
iii
ABSTRAK
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan
atau tanpa darah atau lendir. Tujuan penelitian adalah di ketahui Bagaimana
hubungan sarana air bersih dan kepemilikian jamban dengan kejadian diare pada
balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau Kabupaten Bengkulu
Selatan Tahun 2022. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif analitif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian
adalah 88 balita. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi kejadian diare 45 balita
dari 88 responden di desa Air Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan mengalami
diare(51,1%). Hasil analisis univariat Sarana Air Bersih sebanyak 28 rumah yang
memenuhi syarat(31,8%), yang tidak memenuhi syarat 60 (68,2%), dan untuk
jamban yang memenuhi syarat 34 (38,6%), tidak memenuhi syarat 54 ( 61,4%).
Hasil analisis bivariate tidak ada hubungan sarana air ersih dengan kejadian diare
didapatkan hasil pengujian signifikasi ρ value 0,197 < 0,05, dengan OR = 2,021
(CI =95% 0,810 – 5,042). Dan ada hubungan jamban ddengan kejadian diare
didapatkan hasil pengujian signifikasi ρ value = 0,032 < 0,05, dengan OR = 2,881
(CI = 1,182 – 7,023). Saran Diharapkan masyarakat unutk selalu menjaga dan
merawat sumur serta jamban agar dapat memenuhi kriteria sehat dan memenuhi
syarat.
Kata Kunci : Sarana Air Bersih, Jamban, Diare
Daftar Pustaka : 2012 - 2020
ABSTRACT
iv
THERE LATIONSHIP OF CLEAN WATER FACILITIES AND
OWNERSHIP OF LATRINES WITH THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN
TODDLERS IN SULAU WATER VILLAGE, SULAU PUSKESMAS
WORKING AREA, SELATAN BENGKULU REGENCY IN 2022
KATA PENGANTAR
v
Puji syukur saya ucapkan Kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
SELATAN TAHUN 2022 ” sehingga karya tulis ilmiah ini dapat di selesaikan
dengan baik.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, yang
tidak bisa disebutkan satu persatu. Pada kesempatan kali ini, penulis
Bengkulu.
3. Ibu Mely Gustina, SKM.M.Kes sebagai Ketua Dewan Penguji yang telah
vi
6. Bapak Andriana Marwanto, SKM.,M.Kes pembimbing II yang telah
8. Ibu dan Adik tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat baik
9. Teman-teman yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN.............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
E. Keaslian Penelitian............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare................................................................................................... 10
B. Air Bersih........................................................................................... 14
C. Kepemilikan Jamban.......................................................................... 25
D. Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Diare................................. 34
E. Hubungan Sarana Air Bersih Dengan Diare...................................... 35
F. Kerangka Teori................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian................................................................ 39
B. Kerangka Konsep Penelitian.............................................................. 39
C. Definisi Operasional........................................................................... 40
D. Populasi dan Sampel.......................................................................... 41
E. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 42
F. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 42
G. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 42
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data....................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Jalannya Penelitian............................................................................. 45
B. Hasil Penelitian................................................................................... 46
C. Pembahasan........................................................................................ 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan............................................................................................. 59
B. Saran................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR SINGKATAN
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO (2017) pada tahun 2018 diperoleh hampir 1,7 miliar terdapat kasus
diare yang terjadi pada anak - anak. Perolehan angka kematian sekitar 525.000
angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun
(balita). (Andrean Dikky, dkk 2017). Dari semua kematian pada anak-anak
dibawah usia 5 tahun yaitu sama dengan 1,5 juta kematian pertahun.
Dari semua kematian anak –anak akibat diare, 78% terjadi di wilayah Asia
Afrika dan Asia Tenggara, Angka kematian anak balita akibat diare di
negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia,
1
2
prioritas utama. Penyediaan air bersih di kota dikelola oleh Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) dengan memanfaatkan air baku. Air baku bersumber dari air
tanah, air permukaan, air hujan, dan mata air. Pemanfaatan air tanah sebagai
suplai air bersih terutama di daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan jaringan
induk PDAM Kota. Akan tetapi, tidak semua daerah memiliki potensi air tanah
yang layak. Potensi Air tanah di suatu wilayah dapat diketahui dari survei 10 buah
sumur dapat mewakili potensi air tanah di wilayah tersebut dan berdasarkan
informasi instansi yang terkait tentang jenis tanah/batuan, kualitas dan kuantitas
dalam tanah dan masuk ke dalam sumber air tak terlindungi (Sukri Ramdhani
untuk membuang kotoran anggota keluarga yang lazim disebut dengan WC/
Kakus. Bagi keluarga yang belum memiliki jamban, hampir dapat dipastikan
3
tempat lainnya untuk buang air besar (BAB) (Yosinta et al., 2018)
malnutrisi dan penyakit lainnya (Mukherjee, 2011). Selain itu kebiasaan BAB
waktu yang suatu saat bisa terjadi ledakan penyakit akibat lingkungan yang
kurang bersih. Sebaliknya apabila setiap keluarga memiliki jamban sehat dan
Diare adalah sebuah penyakit disaat tinja atau feses berubah menjadi
lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam.
kedua bayi di bawah lima tahun (balita), Salah satu faktor risiko yang sering
diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi,
jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan
Faktor resiko terjadinya diare antara lain kondisi lingkungan yang buruk
(tidak memenuhi syarat kesehatan) misalnya tidak tersedia sarana air bersih dan
jamban/WC, buang air besar sembarangan (BABs), tidak merebus air minum
menjamah makanan, dan botol susu atau dot yang tidak bersih. Selain itu, faktor
hidup manusia. Air bersih digunakan untuk air minum, memasak, mandi maupun
perkotaan menggunakan air yang lebih banyak lagi, yaitu 100 s/d 150
bertambah. Sayangnya pemenuhan kebutuhan air bersih saat ini sudah mulai
air. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air menjadi masalah yang besar.
Dampak dari pencemaran air yakni degradasi air bersih, baik air tanah, air sungai,
peningkatan dari tahun 2020-2021 yaitu sebanyak 32 orang menjadi 111 orang.
Berdasarkan data Puskesmas Sulau, jumlah penderita diare pada balita di desa air
5
sulau tahun 2021 sebanyak 46 balita . Puskesmas Sulau mempunyai wilayah Desa
sebanyak 12 desa, dari 12 desa, desa air sulau mempunyai kasus diare yang paling
tinggi.
Desa Air Sulau masih banyak yang mempunyai jamban terbuka dan tidak
memenuhi persyaratan, sarana air bersih yang belum layak, dari 10 rumah terdapat
6 rumah yang belum memiliki jamban keluarga,sarana air bersih yang belum
layak. Dari 10 rumah warga ada 2 rumah yang memiliki jamban tetapi masih
membuang ke sungai / kali, Sedangkan sarana air bersih yang digunakan yaitu
sumur gali dan masih belum layak, karena masih berdekatan dengan septic tank
hubungan sarana air bersih dan kepemilikan jamaban di desa air sulau yang masih
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan kualitas sarana air bersih dan kepemilikian jamban dengan
kejadian diare pada balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan kualitas sarana air bersih dan kepemilikian jamban dengan
kejadian diare pada balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi kualitas sarana air bersih di desa Air Sulau
diare pada balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau
pada balita di desa Air Sulau Wilayah Kerja Puskesmas Sulau Kabupaten
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
penelitian.
2. Bagi Masyarakat
kualitas sarana air bersih dan kepemilikian jamban dengan kejadian penyakit diare
luas
8
E. Keaslian Penelitian
1. Hubungan sarana Fajrul Wahyudi 2020 Berdasarkan hasil uji statistik Perbedaannya
ketersediaan air fisher exact test diperoleh nilai adalah
bersih, perilaku p-value = 0,015 dimana hasil ini variable,tempat
ibu, kepemilikan lebih kecil dari nilai α (0,1) dan waktu
jamban dengan sehingga dapat disimpulkan penelitian
diare pada balita bahwa ada hubungan antara
di wilayah kerja sarana ketersediaan air bersih
puskesmas dengan diare pada balita di
Tamiang Layang wilayah Puskesmas Tamiang
Tahun 2020 Layang. Hasil Odds Ratio
sebesar 11,8 yang artinya
tersedianya air bersih yang
memenuhi syarat mempunyai
kemungkinan 11,8 kali lebih
besar tidak mengalami diare
pada balita dibandingkan
dengan tidak tersedia air bersih
yang memenuhi syarat.
2. Hubungan antara Abdi Rosianur 2020 Dari 61 responden diketahui Perbedaannya
ketersediaan air Rahman jumlah balita yang diare sebesar adalah tempat dan
bersih, 31 (50,8%) dan Yang tidak waktu penelitian
kepemilikan diare sebesar 30 (49,2%). Dari
jamban krluarga 61 responden terdapat 36
dengan kejadian (59,0%) responden dengan
diare pada balita ketersediaan air bersihnya
di kelurahan memenuhi syarat kesehatan dan
gambut barat terdapat 25 (41,0%)
tahun 2020 ketersediaan air bersihnya tidak
memenuhi syarat kesehatan.
Dari 61 responden diketahui
bahwa terdapat 30 (49,2%)
responden memiliki jamban
keluarga dan terdapat 31
(50,8%) tidak memiliki jamban
keluarga.
3. Hubungan antara Sintia salmawati 2021 Balita yang mengalami diare Perbedaannya
sarana air bersih yantu dengan tingkat risiko adalah tempat dan
dan jamban pencemaran tinggi untuk waktu penelitian
keluarga dengan sanitasi sarana air bersih
kejadian diare sebanyak 29,7% balita.
pada balitan di Sedangkan untuk risiko
desa waleure pencemaran rendah 20,3%
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian diare
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir (Suraatmaja, 2007).
Menurut WHO (2008), diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau
dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (≥ 2 minggu) (Widoyono,
2008).
2. Klasifikasi diare
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
1
11
d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan
diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam,
3. Etiologi diare
a. Virus: Rotavirus.
g. Imunodefisiensi.
4. Gejala diare
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun
meninggi.
d. Anusnya lecet.
h. Dehidrasi.
5. Epidemiologi diare
fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja
dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang
terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara
yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air
besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau
lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi,
penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana
air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi
tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat
13
kejadian diare.
6. Penularan diare
Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui jalur fekal oral yang terjadi
karena:
a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
(Widoyono, 2008).
biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau
minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan,
sabun sesudah buang air besar, tidak mencuci tangan sesudah membuang
tinja anak, tidak mencuci tangan sebelum atau sesudah menyuapi anak dan
B. Air Bersih
dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman
tangga
2. Sumber-sumber Air
a. Air laut Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCI.
Kadar garam NaCI dalam air laut adalah 3 %, dengan keadaan ini maka air
b. Air atmosfir Dalam keadaan murni air ini sangat bersih, karena ada
pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran industri atau debu. Maka
untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada saat
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan turun, karena masih
banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama pada
terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak sehingga akan
a) Air tanah dangkal Terjadi karena ada proses peresapan air dari
meter. Sebagai sumber air minum air tanah di tinjau dari segi
b) Air tanah dalam Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Untuk
kedalaman 100-300 meter. Jika tekanan air ini besar maka air dapat
menyembur keluar dan dalam keadaan ini sumur dapat disebut dengan
sumur artesis. Jika air tidak dapat keluar sendiri maka diperlukan
pompa intuk mengeluarkan air tanah dalam ini. Kualitas pada air tanah
perubahan musim.
c) Mata air Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
kuantitas serta kualitasnya sama dengan sama dengan air tanah dalam.
dan 10 bahan beracun atau bahan kimia yang berbahaya yang dapat
17
lain.
kebutuhan sehari-hari dalam hal ini adalah banyaknya air yang ditentukan
per hari per orang sudah mencukupi sedangkan untuk daerah pedesaan
kebutuhan akan air ± 60 liter per orang per hari sudah dianggap
memenuhi.
2. Syarat Kualitatif Artinya selain jumlah yang cukup maka dari segi kualitas
a. Syarat fisik adalah air bersih yang idealnya jernih tidak berasa, tidak
adanya tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah dari
b) Bau Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya
dan besi. Komponen kimia dalam air yang termasuk bahan berbahaya
tangga tidak boleh dikotori feases manusia. Sebagai petunjuk bahwa air
karena bakteri ini selalu berada dalam kotoran manusia baik berasal dari
orang sakit maupun dari orang sehat. Air rumah tangga dikatakan
1. Sumur gali merupakan sarana air bersih yang paling umum dipergunakan
perorangan sebagai air minum. Sumur gali menyediakan air yang berasal
dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan air permukaan oleh karena itu
dan binatang.
2. Sumur pompa tangan Adalah sarana air bersih yang mengambil atau
maksimum 7 meter.
20
sistem penyediaan air bersih. Reservoir macam ini banyak menjadi tempat
untuk melawan kontaminasi dari luar, serta pengotoran oleh manusia dan
Setiap ujung pipa peluap, pipa udara, pipa penguras dibuat menghadap
manhole atau lubang periksa dan pada bagian sudut harus melengkung
penangkap air hujan terdiri dari suatu permukaan yang miring menuju
tangki reservoir. Penampungan air hujan adalah sarana air bersih yang
Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air permukaan dengan atau
tanpa diolah.
meliputi:
1. Sumur gali
a. Lokasi Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari sumur gali dan
letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari sumur gali maka
b. Lantai Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari bibir sumur, tidak
d. Bibir sumur Tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai terbuat dari bahan
e. Tutup sumur Jika pengambilan air dengan pompa maka harus di tutup
rapat.
tanah harus dibuat dari bahan yang kedap air dan kuat.
22
g. Timba (Ember tali) Jika pengambilan air dengan timba maka harus ada
a. Lokasi Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari sumur gali dan
letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari sumur gali maka
b. Lantai Lantai harus kedap air minimal satu meter dari bibir sumur, tidak
d. Pipa saringan Ujung bawah pipa di pasang dop, bagian luar pipa
e. Pompa Klep dan karet penghisap harus bekerja dengan baik agar tidak
f. Dudukan pompa Dudukan pompa harus kuat, rapat air dan tidak retak
1. Reservoir
a. Bak terbuat dari bahan kedap air, tidak karat dan mudah
dibersihkan.
c. Lubang tutup bak mempunyai bibir, terbuat dari bahan yang kuat,
harus dapat diatur posisinya agar air hujan pada 5 menit pertama
c. Pipa peluap Pipa peluap atau (over flow) harus di pasang kawat
d. Bak pengambilan air Tinggi kran dari lantai 50-60 cm, lantai bak
pasir setebal minimal 0,6 meter dari lantai (volume 0,6 x 0,6 x 0,6
5. Perpipaan
24
a. Sumber air atau air baku Air baku harus dilakukan pengolahan
didistribusikan
b. Pipa
c. Kran
d. Hidran umum
dibersihkan.
menghadap ke SPAL.
C. Kepemilikan Jamban
1. Pengertian Jamban
rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.
terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau
kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja, air seni dan CO2
(Notoatmodjo, 2010).
2. Jenis-Jenis Jamban
Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya
diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari
bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton.
pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat
bor tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara 30-40 cm.
ditempatkan atau dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa
yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran
terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.
di air
f) Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak
15 meter
f. Jamban Septic Tank Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti
pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak
atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur
di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses
b) Lapisan cair
c) Lapisan endap
kotorannya yaitu:
a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl
b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak
sebagai berikut :
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
6. Cukup penerangan
aman
31
(Azwar, 2000).
4. Pemeliharaan Jamban
4. Rumah jamban dalam keadaan baik dan tidak ada lalat atau kecoa
5. Tempat duduk selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
7. Bila ada bagian yang rusak harus segara diperbaiki (Depkes RI, 2004).
(Nurmallawati, 2016)
dikelola dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan tinja tidak baik dan
kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan
hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada balita. Hal ini
jamban dan cuci tangan pakai sabun yang di observasi pada rumah rumah
responden.
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
b. Tidak berasa
Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam,
pahit dan asin menunjukan air tersebut tidak aik, Air yang biasanya
c. Tidak berbau
Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau, air yang
bersifat menular.
F. Kerangka Teori
konsep dari penelitian ini dapat diterangkan dengan skema pada gambar
di bawah ini:
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
METODE PENELITIAN
1
40
C. Definisi Operasional
telah
terdiagnosis
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan
diambil. Sampel pada penelitian ini adalah warga Desa Air Sulau
1. Tempat Penelitan
Tempat penelitian ini akan dilakukan di desa Air Sulau Wilayah Kerja
2. Waktu Penelitian
1. Jenis Data
Cara pengumpulan data dalam peneltian ini adalah observsi, Ceklist, dan
Kuesioner.
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini
1. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari register, atau catatan
Air Sulau.
sehat dan sumur gali yang berhubungan dengan penyakit diare di Desa
Air Sulau.
a. Editing
b. Coding
c. Tabulating
Membuat table table yang berisi data data yang telah diberi kode
d. Entry
computer.
e. Cleaning
2) Analisi Data
b. Analisis Bivariat
dengan tingkat kepercayaan 95% dan dengan α= 5%. Bila nilai ρ value
Kepemilikan Jamban ). Bila nilai ρ value > 0,05 maka hasil perhitungan
A. Jalannya Penelitian
Bengkulu Selatan.
yang ditanyakan kepada anggota keluarga yang mempunyai balita di Desa Air
Desa Air Sulau. Kemudian untuk mencari alamat dan mengisi data saa
1
46
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
diteliti dari variable bebas (Sarana Air Bersih dan Kepemilikan Jamban)
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare di
Desa Air Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan.
(31,8%) 28 rumah memiliki sarana air bersih yang memiliki resiko tinggi.
b. Jamban Keluarga
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare
di Desa Air Sulau Kabupaten Bengkulu Selatan.
2. Analisi Bivariat
variable terikat yaitu sarana air bersih dengan kejadian diare, Hasil Uji chi
N % N %
S 4 9,4 9 10,2 13
T 14 32,6 14 31,1 28
AT 8 18,6 11 24,4 19
48
Dari table 4.3 didapatkan hasil uji bivariat nilai ρ value 0,296 >
0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana air bersih
variable terikat yaitu jamban dengan kejadian diare. Hasil uji chi square
N % N %
S 22 51,2 33 73,3 32
T 18 41,9 33 73,3 51
Dari table 4.4 didapatkanhasil uji bivariate nilai ρ value 0,010 <
0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara jamban dengan kejadian
diare.
49
C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
air bersih yang memenuhi syarat (31,8%) dan yang tidak memenuhi
adalah bebas dari mkroorganisme dan bebas dari bahan kimiaa yang
genangan air diatas lantai, ember dan tali timba, biir sumur tidak
air bersih tidak memiliki syarat itu akan mempunyai resiko pencemaran
50
besar memang tidak memenuhi syarat, terdapat lebar lantai sumur yang
yang kurang dari 1m, sumur yang ada retakan pada lantai beton yang
b. Jamban Keluarga
jamabn yang memenuhi syarat (38,6%) dan yang tidak memenuhi syarat
51
Penyakit yang disebabkan dari jamban yang buruk yaitu diare dan tifus.
antara lain melalui makanan / minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Perilaku buang air besar tidak
factor resiko yang menyebabakn terjadinya diare pada balita (Putranti &
Sulistyorini, 2013).
(66,7%) yang tidak mengalami diare. Penelitian ini sejalan dengan (Di et
2. Analisis Bivariat
Hasil table analisis bivariate untuk kondisi sarana air bersih pada
balita tidak diare yang memenuhi syarat (39,5%), dan yang tidak
(24,4%) dan yang tidak memenuhi syarat (75,6%). Artinya sebagian besar
signifikan antara sarana air bersih dengan kejadian diare (ρ value 0,197 <
0,05), dengan OR =2,021 (CI = 95% 0,810 – 5,042) yang berarti keluarga
dengan sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat resiko 2,021 kali
memenuhi syarat.
yang mengonsumsi air minum dari sumur, kondisi sumur yang tidak
memenuhi syarat seperti ada jamban pada radius 10 meter disekitar sumur,
10 m dari sumur, dinding air disekita sumur retak atau terlalu rendah
sehingga air permukaan atau disekitar masuk kedalam suur, lantai beton
dibawah tanah yang tidak tertutup rapat, dan ada retakan pada lantai beton
kesehatan, tidak keruh, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
dalam jarak 2 meter sekitar sumur, genangan air diatas lantai, ember dan
tali tiba, bibir sumur tidak sempurna dan dinding semen sedalam 3 meter.
sumur gali yang dibuat oleh masyarakat dengan diameter 1-2 meter dengan
Hasil lembar ceklist untuk sarana air bersih sebagian besar pada
syarat terdapat lebar lantai sumur yang kurang dari 1m, sumur yang ada
retakan pada lantai beton yang menyebabkan air mengalir kedalam sumur,
terdapat retakan pada dinding sumur, dan bagian dinding sumur berada 3m
akan meningkatkan resiko penyakit diare pada anak. Hal ini sejalan
(31,8%) yang memenuhi syarat dan yang tidak memenuhi syarat (68,2%).
(58,8%) yang tidak mengalami diare.. Hasil analisi data dapat diketahui
bahwa Tidak terdapat hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian
diare pada balita (ρ value = 0, ,167). dengan OR = 2,516 (CI = 95% 1,915
– 3,307) yang berarti keluarga dengan sarana air bersih yang tidak sehat
memiliki resiko 2,516 kali lebih tinggi untuk memiliki balita diare
Hasil table analisis bivariate untuk kondisi jamban pada balita tidak
diare yang memenuhi syarat (51,2%), dan yang tidak memenuhi syarat
(48,8%). Pada balita diare yang memenuhi syarat (26,7%) dan yang tidak
memenuhi syarat (73,3%). Artinya sebagian besar kondisi sarana air bersih
signifikan antara jamban dengan kejadian diare (ρ value = 0,032 < 0,05 ).
syarat.
lantai licin dan tidak mudah dibersihkan, dan bagian yang terbuka
dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni
terutama oleh lalat, kecoa, dan binatang lainnya, tidak menimbulkan bau,
berkembang biak dengan subur dan mencemari air minum, makanan, dan
disebabkan dari jamban yang buruk yaitu diare, tifus, dan polio.
lain melalui makanan / minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita. Perilaku buang air esar tidak pada
diare.
Hasil uji statistik chi sq uare test diperoleh nilai p-value = 0,005
dimana hasil ini lebih kecil dari nilai α (0,1) sehingga dapat disimpulkan
kemungkinan 5,04 kali lebih besar tidak mengalami diare pada balita
kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita. Hasil analisis nilai
A. Simpulan
B. Saran
1. Bagi Akademik
pengetahuan.
2. Bagi Masyarakat
1
61
syarat.
3. Bagi Puskesmas
dan jamban yang tidak memnuhi syarat diharapkan untuk lintas sector,
sarana air bersih dan jamban yang sehat serta memenuhi syarat, Untuk
sarana air bersih agar memenuhi syarat dan memberikan stimuasi untuk
DAFTAR PUSTAKA
Aolina, D., Sriagustini, I., & Supriyani, T. (2020). Hubungan Antara Faktor
Lingkungan Dengan Kejadian Diare pada Masyarakat. Jurnal Penelitian Dan
P Engembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1), 38–47.
Di, D., Murung, D., Kabupaten, K., Tahun, B., Masyarakat, K., Islam, U.,
Muhammad, K., & Al, A. (2020). 1 , 2 , 3.
Gali, S., Penutup, D., Khusus, C. D., Risiko, P., & Rekomendasi, D. (n.d.). I .
Gambar : Sumur Gali dengan Cincin Penutup Sebagian.
Influence, T. H. E., Toilet, O. F., With, O., & Incidence, T. H. E. (2017). ( Studi di
Desa Semambung Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro ) Nadya Nenva
Desy Budi Purwaningtyas LATAR BELAKANG Permasalahan penyakit diare
masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang
diare merupakan salah satu penyebab angka k. 1–5.
National, G., & Pillars, H. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者
における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. 1–3.
Novita, N., Hermawan, D., & N, D. D. (2019). Faktor Resiko Kejadian Diare
Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirejo Kabupaten
Pesawaran Tahun 2018. Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat)
Khatulistiwa, 6(4), 171. https://doi.org/10.29406/jkmk.v6i4.1991
Nurmallawati. (2016). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
Jamban Oleh Masyarakat Di Desa Marek Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat. 53(9), 1689–1699.
Pratama, R. N. (2013). Riki Nur Pratama. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan
Dan Personal Hygiene Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Kelurahan Sumurejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, 2.
Putra, W. B., Dewi, N. I. K., & Busono, T. (2020). Penyediaan Air Bersih Sistem
Kolektif: Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik pada Perumahan Klaster.
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA, 1(2), 115–123.
https://doi.org/10.26760/terracotta.v1i2.4018
Putranti, D., & Sulistyorini, L. (2013). Hubungan antara Kepemilikan Jamban
dengan Kejadian Diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten
Tuban. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 7(1), 54–63.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-keslingb03cb54364full.pdf
Siti Hamijah. (2019). Hubungan Sanitasi Lingkungan Terhadap Kejadian Diare
Pada Balit. Cahaya Mandalika, 2(1).
63