Anda di halaman 1dari 129

PENGARUH EDUKASI TENTANG ASI PERAH

TERHADAP PERILAKU PEMBERIAN ASI PERAH


PADA IBU BEKERJA DI PMB YETI
KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Kebidanan

DINA VIANA HADI


6221318

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2022
PENGESAHAN

Tugas akhir ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Tugas Akhir
Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan
Rajawali dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pada
bulan Februari 2023.

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap


Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja di
PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat Tahun 2022.
Nama Mahasiswa : Dina Viana Hadi
NPM : 6221318

Dewan Penguji :

Penguji : Fathia Rizki, S.S.T., M.Tr.Keb. (.…………..)

Pembimbing Utama : Dr. Eny Kusmiran, S.Kp., M.Kes. (.…………..)

Pembimbing Pendamping : Anne Loisza, S.S.T, Bd., M.Tr.Keb. (.


…………..)

Mengetahui
Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali,

Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Kes.


PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama Mahasiswa : Dina Viana Hadi
NPM : 6221318
Program Studi : Sarjana Kebidanan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan


tugas akhir saya yang berjudul “ Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap
Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2022 “

Apabila kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam tugas akhir saya tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Bandung, Februari 2023

Dina Viana Hadi


Program Studi Sarjana Kebidanan
2023

PENGARUH EDUKASI TENTANG ASI PERAH TERHADAP PERILAKU


PEMBERIAN ASI PERAH PADA IBU BEKERJA DI PMB YETI
KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2022

Viana D H, Kusmiran E, Loisza A

ABSTRAK

Latar Belakang Berdasarkan data cakupan ASI eksklusif tahun 2021 di Indonesia
baik secara nasional, Provinsi Jawa Barat maupun Kabupaten Bandung Barat
masih belum mencapai target nasional yaitu 80%. Pada tahun 2021 di PMB Yeti
cakupan ASI eksklusif sebesar 39,51%. Salah satu faktor kegagalan pemberian
ASI eksklusif adalah faktor ibu bekerja yang belum mengetahui tentang ASI
perah.
Tujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang ASI perah terhadap perilaku
pemberian ASI perah pada ibu bekerja di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat.
Metode Penelitian menggunakan Desain Quasi Eksperiment dengan pretest-
posttest one group desain. Sampel penelitian ibu bekerja yang menyusui pada
tahun 2022 yaitu sebanyak 51 orang dengan teknik Accidental Sampling. Analisis
data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan
uji McNemar.
Hasil Sebelum dilakukan edukasi tentang ASI perah hampir setengahnya ibu
bekerja memiliki perilaku pemberian ASI perah dalam kategori tidak baik yaitu
49 %, Setelah dilakukan edukasi tentang ASI perah masih ada ibu bekerja
memiliki perilaku pemberian ASI perah dalam kategori tidak baik yaitu hampir
setengahnya 31,4 %, terdapat pengaruh edukasi tentang ASI perah terhadap
perilaku pemberian ASI perah pada ibu bekerja dengan p-value 0,022 < 0,05.
Simpulan Terdapat pengaruh edukasi tentang ASI perah terhadap perilaku
pemberian ASI perah pada ibu bekerja di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat
tahun 2022.

Kata Kunci: Pemberian ASI Perah, Edukasi, Ibu Bekerja

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta sholawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-
Nya penyusun mampu menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul
“Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap Perilaku Pemberian ASI Perah
Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat Tahun 2022 “ sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sarjana Kebidanan Institut
Kesehatan Rajawali Bandung.
Dalam penyelesaian skripsi penelitian ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ketidaksempurnaan dalam penulisan ini, memotivasi penulis untuk
menerima kritik dan saran yang membangun dan dapat mendorong penulis untuk
terus memperbaiki diri. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Tonika Tohri, S.Kp., M.Kes, selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung.

2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb, selaku Dekan Fakultas


Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung

3. Lia Kamila, S.S.T., Bd., M.Keb, selaku Penanggung Jawab Program Studi
Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bandung

4. Dr. Eny Kusmiran, S.Kp., M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan serta masukan dan arahan pada penulis

5. Anne Loisza, S.S.T, Bd., M.Tr.Keb, selaku Pembimbing Pendamping


yang telah memberikan bimbingan serta masukan dan arahan pada penulis

v
6. Seluruh dosen Institut Kesehatan Rajawali Bandung yang telah
memberikan ilmu dan bimbingannya dalam pelaksanaan penyusunan
Skripsi.

7. Kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan


dukungan.

8. Suami dan anak tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan


dukungan baik secara moral maupun materil dalam setiap langkah
perjalanan menuntut ilmu.

9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Kebidanan Ahli Jenjang Insitut Kesehatan


Rajawali Bandung yang selalu bersama-sama menghadapi suka dan duka
selama ini.

10. Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu

Semoga amal baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun Skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata penulis
berharap, semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pihak lain pada umumnya.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Februari
2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .........................................................................


HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................
ABSTRAK..............................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
DAFTAR TABEL..................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................
1.2 Identifikasi Masalah.........................................................
1.3 Rumusan Masalah ...........................................................
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................
1.4.1 Tujuan Umum........................................................
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................
1.5 Hipotesis Penelitian ........................................................
1.6 Manfaat Penelitian...........................................................
1.6.1 Manfaat Teoritis...................................................
1.6.2 Manfaat Praktis....................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Eksklusif...................................................................
2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif.....................................
2.1.2 Jenis - Jenis ASI...................................................
2.1.3 Kandungan Yang Terdapat Dalam ASI..............
2.1.4 Manfaat Menyusui...............................................

vii
2.1.5 Gangguan Pemberian ASI...................................
2.2 ASI Perah.........................................................................
2.2.1 Definisi ASI Perah...............................................
2.2.2 Waktu Yang Tepat Untuk Memerah ASI............
2.2.3 Manajemen ASI Perah.........................................
2.2.4 Cara Memerah ASI dengan Tangan.....................
2.2.5 Langkah - Langkah Memerah ASI......................
2.2.6 Penyimpanan ASI Perah......................................
2.2.7 Cara Menghangatkan ASI Perah..........................
2.3 Perilaku Pemberian ASI..................................................
2.3.1 Pengertian............................................................
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Pemberian ASI.....................................................
........................................................................ 32
2.3.3 Prosedur Pembentukan Prilaku............................
........................................................................ 46
2.3.4 Pengukuran Prilaku..............................................
2.4 Peran Bidan Dalam Pemberian ASI Eksklusif ...............
2.5 Edukasi Kesehatan...........................................................
2.5.1 Pengertian............................................................
2.5.2 Tujuan Edukasi....................................................
2.5.3 Edukasi Sebagai Proses Perubahan Prilaku.........
2.5.4 Metode Edukasi...................................................
2.5.5 Alat Bantu Atau Media Edukasi..........................
2.6 Kerangka Teori................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian.......................................................
3.2 Kerangka Penelitian ........................................................
3.3 Variabel Penelitian...........................................................
3.3.1 Variabel Independen............................................
3.3.2 Variabel Dependen..............................................

viii
3.4 Definisi Operasional........................................................
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian.......................................
3.5.1 Populasi................................................................
3.5.2 Sampel.................................................................
3.5.3 Teknik Sampiling.................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian.......
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data...................................
3.6.2 Instrumen Penelitian............................................
3.6.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas..............................
3.6.4 Prosedur Penelitian..............................................
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ........................................
3.7.1 Pengolahan Data..................................................
3.7.2 Analisis Data........................................................
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................
3.8.1 Lokasi Penelitian..................................................
3.8.2 Waktu Penelitian..................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian...............................................................
4.1.1 Analisa Perlaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu
Bekerja Sebelum Diberikan Edukasi Tentang ASI
Perah di PMB Yeti Bandung Barat......................
4.1.2 Analisa Perlaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu
Bekerja Setelah Diberikan Edukasi Tentang ASI
Perah di PMB Yeti Bandung Barat......................
4.1.3 Analisa Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah
Terhadap Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu
Bekerja di PMB Yeti Bandung Barat...................
4.2 Pembahasan....................................................................
4.2.1 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja
Sebelum diberi Edukasi Tentang ASI Perah di
PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat..................

ix
4.2.2 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja
Setelah diberi Edukasi Tentang ASI Perah di
PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat..................
4.2.3 Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap
Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja
di Yeti Kabupaten Bandung Barat.......................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan.........................................................................
5.2 Saran...............................................................................
5.2.1 Bagi Ibu................................................................
5.2.2 Bagi PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat.........
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.....................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Metode Penyimpanan ASI Perah.........................................


Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner..............................................................
Tabel 4.1 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Sebelum
Diberi Edukasi Tentang ASI Perah......................................
Tabel 4.2 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Setelah
Diberi Edukasi Tentang ASI Perah......................................
Tabel 4.3 Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap Perilaku
Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja...............................

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori.............................................................. 56
Gambar 3.1 Rancanan Penelitian ..................................................... 57
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................ 58

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kegiatan Bimbingan Tugas Akhir


Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 4 Instrumen Penelitian
Lampiran 5 Leaflet ASI Perah
Lampiran 6 Data Hasil Penelitian
Lampiran 7 Pengolahan Data Hasil Penelitian
Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang mengandung sel-sel darah
putih, immunoglobulin, enzim dan hormon serta protein spesifik dan zat besi
lainnya yang cocok untuk bayi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal. Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2020, dua tahun pertama kehidupan seorang anak sangat
penting, karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan
morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendorong
perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan. Oleh karena itu,
pemberian ASI yang optimal yaitu saat anak berusia 0-23 bulan sangat
penting karena dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di
bawah usia 5 tahun setiap tahun. Pada tahun 2020 WHO kembali
memaparkan data berupa angka pemberian ASI eksklusif secara global,
walaupun telah ada peningkatan, namun angka ini tidak meningkat cukup
signifikan, yaitu sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang
mendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50% target
pemberian ASI eksklusif (WHO, 2020).
Data di Kementerian Kesehatan Indonesia angka cakupan ASI eksklusif
pada tahun 2018 mencapai 57,97% dan mengalami kenaikan di tahun 2019
menjadi 67,74%, akan tetapi di tahun 2020 cakupan ASI eksklusif nasional
mengalami penurunan menjadi 66,06%. Dampak dari ibu yang tidak
memberikan ASI pada bayi memiliki resiko kematian karena diare 3,94 kali
lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Bayi yang tidak
mendapatkan ASI akan lebih rentan terhadap penyakit. Pemberian ASI
eksklusif dapat menurunkan risiko penyakit infeksi seperti diare, pneumonia,
influenza, meningitis, dan infeksi saluran kemih bayi (Salamah, 2019).
Program pencapaian pemberian ASI eksklusif dari Dinas Provinsi dan
Kabupaten memiliki capaian program yang sama yaitu untuk Pemerintah

1
2

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencanangkan program pemberian ASI


Eksklusif adalah 80 % dan sama hal nya untuk Pemerintah Dinas Kabupaten
Bandung Barat juga mencanangkan program pemberian ASI Ekslusif sebesar
80%.
Berdasarkan data cakupan ASI eksklusif di Jawa Barat pada tahun 2019
sebesar 63,53%, akan tetapi cakupan ASI eksklusif tersebut mengalami
penurunan di tahun 2020 yaitu menjadi 58,5%. Dilihat dari data tahun 2019
dan 2020 cakupan ASI eksklusif mengalami penurunan sebesar 5,03% (Profil
Kesehatan Jabar, 2020). Adapun pencapaian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2020 sebesar 34,3% dan pada
tahun 2021 mengalami peningkatan menjadi 63,96%. Berdasarkan laporan
tahunan Puskesmas Padalarang capaian ASI eksklusif di wilayahnya
mencapai 70,67 % pada tahun 2021. Dengan demikian berarti cakupan ASI
eksklusif baik secara nasional, Provinsi Jawa Barat maupun Kabupaten
Bandung Barat masih belum mencapai target nasional yaitu 80%.
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, karena mengandung semua
bahan yang diperlukan oleh bayi. Keuntungan ASI yang lain adalah dalam
keadaan steril, siap sedia setiap saat, suhu optimal sesuai kebutuhan,
mengandung antibodi dan bahaya alergi tidak ada. Menyusui secara murni
adalah hanya memberi ASI saja (exlusif breastfeeding) tanpa makanan atau
minuman lain, sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan (Soetjiningsih, 2016).
Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemberian ASI
kepada bayi antara lain masalah fisik ibu, masalah psikologis, masalah
inisiasi menyusui dini seperti bayi tidak mendapatkan haknya sejak dini
dalam program IMD , pemberian susu formula, tingkat pendidikan dan
pekerjaan ibu (Roesli ,2008).
Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah
kurangnya pengetahuan ibu menyusui, keluarga, dan masyarakat akan
pentingnya ASI. Selain itu hambatan yang sering muncul adalah kurangnya
dukungan bagi ibu menyusui di tempat kerja. Perlindungan Sosial Orang Tua
yang adil terhadap gender seperti cuti hamil atau melahirkan bagi Ibu dan
3

Ayah, bahkan cuti berbayar atau dukungan di tempat kerja sehingga


menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk menyusui, di sektor
kerja formal atau informal (Kemenkes RI, 2019).
Masalah pada ibu bekerja yang baru saja melahirkan antara lain merasa
berat ketika akan meninggalkan bayinya untuk bekerja sementara ASI adalah
kebutuhan utama untuk bayi. Anjuran untuk bayi lahir adalah mendapatkan
ASI Eksklusif selama 6 bulan sampai usia 2 tahun. Pada ibu bekerja
pemberian ASI terhambat pada waktu untuk menyusui karena intensitas
pertemuan antara ibu dan anak yang kadang berkurang. Ibu bekerja
menjadikan alasan pekerjaan sebagai penghambat pemberian ASI (Sunesni,
2018). Beberapa hambatan ibu bekerja dalam memberikan ASI bayinya yaitu
kurangnya dukungan keluarga dan suami, tempat kerja yang kurang
mendukung dalam pemberian ASI yaitu tidak tersedianya tempat untuk
memerah ASI, waktu kerja yang lama seperti pekerja pabrik sehingga ibu
kesulitan dalam memerah ASI apa lagi dengan ibu bekerja 2 sif atau lembur
(Hidayah, 2018).
Pemberian ASI sebenarnya masih dapat dilakukan oleh ibu yang bekerja
dengan cara memerah ASI ditempat kerja, dan disediakannya tempat yang
bersih dan tertutup untuk memerah. Di sela-sela waktu bekerja, ibu bisa
memerah ASI setiap 2-3 jam. Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan
atau pompa, gunakan wadah anti panas bersih, steril seperti botol kaca yang
diisi ASI perah ¾ botol dan tutup rapat dan diberi label nama dan tanggal.
Dalam penyimpanan ASI perah (ASIP) memiliki masa yang berbeda, dimana
lama masa penyimpanannya dipengaruhi oleh tempat penyimpanan dan
suhunya. Jangan simpan ASI perah disuhu kamar lebih dari 3 atau 4 jam, jika
akan menyimpan ASI perah untuk 24 jam maka segera masukan ASI perah
kedalam lemari pendingin pada suhu 4C, sedangkan untuk ASI perah yang
akan digunakan dalam waktu seminggu atau lebih maka simpan dulu ASI
perah dilemari pendingin selama 30 menit, setelah itu masukan ke freezer
terpisah dengan makanan lainnya (Kemenkes RI, 2015). Akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak juga ibu yang berhenti menyusui dan tidak
4

memerah air susunya ditempat kerja karena tidak mengetahui cara


menyimpan ASI secara baik dan benar bahkan beberapa ibu yang membuang
ASI-nya begitu saja (Widuri, 2013).
Data dari penelitian Rosdiana (2019) tentang Hubungan Pengetahuan
Terhadap Perilaku Ibu Dalam Penyimpanan Asi Perah Di Posyandu Mon
Singet Desa Kajhu Kabupaten Aceh Besar Tahun 2019 menunjukkan hasil
bahwa pengetahuan ibu tentang penyimpanan ASI perah paling banyak
adalah pada katgeori baik namun hanya 46,7% dan perilaku ibu dalam
penyimpanan ASI perah paling banyak pada kategori buruk yaitu 83,3%. Hal
ini ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri individu tersebut
dan juga faktor dari luar yaitu lingkungan. Faktor dari dalam diri salah
satunya adalah pengetahuan. Orang yang memiliki pengetahuan belum tentu
akan membawa dirinya untuk berperilaku baik, karena masih ada faktor
lingkungan yang mempengaruhinya dan faktor lingkungan merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Masih banyaknya ibu yang belum memberikan ASI perah dapat
diakibatkan oleh kondisi sosial masyarakat yaitu Ibu tidak percaya diri bahwa
dirinya mampu menyusui dengan baik sehingga mencukupi seluruh
kebutuhan gizi bayi, tradisi dan atau budaya yang bisa menghambat
pemberian ASI, rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberian
ASI eksklusif, fasilitas pelayanan kesehatan, serta dari pemberi kerja dan
penyedia layanan fasilitas umum dan khusus, dan masih adanya pengaruh
promosi yang tidak patut dari produsen makanan dan minuman bayi serta
produk bayi lainnya (Kemenkes RI, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu bekerja dalam
penyimpanan ASI perah diantaranya dipengaruhi oleh Faktor-faktor
predisposisi (Disposing factor), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya pelaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
pendapatan, pendidikan dan sebagainya. Faktor pendukung (Reinfocing
factor) yang dimaksud dengan faktor pendukung adalah sarana dan prasarana
serta media informasi seperti media elektronik dan cetak, ketersediaan sarana
5

dan prasarana yang akan menunjang kelangsungan kegiatan belajar. Faktor


pendorong adalah lingkungan dan petugas kesehatan yang akan memberikan
stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo,
2015).
Data dari penelitian Permatasari (2018) yang berjudul Pendidikan
Manajemen Laktasi Terhadap Perilaku Ibu Bekerja Dalam Pemberian ASI
Eksklusif, hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku ibu tentang
manajemen laktasi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan 34,2% yang
memiliki perilaku positif dan sebagian besar responden 65,8% memiliki
perilaku negatif. Adapun perilaku ibu cenderung positif setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi dengan hasil Sebagian besar
responden memiliki perilaku positif sebanyak 71, 1% dan perilaku negatif
sebanyak 28,9%, penelitian menunjukan semakin luas pengetahuan ibu yang
didapat dari pendidikan kesehatan makan semakin positif perilaku ibu dalam
pemberian ASI pada bayinya.
Peningkatkan perilaku ibu dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan
tentang ASI Perah pada ibu bekerja. Pendidikan kesehatan adalah upaya
persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau
melakukan tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf
kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah
suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang
bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2014). Pendidikan
kesehatan tentang ASI Perah bertujuan untuk meningkatkan akselerasi
pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik ibu bekerja yang
menyusui. Selain itu dengan memberikan edukasi tentang ASI Perah dapat
memberi kesempatan bagi ibu bekerja untuk berlatih menguasai keterampilan
dalam penatalaksanaan pemberian ASI mulai dara teknik menyusui yang
benar, cara memerah dan menyimpan ASI (Supliyani, 2021).
Hasil penelitian yang dilakukan Daimah Tahun 2021 tentang Upaya
Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Ibu Hamil Tentang Manajemen
ASI Perah, menunjukan hasil yaitu adanya peningkatan kemampuan ibu
6

dalam mempraktekkan cara memerah ASI dengan menggunakan alat peraga.


Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Amalia (2020) yang berjudul
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pemerasan Dan Pemberian ASI
Bagi Ibu Menyusui Yang Bekerja yang memperoleh hasil bahwa pendidikan
kesehatan dapat meningkatkan pelaksanaan pemerasan dan pemberian ASI
bagi ibu menyusui yang bekerja.
Praktik Mandiri Bidan Yeti adalah salah satu PMB yang berlokasi di
Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat yang didirikan pada tahun
1997 dan beralamat di Jalan Raya Padalarang no 467 Rt 03 Rw 15 Desa
Kertamulya Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Pelayanan
yang diberikan meliputi penyuluhan kesehatan, konseling KB, antenatal care,
asuhan persalinan, perawatan nifas, pelayanan KB (IUD, Implan, Suntik, Pil,
Kondom), imunisasi bayi dan imunisasi calon pengantin.
Berdasarkan laporan tahunan PMB Yeti diketahui bahwa jumlah
pelayanan pada tahun 2021 yaitu, persalinan sebanyak 239 orang jumlah
tersebut termasuk dengan pelayanan persalinan BPJS, kunjungan ibu nifas
sebanyak 248 orang , kunjungan bayi sebanyak 1012. Berdasarkan data tahun
2020 sampai dengan periode Juli 2022 dapat diketahui bahwa cakupan ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan adalah sebagai berikut pada tahun 2020
didapatkan data bayi usia 0-6 bulan berjumlah 52,67%, pada tahun 2021
sebesar 39,51% dan pada periode Januari-Juli 2022 hanya 35,89% (PMB Yeti
Widayati 2022). Berdasarkan data tersebut ASI eksklusif masih menjadi
masalah di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat, karena cakupan ASI
eksklusif belum mencapai target yang ditetapkan Dinkes Kabupaten Bandung
Barat dan Dinkes Provinsi Jawa Barat adalah 80%.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai ”Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap
Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2022”
7

1.2 Identifikasi Masalah


Masih rendahnya cakupan ASI eksklusif khususnya di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat, dapat disebabkan banyak faktor, salah satu
diantaranya adalah faktor ibu bekerja, dimana Masalah pada ibu bekerja yang
baru saja melahirkan merupakan merasa berat ketika akan meninggalkan
bayinya untuk bekerja sementara ASI adalah kebutuhan utama untuk bayi.
Anjuran untuk bayi lahir adalah mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 bulan
sampai usia 2 tahun. Pada ibu bekerja pemberian ASI terhambat pada waktu
untuk menyusui karena intensitas pertemuan antara ibu dan anak yang kadang
berkurang. Ibu bekerja menjadikan alasan pekerjaan sebagai penghambat
pemberian ASI (Mareta, 2016).
Berdasarkan data di PMB Yeti rata-rata ibu yang menyusui dan bekerja
sebagai buruh pabrik dan asisten rumah tangga. Dari Sebagian besar ibu yang
bekerja sebagai buruh pabrik menjelaskan bahwa ibu harus bekerja dengan 3
shift waktu yaitu pagi, siang, malam sehingga intensitas pertemuaan ibu dan
bayi berkurang yang menyulitkan ibu dalam pemberiaan ASI.
Data di PMB Yeti tahun 2021 dari 248 ibu postpartum sebanyak 158
orang ibu merupakan ibu yang bekerja dan 90 orang ibu tidak bekerja.
Adapun dari 158 ibu yang bekerja hanya 56 orang ibu saja (35,44%) yang
memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 102 ibu (64,55%) ibu memberikan
susu formula. Pemberian ASI eksklusif pada tahun 2021 terjadi penurunan
dibandingkan pada tahun 2020, yaitu dari 224 ibu nifas sebanyak 98 orang
ibu bekerja dan 126 ibu tidak bekerja, dari 98 orang ibu bekerja 42 (42,85%)
memberikan ASI eksklusif dan sebanyak 56 ibu (57,14%) memberikan susu
formula. Pada periode Januari-Juli tahun 2022 dapat diketahui bahwa dari 156
ibu nifas sebanyak 102 orang ibu bekerja hanya 32 orang (31,37%) yang
memberikan ASI sedangkan 70 orang ibu lainnya (68,63%) memberikan susu
formula.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juli tahun
2022 di PMB Yeti, dengan menanyakan kepada 10 orang ibu yang menyusui
8

dan bekerja didapatkan hasil hanya 6 orang ibu saja yang memerah ASI dan 4
orang lainnya tidak memerah ASI. Dari 6 orang ibu yang bekerja dan
memerah ASI terdiri dari 1 orang ibu mengatakan ASIP disimpan di kulkas
bersamaan dengan makanan, sayur dan buah. Dan 2 orang ibu mengatakan
ASIP disimpan di kulkas khusus untuk nyimpan ASI saja. Sementara 3 orang
ibu yang lainnya memerah ASI tapi ASIP hanya disimpan di ruangan terbuka
sehingga karena lama waktu penyimpanan diruang terbuka, ASIP tersebut
hanya bertahan sebentar dan berujung basi sehingga membuang ASIP
dikarenakan tidak tahu bagaimana cara menyimpan ASI perah.

1.3 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah: apakah terdapat pengaruh edukasi tentang ASI
Perah terhadap perilaku pemberian ASI Perah pada ibu bekerja di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2022 ?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang ASI Perah terhadap
perilaku pemberian ASI Perah pada ibu bekerja di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui perilaku pemberian ASI perah pada ibu bekerja
sebelum diberi edukasi tentang ASI Perah di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat.
2. Mengetahui perilaku pemberian ASI perah pada ibu bekerja
setelah diberi edukasi tentang ASI Perah di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat.
3. Mengetahui pengaruh edukasi tentang ASI Perah terhadap
perilaku pemberian ASI Perah pada ibu bekerja di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat.
9

1.5 Hipotesis Penilitian


Terdapat pengaruh edukasi tentang ASI Perah terhadap pemberian ASI
Perah pada ibu bekerja di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat Tahun 2022.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan edukasi ini menjadi bahan acuan dan referensi untuk
mengembangkan metode pendidikan terkait perilaku pemberian ASI
perah pada ibu bekerja dan penelitian ini dapat dijadikan sumber
rujukan bagi pengembangan ilmu kebidanan yang berhubungan
dengan program manajemen laktasi.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Ibu
Dapat menambah keterampilan ibu bekerja dalam teknik
memerah ASI, menyimpan dan memberikan ASIP.
2. PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
rangka meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar
untuk penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku ibu bekerja dalam pemberian ASI perah,
dengan menggunakan rancangan penelitian yang lebih baik lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi


dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap pada
paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan
psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun
berikutnya (Varney, 2012).
ASI Eksklusif yang dimaksud dengan pemberian ASI secara
eksklusif tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk,
madu, air gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia
6 bulan. Walaupun kenyataannya kebanyakan dari ibu yang bekerja
bermasalah dengan kebijakan ini karena hambatan waktu, namun
sebagai bidan harus berupaya untuk memberikan solusi dari hambatan
ini melalui beberapa langkah. (Sulistyawati, 2015).
Komposisi ASI sampai dengan 6 bulan sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan gizi bayi, meskipun tanpa tambahan makanan
atau produk minuman pendamping. Kebijakan ini berdasarkan pada
beberapa hasil penelitian (evidenve based) yang menemukan bahwa
pemberian makanan pendamping ASI justru menyebabkan pengurangan
kapasitas lambung bayi dalam asupan cairan ASI sehingga pemenuhan
ASI yang seharusnya dapat maksimal telah tergantikan oleh makanan
pendamping. (Sulistyawati, 2015).
Berdasarkan ketiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tanpa makanan
dan minuman pendamping kepada bayi baru lahir hingga bayi berusia 6
bulan.

10
11

WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila


memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan
menerapkan:

1. Inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.


2. ASI ekslusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan
tambahan atau minuman.
3. Asi diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap
hari setiap malam.
4. ASI yang diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot.
5. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan
tangan, disaat tidak bersama anak.
6. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang (Marmi, 2017).

2.1.2 Jenis – Jenis ASI


1. Kolostrum (ASI hari 1-4)
Kolostrum merupakan susu pertama keluar yang bebentuk
cairan kekuningan yang lebih kental dari ASI matur. Kolostrum
diproduksi pada masa kehamilan sampai setelah kelahiran dan akan
digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat hari setelah
kelahiran bayi. Hal ini disebabkan oleh hilangnya produksi
estrogen dan progesteron dari plasenta tiba-tiba yang menyebabkan
laktogenik prolaktin mengambil alih peran produksi air susu,
sehingga kelenjar payudaralah yang mulai progresif menyekresikan
air susu dalam jumlah besar.
2. ASI Masa Transisi (ASI hari 5-10)
ASI masa transisi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-10,
dimana berhentinya produksi kolostrum lebih dua minggu setelah
melahirkan dan produksi ASI oleh kelenjar payudara mulai stabil.
Kandungan protein dalam air susu semakin menurun, namun
kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air dan juga volume ASI
12

akan semakin meningkat. Peningkatan volume ASI dipengaruhi


oleh lamanya menyusui yang kemudian akan digantikan oleh ASI
matang.
3. ASI Matur
ASI Matur merupakan ASI yang disekresikan dari hari ke-10
sampai seterusnya dan komposisinya relatif konstan. Kandungan
utama ASI ialah laktosa (karbohidrat) yang merupakan sumber
energi untuk otak. Konsentrasi laktosa pada air susu manusia kira-
kira lebih banyak 50% dibandingkan susu sapi. Angka kejadian
diare karena intoleransi laktosa jarang ditemukan pada bayi yang
mendapatkan ASI karena penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibanding laktosa yang terdapat dalam susu sapi (Jauhari, Fitriani
& Bustami, 2018).

2.1.3 Kandungan yang terdapat dalam ASI


1. Lemak
ASI mengandung lemak yang mudah dicerna dan diserap bayi
karena mengandung enzim lipase yang berperan dalam mencerna
lemak dan lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-
3, omega-6, DHA, dan asam arakhidonat), yaitu suatu asam lemak
esensial untuk myelinasi saraf yang penting untuk pertumbuhan
otak. Lemak dibutuhkan untuk membuat energi (kalori), lemak di
dalam air susu ibu sangat mudah dicerna dan nyaris tanpa bahan
sisa. Asam-asam lemak esensial berantai panjang yang terkandung
didalam air susu ibu terbukti sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan otak bayi.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama yang terdapat dalam didalam ASI adalah
laktosa (gula) dan kandungannya sekitar 20-30% lebih banyak
dibandingkan susu sapi. Laktosa dapat meningkatkan penyerapan
kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang.
13

Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang


baik yaitu, lactobacillis bifidus. Hasil fermentasi laktosa ialah
asam laktat yang akan memberikan suasana asam dalam usus bayi
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
3. Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, protein utama ASI
whey yang mudah yang mudah dicerna oleh bayi sehingga tidak
menyebabkan gangguan intestinal. Kandungan protein ini sekitar
60%. Kemudian, ASI mengandung alfa-laktalbumin yang jarang
menyebabkan alergi seperti halnya terdapat pada susu sapi. Selain
itu, ASI juga mengandung lactoferin yang berperan sebagai
pengangkut zat besi dan juga sistem imun usus bayi dari bakteri
patogen. Zat imun lain yang terkandung dalam ASI adalah
kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme dan taurine. Taurine
berperan dalam pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting
untuk pertumbuhan retina.
4. Vitamin, mineral dan Zat Besi
Vitamin A adalah salah satu vitamin yang penting yang tinggi
kadarnya dalam kolostrum dan menurun pada ASI biasa. Vitamin
yang yang larut dalam lemak lainnya adalah vitamin D, E, K.
Konsetrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI. Untuk negara tropis
yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak jadi masalah.
Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa
waktu kemudian.
Meskipun ASI mengandung zat besi sedikit (0.5-1.0 mg/liter),
namun bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir
dengan cadangan zat besi dan zat besi dari ASI diserap dengan baik
(>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan
10% dari susu formula.
14

5. Immunoglobin A (IgA)
ASI tidak hanya berperan sebagai imunisasi aktif yang
merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi, melainkan juga
berperan sebagai imunisasi pasif yang akan melindungi usus bayi
pada minggu pertama kehidupan dari allergen (Jauhari, Fitriani &
Bustami, 2018).

2.1.4 Manfaat Menyusui


1. Manfaat Menyusui Bagi Bayi
a. Pemberian ASI merupaan metode pemberian makanan bayi
yang terbaik, terutama bayi umur kurang dari 6 bulan, selain
juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi bayi
pada 6 bulan pertama kehidupannya.
b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
c. Setelah umur 1 tahun, mesipun ASI hanya bisa memenuhi 30%
dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan
karena masih memberikan manfaat.
d. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya
susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi dan komposisi ASI
ideal untuk bayi.
e. ASI mengurangi resiko infeksi lambung usus, sembelit dan
alergi.
f. ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit
contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui
makanan seperti gastroenteritis), antibodi sang ibu.
g. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level
bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang dengan
15

diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi


tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
h. ASI selalu siap sedia saat, ketika bayi menginginkannya, selalu
dalam keadaan steril dan suhu susu yang tepat.
i. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga
memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,
nyaman dan terlindungi, dan ini memengaruhi kemapanan emosi
si anak di masa depan.
a. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk
diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat
sembuh.
b. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan
ASI perah. komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan
kebutuhan bayi dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat
badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
c. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi yang
diberikan ASI, diantaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak
pada bayi), eksim, chron's distanse, dan Ulcerative Colitis.
d. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 poin daripada IQ non-ASI.
Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang
minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih
tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula.
e. Menyusui bukanlah sekedar memberi makan, eluslah si bayi dan
dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat
menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan
memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi
dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia
yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.
16

2. Manfaat ASI untuk Ibu


a. Hisapan bayi membantu rahim mengecil atau berkontraksi,
mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan
dan mengurangi resiko perdarahan.
b. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga Ibu lebih cepat
langsing kembali.
c. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan
mensterilkan botol susu, dot, dsb.
d. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa
harus membawa banyak perlengkapan seperti botol kaleng susu
formula, air panas, dsb.
e. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng
dan perlengkapannya.
f. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula
belum tentu steril.
g. Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui
bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.
h. ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabrik nya di
wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong, ASI yang
tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. jadi, ASI
dalam payudara tak pernah basi dan Ibu tak perlu memerah dan
membuang ASI-nya sebelum menyusui.
3. Manfaat ASI untuk Keluarga
a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu, kayu
bakar atau minyak merebus air susu dan atau peralatan.
b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit
(hemat) dalam perawatan kesehatan dan berkurangnya
kekhawatiran bagi bayi akan sakit.
c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi Mal dari ASI
eksklusif. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
17

d. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi


keluarga sebab ASI pasti selalu siap tersedia.
e. Lebih praktis saat berpergian, tidak perlu membawa botol, susu,
air panas, dan lain-lain.
4. Untuk Masyarakat dan Negara
a. Menghemat devisa karena tidak perlu mengimpor susu formula
dan peralatan lainnya untuk persiapannya.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
c. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
d. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan karena jumlah bayi
sakit lebih sedikit
e. Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan
kematian.
f. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan
baru (Nurjannah, Maemunah & Badriah, 2013).

2.1.5 Gangguan Pemberian ASI


Pada dasarnya, ada dua faktor gangguan yang bisa saja terjadi
dalam pemberian ASI ini, yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut
ini penjelasan dari kedua gangguan tersebut.
1. Gangguan Internal
Gangguan adalah gangguan yang memang terjadi
disebabkan karena faktor yang terjadi pada bayi dan ibu itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang mengganggu, yaitu sebagai berikut.
a. Ketersediaan ASI
Seperti bagaimana bayi mendapatkan haknya sejak dini
dalam program inisiasi menyusui dini. Dengan adanya IMD ini,
payudara dan berbagai jaringannya akan terstimulasi untuk
memproduksi ASI. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan
pada puting ibu itu sangat penting agar bisa merangsang
pengeluaran ASI dari payudara.
18

Stimulasi dan rangsangan menyusui akan terganggu ketika


perlekatan bibir dan mulut bayi pada puting yang harusnya
sampai pada areola tidak tepat, dan hal yang ditambah dengan
posisi bayi dalam menyusui pada pertama kali tidak nyaman dan
pas. Apalagi kemudian hal ini menyebabkan terjadinya luka
lecet pada puting yang menjadikan ibu merasakan perih dan
akhirnya terganggu serta tidak nyaman menjalankan proses
menyusui ini. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI
dan dapat mencegah timbulnya berbagai masalah kemudian hari.
Penjadwalan pemberian ASI juga akan mengganggu
program menyusui ini. Biarkan bayi mendapatkan haknya secara
penuh kapan pun dan dimana pun dia inginkan. Menyusui yang
paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand)
termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Makin jarang
bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Pada
Minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat
menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap
menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar
bayi tetap menghisap.
Hal yang paling menyedihkan adalah ketika bayi sudah
mendapatkan bayi air putih, air gula, atau susu formula dengan
dot saat prelaktal, maka hal selain menyebabkan bayi malas
menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi
intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui, produksi
ASI dapat berkurang.
b. Ibu yang bekerja
Sering kali seorang ibu yang berniat bekerja kembali segera
setelah melahirkan karena tidak mengetahui keunggulan ASI
serta fisiologi laktasi. Mereka malah berpandangan bahwa
dengan cepat melatihnya bayinya minum botol, mereka tidak
khawatir akan menolak minum dari botol nantinya. Hal ini
19

menyebabkan produksi ASI cepat berkurang sehingga terjadi


kegagalan menyusui.
Sebab lain mengapa ibu tidak menyusui yaitu cuti
melahirkan di Indonesia rata-rata 3 bulan. Setelah itu banyak ibu
yang khawatir sehingga terpaksa memberi banyinya susu
formula karena ASI perah tidak cukup. Waktu ibu bekerja bayi
dapat diberi ASI perah tidak minimum 2 kali selama 15 menit.
Dianjurkan untuk menabung ASI perah, semakin besar peluang
menyelesaikan program ASI ekslusif.
c. Pengetahuan Ibu yang kurang tentang signifikansi ASI.
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula itu sama baiknya, dan bahkan lebih
baik dari ASI. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan
susu formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala
menyusui. Untuk dapat melaksanakan program ASI ekslusif, ibu
dan keluarga perlu menguasai informasi tentang fisiologis
laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu
formula, pentingnya rawat gabung, cara menyusui yang baik dan
benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau
masalah seputar menyusui.
d. Gangguan pada payudara
Ada beberapa gangguan yang bisa saja terjadi dalam proses
menyusui itu sendiri. Beberapa hari pasca persalinan, payudara
sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat
adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai
tanda ASI mulai banyak di produksi. Pada dasarnya, hal ini
merupakan hal normal dan karena itulah bayi harus terus disusui
agar gangguan tersebut tidak menjadi masalah. Tetapi, ketika
payudara terasa sakit pada saat menyusui, ibu pasti akan
berhenti memberikan ASI, dan hal itu tentu saja akan
20

menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan


ibu bisa menjadi demam.
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang
sudah diidentifikasi, oleh karena itu membutuhkan antisipasi
pencegahan serta pengawasan pada ibu nifas dengan bendungan
ASI. Penanganan segera pada kasus bendungan ASI ini adalah
melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti
dokter obsgyn (Varney, 2012).
e. Ibu mengalami sakit sehingga harus dirawat.
Ketika ibu menderita penyakit yang parah sehingga harus
dirawat intensif, ada berbagai kondisi dimana proses menyusui
itu harus dihentikan. Jika penyakit tersebut membahayakan ibu
dan bayi atau salah satunya diantaranya seperti penyakit
Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang
menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat intensif di
Rumah Sakit, maka proses menyusui tersebut harus dihentikan.
Tapi, ini tentu saja harus dikonsultasikan dengan dokter mana
jalan terbaik jika menghadapi persoalan tersebut.
2. Gangguan Eksternal
a. Faktor petugas medis
Petugas medis ini adalah yang berkaitan dengan program
laktasi pada ibu yang tugasnya adalah mempromosikan ASI secara
aktif kepada ibu yang baru melahirkan. Sikap dan pengetahuan
petugas medis dalam program laktasi ini mejadi faktor penentu
berhasilnya kegiatan menyusui atau program laktasi. Sikap ibu dan
petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat
akan sangat membantu dalam program menyusui bayi esklusif pada
usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga
meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas.
21

b. Kondisi kesehatan bayi


Misalnya faktor bibir sumbing yang menyebabkan
ketidaksempurnaan dalam perlekatan antara bibir bayi dengan
payudara ibu, berat badan bayi pada saat kelahiran sangat rendah,
bayi lahir prematur, dan bayi yang terus rewel sebelum dan
sesudah menyusui. Ketika bayi mendapatkan ASI kemudian diare
akibat bayi menolak laktosa konsultasi kepada dokter.
c. Pemberian susu formula sebagai makanan pengganti ASI.
Akibat ketidakpahaman akan pentingnya ASI ekslusif, banyak
orang yang memberikan susu formula dan bahkan makanan padat
pada saat masih berusia kurang dari empat bulan. Padahal ASI
adalah salah satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria
pangan berkelanjutan, dalam artian terjangkau, tersedia lokal dan
sepanjang masa, serta dengan investasi yang rendah dan murah.
d. Masalah keyakinan
Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah
dilumatkan atau pun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir
sebelum ASI keluar. Dari berbagai budaya, tentu saja hal ini akan
mengganggu program laktasi dan mengacaukan pemberian ASI
eksklusif yang menjadi hak bayi.
e. Ketakutan akan adanya toksin atau racun pada ASI
Dalam sebuah penelitian, ternyata ASI dapat dicemari oleh
polusi lingkungan. Subtansi toksik seperti PCB, dioksin, pestisid,
fralate, dan logam berat pernah ditemukan didalam ASI dari
beberapa orang ibu dan di beberapa tempat. Temuan tersebut
hendaknya jangan sampai membuat ibu tidak memberikan ASI
kepada bayinya (Al-aiyub, Nafis, Zubaidi, Fahrudin & Subarkah,
2017).
22

2.2 ASI Perah


2.2.1 Definisi ASI Perah
ASI Perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah kemudian
disimpan dan nantinya diberikan pada bayi. Waktu terbaik untuk
melakukannya adalah pada saat payudara sedang penuh sementara tidak
bisa menyusui, Memerah ASI merupakan salah satu keahlian yang
sebaiknya diperkenalkan dengan semua ibu. Ini bisa membantu kita
dalam proses menyusui dan tidak hanya semata-mata untuk
mengeluarkan ASI dan memberikannya kepada anak saat kita tidak
bersamanya (Umar, 2014).

2.2.2 Waktu yang Tepat untuk Memerah ASI

ASI diperah secara rutin minimal setiap 2-3 jam dan tidak
menunggu payudara terasa penuh. Akan lebih sulit untuk memerah jika
payudara sudah bengkak dan akan terasa nyeri serta akan menyebabkan
penurunan produksi ASI, Di tempat bekerja, anda bisa memerah ASI
anda sebanyak 2-3 kali. Sesuaikan dengan jadwal kegiatan anda
dikantor. Misalnya, sekitar jam 09.00 (sebelum waktu rapat), setelah
makan siang, dan sebelum pulang. Anda harus memeiliki niat kuat
untuk memerah ASI di kantor. Kalau tidak, jadwal memerah ASI ini
bisa terlewatkan karena sebagai tuntunan aktivitas kantor lainnya
(Ambarwati, 2015).

2.2.3 Manajemen ASI Perah (IDAI, 2014)


Bagi sebagian besar ibu, cara paling mudah untuk memberikan ASI
pada bayi adalah dengan menetekkan langsung pada payudara. Namun,
pada beberapa keadaan tertentu, hal ini sulit dilakukan sehingga ASI
akhirnya diberikan dalam bentuk perahan. Contohnya adalah ketika
bayi lahir dalam kondisi prematur sehingga kemampuan untuk menetek
masih belum sempurna, atau bayi maupun ibu perlu dirawat di rumah
23

sakit sehingga tidak memungkinkan untuk sering bertemu. Kondisi


dimana ibu diharuskan untuk kembali bekerja, sekolah atau
menjalankan kesibukan lainnya juga mempersulit pemberian ASI secara
langsung. Banyak ibu juga seringkali merasa payudaranya penuh dan
tidak nyaman, sehingga ASI perlu segera diperah.
Saat memerah ASI dan menyimpannya, ada beberapa hal yang
perlu diketahui oleh ibu, yaitu:
1. Pastikan ibu mencuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI
maupun menyimpannya.
2. Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih. Ibu dapat
menggunakan botol kaca atau kontainer plastik dengan tutup yang
rapat dengan bahan bebas bisphenol A (BPA). Hindari pemakaian
kantong plastik biasa maupun botol susu disposable karena wadah-
wadah ini mudah bocor dan terkontaminasi. Kontainer harus dicuci
dengan air panas dan sabun serta dianginkan hingga kering sebelum
dipakai.
3. Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
4. Pastikan bahwa pada wadah ASI telah diberi label berisi nama anak
dan tanggal ASI diperah.
5. Tanggal kapan ASI diperah perlu dicantumkan untuk memastikan
bahwa ASI yang dipakai adalah ASI yang lebih lama.
6. Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang
masih baru pada wadah penyimpanan.
7. Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk
pemberian berikutnya.
8. Putarlah kontainer ASI agar bagian yang mengandung krim pada
bagian atas tercampur merata. Jangan mengocok ASI karena dapat
merusak komponen penting dalam susu

2.2.4 Cara Memerah ASI dengan Tangan


24

1. Gunakan container / wadah yang paling bersih, bisa terbuat dari


plastik (paling baik karena lemak dari ASI dapat menepel pada sisi
wadah kaca).Bayi membutuhkan kandungan lemak dari ASI untuk
pertumbuhannya.
2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduklah dengan santai. Duduk
dengan sedikit mencondongkan badan ke depan. Anda dapat duduk
di kursi dengan container/ wadah di pangkuan anda. Wadah dengan
mulut yang lebar seperti mangkok akan lebih mudah.
3. Massage dengan lembut payudara dari dasar payudara kearah puting
susu untuk merangsang refleks oksitosin (let down reflex).
Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.
Gunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat akan
membantu ASI lebih mudah keluar.
4. Letakkan ibu jari di bagian atas di bagian luar areola ( di jam 12)
dan jari telunjuk serta jari-jari lain di bagian bawah areola  (di jam
6) atau membentuk huruf C.
5. Tekan jari-jari anda kebelakang kearah dada kemudian pencet dan
tekan payudara anda diantara jari-jari anda, dan lepaskan, dorong ke
arah puting seperti mengikuti gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini
berulang-ulang.
6. Hindari menarik atau memeras terlalu keras dan bersabarlah,
mungkin akan memakan waktu yang agak lama pada awalnya.
7. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari anda di sekitar areola
dan berpindah-pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi
sampai ASI yang tersimpan menjadi kosong.
8. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan anda
merasa telah mengosongkan payudara sebanyak yang anda bisa.

2.2.5 Langkah-langkah Memerah ASI


Langkah-langkah memerah ASI ketika bekerja menurut (Kemenkes
R.I, 2015).
25

a. Menyiapkan Perlengkapan
Perlengkapan memerah ASI dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan ibu, yaitu: Gelas/cangkir untuk
menampung ASI perah, botol untuk menyimpan ASI yang sudah
diperah, label dan spidol, jika diperlukan memerah dapat
menggunakan pompa ASI.

b. Persiapan Sebelum Memerah ASI


Melakukan sterilisasi wadah ASI.Caranya dengan
memasukan air mendidih ke dalam wadah tersebut, lalu dibiarkan
selama beberapa menit kemudian buang airnya. Menyiapkan lap
atau tisu yang bersih. Mencuci tangan sampai bersih, dengan
menggunakan sabun kita bersihkan sela-sela jari dan kuku sebelum
menyentuh payudara dan wadah ASI.Kondisi ibu harus tenang dan
santai, caranya duduk dengan nyaman pikirkan bayi atau dengarkan
rekaman suara atau foto bayi. Bila memungkinkan payudara dapat
di kompres lebih dahulu dengan lap yang telah dibasahi air hangat.
Melakukan pemijatan ringan pada sekeliling

2.2.6 Penyimpanan ASI Perah


ASI pada dasarnya dapat diperah melalui tiga cara, yakni
menggunakan tangan, alat secara manual, atau memakai alat pompa
elektrik. Namun, bila dilihat dari sisi ekonomis dan kepraktisan,
memerah ASI dengan tangan lebih unggul dibandingkan dua cara yang
lain dan bisa melakukannya kapan saja tanpa bantuan alat kecuali
wadah yang bersih untuk menampung ASI (Ambarwati, 2015).
Cara apa pun yang dipilih, faktor kebersihan harus tetap
diperhatikan. Sebelum memerah ASI, cucilah tangan Anda dengan
sabun dan air hingga bersih dan sediakan wadah tertutup yang bersih
dan steril untuk menampung ASI. Kemudian, perah sedikit ASI lalu
oleskan pada puting dan areola karena air susu ibu mengandung zat
antibakteri. Wadah untuk menampung ASI perah sebaiknya terbuat dari
26

bahan yang mudah disterilkan, misalnya botol atau cangkir tertutup


rapat yang terbuat dari plastik atau gelas, tahan dimasak dalam air
mendidih, dan mempunyai mulut lebar agar ASI yang diperah dapat
ditampung dengan mudah. Bila ASI tidak langsung diberikan, pastikan
penyimpanannya aman dari kontaminasi dan berikan label waktu
pemerahan pada setiap wadah ASI perah (Ambarwati, 2015).
Cara penyimpanan ASIP menurut IDAI (Abarwati dkk, 2015)
ASIP dapat disimpan pada suhu ruangan ≤ 25°C selama 6-8 jam. Kalau
suhu ruangan kurang dari 25°C maka ASIP tahan 2-4 jam. Wadah ASIP
harus ditutup dan di biarkan dingin. ASI dapat disimpan dalam
insulated cooler bag dengan ice pack tahan lama selama 24 jam. ASI
dapat disimpan dalam lamari es atau kulkas bersuhu 4°C sampai lima
hari. ASI dapat disimpan dalam freezer dengan tipe berikut. Bagian
freezer terlatak di dalam lemari es atau kulkas memiliki pintu yang
berbeda (-18°C) selama 3-6 bulan. Deep freezer yang jarang dibuka dan
temperaturnya tetap ideal (-20°C) selama 6-12 bulan. Namun, ada
beberapa bukti yang menyatakan letakan lemak dalam ASI dapat
mengalami degradasi sehingga kualitas ASI menurun.

1. Cara Menyimpan ASI Perah di Tempat Kerja


Tempat penyimpanan ASI perah disarankan menggunakan
botol kaca, karena lemak-lemak dalam ASI tidak akan banyak
menempel. Selain itu botol kaca juga relatif murah dan bisa
digunakan berulang kali, bila ASI perah disimpan dalam botol
kaca, hendaknya botol jangan diisi terlalu penuh, hal ini bisa
menyebabkan botol pecah saat disimpan didalam freezer maka
isikan ASI perah kurang lebih ¾ botol saja. Pastikan botol yang
akan digunakan untuk menyimpan ASI perah sudah dicuci bersih
dengan sabun dan sebelum digunakan bilas dengan air panas,
simpan ASI perah kedalam botol steril dan tutup dengan rapat, dan
jangan sampai ada celah yang terbuka. Botol diberi label berupa
jam, tanggal pemerahan, dan nama untuk membedakan ASI perah
27

milik pekerja lainnya. ASI perah harus disimpan dilemari


pendingin. Pisahkan ASI perah dengan bahan makanan lain yang
tersimpan dalam lemari pendingin (Mufdlillh, 2015)

2. Cara Menyimpan ASI Perah Setelah sampai di Rumah


Setelah sampai di rumah ASI perah dimasukan ke dalam
lemari pendingin selama 1 jam sebelum dimasukan ke dalam
freezer. Bisa ASI perah berlimpah, untuk jangka panjang sebaiknya
sebagian ASI perah disimpan di dalam freezer, dan disimpan
sebagian di lemari pendingin untuk jangka pendek, ASI perah
diletakkan dibagian dalam frezzer atau lemari pendingin, bukan di
sekat pintu agar tidak mengalami perubahan dan pariasi suhu. Bila
di rumah tidak memeiliki lemari pendingin atau frezeer, maka ASI
perah bisa di simpan dalam termos dengan es batu (Kemenkes R.I,
2015).
Dalam penyimpanan ASIP (ASI Perah) memiliki masa yang
berbeda-beda, dimana lama masa penyimpanannya dipengaruhi
oleh tempat penyimpanan dan suhunya. Berikut lama penyimpanan
ASIP berdasarkan tempat penyimpanan dan suhunya:
a. ASIP yang tersimpan didalam cooler bag dan pada suhu 15
derajat celcius hanya dapat bertahan selama 24 jam.
b. ASIP yang tersimpan didalam ruangan dan pada suhu ruangan
27 derajat celcius sampai dengan 32 derajat celcius hanya dapat
bertahan selama 24 jam.
c. ASIP yang tersimpan didalam ruangan dan pada suhu ruangan
dibawah 25 derajat celcius hanya dapat bertahan selama 6 - 8
jam.
d. ASIP yang tersimpan didalam lemari es dan pada suhu dibawah
4 derajat celcius hanya dapat bertahan selama 2 - 3 hari.
e. ASIP yang tersimpan didalam freezer 1 pintu dan pada suhu -15
derajat celcius sampai dengan 0 derajat celcius hanya dapat
bertahan selama 2 minggu.
28

f. ASIP yang tersimpan didalam freezer 2 pintu dan pada suhu -20
derajat celcius sampai dengan -18 derajat celcius hanya dapat
bertahan selama 3 - 6 bulan.
Pemberian ASI bagi seorang bayi sangat dianjurkan dilakukan
terutama pada masa pandemi COVID-19, dikarenakan ASI dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dari seorang bayi, sehingga tidak
mudah untuk terserang sebuah penyakit. Apabila seorang ibu yang
terkonfirmasi COVID-19 dan tidak mampu untuk memberikan ASI
secara langsung maupun memerah ASI maka dapat menghubungi
tenaga kesehatan untuk melakukan konsultasi tentang keadaannya,
melalui alat komunikasi yang tersedia. Pemberian ASI melalui
donor ASI hanya disarankan jika dalam pengawasan tenaga
kesehatan. Bayi dapat diberikan pengganti ASI dengan pengawasan
tenaga kesehatan (Kemenkes RI, 2021).
Tabel. 2.2 Metode Penyimpanan ASI Perah

Penyimpanan ASIP Segar ASIP Beku ASIP yang Sisa Catatan


yang sudah Sudah Mimum
dicairkan Dihangatkan
Suhu Ruang 3-4 Jam 4 Jam Segera 1 Jam. *Sebelum
(16°C- 29°C) 6-8 (Optimal) diminumkan Buang dan
Jam (jika kondisi jika sesudah
sangat bersih) masih memerah
tersisa ASI wajib
mencuci
tangan
hingga
bersih
Coolerbag + es 24 Jam Tidak Tidak Buang
batu atau ice pack disarankan disarankan
(4°-15°C)
Lemari Es (0°- 3 hari 24 Jam. Lebih 4 Jam Buang *Gunakan
4°C). Simpan di (optimal) dari itu tidak botol kaca
kulkas bgaian diketahui atau botol
dalam, jangan di keamanannya BPA Free
29

bagian pintu 8
hari (jika kondisi
sangat bersih)
ASI Perah segar bisa dicampur dengan ASI Perah 24 jam
sebelumnya asalkan memiliki suhu yang sama. ASIP beku
dicairkan dengan menetapkannya di lemari pendingin (kurang lebih
1 malam sebelum digunakan), lalu alirkan dengan air hangat atau
merendam botol ASI Perah di dalam baskom air hangat. ASI beku
yang sudah dicairkan hanya bertahan selama kurang dari 24 jam
dalam lemari pendingin dan kurang dari 4 jam ruang. Perubahan
warnah atau aroma lazim terjadi, tapi tidak berbahaya bagi bayi.
Bayi bisa minum ASI perah dingin, suhu ruang, atau suhu hangat
(Ambarwati, 2015).

2.2.7 Cara Menghangatkan ASI Perah yang telah dibekukan


1. Cek tanggal pada label wadah ASI. Gunakan ASI yang paling dulu
disimpan
2. ASI tidak harus dihangatkan. Beberapa ibu memberikannya dalam
keadaan dingin
3. Untuk ASI beku, pindahkan wadah ke lemari es selama 1 malam
atau ke dalam bak berisi air dingin. Naikkan suhu air perlahan-
lahan hingga mencapai suhu pemberian ASI
4. Untuk ASI dalam lemari es: Hangatkan wadah ASI dalam bak
berisi air hangat atau air dalam panci yang telah dipanaskan selama
beberapa menit. Jangan menghangatkan ASI dengan api kompor
secara langsung.
5. Jangan menaruh wadah dalam microwave. Microwave tidak dapat
memanaskan ASI secara merata dan justru dapat merusak
komponen ASI dan membentuk bagian panas yang melukai bayi.
Botol juga dapat pecah bila dimasukkan ke dalam microwave
dalam waktu lama.
30

6. Goyangkan botol ASI dan teteskan pada pergelangan tangan


terlebih dahulu untuk mengecek apakah suhu sudah hangat.
7. Berikan ASI yang dihangatkan dalam waktu 24 jam. Jangan
membekukan ulang ASI yang sudah dihangatkan.
2.3 Perilaku Pemberian ASI
2.3.1 Pengertian
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulasi atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi. Karena itu amat penting untuk
dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu
mengubah perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2014).
Teori perilaku dikembangkan oleh Lawrence Green, yang dirintis
sejak tahun 1980. Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (nonbehavior causes). Selanjutnya
perilaku dipengaruhi 3 faktor utama, yang dirangkum dalam akronim
PRECEDE: Predisposing, Enabling, dan Reinforchong Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation. Precede ini adalah merupakan
arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk
intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. Precede adalah merupakan
fase diagnosis masalah, sedangkan PROCEED: Policy, Regulatory,
Organizational Construct in Educational and Environmantal
Development adalah merupakan arahan dalam perencanaan,
implementasi dan evaluasi pendidikan (promosi) kesehatan. Apabila
Precede merupakan fase diagnosis masalah, maka Proceed adalah
merupakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi promosi kesehatan.
31

Lebih lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni:
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, pengetahuan, pendidikan, sikap, pendapatan, pekerjaan,
dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut untuk
berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu
hamil, diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang
manfaat periksa kehamilan baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun
janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan
sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu
untuk periksa kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik
(periksa kehamilan termasuk memperoleh suntikan anti tetanus),
karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini
terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka
sering disebut faktor pemudah.
b. Faktor pendukung (Enabling Factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana prasarana dan media
informasi. Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat
desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung. Misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil
yang mau periksa kehamilan tidak hanya karena ia tahu dan sadar
manfaat periksa kehamilan melainkan ibu tersebut dengan mudah
harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kehamilan
32

misalnya puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit.


Termasuk tersedia media informasi seperti media cetak, media
elektronik, media papan dan yang lainnya untuk menyapaikan
informasi kesehatan kepada masyarakat. Fasilitas ini pada
hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau
faktor pemungkin.
c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Faktor pendorong meliputi lingkungan dan tenaga kesehatan.
Lingkungan yang berperan dalam pemberian ASI eksklusif
diantaranya adalah adanya dukungan dari suami dan dari orang-
orang terdekat seperti orantua dukungan dari masyarakat khususnya
kader posyandu. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-
peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait
dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-
kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para tenaga
kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku periksa
kehamilan dan kemudahan memperoleh fasilitas periksa kehamilan.
Juga diperlukan perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil
melakukan periksa kehamilan.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI


1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
33

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.


(Notoatmojo, 2017).
Menurut Bloom, pengetahuan adalah pemberian bukti oleh
seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan suatu
informasi, ide atau fenomena yang diperoleh sebelumnya.
Pengetahuan merupakan hasil dari belajar dan mengetahui sesuatu,
hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba,
sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga,
dan tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dibanding dengan tanpa didasari pengetahuan (Notoatmojo, 2017).
Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadopsi perilaku (berperilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
(Notoatmojo, 2017)
34

Menurut Bloom yang dikutip Notoatmodjo, pengetahuan yang


tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan,
yakni:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) Sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
(Notoatmojo, 2017).
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya. (Notoatmojo, 2017).
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. (Notoatmojo,
2017).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya
35

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari


penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya. (Notoatmojo, 2017).
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
(Notoatmojo, 2017).
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. (Notoatmojo, 2017).
Pengukuran pengetahuan bisa dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tantang materi yang ingin diukur
kepada subjek penelitian atau responden, dengan melaksanakan
kegiatan tersebut dapat diketahui tingkat pengetahuan responden
(Notoatmojo, 2017).
Pertanyaan (Question) yang dapat dipergunakan untuk
pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay.
b. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan berganda
(multiple choices), betul salah, dan pertanyaan menjodohkan.
36

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian


untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilai
sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai dibandingkan
dengan penilai betul salah, dan menjodohkan disebut pertanyaan
objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti
oleh penilainya tanpa melibatkan factor subjektif dari penilai.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif
khususnya pilihan ganda, lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat
ukur pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan
dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.
Isi pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian, serta tergantung dalam atau dangkalnya data yang akan
digali. Banyaknya pertanyaan sangat relatif, tergantung dari
luasnya penelitian tersebut. Tetapi perlu diperhatikan pertanyaan
yang terlalu banyak akan memakan waktu yang panjang dan dapat
menimbulkan kebosanan dari responden. Apabila responden sudah
bosan, maka jawaban-jawaban akan bias (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Skinner bila seseorang mampu menjawab mengenai
materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan
mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban yang diberikan
seseorang itu dinamakan pengetahuan. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dan subyek penelitian atau
responden (Notoatmodjo, 2014).
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan
dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik: Skor pengetahuan > 50%


b. Kurang: Skor pengetahuan < 50%
2. Sikap
Sikap adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk
bertingkah laku tertentu apabila seseorang menghadapi suatu
37

rangsangan tertentu. Sikap didefinisikan pula sebagai kesiapan


menggapai yang bersifat positif atau negatif terhadap suatu objek
atau situasi secara konsisten (Azwar, 2012).
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut Berkowist,
dalam (Azwar 2012) secara lebih sefisifik, Thrustone sendiri
memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif dan afek
negatif terhadap suatu objek psikologis (Edwards dalam Azwar
tahun 2012).
Menurut Thurstone dalam (Azwar 2012) mengatakan bahwa
salah seorang tokoh dalam pengukuran sikap, mengemukakan
bahwa sikap adalah proses evaluatif dalam diri seseorang. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial (Azwar, 2012).
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favourable) maupun perasaan yang tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavourable) terhadap suatu objek (Azwar,
2012).
Sikap tidak selalu sama dengan sikap atau opini. Suatu
pendapat yang di ucapkan dapat memperlihatkan suatu sikap. Sikap
dapat diukur dengan membuat rentetan pelayanan mengenai
pendapat, sikap untuk bertindak tidak sama dengan tindakan, sikap
dapat dikekang sehingga tidak sampai menghasilkan tindakan.
38

Sikap dapat bertentangan atau sejalan, dapat pula bersifat positif


atau negatif. Sikap positif adalah sikap yang sesuai dengan yang
diharapkan. Sikap positif berupa menerima, bersahabat ingin
membantu, penuh inisiatif dan ingin bertindak sesuai dengan yang
diharapkan. (Azwar, 2012).
Sikap negatif adalah sikap yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sikap negatif adalah setiap yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Sikap negatif berupa sikap yang tidak jelas,
menentang, tidak percaya, sangsi, menyerah, masa bodoh, putus
asa atau bermusuhan. Termasuk dalam sikap adalah kompleks nilai
yaitu penerapan suatu sistem prioritas oleh individu untuk
mempertimbangkan suatu situasi yang memperlihatkan sebagian
jenis nilai. Dalam kompleks nilai individu mengintegrasikan hidup
sering pula sikap ini merupakan ciri kepribadian individu (Azwar,
2012).
Sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang antara
yang satu dengan yang lainnya, menurut Triadik yaitu:
a. Komponen Kognitif
Yaitu berisi pengetahuan atau kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen Konatif
Yaitu merupakan tendensi atau kandungan untuk bertindak atau
untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
c. Komponen Afektif
Yaitu merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi.
Dalam ketiga komponen sikap terdapat tingkatan atau kadar,
pada suatu tingkatan sederhana komponen afektif sikap seseorang
dapat berarti sekedar suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
Namun di sisi lain komponen afektif dapat berarti adanya reaksi
39

emosional seperti kecemasan atau kekawatiran terhadap suatu


objek (Azwar, 2012).
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang di
alami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih
daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu
sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi
hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu
dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut
mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai
anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi
hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan psikologis di sekelilingnya. (Azwar, 2012).
Dalam interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola
sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang
yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga
pendidikan, lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu
(Azwar, 2012).
Pengalaman pribadi dalam arti segala sesuatu yang telah dan
sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk dapat
mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
(Azwar, 2012).
Apakah penghayatan itu akan membentuk sikap positif atau
sikap negatif, akan tergantung pada berbagai faktor lain.
Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
a. Menerima (Receiving)
40

Menerima diartikan bahwa orang atau objek memperhatikan


stimulus yang diberikan objek.
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi dari
sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu
benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah merupakan suatu indikasi sikap tingkat
ketiga.

d. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi
(Notoatmojo, 2017).
Tujuan penyuluhan kesehatan adalah membantu individu atau
masyarakat untuk mengubah sikap dan perilaku hidupnya yang
tidak sehat menjadi perilaku yang sehat melalui peningkatan
pengetahuan. Perubahan sikap berarti perubahan tujuan yang
dialami individu sejak pertama kali menerima informasi atau
pengetahuan mengenai hal baru sampai pada saat ia memutuskan
menerima atau menolak hal yang baru tersebut. Praktisnya
perubahan sikap ini mengalami empat tahap:
a. Perkenalan dan belajar memahami guna dari informasi baru
tersebut.
b. Persuasi yaitu individu membentuk sikap positif atau negatif
terhadap informasi tersebut.
c. Mengambil keputusan untuk menerima atau menolak informasi
tersebut.
41

d. Mencari dorongan terhadap keputusan yang diambil.


(Notoatmojo, 2017).
Perubahan sikap dan perilaku kuratif relatif paling mudah,
karena individu mempunyai motivasi ingin sembuh, sedangkan
perubahan perilaku untuk bidang promotif, preventif dan
rehabilitatif, relatif lebih sukar karena individu sehat sering tidak
mempunyai motif. Motivasi kuat, sangat diperlukan untuk
mengubah perilaku. Seseorang akan melakukan tindakan preventif
atau promotif, bila ia tahu dirinya dapat terkena penyakit tersebut,
pengetahuan merupakan awal perilaku yang sesuai, adanya
kesenjangan antara perilaku dan pengetahuan terletak pada sikap
(Notoatmojo, 2017).

3. Pendidikan
Undang-Undang tentang adanya pendidikan tersebut, Menurut
UU No. 20 tahun 2003 pengertian Pendidikan adalah sebuah usaha
yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, membangun kepribadian, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Undang-undang inilah
yang menjadi dasar berdidirinya proses pendidikan yang ada di
Negara Indonesia.
Dalam arti formal pendidikan adalah suatu proses
penyampaian bahan atau materi pendidikan guna mencapai
perubahan tingkah laku. Sedangkan tugas pendidikan disini adalah
memberikan atau peningkatan pengetahuan dan pengertian,
menimbulkan sikap positif serta memberikan/ meningkatkan
keterampilan-keterampilan masyarakat atau individu tentang aspek-
aspek yang bersangkutan sehingga dicapai suatu masyarakat yang
42

berkembang. Salah satu jenis pendidikan diantaranya adalah


pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh dilingkungan
sekolah seperti SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi dan lain-lain.
Pendidikan formal berfungsi untuk mengajarkan pengetahuan
umum dan pengetahuan yang bersifat khusus (Notoatmodjo, 2015).

4. Pendapatan
Setiap hari manusia beraktifitas berupa mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghasilan diperoleh dengan
bekerja dan digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari,
seperti pangan, sandang, papan, obat-obat dan lain-lain. Pendapatan
berupa uang melalui kucuran keringat bukan saja halal, namun
dapat berguna bagi orang lain (Irianton Aritonang, 2014).
Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya
hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi
buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan
pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi
persentasi balita yang kekurangan gizi (Yetty Nency dan
Muhamad Thohar Arifin, 2016).

5. Media Informasi
Menurut media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah
alat bantu pendidikan yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran dan media adalah
perantara yang menghantarkan informasi antara sumber ke
penerima. Pesan, ide, gagasan atau informasi yang disampaikan
pengajar atau pembicara akan mudah diterima apabila diberikan
dengan metode dan media yang benar dan baik. (Mubarak, 2014).
Alat bantu (media) disusun berdasarkan prinsip bahwa
pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau
ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang
43

digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan


semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan
perkataan lain, media ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera
sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah
pemahaman (Notoatmodjo, 2015).
Menurut (Notoatmodjo, 2015) membagi media sebagai
penyaluran pesan-pesan kesehatan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Media Cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sangat bervariasi antara lain: booklet ialah suatu
media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam
bentuk buku, baik tulisan maupun gambar, leaflet ialah bentuk
penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat
maupun gambar, atau kombinasi, flyer (selebaran) ialah seperti
leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan, flip chart (lembar
balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik, biasanya dalam bentuk
buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan
dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau infomasi berkaitan
dengan gambar tersebut, rubrik atau tulisan-tulisan pada surat
kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan
atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, poster ialah
bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan yang
biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum,
atau di kendaraan umum, foto yang mengungkapkan informasi
kesehatan.
Media cetak memiliki beberapa kelebihan yaitu tahan lama,
mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik,
dapat dibawa kemana-mana dan mempermudah pemahaman.
Walaupun demikian media cetak juga memiliki kelemahan yaitu
44

tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak serta mudah
terlipat (Notoatmodjo, 2014).
b. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya
berbeda-beda antara lain televisi, radio, video, slide, dan film
strip. Media elektronik memiliki beberapa kelebihan yaitu sudah
dikenal masyarakat, mengikut sertakan semua panca indera,
lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan
gambar bergerak, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan
relatif besar, dan sebagai alat diskusi serta dapat diulang-ulang.
Walaupun demikian media elektronik juga memiliki kelemahan
yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat
canggih untuk produksinya dan perlu terampil dalam
pengoperasian.
c. Media Papan (Billboard)
Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum
dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-
informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-
pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum seperti bus dan taksi.
Menurut (Notoatmodjo, 2015) menyatakan metode dan
teknik promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan untuk
massa yang sering digunakan adalah:
1) Ceramah umum (Public speaking), misalnya dilapangan
terbuka dan tempat–tempat umum.
2) Penggunaan media massa elektonik, seperti radio dan
televisi. Penyampaian pesan melalui radio atau televisi ini
dapat dirancang dengan berbagai bentuk, misalnya
sandiwara (drama) dan sebagainya.
45

3) Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku,


leaflet, selebaran, poster, dan sebagainya.
4) Penggunaan media diluar ruang, misalnya: billboard,
spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2015)

6. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana belajar adalah sesuatu yang dapat
memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha yang
dapat berupa benda. Dalam hal ini sarana dan prasarana belajar bisa
disamakan dengan fasilitas belajar. Besar kemungkinan sarana dan
prasarana belajar merupakan faktor yang mempunyai andil besar
dalam meningkatkan hasil belajar. Kegiatan belajar mengajar
merupakan komunikasi dua arah antara tenaga pendidik dan peserta
didik, maka diperlukan sarana dan prasarana untuk mendukungnya
seperi media, ruangan kelas, dan buku sumber. Proses pendidikan
itu terdiri dari beberapa unsur yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya.

7. Lingkungan
Lingkungan yang berperan dalam pemberian ASI eksklusif
diantaranya adalah adanya dukungan dari suami dan dari orang-
orang terdekat seperti orantua dukungan dari masyarakat
khususnya kader posyandu. Meskipun perilaku pemberian ASI
eksklusif mereka beda-beda. Namun seluruh ibu memiliki
kesamaan jawaban yaitu kader menyarankan untuk memberikan
ASI, memberikan informasi terkait ASI sering menanyakan dan
mengingat kepada ibu-ibu untuk memberikan ASI saat kunjungan
rumah maupun posyandu.

8. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan berperan sangat penting untuk mendukung
ibu tetap menyusui tidak hanya dengan memberikan obat atau
46

menyarankan makanan tertentu, tetapi juga harus menjelaskan


kepada ibu-ibu bahwa dengan rangsangan isapan bayi yang terus
menerus akan memicu produksi ASI semakin banyak. Petugas
kesehatan dalam hal ini meliputi seluruh petugas kesehatan yang
pernah berinteraksi dengan ibu yang akan ataupun sedang dalam
proses menyusui. Dukungan petugas kesehatan dapat meliputi
dukungan informasional, instrumental, penghargaan, dan
emosional. Ibu umumnya mau patuh dan menuruti nasihat dari
petugas kesehatan. Petugas kesehatan diharapkan untuk
memberikan informasi tentang kapan waktu yang tepat dalam
memberikan ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dan risiko yang
dialami jika tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Petugas kesehatan juga harus memberikan informasi,
memotivasi, dan mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif
karena penelitian di Tanzania menunjukan bahwa ibu yang
mendapatkan nasihat dari petugas kesehatan berpeluang 2,6 kali
lebih besar memberikan ASI eksklsuif karena semakin baik
informasi yang diberikan oleh peutgas kesehatan maka akan
semakin besar kemauan ibu untuk memberikan ASI eksklsuif.

2.3.3 Prosedur Pembentukan Perilaku


Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini
menurut
Skinner adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2014):

1. Melakukan indentifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat


atau reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku
yang akan dibentuk
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen
kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian
komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat
untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud
47

3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai


tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk
masing-masing komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun.

2.3.4 Pengukuran Perilaku


Menurut Azwar (2015), pengukuran perilaku yang berisi pernyataan-
pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya, maka dapat
digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok responden. Cara
pengukuran perilaku dengan menggunakan skala likert yaitu:
1. Pernyataan positif di beri skor: sangat sering =4, sering=3,
jarang =2, tidak pernah=1.
2. Pernyataan negative diberi skor: Sangat sering=1, sering =2,
jarang=3, tidak pernah=4.
Kemudian untuk mengetahui kriteria perilaku responden dicari
median nilai (T mean T) dalam kelompok maka akan diperoleh,
kriteria pengukuran perilaku yaitu (Azwar, 2012):
1. Perilaku positif jika nilai T skor > T mean
2. Perilaku negatif jika nilai T skor < T mean

2.4 Peran Bidan Dalam Pemberian ASI Eksklusif


Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang
pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI
dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari


payudara ibu
2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya
sendiri
48

3. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa


jam pertama
4. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul
5. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
6. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)
7. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
8. Memberikan kolostrum dan ASI saja
9. Menghindari susu botol dan “dot empeng”
10. Memberikan asuhan secara professional (Marmi, 2017).

2.5 Edukasi Kesehatan


2.5.1 Pengertian
Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah gabungan kegiatan yang
berlandasan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,
dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, melakukan apa yang bisa dilakukan,
secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta
pertolongan (Kemenkes, RI, 2014).
Edukasi kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang
harus dilaksanakan atau suatu yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis,
yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,
maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat
(Waryana, 2016).
49

2.5.2 Tujuan Edukasi


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, mempengaruhi sikap dan persepsi untuk berperilaku,
memperagakan keterampilan sederhana, memotivasi tindakan serta
membangun norma (Kemenkes RI. 2014).
Menurut Notoatmodjo (2014) terdapat 3 poin tujuan dalam
mengedukasi yaitu:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.


2. Menolong individu agar mampu mengadakan kegiatan untuk
mencapai tujuan hidup sehat baik secara mandiri ataupun
berkelompok.
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang telah ada.

2.5.3 Edukasi Sebagai Proses Perubahan Perilaku


Perubahan perilaku ini adalah
1. Perubahan perilaku yang diharapkan tidak hanya terbatas pada
masyarakat atau klien yang menjadi sasaran utama penyuluhan,
tetapi harus mampu mengubah perilaku semua stakeholders
pembangunan, terutama aparat pemerintah selaku pengambil
keputusan, pakar, peneliti, pelaku bisnis, aktivis LSM, tokoh
masyarakat dan stakeholders pembangunan lainnya.
2. Perubahan perilaku yang terjadi tidak terbatas atau berhenti setelah
masyarakat atau klien mengadopsi (menerima, menerapkan,
mengikuti) informasi atau inovasi yang disampaikan, termasuk
selalu siap melakukan perubahan-perubahan terhadap inovasi yang
sudah diyakininya, manakala ada informasi atau inovasi kebijakan
baru yang lebih bermanfaat bagi perbaikan kesejahteraannya.
3. Perubahan perilaku yang dimaksudkan tidak terbatas pada
kesediaannya untuk menerapkan atau menggunakan inovasi yang
50

ditawarkan, tetapi lebih penting dari semuanya adalah


kesediaannya untuk terus belajar secara berkelanjutan.

2.5.4 Metode Edukasi


Metode pendidikan kesehatan terbagi dalam beberapa metode
pendidikan (Notoatmodjo, 2014) yaitu :
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Dalam promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
individual digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Misalnya ibu melahirkan yang tertarik memberikan ASI
kepada bayinya. Pendekatan yang dapat dilakukan dengan cara
perorangan, perorangan disini bukan berarti hanya kepada ibunya
saja, tetapi kepada suami dan keluarga ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaan atau perilaku tersebut, agar
petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat
membantunya maka perlu menggunakan metode. Bentuk
pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti
dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut sukarela,
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (interview)
Cara ini sebenernya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan,
51

untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang


diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apabila belum maka penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.
2. Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari
sasaran. Untuk kelompok besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula
akan besarnya sasaran pendidikan. Bentuk metode kelompok antara
lain :
a. Kelompok besar
Kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan
lebih dari 15 orang, yang baik untuk kelompok ini adalah
ceramah dan seminar.
b. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran berpendidikan tinggi ataupun
rendah. Ceramah akan berhasil apabila penceramah menguasai
materi yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri dengan menyiapkan materi dengan
sistematika yang baik, serta menyiapkan alat bantu pengajaran.
Kunci dari sasaran tertsebut adalah apabila penceramah dapat
menguasai sasaran ceramah, oleh karena itu penceramah harus
memperhatikan beberapa hal berikut, misalnya penampilan yang
meyakinkan, suara cukup keras dan jelas, pandangan harus
tertuju pada seluruh peserta ceramah, serta menggunakan alat
bantu semaksimal mungkin.
c. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu
penyajian dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topic
52

yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat


dimasyarakat.
d. Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya
disebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok digunakan
pada kelompok kecil antara lain :
e. Diskusi kelompok
Semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam
diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau Saling
memandang satu sama lain
f. Curah pendapat (brain storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi
kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok.
Bedanya pada permulaan pemimpin memancing dengan satu
masalah kemudian para peserta memberikan jawaban atau
tanggapannya (curah pendapat).
g. Bola salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam berpasang-pasangan (1 pasang 2
orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah.
Setiap kurang lebih 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung
menjadi satu, mereka tetap berdiskusi dengan masalah yang
sama dan menyimpulkannya.
h. Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
Kelompok langsung dibagi kelompok-kelompok kecil yang
kemudian diberi masalah yang sama atau tidak dengan
kelompok yang lain. Masing masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut kemudian hasil dari tiap kelompok
didiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya.
i. Memainkan peran (Role play)
53

Dalam metrode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk


sebagai pemegang peran tertentu memainkan peranan, misalnya
sebagai petugas kesehatan dan yang lain sebagai masyarakat.
j. Permainan simulasi
Metode ini merupakan gabungan antara role play dan
diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
permainan seperti monopoli.
3. Metode Pendidikan masa
Metode pendidikan massa cocok mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan pada masyarakat. Oleh karena itu
sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak
membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social
ekonomi, tingkat pendidikan dan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Berikut contoh
metode yang cocok untuk pendekatan massa.
a. Ceramah umum (public speaking)
Pada acara tertentu misalnya hari Kesehatan nasional, Menkes
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa
menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
b. Billboard, yang dipasang dipinggir jalan, spanduk poster dan
sebagainya yang berisi pendidikan kesehatan.

2.5.5 Alat bantu/ Media Edukasi


Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran. Alat
bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk
membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan/pengajaran (Notoadmodjo. 2014).
Pada garis besar nya hanya ada 3 macam alat bantu pendidikan
(alat peraga) yang terdiri dari (Azwar, 2016):
54

1. Alat bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu


menstimulasi indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya
proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
a. Alat alat yang di proyeksikan, misalnya slide,film,film strip,dan
sebagainya
b. Alat alat yang tidak di proyeksikan:
1) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya
2) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya
Standar Operasional Prosedur Edukasi Dengan Media leaflet
tentang ASIP dalam penelitian ini, dilakukan dengan melalui 3 tahap
yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Peserta/ ibu bekerja yang menyusui:
1) Peserta ditempatkan dalam situasi informal
2) peserta diharapkan tenang dan menyimak dengan baik
b. Persiapan Alat
1) Media peraga (leaflet) dan pengeras suara yang akan
digunakan dalam proses edukasi.
2) Ruangan yang tertutup dan tenang, sehingga peserta dapat
fokus dan konsentrasi dalam mengikuti proses belajar
mengajar
3) Pastikan LCD, Laptop dan pengeras suara (Speaker) yang
akan digunakan berfungsi dengan baik
c. Tahap Pelaksanaan
1) Tahap Pra Interaksi
a) Menentukan waktu pelaksanaan yang berkisar 20-30
menit
b) Menentukan tempat yang sesuai yaitu ruangan yang tidak
terlalu luas, tenang dan terang sehingga media leaflet
dapat terlihat dengan jelas dan suara speaker dapat
terdengar jelas oleh audience
55

2) Tahap Orientasi (10 menit)


a) Mengucapkan salam
b) Menjelaskan tujuan edukasi
3) Tahap Kerja
a) Menjelaskan tentang ASIP dengan menggunakan media
leaflet
b) Mengarahkan peserta untuk mendengarkan,
memperhatikan leaflet yang dijadikan media edukasi
tentang ASIP
c) Melakukan sesi tanya jawab
d. Tahap Akhir
1) Salam penutup
2) Membereskan peralatan dan ruangan yang sudah digunakan
3) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan edukasi yang
telah dilakukan
2. Alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses
penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : radio, pita
suara, piringan hitam,CD musik/kaset.
3. Alat bantu lihat dan dengar (audio visual Aids)
Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan
informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa
pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan
maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio visual adalah
film, video, program TV dan lain-lain (Arsyad, 2017).
Arsyad (2017) mengungkapkan beberapa kelebihan dan
kelemahan media audio visual dalam pembelajaran sebagai berikut:

Kelebihan Media Audio Visual


a. Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar siswa.
56

b. Film dan vidio dapat menggambarkan suatu proses secara tepat


yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika perlu.
c. Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan
video menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya.
d. Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok.
e. Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya jika
dilihat secara langsung.
f. Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun homogen
maupun perorangan.
g. Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu
minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
Kelemahan media audio visual:
a. Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal
dan waktu yang banyak.
b. Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui film tersebut
c. Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali dirancang
dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

2.6 Kerangka Teori


Faktor-faktor predisposisi (Disposing factor), yaitu faktor-faktor
yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain pengetahuan, sikap, pendapatan, pendidikan dan sebagainya.
Faktor pendukung (Reinfocing factor) yang dimaksud dengan faktor
pendukung adalah media informasi serta sarana dan prasarana seperti media
elektronik dan cetak, ketersediaan sarana dan prasarana yang akan menunjang
kelangsungan kegiatan belajar. Faktor pendorong adalah lingkungan dan
57

petugas kesehatan yang akan memberikan stimulus langsung untuk


menggunakan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2015)

FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Pendapatan
4. Pendidikan

Perilaku Pemberian ASIP


FAKTOR PENDUKUNG
1. Cara menyimpan ASIP
1. Media Informasi 2. Cara membawa ASIP
2. Sarana dan Prasarana 3. Cara memerah ASI
3. Pemberian Edukasi 4. Cara menyajikan dan
memberikan ASIP

FAKTOR PENDORONG

1. Lingkungan
2. Petugas Kesehatan

Gambar. 2.5 Kerangka Teori


Sumber: Notoatmodjo (2015) dan Roesli (2015).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan dalam penelitian ini menggunakan metode Quasi
Eksperimen. Quasi exsperimen adalah penelitian yang menguji coba suatu
intervensi pada sekelompok subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding
namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subyek ke dalam
kelompok perlakuan atau kontrol. Pada penelitian eksperimen semu tidak
adanya pembatasan ketat terhadap randomisasi dan pada saat yang sama
dapat mengontrol ancaman–ancaman validitas (Riyanto 2018). Pada
penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Eksperiment dengan pretest-
posttest one group desain, karena pada desain ini dilakukan pada satu
kelompok, dengan 2 pengukuran yaitu hasilnya diukur sebelum dan sesudah
pengukuran.
O1 X1 O2

pretest Perlakuan postest

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian


Sumber : Riyanto (2011)

Keterangan :
O1 : Pengukuran awal perilaku pemberian ASIP sebelum diberi
edukasi kesehatan dengan menggunakan media leaflet (Pre test)
O2 : Pengukuran akhir perilaku pemberian ASIP setelah diberi
edukasi kesehatan dengan menggunakan media leaflet (Post test)
X1 : Pemberian perlakuan dengan memberikan edukasi kesehatan

58
59

3.2 Kerangka Penelitian


Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang diukur atau diamati melalui penelitian yang dilakukan.
Konsep tidak bisa langsung diamati maka konsep dapat diukur melalui
variable (Riyanto 2018). Kerangka kerja atau kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

Edukasi kesehatan mengggunakan


Perilaku Pemberian ASIP
media leaflet

Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian

3.3 Variabel Penelitian


Variabel adalah karakteristik atau atribut dari individu atau organisasi
yang dapat diukur atau di observasi yang bisa bervariasi antara orang dan
organisasi yang diteliti. Selain itu juga variabel adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2021). Variabel dalam penelitian ini adalah
variabel bebas (Independen) dan variabel terikat (Dependen).
3.3.1 Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variable stimulus, predictor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable
bebas. Variabel bebas adalah merupakan variable yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable
dependen atau terikat (Sugiyono, 2011). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah edukasi kesehatan menggunakan leaflet.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variable output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variable
terikat. Variabel terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang
60

menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Sugiyono 2021).


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pemberian
ASIP.

3.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional merupakan definisi variabel-variabel yang diteliti
secara operasional dilapangan. Definisi operasional adalah definisi
berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan
tersebut. Karakterisitik yang dapat diamati (diukur) itulah merupakan kunci
definisi operasional. Dengan dapat diamati maka memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena yang kemudian dapat di ulangi lagi oleh orang lain
(Riyanto 2018).
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


1. Perilaku ibu Tindakan ibu Kuesioner 1. Tidak Baik : Ordinal
bekerja bekerja dalam Skor < 34,98
sebelum memberikan (T mean)
diberikan ASI sebelum 2. Baik : Skor
edukasi diberikan > 34,98
edukasi tentang (T mean)
ASI Perah
(Azwar,2015)
2. Perilaku ibu Tindakan ibu Kuesioner 1. Tidak Baik : Ordinal
bekerja bekerja dalam Skor < 59,75
setelah memberikan (T mean)
diberikan ASI setelah 2. Baik : Skor
edukasi diberikan > 59,75
edukasi tentang (T mean)
ASI Perah
(Azwar, 2015)
61

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian


3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Arikunto, 2016)
populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang
menyusui di PMB Yeti tahun 2022 sebanyak 102 orang.
3.5.2 Sampel
Sampel menurut (Notoatmodjo, 2018) adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi. Untuk jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin dengan derajat
kepercayaan 90%. Besaran sampel tersebut adalah sebagai berikut :
N
n
1  N (d 2 )
Keterangan:
N : Besar Populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (10%=0.1)
Sehingga jumlah sampel pada peneliti ini adalah sebagai berikut :

102
N = 2
1+ N (d )
102
= 2
1+ 102(0,1)
102
=
2,02
= 50,5 dibulatkan 51 responden

3.5.3 Teknik Sampling


Teknik sampling adalah tehnik pengambilan sampel dari populasi
dalam penelitian. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
Accidental sampling yaitu pengambilan sampel pada responden yang
kebetulan ada dan memenuhi syarat (Notoatmdjo, 2018). Adapun teknik
62

pengambilan sampel dalam penelitian harus memenuhi kriteria inklusi


sebagai berikut:
Kriteria sampel pada penelitian sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2018). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Ibu menyusui dan bekerja
b. Ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan
c. Ibu yang melakukan pemeriksaan di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat
d. Bersedia dijadikan responden
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak
dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018). Kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah :
a. Ibu dalam kondisi sakit seperti ibu yang menderita AIDS (HIV
+), hepatitis B dan harus menjalani perawatan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik metode pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan. (Sugiyono 2021). Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah data primer. Data primer adalah berbagai informasi
tentang responden berkaitan dengan objek penelitian. Data primer ini
diperoleh dari respon hasil kuesioner perilaku ibu bekerja dalam
pemberian ASI perah yang dijawab oleh responden sebelum dan
63

sesudah intervensi edukasi kesehatan, adapun tahapanya yaitu sebagai


berikut:
1. Tahapan pertama
Pada tahap ini peneliti akan menentukan sasaran ibu menyusui
yang bekerja dan melakukan pemeriksaan di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat, menentukan tempat dan jadwal pelaksanaan
pendidikan kesehatan dengan menggunakan leaflet.
Peneliti meminta ijin terlebih dahulu pada ibu menyusui yang
bekerja dan melakukan pemeriksaan di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat, untuk memastikan proses penelitian, setelah
mendapatkan izin selanjutnya peneliti akan memberikan informed
consent kepada responden, jika ibu menyetujui selanjutnya ibu
diminta untuk menandatangani pada lembar persetujuan responden.
Peneliti membagikan kuesioner.
2. Tahapan kedua
Pengukuran awal skor pemberian ASIP yang ditetapkan sebagai
pre test dengan menggunakan kuesioner perilaku pemberian ASIP,
kemudian dilakukan intervensi edukasi kesehatan dengan langkah
langkah yang akan dilakukan sebagai berikut: peneliti akan
memberikan pendidikan kesehatan pada ibu menyusui yang bekerja
dan mempunya bayi usia dibawah 6 bulan di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat. Proses pemberian edukasi kesehatan akan
dilakukan dengan menggunakan media leaflet dengan cara
mendatangkan responden ke tempat (ruangan) yang akan
ditentukan hal ini dilakukan agar responden lebih fokus dalam
menerima edukasi kesehatan dan mengisi kuesioner . Seminggu
kemudian peneliti akan Kembali untuk mengevaluasi. Responden
diminta untuk kembali mengisi kuesioner (post test), kuesioner
yang telah diisi dikembalikan kepada peneliti untuk kemudian
diolah dan dianalisa oleh peneliti.
3. Tahapan ketiga
64

Memperoleh data diakhir penelitian, melalui pelaksanaan post test,


perilaku pemberian ASIP pada ibu menyusui yang bekerja setelah
pemberian edukasi kesehatan tentang ASIP. Kemudian Peneliti
akan melakukan pemeriksaan ulang terhadap data-data yang telah
dikumpulkan kemudian melakukan langkah pengolahan dan
analisis data.
3.6.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti
untuk mengobservasi mengukur atau menilai fenomena (Riyanto 2018).
Instrumen penelitian ini terdiri dari data khusus meliputi : Nama dan
Umur, paritas dan pendidikan.
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk
mengukur variabel pemberian ASIP dalam pengumpulan data. Adapun
instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner tertutup tentang perilaku pemberian ASIP dimana kuesioner
ini menggunakan skala likert yaitu sebanyak 22 butir soal yang terdiri
dari pernyataan positif dan negatif. Dengan skor pada pernyataan positif
Selalu = 5, Sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2 dan tidak pernah
= 1, sedangkan pada pernyataan negatif adalah Selalu = 1, sering = 2,
kadang-kadang = 3, jarang = 4 dan tidak pernah = 5. Berikut adalah
kisi-kisi kuesioner Perilaku ibu bekerja dalam penyimpanan ASIP.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Ibu Bekerja Dalam Pemberian
ASIP
Jumlah No Item
Variabel Sub Variabel
Item Positif Negatif
Perilaku Cara Penyimpanan 8 1,2,3,7,8 4,5,6
pemberian ASIP Di Tempat
ASIP Kerja
Cara Membawa 3 9 10,11
ASIP dari Tempat
Kerja ke Rumah
Cara Penyimpanan 4 13, 14,15 12,
ASIP Setelah
Sampai di Rumah
Cara-cara memerah 3 16, 17 18
65

ASI
Cara menyajikan 3 20,21 19, 22
dan memberikan
ASIP

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


Sebelum alat ukur digunakan maka terlebih dahulu dilakukan uji
coba kuesioner (validitas dan reliabilitas) untuk mendapatkan alat ukur
yang dapat mengukur aspek yang ingin diukur (validitas) dan untuk
mendapatkan alat ukur yang konsisten dan dipercaya (reliabilitas). Uji
validitas dilakukan pada kuesioner pengukuran pengetahuan.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur
itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui
validitas suatu instrumen dilakukan dengan cara melakukan
korelasi antar skor masing-masing variabel dan skor totalnya. Suatu
instrumen atau alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu
mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu. (Notoatmodjo,
2018). Adapun uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus korelasi pearson product moment, sebagai berikut:
n ( ∑ XY )−(∑ X )(∑ Y )
r hitung =
√ [ n . ∑ X – ( ∑ X ) ] [n .∑Y
2 2 2
– (∑ Y )]
2

Keterangan:
r hitung : Koefisien korelasi
∑ Xi : Jumlah skor item
∑ Yi : Jumlah skor total
n : Jumlah responden
Uji validitas akan dilakukan di PMB Rudita Kabupaten
Bandung Barat terhadap 20 orang ibu bekerja yang menyusui
dengan nilai r-tabel 0,444. Butir kuesioner dinyatakan valid apabila
nilai r-hitung > r-tabel (0,444).
66

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam kata
lain hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018).
Pertanyaan yang sudah valid, akan dilakukan uji reliabilitas
dengan menggunakan Teknik Paralel dengan uji alpha cronbach,
yaitu dengan cara membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil,
nilai r hasil adalah nilai alpha yang terletak di akhir output dengan
tingkat kemaknaan 5% (0,05), dengan ketentuan bila nilai alpha
cronbach (0,6) > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel dan jika
nilai alpha cronbach (0,6) ≤ r tabel maka pertanyaan tersebut tidak
reliabel.
Pada penelitian ini uji reliabilitas akan dilakukan dengan
menggunakan rumus alpha cronbach, yaitu sebagai berikut:

[ ][ ]
2
K 1−Σ σ b
r 11 =
( K−1) 2
σ1
Keterangan:
r 11 : Reliabilitas Instrument
K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ2b : Jumlah varian butir
σ21 : Varian total

3.6.4 Prosedur Penelitian


Agar penelitian yang dibuat bisa memenuhi syarat penelitian
yang berencana dan mengikuti konsep ilmiah sehingga untuk
mempermudahnya disusun langkah-langkah penelitian sebagai
berikut.
1. Pembuatan rancangan penelitian
67

a. Persiapan diawali dengan pengumpulan materi dan konsep


yang mendukung jalannya penelitian, prosedur ini
dilakukan peneliti dengan cara mencari literatur dari
berbagai sumber buku dan jurnal kebidanan
b. Melakukan studi pendahuluan di PMB Yeti untuk
mendapatkan data- data yang mendukung, tahap ini
dilaksanakan pada bulan Juli 2022
c. Merumuskan masalah sesuai data yang didapatkan di PMB
Yeti
d. Penyusunan proposal penelitian dan konsultasi dengan
dosen pembimbing dilaksanakan dari bulan Agustus 2022
e. Seminar dan revisi proposal penelitian dilaksanakan pada
bulan Desember 2022
2. Melaksanakan Penelitian
a. Mengajukan izin studi penelitian ke PMB Yeti pada bulan
Desember 2022
b. Melakukan pengumpulan data selama 3 minggu pada bulan
Desember 2022 – Januari 2023.
c. Tahap pengumpulan data awal dilakukan dengan cara
mengisi kuesioner (pre test) , sebelum pengambilan data
dilakukan peneliti menjelasakan tentang tujuan penelitian
yang dilakukan dan menjelasakan pada ibu tentang cara
mengisi kuesioner selama 15 menit. Setelah itu peneliti
memberikan edukasi tentang ASI Perah selama 20 menit
dengan menggunakan media leaflet . 7 hari kemudian
peneliti akan kembali mengevaluasi, responden diminta
datang kembali untuk mengisi kuesioner (post test). Pada
beberapa responden yang tidak bisa datang ke PMB,
peneliti melakukan kunjungan ke rumah responden untuk
melakukan evaluasi dengan mengisi kuesioner ( post test).
d. Melakukan pengolahan data dan analisis data
68

e. Menarik kesimpulan
3. Tahap Akhir

a. Penyusunan laporan akhir dilakukan pada bulan Januari


2023
b. Sidang presentasi hasil penelitian dilakukan pada bulan
Februari 2023
c. Menyusun laporan penelitian pada bulan Februari 2023.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Pengolahan Data
Menurut (Riyanto 2018) dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya:
1. Editing
Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang telah
diperoleh dan dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Scoring
Scoring, yaitu proses pemberian skor. Pada tahap ini peneliti
menilai masing-masing pertanyaan yang dilakukan dan
menjumlahkan hasil yang didapat dari semua pertanyaan tiap
responden. Skor kuesioner perilaku pemberian ASIP pada
pernyataan positif jika responden menjawab Selalu = 5, Sering =4,
kadang-kadang= 3, jarang = 2 dan tidak pernah = 1, sedangkan
pada pernyataan negatif adalah Selalu= 1, sering = 2, kadang-
kadang = 3, jarang=4 dan tidak pernah = 5.
3. Data Entry
Adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel
kontigensi.
4. Analiting (melakukan teknik analisis)
69

Dalam melakukan anlisis peneliti menggunakan perhitungan


statistik sederhana yaitu presentasi atau proporsi.
3.7.2 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui responden sebelum dan sesudah diberikan
intervensi. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan
menggunakan analisis deskritif frekuensi.
f
P= x
n
100
Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi
n = Jumlah Responden
Interpretasi distribusi pada penelitian adalah sebagai berikut:
Seluruh : 100%
Hampir seluruh : 76-99%
Sebagian besar : 51-75%
Setengahnya : 50%
Hampir setengahnya : 26-49%
Sebagian kecil : 1-25%
Tidak Satupun : 0%
Adapun untuk data numerik akan ditampilkan dalam nilai
minimum, maksimum dan mean/ median ibu bekerja yang
menyusui pada masing-masing kelompok intervensi (Notoatmodjo,
2018).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui adanya
hubungan atau korelasi dua variabel, sebaran data tiap variabel.
70

Dalam penelitian ini yang dianalisa adalah pengaruh edukasi tentan


ASIP terhadap perilaku pemberian ASIP pada ibu bekerja.
Tujuan mengetahui perbedaan perilaku ibu bekerja dalam
pemberian ASIP sebelum dan sesudah diberikan intervensi telah
dilakukan dengan menggunakan uji non parametrik McNemar.
Adapun rumus uji McNemar adalah sebagai berikut:

3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat
Tahun 2022.
3.8.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember Tahun 2022 sampai
dengan Januari Tahun 2023.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian yang berjudul ” Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah
Terhadap Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2022" menggunakan rancangan penelitian
Quasi Eksperimen dengan pretest-posttest one group desain kepada 51
responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dengan instumen penelitian menggunakan kuesiner perilaku pemberian ASI
Perah. Hasil penelitian ini telah dilakukan analisis univariat dan bivariat dan
disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini :

4.1.1 Analisa Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja


Sebelum Diberi Edukasi Tentang ASI Perah Di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat
Tabel 4.1 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja
Sebelum Diberi Edukasi Tentang ASI Perah

Perilaku Pemberian ASI Perah


N %
Sebelum diberikan edukasi
Tidak Baik 25 49,0
Baik 26 51,0
Total 51 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebelum diberikan


edukasi tentang ASI Perah hampir setengahnya ibu bekerja memiliki
perilaku pemberian ASI Perah dalam kategori tidak baik yaitu sebesar
49 %.

69
70

4.1.2 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Setelah Diberi
Edukasi Tentang ASI Perah Di PMB Yeti Kabupaten Bandung
Barat
Tabel 4.2 Rata-Rata Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu
Bekerja Setelah Diberi Edukasi Tentang ASI Perah

Perilaku Pemberian ASI Perah


N %
Setelah diberikan edukasi
Tidak Baik 16 31,4
Baik 35 68,6
Total 51 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa setelah diberikan


edukasi tentang ASI Perah, masih ada ibu bekerja memiliki perilaku
pemberian ASI Perah dalam ketegori tidak baik yaitu hampir
setengahnya sebesar 31,4 %.

4.1.3 Analisa Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap Perilaku


Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat.
Tabel 4.3 Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap
Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja

Perilaku Sesudah
Edukasi Total P
Tidak Baik Baik
Perilaku Sebelum Tidak Baik 14 11 25
0,022
Edukasi Baik 2 24 26
Total 16 35 51

Berdasarkan analisa McNemar test untuk mengetahui pengaruh


edukasi tentang ASI Perah terhadap perilaku pemberian ASI Perah pada
ibu bekerja sebelum dan setelah diberikan edukasi dengan menggunakan
media leaflet dapat diketahui bahwa terdapat ibu bekerja yang memiliki
perilaku baik dalam pemberian ASI Perah sebelum dan sesudah edukasi
71

yaitu sebanyak 24 orang, serta terdapat ibu bekerja yang memiliki


perilaku baik dalam pemberian ASI perah sebelum edukasi dan
memiliki perilaku tidak baik setelah pemberian edukasi yaitu sebanyak 2
orang dan ibu bekerja yang memiliki perilaku tidak baik dalam
pemberian ASI perah sebelum edukasi dan memiliki perilaku baik
setelah pemberian edukasi yaitu sebanyak 11 orang dengan p value
0,022 < α (0,05), yang berarti H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian edukasi tentang ASI Perah terhadap
perilaku ibu bekerja dalam pemberian ASI Perah di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bulan
Desember 2022 – Januari 2023. Saat melakukan penelitian, tidak ada
satupun ibu yang menolak untuk dijadikan responden dan semua ibu yang
dijadikan responden tidak ada yang mengundurkan diri sebagai responden
setelah menandatangani informed concent, hambatan yang ditemukan dalam
penelitian ini salah satunya dimana ada sebagian kecil responden tidak dapat
kembali di hari ke 7 dikarenakan responden adalah ibu bekerja yang
memiliki keterbatasan waktu sehingga pelititi harus melakukan kunjungan
rumah untuk melakukan evaluasi dengan mengisi kuesioner post test. sejak
awal hingga akhir penelitian jumlah ibu yang dijadikan sampel yaitu
sebanyak 51 orang sesuai dengan penentuan sampel yang telah ditetapkan
peneliti sebelumnya.
Adapun dari 51 ibu yang diteliti didapatkan data bahwa usia rata-rata
ibu adalah 19-40 tahun yaitu sebanyak 48 orang (94,1%) sedangkan pada
ibu usia 40 tahun didapatkan sebanyak 2 orang (3,9%) dan pada ibu usia <
19 tahun hanya 1 orang (2,0%). Hasil karakteristik paritas ibu diketahui
bahwa sebagian besar ibu merupakan ibu multipara (2-3 anak) yaitu
sebanyak 31 orang (60,8%), sebanyak 15 ibu (29,4%) merupakan ibu
primipara dan sisanya 5 orang (9,8%) merupakan ibu multigrande.
72

Berdasarkan status pekerjaan sebanyak 42 orang (82,4%) ibu merupakan ibu


yang bekerja sebagai buruh pabrik, 8 orang (15,7%) bekerja sebagai
karyawan swasta sedangkan sisanya yaitu 1 orang (2%) bekerja sebagai
PNS. Hasil karakteristik pendidikan responden didapatkan hasil yaitu
sebanyak 43 orang (84,3%) ibu berpendidikan SMA, 3 orang (5,9%)
berpendidikan SMP, 2 orang (3,9%) berpendidikan D3 dan 2 orang (3,9%)
berpendidikan S1 dan hanya 1 orang (2,0%) yang berpendidikan SD.

4.2.1 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Sebelum Diberi
Edukasi Tentang ASI Perah Di PMB Yeti Kabupaten Bandung
Barat
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa
sebelum diberikan edukasi tentang ASI Perah hampir setengahnya ibu
bekerja memiliki perilaku pemberian ASI Perah dalam kategori tidak
baik yaitu sebesar 49%, dengan nilai rata-rata perilaku pemberian ASI
Perah sebesar 34,98. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata
perilaku ibu bekerja dalam pemberian ASI Perah, termasuk rendah
dibawah 50%.
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak
luar. Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulasi atau
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Karena itu amat
penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu,
sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2015).
ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara diperah dari
payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya diberikan pada bayi,
dimana ASI merupakan sumber gizi utama. Memerah bisa secara
manual menggunakan tangan atau menggunakan alat bantu pompa
73

ASI atau bisa juga menggunakan keduanya secara bergantian


tergantung dengan kondisi (Maryunani, 2015).
Rendahnya perilaku ibu dalam pemberian ASI Perah dapat
dikarenakan masih banyak ibu yang tidak mengerti tentang ASI perah
dan pemberian ASI perah. Hasil tersebut sesuai dengan hasil olah data
penelitian dari 22 butir soal kuesioner perilaku pemberian ASI perah,
dapat diketahui bahwa terdapat 4 butir soal yang mendapatkan skor
terendah yaitu pada soal no 13 yaitu pernyataan mengenai cara
menyimpan ASI perah setelah pulang di rumah, dimana dari
pernyataan tersebut skor yang diperoleh hanya 67, butir soal
selanjutnya yang memperoleh skor terendah adalah pada butir soal 1
tentang cara menyimpan ASI perah dalam botol kaca sebanyak ¾
botol yang hanya memperoleh skor total sebesar 70, kemudian pada
butir soal 4 dan no 19 yang memperoleh nilai total terendah sebesar 71
yaitu tentang cara penyimpanan ASI perah dengan menggunakan
botol steril yang di tutup rapat dan tentang cara penyajian ASI perah
yang sudah dibekukan. Berdasarkan hasil tersebut peneliti
berpendapat bahwa pada sebagian besar ibu yang belum baik dalam
cara memberikan ASI perah tersebut dapat dikarenakan seluruh
responden dalam penelitian ini adalah ibu yang bekerja, sehingga ibu
jarang memberikan ASI pada bayinya, para ibu tersebut lebih memilih
susu formula kepada bayinya dibandingkan memberikan ASI Perah.
Hasil tersebut sejalan dengan hasil yang peneliti temukan di lapangan
di mana pada sebagian besar ibu yang bekerja memiliki
kecenderungan tidak memberikan ASI perah dengan baik yaitu
sebanyak 51 % karena beranggapan bahwa pemberian ASI perah tidak
praktis dan merepotkan dirinya yang bekerja.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Benjamas (2016) menunjukkan hasil rata-rata perilaku ibu bekerja
dalam pemberian ASI sebelum diberikan program komonitas ASI
eksklusif sebesar 33,31. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
74

Supliyani (2017) yang berjudul Efektifitas Media Video Tutorial


Penatalaksanaan Asi Ekslusif Terhadap Keterampilan Ibu Dalam
Menyusui yang menunjukkan hasil bahwa rata-rata keterampilan ibu
dalam menyusui sebelum diberikan edukasi dengan menggunakan
media video tutorial sebesar 21,76.
Menurut pendapat peneliti perilaku tidak baik ibu bekerja dalam
pemberian ASI perah ini dapat dikarenakan beberapa faktor
diantaranya yaitu faktor motivasi ibu untuk belajar dan melakukan
praktik penyimpanan ASI perah. Motivasi ibu ini disebabkan usia
responden yang masih muda dan tingkat pendidikan ibu yang relatif
masih rendah, hal ini seperti teori yang menjelaskan pendidikan
seseorang dapat meningkatkan perilaku sepanjang pendidikan tersebut
merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku dan lain-
lain (Niven, 2013). Pendapat tersebut mendukung pendapat yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2014) yang menjelaskan bahwa
salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang
adalah tingkat pendidikan.
Kesalahan ibu dalam mempraktikan penyimpanan ASI perah.
Hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah
kurangnya pemahaman ibu tentang anjuran Penyimpanan ASI perah
yang diberikan bidan, perawat maupun dokter, sehingga ibu bekerja
tidak tahu bagaimana cara memerah ASI, menyimpan ASI dan cara
memberikan ASI perah pada bayinya. Hal tersebut seperti pendapat
Niven (2013) Tidak seorangpun dapat mematuhi instruksi, jika ia
salah paham tentang instruksi yang diterima. Hal ini dapat disebabkan
kegagalan petugas kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap dan banyaknya instruksi yang harus diingat dan penggunaan
istilah medis. Dari data yang didapatkan masih ada ibu bekerja dengan
latar Pendidikan SMP dan SD hal ini dapat menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi responden dalam hal menangkap informasi yang
disampaikan.
75

4.2.2 Perilaku Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Setelah Diberi
Edukasi Tentang ASI Perah Di PMB Yeti Kabupaten Bandung
Barat
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan setelah
diberikan edukasi tentang ASI Perah, hampir setengahnya ibu bekerja
memiliki perilaku pemberian ASI Perah dalam ketegori tidak baik
yaitu sebesar 31,4 % dan sebagian besar ibu bekerja memiliki perilaku
pemberian ASI Perah dalam ketegori baik yaitu sebesar 68,6%.
Adapun nilai rata-rata perilaku ibu bekerja dalam pemberian ASI
Perah setelah diberikan edukasi tentang ASI Perah yaitu 59,75.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dijelaskan bahwa rata-rata
perilaku ibu bekerja dalam memberikan ASI Perah setelah diberikan
edukasi meningkat dimana yang semula sebelum diberikan nilai rata-
rata edukasi perilaku ibu bekerja dalam pemberian ASI perah hanya
34,98 namun setelah diberikan edukasi tentang ASI Perah nilai rata-
rata perilaku ibu bekerja dalam memberikan ASI perah menjadi 59,75
dan termasuk dalam kategori baik, hal ini berarti perilaku ibu
bertambah sebesar 24,77. Hal tersebut menggambarkan peningkatan
yang sangat signifikan.
Peningkatan nilai tersebut berdasarkan hasil olah data penelitian
terdapat pada pernyataan mengenai cara penyimpanan ASI Perah
dengan memberikan label pada botol berupa jam, tanggal pemerahan
dan nama, peningkatan lain pada pernyatan mengenai penyajian ASI
Perah dengan tidak memberikan dan menyimpan kembali sisa ASI
perah yang tidak dihabiskan oleh bayi. Sedangkan pada pernyataan
dengan skor terendah pada saat pre test yaitu pada soal no 13
pernyataan mengenai cara menyimpan ASI perah setelah pulang di
rumah skor yang diperoleh hanya 67 bertambah menjadi 137,
kemudian tentang cara penyimpanan ASI perah dengan menggunakan
botol steril yang di tutup rapat dan tentang cara penyajian ASI perah
76

yang sudah dibekukan yang sebelumnya mendapatkan skor 71 yaitu


pada soal no 4 bertambah menjadi 113 dan soal no 19 bertambah
menjadi 153.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2017)
yang menyatakan salah satu yang mempermudah terbentuknya
perilaku pada diri seseorang adalah pengetahuan. Penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
bersifat lebih lama, sedangkan perilaku yang tidak didasari dengan
pengetahuan tidak akan berlangsung lama. Pendapat tersebut
didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Bloom yang
mengungkapkan bahwa pemberian bukti oleh seseorang melalui
proses pengingatan atau pengenalan suatu informasi, ide atau
fenomena yang diperoleh sebelumnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2018) yang berjudul Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Manajemen Laktasi Terhadap Keterampilan Ibu
Bekerja Dalam Praktik Menyusui Usia 0-6 bulan, yang memperoleh
hasil terdapat peningkatan nilai rata-rata keterampilan ibu bekerja
dalam praktik menyusui setelah mendapatkan pendidikan kesehatan.
Penelitian Suryani (2017) yang berjudul The Effect Of Counseling On
Knowledge, Attitudes, And Practices Of Mothers breastfeeding In The
Work Area Of Sawah Lebar Community Health Center, Bengkulu
2017, yang mendapatkan hasil ada peningkatan perilaku ibu bekerja
dalam pemberian ASI sesudah diberi konseling mengalami perubahan
dengan selisih rata-rata 14,05 poin. Hal ini terbukti dari hasil rata-rata
perilaku pemberian ASI sebelum dilakukan intervensi adalah 69,76
dan nilai rata-rata perilaku pemberian ASI setelah dilakukan intervensi
adalah 83,81.
Hasil tersebut menjelaskan bahwa setelah dilakukan pretest
terhadap perilaku pemberian ASI Perah pada ibu bekerja, peneliti
kemudian memberikan edukasi tentang ASI Perah menggunakan
77

media leaflet dengan cara mendatangkan responden ke tempat


(ruangan) yang akan ditentukan hal ini dilakukan agar responden lebih
fokus dalam menerima edukasi kesehatan dan mengisi kuesioner. 7
hari kemudian peneliti kembali untuk mengevaluasi. Responden
diminta untuk kembali mengisi kuesioner (post test).Pemberian
edukasi secara individu bertujuan agar materi yang disampaikan dapat
diterima secara langsung oleh ibu bekerja yang menyusui karena
setiap individu mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaan hal baru yaitu pemberian ASI perah
kepada bayinya. Pemberian edukasi tentang ASI Perah diberikan
untuk memberikan gambaran kepada ibu bekerja yang menyusui bayi
usia 0-6 bulan mengenai manfaat ASI, cara agar ibu tetap memberikan
ASI selama bekerja, cara pemberian ASI, cara memerah ASI,
menyimpan ASI perah, dan memberikan ASI perah, dan pemenuhan
gisi selama periode menyusui dan juga ibu diajarkan terkait cara
memperlancar produksi ASI. Berdasarkan hasil pemberian edukasi
yang telah diberikan kepada ibu, peneliti berpendapat bahwa
pemberian edukasi tentang ASI perah selain mampu meningkatkan
pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan pemberian ASI perah,
pemberian edukasi yang diberikan oleh peneliti juga mampu
meningkatkan perilaku pemberian ASI perah.

4.2.3 Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap Perilaku


Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat
Berdasarkan analisa McNemar test untuk mengetahui pengaruh
edukasi tentang ASI Perah terhadap perilaku pemberian ASI Perah
pada ibu bekerja sebelum dan setelah diberikan edukasi dengan
menggunakan media leaflet dapat diketahui bahwa terdapat ibu
bekerja yang memiliki perilaku baik dalam pemberian ASI Perah
sebelum dan sesudah edukasi yaitu sebanyak 24 orang, serta terdapat
78

ibu bekerja yang memiliki perilaku baik dalam pemberian ASI perah
sebelum edukasi dan memiliki perilaku tidak baik setelah pemberian
edukasi yaitu sebanyak 2 orang dengan p value 0,022 < α (0,05), yang
berarti H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemberian edukasi tentang ASI Perah terhadap perilaku ibu bekerja
dalam pemberian ASI Perah di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa
Edukasi kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang
yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan
masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada
seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis,
yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap,
maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat
(Waryana, 2016).
Teori tersebut sejalan dengan tujuan dari pemberian edukasi
terhadap perubahan perilaku kesehatan yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2015) yang mengungkapkan bahwa edukasi sebagai
perubahan perilaku yang dimaksud adalah dengan pemberian edukasi
pada individu, kelompok atau masyarakat diharapkan tidak hanya
terbatas atau klien yang menjadi sasaran utama penyuluhan, tetapi
harus mampu mengubah perilaku semua stakeholders pembangunan,
terutama aparat pemerintah selaku pengambil keputusan, pakar,
peneliti, pelaku bisnis, aktivis LSM, tokoh masyarakat dan
stakeholders pembangunan lainnya. Perubahan perilaku yang terjadi
tidak terbatas atau berhenti setelah masyarakat atau klien mengadopsi
(menerima, menerapkan, mengikuti) informasi atau inovasi yang
disampaikan, termasuk selalu siap melakukan perubahan-perubahan
terhadap inovasi yang sudah diyakininya, manakala ada informasi atau
79

inovasi kebijakan baru yang lebih bermanfaat bagi perbaikan


kesejahteraannya.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2020) yang memperoleh
hasil adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang manajemen
laktasi terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku ibu bekerja (p-vlue=
0,000) dalam pemberian ASI pada bayinya. Hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh Aswitami (2019) yang menunjukkan hasil bahwa
pengaruh pendidikan pemberian ASI eksklusif terhadap pengetahuan
dan pemberian ASI eksklusif dengan nilai p <0,05. Penelitian lain
yang juga mendukung hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah
penelitian Hasil penelitian yang dilakukan Handayani (2018) menunju
kkan hasil ada pengaruh intervensi pemberian pendidikan kesehatan
tentang manajemen laktasi terhadap keterampilan ibu bekerja dalam
praktik menyusui bayi 0-6 bulan dengan nilai p = 0,000 < 0,05.
Hasil penelitian ini juga dapat menggambarkan bahwa
pemberian edukasi dapat meningkatkan perilaku ibu bekerja dalam
pemberian ASI perah pada bayinya, hal ini menurut peneliti dapat
dikarenakan media edukasi yang digunakan peneliti yaitu dengan
media leaflet dapat sangat membantu mempermudah peneliti dalam
menyampaikan informasi kepada responden dan memudahkan
pemahaman ibu bekerja tentang teknik pemberian ASI Perah karena
leaflet yang dibagikan pada konsumen berisi tentang pengertian ASI
eksklusif, manfaat ASI bagi ibu dan bayi, cara ibu bekerja tetap
memberikan ASI Eksklusif, cara pemberian ASI, persiapan memeras
ASI, cara memerah ASI, cara menyimpan ASI perah dan cara
memberikan ASI perah, sehingga ibu dapat membacanya kembali
teknik pemberian ASI perah setiap kali ibu bekerja melakukan
pemberian ASI Perah pada bayinya.
Kemudahan ibu bekerja dalam memahami edukasi tentang ASI
Perah yang diberikan oleh oleh peneliti ini juga dapat dipengaruhi
80

juga oleh faktor usia ibu, di mana berdasarkan hasil olah data
penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa rata-rata usia ibu
merupakan usia reproduksi sehat yaitu 18-39 tahun sehingga ibu dapat
mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah
kesehatan khususnya pentingnya memberikan ASI pada bayinya. Hal
tersebut seperti pendapat yang dikemukakan oleh Monika (2014) yang
menjelaskan bahwa Usia merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan kesehatan yang
diberikan lebih lanjut Monika menjelaskan bahwa rentang usia 20-35
merupakan kelompok umur dalam kategori dewasa awal, dimana pada
rentan usia tersebut cukup matang dalam berfikir. Berdasarkan
penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa usia mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk menerima informasi dan pola pikir
seseorang terhadap informasi yang diberikan.
Selain usia pendidikan terakhir responden juga merupakan
faktor seseorang dalam menerima pendidikan kesehatan. Pada
penelitian ini hampir seluruhnya responden berpendidikan terakhir
SMA sebanyak 43 orang (84,3%) dan hanya 7,9% saja yang
berpendidikan SMP dan SD. Hal tersebut seperti teori yang
mengungkapkan hahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi
mempengaruhi persepsi seseorang untuk mengambil keputusan dan
bertindak (Notoatmodjo, 2015). Berdasarkan teori tersebut, peneliti
berpendapat bahwa seorang yang berpendidikan tinggi cenderung
lebih mudah dalam menerima informasi baik dari orang lain maupun
dari media masa.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Penelitian mengenai pengaruh edukasi tentang ASI Perah terhadap
pemberian ASI Perah pada ibu bekerja di PMB Yeti Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2022 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebelum diberikan edukasi tentang ASI Perah hampir setengahnya ibu
bekerja memiliki perilaku pemberian ASI Perah dalam kategori tidak
baik yaitu sebesar 49 %.
2. Setelah diberikan edukasi tentang ASI Perah, masih ada ibu bekerja
memiliki perilaku pemberian ASI Perah dalam ketegori tidak baik yaitu
hampir setengahnya sebesar 31,4 %.
3. Terdapat pengaruh edukasi tentang ASI Perah terhadap perilaku
pemberian ASI Perah pada ibu bekerja di PMB Yeti Kabupaten
Bandung Barat dengan p-value 0,022 < 0,05.

5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibuat,
maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
5.2.1 Bagi Ibu Bekerja
Disarankan ibu dapat terus meningkatkan pengetahuannya
tetang ASI Perah dan dapat tetap memberikan ASI pada bayinya
selama ibu bekerja dengan melaksanakan manajemen laktasi.
5.2.2 Bagi PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat
Perlu memantau manajemen laktasi ibu bekerja untuk tetap
memberikan ASI Eksklusif saat kembali bekerja dapat melalui praktik
asuhan kebidanan sejak kehamilan, ibu nifas dan bayi baru lahir
terhadap program peningkatan pemberian ASI Eksklusif dengan
memberikan edukasi kesehatan menggunakan media leaflet atau
media edukasi lainnya.

81
82

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya


Perlu melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan
metode edukasi yang berbeda misal dengan pemberian pendidikan
kesehatan secara kelompok atau media yang digunakan ditambah atau
diganti misal menggunakan media flipchart atau lembar balik, poster,
leaflet, audio visual dan para responden bisa dispesifikkan lagi misal
perlakuan kepada ibu bekerja sebagai buruh di suatu pabrik atau home
industri.
DAFTAR PUSTAKA

Al-aiyub, dkk. ASI dalam sudut pandang islam & ilmu kesehatan modern.
Yogyakarta: Ar-ruzz Media; 2017.

Ambarwati, dkk. Buku pintar asuhan keperawatan bayi dan balita. Yogyakarta:
Cakrawala Ilmu; 2015.

Arikunto S. Manajemen penelitian, Yogyakarta: PT. Rineka Cipta; 2013

Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Yogyakarta: PT.


Rineka Cipta; 2015.

Arikunto S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Yogyakarta: PT.


Rineka Cipta; 2017.

Aritonang, Irianto. Penyelenggaraan makanan manajemen sistem pelayanan gizi


rumah sakit. Yogyakarta: Leutika dengan CEBioS dan Jurusan Gizi Poltekkes
Yogyakarta; 2014.

Azwar. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012.

Azwar S. Penyusunan skala psikologi. Edisi III. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;


2012

Bandura A. Self efficacy mechanism in psikological and health promoting


behavior. New Jersy: Prentice Hall; 2010

Budiman, Riyanto A. Kapita selekta kuisioner pengetahuan dan sikap dalam


penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013.

Dennis CL. The breastfeeding self-efficacy scale : psychometric assessment of the


short form. JOGNN. 2010: 6;734-744.

Wardhani D. Student learning motivation: A Conceptual Paper. Advances in


social science, education and humanities research. 2020; 487. Available
From: https://www.atlantis-press.com/proceedings/ecpe-20/125946089

Husnayain ZS, Nurida A, Marlina U, Prahasanti. The Relationship between the


level of mother’s breastfeeding knowledge with exclusive breastfeeding
practice in the center of public health kenjeran. magna medika. [serial
online]2021 february [cited 2022 February 05];8(1):[1 screens]. Available
from URL: https://www.researchgate.net/publication/349627887

Idrisa EP, Sukri P. The Relationship between mother’s knowledge, attitudes and
beliefs to exclusive breastfeeding in jeneponto district. International journal

83
84

of innovation, creativity and change. [serial online]2019 May [cited 2022


february 05]; 8:[47 screens]. Available from URL:
https://www.ijicc.net/images/vol8iss5/8507_Idris_2019_E_R.pdf

Jauhari, Fitriani, Bustami. Perlindungan hak anak terhadap emberian air susu ibu
(ASI). Yogyakarta: Deepublish; 2018.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Laporan nasional


RISKESDAS 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (LPB)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pokok-pokok peraturan pemerintah


No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu eksklusif, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman bagi ibu menyusui.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: 2015.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pekan ASI sedunia tahun 2019.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019; [12 Februari 2022]
Available from: https://promkes.kemkes.go.id/pekan-asi-sedunia-tahun-2019.

Marmi. Asuhan kebidanan pada masa nifas (peurperium care). Yogyakarta:


Pustaka Belajar; 2017.

Maryunani A. Inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif dan manajemen laktasi.


Jakarta: CV. Trans Info Media; 2015

Mubarak. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: TIM; 2014.

Mufdlilah. Buku pedoman pemberdayaan ibu menyusui pada programasi


eksklusif. 2017 Available from: htpps://unisayogya.ac.id. 2017.

Nency, Yetty, Muhamad T. Gizi buruk, ancaman, generasi yang hilang. Jurnal
Inovasi.: 5(XVII); 2016.

Niven, Neil. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan profesi lain.
Jakarta: EGC; 2013.

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta; 2015.

Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta;


2017.

Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2017


85

Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta;


2018

Nurjanah, Maemunah, Badriah. Asuhan kebidanan postpartum. PT Refika


Aditama: Bandung; 2013.

Pebrianthy L, Yulinda A, Adi A. Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu


tentang ASI esklusif dengan pemberian ASI perah pada ibu bekerja. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Indonesia Indonesian Health Scientifie Journal. [serial
online]2021 December [cited 2022 February 05]; 6(2):[212 screens].
Available from: URL:
https://jurnal.unar.ac.id/index.php/health/article/view/554/428

Pratidina. 2017. Breastfeeding self efficacy pada ibu post partum di rumah sakit
PKU Muhammadiyah Gombong. Skripsi Prodi S1 Keperawatan STIKE
Muhammadiyah Gombong

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. [03 Februari 2022] Available from:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf. 2018.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. [03 Februari 2022] Available from:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf .

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. [03 Februari 2022]. Available from:
https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
profil-kesehatan.html.

Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2018. [03 Februari 2022]. Available from:
https://diskes.jabarprov.go.id/informasipublik/profil/9.

Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2019. [03 Februari 2022]. Available from:
https://id.scribd.com/document/499747205/Profil-Kesehatan-Jabar-2019.

Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2020. [03 Februari 2022]. Available from:
https://diskes.jabarprov.go.id/informasipublik/profil/9.

Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2020. [03 Februari 2022. Available
from: https://ppid.bandungkab.go.id/detail/dinas-kesehatan-program-kerja-
dinas-kesehatan-tahun-2020.

Pusat Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Online]. 2021


Aug 03 [cited 2022 February 03]; Avaliable from: URL:
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/pekan-menyusui-sedunia
86

Riyanto A. Pengolahan dan analisis data kesehatan (dilengkapi uji validitas dan
reliabilitas serta aplikasi program spss). Yogyakarta: Nuha Medika; 2011

Rizkianti A, Prasodjo R, Saparini I. Analisis faktor keberhasilan praktik


pemberian ASI eksklusif di tempat kerja pada buruh industri tekstil di Jakarta.
2014. [23 Oktober 2016] Available From:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde x.php/BPK/article/view /3662/3600.

Rosdiana E, Chairanisa A, Ulfa HD, Marniati. hubungan pengetahuan terhadap


perilaku ibu dalam penyimpanan ASI perah di posyandu mon singet desa
Kajhu kabupaten Aceh besar tahun 2019. Journal of Healthcare Technology
and Medicine. [serial online] 2020 April [cited 2022 february 05]; 6(1):[424
screens]. Avaliable from: URL:https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/
article/download/868/441

Salamah. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu balam kegagalan pemberian ASI


eksklusif. Jurnal Kebidanan. 2019 Juli;5(3):199-204

Agustina S. Analisis faktor yang mempengaruhi cara penyimpanan ASI pada ibu
bayi usia 0-6 bulan di puskesmas Sukorame Kota Kediri 2014. Jurnal Ilmiah
Ilmu Kebidanan. 2018; 8(2):1-13

Soetjiningsih. ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC; 2016.

Sugiyono. Statistika untuk penelitian. Bandung: CV Alfabeta; 2017.

Sulistyorini E, Lilik H. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu menyusui tentang


cara memerah dan menyimpan ASI di posyandu anggrek sanggrahan joho
Sukoharjo tahun 2017. Avicenna Journal of Health Research. [serial
online]2018 March [cited 2022 February 05]; 1(1):[40 screens]. Available
from
URL:https://jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/avicenna/article/viewFile/
195/154

Sulistyawati. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Andi: Yogyakarta;
2015.

Sunesni, Dea, Ananda P. Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang ASI
perah dengan praktek pemberian ASI perah. Jurnal Endurance. [serial
online]2018 June [cited 2022 February 05]; 3(2):[415 screens]. Available
from: URL:https://www.researchgate.net/publication/326125551

Umar. Kesehatan masyarakat dan globalisasi.: Rajawali; Jakarta: 2014.


87

Varney H. Varneys Midwifery, Third edition. London: jones and barlett


Publisher; 2012.

WHO. Global and strategy for infant and young child feeding. October 2012: [22
Februari 2022]. Available Form: https://www.who.int/publications
/i/item/9241562218.

WHO 2020. [03 Februari 2022]. Available Form:


https://www.who.int/indonesia /news/detail/03-08-2020-pekan-menyusui-
dunia-unicef-dan-who-menyerukan-pemerintah-dan-pemangku-kepentingan-
agar-mendukung-semua-ibu-menyusui-di-indonesia-selama-covid-19.

Widuri H. Cara mengolah ASI eksklusif bagi ibu bekerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing; 2013

Zakiah. Efikasi diri dan lama pemberian air susu ibu saja selama 2 bulan
postpartum. Jurnal GASTER. 2012 Agustus; 9(2): 11
LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar Bimbingan Skripsi

KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI


T.A 2021/ 2022

Nama Mahasiswa : Dina Viana Hadi


NPM : 6221318
Nama Pembimbing : DR. Eny Kusmiran, S.Kp., M.Kes
Tahun Akademik :2021/ 2022
Rekomendasi Paraf
No Tanggal Topik Bimbingan
Pembimbing Pembimbing
1 25 Agustus Pengajuan Judul Mencari jurnal dan
2022 literatur review

2 29 September Judul Skripsi Pengaruh Edukasi


2022 Tentang ASI Perah
Terhadap Pemberian
ASI Perah Pada Ibu
Bekerja Di PMB
Yeti Kabupaten
Bandung Barat 2022

3 27 Oktober BAB I. BAB II & Revisi BAB I dan II,


2022 BAB III lanjut BAB III

4 1 Desember Kata Pengantar , ACC Sidang


2022 Daftar isi,
BAB 1 , BAB II,
BAB III

6
KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI
TA 2022/2023

Nama Mahasiswa : Dina Viana Hadi


NPM : 6221318
Nama Pembimbing : Dr. Eny Kusmiran, S.Kp., M.Kes
Tahun Akademik : 2022/2023

No Tanggal Topik Bimbingan Rekomendasi Paraf Pembimbing


Pembimbing
1 28 Januari 2023 BAB IV & BAB V Revisi BAB IV &
BAB V

2 02 Februari 2023 BAB IV & BAB V ACC


Draft Skripsi

5
KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI
T.A 2021/ 2022

Nama Mahasiswa : Dina Viana Hadi


NPM : 6221318
Nama Pembimbing : Anne Loisza, S.S.T, Bd., M.Tr.Keb
Tahun Akademik : 2021/ 2022
Rekomendasi Paraf
No Tanggal Topik Bimbingan
Pembimbing Pembimbing
1 16 Agustus Judul Skripsi Revisi Judul
2022

2 15 September Judul Skripsi Pengaruh Edukasi


2022 Tentang ASI Perah
Terhadap Pemberian
ASI Perah Pada Ibu
Bekerja Di PMB
Yeti Kabupaten
Bandung Barat 2022

3 20 Oktober BAB I, BAB II, Revisi BAB I dan


2022 BAB III BAB III
Membuat Kuisioner

4 8 November Kata Pengantar, Revisi Kata


2022 Daftar isi Pengantar , Daftar isi
BAB I, BAB II,
BAB III , Kuesioner

5 14 November Kata Pengantar , ACC


2022 Daftar isi , BAB II
BAB III

6
KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI
TA 2022/2023

Nama Mahasiswa : Dina Viana Hadi


NPM : 6221318
Nama Pembimbing : Anne Loisza, S.S.T, Bd., M.Tr.Keb
Tahun Akademik : 2022/2023

No Tanggal Topik Bimbingan Rekomendasi Paraf Pembimbing


Pembimbing
1 25 Januari 2023 BAB IV & BAB V Revisi BAB IV

2 2 Februari 2023 BAB IV & BAB V ACC


Draft Skripsi

5
Lampiran 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Balasan Izin Penelitian

PRAKTEK MANDIRI BIDAN


YETI WIDAYATI Amd.Keb
Jalan Raya Padalarang No 467 Rt 03 Rw 15 Desa Kertamulya Kecamatan Padalarang
No Tlp 082112696686 / 08132097437

Padalarang, 20 Desember 2022


Kepada Yth
Dekan Fakultas Kebidanan
Institusi Kesehatan Rajawali Bandung
Di Tempat

Nomor : 20/PMB/XII/ 2022


Sifat : Biasa
Lampiran :-
Perihal : Balasan Permohonan Izin Penelitian

Dengan hormat,
Sehubungan dengan surat Institut Kesehatan Rajawali nomor 1130 / IKR/ FKEB/ XII/ 2022 perihal
Permohonan Izin Penelitian mahasiswa :

Nama : Dina Viana Hadi


NPM : 6221318
Judul Penelitian : Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap Perilaku Pemberian ASI Perah
Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat Tahun 2022

Dengan ini bahwa kami tidak keberatan dengan permohonan yang di maksud untuk pelaksanaan penelitian
di PMB Yeti Widayati.
Demikian surat ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Padalarang, 20 Desember 2022

Yeti Widayati Amd.Keb


Lampiran 4 : Instrumen Penelitian

SURAT PENGANTAR RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Tempat ibu bekerja yang memiliki perilaku baik dalam pemberian ASI perah
sebelum edukasi dan memiliki perilaku tidak baik setelah pemberian edukasi yaitu
sebanyak 2 orang

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dina Viana Hadi
NPM : 6221318
Status : Mahasiswa S1 Kebidanan Alih Jenjang Institut Kesehatan
Rajawali

Dengan ini saya sampaikan, bahwa saya sedang mengadakan penelitian


dengan judul “Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap Pemberian ASI
Perah Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat 2022”.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden, kerahasiaan semua informasi yang telah saudara berikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. sehubungan dengan hal
tersebut di atas saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden. Atas
bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Dina Viana Hadi


SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
(Informed Consent)

Judul : Penga ibu bekerja yang memiliki perilaku baik dalam pemberian ASI
perah sebelum edukasi dan memiliki perilaku tidak baik setelah
pemberian edukasi yaitu sebanyak 2 orang ruh Edukasi Tentang ASI
Perah Terhadap Pemberian ASI Perah Pada Ibu Bekerja Di PMB Yeti
Kabupaten Bandung Barat 2022.
Nama : Dina Viana Hadi
NIM : 6221318

Saya yang bertandatangan di bawah ini bersedia menjadi responden


penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Kebidanan Alih
Jenjang Institut Kesehatan Rajawali yang bernama Dina Viana Hadi dengan judul
Pengaruh Edukasi Tentang ASI Perah Terhadap Pemberian ASI Perah Pada Ibu
Bekerja Di PMB Yeti Kabupaten Bandung Barat 2022.
Saya memahami bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih mendalam serta menggali gagasan atau ide atas
permasalahan yang diteliti dan tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh
karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
paksaan dari pihak manapun.

Bandung Barat, Januari 2023


Responden

KUESIONER PERILAKU IBU BEKERJA PEMBERIAN ASIP

Nama :
Usia :
Jumlah Anak :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :

Petunjuk Pengisian

A. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan di bawah


B. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan perilaku anda dengan
memberi tanda (√)

Jawaban
NO Pernyataan Kadang Tidak
Selalu Sering Jarang
kadang P Pernah
Cara Penyimpanan ASI Perah Di Tempat Kerja
1 Saya menyimpan ASI perah
didalam botol kaca yang
bersih.
2 Saya memasukan ASI perah
dalam botol kaca sebanyak ¾
botol
3 Saya menggunakan botol
untuk ASI perah sudah dicuci
bersih dengan sabun dan
sebelum digunakan bilas
dengan air panas
4 Saya tidak menggunakan
botol yang steril dan ditutup
rapat untuk menyimpan ASI
perah.
5 Saya tidak memberikan label
pada botol berupa jam,
tanggal pemerahan dan nama
untuk membedakan dengan
ASI perah milik pekerja
lainnya.
6 Saya tidak menyimpan ASI
dalam lemari es bagian
bawah.
7 Saya menyimpan ASI perah
terpisah dengan bahan
makanan lain yang disimpan
dalam lemari pendingin
8 Saya menyimpan ASI perah
didalam ruangan dan pada
suhu ruangan hanya
bertahan selama 24 jam
Cara Membawa ASI Perah dari Tempat Kerja ke Rumah
9 Saya membawa ASI perah
dari tempat kerja ke rumah,
dengan botol ditutup rapat
10 Saya tidak memasukan ASI
perah kedalam termos atau
cooler bag yang sudah diisi
es batu dan hanya bertahan
selama 24 jam
11 Saya tidak memastikan
bahwa botol bersentuhan
langsung dengan es batu/
cooler bag.
Cara Penyimpanan ASI Perah Setelah Sampai di Rumah
12 Saya menyimpan ASI perah
disekat pintu kulkas bersatu
dengan makanan.
13 Setelah sampai di rumah,
saya masukan ASI perah ke
dalam lemari pendingin
menunggu 1 jam sebelum
dimasukkan ke dalam freezer
14 Saya menyimpan ASI perah
didalam lemari es bagian
bawah hanya bertahan
selama 2-3 hari
15 Saya menyimpan ASI perah
didalam freezer 1 pintu
hanya bertahan selama 2
minggu.
Cara Memerah ASI
16 Mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir
sebelum memerah ASI
17 Saya memerah ASI dengan
cara menekan perlahan-
lahan pada areola (kulit gelap
yang mengitari puting)
dengan ibu jari dan telunjuk
18 Menurut saya memerah ASI
sangat merepotkan
Cara Penyajian ASI Perah
19 ASI perah yang sudah
dibekukan, tidak langsung
saya keluarkan dalam suhu
ruangan.
20 Sebelum memberikan ASI
perah yang disimpan dalam
freezer, saya akan
menghangatkan ASI
perahnya terlebih dahulu
21 Biasanya ASI perah yang
disimpan dalam lemari es
langsung saya keluarkan dan
disimpan di ruangan
22 Saya menyimpan kembali
sisa ASI perah yang tidak
dihabiskan oleh bayi
Lampiran 5 : Leaflet ASI Perah
Lampiran 6 : Data Hasil Penelitian

Validitas

Soal Perilaku Pemberian ASI


n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 total
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 101
2 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 97
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 102
5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 103
6 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 105
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 110
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 101
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 110
10 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 94
11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 110
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 104
14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 103
15 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 96
16 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 95
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 105
19 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 94
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 105
TABEL MASTER PERILAKU IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI PERAH IBU BEKERJA

Hasil Pretest Perilaku Kode Kode Pemberian


N ∑ Perilaku
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Perilaku ASIP

1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 27 Tidak Baik 1 1
2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 28 Tidak Baik 1 1
3 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 27 Tidak Baik 1 1
4 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 1 31 Tidak Baik 1 1
5 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 26 Tidak Baik 1 1
6 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 3 1 2 1 3 39 Baik 2 2
7 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 28 Tidak Baik 1 1
8 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 3 1 2 1 2 33 Tidak Baik 1 2
9 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 3 34 Tidak Baik 1 2
10 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 3 1 3 1 2 38 Baik 2 2
11 1 1 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 36 Baik 2 2
12 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 37 Baik 2 2
13 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 31 Tidak Baik 1 1
14 1 1 2 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 2 2 1 2 2 1 2 35 Baik 2 2
15 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 33 Tidak Baik 1 1
16 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 3 1 1 2 2 2 1 33 Tidak Baik 1 1
17 1 2 2 2 3 1 2 2 3 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 3 42 Baik 2 2
18 1 1 3 1 3 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 3 37 Baik 2 2
19 1 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 3 3 43 Baik 2 2
20 1 1 2 1 3 1 1 3 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2 38 Baik 2 2
21 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 29 Tidak Baik 1 1
22 1 2 2 2 3 3 1 2 1 3 2 3 1 2 1 2 3 2 1 2 3 3 45 Baik 2 2
23 1 1 2 2 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 2 3 35 Baik 2 2
24 2 2 3 1 3 2 1 2 3 1 2 2 1 2 3 2 1 2 1 1 3 2 42 Baik 2 2
25 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 2 31 Tidak Baik 1 1
26 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 28 Tidak Baik 1 1
27 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 3 1 2 2 2 3 1 34 Tidak Baik 1 1
28 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 3 3 40 Baik 2 2
29 1 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 30 Tidak Baik 1 1
30 2 1 3 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2 2 3 3 1 2 1 2 2 2 42 Baik 2 2
31 2 2 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 1 3 3 40 Baik 2 2
32 1 2 1 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 1 3 3 1 2 3 2 3 46 Baik 2 2
33 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 31 Tidak Baik 1 1
34 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 30 Tidak Baik 1 1
35 1 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 2 1 2 1 2 42 Baik 2 2
36 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 28 Tidak Baik 1 1
37 3 2 2 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 33 Tidak Baik 1 1
38 2 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 3 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 34 Tidak Baik 1 2
39 3 2 2 2 2 1 1 3 1 3 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 38 Baik 2 2
40 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 3 2 36 Baik 2 2
41 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 37 Baik 2 2
42 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 31 Tidak Baik 1 1
43 1 1 1 1 3 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 3 2 35 Baik 2 2
44 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 33 Tidak Baik 1 1
45 1 1 2 1 2 3 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 33 Tidak Baik 1 1
46 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 3 1 2 2 2 3 1 2 2 3 1 42 Baik 2 2
47 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 3 1 1 3 1 3 1 2 1 1 1 36 Baik 2 2
48 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 3 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 40 Baik 2 2
49 2 1 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 1 1 3 2 2 38 Baik 2 2
50 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 29 Tidak Baik 1 1
51 2 2 3 1 3 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2 1 1 3 2 40 Baik 2 2
70 72 92 71 94 75 73 86 91 80 82 82 67 77 95 82 79 83 71 84 86 92 34.98

Keterangan:
Kode perilaku 1 : Tidak Baik
Kode perilaku 2 : Baik

Kode pemberian ASIP 1 : Tidak Memberikan ASIP


Kode pemberian ASIP 2 : Memberikan ASIP
Hasil Postest Perilaku Kode Kode Pemberian
n ∑ Perilaku
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Perilaku ASIP
1 1 2 2 1 3 1 1 4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 62 Baik 2 2
2 1 1 3 2 4 1 1 2 4 4 1 1 3 3 3 3 4 2 3 1 3 2 52 Tidak Baik 1 1
3 1 3 5 1 3 2 1 1 4 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 4 2 60 Baik 2 2
4 1 3 3 3 2 1 2 2 3 1 2 1 3 2 3 3 2 4 3 4 1 3 52 Tidak Baik 1 1
5 1 1 1 1 3 1 1 1 2 2 1 3 1 1 4 2 1 3 3 2 1 3 39 Tidak Baik 1 1
6 2 4 2 1 2 3 2 2 2 2 5 4 4 4 4 1 3 5 2 2 3 5 64 Baik 2 2
7 1 1 3 1 3 1 1 2 2 1 4 2 1 1 4 3 1 3 3 3 1 2 44 Tidak Baik 1 1
8 1 3 4 1 2 4 2 3 1 3 5 5 4 3 2 2 1 3 3 4 1 4 61 Baik 2 2
9 1 2 2 4 1 1 3 5 1 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 60 Baik 2 2
10 1 1 3 1 1 2 2 4 2 3 3 2 3 4 4 3 4 5 1 5 2 4 60 Baik 2 2
11 1 2 3 3 2 1 1 3 4 4 2 1 3 1 5 2 4 4 3 2 1 3 55 Tidak Baik 1 1
12 2 2 4 3 2 2 1 4 3 2 3 2 3 2 3 4 4 4 4 3 1 2 60 Baik 2 2
13 1 4 2 1 1 1 2 2 1 4 1 1 4 2 3 2 3 2 4 4 1 1 47 Tidak Baik 1 1
14 1 1 4 4 4 2 1 1 3 2 4 3 1 3 5 3 2 5 3 2 2 4 60 Baik 2 2
15 4 2 4 2 4 3 1 3 4 3 3 4 2 4 4 2 1 3 3 2 3 3 64 Baik 2 2
16 1 1 3 4 4 1 2 1 2 2 1 1 4 3 4 5 2 2 4 4 2 4 57 Tidak Baik 1 1
17 1 3 2 4 5 1 2 2 4 1 4 2 4 4 5 3 3 3 4 3 2 3 65 Baik 2 2
18 1 1 5 1 5 1 2 3 3 1 4 1 4 1 4 4 2 4 4 3 2 5 61 Baik 2 2
19 1 3 3 3 5 4 1 2 1 4 5 5 3 4 3 3 4 4 3 4 4 5 74 Baik 2 2
20 3 1 4 2 5 1 1 5 2 3 3 3 3 5 4 4 2 4 3 4 1 2 65 Baik 2 2
21 1 3 4 1 3 2 1 1 1 4 1 4 2 2 3 3 4 3 4 1 2 2 52 Tidak Baik 1 1
22 1 4 4 4 5 4 1 4 1 5 4 5 1 3 3 4 5 4 3 3 4 5 77 Baik 2 2
23 1 2 4 3 3 2 1 1 4 4 3 1 2 3 5 2 5 3 3 2 2 5 61 Baik 2 2
24 4 3 5 2 4 3 1 2 5 2 3 3 1 4 5 2 3 2 1 2 4 3 64 Baik 2 2
25 4 1 3 1 2 1 1 2 1 3 1 3 3 4 1 3 3 3 2 4 4 4 54 Tidak Baik 1 1
26 1 3 1 2 1 4 1 1 2 4 2 4 3 3 3 3 2 2 3 3 1 4 53 Tidak Baik 1 1
27 3 1 3 3 3 1 1 3 3 3 4 1 1 3 4 4 4 2 4 4 5 3 63 Baik 2 2
28 4 2 1 1 2 1 2 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 4 5 3 66 Baik 2 2
29 2 2 2 1 3 2 1 5 4 3 3 2 4 2 1 3 3 4 3 4 3 3 60 Baik 2 2
30 3 1 4 4 4 1 2 4 1 1 3 4 3 4 5 5 3 4 1 4 4 2 67 Baik 2 2
31 2 2 5 1 1 2 2 3 2 3 3 3 2 3 4 4 2 3 2 3 5 3 60 Baik 2 2
32 1 2 1 4 5 4 2 4 2 5 3 4 3 5 3 5 5 3 2 5 2 3 73 Baik 2 2
33 1 3 3 1 2 1 2 3 3 3 1 3 4 5 1 3 4 3 2 3 2 1 54 Tidak Baik 1 1
34 1 1 4 3 4 2 1 2 4 4 4 4 3 3 3 1 3 4 1 2 3 3 60 Baik 2 2
35 1 4 4 3 3 1 1 5 4 2 4 3 4 5 4 4 2 4 4 2 1 3 68 Baik 2 2
36 3 1 1 1 4 3 1 4 1 2 3 4 1 5 4 4 2 2 3 3 5 4 61 Baik 2 2
37 5 2 2 2 3 1 1 5 1 4 1 4 3 3 4 1 1 2 2 3 1 3 54 Tidak Baik 1 1
38 2 4 5 1 3 3 1 3 2 3 1 5 3 4 3 2 3 3 5 1 1 2 60 Baik 2 2
39 5 2 2 3 2 1 1 4 1 5 2 2 1 2 2 3 3 4 3 4 3 5 60 Baik 2 2
40 2 1 3 1 5 4 2 2 4 2 3 4 3 3 2 4 4 1 3 1 4 4 62 Baik 2 2
41 2 3 1 3 2 4 2 3 1 2 1 3 1 2 2 3 2 3 2 4 2 4 52 Tidak Baik 1 1
42 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 3 4 4 3 3 3 4 3 1 2 49 Tidak Baik 1 1
43 1 3 1 1 4 3 2 2 3 4 1 4 4 3 5 2 4 1 5 1 5 2 61 Baik 2 2
44 1 4 1 4 2 1 1 1 3 2 1 2 1 3 2 3 3 2 3 2 2 3 47 Tidak Baik 1 1
45 3 1 3 1 4 3 1 1 2 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 3 4 3 51 Tidak Baik 1 1
46 2 1 2 4 5 2 1 4 2 1 3 4 2 3 3 4 5 2 4 4 5 3 66 Baik 2 2
47 2 3 4 2 3 3 1 4 3 4 2 3 3 1 5 3 5 3 3 3 2 3 65 Baik 2 2
48 4 5 1 4 1 2 2 3 3 3 5 4 3 4 4 4 5 5 3 4 3 4 76 Baik 2 2
49 2 1 1 5 4 2 2 2 2 4 1 4 3 1 4 3 4 3 3 5 4 4 64 Baik 2 2
50 1 4 1 1 3 2 2 2 2 3 4 2 2 3 4 3 3 4 3 3 5 4 61 Baik 2 2
51 4 2 4 2 4 3 1 3 4 3 3 4 2 4 4 2 1 3 3 2 3 3 64 Baik 2 2
98 113 144 113 156 104 73 139 129 150 136 151 137 155 177 153 153 157 153 153 138 165 59.75

Keterangan:
Kode perilaku 1 : Tidak Baik
Kode perilaku 2 : Baik

Kode pemberian ASIP 1 : Tidak Memberikan ASIP


Kode pemberian ASIP 2 : Memberikan ASIP
TABEL MASTER KARAKTERISTIK IBU

K A RA K TERISTIK RESPONDEN
N
Usi a Ko de Par i tas Kode Peker j aan Kode Pen d i d i kan Kode
1 28 2 4 3 Buruh Pabrik 2 SMA 3
2 35 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
3 34 2 3 2 Kary aw an sw asta 3 S1 1
4 28 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
5 18 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMP 4
6 33 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
7 22 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
8 24 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
9 31 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
10 22 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
11 17 1 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
12 24 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
13 29 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
14 32 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
15 37 2 5 3 Kary aw an sw asta 3 SMA 3
16 31 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
17 22 2 1 1 Kary aw an sw asta 3 SMA 3
18 20 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
19 30 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMP 4
20 31 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
21 35 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
22 27 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
23 21 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
24 22 2 1 1 Kary aw an sw asta 3 SMA 3
25 28 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
26 37 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
27 40 3 4 3 Buruh Pabrik 2 SMA 3
28 38 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
29 19 2 1 1 PNS 1 S1 1
30 33 2 2 2 Kary aw an sw asta 3 SMA 3
31 28 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
32 39 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
33 26 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
34 24 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
35 31 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
36 28 2 1 1 Kary aw an sw asta 3 SMA 3
37 32 2 2 2 Buruh Pabrik 2 D3 2
38 21 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
39 29 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
40 34 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
41 34 2 2 2 Buruh Pabrik 2 D3 2
42 20 2 1 1 Buruh Pabrik 3 SMA 3
43 22 2 1 1 Kary aw an sw asta 3 SMA 3
44 40 3 4 3 Buruh Pabrik 2 SMA 3
45 22 2 1 1 Buruh Pabrik 2 SMA 3
46 36 2 4 3 Buruh Pabrik 2 SMA 3
47 35 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
48 27 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SMP 4
49 31 2 3 2 Buruh Pabrik 2 SD 5
50 29 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
51 35 2 2 2 Buruh Pabrik 2 SMA 3
Lampiran 7 : Pengolahan Data Hasil Penelitian

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.937 22

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
S1 95.45 46.471 .610 .934
S2 95.45 46.471 .610 .934
S3 95.45 46.471 .610 .934
S4 95.45 46.471 .610 .934
S5 95.40 47.095 .520 .936
S6 95.40 46.042 .678 .933
S7 95.25 47.355 .529 .936
S8 95.20 47.011 .622 .934
S9 95.20 47.011 .622 .934
S10 95.20 47.116 .604 .934
S11 95.25 46.513 .665 .934
S12 95.25 46.513 .665 .934
S13 95.35 46.450 .627 .934
S14 95.40 46.568 .598 .935
S15 95.45 46.155 .657 .934
S16 95.50 46.684 .581 .935
S17 95.55 47.103 .528 .936
S18 95.55 46.366 .640 .934
S19 95.55 46.366 .640 .934
S20 95.55 46.366 .640 .934
S21 95.55 46.366 .640 .934
S22 95.55 46.366 .640 .934

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
99.95 50.997 7.141 22
Hasil Olah Data Penelitian

1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 19 tahun 1 2.0 2.0 2.0
19-40 tahun 48 94.1 94.1 96.1
> 40 tahun 2 3.9 3.9 100.0
Total 51 100.0 100.0

Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 anak 15 29.4 29.4 29.4
2-3 anak 31 60.8 60.8 90.2
> 3 anak 5 9.8 9.8 100.0
Total 51 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS 1 2.0 2.0 2.0
Buruh Pabrik 42 82.4 82.4 84.3
Karyawan swasta 8 15.7 15.7 100.0
Total 51 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid S1 2 3.9 3.9 3.9
D3 2 3.9 3.9 7.8
SMA/ SMK 43 84.3 84.3 92.2
SMP 3 5.9 5.9 98.0
SD 1 2.0 2.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
Bar Chart
2. Distribusi Data

Descriptives
Statistic Std. Error
Skor_pre Mean 34.98 .722
95% Confidence Interval Lower Bound 33.53
for Mean Upper Bound 36.43
5% Trimmed Mean 34.89
Median 35.00
Variance 26.620
Std. Deviation 5.159
Minimum 26
Maximum 46
Range 20
Interquartile Range 8
Skewness .175 .333
Kurtosis -.848 .656
Skor_post Mean 59.75 1.076
95% Confidence Interval Lower Bound 57.58
for Mean Upper Bound 61.91
5% Trimmed Mean 59.79
Median 60.00
Variance 59.074
Std. Deviation 7.686
Minimum 39
Maximum 77
Range 38
Interquartile Range 10
Skewness -.218 .333
Kurtosis .586 .656

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor_pre .094 51 .200* .970 51 .227
Skor_post .200 51 .000 .963 51 .116
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
3. Analisa Univariat

Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 25 49.0 49.0 49.0
Baik 26 51.0 51.0 100.0
Total 51 100.0 100.0

Postest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Baik 16 31.4 31.4 31.4
Baik 35 68.6 68.6 100.0
Total 51 100.0 100.0

Bar Chart
4. Analisa Bivariat McNemar

Crosstabs

Pretest * Postest Crosstabulation


Count
Postest
Tidak Baik Baik Total
Pretest Tidak Baik 14 11 25
Baik 2 24 26
Total 16 35 51

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test .022a
N of Valid Cases 51
a. Binomial distribution used.
Lampiran 8: Riwayat Hidup Penulis

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Dina Viana Hadi


Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 29 Juli 1994
Alamat : Jalan Jingga Wijaya kulon no 41 Desa Cipeundeuy
Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat

Riwayat Pendidikan:
1. SD Negeri 1 Kertajaya : 2000-2006
2. SMP Negeri 1 Padalarang : 2006-2009
3. SMA Negeri 5 Cimahi : 2009-2012
4. D III Kebidanan STIKES Jenderal Achamd Yani Cimahi : 2012-2015

Riwayat Pekerjaan:
1. Bidan di PMB Yeti Widayati , Jalan Raya Padalarang No 467 Kecamatan
Padalarang Kabupaten Bandung Barat 2019 - Saat ini.

Anda mungkin juga menyukai