Oleh:
Cindy Ladia, S.Ked
71 2021 016
Pembimbing:
dr. Hibsah Ridwan, M.Sc
Tugas Akhir
Judul:
Oleh:
Cindy Ladia, S.Ked
71 2021 016
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang/ Puskesmas Kertapati
Palembang periode 08 Mei – 04 Juni 2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Upaya Peningkatan Cakupan Pelayanan Imunisasi Balita di Puskesmas
Kertapati Kota Palembang” sebagai salah satu syarat untuk ujian Kepaniteraan
Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Hibsah Ridwan, M.Sc selaku pembimbing dan penguji karya tulis akhir di
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Rekan–rekan co-assistensi dan seluruh staff Puskesmas Kertapati Palembang
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini.
Masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas
akhir ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.1. Gambaran Umum Puskesmas Kertapati ........................................................35
3.2. Letak Geografis .............................................................................................35
3.3. Keadaan Demografi .......................................................................................36
3.4. Jaringan dan Jejaring Puskesmas Kertapati ...................................................44
3.5. Struktur Organisasi Puskesmas Kertapati ......................................................43
3.6. Penilaian Kinerja Puskesmas .........................................................................45
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi dan balita.1 Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling
efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya.2 Imunisasi
merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah terjadinya
penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.3
Berdasarkan Keputusan Meteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, pokok-pokok kegiatan pemerintah untuk
imunisasi berupa imunisasi rutin, dan imunisasi tambahan.
Imunisasi menjadi salah satu program pemerintah Indonesia dalam upaya
mencapai Millennium Development Goals (MDGs) yang bertujuanmenurunkan
presentase kematian anak. Pada tahun 2015 angka kematian bayi ditarget kan
mengalami penurunan angka menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.3 Namun
data SDKI pada tahun 2015 tidak mencapai target. Data penurunan hanya
mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.4
Media Indonesia (2010) menyatakan bahwa pemerintah pusat
mencanangkan program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
dengan meningkatkan angka sumber daya manusia dengan harapan dapat
menurunkan angka kematian bayi. Program ini merupakan upaya promosi
kesehatan seperti meningkatkan upaya imunisasi pada anak, pemenuhan nutrisi
serta kebersihan diri dan lingkungan dan memberikan Air Susu Ibu (ASI)
kepada bayi. Selain itu, program ini juga menyesuaikan kebijakan Menteri
Kesehatan Indonesia dalam upaya preventif penyebaran penyakit menular
seperti melakukan perluasan cakupan imunisasi. Terbentuknya Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) bayi adalah salah satu wujud nyata dari program PKMD.
Posyandu bayi adalah program yang melibatkan kerjasama antara masyarakat
dan tenaga kesehatan dalam upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Salah satu kegiatan nyata yang dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian
Bayi (AKB) dalam program Posyandu adalah pemberian imunisasi dasar pada
bayi usia 0-12 bulan).3
7
Palembang.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi
2.1.1 Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.5
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah
penularan penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi dan balita.5 Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling
efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya.6 Imunisasi
merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah terjadinya
penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.7
Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen
atau bakteri dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan, sehingga hanya mengalami gejala ringan apabila
terpapar dengan penyakit tersebut.
9
(insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu
tahun) pada tahun selanjutnya.
c. Eradikasi polio pada tahun selanjutnya
d. Tercapainya eliminasi campak pada tahun selanjutnya.
e. Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management). 7
Imunisasi mempunyai tujuan terhadap pertahanan pada
sistem tubuh di pengaruhi dengan timbulnya beberapa faktor
seperti tingginya suatu kadar antibodi yang dimiliki ketika
dilakukan imunisasi, antigen yang disuntikkan akan mengalami
berbagai efek samping, rentan waktu atau jarak yang dilakukan
selama pemberian imunisasi, dan mencari pengetahuan dan
informasi untuk melihat seberapa efektif atau tidaknya imunisasi
pada bayi, anak dan sasaran lainnya. 7
10
2.1.4 Hambatan Imunisasi
Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan
hambatan terlaksananya imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanakan
imunisasi dasar lengkap yaitu karena takut anaknya demam, sering
sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu
tempat imunisasi, serta sibuk/ repot.1 Pemahaman mengenai imunisasi
bahwa imunisasi dapat menyebabkan efek samping yang
membahayakan seperti efek farmakologis, kesalahan tindakan atau
yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)seperti nyeri
pada daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal, menggigil, kejang hal
ini menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa anaknya
ke pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian besar bayi
dan balita belum mendapatkan imunisasi.5
11
2.1.6 Imunisasi di Indonesia
Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada
sejak tahun 1956, pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit
cacar.6 Kegiatan imunisasi dikembangkan menjadi PPI (Program
Pengembangan Imunisasi) pada tahun 1977, dalam upaya mencegah
penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
Tetanus serta Hepatitis B (Permenkes, 2017).
Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi khususnya dalam
bidang kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan imunisasi
ditandai dengan penemuan beberapa vaksin baru seperti Rotavirus, Jappanese
Encephalitis, dan lain-lain. Selain itu perkembangan teknologi juga telah 11
menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin kombinasi yang
terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan
dan kontak dengan petugas.7
b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak wajib
dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari
hasil pemantauan dan evaluasi, yang termasuk imunisasi tambahan
meliputi
1. Backlog fighting
Backlog adalah upaya aktif di untuk melengkapi Imunisasi dasar
pada anak yang berumur 1-3 tahun. Dilaksanakan di desa yang tidak
mencapai (Universal Child Imumunization / UCI) selama dua tahun.
2. Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
secara cepat karena masalah khusus seperti:
a) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
b) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
c) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai
(Universal Child Imumunization / UCI).
Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang relatif panjang,
tenaga dan biyaya yang banyak maka sangat diperlukan adanya
evaluasi indikator yang perlu ditetapkan misalnya campak, atau
campak terpadu dengan polio
3) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Pekan Imunissai Nasional suatu kegiatan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus polio atau campak dengan cara memberikan vaksin
polio dan campak kepada setiap bayi dan balita tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian
imunisasi campak dan polio pada waktu PIN di samping untuk
memutus rantai penularan juga berguna sebagai imunisasi ulangan.
4) Kampanye (Cath Up Campaign)
Kegiatan-kegiatan imunisasi maasal yang dilakukan secara
bersamaan di wilayah tertentu dalam upaya memutuskan mata rantai
penyakit penyebab PD3I.
13
5) Imunisasi dalam Penanggulangan KLB
Pelaksanaan kegiatan Imunisasi dalam penanganan KLB
disesuaikan dengan situasi epidemiologi penyakit.
14
3. Sasaran Wilayah / Lokasi
Sasaran program imunisasi yaitu seluruh desa/ kelurahan di
wilayah Indonesia.5
Tabel 2.1 Sasaran Imunisasi pada Bayi
15
2.1.8 Efek Samping Imunisasi
Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh
bayi. Tetapi, orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek
samping imunisasi. Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna.
Itulah sebabnyapemberian imunisasi, baik wajib maupun lanjutan,
dianggap penting bagi
16
reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak
dan kemerahan pada tempat suntikan. Sedangkan reaksi suntikan
tidak langsungmisalnya rasa takut, pusing,mual, sampai sinkope
atau pingsan.
2. Reaksi vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh
umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya
"ringan". Misal, demam pasca-imunisasi DPT yang dapat
diantisipasi dengan obat penurun panas. Meski demikian, bisa
juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi
simpang di dalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin
menyebabkan masalah persarafan, kesulitan memusatkan
perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.
3. Penyebab tidak diketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat
dikelompokkan ke dalam salah satu penyebab, maka untuk
sementara dimasukkan ke kelompok "penyebab tidak diketahui"
sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya, dengan
kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab
KIPI. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat
imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak
dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik)
bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding
obat- obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman
untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada
beberapa obat lainnya.
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu
pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan
perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya, hingga kini banyak
yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja imunisasi di
dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk
imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian
tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan
anak-anak. Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika
17
imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat, telah terjadi
peningkatan kasus kelainan sistem imun dan persarafan, termasuk
kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak- anak,
sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis,
multipel sklerosis, dan masalah kesehatan yang menahun lainnya.
Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya
peningkatan besar jumlah masalah medis yang terkait dengan
imunisasi yang dilaporkan orangtua dan profesional kedokteran, telah
mencetuskan
18
e) HEPATITIS
Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek
samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi
tidak diimunisasi.
19
Imunisasi yang merupakan rekomendasi IDAI Tahun 2020 antara lain :
a. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera
setelah lahir sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1
minimal 30 menit sebelumnya. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan
vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang
berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya
diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI,2020).
b. Vaksin polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di
fasilitas kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan
pertama. Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin
IPV minimal diberikan 2 kali sebelum berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP
(IDAI, 2020).
c. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin
sebelum bayi berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih, BCG diberikan
bila uji tuberkulin negatif. (IDAI, 2020).
d. Vaksin DPT
Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster Hib
diberikan pada usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent (IDAI, 2020).
f. Vaksin pneumokokus (PCV)
PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur 12-
15 bulan. Jika belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali
dengan jarak 1 bulan dan booster setelah 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari
dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).
20
g. Vaksin rotavirus
Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai
umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18
bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program
BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI, 2020).
j. Vaksin jepanese encephalitis (JE)
Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan
bepergian ke daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat
berikan booster 1-2 tahun kemudian (IDAI, 2020).
k. Vaksin varisela
l. Vaksin hepatitis A
21
o. Vaksin dengue
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun denganseropositif
dengue yang dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis
dengue (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue
positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi IgG anti positif (IDAI,
2020).
2.2 Puskesmas
2.2.1 Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.11
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.11
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknisoperasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
22
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas,
maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung
jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
23
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan danupaya
kesehatan berbasis masyarakat
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,
dan cakupan Pelayanan Kesehatan, dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.
24
Tingkatpertama meliputi :
a) Rawat jalan
b) Pelayanan gawat darurat
c) Pelayanan satu hari (one day care)
d) Home care
e) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanankesehatan.
25
keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan
salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting.Pekerjaan
administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan
merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
2) Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya
sekali bukanlah perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang
bekelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi
administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk
pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi
dengan perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila
hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan.
3) Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa
depan. Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila
dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak
hanya pada saat ini tapi pada masa yang akan datang.
4) Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan
berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian
masalah dan ataupun tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus
disesuaikan dengan kemampuan.
5) Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang
dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya
dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian
secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih
spesifik.
26
6) Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola,
dalam arti bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta
telah disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun
tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan
sumber daya, bukanlah perencanaan yang baik.
28
tersebut demi keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat
puskesmas.
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan
propinsi dan departemen kesehatan.
29
2. Data sumber daya
Data sumber daya puskesmas (termasuk puskesmas pembantudan
bidan di desa, mencakup :
a) Ketenagaan
b) Obat dan bahan habis pakai
c) Peralatan
d) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan
Daerah), masyarakat, dan sumber lainnya
e) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas,
komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan.
3. Data peran serta masyarakat
Data ini mencakup jumlah posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh
masyarakat.
4. Data penduduk dan sasaran program
Data penduduk dan sasaran program mencakup : jumlah penduduk
seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai
sasaran program), sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga
miskin (persentase di tiapdesa/kelurahan). Data ini dapat diperoleh
di kantor kelurahan/desa, kantor kecamatan, dan data estimasi
sasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat,
mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah
UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS dan lainnya.
6. Data kesehatan lingkungan wilayah kerja puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat
pembuatan makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat
pembuangan sampah, saarana air bersih, jamban keluarga dan sistem
pembuangan air limbah.
30
B. Data Khusus (hasil penilaian kinerja puskesmas)
1. Status kesehatan terdiri dari :
• Data kematian
• Kunjungan kesakitan
• Pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
2. Kejadian luar biasa
3. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di
tiap desa/kelurahan
4. Hasil survey (bila ada)
31
Carl, dsb. Penetapan penggunaan metode tersebut diserahkan kepada
masing-masing puskesmas.
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah
masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan
makin memburuk kalau dibiarkan.
Kriteria M1 M2 M3 M4
Urgency (U) 5 3 4 2
Seriousnes (S) 3 4 1 5
Growth (G) 4 1 2 3
Total (UxSxG) 60 12 8 30
1. Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan
bila mana masalah itu terjadi (What, who, when, where dan how).
32
2. Mencari Akar Penyebab Masalah
Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain denganmenggunakan
metode:
- Diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagramtulang ikan
karena digambarkan membentuk tulang ikan)
- Pohon masalah (problem trees)
3. Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat
digunakan kriteria matriks. Untuk itu harusdicari alternatif pemecahan
masalahnya. Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut: 13
1. Brainstorming (curah pendapat).
Dilaksanakan untuk membangkitkan ide/gagasan/pendapat tentang
suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota tim dalam
periode waktu yang singkat dan bebas dari kritik.
33
2. Kesepakatan di antara anggota tim, berdasarkan hasil daricurah
pendapat (brainstorming).
3. Bila tidak terjadi kesepakatan, digunakan metode Tabel cara
pemecahan masalah.
2.4.7 Program Imunisasi di Puskesmas Kertapati
Program imunisasi yang terdapat di Puskesmas Kertapati Kota
Palembang yaitu :
a. MR
b. DPT
c. DT
d. TD
e. Campak
Imunisasi-imunisasi ini dilakukan setiap hari Rabu oleh koordinator
imunisasi (korim) Puskesmas Kertapati KotaPalembang.
34
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS KERTAPATI
B. LETAK GEOGRAFI
Kondisi geografi wilayah kerjanya terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa.
C. KEADAAN DEMOGRAFI
36
4. Pelayanan Kesehatan Kerja
5. Pelayanan Kesehatan Olahraga
6. Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah (UKS dan UKGS)
7. Pelayanan Kesehatan Haji
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas
Kertapati melakukan kegiatan-kegiatan ke lapangan dan melakukan
pemberdayaan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut diantara nya adalah
Posyandu Balita di 24 Posyandu, Posyandu Lansia di 3 Posyandu, Posyandu
Remaja di 3 Posyandu, Posbindu dan Skrining Risiko Penyakit Tidak Menular
di kelompok masyarakat. Skrining dan pemeriksaan berkala di sekolah 16
SD/MI, 7 SMP dan 6 SMA, UKK di 2 pos UKK serta melakukan kunjungan
rumah untuk mengintegrasikan program Kesehatan yang dilaksanakan dengan
pendekatan keluarga.
37
2. Klinik Kesehatan Umum dan Lansia
Klinik ini memberikan pelayanan Kesehatan terpadu bagi pasien
dewasa usia 15 tahun keatas dan lansia. Pelayanan Kesehatan yang
diberikan meliputi skrining terpadu Penyakit Tidak Menular, Pengobatan
dan Konseling. Skrining Penyakit Tidak Menular yang dilakukan adalah
skrining penyakit HT, DM, obesitas, kebugaran, indera penglihatan,
Kesehatan jiwa dan skrining geriatric. Disamping itu dilakukan skrining
penggunaan napza dan HIV pada kelompok berisiko. Pelayanan pengobatan
penyakit menular di integrasikan dengan kegiatan surveilans epidemiologi
dan konseling Kesehatan lingkungan. Seluruh pelayanan dilakukan oleh
Dokter dan ParaMedis yang memiliki kompetensi dan sesuai standar
operasional prosedur.
38
4. Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut
Klinik ini melayani konsultasi, pengobatan dan perawatan gigi
meliputi pencabutan dan penembalan gigi serta melayani rujukan apabila
terdapat kasus yang tidak bisa ditangani di Puskesmas. Pelayanan dilakukan
oleh Dokter Gigi yang kompeten dibantu oleh para perawat gigi yang
kompeten sesuai standar operasional prosedur.
5. Klinik Pngobatan TB
Klinik ini menyediakan pelayanan dan pengobatan terhadap terduga
/penderita TB Paru. Pelayanan dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten
dalam pengawasan dokter yang kompeten sesuai standar operasional
prosedur. Klinik ini juga menerima rujukan pemeriksaan dan pengobatan
dari jejaring pelayanan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kertapati.
6. Klinik Konseling
39
c. Promosi Kesehatan
Penyuluhan/promosi kesehatan dilakukan pada perorangan
ataupun perkelompok. Pelayanan ini diberikan oleh Tenaga Promkes
yang kompeten sesuai standar operasional prosedur.
7. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang tersedia di Puskesmas Kertapati
meliputi pemeriksaan Hematologi Rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Diff
Count, Laju Endap Darah), Kimia Darah (Glukosa, Kolesterol, Asam Urat),
Urinalisa 6 parameter, Sputum BTA, Mantoux Test, Test Kehamilan,
Protein Urine, Glukosa Urine, Imunoserologi (HIV, Sifilis, HbsAg, HCV,
RPR, Leptospirosis, Dengue IgM/IgG, Widal), Skrining NAPZA 3
parameter dan Golongan Darah. Pemeriksaan dilakukan oleh Tenaga Analis
Laboratorium Kesehatan yang kompeten sesuai standar operasional
prosedur.
9. Klinik IPWL
Di klinik ini dilayani pengobatan bagi pasien yang mengalami
ketergantungan dengan NAPZA dan bersedia menjalani proses rehabilitasi.
Pelayanan diberikan oleh Dokter dan ParaMedis yang kompeten dan terlatih
sesuai standar operasional prosedur.
40
10. Farmasi
Pelayanan farmasi di Puskesmas Kertapati meliputi kegiatan
dispensing obat dan pelayanan informasi obat (PIO) yang di lakukan oleh
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang kompeten sesuai standar
operasional prosedur.
E. JADWAL PELAYANAN
1. Senin-Kamis : 07.30-14.00 WIB
2. Jumat : 07.30-13.00 WIB
3. Sabtu : 07.30-13.30 WIB
41
serta pelaksanaannya harus berpedoman pada Standar Pelayanan yang telah
dibakukan.
1. Visi
• Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Menuju Masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati Sehat pada Tahun 2028.
2. Misi
42
G. KETENAGAAN
Puskesmas Kertapati dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas yang sejak
11 November 2021 dijabat oleh dr. Yetti Armagustini, MKM. Tenaga
Kesehatan dan Non Kesehatan yang ada saat ini adalah 2 orang dokter umum,
1 orang dokter gigi, 10 orang perawat, 2 orang perawat gigi, 1 Analis
Kesehatan, 16 orang bidan, 1 orang asisten apoteker, 2 orang petugas gizi, 3
orang petugas Tata Usaha, 4 orang SKM, 2 orang kesling, 2 orang tenaga
laboratorium, 1 orang tenaga Akuntan, 4 orang Tenaga administrasi dan 3
orang petugas keamanan. Puskesmas Kertapati selalu memberikan kesempatan
kepada seluruh staf untuk melakukan pendidikan dan pelatihan guna
meningkatkan kompetensi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
keterampilan sumber daya manusia yang ada di Puskesmas Kertapati.
H. STRUKTUR ORGANISASI
Secara garis besar Puskesmas Kertapati dibagi atas beberapa unit kerja yang
bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas secara langsung dan
pelaksanaan kegiatannya disesuaikan dengan program kerjanya masing-
masing yang disusun setiap tahun di bawah tanggung jawab pemegang
program.
43
44
3.1 Penilaian Kinerja Puskesmas
Penilaian kinerja Puskesmas merupakan instrument / tools untuk
menilai pelaksanaan proses manajemen Puskesmas secara keseluhan.
Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu proses yang obyektif dan
sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan
informasi untuk menentukan seberapa efektif dan efisien pelayanan
Puskesmas disediakan, serta sasaran yang dicapai sebagai penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas.
Tabel 3.5. Capaian Mutu Program Kerja Puskesmas
45
Pengawasan dan
Pembinaan 84% 75,38% Tidak Tercapai
Tempat-
Tempat Umum
Persentase
penyehatan
94% 95% Tercapai
kualitas sarana air
bersih
yang diperiksa
Cakupan Angka
95% 100,0% Tercapai
bebas Jentik
Rumah
yang diperiksa
46
3 Pelayanan Cakupan
Kesehatan Ibu kunjungan 100% 100,0% Tercapai
pertama ibu
hamil (K1)
Cakupan
kunjungan 100% 100% Tercapai
lengkap ibu
hamil (K4)
Cakupan pelayanan
100% 100,0% Tercapai
persalinan di
Faskes
Cakupan
penanganan
100% 100,0% Tercapai
ibu hamil
dengan
komplikasi obstetri
Cakupan
pelayanan 100% 77,0% Tidak tercapai
nifas (KF1)
Cakupan
pelayanan 98% 70,9% Tidak tercapai
nifas (KF3)
Pelayanan Cakupan4.
pelayanan
Kesehatan 100% 102,0% Tercapai
kesehatan bayi
Anak
baru lahir
Cakupan pelayanan
100% 104,6% Tercapai
kesehatan balita
Cakupan
penanganan 85% 100,0% Tercapai
komplikasi
neonatus
Cakupan
kunjungan 100% 100,2% Tercapai
apras
47
Pelayana Presentase
n imunisasi
92,5% 70,5% Tidak tercapai
Imunisas dasar
i lengkap
Pelayanan KB Cakupan peserta
KB aktif 78% 79,48% Tercapai
Pelayanan Persentase
5.
100% 89,16% Tercapai
Kesehatan pelayanan usia
Lansia lanjut
Pelayanan Cakupan
Gizi
pelayanan
100% 99,3% Tidak tercapai
balita
(D/S)
Cakupan pelayanan 100% 96,0% Tercapai
balita (N/D)
48
4. Pelayanan Cakupan
Gizi
pelayanan
100% 99,3% Tidak tercapai
balita
(D/S)
Cakupan bumil 100% 100% Tercapai
mendapat Fe 90
5. Pelayanan Presentase
Pencegahan
pelayanan
dan
Pengendalian kesehatan orang 100% 99,1% Tidak tercapai
Penyakit
dengan resiko
Menular
terinfeksi HIV
Capaian pasien
terduga TB sesuai
100% 99,5% Tidak tercapai
standar
Cakupan
penemuan
dan pengobatan 100% 82,7% Tidak tercapai
penderita TB
49
Succes
rate/semua
90% 84,8% Tidak tercapai
kasus TB yang
sembuh dan
pengobatan
lengkap
Cakupan pasien Cakupan
diare yang 100% 100%
tercapai bulan
ditangani
DESEMBER
Cakupan angka
bebas jentik 95% 100,0% Tercapai
Rumah yang
diperiksa
Presentase
penderita
pendapat 100% 78,97% Belum tercapai
pelayanan
kesehatan sesuai
standar
6. Pelayanan Persentase
Pencegahan
penderita diabetes
dan
Pengendalian melitus (DM) 100% 100% Tercapai
Penyakit
mendapat
Tidak
Menular pelayanan
kesehatan sesuai
standar
Setiap warga
negara indonesia
usia 15 sd 59 100% 95,60% Tercapai
tahun
mendapatkan
skrinning
kesehatan
sesuai standar
Persentase
50% 100% Tercapai
kawasan tanpa
rokok
50
7 Pelayanan Persentase
Kesehatan
penderita orang
Jiwa
dengan gangguan
100% 100,0% Tercapai
jiwa (ODGJ)
berat mendapat
pelayanan
kesehatan sesuai
standar
8 Pelayanan Pembinaan
Kesehatan 100% 100% Tercapai
kesehatan gigi di
Gigi
Masyarakat posyandu
9 Pelayanan Cakupan
Pengobatan posyandu
100% Tercapai
Tradisional, yang 40%
Komplement dilakukan
er pembinaan
,dan TOGA
Alternatif
10 Pelayanan Deteksi dini
Kesehatan kegiatan indra di
100% 24,7% Tidak tercapai
Indra Posbindu
11 Pelayanan pemeriksaan
Kesehatan 100% 100% Tercapai
kebugaran
Olahraga
karyawan
puskesmas
Pembinaan
kesehatan 100% 100% Tercapai
olahraga
51
BAB IV
PEMBAHASAN
52
Berdasarkan pembahasan di atas, harus ditetapkan satu prioritas
masalah yaitu dengan menggunakan metode USG yang menggunakan
pertimbangan beberapa aspek yaitu:
a. Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah
untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
b. Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut
terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian
bagi organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan
jiwa manusia, sumberdaya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak
masalah tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah
tersebut.
c. Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat
berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat
pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya
makin prioritas untuk diatasi permasalahan tersebut.
2. Penderita Hipertensi 4 3 4 48
mendapat pelayanan
kesehatan
sesuai standar
3. Cakupan penemuan dan 4 3 3 36
pengobatan penderita TB
53
Keterangan:
1: sangat kecil 4: besar
2: kecil 5: sangat besar
3: sedang
Berdasarkan matriks penentuan prioritas masalah di atas, yang
menjadi prioritas masalah adalah Cakupan pelayanan imunisasi balita
di Puskesmas Kertapati. Berdasarkan matriks USG di atas yang
menjadi prioritas masalah adalah pelayanan imunisasi balita di
Puskesmas Kertapati. Masalah tersebut menjadi prioritas karena
apabila tidak ditindaklanjuti, maka akan menimbulkan berbagai
penyakit infeksi yang menular dan berbahaya terutama pada bayi
dan balita, sehingga akan meningkatkan angka mortalitas dan
morbiditas.
4.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah menggunakan metode 4W+1H (What, Who,
When, Where,dan How), yang mencakup apa masalahnya, siapa yang
terkena masalahnya,berapa besar masalahnya, dimana masalah itu
terjadi dan bagaimana masalah itu terjadi.
Tabel 4.3. Perumusan Masalah
Rumusa
What Who When Where How
n
Masalah
Pelayanan Pelayanan Balita Tahun Wilayah Angka cakupan
imunisasi masih imunisasi 2022 kerja pelayanan
rendah Puskesms imunisasi pada
Kertapati balita sesuai
standar tidak
mencapai target
yaitu 70,5% dari
target 100%
54
Jadi, rumusan masalah pada kasus adalah cakupan pelayanan
imunisasi yang ditangani pada Tahun 2022 di Puskesmas Kertapati Kota
Palembang tidak mencapai target yaitu 70,5% dari 92,5%.
55
4.3 Akar Penyebab Masalah Berdasarkan Metode Fishbone
MANUSIA METODE
Penyuluhan mengenai
Anak demam saat waktunya efek samping imunisasi
imunisasi kurang efektif Cakupan
Pelayanan
imunisasi sesuai
Belum ada pengadaan standar yaitu
media promosi belum ada Tingginya isu 59,53% dari
(media sosial, leaflet dan mengenai 92,5%
brosur) Dana untuk media efek samping Dukungan
Layanan imunisasi pada promosi dan imunisasi
penyuluhan kurang keluarga
saat jam kerja orang tua memadai untuk
mengikuti
SARANA DANA posyandu
LINGKUNGAN
kurang
Tabel 4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Sarana
4 3 4 3 2
Belum ada
288 (VI)
pengadaan media
informasi
(leaflet,
poster, banner)
Layanan
imunisasi 2 3
2 3 2 72 (VIII)
pada saat
jam kerja
orang tua
Dana
Dana untuk
media promosi
2 2 2 2 2 32 (IX)
dan penyuluhan
kurang
memadai
Lingkungan
Tingginya isu 4 3 3 3 3 324 (V)
mengenai efek
samping
imunisasi
Dukungan
2 3 2 3 3 108 (V)
keluarga
untuk
mengikuti
posyandu
kurang
Keterangan:
Nilai 1: Tidak penting, nilai 2: Kurang penting, nilai 3: Penting, nilai 4:
Sangat penting. Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria masalah yang
mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan yang akan menjadi
prioritas masalah. Dari akar penyebab masalah di atas, yang menjadi prioritas
masalah adalah Kurangnya pengetahuan petugas imunisasi dan kader
mengenai pentingnya Imunisasi pada bayi dan balita.
4.3 Alternatif Penyelesaian Masalah
Pada sesi ini ditentukan pula prioritas dari berbagai kegiatan yang
telah ditetapkan sehingga kegiatan dapat dikurangi sesuai prioritasnya apabila
anggaran untuk program terbatas. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan
prioritas kegiatanadalah sebagai berikut:
• Konsistensi
Bila kegiatan terpilih sesuai dengan strategi nasional dan rencana
kerja kabupaten/kota yang sudah ada. Makin sesuai dengan
strategi/rencana kerja yang ada, maka makin tinggi skornya.
• Evidence Based
65
Tabel 4.6 Rencana Usulan Kegiatan
Melakukan Diharapkan dengan adanya Petugas 30 orang Puskesmas Mic, Tenaga Peningkatan cakupan Sumber
Pelatihan pelatihan ini membantu kesehatan laptop, ahli dari pelayanan imunisasi. dana:
mengenai pihak Puskesmas dalam dan kader brosur/ dinas kota BOK
imunisasi peningkatkan cakupan Puskesmas leaflet/ bagian Rincian
dasar pelayanan imunisasi. Kertapati poster, penyakit dana:
66
Melakukan 1. Meningkatkan pengetahuan Orangtua Seluruh Puskesmas Kamera, Petugas Peningkatan cakupan Sumber
pembuatan tentang imunisasi dasar dan anak usia orangtua mic, Kesehatan pelayanan imunisasi. dana: BOK
video edukasi dampak apabila tidak <1 tahun anakusia laptop, di bagian Rincian
mengenai dilaksanakannya imunisasi dan ibu <1 tahun handpho program dana:
pentingnya dasar secara lengkap pada hamil ne, penyakit Pembuatan
imunisasi anak. poster menular Video
dasar, serta 2. Meningkatkan pengetahuan dan Edukasi Rp
membagikan tentang jenis imunisasi leaflet 500.000,-
video dasar dan waktu pemberian Kuota
internet
Melalui media imunisasi pada anak
Rp 100.000,-
sosial
Melakukan Meningkatkan pengetahuan Orangtua Anak usia Puskesmas Laptop, Petugas Peningkatan cakupan Sumberdana:
<1 tahun
pembuatan tentang imunisasi dasar dan anak usia ATK puskesmas pelayanan imunisasi. BOK
di wilayah
leaflet/brosur/p dampak apabila tidak <1 tahun kerja Rinciandana:
Puskesm
oster yang dilaksanakannya imunisasi dan ibu ATK Rp
as
interaktif dan dasar secara lengkap pada hamil Kertapati 250.000,-
menarik anak. Kuota
Internet Rp.
100.000,-
67
4.4 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik untuk upaya
kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan
penunjang maupun upaya kesehatan inovasi dilaksanakan secara
bersamaan, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas
penyelenggaraan puskesmas, yaitu keterpaduan. Langkah – langkah dalam
meyusun RPK adalah :
1) Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
2) Membandingkan alokasi kegiatan yang sudah disetujui antara
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada
saat penyusunan RPK
3) Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan dan sumber daya pendukung menurut bulan dana
lokasi pelaksanaan.
4) Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK
5) Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
Tahapan dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan dalam
Perencanaan Tingkat Puskesmas di Puskesmas Kertapati tersebut telah
sesuai dengan Permenkes nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
68
Manajeman Puskesmas, bahwa tahapan dalam penyusunan RUK terdiri
dari:
1) Analisis masalah: identifikasi masalah prioritas masalah,
merumuskan masalah, mencari akar permasalahan, dan pemecahan
masalah;
2) Penyusunan RUK
3) Penyusunan RPK
Upaya Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Penanggung Jadwal
Kesehatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Pelaksana Jawab Kegiatan
Mengadakan Melakukan Petugas 3 bulan Pelatihan Puskesmas Petugas Petugas 07.00-
pelatihan pelatihan Kesehatan sekali kader dan Kertapati kesehatan ahli Kesehatan 10.00
mengenai mengenai dan kader 100% petugas bagian PM bagian WIB
imunisasi dasar imunisasi imunisasi kesehatan promosi
pada balita Puskesmas kesehatan
69
Melakukan Membuat Petugas 100% 6 bulan Membuat Puskesmas Petugas Petugas 08.00-
pembuatan video promosi sekali video singkat Kertapati promosi Kesehatan 16.00
video edukasi edukasi kesehatan mengenai kesehatan bagian WIB
mengenai mengenai imunisasi promosi
pentingnya imunisasi mulai dari kesehatan
imunisasi dasar, pengertian,
serta manfaat,
membagikan Macam
video melalui imunisasi,
media sosial waktu dan
dampak tidak
melaksanakan
imunisasi, lalu
dapat dibagikan
melalui status
wa, tiktok dan
instagram
4.7 Tabel Rancangan Pelaksanaan Kegiatan
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Masalah yang ada di Puskesmas Kertapati tahun 2022 adalah rendahnya cakupan
pelayanan Imunisasi pada bayi dan balita.
2. Akar penyebab dari masalah tersebut yaitu baik dari orangnya yang masih kurang
memahami pentingnya imunisasi, metode, sarana, dana dan lingkungan yang
masih kurang memadai.
3. Alternatif terpilih dari penyelesaian masalah yang terpilih adalah melakukan
pembuatan video edukasi mengenai pentingnya imunisasi pada bayi dan balita
melalui media sosial.
4. Rencana usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas untuk meningkatkan cakupan
pelayanan imunisasi pada bayi dan balita sesuai standar di Puskesmas Kertapati
adalah dengan melakukan pembuatan video edukasi mengenai pentingnya
imunisasi pada balita melalui media sosial.
5. Rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) Puskesmas untuk meningkatkan cakupan
pelayanan imunisasi pada balita sesuai standar di Puskesmas Kertapati adalah
dengan pembuatan video edukasi dan pembuatan media cetak mengenai
pentingnya imunisasi pada balita.
71
5.2. Saran
1. Meningkatkan kegiatan seminar bagi para petugas imunisasi dan kader mengenai
imunisasi pada bayi dan balita di Puskesmas Kertapati Palembang.
2. Diharapkan puskesmas mencetak sarana penyuluhan seperti leaflet, brosur,
pamflet dan poster mengenai imunisasi pada balita yang lebih menarik.
3. Menyebarluaskan informasi melalui media elektronik lainnya mengenai
pentingnya imunisasi.
4. Diharapkan puskesmas mengajukan anggaran dana untuk imunisasi bayi dan
balita.
5. Diharapkan puskesmas dapat membuat agenda bulanan dan membagi jadwal
petugas puskesmas dan kader agar penanganan pelayanan imunisasi baik di
posyandu maupun homecare lebih maksimal
72
DAFTAR PUSTAKA
1. Putri Dwiastuti, & Prayitno, N. 2012. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian Imunisasi BCG Di Wilayah Puskesmas UPT Cimanggis Kota Depok.
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
2. WHO. 2008. Global Programme For Vaccines and Immunication: The Expended
Progaram, World Health Organization. Geneva.
3. Menteri Kesehatan Departemen Kesehatan. 2010. Gerakan Akselerasi Imunisasi
Nasional Universal Child Immunization 2010-2014. Jakarta
4. RISKESDAS. 2015. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas).
5. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015
– 2019.
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Petunjuk Teknik Pelayanan
Imunisasi Pada Masa Pandemi COVID-19. Direktorat Surveilans dan Karantina
Kesehatan RI.
7. Senewe, M. S., Rompas, S. & Lolong, J., 2017. Analisis Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Di
Puskesmas Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Madya Manado. EJournal
Keperawatan, Volume 5 No. 1.
8. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita CB, penyunting.
9. IDAI. Jadwal Imunisasi Anak - Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) 2020. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
10. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaran Imunisasi.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Manajemen
Puskesmas, Jakarta.
73