Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPEREHENSIF PADA BAYI AN. A


DENGAN IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS TANAH
SEPENGGAL LINTAS
TAHUN 2022

OLEH :
RIRI LADERESTI ZULPRI
PO.71242220129

DOSEN PEMBIMBING :
ATIKAH FADHILAH DANAZ NST, M.KEB

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disahkan ”Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Komperhensif


Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah” Guna Memenuhi Tugas Stase dua
Program Studi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun 2021/2022

Jambi, September 2022

Mahasiswa

Riri Laderesti Zulpri


PO.71242220129

Mengetahui:

Pembimbing Akademik Perseptor Klinik

(Atikah Fadhilah Danaz Nst,M.Keb) (Rita Afrimiyanti,S.Tr.Keb)

ii
KATA PENGANTAR

Ahamdulillah,puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada By. A Dengan Imunisasi Campak Di Puskesmas Tanah
Sepenggal Lintas Tahun 2022.
Penulisan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas praktik klinik
kebidanan stase bayi, balita, aprasyang merupakan salah satu mata kuliah atau
kurikulum yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Jambi
3. Atikah Fadhilah Danaz Nst, M.Keb, selaku Pembimbing Institusi yang telah
banyak memberikan petunjuk dan pembelajaran, bimbingan serta motivasi
dalam pembuatan laporanini
4. Rita Afrimiyanti,S.Tr.Keb selaku Pembimbing Lahan di lahan praktik (CI).
5. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih belum sempurnamaka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
laporan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Jambi, September 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i
Lembar pengesahan....................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................3
D. Manfaat..........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Imunisasi...............................................................................................5
B. Imunisasi Campak.........................................................................................12
C. Manajemen Kebidanan .................................................................................16
D. Teori EBM (Evidence Based Midwifery).......................................................20

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Asuhan Kebidanan.........................................................................................25

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengumpulan Data Dasar...............................................................................33
B. Interpretasi Data Dasar...................................................................................33
C. Diagnosa/Masalah Potensial...........................................................................34
D. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi.......................................................34
E. Perencanaan....................................................................................................35
F. Pelaksanaan....................................................................................................36
G. Evaluasi..........................................................................................................38
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan..........................................................39

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................40
B. Saran...............................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN JURNAL

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak menyatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi sehingga perlu dilakukan upaya kesehatan anak secara
terpadu, menyeluruh dan terpadu. Upaya kesehatan anak dilakukan sejak
dalam kandungan hingga anak berusia 18 (delapan belas) tahun (Kemenkes
RI, 2021).
Berdasarkan data yang dilaporkan kepada Direktorat Kesehatan
Keluarga melalui komdat.kesga.kemkes.go.id, pada tahun 2020, dari 28.158
kematian balita, 72,0% (20.266 kematian) diantaranya terjadi pada masa
neonatus. Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan, 72,0% (20.266
kematian) terjadi pada usia 0-28 hari. Sementara, 19,1% (5.386 kematian)
terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 9,9% (2.506 kematian) terjadi pada
usia 12 – 59 bulan (Kemenkes RI, 2021).
Pemberian imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
terbukti paling cost-effective serta berdampak positif untuk mewujudkan
derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Salah satu upaya preventif adalah
dilaksanakannya program imunisasi. Undang - Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi
dasar sesuai dengan ketentuan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan
imunisasi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun
2017 yang diundangkan tanggal 11 April 2017 (Kemenkes RI, 2021).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Sinaga, 2016). Sedangkan menurut
(Nurhasiyah Jamil, dkk. 2017) imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi
penyakit.
1
Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat
anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG,
DPT-HB-Hib, Campak, Polio dll (Sinaga, 2016). Sedangkan vaksin menurut
(Nurhasiyah Jamil, dkk. 2017) yaitu mikroorganisme atau toksoid yang
diubah sedemikian rupa sehingga patogenesis atau toksisitasnya hilang tetapi
masih tetap mengandung sifat antigenesis.
Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3
dosis DPT-HB-HiB, 4 tetes Polio tetes, dan 1 dosis Campak/MR. cakupan
imunisasi dasar lengkap secara nasional sebesar 83,3%. Angka ini belum
memenuhi target Renstra tahun 2020 yaitu sebesar 92,9%. Cakupan imunisasi
dasar lengkap pada tahun 2020 merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap
yang terendah dalam kurun waktu 2011 – 2020 sebagai dampak dari adanya
pandemi COVID-19. Sedangkan apabila dilihat menurut provinsi, terdapat 6
provinsi yang dapat mencapai target Renstra tahun 2020 yaitu Provinsi Bali,
Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, dan Jambi
(Kemenkes RI, 2021).
Dari imunisasi dasar yang diwajibkan tersebut, campak/MR menjadi
salah satu jenis imunisasi yang dapat perhatian lebih, hal ini sesuai dengan
komitmen Indonesia pada global untuk turut serta dalam eliminasi campak
dan pengendalian rubella pada tahun 2020 dengan capaian cakupan campak
minimal 95% di semua wilayah secara merata. Hal ini terkait dengan realita
bahwa campak menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita dan
infeksi rubella menyebabkan cacat bawaan pada bayi-bayi yang dilahirkan
dari ibu yang terinfeksi rubella. Dengan demikian pencegahan campak dan
rubella mempunyai peranan yang signifikan dalam penurunan angka
kecacatan dan kematian pada balita (Kemenkes RI, 2018).
Di Indonesia Cakupan imunisasi campak pada bayi yaitu sebesar 86,2%.
Sedangkan cakupan imunisasi campak pada bayi di provinsi Jambi sebesar
86,7% (Kemenkes RI, 2021).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengambil
kasus bayi dengan imunisasi campak sebagai laporan kasus dengan judul

2
“Asuhan Kebidanan Pada By. A Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak Di
Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
laporan kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada By. A Umur 9 Bulan Dengan Imunisasi Campak Di Puskesmas Tanah
Sepenggal Lintas Tahun 2022?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan
anak prasekolah asuhan kebidanan pada By. A Umur 9 Bulan dengan
imunisasi campak di Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengumpulan data dasar pada By. A Umur 9 Bulan
dengan imunisasi campak di Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun
2022.
b. Dapat menginterpretasi data dasar pada By. A Umur 9 Bulan dengan
imunisasi campak di Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022.
c. Dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada asuhan
kebidanan pada By. A Umur 9 Bulan dengan imunisasi campak di
Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022.
d. Dapat menetapkan tindakan segera atau kolaborasi dalam asuhan
kebidanan pada By. A Umur 9 Bulan dengan imunisasi campak di
Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022.
e. Dapat menyusun rencana asuhan menyeluruh dalam asuhan kebidanan
pada By. A Umur 9 Bulan dengan imunisasi campak di Puskesmas
Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022.
f. Dapat melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman dalam
asuhan kebidanan pada By. A Umur 9 Bulan dengan imunisasi campak
di Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022.

3
g. Dapat mengevaluasi hasil tindakan dalam asuhan kebidanan pada By. A
Umur 9 Bulan dengan imunisasi campak di Puskesmas Tanah
Sepenggal Lintas Tahun 2022.

D. Manfaat
1. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan dalam memberikan imunisasi campak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk menghasilkan lulusan bidan yang
profesional dan mandiri serta sebagai penambahan bahan kepustakaan
yang dapat dijadikan studi banding untuk penelitian studi kasus
selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pola pikir ilmiah dalam memberikan
asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah dan
sebagai bahan masukan atau informasi untuk peneliti agar mampu
mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan dan praktik lapangan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Imunisasi


1. Pengertian Imunisasi.
Imunisasi adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit
menular dan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian pada
anak. Oleh sebab itu, upaya imunisasi ini terus ditingkatkan kekebalan
masyarakat yang tinggi sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I) dapat dieradikasi, dieliminasi, dan direduksi melalui
pelayanan imunisasi yang semakin efektif, efisien dan berkualitas.
Imunisasi merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal (Setiyani dkk, 2016).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Nurhasiyah
Jamil (2017), Budi dan Sajekti (2011).
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan
tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita
akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular
dari kita (Marmi, 2012 dalam Setiyani, 2016).

2. Jenis Kekebalan
Menurut Budi dan Sajekti (2011) kekebalan ada dua macam yaitu:
a. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada
kekebalan pasif karena adanya memori imonulogik.

5
b. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar
tubuh bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contoh kekebalan pada
janin yan diperoleh dari ibu/kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu
paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh immonuglobulin lainnya
lebih pendek.
3. Tujuan Imunisasi.
Tujuan dai pemberian imunisasi adalah menurunkan angka
kesakitan, kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkolosis, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Polio, Campak dan Hepatitis (Setiyani, 2016).
4. Sasaran Imunisasi
Sasaran imunisasi rutin pada bayi dan anak Setiyani (2016) adalah
sebagai berikut:
a. Bayi
Jenis Usia Jumlah Interval
imunisasi pemberian pemberian minimal
Hepatitis B 0-7 hari 1 -
BCG 1 bulan 1 -
Polio/IPV 1,2,3,4 bulan 4 -
DPT-Hb-Hib 2,3,4 bulan 3 4 minggu
Campak/MR 9 bulan 1 4 minggu

b. Anak batita (usia bawah 3 tahun)


Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
DPT-Hb-Hib 18 bulan 1
Campak/MR 24 bulan 1

c. Anak sekolah dasar (SD) kelas 1 (sederajat)


Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
Campak Bulan Agustus Bulan imunisasi anak
DT Bulan November sekolah (BIAS)

6
d. Anak sekolah dasar (SD) kelas 2 dan 3 atau (sederajat)
Jenis imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
DT Bulan November Bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS)

5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)


Banyak penyakit menular di Indonesia yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Menurut Setiyani dkk (2016) Penyakit yang dapat
dicegah dengan dicegah dengan imunisasi antara lain:
a. Difteri
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphteriae.
2) Penularan: melalui kontak fisik dan pernapasan.
3) Gejala: radang tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan
dan dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada
tenggorokan dan tonsil
4) Komplikasi: gangguan pernapasan yang berakibat kematian
5) Gambar:

b. Pertusis
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis (batuk rejan).
2) Penularan: melalui percikan ludah (droplet infection) dari batuk
atau bersin
3) Gejala: pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang
lama-kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat
dan keras.
4) Komplikasi: Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan
kematian.

7
5) Gambar:

c. Tetanus
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit Clostridium Tetani yang
menghasilkan neurotoksin.
2) Penularan: melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam.
3) Gejala:
- Gejala awal: kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher,
kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.
- Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) antara 3
sampai 28 hari setelah lahir.
- Gejala berikutnya: kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.
4) Komplikasi: patah tulang akibat kejang, pneumonia, infeksi lain
yang dapat menimbulkan kematian.
5) Gambar:

d. Tubercolusis (TBC)
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tubercolosa disebut juga batuk darah.
2) Penularan: melalui pernapasan dan lewat bersin atau batuk.
3) Gejala:
- Gejala awal: lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan
keluar keringat pada malam hari.
- Gejala berikutnya: batuk terus menerus, nyeri dada dan
(mungkin) batuk darah.

8
- Gejala lain tergantung organ yang diserang.
4) Komplikasi: kelemahan dan kematian.
5) Gambar:

e. Campak
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
myxovirus virida emeasles.
2) Penularan: melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk
penderita.
3) Gejala:
- Gejala awal: demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,
konjuctivitis (mata merah) dan koplik spots.
- Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian
menyebar ketubuh dan tangan.
4) Komplikasi: diare hebat, peradangan pada telinga, infeksi saluran
napas (pneumonia).
5) Gambar:

f. Poliomielitis
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, 3, secara klinis menyerang
anak di bawah umur 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut
(acud flaccid paralysis= AFP.
2) Penularan: melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.
3) Gejala: demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu
pertama.

9
4) Komplikasi: bisa menyebabkan kematian otot pernapasan terinfeksi
dan tidak segera ditangani.
5) Gambar:

g. Hepatitis B
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning)
2) Penularan:
- Penularan secara horizontal: dari darah dan produknya, suntikan
yang tidak aman, tranfusi darah, melalui hubungan seksual.
- Penularan secara vertical: dari ibu ke bayi selama proses
persalinan.
3) Gejala: merasa lemah, gangguan perut, gejala lain seperti flu, urin
menjadi kuning, kotoran menjadi pucat dan warna kuning bisa
terlihat pada mata ataupun kulit.
4) Komplikasi: penyakit ini bisa menjadi kronis yang menimbulkan
pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular
Carsinoma) dan menimbulkan kematian.
5) Gambar:

h. Hemofilus influenza tipe b (Hib)


1) Definisi & Penyebab yaitu salah satu bakteri yang menyebabkan
infeksi di beberapa organ seperti meningitis, epiglotitis,
pneumonia, artritis, dan selulitis. Banyak menyerang anak di bawah
usia 5 tahun, terutama pada usia 6-10 tahun.

10
2) Penularan: droplet melalui nasofaring
3) Gejala:
- Pada selaput otak akan menimbulkan gejala meningitis (demam,
kaku kuduk, kehilangan kesadaran).
- Pada paru menyebabkan pneumonia (demam, sesak, retraksi otot
pernapasan), terkadang menimbulkan gejala sisa berupa
kerusakan alat pendengaran.
4) Gambar:

i. HPV (Humam popiloma virus)


1) Definisi & Penyebab yaitu virus yang menyerang kulit dan
membran mukosa manusia dan hewan.
2) Penularan: melalui hubungan kulit ke kulit, HPV menular dengan
mudah.
3) Gejala: beberapa menyebabkan kulit, sementara lainnya dapat
menyebabkan infeksi yang menimbulkan munculnya lesi, kanker
servik juga disebabkan karena virus HPV melalui hubungan seks.
4) Gambar:

j. Hepatitis A
1) Definisi & Penyebab yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus.
2) Penularan: disebarkan oleh kotoran/tinja penderita, biasanya
melalui makanan (fecalocal).
3) Gejala: kelelahan, mual dan muntah, nyeri perut atau rasa tidak
nyaman, di daerah hati, kehilangan nafsu makan, demam, urin

11
berwarna gelap, nyeri otot, dan menguningnya kulit dan mata
(joundice).
4) Gambar:

B. Tinjauan Teori Imunisasi Campak


1. Pengertian Imunisasi Campak.
Imunisasi campak adalah cara untuk meningkatkan kekebalan
seorang secara aktif terhadap virus campak sehingga bila kelak ia terpajan
pada antigen yang sesuai serupa tidak terjadi penyakit (Hidayat, 2008).
2. Macam-macam Imunisasi Campak
Menurut WHO (2005), ada 2 macam imunisasi atau vaksin campak,
yaitu antara lain:
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan,
vaksin ini tidak boleh terkena sinar matahari.
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
yodium).
3. Cara Pemberian dan Dosis.
Cara pemberian dan dosis imunisasi campak yang tepat menurut
Depkes RI (2005), yaitu sebagai berikut:
a. Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat proses imunisasi
dilakukan.
b. Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan ujung jarum selalu
berada di dalam cairan vaksin, jauh di bawah permukaan cairan
vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.
c. Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk ke dalam spuit,
sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak dapat ditarik lagi.
d. Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa dengan cara
mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai skala 0,5 cc.

12
e. Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan vaksin secara
intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan
apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat suntik yang
telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa penutup
jarum dan penutup torak. Untuk menghindari tertusuk jarum, petugas
kesehatan tidak boleh memasang kembali penutup jarum.
f. Vaksin campak yang telah dilarutkan hanya bertahan 3 jam, setelah
lewat waktu tersebut tidak boleh dipakai lagi.
g. Lokasi penyuntikan sebaiknya paha anak, teknis penyuntikan sesuai
juknis imunisasi.
4. Pencegahan
Menurut Behkman (2009), pencegahan penyakit campak dapat
dilakukan melalui:
a. Imunisasi aktif (virus hidup yang dilemahkan).
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12 – 15 bulan
tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit
terjadi. Karena angka serokonversi pasta imunisasi tidak 100 % dan
mungkin ada beberapa yang imunisasinya berkurang, imunisasi
kedua campak biasanya diberikan sebagai campak parolitis-
rubella. Dosis ini dapat diberikan ketika anak masuk sekolah
menengah. Remaja yang memasuki perguruan tinggi harus mendapat
imunisasi campak yang kedua.
b. Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa.
Kumpulan serum konvalesen. Globulin plasenta atau gamma globulin
kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegah dan pelemahan
campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imuno globulin
serum (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/ kg diberikan secara
IM dalam 5 hari pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
5. Efek Samping.
Indikasi efek samping imunisasi campak berlaku bagi mereka yang
sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan
imunosuprosif, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan

13
imunoglolin atau bahan-bahan berasal dari darah, leukimia, penyakit
Hodgkin, defisiensi imunologik, alergi protein telur, hipersensitifitas
dengan kanamisin dan eritrimisin, tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2
bulan setelah imunisasi campak, demam ringan, infeksi ringan pada
saluran nafas, dan diare. Seperti pada jenis imunisasi bayi lainnya,
terkadang setelah diimunisasi campak dapat menimbulkan efek samping
bagi bayi. Pada 5-15% bayi akan mengalami demam dan ruam merah
setelah mendapatkan imunisasi, tapi akan segera pulih dengan sendirinya
(Hidayat, 2008).
6. Penanganan Efek Samping Campak.
Menurut Nakita (2011), penanganan efek samping dari campak
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Jagalah keseimbangan gizi anak dengan baik agar daya tahan
tubuhnya tetap terjaga.
b. Segeralah memeriksakan anak ke dokter ketika flu, batuk,
pilek dan demam mulai muncul.
c. Tetaplah mengonsultasikan segala sesuatunya pada dokter.
d. Tetap berikan obat yang sudah diberikan oleh dokter sambil
menjaga asupan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang
teratur.
e. Jangan melakukan pengobatan menurut aturan sendiri, tetapi
harus berdasarkan petunjuk dokter.
f. Jagalah tubuh anak agar tetap bersih, sehingga dia tetap merasa
nyaman.
g. Selama anak sakit dan dalam proses pemulihan, sebaiknya kita
memisahkan peralatan makan dan mandinya, seperti piring,
gelas, sendok, handuk, sprei dan pakaiannya.
7. Diagnosa Campak.
Diagnosa kasus campak dibuat atas dasar kelompok gejala klinik
yang sering berkaitan, diagnosa potensial dengan imunisasi campak
adalah demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas dan diare
(Hidayat, 2008). Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat
penyuntikan (maryunani. 2010).

14
8. Antisipasi.
Antisipasi perlu dilakukan supaya penyakit campak tidak
memperparah keadaan, diantaranya bila terjadi demam, maka antisipasi
dan tindakan segera pada bayi dengan imunisasi campak yang perlu
disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk
mengantisipasi demam (Achmadi, 2006).
9. Perencanaan.
Menurut Depkes (2005), perencanaan asuhan dengan imunisasi
campak adalah menyiapkan alat vaksin campak, berita tahu ibu tentang
keadaan anaknya, jelaskan pada ibu pentingnya imunisasi campak, siapkan
alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada
lengan kiri atas, berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml, Parasetamol
syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu untuk tetap
memberikan makanan yang bergizi, anjurkan ibu untuk tetap menjaga
kesehatan dan gizi anak serta anjurkan ibu untuk datang ke tenaga
kesehatan apabila ada keluhan (Depkes, 2005).
10. Pathway

C. Manajemen Kebidanan

15
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Varney, 2007).
2. Tahap-tahap dalam manajemen kebidanan
Beberapa tahap manajemen kebidanan menurut Varney (2007) yaitu:
a. Langkah I. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Anamnesa yaitu akan mendapatkan data subjektif dari pasien seperti
ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya, riwayat penyakit
lalu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, data
imunisasi, data kebutuhan dasar.
2) Pemeriksaan fisik yaitu akan mendapatkan data objektif sesuai dengan
dengan kebutuhan, pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan inspeksi
dan palpasi pada tubuh bayi.
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital bayi dalam batas normal, nadi 120
x/menit, pernapasan 44x/menit, 36,60C.
b. Langkah II. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi dengan benar terhadap
diagnosa atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah diperoleh. Data dasar yang sudah
terkumpul kemudian diinterpretasikan selanjutnya dapat dirumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik.
1) Diagnosa Kebidanan.
Pada kasus ini didapatkan diagnosa By. A umur 10 bulan
dengan imunisasi campak.

16
Data Dasar:
a) Data subjektif: ibu mengatakan ingin mendapatkan imunisasi
campak untuk bayinya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang
sakit.
b) Data objektif: bayi terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-
tanda vital normal.
2) Masalah : Masalah yang umum muncul pada balita dengan imunisasi
campak adalah timbulnya bekas suntikan.
3) Kebutuhan : menganjurkan kepada ibu untuk tidak memegang pada
bekas suntikan supaya tidak terjadi infeksi karena hal tersebut
normal.
c. Langkah III. Identifikasi diagnosa/masalah potensial
Pada langkah ini melakukan identifikasi diagnosa atau masalah
potensial dan mengantisipasi penanganannya. Masalah potensial atau
diagnosa potensial yang berdasarkan serangkaian masalah atau diagnosa
yang sudah diidentifikasikan. Pada langkah ini dibutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan
diharapkan bisa bersiap-siap jika diagnosa/masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Pada langkah ini sangat penting dilakukan asuhan yang
aman. Diagnosa potensial pada balita dengan imunisasi campak adalah
demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas, dan diare (Hidayat,
2008).
d. Langkah IV. Tindakan segera/kolaborasi
Pada langkah ini menggambarkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera atau melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini bidan
juga harus merumuskan tindakan kegawatdaruratan untuk
menyelamatkan klien, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat
rujukan.
Tindakan segera pada balita dengan imunisasi campak yang perlu
disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk
mengantisipasi demam (Achmadi, 2006).

17
e. Langkah V. Rencana asuhan kebidanan
Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya maka dapat dibuat
rencana asuhan yang menyeluruh. Rencana asuhan merupakan lanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi.
Rencana asuhan yang dibuat harus melibatkan klien dan bidan agar dapat
melaksanakan dengan efektif (Jannah: 2012).
Rencana asuhan yang akan dilakukan yaitu beritahu hasil
pemeriksaan, jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak,
beri suntikan campak secara SC di lengan atas kiri bayi, berikan
Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam, anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya sesering mungkin dan makanan pemdamping ASI
yang bergizi seimbang, beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya
sudah selesai, anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada
keluhan (Depkes, 2005).
f. Langkah VI. Implementasi/pelaksanaan asuhan kebidanan
Melaksanakan rencana tindakan secara efisien dan
memperhatikan rasa aman klien. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya
oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya (Depkes,
2005).
g. Langkah V. Evaluasi kebidanan
Menilai pelaksanaan asuhan yang telah diberikan kepada klien.
Bidan harus dapat mengamati dan mengobservasi terhadap masalah yang
dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah
dipecahkan atau mungkin muncul masalah baru. Pada prinsipnya langkah
ini ini adalah mengkaji kembali terhadap klien untuk menjawab
pertanyaan sejauh mana tercapainya rencana yang dilakukan.
Evaluasi asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi
campak menurut Depkes (2005) adalah:
1. Keadaan umum anak baik
2. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak
3. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien
4. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam
pada pasien

18
5. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
6. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
7. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan
Pendokumentasian yaitu catatan tentang interaksi antara tenaga
kesehatan, klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lain yang mencatat
tentang hasil pemeriksaan, prosedur, pengobatan pada klien dan pendidikan
kepada klien, serta respon klien terhadap semua kegiatan yang dilakukan.
Alur pikir bidan dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah kemudian
didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu:
a. S: Subjektif
Menggambarkan hasil pengumpulan data dasar klien yang diperoleh dari
anamnesis sebagai langkah I Varney.
b. O: Objektif
Menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan
uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan sebagai langkah I Varney.
c. A: Assesment
Menggambarkan hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi masalah, terdiri dari:
1) Diagnosis/masalah
2) Antisipasi diagnosis/masalah potensial
3) Tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi kolaborasi dan
merujuk, sebagai langkah 2,3, dan 4 Varney.
d. P: Planning
Menggambarkan dokumentasi rencana, pelaksanaan dan evaluasi
berdasarkan pengkajian langkah 5,6, dan 7 Varney.
Pendokumentasian SOAP dilakukan pada asuhan tahap berikutnya dan
evaluasi hari berikutnya.

19
D. Konsep Dasar Teori EBM (Evidence Based Midwifery)
1. Pengertian
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaaan semata. Evidence based
midwifery adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari
penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray, 1997).
2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan.
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan
evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi
angka kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan
bagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan
kesehatan masyarakat.
3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)
Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:
a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya
dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena
di populasi terbukti memberikan efek samping yang berat pada
sebagian penggunanya.
b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu
tantangan profesi kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.
c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan
kasus yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil
penelitian dapat diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan
pasien.
4. Sumber Evidence Based
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari
internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin,

20
atau CD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar
namun banyak pula yang public domain.
5. Evidence Based Imunisasi Campak
a. Efektifitas Terapi Mendekap Dan Terapi Musik Dalam Menurunkan
Skala Nyeri Pada Bayi Saat Dilakukan Imunisasi Campak (Wahyuni
& Suryani , 2020)
Meningkatnya angka kejadian campak pada balita
menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran orang tua akan
pentingnya imunisasi campak. Tujuan dari penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui efektifitas terapi mendekap dan terapi musik
dalam menurunkan skala nyeri pada bayi saat dilakukan imunisasi
campak. Jenis penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan
pendekatan pretest dan posttest without control grup desain dengan
teknik “purposive sampling” dengan total sampel 24 orang
responden dan instrumen penelitian dengan menggunakan lembar
observasi skala FLACC. Data dianalisa menggunakan komputerisasi
dengan uji paired independent sampel t-test dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata
penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah terapi mendekap adalah
4,2 sedangkan terapi musik adalah 2,7. Terapi mendekap lebih
efektif dalam menurunkan skala nyeri pada bayi saat dilakukan
imunisasi campak di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019 dengan p-
value=0,017 (p<0,05).
b. Efektifitas Terapi Dekapan Ibu Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pada Bayi Yang Menjalani Imunisasi (Wijayanti dan Oktarina,
2021).
Pemberian imunisasi melalui suntikan dapat menimbulkan
efek secara langsung yaitu rasa nyeri pada anak. Nyeri yang
disebabkan oleh suntikan imunisasi jika tidak dikelola akan
mengakibatkan dampak negatif pada aspek emosional pada anak
seperti menangis dan ketakutan. Salah satu intervensi yang dapat
dikembangkan dalam menerapkan perawatan atraumatik saat

21
pemberian imunisasi pada anak adalah terapi dekapan ibu. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas terapi
dekapan ibu terhadap nyeri pada bayi yang dilakukan imunisasi di
Puskesmas Lerep. Jenis penelitian adalah Preeksperimen design
dengan rancangan pretest-post test control group design. Metode
Pengambilan sampling menggunakan Purposive sampling dengan
jumlah sampel pada kelompok kontrol sejumlah 30 bayi dan
kelompok intervensi 30 bayi. Dalam penelitian ini ada 2 variabel
yang diukur yaitu variabel Nyeri dan pemberian terapi dekapan ibu.
Variabel nyeri diukur menggunakan instrument FLACC Pain
Assessment Tools. Sedangkan variabel terapi dekapan ibu diukur
dengan melakukan observasi saat pemberian imunisai. Uji statistik
yang digunakan adalah dengan t test-independent. Hasil yang
didapatkan adalah p value 0,0001. Berdasarkan hasil analisis
diketahui bahwa ada perbedaan selisih rata-rata nyeri pada kelompok
intervensi dan kontrol (p < 0,05)
c. Pengaruh Kompres Hangat Pada Tempat Penyuntikkan Terhadap
Respon Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi Di Puskesmas Tanawangko
Kabupaten Minahasa (Ndede dkk, 2015).
Imunisasi dapat menimbulkan respon nyeri sehingga dapat
menimbulkan trauma pada masa anak-anak. Tujuan penelitian ini
menganalisa pengaruh pemberian Kompres Hangat terhadap respon
nyeri pada bayi di Puskesmas Tanawangko Kabupaten Minahasa.
Desain penelitian menggunakan Quasi experimental design dengan
rancangan Pre-Post with Control Group. Sampel yaitu bayi berusia 0-
12 bulan yang dilakukan tindakan imunisasi yang terdiri dari 20
responden kelompok intervensi kompres hangat dan 20 responden
kelompok kontrol. Analisis penelitian ini menggunakan Uji T-test
Independen dan Dependen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
respon nyeri sesudah diberikan kompres hangat lebih rendah
dibandingkan dengan respon nyeri bayi sesudah penyuntikkan tanpa
pemberian kompres hangat (p = 0,000) dan kompres hangat memberi
pengaruh dalam menurunkan respon nyeri pada bayi saat imunisasi

22
(p = 0,000). kompres hangat dapat diterapkan atau digunakan
sebelum penyuntikkan imunisasi untuk menurunkan respon nyeri
pada bayi.
d. Perbedaan KIPI pada Pemberian Parasetamol Sebelum dan Sesudah
Imunisasi Pentabio di Wilayah Puskesmas Wonosari (Suparwati dkk,
2018).
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui perbedaan kipi pada
pemberian parasetamol sebelum dan sesudah imunisasi pentabio di
wilayah Puskesmas Wonosari. Desain penelitian analitik komparasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan prospektif. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua bayi usia 2 - 4 bulan yang mendapatkan
imunisasi Pentabio di Wilayah Puskesmas Wonosari Kabupaten
Bondowoso. Jumlah sampel yaitu 70 bayi yang diberikan
parasetamol sebelum imunisasi pentabio dan bayi yang diberikan
parasetamol sesudah imunisasi pentabio di Wilayah Puskesmas
Wonosari Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Analisis
data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian Pemberian
parasetamol sebelum imunisasi dengan adanya KIPI sebesar 34,2%
dan tidak adanya KIPI sebesar 65,8%. 2.Pemberian parasetamol
sesudah imunisasi dengan adanya KIPI sebesar 82,9% dan tidak
adanya KIPI sebesar 17,1%. 3.Terdapat Perbedaan KIPI pada
Pemberian Parasetamol Sebelum dan Sesudah Imunisasi Pentabio di
Wilayah Puskesmas Wonosari yaitu KIPI lebih kecil terjadi pada
pemberian parasetamol sebelum imunisasi pentabio.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. A UMUR 9 BULAN DENGAN


IMUNISASI CAMPAK DI PKM TANAH SEPENGGAL LINTAS
TAHUN 2022

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 1 Oktober 2022, pukul : 9.30 WIB
Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2022, pukul : 9.40 WIB
Nama pengkaji : Riri Laderesti Zulpri

B. MANAJEMEN KEBIDANAN
1. LANGKAH I. PENGKAJIAN DATA DASAR
A) DATA SUBJEKTIF
Identitas Bayi
Nama Bayi : By. a
TTL : Bungo, 15 Desember 2021
Umur : 9 bulan
Anak ke : Pertama
Jenis kelamin : Perempuan
Identitas Ibu Identitas ayah
Nama ibu : Ny. S Nama ayah : Tn.T
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :Ds. Sungai lilin, kec.Tanah Sepenggal Lintas, Kab. Bungo
Keluhan utama
Ibu mengatakan umur bayinya 9 bulan dan dalam keadaan sehat ingin
mendapatkan imunisasi campak untuk bayinya.

24
A. Data kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan anaknya tidak sedang mengalami sakit. Mengatakan
anaknya tidak ada penyakit menurun (DM, Asma), penyakit menular
(TBC, Hepatitis).
2) Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan bayinya tidak pernah sakit sampai memerlukan
penanganan yang serius.
3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menurun dan penyakit menular.
4) Data Imunisasi
Hepatitis BCG & DPT- DPT- DPT- Campak/MR
B Polio 1 Hb-Hib Hb-Hib Hb-Hib
1 dan 2 dan 3 dan
Polio 2 Polio 3 Polio 4
15-12- 15-1- 15-2- 15-3- 15-4- Belum
2021 2022 2022 2022 2022
5) Kebutuhan Dasar
a) Pola Makan
Frekuensi makan : bubur 3-4 x sehari
Frekuensi menyusu : ASI 10-12 x sehari
Makanan yang disukai : ASI, bubur
Makanan yang tidak disukai : tidak ada
Keluhan : tidak ada
b) Pola Istirahat
Lama tidur : 12-13 jam sehari
Keluhan : tidak ada
c) Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Keramas : 1 x sehari
Ganti pakaian : setiap basah/kotor
Keluhan : tidak ada

25
d) Aktifitas bermain
Aktifitas bermain : - merangkak
- melempar mainan
- menjatuhkan mainan
- memukul-mukul benda
e) Eliminasi
Frekuensi BAK : 7-8 x sehari
Warna : kuning jernih
Jumlah : 1 celana penuh
Keluhan : tidak ada
Frekuensi BAB : 1-2 x sehari
Warna : kuning kecoklatan
Jumlah : 1 celana penuh
Keluhan : tidak ada

B) DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital : Nadi : 125 x/menit
Suhu : 36,60C
Pernapasan : 40 x/menit
d. BB/PB : 9,3 kg / 69 cm
e. LK : 43 cm
2. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
Kepala simetris, rambut berwarna hitam, pertumbuhan merata,
keadaan bersih, lesi tidak ada, oedema tidak ada.
b. Wajah
Wajah simetris, oedema tidak ada.
c. Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, sekret tidak ada,
bentuk simteris, tanda infeksi tidak ada.

26
d. Hidung
Sekret tidak ada, keadaan bersih, lesi tidak ada.
e. Telinga
Kanan kiri simetris, tidak ada cairan yang keluar dan bersih.
f. Mulut
Sekret tidak ada, lidah bersih, gigi jumlah 4 (2 atas dan 2 bawah)
bersih, gusi kemerahan, tidak bengkak dan tidak berdarah, tidak
ada stomatitis.
g. Leher
Bentuk simteris, massa tidak ada, kekakuan tidak ada, kel.tiroid
tidak ada pembesaran.
h. Dada
Bentuk simteris, type pernapasan normal, auskultasi suara normal,
pernapasan normal.
i. Abdomen
Bentuk simetris, bekas operasi tidak ada.
j. Genitalia
Oedema tidak ada, secret tidak ada, keluhan tidak ada.
k. Ekstremitas
Oedema tidak ada, kelainan tidak ada, turgor kulit baik.
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pengobatan yang telah didapatkan
Ibu mengatakan bayi belum pernah mendapatkan pengobatan apapun.

2. LANGKAH II. INTERPRETASI DATA DASAR


a. Diagnosa : By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak
 Data subjektif
Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan bayinya.
Ibu mengatakan bayinya umur 9 bulan dan dalam keadaan sehat.
Ibu mengatakan bayinya tidak sedang dalam keadaan sakit.
 Data objektif
KU: Baik, Kesadaran: Composmatis

27
TTV: Nadi 120 x/menit, Pernapasan: 40 x/menit, Suhu: 36,60C
BB/PB: 9,3 kg / 69 cm
LK: 43 cm
Bayi tampak sehat dan gerakannya aktif.
Imunisasi yang telah didapatkan HB, BCG, DPT, Polio.
Keluhan: tidak ada
b. Masalah : tidak ada
c. Kebutuhan : tidak ada

3. LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH


POTENSIAL
Tidak ada

4. LANGKAH IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA DAN


KOLABORASI
Tidak ada

5. LANGKAH V. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal/pukul : 1 Oktober 2022 /09.50 WIB
1) Beritahu ibu tentang keadaan anaknya.
Rasional: setelah mendapat penjelasan mengenai keadaan yang anaknya,
maka ibu akan menjadi kooperatif dalam melaksanakan anjuran dan
tindakan yang diberikan tenaga kesehatan.
2) Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak.
Rasional: dengan mengetahui pentingnya imunisasi campak yaitu untuk
memberi kekebalan secara aktif terhadap virus campak, yang bertujuan
untuk mencegah penyakit campak yang diberikan pada usia 9 bulan.
3) Siapkan alat vaksin campak, yaitu:
a) Handscoon steril/DTT 1 pasang
b) Vaksin campak dan pelarutnya
c) Kapas DTT
d) Bak instrumen
e) Gergaji ampul

28
f) Spuit 5 cc
g) Auto Disable Syringe (ADS)
h) Bengkok
i) Safety box
j) Tempat sampah
Rasional: dengan melakukan persiapan yang memadai maka asuhan yang
diberikan akan lebih efektif dan efisian.
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan kemudian dilap
dengan handuk bersih dan kering atau tisu dan menggunakan sarung
tangan steril.
Rasional: dengan mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
mencegah terjadinya infeksi silang.
5) Suntikkan vaksin campak pada bayi secara SC di lengan kiri atas bayi.
Rasional: dengan pemberian vaksin yang sesuai prosedur maka akan
memberikan efek terapi yang tepat.
6) Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya sesering
mungkin dan beri makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang.
Rasional: ASI merupakan sumber gizi buat bayi dan makanan
pemdamping ASI yang bergizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi.
7) Beritahu ibu bahwa imunisasi dasar anaknya sudah selesai.
Rasional: dengan memberitahu jadwal imunisasi dasar ibu akan
mengikuti jadwal yang telah tetapkan.
8) Beri tahu ibu untuk mengatasi demam pada anak berikan paracetamol
syrp 120 ml.
Rasional : Parasetamol adalah obat sebagai antipiretik atau analgesik
untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit
diwaktu haid dan sakit pada otot dan menurunkan Demam pada
influenza dan setelah vaksinasi (Dyniawati, 2011)
9) Anjurkan ibu datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
Rasional: apabila keluhan masih ringan dapat teratasi dengan baik maka
akan mengurangi angka kesakitan bahkan kematian.

29
10) Lakukan pendokumentasian
Rasional: pencatatan yang baik dapat menjadi pegangan petugas jika
terjadi sesuatu pada pasien.

6. LANGKAH VI. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal/Pukul: 1 Oktober 2022 /10.10 WIB
1) Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya.
2) Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak
3) Menyiapkan alat vaksin campak
4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan kemudian
dilap dengan handuk bersih dan kering atau tisu dan menggunakan
sarung tangan steril.
5) Menyuntikkan vaksin campak pada bayi secara SC di lengan kiri atas
bayi.
6) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya sesering
mungkin dan beri makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang.
7) Memberitahu ibu bahwa imunisasi dasar anaknya sudah selesai.
8) Memberitahu ibu untuk mengatasi demam pada anak berikan
paracetamol syrp 120 ml.
9) Menganjurkan ibu datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
10) Melakukan pendokumentasian

7. LANGKAH V. EVALUASI HASIL ASUHAN KEBIDANAN


Tanggal/Pukul: 1 Oktober 2022 / 10.20 WIB
1) Ibu telah mengetahui kondisi anaknya sekarang.
2) Ibu mengerti bahwa imunisasi campak penting untuk anaknya.
3) Alat sudah tersedia dan siap digunakan.
4) Cuci tangan sudah dilakukan dan sarung tangan sudah dipakai.
5) Vaksin sudah disuntikkan di lengan kiri atas bayi.
6) Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada bayinya.
7) Ibu mengerti bahwa imunisasi lengkap pada anaknya sudah selesai.
8) Ibu sudah tahu bila anaknya demam maka diberi Parasetamol syrup 120
ml 2 x 1 sendok teh.

30
9) Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan pada
anaknya.
10) Pendokumentasian telah dilakukan.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi A dengan imunisasi


campak di Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Penulis akan membahas tentang
kesenjangan yang terdapat dalam tinjauan teori dengan kenyataan yang penulis
temukan dari mulai pengumpulan data dasar, interpretasi data dasar,
diagnosa/masalah potensial, tindakan segera/kolaborasi, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi, penulis uraiankan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Dasar
Langkah pengumpulan data dasar merupakan awal yang akan
menentukan langkah berikutnya. Mengumpulkan data yaitu menghimpun
informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan
pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus
menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Pengumpulan
data di mulai dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif
diperoleh dari observasi dan wawancara.
Data subjektif pada By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak
bahwa ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu
mengatakan saat ini anaknya dalam kondisi sehat. Data objektif pada By.
A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak bayi terlihat sehat dan
gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal. Berdasarkan data yang
diperoleh pada kasus By. A Umur 9 dengan imunisasi campak dengan
keadaan umumnya baik. Pada langkah pengumpulan data ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan.

2. Interpretasi Data Dasar


Interpretasi data merupakan data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik. Rumusan dan diagnosa tujuannya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penangan (Varney, 2004).

32
Data yang dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa
kebidanan. Pada kasus ini interpretasi data meliputi masalah dan
kebutuhan. Pada By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak adapun
masalah yang dihadapi klien tidak ada, sehingga pada langkah
interpretasi data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan
praktik di lapangan.

3. Diagnosa atau masalah potensial


Masalah potensial atau diagnosa potensial yang berdasarkan
serangkaian masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasikan
(Setiyani, 2016).
Setelah dilakukan asuhan yang tepat dan cermat serta didukung
kerjasama yang baik oleh keluarga pasien dan pasien sendiri maka pada
kasus By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak tidak muncul
demam ringan, infeksi ringan pada saluran nafas dan diare karena
antisipasi yang tepat. Diagnosa potensial yang terjadi setelah imunisasi
campak menurut Hidayat (2008) adalah demam dan ruam merah
karena antisipasi yang tepat, maka diagnosa potensial tidak muncul.
Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan
(maryunani. 2010). Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

4. Antisipasi tindakan segera


Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera atau melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini bidan
juga harus merumuskan tindakan kegawatdaruratan untuk
menyelamatkan klien, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat
rujukan.
Antisipasi yang dapat dilakukan menurut Achmadi (2006) adalah
pemberian Parasetamol syrup 120 ml untuk mengantisipasi demam. Pada
langkah ini penulis melakukan antisipasi yang sama dengan teori
sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada

33
kasus By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak antisipasi tidak
dilakukan, oleh karena itu tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktik di lapangan.

5. Rencana asuhan
Perencanaan yang akan dilakukan pada By. A Umur 9 bulan
dengan imunisasi campak yaitu:
a. Beritahu ibu tentang keadaan anaknya.
b. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak
c. Siapkan alat vaksin campak
d. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dan pakai sarung tangan
DTT.
e. Suntikkan vaksin campak pada bayi secara SC di lengan kiri atas
bayi.
f. Anjurkan ibu tetap memberi ASI bayinya sesering mungkin dan
beri makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang.
g. Beritahu ibu bahwa imunisasi dasar anaknya sudah selesai.
h. Beritahu ibu bila anaknya demam beri Parasetamol syrup 120 ml
untuk mengatasi demam pada anak
i. Anjurkan ibu datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
j. Lakukan pendokumentasian
Menurut Kemenkes RI (2011), perencanaan asuhan pada bayi
dengan imunisasi campak yaitu menyiapkan alat vaksin campak, beritahu
tentang keadaan anaknya, jelaskan tentang pentingnya imunisasi campak,
siapkan alat vaksin campak, suntikkan vaksin campak pada bayi secara
SC pada lengan kiri atas bayi, beri Parasetamol syrup 120 ml untuk
mengatasi demam pada anak, anjurkan ibu tetap memberi ASI bayinya
sesering mungkin dan beri makanan pendamping ASI yang bergizi
seimbang, anjurkan ibu datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.
Dalam buku IDAI antipiretik diberikan 30 menit sebelum imunisasi
DTP (Difteri Tetanus Pertusis )/DT ( Difteri Tetanus ), MMR ( mumps
Measles Rubella ), Hib ( Hemofilus Influenza tipe b ), hepatitis B dengan
dosis 15 mg/ kg bb untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi.

34
Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6 kali
dalam 24 jam (IDAI, 2011). pemberian parasetamol dapat memberikan
efek penurun panas untuk menghindari panas bayi terhadap efek yang
ditimbulkan pada saat imunisasi. Berdasarkan data di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik
dalam hal pemberian terapi.

6. Pelaksanaan
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada By. Z Umur 9
bulan dengan imunisasi campak merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan asuhan menyeluruh (Varney, 2004). Pada langkah perencanaan
ini telah dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang
telah dibuat dan adanya dukungan dari keluarga.
Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktik dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh.
imunisasi merupakan salah satu sumber utama nyeri dan
penderitaan yang menimbulkan kecemasan dan trauma, tidak hanya pada
bayi tapi juga dapat terjadi pada keluarga (Razek & El-Dein, 2009). Cara
bayi mengungkapkan rasa nyerinya saat imunisasi berbeda-beda, salah
satunya menunjukkan perilaku distress (seperti menangis, ekspresi
meringis, mengerutkan dahi, bahkan menangis yang sulit didiamkan
(Hockenberry & Wilson, 2009).
Pada imunisasi campak mempunyai efek yang membuat bayi akan
menjadi demam ringan dan terdapat kemerahan pada daerah vaksinasi
selama 3 hari ini yang membuat nyeri yang cenderung dirasakan bayi
yaitu pada skala nyeri sedang dan berat sesuai dengan respon yang
dialami. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan yang bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap
orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Tetty, 2015).
Menurut Children’s hospital and clinic of minnesota (2007),
penatalaksaan nyeri dalam tindakan non farmakologi pada bayi meliputi

35
merubah lingkungan bayi seperti mengurangi kebisingan dan aktifitas
berlebihan, memberikan dot/empeng, menidurkan bayi, melakukan
distrasi seperti menggunakan musik, memeluk/mendekap. Mendekap
dapat mengurangi respon terhadap prosedur yang menyakitkan dan
merupakan sarana bagi orangtua untuk mengalihkan perhatian dan
menenangkan bayi mereka Musik terbukti menunjukkan adanya efek
dalam menurunkan frekuensi jantung, mengurangi kecemasan dan
depresi, serta menghilangkan nyeri (Natalina, 2013). Imunisasi campak
dasar dilakukan pada usia 9 bulan dan pada usia tersebut bayi telah bisa
merespon dan bersosialisasi. Saat usia ini, bayi berada pada titik puncak
rasa ketidaknyamanan ketika tidak berada bersama orang tua atau orang
terdekatnya.
Hasil penelitian Wahyuni & suryani (2020) menunjukkan rata-rata
penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah terapi mendekap adalah 4,2
sedangkan terapi musik adalah 2,7. Disimpulkan bahwa terapi mendekap
lebih efektif dalam menurunkan skala nyeri pada bayi saat dilakukan
imunisasi campak di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah Wilayah
Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2019 dengan p-
value=0,017 (p<0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2021)
yang berjudul Efektifitas Terapi Dekapan Ibu Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Bayi Yang Menjalani Imunisasi, Berdasarkan
selisih rata-rata nyeri pada kelompok kontrol dan intervensi terdapat
penurunan skala nyeri pada kelompok intevensi. (p value 0,0001 <0,005).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan intervensi terapi dekapan yang
dilakukan pada kelompok intervensi efektif untuk menurunkan skala
nyeri bayi pada tindakan imunisasi.
kompres hangat menjadi salah satu pilihan tindakan yang mudah
dan praktis dalam menurunkan nyeri yang dirasakan bayi saat imunisasi.
Hal ini diperkuat dengan teori gate kontrol dimana kompres hangat yang
diberikan sebelum penyuntikkan mampu menimbulkan efek hangat serta
efek stimulasi kutaneus berupa sentuhan yang dapat melepaskan
endorphin pada jaringan kulit yang dapat memblok transmisi stimulus
nyeri sehingga impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh

36
mekanisme pertahanan disepanjang sistem syaraf pusat (Melzack &
Wall, 1965 dalam Potter & Perry, 2006)
berdasarkan hasil penelitian Ndede (2015) menunjukan ada
pengaruh pemberian kompres hangat terhadap respon nyeri pada bayi
saat imunisasi dan ada perbedaan respon nyeri bayi yang diberikan
kompres hangat pada kelompok intervensi dengan bayi yang tidak
diberikan kompres hangat pada kelompok control.
Parasetamol adalah obat sebagai antipiretik atau analgesik untuk
mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit diwaktu haid
dan sakit pada otot dan menurunkan demam pada influenza dan setelah
vaksinasi (Dyniawati, 2011).
Dalam buku IDAI antipiretik diberikan 30 menit sebelum imunisasi
DTP (Difteri Tetanus Pertusis )/DT ( Difteri Tetanus ), MMR ( mumps
Measles Rubella ), Hib ( Hemofilus Influenza tipe b ), hepatitis B dengan
dosis 15 mg/ kg bb untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi.
Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6 kali
dalam 24 jam (IDAI, 2011). pemberian parasetamol dapat memberikan
efek penurun panas untuk menghindari panas bayi terhadap efek yang
ditimbulkan pada saat imunisasi. Hal ini sejalan dengan penelitian
Suparwati dkk (2018) Terdapat Perbedaan KIPI pada Pemberian
Parasetamol Sebelum dan Sesudah Imunisasi Pentabio di Wilayah
Puskesmas Wonosari yaitu KIPI lebih kecil terjadi pada pemberian
parasetamol sebelum imunisasi pentabio.
7. Evaluasi
Pada By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak setelah diberi
asuhan didapatkan evaluasi, yaitu:
a. Ibu telah mengetahui kondisi anaknya sekarang.
b. Ibu mengerti bahwa imunisasi campak penting untuk anaknya.
c. Alat sudah tersedia dan siap digunakan.
d. Cuci tangan telah dilakukan dan sarung tangan DTT telah dipakai.
e. Vaksin sudah disuntikkan di lengan kiri atas bayi.
f. Ibu bersedia untuk memberikan ASI pada bayinya.
g. Ibu mengerti bahwa imunisasi lengkap pada anaknya sudah selesai.

37
h. Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan pada
anaknya.
i. Pendokumentasian telah dilakukan.

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus asuhan kebidanan komperehensif pada bayi umur 9
bulan dengan imunisasi campak dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Telah dilaksanakan pengumpulan data dasar pada By. A Umur 9 bulan
dengan imunisasi campak di Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun
2022, data bayi berumur 9 bulan dengan keadaan umum baik dan tidak
sedang menderita suatu penyakit, nadi 120 x/menit, suhu 36,60C dan
pernapasan 40 x/menit.
2. Telah dilakukan interpretasi data dasar pada By. A Umur 9 bulan di
Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022 diperoleh diagnosa
kebidanan by. Z Umur 9 bulan dengan imunisasi campak, tidak
ditemukan masalah yang muncul, jadi tidak ada kebutuhan diberikan
pada klien.
3. Telah dilakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial pada kasus
By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak di Puskesmas Tanah
Sepenggal Lintas Tahun 2022, tidak muncul karena pada kasus ini tidak
muncul kegawatdaruratan.
4. Telah ditetapkan tindakan segera atau kolaborasi dalam asuhan
kebidanan By. A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak di Puskesmas
Tanah Sepenggal Lintas Tahun 2022, pada kasus ini tidak terdapat
antisipasi, karena tidak ditemukan adanya diagnosa potensial.
5. Telah disusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada By. A Umur 9
bulan dengan imunisasi campak di Puskesmas Tanah Sepenggal Lintas
Tahun 2022 dengan hasil merencanakan asuhan berdasarkan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan.
6. Telah dilaksanakan tindakan asuhan yang telah direncanakan By. A
Umur 9 bulan dengan imunisasi campak di Puskesmas Tanah Sepenggal
Lintas Tahun 2022 dengan semua tindakan yang telah direncanakan
dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik dengan tidak ada hambatan.

39
7. Telah dilakukan evaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada By.
A Umur 9 bulan dengan imunisasi campak di Puskesmas Tanah
Sepenggal Lintas Tahun 2022 dengan bayi telah diberi imunisasi vaksin
campak dan bayi dalam keadaan sehat.
B. Saran
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus, maka penulis memberikan
sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat.
1. Untuk lahan praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan
asuhan kebidanan dalam memberikan imunisasi campak.
2. Untuk instistusi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai acuan bagi institusi pendidikan dan dijadikan
studi banding untuk penelitian selanjutnya tentang imunisasi campak.
3. Untuk penulis
Dapat digunakan untuk meningkatkan pola pikir ilmiah dalam
memberikan asuhan kebidanan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Farmi. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: Penerbit


Buku Kompas.

Alexander & Melyani. 2019. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap dalam
memberikan imunisasi campak pada ibu yang mempunyai bayi usia > 9-11
bulan di Puskesmas Sungai Raya Dalam tahun 2019. Jurnal Volume 10
nomor 1 tahun 2020 Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak.

Budi S, Endang dan Sajekti, Sih. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi dan Balita. Surabaya: Akademi Kebidanan Griya Husada
Surabaya.

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi. 2018. Profil Kesehatan 2018. Jambi: Dinkes
Provinsi Jambi. http://kemkes.go.id, diakses 2 Desember 2020.

El Sinta B, Lusiana. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan
Balita. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

IDAI. ( 2011) Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi ke 4. Jakarta : Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia

Hidayat, A. Alimul. 2008. Buku Saku Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Hockenberry M & Wilson D. 2009. Wong’s nursing care of infants and children,(8th
ed.). St. Louis: Mosby, Inc.: Elsevier Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Andi Offset.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta:


Kemenkes RI.

_________. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini


Tumbuh Kembang Anak Di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kemenkes RI.

_________. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI.

_________. 2021. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kemenkes RI.


Ndede dkk, 2015. Pengaruh Kompres Hangat Pada Tempat Penyuntikkan Terhadap
Respon Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi Di Puskesmas Tanawangko
Kabupaten Minahasa

Natalina, D. (2013). Terapi musik bidang keperawatan. Jakarta:Mitra Wacana Media.

41
Nurhasiyah Jamil, Siti dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita
dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Setiyani, Astuti. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Asuhan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Kemenkes RI.

Sinaga, Plora N.F. 2016. Modul Praktek Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita &
Anak Prasekolah. Medan: Akademi Kebidanan Mitra Husada Medan.

Suparwati dkk, 2018. Perbedaan KIPI pada Pemberian Parasetamol Sebelum dan
Sesudah Imunisasi Pentabio di Wilayah Puskesmas Wonosari.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. FK Universitas Udayana. Bali: EGC.

Varney, Hellen. 2004. Varney’s Midwivery. Bandung: Sekelola Publisher.

___________. 2007. Varney’s Midwivery. Bandung: Sekelola Publisher.

Wahidayat. 2003. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Wahyuni, F., & Suryani, U. 2020. Efektifitas Terapi Mendekap Dan Terapi Musik
Dalam Menurunkan Skala Nyeri Pada Bayi Saat Dilakukan Imunisasi
Campak. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal), 2(2),
103-118.

Wijayanti dan Oktarina, 2021. Efektifitas Terapi Dekapan Ibu Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Bayi Yang Menjalani Imunisasi.

42

Anda mungkin juga menyukai