Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

KELOMPOK 7

Di susun oleh :
1. Vina Febri Yanti 1230022007
2. Natasya Nur Fazirah 1230022014
3. Nur Maulidiyah Permatasari 1230022021
4. Risca Alfiana 1230022028
5. Nur Aisah 1230022035
6. Salsabilla Udi Artika 1230022042

Dosen Pengajar :
Nanik Handayani,S. Kep., Ns,. M.kep

PROGAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat- Nya
sehingga dapat terselesaikannya Makalah yang berjudul “manajemen dan kepemimpinan”
Sebagai Tugas Mata Kuliah Profesionalisme Kebidanan Prodi S1 Kebidanan di Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Nanik Handayani,S. Kep., Ns,. M.kep, selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah pengantar
peraktik kebidanan di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
2. Khamida, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, yang telah memberikan kesempatan menyusun
Makalah ini.
3. Prof. DR. Ir. Achmad Jazidie, M. Eng, selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya, yang telah memberikan kesempatan menyusun Makalah.
4. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, yang telah
membantu dalam kelancaran proses pengerjaan makalah.
5.Tim penyusun makalah, Orang tua, adik dan saudara atas dukungan, dan doa yang selalu
diberikan sehingga makalah ini selesai pada waktunya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah
diberikan dan penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan memerlukan
masukan agar dapat menambah kekayaan ilmu di bidang kebidanan

Surabaya 22,Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Perubahan …………....................................................................... 7
2.2 Konsep Manajemen Dan Kepemimpinan ………......................................... 9
2.3 Model Pemecahan Masalah ………………………………......................... 10
2.4 Penyusunan Rencana Pelayanan ……………………................................ 12
2.5 Pengelolaan Pelayanan Kebidanan ……………………………………….. 15
2.6 Pembetukan Tim Dalam Praktik Kebidanan ……………………………… 17
2.7 Membangun Kemitraan/Jejaring Bersama Pemangku Kepentingan ………. 18
2.8 Advokasiu Dalam Pengembangan Kebijakan ……………………………… 20
2.9 Penggerakan Peran Serta Masyarakat ………………………………………. 23
2.10 Pemberdayaan Masyarakat ………………………………………………… 24
2.11 Mengelola Praktik Kebidanan Secara Mandiri …………………………….. 25
2.12 Kewirausahaan ……………………………………………………………… 29
2.13 Pembaharuan Dalam Pelayanan Dan Praktik Kebidanan …………………… 33
2.14 Kerjasama lintas program dan lintas sector tingkat nasional,regional,maupun lokal
……………………………………………………………………………...... 33
2.15 Membangun dan mengembangkan jejaring lintas program dan lintas sektor…34
2.16 manajemen mutu dalam pelayanan kebidanan ……………………………… 34

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 38
Daftar Pustaka .............................................................................................. 39
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai
ujung tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya
untuk melakukan pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan
ibu postpartum. Disamping itu,upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia dibebankan
kepada bidan melalui pelayanan keluarga berencana(Manuaba, 2012:43). Pelayanan
kesehatan yang ikut serta dalam mengupayakan penurunan Angka Kematian Ibu(AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten khususnya pada Kecamatan Kebonsari.
Pelayanan Kebidanan dengan Continuety of care pada masa kehamilan, persalinan, hingga
nifas diharapkan agar seluruh proses yang dialami ibu mulai dari hamil sampai pemilihan
metode Keluarga Berencana (KB) dapat berlangsung secara fisiologis tanpa ada komplikasi
Perjalanan proses yang alamiah tersebut, ibu hamil memerlukan asuhan secara
berkesinambungan dan berkualitas. Dalam kenyataannya masih banyak ibu sudah
melakukan kunjungan pelayanan antenatal tidak melanjutkan ke kunjungan selanjutnya,
sehingga kesehatan ibu dan Anak terlepas dari pemantauan petugas kesehatan. Perlunya
asuhan yang berkesinambungan dan berkualitas untuk mendeteksi dini adanya risiko dan
komplikasi, karena kesejahteraan ibu dan anak selalu terpantau oleh tenaga kesehatan
(Marmi, 2014:10).
Dewasa ini masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang mendesak dan membutuhkan penanganan secepatnya.(Saifuddin, 2010) Hal
ini disebabkan karena Angka Kematian Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indicator yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan dunia.
Terdapat berbagai komponen yang berpengaruh terhadap proses kematian ibu. Yang paling
dekat dengan kematian ibu dan kesakitan adalah kehamilan, persalinan, atau komplikasinya,
dan masa nifas. Karena seorang wanita harus hamil atau bersalin terlebih dahulu sebelum
dapat digolongkan dalam kematian ibu
(Saifuddin, 2009). Indikator untuk mengukur keberhasilan dari asuhan
yangberkesinambungan dan berkualitas dapat dilihat dari cakupan.
Berdasarkan data dari BPM Hepta Desi didesa Sidorejo kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun dalam satu tahun terakhir terdapat sekitar 8 bayi (11%) dari bayi
yang tidak mendapatkan imunisasi dasar. Kunjungan 1 (K1) sebanyak 42 ibu
hamil, sedangkan Kunjungan 4 (K4) sebanyak 39 ibu hamil , 3 orang tidak
kunjungan K4 dikarenakan pindah dari BPM, pindah desa, kesulitan
ekonomi. Dari 42 ibu hamil tersebut 37 ibu yang bersalin normal, sementara 2
orang ibu bersalin harus dilakukan rujukan, karena 2 orang ibu bersalin
mengalami kehamilan sungsang, 1 ibu bersalin mengalami panggul sempit. Keadaan ini
memacu untuk terus menelaah penyebab kematian bayi agar
target MDG’s 2015 dapat tercapai.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa tingkat keberhasilan


dari program PWS-KIA di daerah Sidorejo kecamatan Kebonsari kabupatenMadiun masih
terbilang rendah, dimana program KIA yang dilakukan cakupannya masih dibawah target,
disamping itu masih banyak terdapat bayi
yang tidak mendapatkan imunisasi dasar. Keadaan ini berpengaruh terhadap
sistem kekebalan tubuh bayi sehingga bayi lebih rentan terserang penyakit
dan mengganggu tumbuh kembangnya. Dampak yang dapat ditimbulkan
akibat rendahnya penggunaan kontrasepsi pasca persalinan yaitu dapat
menimbulkan kehamilan yang tidak di inginkan yang dapat meningkatkan
angka kejadian aborsi, jarak kelahiran yang terlalu dekat yang dapat
menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayinya, sehingga angka kesakitan
dan angka kematian meningkat (Anguzu, et al, 2014:1).

Untuk itu perlu adanya usaha-usaha yang harus dilakukan, dimulai lebih dulu dengan
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan para remaja sebagai calon ayah dan
ibu, dengan membantu mereka dalam mengembangkan sikap yang wajar
terhadap kehidupan kekeluargaan serta tempat keluarga dalam masyarakat.
Melaksanakan program Safe Motherhood yang mempunyai empat
pilar pelayanan kesehatan dasar meliputi asuhan antenatal, persalinan bersih
dan aman, pelayanan obstetri esensial yaitu dengan pemberian pelayanan
ANC terpadu sehingga diharapkan dapat mendeteksi secara dini adanya
komplikasi dalam kehamilan, dan keluarga berencana (Saifuddin, 2010).

Data-data diatas merupakan gambaran mengenai masih tingginya


Angka kematian ibu maupun bayi baik di dunia maupun Indonesia sendiri. Penyebab yang
mempengaruhi kematian ibu dan bayi dibagi dalam 2 (dua) golongan, yakni yang langsung
disebabkan oleh komplikasi-komplikasi kehamilan,
persalinan nifas dan semua intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut dan penyebab tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang
sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya anemia, HIV/AIDS dan penyakitkardiovaskuler.
Namun, 80% kematian ibu disebabkan oleh penyebab
langsung yaitu perdarahan (biasanya perdarahan pasca salin), sepsis ,
hipertensi dalam kehamilan,partus macet yang dapat menimbulkan kematian
janin dikarenakan tekanan berlebih pada plasenta dan tali pusat, komplikasi
aborsi tidak aman dan sebab-sebab lain (Saifuddin, 2010:54). Dalam upaya penurunan
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia, sistem pencatatan dan pelaporan merupakan
komponen yang sangat penting.
Selain sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir, bayi
dan balita, juga untuk menilai sejauh mana keberhasilan program serta
sebagai bahan untuk membuat perencanaan di tahun tahun berikutnya.

Maka perlu dilakukan pemanatauan pelaksanaan program KIA yang telah dilakukan
reformasi Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).
PWS-KIA merupakan alat pemantauan pelaksanaan program
KIA. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita
(Kemenkes, 2010). Dari banyaknya angka kematian ibu dan perinatal dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar terjadi pada saat pertolongan dan kematian
ibu dan perinatal masih dapat dicegah.Bidan memegang peranan penting
untuk meningkatkan pelayanan yang menyeluruh dan bermutu ditengah
masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang patut dilaksanakan bidan:


Meningkatkan upaya pengawasan ibu hamil, Meningkatkan gizi ibu hamil dan ibu
menyusui, Meningkatkan penerimaan gerakan KB, Meningkaatkan
kesehatan lingkungan, Meningkatkan sistem rujukan, dan meningkatkan
penerimaan ibu hamil dan bayi. Selain itu bidan juga melakukan pengawasan
kehamilan, persalinan, dan nifas (Manuaba, 2012). Karena pemahaman
mengenai persalinan adalah pertaruhan nyawa menunjukkan bahwamasyarakat sadar bahwa
setiap persalinan menghadapi bahaya resiko atau
bahaya yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir(
saifudin,2010) Tujuan pelayanan kebidanan adalah untuk menjamin ibu hamil
dalam keadaan sehat selama masa kehamilannya, sehingga diharapkan dapat
melahirkan bayi yang sehat tanpa gangguan (Saifuddin, 2010) Dengan
demikian upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan
kebidanan secara continuity of care.

Dengan adanya pemberian asuhan secara continuity of care, diharapkan agar seluruh
proses yang dialami ibu mulai dari hamil sampai pemilihan metode Keluarga Berencana
(KB) dapat berlangsung secara fisiologis tanpa ada komplikasi

1.2 Identifikasi Masalah


Bagaimanakah asuhan yang diberikan pada ibu selama masa hamil, bersalin,
nifas, neonatus, dan keluarga berencana dengan managemen kebidanan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui hal apa saja yang terdapat pada manajemen dan kepemimpinan
kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep perubahan


Pengertian perubahan adalah Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program
pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat
cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan sebagian orang lagi sangat
lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut.
Macam-macam perubahan :
a. Dari sifat proses
1. Perubahan bersifat berkembang Mengikuti dari proses perkembangan yang ada baik pada
individu, kelompok atau masyarakat secara umum.
2. bersifat spontan Dapat terjadi karena keadaan memberikan respon tersendiri terhadap
kejadian yang bersifat alami yang diluar kehendak manusia yang tidak dapat diramalkan/
diprediksikan sehingga sulit untuk diantisifasi.
3. Perubahan bersifat direncanakan Sifat perubahan satu ini dilakukan bagi individu,
kelompok atau masyarakat ingin mengadakan perubahan kearah yang lebih maju atau
mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik dari keadaan yang lebih baik.
b. Dari sifat keterlibatan
1. Perubahan partisipatif
2. Perubahan paksaan

c. Bentuk-bentuk perubahan perilaku


1. Perubahan alamiah adalah Perilaku manusia selalu berubah.
2. Perubahan terencana Perubahan adalah perilaku ini terjadi karena memang direncanakan
sendiri
3. Kesediaan untuk berubah adalah Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program
pembangunan di dalam masyarakat.
Strategi dalam membuat perubahan
1. Mulai dari diri sendiri
2. Mulai dari hal-hal kecil
3. Memulai dari sekarang

2.2 Konsep manajemen dan kepemimpinan


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data didagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Menurut Buku 50 Tahun IBI 2007.
Langkah-langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan Data Dasar yaitu Pengumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
A. Biodata
B. Riwayat menstruasi
C. Riwayat perkawinan
D. Riwayat kesehatan
E. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
F. Bio-psiko-sosial spiritual
G. Pengetahuan Klien
H. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
I. Pemeriksaan khusus
J. Pemeriksaan penunjang

2. Interpretasi Data Dasar


Dengan melakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas
data-data yang telah dikumpulkan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

3. Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial


Langkah ini berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Bidan dituntut
untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah
potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi.

4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan


Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera untuk
Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan lain berdasarkan kondisi
Klien.

5. Merencanakan Asuhan
Merencanakan Asuhan yang menyeluruh semua keputusan yang dikembangkan dalam
asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dan asuhan klien.

7. Evaluasi
Evaluasi ke efektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi : pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya
o pengertian kepemimpinan adalah Suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku
orang – orang agar mau bekerja sama untuk mecapai tujuan tertentu.
a. Pola dasar kepemimpinan Ada 2, yaitu :
1. Kepemimpinan formal, adalah kepemimpinan yang bersifat resmi dalam organisasi,
diatur sesuai pangkat, jabatan, herarki, dan struktur dalam organisasi.
2. Kepemimpinan informal, adalah kepemimpinan yang tidak berdasarkan atas herarki,
akan tetapi lebih di dasarkan pada pengakuan nyata dari orang – orang di sekitarnya karena
kemampuan mengangkat, kemampuan ilmu, kemampuan membina hubungan kerja, dan lain
– lain.

b. Pendekatan kepemimpinan
1. Berdasarkan sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan sifat – sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dan mereka yang
bukan pemimpin.
b. Membandingkan sifat – sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak
efektif.
o Sifat – sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :
a. Selalu antusias
b. Mengenal dirinya sendiri
c. Waspada
d. Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
e. Merasa bertanggung jawab
f. Mempunyai rasa humor

2. Berdasarkan perilaku
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di bawah ini :
a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi pemimpin
yang efektif.
b. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan cara – cara yang dapat
mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi
yang efektif, motivasi bawahannya, dan melaksanakan control.

3. Berdasarkan situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi. Terdapat 3 variabel
situasional yang dapat membantu gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu :
a. Hubungan atasan dengan bawahan
b. Struktur tugas yang harus dikerjakan
c. Posisi kewenangan seseorang

2.3 Model pemecahan masalah


Bidan menurut WHO ( 1992 ) & FIGO ( 1991 )
“ Seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara
serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negri
itu ’’
Bidan menurut DepKes RI ( 1995 )
“ seorang wanita yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah
dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus ujian yang telah ditentukan serta
memperoleh ijazah yang terdaftar sebagai persyaratan utama untuk melakukan praktik
sesuai dengan profesinya”
Bidan menurut International Confederation Of Midwives/ ICM ( 2005 )
“ Seseorang yang telah mengikuti program pendidikan Bidan yang diakui negaranya, telah
lulus dari pendidikan tersebut serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar ( register ) dan atau
memeliki izin yang sah ( lisensi ) untuk melakukan praktik bidan”

Kebidanan
“ suatu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan,
menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan,
klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi – fungsi reproduksi
manusia, serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan
komunitasnya. “
Prinsip Manajemen Kebidanan
a. Prinsip Manajemen Kebidanan menurut American of Nurse Midwife ( ACNM,
1999).
1. Mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap ndan relevan dengan pengkajian
yang komperehensif.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasarkan interpretasi data dasar.
3. Mengidentifikasi kebutuhan akan layanan kesehatan dalam menyelesaikan masalah.
4. Memberikan informasi dan dukungan sehingga klien dapat mengambil keputusan.
5. Membuat rencana asuhan yang komperehensif.
6. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual, melakukan
konsultasi perencanaan, dan melaksanakan manajemen dengan kolaborasi, serta merujuk
klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
7. Merencanakan manajemen untuk komplikasi tertentu, situasi darurat, dan jika di
penyimpangan dari keadaan normal.
8. Melakukan evaluasi tentang pencapaian pelayanan kesehatan dan merevisi rencana asuha
sesuai kebutuhan.

Langkah I ( Pengumpulan Data Dasar )


Akurat dan data lengkap :
• Identitas/biodata
• Riwayat kesehatan
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang ( laboratorium )
Langkah II ( Interpretasi Data )
• Merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik
• Diagnosis yang disimpulkan antara lain :
1. Paritas ,
2. Usia Kehamilan dalam minggu,
3. Keadaan Janin,
4. Normal atau tidaknya kondisi ibu.

Langkah III ( Mengidentifikasi Diagnosis/masalah potensial )


1. Langkah ini merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi diagnosis atau
masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
2. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan, dilakukan
pencegahan
3. Bidan harus waspada menghadapi diagnosis/masalah potensial yang benar-benar
terjadi.
4. Langkah ini penting dalam memberikan asuhan yang aman.

Langkah IV ( Penetapan Kebutuhan Tindakan Segera )

Langkah V ( Merencanakan Asuhan Menyeluruh )


1. Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyuluruh berdasarkan langkah
sebelumnya.
2. Semua perencanaan yang dibuatkan harus berdasarkan pertimbangan yang tepat,
meliputi pengetahuan, teori up to date dan perawatan berdasarkan bukti ( evidence
based care ).
3. Dalam menyusun rencana libatkan pasien dalam pengambilan keputusan dan
melaksanakan asuhan harus dengan persetujuan pasien.
4. Untuk menghindari rencana asuhan yang tidak terarah buat pola pikir : tentukan
tujuan tindakan ( sasaran dan target yang akan dicapai ) serta tentukan rencana
tindakan sesuai masalah dan tujuan yang akan dicapai !.

Langkah VI ( Melaksanakan Perencanaan )


1. Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan dengan efisien dan
aman.
2. Realisasi perencanaan dapat dilaksanakan oleh Bidan, pasien atau anggota keluarga.
lain
3. Jika Bidan tidak melakukannya, ia tetap memikul tanggung jawab terlaksanakannya
rencana asuhan .
4. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkat mutu asuhan
Langkah VII ( Evaluasi )
1. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi
diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
2. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
3. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan
penyesuaian pada rencana tersebut.

2.4 penyusun rencana pelayanan dan praktikum kebidanan


Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan, menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan unutk mencapainya. Rencana merupakan suatu pola pikir
yang sistematis untuk mewujudkan suatu tujuan dengan mengorganisasikan dan
mendayagunakan sumber yang tersedia. Perencanaan adalah suatu proses penyusunan
rencana yang menggambarkan keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu
kegiatan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.
Perencanan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan
yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Jadi perencanaan dalam pelayanan
kebidanan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistimatis kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam kebidanan.
Ciri-ciri Perencanaan
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
a. Bagian dari sistem administrasi.
b. Dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
c. Berorientasi pada masa depan.
d. Mampu menyelesaikan masalah.
e. Mempunyai tujuan.
f. Bersifat mampu kelola

Jenis Perencanaan
1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana 
2. Dilihat dari tingkatannnya
3. Dilihat dari lingkupnya

Manfaat Perencanaan
a. Memberikan arah yang jelas pada organisasi karena mengetahui tujuan dan cara
mencapainya.
b. Mengetahui struktur organisasi yang dibutuhkan.
c. Mengetahui jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya.
d. Mengukur hasil kegiatan yang akan dicapai.

Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan


Keuntungan dalam perencanaan adalah:
A. Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktivitas organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu dan dapat dilakukan secara teratur
B. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
C. Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai karena
dalam perencanaan ditetapkan sebagai standar.
D. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya, terutama
untuk fungsi pengawasan.

Sedangkan kelemahan dari perencanaan adalah:


A. Perencanaan mempunyai keterbatasan mengukur informasi dan fakta-fakta di masa yang
akan datang dengan tepat.
B. Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.
C. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staf karena harus
menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.
D. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untukmengadakan
perubahan harus ditunda sampai tahap perencanaan berikutnya.

Langkah-langkah Perencanaan
Langkah awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah gagasanatau cita-
cita yang terfokus pada situasi tertentu. Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan
mempunyai beberapa langkah. Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada
prosespenyusunan sebuah perencanaan terdiri dari:
1. Analisis Situasi
Analisis situasi adalah langkah pertama proses penyusunan perencanaan. Langkah ini
dilakukan dengan analisis data laporan yang dimiliki oleh organisasi (data pimer) atau
mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang data nya dibutuhkan, observasi, dan
wawancara. Agar mampu melaksanakan analisis situasi dengan baik, manajer dan staf
sebuah organisasi atau mereka yang diberikan tugas sebagai tim perencana harus dibekali
ilmu epidemiologi, ilmu antropologi, ilmu demografi, ilmu ekonomi dan ilmu statistik.
2. Mengidentifikasi Masalah dan Prioritasnya
Melalui analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam data. Data dianalisis lebih lanjut
menggunakan pendekatan epidemiologi untuk dapat dijadikan informasi tentang distribusi di
suatu wilayah, berdasarkan kurun waktu tertentu dan pada kelompok masyarakat tertentu.
Informasi lain yang perlu dicari adalah bagaimana tanggapan masyarakat tentang maslah
kesehatan masyarakat tersebut dan bagaimana potensi organisasi untuk memecahkannya.
Informasi tersebut dibutuhkan oleh pimpinan untuk mengambil keputusan tentang
bagaimana puskesmas akan mengembangkan program intervensi.
3. Menentukan Tujuan Program
Setelah prioritas masalah kesehatan ditetapkan, kemudian menetapkan tujuan program.
Semakin jelas rumusan masalah kesehatan masyarakat denganmenggunakan kriteria di atas
akan semakin mudah menyusun tujuan program. Sebelum rencana kerja operasional
disusun, beberapa pertanyaan berikut ini wajib dipahami oleh tim perencana:
a. Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (potensi organisasi-how many)?
b. Seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat akan dipecahkan (potensi organisasi-how
many)?
c. Kapan target tersebut akan dicapai (target waktu-when)?
Merumuskan tujuan program operasional berdasarkan jawaban ketiga
4 Mengkaji Hambatan Dan Kelemahan Program
Langkah keempat proses penyusunan rencana adalah mengkaji kembali hambatan dan
kelemahan program yang pernah dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mencegah atau
mewaspadai timbulnya hambatan serupa.
Selain mengkaji hambatan yang pernah dialami, juga dibahas prediksi kendala dan
hambatan yang mungkin akan terjadi dilapangan pada saat program dilaksanakan
5 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
Hambatan (kelemahan) yang bersumber dari dalam organisasi harus dikaji dahulu sebelum
rencana kerja operasional disusun. Jika tidak, program yang akan dilaksanakan akan
terhambat oleh faktor organisasi. Faktor lingkungan di luar organisasi seperti peran serta
masyarakat dan kerja sama lintas sektor juga penting dikaji sebagai bagian dari strategi
pengembangan program di lapangan.
a. Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (potensi organisasi-how many)?
b. Seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat akan dipecahkan (potensi organisasi-how
many)?
c. Kapan target tersebut akan dicapai (target waktu-when)?
Merumuskan tujuan program operasional berdasarkan jawaban ketiga

4. Mengkaji Hambatan Dan Kelemahan Program


Langkah keempat proses penyusunan rencana adalah mengkaji kembali hambatan dan
kelemahan program yang pernah dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mencegah atau
mewaspadai timbulnya hambatan serupa.
Selain mengkaji hambatan yang pernah dialami, juga dibahas prediksi kendala dan
hambatan yang mungkin akan terjadi dilapangan pada saat program dilaksanakan

5 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)


Hambatan (kelemahan) yang bersumber dari dalam organisasi harus dikaji dahulu sebelum
rencana kerja operasional disusun. Jika tidak, program yang akan dilaksanakan akan
terhambat oleh faktor organisasi. Faktor lingkungan di luar organisasi seperti peran serta
masyarakat dan kerja sama lintas sektor juga penting dikaji sebagai bagian dari strategi
pengembangan program di lapangan.

2.5 Pengelolaan pelayanan kebidanan

Tujuan Pembelajaran
1. Mampu mendiskripsikan tugas bidan dalam pengelohan Pelayanan Asuhan Kebidanan
sebagai Ketua/Penanggung jawab shift
2. Mampu mengembangkan diri dalam sistem pelayanan asuhan kebidanan termasuk di
daerah konflik/rawan penyakit menular
Pengolahan Pelayanan
a. TUJUAN PELAYAN
b. INDIKATOR KEBERHASILAN
c. MEKANISME/ALUR PELAYANAN-SISTEM
d. PEMBAGIAN TUGAS
f. MONITORING & EVALUASI
Pelayanan Asuhan Kebidanan sebagai suatu Sistem
1. Pelayanan Kebidanan sebagai bagian integral dari sistem pelayanankesehatan yang
diberikan oleh bidan
2. Dilakukan secara mandiri, kolaborasi , konsultasi dan rujukan
3. Ditujukan untuk kesehatan reproduksi perempuan sepanjang siklus
kehidupannya,termasuk bayi dan anak

Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan dilakukan dari tingkat pelayanan kesehatan primer , sekunder dan
tertier. Memberikan pelayanan kebidanan esensial, melakukan pelayanan :
1. Promotif
2. Specific protection
3. Deteksi dini dan pertolongan awal ( PPGDON, PONED,PONEK )
Mutu Pelayanan Kebidanan
Dua faktor yang menetukan mutu pelayanan kebidanan , yaitu
1. Peningkatan dan pengembangan SDM tenaga Bidan ( quality of midwifery care )
2. Penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan tugas ( quality of
services )

Penataan alur pelayanan


STANDARISASI PELAYANAN
a. EFISIEN & EFEKTIF
b. KEAMANAN & KESELAMATAN

KLIEN DATANG

I. ANAMNESIS IDENTITAS, TUJUAN


DATANG TANDA
S KEHAMILAN/KEGUGURAN RISIKO
ISR/PMS

KONSELING AWAL

PELAYANANIIB
KESEHATAN REPRODUKSI ESENSIAL
IIA IIC
PELAYANAN IID IIE
PELAYANAN PELAYANAN
KEHAMILAN KASUS PEMERIKSAAN
KONTRASEPSI PASCAKEGU
PERSALINAN & PERKOSAAN
GURAN
NIFAS
RENCANA :
DIAGNOSTIK PENGOBATAN PENYULUHAN
KONSELING PASCA TINDAKAN

2.6 Pembentukan Tim dalam Praktik Kebidanan

Pengertian Kerjasama Tim

Tim Kerja merupakan kelompok yang upaya-upaya individualnya menghasilkan suatu kinerja
yang lebih besar daripada jumlah dari masukan individu-individu suatu tim kerja
membangkitkan sinergi positif lewat upaya yang terkoordinasi. Upaya-upaya individual
mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan
individu tersebut. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja yang dicapai
oleh sebuah tim lebih baik dari pada kinerja per individy di suatu organisasi mauoun
perusahaan.

Selain itu, mengungkapkan tim kerja adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya
menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual. Hal ini memiliki
pengertian tim lebih baik dari pada kinerja perindividu disuatu organisasi ataupun suatu
perusahaan. Pekerja tim atau im kerja adalah orang yang sportif, sensitif, dan senang
bergaul, serta mampu mengenali aliran emosi yang terpendam dalam tim sangat jelas.

Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha
individual mereka menghasilkan satu tingkat kerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan
individual. Penggunaan tim secar ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi
untuk membutuhkan banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Kinerja tim
akan lebih ungul daripada kinerja individu jika tugas yang harus dilakukan menutut
keterampilan ganda. Berdasarkan pengertian tim kerja di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kerjasama tim adalah sebuah kumpulan individu yang terdiri atas 2 orang atau.

lebih yang hasil kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan masukan individual.

Jenis Tim

Pembagian tim kerja dibagi atas 6 bagian , antara lain :

1. Tim Formal
Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur formal organisasi.

1. Tim Vertikal
Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai komando
formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando. Setiap tim diciptakan
oleh organisasi untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu lewat aktifitas dan interaksi
bersama para anggota.

2. Tim Horizontal
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari tingkat
hierarki yang hamper sama tetapi berasal dari area keahlian yang berbeda.

3. Tim dengan Tugas Khusus


Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi formal untuk
mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus.

4. Tim Mandiri
Tim mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja dengan berbagai
keterampilan yang menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa
secara lengkap dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang anggota terpilih.

5. Tim Pemecah Masalah


Tim pemecah masalah biasannya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar perjam
dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan cara
memperbaiki kualitas , efiensi dan lingkungan kerja.

2.7 membangun kemitraan/jejaring bersama pemangku kepentingan

pendahuluan

a. saat ini : pertumbuhan dan perkembangan iptek sangat cepat dalam berbagai
bidang, termasuk dalam bidang manajemen organisasi dan perilaku organisasi
b. Pengelolaan organisasi tidak cukup dengan mengandalkan sesuatu yang bersifat
alamiah atau manajemen seadanya, akan tetapi hendaknya menerapkan kaidah
– kaidah ilmu pengetahuan yang memang tumbuh cepat, terutama dalam upaya
meningkatkan efektivitas – efisiensi organisasi

Prinsip data kemitraan

1. KESETARAAN : setiap mitra patut dihormati, diakui


kemampuannya, & dipercaya penuh
2. KETERBUKAAN : Saling terbuka, percaya dan jujur, perjanjian
dengan terbuka
3. SALING MENGUNTUNGKAN : memberi manfaat lebih pada
semua pihak

Langkah Pelaksanaan Kemitraan

1. Identifkasi

2. Sosialisasi tentang program

3. Penyamaan persepsi

4. Pengaturan peran
5. Komunikasi intensif

6. Melakukan kegiatan

7. Pemantauan & evaluasi

Struktur mempengaruhi perilaku

a. Sebuah sistem adalah sesuatu yang memelihara keberadaannya dan berfungsi sebagai
sebuah kesatuan melalui interaksi antar bagiannya
b. Suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan
yang jelas
c. Kalau diletakkan didalam sistem yang sama, setiap orang meskipun berbeda cenderung
mengeluarkan hasil yang serupa
d. Kompenen sistem
e. Input
f. Proces
g. Output
h. Putcame ( dampak / manfaat )
Contoh inmput RSU

Man : SDM profesional mempunyai daya saing

Money : sadar biaya, efisien da mandiri

Material : bahan medis, obat yang memenuhi standar

Machine : alat medis, teknologi yg berkualitas

Market : masyarakat dan wawasan

2.8 advokasi dalam pengembangan kebijakan

1. Advokasi berasal dari kata advocate, yang berarti pembelaan, atau anjuran terhadap suatu
masalah atau kasus.

2. Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.

3. WHO (1989) : “advocacy is a combination on individual and social action design to gain
political commitment, policy support, social acceptance and systems support for particular
health goal or programme (WHO,1989).

4. Advokasi juga dapat diartikan sebagai upaya pendekatan (pproaches) terhadap orang lain
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan

PRINSIP ADVOKASI
a. Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup kegiatan
komunikasi persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan tekanan
(pressure) kepada para pemimpin institusi.
b. Advokasi tidak hanya dilakukan individu, tetapi juga oleh kelompok atau organisasi,
maupun masyarakat..
c. Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian
masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari
solusinya.
d. Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi yang dapat mempengaruhi bentuk
dan praktek penerapan hukum.

KOMUNIKASI DALAM ADVOKASI

Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting, sehingga komunikasi dalam rangka advokasi
kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif. Kiat – kiatnya antara lain sebagai
berikut :

1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
4. Lengkap ( complet )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( convince )
7. Konstsektual (contexual )
8. Berani ( courage )
9. Hati – hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )

STRATEGI PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI

a. Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan


b. Menjalin kemitraan
c. Memobilisasi kelompok peduli
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung
e. Memperkuat kegiatan-kegiatan komunitas
f. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills) dan pemberdayaan
masyarakat
g. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services )

TEKNIK DALAM ADVOKASI


1. Lobi Politik (Political Lobbying)

2. Seminar / presentasi

3. Debat

4. Dialog

5. Negosiasi

6. Petisi
7. Mobilisasi

8. Konferensi Pers

ADVOKASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

1.Sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kebidanan, utamanya promosi kesehatan,
sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan

2. Menyentuh pada level pembuat kebijakan ➔ memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih
tahu dan memerhatikan kesehatan.

3. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari kepala
desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bisa tersampaikan dengan kemudahan
kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat menyokong atau
pembelaan terhadap kaum lemah (miskin ).

CONTOH IMPLEMENTASI ADVOKASI BIDAN

1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hak-haknya yang


diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal

2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di
dukun dan menggunakan peralatan yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada
pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun menggunakan
peralatan yang steril salah satu caranya adalah melakukan pembinaan terhadap dukun bayi dan
pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan menggunakan alat-alat yang
tidak steril.

3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. Bidan sebagai advocator mempunyai
tugas antara lain:

a. Mempromosikan dan melindungi kepentingan orang-orang dalam pelayanan kebidanan,


yang mungkin rentan dan tidak mampu melindungi kepentingan mereka sendiri.

b. Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi kesehatan
dan membertikan dukungan sosial.

c. Melakukan kegiatan advokasi kepada para pengambil keputusan berbagai program dan
sektor yang terkait dengan kesehatan.

d. Melakukan upaya agar para pengambil keputusan tersebut meyakini atau mempercayai
bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu di dukung melalui kebijakan atau keputusan
politik dalam bentuk peraturan, Undang-Undang, instruksi yang menguntungkan kesehatan
public dengan sasaran yaitu pejabat legislatif dan eksekutif. Para pemimpin pengusaha,
organisasi politik dan organisasi masyarakat baik tingkat pusat, propinsi, kabupaten,
keccamatan desa kelurahan.
2.9 Penggerakan peran serta masyarakat

Pengertian peran serta masyarakat Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat
yang dilakukan berdasarkan gotongroyong dan swadaya masyarakat dalamrangka menolong
mereka sendiri mereka sendiri mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan
masyarakat,baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan
agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat.

Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan bahwa partisipasi
atau peran serta masyarakat pada hakekatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku namun
batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulituntuk
dirumuskan.

1. Peran serta masyarakat (PSM) adalah Proses dimana individu,keluarga dan lembaga
masyarakat termasuk swasta
a). Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga danmasyarakat.
b). Mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga danmasyarakat
c). Menjadi pelaku perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkankegiatan
masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan atas kemandirian dankebersamaan.
2. Dasar dasar filosofi peran serta masyarakat hubungannya dengan fasilitas dan tenaga
kesehatan, peran sertamasyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut.
Dengan kata lain peran serta masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenagakesehatan.
Peran serta masyarakat didasarkan pada idealisme berikut
a. Community fell need
apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berartibahwamasyarakat itu
memerlukan pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan bukan karena diturunkan dari atas,
yang belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan masyarakat dan
untuk masyarakat.
b. Organisasi pelayanan masyarakat kesehatan yang berdasarkan peran sertamasyarakat.
hal ini bararti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.
c. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri artinya tenaga
dan penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya
sukarela.

3. Metode peran serta masyarakat Metode yang dapat dilakukan untuk mangajak atau
menumbuhkan peranserta masyarakat pada dasarnya ada dua cara, antara lain
a. Peran serta dengan paksaan artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu
program, baik melalui perundang-ungdangan, peraturan-perturan maupun dengan
perintah lisan saja. arah ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah, tetapi masyarakatakan
takut, merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan.
akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program yang ada.
b. Peran serta dengan persuasi dan edukasi artinya suatu parisipasi yang didasari pada
kesadaran. Sukar tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa
memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya baik
secara langsung maupun tidak langsung.

4. Elemen-elemen peran serta masyarakat elemen-elemen peran serta masyarakat


diantaranya sebagai berikuta. Motivasi
Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi masyarakat
sulit berpartisipasi disegala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri
dan pihak luarnya hanya merangsang saja. untuk itu pendidikan kesehatan sangat
diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
b. Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, idedan informasi
kepada masyarakat. media masa, seperti media massa, radio, poster, film dan sebagainya.
Semua itu sangat efektif untuk manyampaikan pesan yang akirnya dapat menimbulkan
partisipasi.
c. Kooperasi
kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan
sendiri adalah mutlak diperlukan. adanya team work antara mereka ini akan membantu
menumbuhkan partisipasi.
d. Mobilisasi
Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan
program. Partipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai ke akhir mungkin,
dari identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, perencanaan program,
pelaksanaan sampai dengan monitoring dan evaluasi program. 5. Strategi peran serta
masyarakat
Strategi peran serta menurut noto atmojo (2007) yang dapat dipakai adalahsebagai berikut
a. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpatimasyarakat. Pendekatan
ini terutama ditunjukan kepada pimpinanmasyarakat, baik yang formal maupun informal.
b. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan tim
1. Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa.
2. Tim kerja yang dibentuk tiap RT anggota tim adalah anggota tim adalah pemuka
masyrakat RT yang bersangkutan dan pimpinan oleh ketua RT.
c. Survei diri
Tiap tim kerja di RT melakukan survei di masyrakatnya masing-masing dan diolah serta
dipresentasikan kepada warganya.
d. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkanpresentasi survei
diri dari tim kerja, serta telah menentukan Bersama
e. Training (Pelatihan)

Training para kader harus dipimpin oleh dokter puskesmas meliputi medis dan manajemen kecil-
kecilan dalam mengolah program-program Kesehatan tingkat desa serta pencatatan, pelaporan,
dan rujukan

2.10 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untukmenumbuhkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan merekasendiri. Pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau prosesuntuk menumbuhkan kesadaran
kemauan dan kemampuan dalam memelihara danmeningkatkan kesehatan (Supardan,
2013).
Strategi pemberdayaan masyrakat meliputi :
a.Meningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenalidan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi
b.Meningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat
c.Mengembangkan dan pengorganisasian masyarakatd. Menguatkan dan Meningkatan
advokasi kepasa pamangku kepentingan
Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan
lainnya menyangkut kesehatanibu dan anak akan mudah dihindarkan jika posyandu
kembali diprogramkan secara menyeluruh.Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem
lima meja yang meliputi:
Meja 1 : pendaftaran
Meja 2 : penimbangan
Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet besi
Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatanserta pelayanan keluarga berencana.

2.11 MEMBUKA BIDAN PRAKTEK MANDIRI

1. Pengertian bmp
Bidan Praktek Mandiri ( BPM ) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang
kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat
Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau
program. (Imamah, 2012:01)
Bidan Praktek Mandiri memiliki berbagai persyaratan khusus untuk menjalankan
prakteknya, seperti tempat atau ruangan praktek, peralatan, obat – obatan. Namun pada
kenyataannya BPM sekarang kurang memperhatikan dan memenuhi kelengkapan praktek
serta kebutuhan kliennya. Di samping peralatan yang kurang lengkap tindakan dalam
memberikan pelayanan kurang ramah dan bersahabat dengan klien. Sehingga masyarakat
berasumsi bahwa pelayanan kesehatan bidan praktek mandiri tersebut kurang
memuaskan. ( Rhiea, 2011 : 01)
Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki
kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh
akses pelayanan yang bermutu, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas
persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek seperti perizinan, tempat,
ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan
standar.

2. Persyaratan Pendirian Bidan Praktek Mandiri


1. Menjadi anggota IBI
2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan
3. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek
4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara perorangan dengan
pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan perawatan.
7. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis.
8. Bidan dalam menjalankan praktek harus :
Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan kesehatan.
b. Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal 5 tempat tidur.
Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap
(protap) yang berlaku.
d. Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku.
9. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek bidannya atau foto
copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat.
10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang memiliki SIPB
untuk membantu tugas pelayanannya
11. Bidan yang menjalankan praktek harus harus mempunyai peralatan minimal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan peralatan harus tersedia ditempat prakteknya.
12. Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan .
13. Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan meningkatkan
keterampilan
profesinya antara lain dengan :
a. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar informasi dengan
sesama bidan .
b. Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya,
baik yang
c. Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar tetap siap dan
berfungsi dengan baik.
3. Selain itu harus memenuhi persyaratan bangunan yang meliputi :
a. Papan nama
1. Untuk membedakan setiap identitas maka setiap bentuk pelayan medik dasar swasta
harus mempunyai
nama tertentu, yang dapat diambil dari nama yang berjasa dibidang kesehatan, atau yang
telah meninggal atau nama lain yang sesuai dengan fungsinya.
2. Ukuran papan nama seluas 1 x 1,5 meter.
3. Tulisan blok warna hitam, dan dasarnya warna putih.
4. Pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas mudah terbaca oleh
masyarakat . b. Tata ruang
1. Setiap ruang priksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.
2. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang priksa, ruang
adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu, dan kamar mandi/WC masing-
masing 1 buah.
3. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan.
c. LokasiMempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah
setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat
perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya. Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan
sejenisnya dan juga agar sesuai fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
d. Hak dan Guna Pakai
1. Mempunyai surat kepemilikan (Surat hak milik / surat hak guna pakai)
2. Mempunyai surat hak guna (Surat kontrak bangunan) minimal 2 tahun

4. Menerapkan Analisis SWOT


a. Strength (Kekuatan)
• Telah menyelesaikan program SI Kebidanan
• Pengetahuanbaiktekhnismaupun non tekhnis, anatara lain :
1. Asuhan persalinan normal
2. LSS
3. Diklat jarak jauh bidan
4. Keluarga berencana
5. Insersi IUD
6. Pemasangan AKBK
7. Pelatihan penanganan HIV AIDS
8. Pelatihan isu gender
9. Pelatian kesehatan reproduksi
• Memiliki wajah yang menarik
• Memiliki solidaritas yang tinggi
• Pandai bersosialisasi
• Memiliki rasa humor
• Kreatif dan inovatif
• Ramah dan santun
b. Weakness (Kelemahan)
• Sensitif
• Berbicara spontan apa adanya, terkadang tanpa mempedulikan perasaan orang lain
• Pelupa
c. Opportunities (peluang)
• Bidan praktek swasta yang ada relatif sedikit
•Setelah dianalisis pelayanan sebagian bidan di daerah itu kurang memuaskan khususnya
dalam bidang kepuasan pelanggan
• Bidan-bidan senior kurang bisa meningkatkan kreatifitas sehingga terlihat monoton
d. Threats (ancaman)
• Adanya persaingan yang tidak sehat
Persyaratan menurut KEPMENKES RI NO. 900/MENKES/SK/VII/2002
1. Bidan dalam menjalankan prakteknya harus:
•Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan kesehatan
•Menyediakan tempat tidur untuk persalinan, minimal 1 dan maksimal 5 tempat tidur
• Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap
yang berlaku
• Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku
2. Bidan yang menjalankan praktek harus mencantumkan izin praktek bidannya atau
fotocopy izin prakteknya di ruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat. Memilki
peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap (protap)
3. Bidan dalam prakteknya menyediakan lebih dari 5 tempat tidur, harus memperkerjakan
tenaga bidan yang lain, yang memiliki SIPB untuk membantu tugas pelayanannya.
4. Bidan yang menjalankan praktek harus mempunyai peralatan minimal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan harus tersedia di tempat prakteknya
5. Peralatan yang wajib dimiliki dalam menjalankan praktek bidan sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan
6. Dalam menjalankan tugas bidan harus senantiasa mempertahankan dan meningkatkan
keterampilan profesinya antara lain dengan:
• Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar informasi dengan
sesama bidan
• Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik
yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi
• Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar tetap siap dan
berfungsi
5. Memiliki Surat Perijinan
SIPB dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang seterusnya akan
disampaikan laporannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan
tembusan kepada organisasi profesi setempat.
6. Kelengkapan Administrasi, Peralatan, Sarana dan Prasarana BPM
1. Administrasi
2. Peralatan dan obat-obat an
3. Sarana dan prasarana asuhan roaming-in/Rawat gabung

7. Pelayanan yang Diberikan Bidan Praktek Mandiri


Dalam bidan praktek mandiri memberikan pelayanan yang meliputi :
1. Penyuluhan Kesehatan
2. Konseling KB
3. Antenatal Care (senam hamil, perawatan payudara)
4. Asuhan Persalinan
5. Perawatan Nifas (senam nifas)
6. Perawatan Bayi
7. Pelayanan KB ( IUD, AKBK, Suntik, Pil )
8. Imunisasi ( Ibu dan Bayi )
9. Kesehatan Reproduksi Remaja
10. Perawatan Pasca Keguguran.

2.12 Pengertian Wirausahawan

Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18).

B. Manfaat Kewirausahaan
Thomas W. Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan adalah sebagai
berikut:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri
2. Memberi peluang melakukan perubahan
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya
4. Memiliki peluang untu meraih keuntungan seoptimal mungkin
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan
atas usahanya
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai menumbuhkan rasa senang
dalam mengerjakan nya

C. Fungsi Kewirausahaan
Setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan sebagai berikut:
1. Fungsi pokok wirausaha, yaitu:
a. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil risiko tentang tujuan dan
sasaran perusahaan.
b. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan c. Menetapkan bidang usaha dan pasar
yang akan dilayani d. Menghitung skala usaha yang diinginkannya
e. Menentukan permodalan yang diinginkannya (modal sendiri dan modal dari luar)
f. Memilih dan menetapkan kriteria pegawai/karyawan dan memotivasinya
g. Mengendalikan secara efektif dan efisien
h. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru
i. Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta mengolahnya
menjadi barang atau jasa yang menarik
j. Memasarkan barang dan atau jasa yang menarik
k. Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan sekaligus
dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal.

2. Fungsi tambahan wirausaha, yaitu:


a. Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan peluang
usaha.
b. Mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi perusahaan.
c. Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun merusak
lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya.
d. Meluangkan dan peduli atas CSR (Corporate Social Responsibility). Setiap pengusaha
harus peduli dan turut serta bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.

D. Prinsip-prinsip Kewirausahaan
Dari prinsip-prinsip entrepreneurship yang diungkapkan oleh Dhidick D. Machyudin,
Khafidlul Ulum dan Leonardus Saiman, maka prinsip-prinsip
berwirausaha dapat disempurnakan menjadi 14 prinsip, antara lain:
1. mulailah dan jangan takut gagal:
2. penuh semangat,
3. kreatif dan inovatif;
4. sabar, tekun, tabah;
3. optimis;
6. membangun relasi dan network dengan sesama wirausahawan;
7. bertindak dengan penuh perhitungan:
8. pantang menyerah;
9. ambisius;
10. peka terhadap pasar:
11. berbisnis dengan standar etika:
12. mandiri.
13. jujur, dan
14. peduli terhadap lingkungan merupakan modal penting dalam mencapai kunci sukses
berwirausaha.

E. Pola Pikir Wirausahawan


Menurut Neal Thornberry, Pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut:
1. Memiliki Locus of Control internal
Menggambarkan bagaimana seseorang berpikir tentang kendali hidupnya.
2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas
Seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal yang
dianggap pakem. Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang ingin membuka
restoran adalah; bukalah di tempat yang ramai. Namun

berwirausaha dapat disempurnakan menjadi 14 prinsip, antara lain:


1. mulailah dan jangan takut gagal:
2. penuh semangat,
3. kreatif dan inovatif;
4. sabar, tekun, tabah;
3. optimis;
6. membangun relasi dan network dengan sesama wirausahawan;
7. bertindak dengan penuh perhitungan:
8. pantang menyerah;
9. ambisius;
10. peka terhadap pasar:
11. berbisnis dengan standar etika:
12. mandiri.
13. jujur, dan
14. peduli terhadap lingkungan merupakan modal penting dalam mencapai kunci sukses
berwirausaha.

E. Pola Pikir Wirausahawan


Menurut Neal Thornberry, Pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut:
1. Memiliki Locus of Control internal
Menggambarkan bagaimana seseorang berpikir tentang kendali hidupnya.
2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas
Seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal yang
dianggap pakem. Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang ingin membuka
restoran adalah; bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian, saat ini sudah banyak
contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil justru diserbu pelanggannya.
3. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari dirinya. Seorang Bidan yang
membuka praktek mandiri maupun klinik bisa bekerja sama dengan bidan lain maupun
dokter spesialis kebidanan dan anak sehingga bersinergi.
4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Bidan selaku wirausahawan selalu awas terhadap peluang-peluang
baru. Bidan dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempa mampu membaca trend
jaman.
6. Rasa urgenitas yang tinggi.
Para tokoh bisnis sering mengatakan pameo ini "inovasi atau mati". Apa artinya? Artinya
adalah bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati, ini adalah sesuatu yang urgen
dan tidak bisa ditunda tunda lagi.
7. Perseverance
Usaha untuk menemukan mematangkan dan mewujudkannya.
8. Resilience (ketahanan)
Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak yang jika dipukul selalu
kembali ke posisi semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita yang sadar
bahwa hidup adalah perjuangan. dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk
bangkit setelah jatuh dan bangun setelah terjerambab oleh kerasnya kehidupan.
9. Optimis
Secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivitas ke aktivitas lain,
tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa tujuan akan
tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri.
10. Rasa humor tentang diri sendiri
Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah bentuk
kapabilitas untuk mengkoreksi bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah sebuah rasa
legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang optimal.

F. Kewirausahaan dan Pengembangan Diri


1. Kewirausahaan dan Softskill
Softskill, dalam konteks dunia pendidikan sering kali dibedakan dengan hardskill. Hardskill
sering diidentikkan dengan kemampuan/keterampilan atau kapabilitas yang didapatkan
dari pembelajaran pada bidang ilmu tertentu. Sedangkan softskill lebih merupakan
karakter/keahlian umum dalam hubungan interpersonal, kepemimpinan, keterampialn
berkomunikasi, kemampuan mengorganisasi, kesediaan menerima kritik dan lan-lain yang
cenderung bersifat generalis dan melekat dengan hardskill apapun. Artinya, hardskill lebih
bersifat spesifik (berbasis ilmu pengetahuan), dan softskill lebih umum dan generalis.
Soft Skill yang dibutuhkan dalam bekerja:
• Inisiatif
• Integritas
• Berpikir kritis
• Kemauan belajar
• Komitmen
• Motivasi
• Bersemangat
• Dapat diandalkan
• Komunikasi lisan
• Kreatif
• Kemampuan analitis
• Dapat mengatasi stress
• Manajemen diri
• Menyelesaikan persoalan
• Dapat meringkas
• Berkooperasi
• Fleksibel
• Kerja dalam tim
• Mandiri
• Mau mendengarkan
• Tangguh
• Berargumentasi logis
• Manajemen waktu
• Kewirausahaan dan Berpikir Apresiatif

2. Kewirausahaan dan Penentuan Tujuan


Sangat penting bagi seorang wirausaha menetapkan sebuah tujuan. Salah satu alasan
mengapa banyak orang yang tidak mencapai tujuan tujuannya adalah karena mereka tidak
pernah menuliskan tujuan-tujuan mereka tersebut. Sering kita lihat, bidan-bidan yang
sukses dengan BPS maupun klinik bersalinnya menuliskan visi dan misi yang akan dicapai
pada dinding praktek mereka.

G. Kewirausahaan, Kreativitas dan Inovasi


Usaha Bidan Praktek Swasta / klinik bersalin yang sukses dan berhasil dalam waktu yang
cukup lama, biasanya dimulai dengan kreativitas dan inovasi dari pengelolanya. Perbedaan
kreativitas dan Inovatif :
Kreatif:
• Menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain
• Menghubungkan ide-ide/hal-hal yang tadinya tidak berhubungan
Inovatif:
• Menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada
• Pembaruan/menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda.

H. Kewirausahaan Dan Networking


Berikut dikemukakan 2 pengertian tentang networking atau jejaring yaitu : Networking
adalah seni dan praktek untuk menghadiri peristiwa sosial dan berhubungan atau
melakukan kontak dengan orang-orang yang memiliki kemungkinan membantu usaha atau
bisnis (Atomic Dog Publishing, 2006).

2.13 Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan

Pelayanan bidan di Indonesia mengacu pada Permenkes No.1464/Menkes/PER/2010 Pasal 9


yaitu: Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan serta keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas, bidan melakukan kolaborasi,
konsultasi, dan rujukan sesuai kondisi pasien. Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia
sudah ada sejak jaman kolonial Belanda, dimana pendidikan bidan di Indonesia mengalami pasang
surut. Penyelenggaraan program D-III Kebidanan yang cukup besar salah satunya diperlukan
sumber daya manusia yang cukup sebagai tenaga pengajar. Pada saat ini jenjang pendidikan bidan
sudah mencapai S1 dan S2. Pengembangan pendidikan kebidanan harus dirancang secara
berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup.

2.14 Pengertian Kerja Sama Lintas Program dan Lintas Sektor


Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara beberapa program dalam
bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja sama lintas program yang diterapkan di
puskesmas berarti melibatkan beberapa program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus
kerja sama lintas program adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya
menggalang kerja sama lintas sektoral.1
Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang- orang di luar sektor kesehatan yang
merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang secara langsung atau tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Kerja sama tidak hanya dalam proposal pengesahan, tetapi juga ikkut
serta mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi informasi serta
mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan yang dikenali antara bagian atau
bagian-bagian dari sektor yang berbeda, dibentuk utnuk mengambil tindakan pada suatu masalah
agar hasil yang tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien disbanding sektor
kesehatan bertindak sendiri (WHO 1998). Prinsip kerja sama lintas sektor melalui pertalian dengan
program di dalam dan di luar sektor kesehatan untuk mencapai kesadaran yang lebih besar
terhadap konsekuensi kesehatan dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi sektor-sektor
yang berbeda.1
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor penganggulangan yang
meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran, dan tanggung jawab. Masalah
anggaran sering membuat beberapa institusi membentu kerja sama. Pengendalian melalui
manajemen lingkungan memerlukan kejelasan yang efektif antara sektor klinis, kesehatan
lingkungan, perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan masyarakat setempat. Komitmen
memerlukan pembagian visi dan tujian seta penetapan kepercayaan yang lebih tinggi dan tanggung
jawab timbale balik untuk tujuan bersama. Peran dan tanggung jawab menunjuk masalah siapa
yang akan melakukan keseluruhan kerjasa. Semua kerja sama memerlukan struktur dan proses
untuk memperjelas tanggung jawab dan bagaimana tanggung jawab tersebut dikerjakan.

2.15 Membangun dan mengembangkan jejaring lintas program dan lintas sektor

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kerjsasama lintas sektor penganggulangan


yang meliputi anggaran, peraturan, komunikasi, komitmen, peran, dan tanggung jawab.
Masalah anggaran sering membuat beberapa institusi membentu kerja sama.
Pengendalian melalui manajemen lingkungan memerlukan kejelasan yang efektif antara
sektor klinis, kesehatan lingkungan, perencanaan pemukiman, institusi akademis, dan
masyarakat setempat. 1

Komitmen memerlukan pembagian visi dan tujian seta penetapan kepercayaan yang lebih
tinggi dan tanggung jawab timbale balik untuk tujuan bersama. Peran dan tanggung jawab
menunjuk masalah siapa yang akan melakukan keseluruhan kerjasa. Semua kerja sama
memerlukan struktur dan proses untuk memperjelas tanggung jawab dan bagaimana
tanggung jawab tersebut dikerjakan.

2.16 Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kebidanan

1. Pengertian Mutu Pelayanan Kebidanan

Mutu pelayanan kebidanan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kebidanan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi kebidanan
yang telah ditetapkan.

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang


diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga
yang berkualitas. Layanan kebidanan ini diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan
yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera Sedangkan, beberapa ahli juga
berpendapat tentang pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan:

A. Menurut Azhrul Aswar (1996) mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi.
B. Menurut Mary R.Zimmerman mutu pelayanan kesehatan adalah

Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang
berkelanjutan atas seluruh proses yang meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang
untuk mendapatkan pelayanan dokter, dan karyawan.

C. Menurut Djoko Wijono mutu pelayanan kesehatan adalah

penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dan
suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat
yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak
pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi

 Standar Mutu Pelayanan Kebidanan


1. Pengertian

Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu sendiri dan
memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu layanan kesehatan.
Standar pelayanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang mutu yang diharapkan,
yang menyangkut masukan, proses, dan keluaran (outcome) sistem. layanan kesehatan.
Standar pelayanan kesehatan merupakan alat organisasi untuk menjabarkan mutu layanan
kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang yang terlibat dalam
layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem Klasifikasi Standar

Donabedian (1980) menganjurkan agar standar dan kriteria diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok. Anjuran Donabedian tersebut pada prinsipnya sama dengan yang dianjurkan
oleh WHO yaitu: standar struktur, standar proses dan standar keluaran (outcome)

A. Standar Input

atau Struktur Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem, kadang
kadang disebut juga sebagai masukan atau struktur. Termasuk ke dalamnya adalah
hubungan organisasi, misi organisasi, kewenangan, komite-komite,personel, peralatan,
gedung, rekam medis, keuangan, perbekalan, obat dan fasilitas.

B. Standar struktur merupakan rules of the game

Karakteristik yang relatif stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat dan sumber yang
dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di lingkungan kerja. Konsep struktur
termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan medis. Struktur digunakan sebagai pengukuran tidak langsung dari kualitas
pelayanan.Hubungan antara struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang penting
dalam merencanakan, mendesain, dan melaksanakan sistem yang dikehendaki untuk
memberikan pelayanan kesehatan.

C. Standar Proses Standar proses adalah sesuatu yang menyangkut semua aspek
pelaksanaan kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan kebijaksanaan . Standar
proses akan menjelaskan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya dan bagaimana
sistem bekerja. Dengan kata lain standar proses adalah

D. Standar Output/Outcome

Standar output merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan.Standar
keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasil atau gagal. Keluaran
(outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan
yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur. Tentang
output/outcome, Donabedian memberikan penjelasan bahwa outcome secara tidak
langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam
menilai apakah hasilnya bermutu atau tidak, diukur dengan dengan standar hasil (yang
diharapkan) dari pelayanan medis yang telah dikerjakan

2. penyusunan Standar Pelayanan Kesehatan

Penyusunan standar layanan kesehatan merupakan cara penyusunan bertahap.


Pendekatan ini digunakan untuk memandu organisasi layanan kesehatan atau orang

RUKTUR

a. Sumber daya manusia

B. Perbekalan

C. Peralatan

d. Bahan

e. Fasilitas

F. Kebijaksanaan
g. Standar

PROSES

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan fisik

c. Pemeriksaan penunjang medic

d. Peresepan obat

e. Penyuluhan kesehatan

f. Merujuk pasien

KELUARAN

a. Tingkat kepatuhan meningkat

b. Tingkat kesembuhan meningkat

c. Tingkat kematian menurun

d. Tingkat kecacatann menurun


e. Tingkat kepuasan pasien meningkat

C. Program Menjaga Mutu

1.Pengertian

 Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis


dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah
yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan(Maltos & Keller, 1989).

 Tujuan

Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yang jika
disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tujuan antara.

Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah diketahuinyamutu
pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai
apabila masalah serta prioritas masalah mutu berhasil ditetapkan.

B. Tujuan akhir.

Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin meningkatnya
mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat
dicapai apabila masalah dan penyebab masalah mutu berhasil diatasi

3. Manfaat

Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh.
Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:

a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.Peningkatan efektifitas yang


dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat direlesaikannya masalah yang tepat
dengan cara penyelesaian masalah yang benar.

b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.Peningkatan efesiensi yang


dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya penyelenggaraan
pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar.

c. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayan


kesehatan.Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
sebagai pemakai jasa pelayanan.

d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan


hukum

D. Bentuk-bentuk program menjaga mutu

1. Program menjaga mutu Prospektif


2. Program menjaga mutu konkuren

3. Program menjaga mutur retrospektif

4. Program menjaga mutu internal

5. Program menjaga mutu external

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi
atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang yang harus dimiliki
oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai pelayanan
kesehatan secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syrarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat. sesuai dengan keputusan menteri kesehatan telah
dibentuk standar komptensi bidan yang terdapat dalam standar profesi bidan, standar
kompetensi yang terdiri dari sembilan kompetensi ini sebagian ada yang berhubungan
dengan wewenang bidan namun ada pula yang tidak berhubungan yaitu tentang kompetensi
yang mengharuskan bidan memberi pelayanan sesuai dengan budaya masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/presentation/375089236/konsep-dasar-perubahan-bidan
https://id.scribd.com/presentation/360760489/1-Manajemen-Kebidanan-Sebagai-
Metode-Pemecahan-Masalah
https://www.academia.edu/37985892/PERENCANAAN_DAN_PENGORGANISASIAN_PE
LAYANAN_KEBIDANAN
https://id.scribd.com/presentation/334965322/PENGELOLAAN-PELAYANAN-
KEBIDANAN-ppt
https://id.scribd.com/doc/176510649/Kerja-Sama-Lintas-Program-Sektoral
https://www.academia.edu/11382048/
Pengertian_Penggerakan_peran_serta_masyarakat
https://www.academia.edu/42610817/
Makalah_Pemberdayaan_Masyarakat_Dalam_Kesehatan_masyarakat
https://id.scribd.com/document/355098790/MATERI-KEWIRAUSAHAAN-Dalam-
Praktik-Kebidanan
https://www.academia.edu/41121518/
MAKALAH_Manajemen_Mutu_Pelayanan_Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai