Anda di halaman 1dari 38

TERM OF REFFERENCE/ KERANGKA ACUAN KERJA

PROGRAM PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN


PEREMPUAN DALAM BIDANG KESEHATAN IBU DAN
ANAK BERBASIS PRODUK
“PELATIHAN KADER SARARI”

Disusun Oleh :

Rahmawati (P17312205066) Windy Putri Y (P17312205073)


Candrika E (P17312205067) Istinayah (P17312205074)
Bintan A (P17312195068) Alifia Nur D W (P17312205075)
Arini Amalia (P17312205069) Fatimah Azzahra (P17312205076)
Agustin D (P17312205070) Ririen Nur R (P17312205077)
Febriana K (P17312205071) Arie A M (P17312205078)
Alfiatus S (P17312205072) Wima Urfi (P17312205079)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan Term Of Refference/ Kerangka Acuan Kerja Program


Pengembangan Pemberdayaan Perempuan dalam Bidang Kesehatan Ibu dan Anak
Judul Kegiatan : Pelatihan Kader SARARI
Pelaksanaan Kegiatan : 26 Maret 2021
Tempat Kegiatan : Balai Desa

Dosen Pembimbing

IGA Karnasih, S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.Mat


NIP. 19681105 199403 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Pendidikan Profesi Bidan

Ika Yudianti, SST.,M.Keb


NIP. 198007272003122002
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Term
Of Refference/ Kerangka Acuan Kerja Program Pengembangan Pemberdayaan
Perempuan dalam Bidang Kesehatan Ibu dan Anak “Pelatihan Kader SARARI”

Laporan ini kami susun sebagai langkah awal dalam penyelenggaraan


kegiatan Kepanitraan Umum Stase Komunitas, COC, dan WEM Pendidikan
Profesi Bidan. Dalam penyusunan laporan ini, kami mendapatkan banyak bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Bapak Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Malang.

2. Ibu Herawati Mansur, SST,.M.Pd,M.PSi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.

3. Ibu Ika Yudianti, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan


Profesi Bidan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.

4. Ibu IGA Karnasih, S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Dosen pembimbing


Kepanitraan Umum Stase Komunitas, COC, dan WEM

5. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Program Studi Kebidanan Jember Politeknik


Kesehatan Kemenkes Malang.

Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran terbentuknya Term Of


Refference/ Kerangka Acuan Kerja Program Pengembangan Pemberdayaan
Perempuan dalam Bidang Kesehatan Ibu dan Anak “Pelatihan Kader SARARI”
ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan kegiatan.

Jember
Penulis
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
2020 - 2024

VISI PROGRAM STUDI


Menghasilkan lulusan bidan profesi yang beradab dan berdaya saing global dalam
pemberdayaan perempuan di keluarga dan masyarakat di Tingkat Nasional pada
tahun 2024.

MISI PROGRAM STUDI :


1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi bagi vokasi dan Profesi Kebidanan
yang beradab, inovatif dan berdaya saing global di bidang Kesehatan Ibu dan
Anak yang berbasis Pemberdayaan Perempuan.
2. Mengembangkan produktivitas penelitian terapan dan pengabdian kepada
masyarakat. Lingkup Kesehatan Ibu dan Anak yang berbasis Pemberdayaan
Perempuan yang berkualitas, inovatif dan mengembangkan Publikasi Ilmiah
yang bereputasi.
3. Mengembangkan tatakelola organisasi yang baik berbasis Teknologi
Informasi.
4. Mengembangkan kerjasama dan produktivitas kemitraan dalam negeri dalam
pelaksanaan Tri Dharma PT.
5. Mengembangkan kerjasama dan produktivitas kemitraan dengan luar negeri
dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat.
6. Melaksanakan Tata Kelola Organisasi yang Kredibel, Transparan, Akuntabel,
Bertanggung Jawab, dan Adil.
7. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia yang
Profesional dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI....................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Analisa Situasi...........................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat..........................................................5
2.2 Konsep Kader SARARI............................................................................9
BAB 3 LUARAN DAN DAMPAK KEGIATAN ..............................................13
3.1 Luaran Pelatihan Kader SARARI...........................................................13
3.2 Dampak Kegiatan Pelatihan Kader SARARI..........................................13
BAB 4 PERENCANAAN KEGIATAN .............................................................15
4.1 Peserta.....................................................................................................15
4.2 Jadwal dan Waktu...................................................................................15
4.3 Substansi (Isi dan Materi).......................................................................15
4.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi..........................................................15
4.5 Sarana dan Prasarana...............................................................................15
4.6 Rencana Anggaran..................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
Lampiran 1.............................................................................................................19
Lampiran 2.............................................................................................................20
Lampiran 3.............................................................................................................23
Lampiran 4.............................................................................................................26
Lampiran 5.............................................................................................................27
Lampiran 6.............................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan
berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan)
payudara, hal ini bisa terjadi pada wanita maupun pria (Siregar, 2014).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis tumor ganas yang paling
umum ditemukan, WHO (World Health Organization) menjadikan kanker
payudara sebagai pembunuh nomor satu yang mengancam kesehatan kaum
wanita. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan pada umumnya
menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan
pada usia 18 tahun (American Cancer Society, 2015).
Kasus kanker payudara mengalami penurunan di negara maju namun
di negara berkembang kasus kanker payudara mengalami peningkatan
(Ghoncheh, 2016). Pada tahun 2018, angka kejadian penyakit kanker di
Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan ke 8 di Asia
Tenggara, sedangkan di Asia berada pada urutan ke 23. Angka kejadian
kanker pada wanita yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar
42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000
penduduk dan diikuti oleh kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk
(Kemenkes, 2019).
Proses terbentuknya kanker payudara dimulai dari interaksi sel kanker
dengan berbagai macam zat karsinogen maupun perubahan protein yang
akan menimbulkan gangguan mutasi DNA menjadi abnormal (Sun, 2017).
Perubahan mutasi ini disebabkan oleh berbagai macam faktor pencetus
seperti gaya hidup tidak sehat, paparan estrogen, nuliparitas, menarche di
bawah usia 12 tahun, monopause terlambat, adanya riwayat kanker
payudara, endometrium, atau kanker ovarium serta riwayat kanker payudara
jinak pada penderita sebelumnya dan terpapar sinar radiasi pada dada
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara (Sun, 2017). Jika faktor
resiko tersebut tidak dikendalikan maka akan mengakibatkan perkembangan

1
sel kanker semakin cepat sehingga menimbulkan dampak yang buruk bagi
penderita.
Strategi pencegahan sangat perlu dilakukan untuk mengurangi
dampak yang timbul akibat kanker payudara, salah satunya adalah dengan
melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SARARI) (Potter, 2011).
SARARI merupakan salah satu cara deteksi dini kanker payudara dengan
cara meraba area payudara secara teratur sehingga dapat mengetahui dan
merasakan perubahan abnormal payudara dengan tujuan meningkatkan
kesadaran wanita akan resiko kanker payudara (WHO, 2018). Pemeriksaan
dilakukan selama sebulan sekali sejak usia 18-20 tahun, sebab 85% kelainan
payudara dapat diketahui oleh penderita bila dilakukan skrinning (Peraturan
Menteri Kesehatan No.34 [PMK No. 34], 2015). Namun pada
kenyataannya, pelaksanaan SARARI kurang maksimal dilakukan sehingga
tidak dapat mendeteksi dini terjadinya kanker payudara. Lebih dari 50%
penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan
ketika kanker payudara sudah pada stadium lanjut dan kebanyakan usia
penderita lebih dari 40 tahun (Kemenkes RI, 2016).
Pelaksanaan SARARI dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
pengetahuan tentang SARARI dan sikap serta dukungan dari lingkungan
sosial (Wahyuni, dkk, 2015). Hasil penelitian oleh Tambunan (2017)
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang SARARI dengan perilaku SARARI. Pengetahuan
masyarakat tentang tanda-tanda awal kemungkinan kanker didapatkan
melalui pemberian edukasi mengenai cara penapisan atau penemuan dini
kanker (SARARI) yang dapat dilakukan oleh kader masyarakat (Kemenkes,
2019). Kader tersebut dapat berperan sebagai motivator dan penyuluh
kesehatan karena mampu mengidentifikasi kebutuhan, hambatan dan
berkoordinasi dalam pelayanan kesehatan. Selain itu, kader juga memiliki
semangat sosial tinggi yang dapat menginspirasi, mengantusiasi,
mengaktivasi, menstimulasi, menggerakkan dan memotivasi masyarakat
(Susanto, 2016). Oleh karena pentingnya peran kader tersebut maka
diperlukan pendidikan SARARI kepada kader untuk dapat digunakan oleh

2
kader dalam memberikan motivasi dan penyuluhan kepada masyarakat
khususnya wanita usia subur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solehati
(2012) menyatakan bahwa pemberian pendidikan kesehatan SARARI
kepada kader kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan melakukan SARARI.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diadakan Pelatihan
Kader SARARI untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader
sehingga dapat memberikan motivasi dan penyuluhan kepada wanita usia
subur untuk melakukan SARARI dalam rangka mendeteksi dini terjadinya
kanker payudara.
1.2 Analisis Situasi
Berdasarkan data yang didapatkan di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember
pada Tahun 2021, hampir seluruhnya (84%) wanita usia subur tidak pernah
melakukan SARARI.
1.3 Tujuan
1.3.1 TIU (Tujuan Instruksional Umum)
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader sehingga dapat
memberikan motivasi dan penyuluhan kepada wanita usia subur untuk
melakukan SARARI.
1.3.1 TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
a. Kader dapat melakukan pemeriksaan SARARI
b. Kader dapat mengajarkan kepada wanita usia subur yaitu ibu-ibu
dan remaja putri tentang cara melakukan SARARI
c. Kader dapat mengetahui tanda-tanda kelainan pada payudara
melalui SARARI
d. Kader dapat melakukan deteksi dini kelainan pada payudara
melalui SARARI

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


2.1.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang
berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka
pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses
untuk memperoleh daya/ kekuatan/ kemampuan, dan atau proses pemberian daya/
kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang
atau belum berdaya. Pengertian “proses” menunjukan pada serangkaian tindakan
atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sitematis yang
mencerminkan pertahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum
berdaya menuju keberdayaan. Proses akan merujuk pada suatu tindakan nyata
yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah,
baik knowledge, attitude, maupun practice (KAP) menuju pada penguasaan
pengetahuan, sikap-perilaku sadar dan kecakapan-keterampilan yang baikMakna
“memperoleh” daya/ kekuatan/ kemampuan menunjuk pada sumber inisiatif
dalam rangka mendapatkan atau meningkatkan daya, kekuatan atau kemampuan
sehingga memiliki keberdayaan. Kata “memperoleh” mengindikasikan bahwa
yang menjadi sumber inisiatif untuk berdaya berasal dari masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian masyarakat yang mencari, mengusahakan, melakukan,
menciptakan situasi atau meminta pada pihak lain untuk memberikan daya/
kekuatan/ kemampuan. Iklim seperti ini hanya akan tercipta jika masyarakat
tersebut menyadari ketidakmampuan/ ketidakberdayaan/ tidak adanya kekuatan,
dan sekaligus disertai dengan kesadaran akan perlunya memperoleh daya/
kemampuan/ kekuatan. Makna kata “pemberian” menunjukkan bahwa sumber
inisiatif bukan dari masyarakat. Insisatif untuk mengalihkan daya/ kemampuan/
kekuatan, adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan kemampuan,
misalnya pemerintah atau agen-agen lainnya (Ambar teguh. 2014). .

4
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini
didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang
mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit.
Oleh karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini
berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan
cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya
pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan
(charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan pada proses kemandirian.

2.1.2 Konsep Pemberdayaan Perempuan


Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment)
berasal dari kata power yang artinya keberadayaan atau kekuasaan. Pemberdayaan
adalah suatu cara dengan mana seseorang, rakyat, organisasi. Komunikasi
diarahkan agar mampu menguasai (berkuasa atas) kehidupanya. Pemberdayaan
adalah sebuah proses dimana orang menjadi cukup kuat untuk bepartisipasi dalam
berbagai pengontrol atas, dan mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan
didenfinisikan sebagai proses dimana pihak yang tidak berdaya bisa mendapatkan
kontrol yang lebih banyak terhadap kondisi atau keadaan dalam kehidupanya.
Kontrol ini meliputi kontrol terhadap berbagai macam sumber (mencakup fisik
dan intelektual) dan ideologi meliputi (keyakinan, nilai dan pemikiran).
Pemberdayaan perempuan adalah usaha mengalokasikan kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial. Posisi perempuan akan membaik
hanya ketika perempuan dapat mandiri dan mampu menguasai atas keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan kehidupannya (Ambar teguh. 2014).

2.1.3 Ciri – Ciri Pemberdayaan Perempuan


Menurut Ambar (2014) terdapat dua ciri dari pemberdayaan perempuan.
Pertama, sebagai refleksi kepentingan emansipatoris yang mendorong masyarakat
5
berpartisipasi secara kolektif dalam pembangunan. Kedua, sebagai proses
pelibatan diri individu atau masyarakat dalam proses pencerahan, penyadaran dan
pengorganisasian kolektif sehingga meraka dapat berpartisipasi Adapun
pemberdayaan terhadap perempuan adalah salah satu cara strategis untuk
meningkatkan potensi perempuan dan meningkatkan peran perempuan baik di
domain publik maupun domestik.
Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan cara:
a. Membongkar mitos kaum perempuan sebagai pelengkap dalam rumah
tangga. Pada zaman dahulu, muncul anggapan yang kuat dalam
masyarakat bahwa kaum perempuan adalah konco wingking (teman di
belakang) bagi suami serta anggapan “swarga nunut neraka katut” (ke
surga ikut, ke neraka terbawa). Kata nunut dan katut dalam bahasa
Jawa berkonotasi pasif dan tidak memiliki inisiatif, sehingga nasibnya
sangat tergantung kepada suami.
b. Memberi beragam ketrampilan bagi kaum perempuan. Sehigga kaum
perempuan juga dapat produktif dan tidak menggantungkan nasibnya
terhadap kaum laki-laki. Berbagai ketrampilan bisa diajarkan,
diantaranya: ketrampilan menjahit menyulam serta berwirausaha
dengan membuat kain batik dan berbagai jenis makanan.
c. Memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap kaum perempuan
untuk bisa mengikuti atau menempuh pendidikan seluas mungkin. Hal
ini diperlukan mengingat masih menguatnya paradigma masyarakat
bahwa setinggi-tinggi pendidikan perempuan toh nantinya akan
kembali ke dapur. Inilah yang mengakibatkan masih rendahnya
(sebagian besar) pendidikan bagi perempuan.

2.1.4 Tahapan Pemberdayaan Perempuan


Pemberdayaan perempuan sebagai suatu proses, tentunya dilaksanakan
secara bertahap, dan tidak bisa dilaksanakan secara instan. Tahap-tahap
dalam pemberdayaan yaitu :

6
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku. Perlu membentuk
kesadaran menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa
membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan-ketrampilan agar terbukawawasan dan memberikan
ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual dan kecakapan
ketrampilan- ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan
kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian. Dalam
tahap pertama, tahap perilaku dan pembentukan perilaku merupakan
tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap
ini pelaku pemberdayaan berusaha menciptakan prakondisi supaya
dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang
efektif. Sentuhan penyadaran akan lebih membuka keinginan dan
kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat itu, sehingga dapat
merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi
untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Dalam tahap kedua,
dengan adanya pengetahuan, dan kecakapan ketrampilan maka sasaran
dari pemberdayaan akan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
ketrampilan yang menjadi nilai tambahan dari potensi yang dimiliki.
Sedangkan pada tahap ketiga, dalam tahapan peningkatan kemampuan
intelektual dan ketrampilan ini sasaran pemberdayaan diarahkan untuk
lebih mengembangkan kemampuan yang dimiliki, meningkatkan
kemampuan dan kecakapan ketrampilan yang pada nantinya akan
mengarahkan pada kemandirian.

2.1.5 Tujuan Pemberdayaan Perempuan


Menurut Ambar (2014), Tujuan Pemberdayaan perempuan
dilakukan untuk menunjang dan mempercepat tercapainya kualitas hidup
dan mitra kesejajaran antara laki-lakin dan perempuan yang bergerak dalam
seluruh bidang atau sektor. Keberhasilan pemberdayaan perempuan menjadi
7
cita cita semua orang. Namun untuk mengetahui keberhasilannya ada
beberapa indikator.
Adapun indikator pemberdayaan perempuan adalah sebagai berikut :
a. Adanya sarana yang memadai guna mendukung perempuan untuk
menempuh pendidikan semaksimal mungkin.
b. Adanya peningkatan partisipasi dan semangat kaum perempuan untuk
berusaha memperoleh dan mendapatkan pendidikan dan pengajaran
bagi diri mereka.
c. Meningkatnya jumlah perempuan mencapai jenjang pendidikan tinggi,
sehingga dengan demikian, perempuan mempunyai peluang semakin
besar dalam mengembangkan karier sebagaimana halnya laki-laki.
d. Adanya peningkatan jumlah perempuan dalam lembaga legislatif,
eksekutif dan pemerintahan.
e. Peningkatan keterlibatan aktifis perempuan dalam kampanye
pemberdayaan pendidikan terhadap perempuan. Namun lebih dari itu
semua adalah terciptanya pola pikir dan paradigma yang egaliter (hak
yang sama). Perempuan juga harus dapat berperan aktif dalam
beberapa kegiatan yang memang proporsinya. Jika ini semua telah
terealisasi, maka perempuan benar-benar telah terberdayakan

2.1.6 Prinsip – Prinsip Pemberdayaan Perempuan


Prinsip-prinsip Pemberdayaan Terdapat empat prinsip pemberdayaan
yang sering digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan, yaitu :
a. Kesetaraan Merupakan prinsip utama dari proses pemberdayaan.
Kesetaraan disini adalah adanya kesejajaran kedudukan antara
masyarakat dengan lembaga yang melakukan programprogram
pemberdayaan masyarakat maupun antara laki-laki dan perempuan.
Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan
mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta
keahlian satu sama lain. Masing-masing mengakui kelebihan dan
kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.

8
b. Partisipasi Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi
kemandirian masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif,
direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan di evaluasi oleh masyarakat.
Makna partisipasi dalam pembangunan atau pemberdayaan menurut
Asngari adalah individu atau masyarakat secara aktif terlibat dalam
Keterlibatan dalam pengambilan keputusan, keterlibatan dalam
pengawasan, keterlibatan dimana masyarakat mendapatkan manfaat
dan penghargaan, partisipasi sebagai proses pemberdayaan, partisipasi
bermakna kerja kemitraan.
c. Keswadayaan atau Kemandirian.
Prinsip kemandirian adalah menghargai dan mengedepankan
kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak
memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan
(the have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan
sedikit (the have little). Mereka memiliki kemampuan untuk
menabung, pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala
usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja
dan kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah
lama dipatuhi. Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi
proses pemberdayaan.
d. Keberlanjutan Program pemberdayaan perlu dirancang untuk
berkelanjutan, sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih
dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti,
peran pendamping akan makin berkurang (Ambar.2014)

2.2 KONSEP KADER SARARI


2.2.1 Definisi Kader Kesehatan
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan
untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan
kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di
posyandu. Sehingga seorang kader psoyandu harus mau bekerja secara
sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu,
9
serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan
dan mengikuti kegiatan posyandu (Sulistyorini, C.I dkk, 2010).
Kader adalah setiap orang yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih
untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan atau masyarakat
serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat
pemberian pelayanan kesehatan (Permenkes RI No. 25 tahun 2014).

2.2.2. Definisi Kader SARARI


Pendekteksian kanker payudara sedini mungkin merupakan faktor
penting dalam menanggulangi kanker payudara. Oleh karena kanker
payudara merupakan jenis kanker yang mudah dideteksi. Untuk
menemukan kanker pada stadium awal dilakukan dengan pemeriksaan
medis antara lain dengan pemeriksaan payudara sendiri (SARARI)
Menurut Wantini (2016) mengatakan bahwa kader SARARI
merupakan pemberdayaan perempuan seperti para kader-kader kesehatan
dan khususnya perempuan usia produktif di lingkungan sekitar posbindu
dengan pemberian informasi melalui penyuluhan tentang deteksi dini
kanker payudara melalui program SARARI diharapkan mampu
meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit kanker,
serta menggerakkan perempuan produktif untuk melakukan upaya
pencegahan dan deteksi dini terjadinya penemuan kasus kanker payudara
pada stadium lanjut serta upaya pengobatan terhadap penyakit kanker.

2.2.3 Kriteria Kader SARARI


Kader sangat diperlukan untuk kelancaran terselenggaranya
pelayanan kesehatan ke masyarakat secara baik, karena kader adalah
perantara antara masyarakat dengan tenaga kesehatan. Untuk kelancaran
tugasnya maka dibutuhkan pendidikan, latihan, dan supervisi secara
berkesinambungan. Beberapa kriteria kader SARARI diantaranya :
a. Bertempat tinggal diwilayah RT/RW yang bersangkutan,
b. Berpenampilan ramah dan simpatik

10
c. Memiliki cukup waktu untuk melaksanakan tugas sebagai
kader
d. Mau bekerja sukarela
e. Dapat membaca dan menulis
f. Diterima oleh masyarakat setempat
g. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
h. Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader
SARARI.

2.2.3 Peran dan Fungsi Kader SARARI


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari Yunita (2012)
mengatakan bahwa beberapa peran yang dilakukan oleh kader SARARI
yaitu melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat
di wilayahnya, menggerakkan masyarakat untuk menghadiri atau ikut serta
dalam kegiatanSARARI, membantu petugas kesehatan dalam melakukan
penyuluhan tentang pentingnya melakukan SARARI dan berbagai usaha
kesehatan masyarakat lainnya.
Untuk fungsi dari kader SARARI adalah kader mampu mengenal
masalah yang ada dimasyarkat secara nyata khususnya tentang deteksi dini
kanker payudara dengan melakukan teknik SARARI, kader mampu
merencanakan kegiatan sesuai dengan potensi yang ada di masyarkat
sesuai dengan arahan dari petugas kesehatan, kader bisa melaksanakan
pembinaan dan kegiatan yang telah direncanakan misal penyuluhan
tentang SARARI.

2.2.4 Pelatihan Kader SARARI


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yulianti Retno (2018)
mengatakan bahwa seorang calon kader wajib mengikuti pelatihan –
pelatihan sebelum menjadi kader SARARI. Hal ini dikarenakan sebelum
menjadi seorang kader dalam tugasnya yang akan memberikan
penyuluhan, maka kader harus dibekali ilmu pengetahuan tentang
SARARI terlebih dahulu, agar meningkatkan pengetahuan kader sebelum
11
memberikan penyuluhan kepada masyarkat di wilayahnya. Kader harus
menguasai berbagai teknik ketrampilan dan pengetahuan yaitu :
a. Ketrampilan komunikasi interpersonal
Ketrampilan ini wajib dalam melaksanakan tugasnya sebagai
seorang kader yang perlu memahami kebutuhan masyarakat,
serta perlu menguasai teknik-teknik komunikasi yang efektif
b. Ketrampilan yang berhubungan dengan kegiatan SARARI
Kader perlu mengetahui tatacara SARARI yang benar
c. Pengetahuan kesehatan dasar tentang SARARI
Pemahaman kader yang baik mengenai kesehatan dasar kanker
payudara dan pemeriksaan payudara sendiri (SARARI) dapat
membantu kader untuk lebih efektif dalam memberikan
informasi dengan benar kepada masyarakat, untuk itu calon
kader wajib mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi
dan melaksankan kewajiban sebagai kader SARARI.

12
BAB 3
LUARAN DAN DAMPAK KEGIATAN

3.1 Luaran Pelatihan Kader SARARI


Luaran dari pemberdayaan perempuan dalam bidang kesehatan ibu dan
anak melalui pelatihan kader SARARI yaitu meliputi :
a. Kader yang mampu melakukan pemeriksaan SARARI
b. Kader yang dapat mengajarkan kepada ibu-ibu dan remaja putri cara
melakukan SARARI
c. Kader yang dapat mengetahui tanda-tanda kelainan pada payudara
melalui SARARI
d. Kader yang dapat malakukan deteksi dini kelainan pada payudara melalui
SARARI
3.2 Dampak Kegiatan Pelatihan Kader SARARI
Dampak ksegiatan pemberdayaan perempuan dalam bidang kesehatan
ibu dan anak melalui pelatihan kader SARARI bagi masyarakat secara luas
yaitu meliputi :
3.2.1 Dampak Sosial
a. Masyarakat menyadari pentingnya melakukan SARARI
b. Masyarakat secara mandiri mampu meningkatkan derajat kesehatannya
melalui kegiatan SARARI
c. Duka yang disebabkan oleh kanker payudara dapat dicegah dengan
deteksi dini kelainan pada payudara melalui SARARI
3.2.2 Dampak Teknis
a. Masyarakat dapat memantau kesehatan payudara secara mandiri
b. Masyarakat dapat melakukan deteksi dini kelainan pada payudara secara
mandiri

13
c. Masyarakat mampu melakukan SARARI
3.2.3 Dampak Ekonomi
a. Ibu dan remaja putri dapat bekerja secara produktif jika kesehatan
payudaranya terjaga sehingga bisa membantu perekonomian keluarga.
b. Ibu dan remaja putri yang sehat tidak membebani keluarga dengan biaya
perawatan pada kelaianan payudara
c. Biaya perawatan kelainan pada payudara dapat ditekan jika kelainan dapat
dikenali secara dini sehingga tidak menjadi lebih parah dan menyebabkan
biaya perawatan lebih banyak

14
BAB 4
PERENCANAAN KEGIATAN

4.1 Peserta
Pelatihan diikuti oleh 10 orang kader perempuan perwakilan per RT atau per
posyandu
4.2 Jadwal dan Waktu
Pelatihan kader SARARI akan dilaksanakan pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 26 Maret 2021
Pukul : 09.00-selesai
Tempat : Balai Desa
4.3 Substansi (Isi dan Materi)
Terlampir
4.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi
4.4.1 Rencana Evaluasi pelatihan kader SARARI
Evaluasi dilakukan setelah Pelatihan kader SARARI selesai yaitu meliputi:
a. Evaluasi Penyelenggaraan pelatihan kader SARARI sesuai dengan
pedoman
b. 100 % kader hadir pada pelatihan kader SARARI
c. Jumlah kader yang aktif pada saat penyelenggaraan
d. Jumlah kader yang nilai post-test lebih tinggi dari pre-test
4.4.2 Rencana Monitoring dan Evaluasi
a. Sistem Pelaporan
Kader melakukan rekapan laporan tiap bulan dari setiap keluarga
dengan menggunakan buku rekapan SARARI
b. Monitoring dan evaluasi pelatihan SARARI
Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap 3 bulan sekali meliputi
pelaksanaan SARARI oleh kader berdasarkan buku rekapan SARARI
4.5 Sarana dan Prasarana

15
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan pelatihan
kader SARARI adalah adalah ruangan untuk kapasitas 10 orang peserta
dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup, alat tulis menulis, , media
edukasi( Booklet), modul pelaksanaan pelatihan SARARI, tikar/karpet,
sound sistem.
4.6 Rencana Anggaran
Terlampir

16
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2015). Breast Cancer Fact & Figure 2015-2016.
Atlanta : American Cancer Society
Ambar Teguh. (2014). Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan Cet. II.
Yogyakarta: Gala Media
Ghoncheh, et. al. (2016). Incidence and Mortality and Epidemiology of Breast
Cancer in the World. Asian Pacific journal of cancer prevention : APJCP,
17, pp. 43–46. doi: 10.7314/APJCP.2016.17.S1.43.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Bulan Peduli Kanker Payudara. InfoDATIN,
pp. 2–6. doi: ISSN 2442-7659.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Hari Kanker Sedunia 2019.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html
Peraturan Menteri Kesehatan No. 34. (2015). Penanggulangan Kanker Payudara
dan Kanker Leher Rahim.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._34_ttg_Pe
nanggulangan_Kanker_Payudara_dan_Leher_Rahim_.pdf.
Permenkes RI No. 25 tahun 2014
Potter, P & Patricia. (2011). Basic Nursing 7th Edition. Philadelphia: Elsevier
Sari, Yunita Kiki. (2012). Pelatihan SADARI Terhadap Perilaku Ibu Dalam
Melakukan SADARI Diwilayah Kerja Puskesmas Karang Malang Sragen.
Solo: Universitas Muhammadiyah surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan
Siregar, A. (2014). Gambaran Kualitas Hidup Pada Wanita Dewasa Awal
Penderita Kanker Payudara. Jurnal Psikologia 2014, Vol. 9, No. 3, hal.
82-88.
Solehati, T. (2012). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan tentang SADARI Terhadap
Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan Di Desa Gunung Sari Dan Desa
Sindang Sari Kecamatan Cianjur. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
17
Padjadjaran,
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1288
Sulistyorini, C. I. dkk. (2010). Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sun, et. al. (2017). Risk factors and preventions of breast cancer. International
Journal of Biological Sciences, 13(11), pp. 1387–1397. doi:
10.7150/ijbs.21635.
Susanto, dkk. (2016). Peran kader posyandu dalam pemberdayaan masyarakat
Bintan. Journal of Community Medicine and Public Health, Berita
Kedokteran Masyarakat, Vol. 33 No. 01 Tahun 2017,
https://journal.ugm.ac.id/bkm
Tambunan, R. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang SADARI Dengan
Perilaku SADARI Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada
Mahasiswa D-III Kebidanan Kharisma Husada Binjai Tahun 2017. Jurnal
Riset Hesti Medan,
https://jurnal.kesdammedan.ac.id/index.php/jurhesti/article/view/78/75
Wahyuni, dkk. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap
Pelaksanaan SADARI pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Jati. Jurnal
Kesehatan Andalas,
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/205
Wantini, NA. (2016). Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara Dengan
Periksa Payudara Sendiri (Sadari) Di Dusun Candirejo, Tegaltirto,
Berbah. Sleman. Rakernas AIPKEMA
World Health Organization. (2018). Early Detection Breast Cancer.
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index3.htmlh
Yulianti, Retno dkk. (2018). Penyuluhan Tentang Pemeriksaan SADARI
(pemeriksaan payudara sendiri) pada Posbindu Anggrek Bulan dan
Posbindu Delima Senja Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan dan
Ketrampilan Deteksi Dini Kanker Payudara. Jakarta: Program Studi
Kedokteran, FK, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

18
Lampiran 1

POA( Plan of Action)

KEBUTUHAN SUMBER DAYA Penanggung


NO TANGGAL KEGIATAN MATERI PESERTA Sumber Dana
DANA ALAT PEMBICARA Jawab
1. 12 maret Pelatihan  Pengertian SADARI 10 orang  Transport peserta : Modul pelatihan Febriana Bintan A Swadaya
2021 Kader  Tujuan melakukan kader 10 org x x 1 kali x kader SARARI, Mahasiswa/
SADARI SADARI 50.000= Booklet Subsidi
 Manfaat melakukan Rp.500.000,- Kampus
SADARI  Konsumsi : 10 org x
 Siapa Saja yang bisa 1 kali x 15.000= Rp
melakukan SADARI 150.000,-
 Waktu pelaksanaan
SADARI
 Cara melakukan
SADARI

19
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN


“PELATIHAN KADER SARARI”

POKOK BAHASAN : SARARI


SUB POKOK BAHASAN   : PELATIHAN KADER SARARI
HARI/TANGGAL : JUM’AT/ 26 MARET 2021
WAKTU : 09.00 WIB
PENYAJI : FEBRIANA
SASARAN : 10 KADER
TEMPAT : BALAI DESA

A.    Tujuan
1.      Tujuan Instruksional Umum
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader sehingga dapat memberikan
motivasi dan penyuluhan kepada wanita usia subur untuk melakukan SARARI.
2.      Tujuan Instruksional Khusus
a. Kader dapat melakukan pemeriksaan SARARI
b. Kader dapat mengajarkan kepada wanita usia subur yaitu ibu-ibu dan remaja
putri tentang cara melakukan SARARI
c. Kader dapat mengetahui tanda-tanda kelainan pada payudara melalui
SARARI
d. Kader dapat melakukan deteksi dini kelainan pada payudara melalui
SARARI
B.     Materi
Terlampir

20
C.    Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media dan Metode
Alat Penyuluhan
Penyuluhan
1. Pendahula.   Memberikan salam dan
a.   Menjawab salam Ceramah
uan perkenalan, menjelaskan Menyepakati Diskusi
(5 menit) kontrak waktu yang kontrak waktu
dibutuhkan peserta, yang digunakan
menggali informasi
3. Peserta memberi
peserta tentang SARARI, umpan balik
pre test dengan
mengerjakan
pretest
2. Penyajian Menjelaskan materi Memperhatikan, Modul, Ceramah dan
(20 penyuluhan secara memberi Booklet Diskusi
menit) berurutan dan teratur tanggapan dan
pendapat
Materi :
a. Pengertian SARARI
b. Tujuan melakukan
SARARI
c. Manfaat melakukan
SARARI
d. Siapa Saja yang bisa
melakukan SARARI
e. Waktu pelaksanaan
SARARI
f. Cara melakukan
SARARI
Melakukan post test Peserta mengisi
soal post test

3. Penutup Memberikan pertanyaan Memberikan Diskusi dan

21
(10 kepada ibu tentang materi tanggapan dan Ceramah
menit) yang telah disampaikan pertanyaan
Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan Memperhatikan
Menutup materi dengan dan memberikan
ucapan salam dan respon
terimakasih Menjawab salam

D.    Media Dan Alat Penyuluhan


1. Modul
2. Booklet

E.     Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
4. Evaluasi

22
Lampiran 3
JADWAL REFRESING KADER SARARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2020-2021

Penanggung
No Waktu Acara Keterangan
Jawab

1 08.00-08.15 Pembukaan Ririn N R

2 08.15-08.45 Prentest Bintan


Aruntyowati

3 08.45-09.00 Coffe break Istinayah

09.00-10.00 Materi Ari A.M


 Konsep
Pemberdayaan
perempuan
 Konsep dasar
SARARI

4 10.00-11.00 Demonstrasi dan praktek Febriana K


SARARI

5 11.00-12.00 Evaluasi SARARI Fatimah A

6 12.00-12.45 Ishoma Istinayah

7 12.445.13.00 Penutup Ririn N R

23
Lampiran 4
SOAL PRE TEST DAN POST TEST REFRESING KADER SARARI

PETUNJUK :
1. Bacalah soal dengan seksama dan pilihlah jawaban yang paling tepat
dengan memberikan tanda silang pada lembar jawaban yang tersedia
2. Evaluasi ini bersifat mandiri, tidak diperbolehkan bekerja sama
3. Alokasi waktu untuk mengerjakan evaluasi ini adalah 10 menit
4. Jangan lupa untuk menulis identitas anda pada lembar jawaban yang
tersedia

SOAL PILIHAN GANDA


1. Pengertian dari Sadari atau pemeriksaan payudara sendiri (Breast Self-
Examination/BSE) adalah……
a. Cara mendeteksi kanker payudara sedini mungkin
b. Pilihan cara pengobatan kanker payudara
c. Pilihan cara pencegahan kanker payudara yang baik dilakukan
khususnya mulai usia 20-an
d. Cara mengobati kanker payudara dengan cara sederhana
2. Beberapa alasan wanita mudah melakukan sadari, kecuali….
a. Dapat dilakukan sendiri
b. Mudah menemukan benjolan pada payudara sendiri
c. Mudah mengeluarkan cairan sendiri
d. Wanita merasa nyaman melakukan sendiri
3. Wanita yang dianjurkan melakukan Sadari adalah, kecuali
a. Wanita yang tidak menikah
b. Wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak mempunyai anak
c. Wanita menyusui
d. Wanita yang telah berusia 20 tahun.
4. Beberapa manfaat melakukan pemeriksaan Sadari kecuali
24
a. Mendeteksi ketidak normalan atau perubahan yang terjadi pada payu
dara
b. Mendeteksi adanya cairan yang ada di payudara
c. Mendeteksi adanya benjolan pada payudara yang memungkinkan
adanya kanker pada payudara
d. Mendeteksi kemungkinan kanker karena penemuan secara dini adalah
kunci untuk memyelamatkan hidup
5. Beberapa tujuan dari Sadari adalah kecuali
a. Untuk mendeteksi secara dini kanker payudara
b. Untuk mencegah kanker payudara
c. Memperpanjang angka harapan hidup penderita kanker
d. Menurunkan angka kematian penderita kanker.
6. Beberapa langkah Sadari yang benar adalah
a. Berdiri depan cermin dan angkat tangan Anda, pencet puting susu,
periksa payudara dalam keadaan berbaring
b. Berdiri depan cermin dan angkat tangan, angkat kedua lengan anda
setinggi mungkin, angkat lengan kiri keatas, dan tekuk siku, pencet
putting susu dengan perlahan, bungkukkan badan dan lihat pada
cermin, periksa payudara dalam keadaan berbaring
c. Berdiri depan cermin, bungkukkan badan dan lihat pada cermin,
periksa payudara dalam keadaan berbaring
d. Bungkukkan badan, pencet putting susu, bisa dilakukan pada saat
mandi.
7. Apakah yang dimaksud dengan kader sarari
a. Pemberdayaan perempuan seperti para kader kesehatan dan khususnya
perempuan produktif di lingkungan posyandu dengan pemberian
informasi melalui penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara
melalui program SARARI
b. Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan khusus pada ibu-ibu usia
produktif melalui lembaga pemberdayaan perempuan kabupaten
c. Melakukan pemeriksaan payudara secara massal yang dilakukan oleh
kader SARARI
25
d. Pemeriksaan payudara yang bisa dilakukan dengan media online yang
telah disiapkan oleh kader kepada ibu produktif.
8. Kriteria kader SARARI, kecuali…
a. Berpenampilan ramah dan simpatik
b. Bertempat tinggal di wilayah RT/RW yang bersangkutan
c. Memiliki cukup waktu untuk melakukan tugas sebagai kader
d. Berpendidikan kesehatan
9. Beberapa peran dari kader SARARI, kecuali…
a. Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat
di wilayahnya
b. Mengajak seluruh warga untuk mendaftarakan diri pada BLK untuk
pelatihan SARARI
c. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dalam kegiatan SARARI
d. Membantu petugas kesehatan dalam melakukan penyuluhan tentang
pentingnya melakukan SARARI.
10. Beberapa tekhnik keterampilan yang harus dikuasai oleh kader SARARI
adalah kecuali….
a. Keterampilan interpersonal
b. Keterampilan intelektual
c. Keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan SARARI
d. Keterampilan kesehatan dasar tentang SARARI

26
Lampiran 5

DAFTAR HADIR REFRESING KADER SARARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AKADEMIK 2020-2021

No Nama Alamat Tanda Tangan

10

27
Lampiran 6

ANGGARAN DANA REFRESING KADER SARARI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

No Rincian Pengeluaran Total

1 Transport Kader @Rp. 50.000 x10 orang Rp. 500.000

Konsumsi x 10 orang
 Snack @Rp.10.000 x 10 orang Rp. 100.000
2
 Makan @ Rp.15.000x 10 orang Rp. 150.000

TOTAL Rp. 750.000

Jember, 26 Maret 2021

Ketua Kelompok Bendahara

Bintan Aruntyowati Candrika Eka P


NIM. P17312205068 NIM. P17312205067

28
Lampiran 7

MATERI SARARI

A. Pengertian SARARI
Pemeriksaan payudara sendiri (SARARI) adalah pemeriksaan payudara
sendiri untuk dapat menemukan adanya benjolan abnormal. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan tanpa harus
mengeluarkan biaya
B. Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri
Menurut Nisman, (2011) Sadari sangat perlu dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Sadari hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk
mencegah kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker
payudara dapat terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini
akan memperpanjang harapan hidup penderita kanker payudara.
Apabila terdeteksi sedini mungkin atau pada stadium awal maka
harapan kesembuhan lebih tinggi bahkan sampai 80 - 90%.
2. Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan
pada stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.
C. Manfaat Pemeriksaan Payudara Sendiri
Manfaat dari sadari yaitu dapat mendeteksi dini ketidaknormalan atau
perubahan yang terjadi pada payudara, serta untuk mengetahui benjolan yang
memungkinkan adanya kanker payudara karena penemuan secara dini adalah
kunci untuk menyelamatkan hidup (Mulyani dan Rinawati, 2017).
D. Siapa Saja Yang Dianjurkan Melakukan SARARI
Pemeriksaan Payudara Sendiri dapat dilakukan oleh :
1. Wanita yang telah berusia 20 tahun.
2. Wanita berusia diatas 40 tahun yang tidak mempunyai anak.
3. Wanita yang memiliki anak pertama pada usia 35 tahun.
4. Wanita yang tidak menikah.
5. Wanita yang haid pertama dini (dibawah 10 tahun).

29
6. Wanita yang menopouse yang lambat.
7. Pernah mengalami trauma pada payudara.
8. Wanita di atas 25 tahun yang keluarganya pernah menderita kanker
payudara.
9. Wanita yang tidak menyusui
10. Pernah operasi payudara atau kandungan.
11. Pernah mendapat obat hormonal yang lama.
12. Cenderung kelebihan berat badan.
(Marini Tri, Idau, 2017
E. Waktu Pemeriksaan Payudara Sendiri
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan Sadari adalah pada saat wanita
sejak pertama mengalami haid (Mulyani dan Rinawati, 2017:72). Lakukan
deteksi dini dengan Periksa Payudara Sendiri (SARARI). Sadari dilakukan
satu bulan sekali setelah 7-10 hari setelah hari pertama haid. Konsultasikan
diri Anda ke dokter bila menemukan benjolan pada payudara atau suatu yang
mencurigakan. Bagi wanita yang telah memasuki menopouse atau tidak
menstruasi lagi , Sadari dapat dilakukan kapan saja. Lakukan pemeriksaan ini
satu bulan sekali, setiap awal atau akhir bulan (Savitri,dkk, 2015).
F. Cara Pemeriksaan SARARI

1. Berdiri depan cermin dan angkat tangan Anda. Pastikan bahu lurus sejajar.
Setelah itu, letakan tangan pada pinggang. Amati bentuk, ukuran dan
warna payudara. Kelainan yang mungkin ditemukan adalah benjolan,
kerutan, posisi puting tidak normal, struktur kulit, atau kemerahan.

2. Angkat kedua lengan Anda setinggi mungkin. Hal ini dilakukan untuk
melihat apakah ada kelainan pada payudara. Payudara yang normal,
keduanya akan terangkat secara bersamaan.

3. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang
bagian atas punggung. Gunakan ujung jari tengah yang dirapatkan
(telunjuk, tengah, manis) dan lakukan gerakan memutar dengan tekanan
lembut tetapi mantab, mulailah dari pinggir dengan mengikuti putaran arah
jarum jam dari sisi luar memutar ke dalam sampai menyentuh puting,

30
kemudian kesamping hingga ketiak. Rasakan apakah ada benjolan pada
payudara.

4. Pencet puting dengan perlahan. Amati apakah ada cairan yang keluar.
Cairan yang keluar biasanya berwarna putih, kuning atau darah. Hal
tersebut menunjukan payudara yang tidak normal. Ulangi gerakan yang
sama pada payudara kanan Anda.
5. Bungkukan badan Anda, dan lihat pada depan cermin. Amati dan raba
apakah ada perubahan tertentu pada payudara Anda.
6. Periksa payudara dengan keadaan berbaring. Beri bantalan pada sisi
payudara yang akan diperiksa. Letakan tangan pada belakang kepala.
Setelah itu, gunakan ujung jari Anda untuk melakukan pemeriksaan.
lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantab, mulailah
dari pinggir dengan mengikuti putaran arah jarum jam dari sisi luar
memutar ke dalam sampai menyentuh putting, kemudian kesamping
hingga ketiak. Rasakan apakah ada benjolan pada payudara.

7. Sadari juga bisa anda lakukan saat mandi. Dengan menggunakan sabun
akan lebih mudah melakukan. Sabun akan membuat permukaan payudara
menjadi lebih licin. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah untuk
melakukan pemeriksaan.

31
Nama Kader :
Usia :
Alamat :

CHEKLIST EVALUASI PEMERIKSAAN SARARI

NILAI
LANGKAH/ KEGIATAN
1 2 3 4
PERSIAPAN
Alat :
- Tempat tidur
- Cermin
- Bantal
- Cermin
- Baby oil
PENATALAKSANAAN
1. Lakukan informed consent
2. Cuci tangan
3. Berdiri depan cermin dan angkat tangan Pastikan
bahu lurus sejajar. Setelah itu, letakan tangan pada
pinggang. Amati bentuk, ukuran dan warna
payudara.
4. Angkat kedua lengan Anda setinggi mungkin
5. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga
tangan kiri memegang bagian atas punggung.
Gunakan ujung jari tengah yang dirapatkan
(telunjuk, tengah, manis) dan lakukan gerakan
memutar dengan tekanan lembut tetapi mantab,
mulailah dari pinggir dengan mengikuti putaran
arah jarum jam dari sisi luar memutar ke dalam
sampai menyentuh puting, kemudian kesamping
hingga ketiak.
6. Pencet puting dengan perlahan. Amati apakah ada
cairan yang keluar. Cairan yang keluar biasanya
berwarna putih, kuning atau darah. Hal tersebut

32
menunjukan payudara yang tidak normal. Ulangi
gerakan yang sama pada payudara kanan Anda.
7. Bungkukan badan Anda, dan lihat pada depan
cermin. Amati dan raba apakah ada perubahan
tertentu pada payudara Anda.
8. Periksa payudara dengan keadaan berbaring. Beri
bantalan pada sisi payudara yang akan diperiksa.
Letakan tangan pada belakang kepala. Gunakan
ujung jari Anda untuk melakukan pemeriksaan.
lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut
tetapi mantab, mulailah dari pinggir dengan
mengikuti putaran arah jarum jam dari sisi luar
memutar ke dalam sampai menyentuh putting,
kemudian kesamping hingga ketiak. Rasakan
benjolan
9. Cuci tangan
NILAI
Jember, ....................-2021
Pelatih Kader

____________________

33

Anda mungkin juga menyukai