i
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Penulis:
Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan
Kontributor:
Prof. Saparinah Sadli
DR. Harni Koesno, MKM
DR. Emi Nurjasmi, M.Kes
Dra. Jumiarni Ilyas, M.Kes
Pengantar:
Dr. Asjikin Iman H. Dachlan, MHA
Penerbit:
Yayasan Pendidikan Kesehatan perempuan
ii
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT karena atas ijin-Nyalah
akhirnya revisi modul YPKP dapat terealisasikan. Revisi modul ini
ternyata memerlukan upaya yang jauh lebih besar dari apa yang
diperkirakan pada awalnya. Serangkaian pertemuan yang dilakukan
sejak Juni 2010 hingga Januari 2011 serta beberapa kali mengalami
revisi, menunjukkan betapa rumit upaya untuk merealisasikan ide-ide
terbaru saat memadukan konsep gender dan kepemimpinan ke dalam
kurikulum program pendidikan kebidanan. Rangkaian diskusi tersebut
merupakan sebuah proses penting karena memperlihatkan ada
kerjasama di dalamnya. Selain itu persetujuan dari Bapak Asjikin Iman,
selaku Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
(Pusdiklatnakes) Kementerian Kesehatan, mencerminkan aparat
pemerintah berwawasan luas, yang peduli dengan adanya kebutuhan
akan peningkatan kinerja bidan di era desentralisasi sistem kesehatan.
Revisi modul ini terlaksana dengan dukungan dari berbagai pihak hingga
terlaksananya perbaikan modul ini terutama kepada seluruh kontributor
yang turut menyumbangkan saran dan pikiran kami dalam
menyelesaikan revisi ini. Ucapan terima kasih ini juga disampaikan
kepada kontributor baik untuk cetakan pertama dan kedua yakni Missyah
dari KAPAL Perempuan, Ninuk Widyantoro dan Saparinah Sadli dari
Yayasan Kesehatan Perempuan, Mutia Prayanti, Farha Ciciek dari
Yayasan Rahima, Herna Lestari dari YPKP dan seluruh staf Yayasan
Pendidikan Kesehatan Perempuan yang memberikan dukungan teknis
secara berkelanjutan. Kami juga menghargai tinjauan komprehensif
dari para pimpinan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) – yaitu, Harni Koesno
dan Emi Nurjasmi, Jumiarni Ilyas dari Poltekkes Jakarta III, Tati Rostati
dari Poltekkes Bandung, Isnaeni dari Poltekkes Malang, Taty Nurti dari
Poltekkes Jambi, Bu Salmah dari Poltekkes Jakarta III, serta staf
iii
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
iv
Kata Pengantar
modul dan bahan ajar lainnya sesuai dengan kebutuhan pendidikan Di-
ploma III Kebidanan.
vi
Daftar Isi
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Gambaran Isi Modul ......................................................................................... 1
Kompetensi Awal .............................................................................................. 1
Tujuan Umum .................................................................................................. 2
Petunjuk Penggunaan Modul ............................................................................ 2
Pelajaran 1
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM
Tujuan Khusus .................................................................................................. 4
vii
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Pelajaran 2
Konsep Seks dan Gender
Tujuan Khusus ................................................................................................ 50
viii
Pelajaran 3
Bidan sebagai Pemimpin informal dan Agen perubah
Tujuan Khusus .............................................................................................. 121
Pelajaran 4
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan
Tujuan Khusus .............................................................................................. 149
ix
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Lampiran ....................................................................................................
Daftar Pustaka ....................................................................................................
x
Pendahuluan
Kompetensi Awal
Tujuan Umum
1
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
2
PELAJARAN 1
Konsep Kebidanan
Berperspektif Gender
dan HAM
(KONSEP KEBIDANAN, FILOSOFI BIDAN,
PARADIGMA KEBIDANAN,
DAN KERANGKA KONSEP ASUHAN
KEBIDANAN)
Waktu 8 Jam
3
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Tujuan Khusus
4
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
Sesi 1.1
Konsep Inti
5
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan, disertifikasi dan
atau secara sah mendapat lisensi untuk praktik kebidanan. Bidan diakui
sebagai seorang profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel,
bermitra dengan perempuan dalam memberikan dukungan, informasi
berdasarkan bukti, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung
jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan
anak. Asuhan tersebut mencakup upaya pencegahan, mendeteksi
adanya komplikasi pada ibu dan anak, memperoleh akses bantuan
medis dan melakukan tindakan kegawatdaruratan. Bidan juga
mempunyai peran penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan,
tidak saja untuk perempuan itu sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan
komunitasnya. Tugasnya harus juga mencakup pendidikan antenatal
dan persiapan menjadi orang tua serta permasalahan tertentu dari
kesehatan reproduksi perempuan, keluarga berencana dan asuhan
anak. Bidan dapat berpraktik di berbagai tempat, meliputi: rumah,
masyarakat, pondok bersalin, klinik, dan rumah sakit atau di pelayanan
kesehatan lainnya.
6
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
7
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
B. Pelayanan Kebidanan
8
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
9
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Body of Knowledge
Body of knowledge kebidanan ditarik dari bidang ilmu dasar, ilmu sosial
dan ilmu terapan serta humaniora yang relevan dan dibutuhkan untuk
memperoleh kompetensi/pengetahuan, keterampilan dan sikap agar
10
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
D. Peran Bidan
Sejak dahulu peran Bidan sebagai “primary carer” yaitu sebagai pemberi
pelayanan pada perempuan bayi dan anak balita. Sekalipun demikian
peran ini terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan
konteks, settings, kebijakan dan sistem dimana pelayanan kebidanan
dilaksanakan. Dalam perkembangannya, kemajuan teknologi bidang
kesehatan khususnya kedokteran secara tidak langsung berpengaruh
pada pola praktik kebidanan dan pola pendidikan kebidanan. Adanya
bidan yang mulai menggunakan teknologi sebagai tindakan intervensi
secara fleksibel diakui oleh beberapa negara, meskipun sebagian lainnya
tetap pada filosofi dan ruang lingkup untuk mempertahankan tidak/
sesedikit mungkin melakukan intervensi dalam praktiknya (ACNM,
2006). Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan refocusing
11
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
peran bidan yang lebih jelas dengan catatan bahwa refocusing peran
bidan itu dipengaruhi juga oleh populasi, kebijakan lokal, nasional dan
perkembangan global.
13
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Sesi 1.2
Konsep Inti
14
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
A. Filosofi Bidan
15
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
B. Paradigma Kebidanan
1). Perempuan/Manusia
Perempuan/manusia adalah makhluk bio-psikososial-kultural dan
spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang
16
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
2). Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada dan terlibat dalam interaksi
individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan
tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikososial, biologis
maupun budaya. Lingkungan fisik, lingkungan psikososial, biologis
maupun budaya meliputi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat/komunitas. Ibu selalu terlibat dalam interaksi antara
keluarga, kelompok dan masyarakat/komunitas.
3). Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia/perempuan
bersifat holistik (menyeluruh) dan dalam kaitannya dengan paradigma
kebidanan merupakan wujud dari setiap kegiatan dan tindakannya yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan bayi dan anak
balita serta kesehatannya secara menyeluruh.
17
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
18
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
4) Keturunan
Keturunan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas
manusia. Manusia yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal
ini menyangkut penyiapan wanita sebelum perkawinan, sebelum
kehamilan (pra konsepsi), masa kehamilan, masa kelahiran dan
masa nifas serta masa antara.
5) Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan, dilakukan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan dalam pelayanan kesehatan ibu, kesehatan
anak dan kesehatan reproduksi perempuan termasuk keluarga
berencana sesuai dengan ruang lingkupnya. Pelayanan kebidanan
diselenggarakan mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga yang tersusun dalam
suatu mekanisme rujukan timbal-balik.
19
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
20
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
Sesi 1.3
Konsep Inti
21
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Dasar Pemikiran
22
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
23
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
1. Primary Care
Bidan sebagai pemberi asuhan bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan langsung kepada klien sejak pra hamil, hamil,
melahirkan, masa nifas, bayi dan balita serta kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
2. Continuity of Care
Hal yang perlu diperhatikan oleh bidan dalam memberikan asuhan:
1) Mengembangkan hubungan yang baik dengan klien, 2) Mampu
memberikan pelayanan yang aman secara individu, 3) Memberikan
dukungan pada klien, dan 4) Memberikan asuhan yang
komprehensif dan berkesinambungan sejak masa prahamil, hamil,
melahirkan, masa nifas, bayi dan balita serta kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
24
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
25
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
26
Konsep Kebidanan Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 1
Kegiatan Pembelajaran
27
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
28
PELAJARAN 2
29
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Tujuan Khusus
30
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Sesi 2.1
Konsep Inti
31
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
32
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
A. Pendahuluan
Secara kodrati, perempuan dan laki-laki adalah dua jenis kelamin yang
berbeda. Perbedaan yang bersifat universal tersebut, sayangnya banyak
disalahartikan sebagai sebuah sekat yang membentengi ruang gerak.
Dalam perkembangannya kemudian, jenis kelamin perempuan lebih
banyak menerima tekanan, dan dianggap lemah serta tak berdaya.
Persepsi yang bias gender tersebut pada akhirnya menyulitkan
perempuan untuk mendapatkan akses pada berbagai segi kehidupan,
utamanya bidang kesehatan yang menentukan kehidupan dan kematian
perempuan (Waspada Online, 19 Februari 2008).
Di beberapa wilayah dengan adat istiadat dan budaya tertentu, isu gen-
der memang sangat membedakan aktivitas yang boleh dilakukan antara
laki-laki dan perempuan. Pada masyarakat Jawa dari strata tertentu
misalnya, merokok dianggap pantas untuk laki-laki, tapi tidak untuk
perempuan. Demikian dengan profesi bidan, yang sebagian besar
disandang perempuan. Sementara dokter kandungan didominasi laki-
laki. Bahkan pernah dalam satu masa, dokter kandungan tidak boleh
dilakoni kaum perempuan. Juga mitos gender seputar hubungan
seksual, dimana istri tabu meminta suaminya untuk pakai kondom. Jadi
yang ber-KB adalah kaum perempuan.
33
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Perempuan biasanya tidak boleh bepergian jauh. Jadi kalau rumah sakit
atau puskesmas letaknya jauh, perempuan akan kesulitan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Hambatan lainnya adalah jarak
sosial budaya. Selama ini, ada keengganan kaum ibu jika mendapatkan
pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan laki-laki. Mereka,
khususnya kaum ibu di pedesaan ini, akan lebih merasa nyaman kalau
melahirkan di rumah dan ditemani mertua dan anak-anak. Akibatnya,
apabila terjadi perdarahan dalam proses persalinan, sulit sekali
mendapatkan layanan darurat dengan segera (Waspada Online, 19
Februari 2008).
34
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Seks berarti kelamin secara biologis, yakni alat kelamin laki-laki (penis,
testis atau buah zakar, hormon testosteron, dan kelenjer prostat); dan
alat kelamin perempuan (vagina, rahim, kelenjar susu, sel telur, haid,
hormon estrogen). Sejak lahir hingga meninggal dunia, seorang laki-
laki akan tetap berjenis kelamin laki-laki dan perempuan akan tetap
berjenis kelamin perempuan. Ini artinya, antara laki-laki dengan
perempuan tidak dapat saling tukar jenis kelamin, kecuali dioperasi.
Dengan demikian, seks bersifat kodrati, yaitu sifat bawaan biologis
sebagai anugerah Tuhan yang tidak dapat berubah sepanjang masa
dan tidak dapat dipindah-pindahkan dari perempuan ke laki-laki atau
sebaliknya. Implikasi dari anugerah itu, seorang perempuan diberikan
peran kodrati yang berbeda dengan seorang laki-laki. Perempuan
memiliki peran kodrati seperti: (1) menstruasi, (2) mengandung, (3)
melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause.
Sedangkan laki-laki memiliki peran kodrati membuahi sel telur
perempuan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa peran kodrati bersifat statis (Wayan Sudarta. Ketimpangan dan
peran gender di bidang politik.http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/
ketimpangan gender_2_.pdf.(diakses 9 Juli 2012)).
35
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Kata gender berasal dari bahasa latin, yaitu “genius”, berarti tipe atau
jenis. Gender adalah pembedaan antara perempuan dan laki-laki dalam
hal fisik, sifat, peran, posisi, tanggung jawab, akses fungsi kontrol, yang
dibentuk/dikonstruksi secara sosial yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu: budaya, agama, sosial, politik, hukum, pendidikan, media,
seni, dan lain sebagainya. Karena gender merupakan hasil konstruksi
sosial, maka gender bisa berubah sesuai konteks waktu, tempat dan
budaya. Tetapi sampai saat ini masyarakat masih menganggap gen-
der sebagai sesuatu yang alamiah, sudah seharusnya demikian, dan
merupakan ketentuan Tuhan, sehingga tidak perlu lagi dipertanyakan
dan digugat. Keyakinan ini telah mendarah daging dalam masyarakat
karena adanya proses sosialisasi yang sangat panjang lewat berbagai
macam pranata sosial diantaranya institusi keluarga, agama, adat, dan
sosial kemasyarakatan. Berdasarkan konsep gender ini, umumnya
perempuan dan laki-laki telah dibedakan identitas, strata, dan perannya
dalam masyarakat seperti tergambar dalam tabel di bawah ini:
Perempuan Laki-laki
Sifat Lembut Gagah
Pemalu Pemberani
Sabar Kasar
Emosional Bijaksana
Pendiam Bertanggung Jawab
Keibuan Pintar
Agresif
Peran/Fungsi Mengurus rumah tangga Pencari nafkah utama
Pencari nafkah tambahan · Pelindung
Melahirkan Menjadi panutan
Menyusui dsb
Hamil
Posisi Ibu rumah tangga Kepala keluarga
Yang dipimpin Pemimpin
36
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
37
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Sebagai bagian dari ulasan, kita harus ingat bahwa peran gender
dibentuk secara sosial. Institusi sosial memainkan peranan penting
dalam pembentukan peran gender. Karena hal ini merupakan urusan
keluarga, sulit sekali meyakinkan keluarga terutama dalam mengubah
cara pandang dan pendekatan dalam mensosialisasikan anggota laki-
laki dan perempuan. Pada umumnya, masyarakat memandang laki-
laki lebih tinggi dari perempuan karena peran reproduksi perempuan
38
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
39
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
40
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
41
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Stereotipe yang banyak dianut adalah anak laki-laki dicap lebih kuat dan
anak perempuan lebih lemah. Atau laki-laki menyenangi sifat-sifat
maskulin dan perempuan menyenangi sifat-sifat feminin.
42
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
43
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
44
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
sekarang, ada beberapa laki-laki yang dijuluki “new age”, ialah laki-laki
yang peduli dengan kesetaraan gender.
45
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Kegiatan Pembelajaran
46
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Sesi 2.2
Konsep Inti
47
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
A. Pendahuluan
Contoh:
Perempuan dianggap cengeng, suka digoda.
Perempuan tidak rasional, emosional.
Perempuan tidak bisa mengambil keputusan penting.
Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
tambahan.
Laki-laki sebagai pencari nafkah utama.
48
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Contoh:
Kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami
terhadap istrinya di dalam rumah tangga.
Pemukulan, penyiksaan dan perkosaan yang mengakibatkan
perasaan tersiksa dan tertekan.
Pelecehan seksual.
Eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi.
Contoh:
Guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, pembantu
rumah tangga dinilai sebagai pekerja rendah, sehingga
berpengaruh pada tingkat gaji/upah yang diterima.
Contoh:
Masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi
atau peran pengambil keputusan atau penentu kebijakan
dibanding laki-laki.
50
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
51
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
52
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
dibandingkan dengan laki-laki pada tahun 2006 sebesar 15.2% dan 2007
sebesar 13.52 %. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja bagi
perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki, belum lagi standar upah yang
lebih kecil dari laki-laki untuk jenis pekerjaan yang sama (Bappenas,
2007).
54
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
55
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
56
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Sesi 2.3
Konsep Inti
57
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
58
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
1. Pembagian Kerja
Pembagian kerja dalam keluarga maupun masyarakat pada
umumnya dapat dilihat dari profil kegiatannya yang menyangkut;
1) Siapa yang melakukan kegiatan; 2) Kapan dan dimana; 3) Berapa
pendapatan yang dihasilkan. Kegiatan yang dimaksud adalah
kegiatan produktif, reproduktif dan sosial. Kegiatan produktif adalah
kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk
59
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
60
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
61
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Kerangka Pemberdayaan
62
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
63
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Kegiatan Pembelajaran
64
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Sesi 2.4
Konsep Inti
65
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Pendahuluan
66
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Kasus Pertama
67
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
pusat kesehatan yang akan dibangun, dan jenis layanan yang akan
disediakan untuk perempuan dan anak-anak. Dalam pertemuan
ini, bidan tersebut juga mengusulkan bahwa kaum pria sebaiknya
terlibat dalam kesehatan ibu dan anak, terutama dalam peningkatan
kesehatan dan kegunaan layanan keluarga berencana, serta
pencegahan penyakit seksual menular. Para laki-laki yang menjadi
tokoh desa menolak ide ini karena mereka berpendapat bahwa
pemeliharaan kesehatan adalah urusan perempuan. Selanjutnya,
mereka mengatakan bahwa sebagian besar laki-laki sibuk di sawah
dan sibuk memasarkan produknya. Bidan desa berpendapat
bahwa keluarga berencana dan pencegahan penyakit seksual
menular tidak akan berhasil karena laki-laki adalah pembuat
keputusan dalam penggunaan alat kontrasepsi dan hal-hal yang
berkenaan dengan penyakit menular seksual. Bidan desa tersebut
juga mengatakan bahwa selain melibatkan laki-laki yang sudah
menikah dan para ayah, perempuan dan laki-laki yang belum
menikah sebaiknya menyetujui adanya layanan pemeliharaan
kesehatan dari fasilitas kesehatan yang diusulkan karena
kesehatan mereka seringkali diabaikan. Tokoh desa tersebut
terlihat tidak menyetujui ide ini dengan alasan dana mereka sangat
terbatas dan prioritas dibuat untuk mereka yang pantas
mendapatkan layanan pemeliharaan kesehatan. Selain itu,
mereka takut bahwa kaum muda boleh jadi memahami ide yang
salah yang berkaitan dengan keluarga berencana dan pencegahan
penyakit menular seksual yang ditawarkan di fasilitas kesehatan.Di
akhir pertemuan, telah diputuskan bahwa tahun depan, sebuah
pusat kesehatan akan dibangun dan layanannya akan dikhususkan
untuk ibu dan anak. Partisipasi laki-laki pada kesehatan ibu dan
anak akan menjadi pilihan, tergantung pada minat dan kesediaan
para ayah. Bidan desa tersebut menambahkan bahwa dia akan
menginformasikan kaum perempuan di komunitasnya tentang
layanan khusus dan informasi yang ingin mereka ketahui, lokasi
68
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
69
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Pertanyaan:
70
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Kasus Kedua
71
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
72
Konsep Seks dan Gender Pelajaran 2
Sementara itu, dua unit rumah sakit dan fasilitas lainnya serta
penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS yang dikepalai
oleh dokter laki-laki tidak mempunyai kepala unit. Walaupun unit
ini memiliki dokter perempuan yang dapat mengelola unit tersebut,
pejabat kantor kesehatan daerah tetap menunjuk dokter laki-laki
untuk memimpin dua unit ini.
Pertanyaan:
1. Melihat struktur organisasi kantor kesehatan tersebut, apakah
kesetaraan gender dipertimbangkan?
2. Untuk membuat organisasi tersebut peka terhadap gender,
apa saja yang harus dipertimbangkan?
3. Apakah penunjukkan dokter perempuan diposisi penting cukup
menjadi bukti bahwa gender telah diarusutamakan?
73
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
74
PELAJARAN 3
Bidan sebagai
Pemimpin Informal
dan Agen Perubahan
Waktu 4 Jam
75
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Tujuan Khusus
76
Bidan sebagai Pemimpin Informal dan Agen Perubahan Pelajaran 3
Sesi 3.1
Konsep Inti
77
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
A. Pendahuluan
80
Bidan sebagai Pemimpin Informal dan Agen Perubahan Pelajaran 3
Misalnya:
1. Bagaimana seorang ibu mencari penolong persalinannya?
2. Bagaimana pola hidup ibu selama kehamilan?
3. Tradisi atau kebiasaan apa saja yang biasa dilakukan ibu
selama kehamilannya?
4. Bagaimana ibu merawat kehamilannya?
5. dsb
81
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
S - Strength (Kekuatan)
Apa keuntungan anda?
Apakah dilakukan dengan baik? Harus realistis.
Sumber daya apa yang anda miliki?
Apa yang orang lain lihat sebagai kekuatan anda?
W - Weakness (Kelemahan)
Apa yang perlu ditingkatkan?
Apa yang anda lakukan dengan tidak baik?
Apa yang harus anda hindari?
O - Opportunities (Kesempatan)
Di mana anda memperoleh kesempatan yang baik?
Kecenderungan minat apa yang anda sadari?
Kesempatan yang bermanfaat dapat berasal dari hal-hal berikut:
Perubahan teknologi
Perubahan dalam kebijakan pemerintah atau kegiatan lokal
yang terkait dengan bidang anda
Perubahan pola sosial, profil penduduk, perubahan gaya hidup,
dll.
82
T - Threat (Ancaman)
Kendala apa yang dihadapi?
Apa yang dilakukan oleh kompetitor anda?
Apakah butuh kekhususan dalam pekerjaan anda, perubahan
produk atau pelayanan?
Apakah anda mempunyai masalah hutang atau cash-flow yang
buruk?
83
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
84
Sesi 3.2
Konsep Inti
85
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
A. Pendahuluan
86
Bidan sebagai Pemimpin Informal dan Agen Perubahan Pelajaran 3
87
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
90
diperlukan untuk menjalankan praktik kepemimpinan yang efektif.
Ada beberapa kesempatan yang terbuka untuk kemajuan dan
tantangan bagi perempuan dan laki-laki yang bersedia untuk menjadi
pemimpin. Kenyataannya, salah satu petualangan yang
menyenangkan di era ini adalah bahwa bakat dan keterampilan
memimpin seorang perempuan semakin lama semakin diakui.
91
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Kegiatan Pembelajaran
92
PELAJARAN 4
93
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Tujuan Khusus
94
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan Pelajaran 4
Sesi 4.1
Konsep Inti
95
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
B. Sejarah HAM
Hak Asasi Manusia sebenarnya telah ada sejak dahulu tepatnya sejak
zaman Nabi Musa dibangkitkan untuk memerdekakan umat Yahudi dari
perbudakan Mesir, manusia sudah mulai menyadari pentingnya HAM.
Yang pada enam ratus tahun kemudian barulah kitab suci AlQur’an
menurunkan hak-hak asasi manusia, antara lain yang dimuat dalam
Piagam Madinah.
96
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan Pelajaran 4
Jika Magna Carta yang dicetuskan pada tahun 1215 dianggap sebagai
tonggak awal dari kelahiran HAM (sebagaimana yang banyak diyakini
oleh pakar sejarah Eropa), maka bisa dibayangkan betapa panjang dan
lamanya proses perjalanan HAM dari mulai ditemukan sampai kemudian
dikodifikasi oleh DUHAM pada tahun 1948. Begitu pun dalam hal
penegakannya (dihormati, dipenuhi, dan dilindungi). Dibutuhkan 10
tahun agar dua konvenan utama HAM (Konvenan Hak Sipil dan Politik
dan Konvenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) bisa efektif berlaku,
dari mulai diterapkannya tahun 1966 sampai kemudian efektif
diberlakukan tahun 1976 (Komnas-HAM, 2006).
97
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Hak asasi manusia bersifat universal dan tak dapat dicabut; tidak bisa
dibagi, saling berkaitan dan tak bisa dipisah-pisahkan. Hak asasi
bersifat universal karena setiap orang terlahir dengan hak yang sama,
tanpa memandang dimana mereka tinggal, jenis kelamin atau ras,
agama, latar belakang budaya atau etnisnya. Tak bisa dicabut karena
hak-hak setiap orang itu tidak akan pernah bisa ditanggalkan dan direbut.
Saling bergantung satu sama lain dan tak bisa dipisah-pisahkan karena
semua hak itu-baik hal sipil, politik, sosial, ekonomi, maupun budaya-
kedudukannya setara dan tidak akan bisa dinikmati sepenuhnya tanpa
adanya pemenuhan hak-hak lainnya. Setiap orang diperlakukan secara
setara, dan diberi hak pula untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang akan berpengaruh pada hidupnya. Mereka
menegakkannya dengan peraturan hukum dan dikuatkan dengan adanya
98
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan Pelajaran 4
99
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
100
Hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia telah diakui dan diatur
dalam berbagai instrumen internasional maupun nasional. Jaminan
pengakuan hak atas kesehatan tersebut secara eksplisit dapat dilihat
dari beberapa instrumen sebagai berikut (Afandi, 2008):
a. Instrumen Internasional
1. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR).
2. Pasal 6 dan 7 International Covenant on Civil and Political
Rights (ICCPR).
3. Pasal 12 International Covenant on Economic, Social and
Cultural Right (ICESCR).
4. Pasal 5 International Convention on the Elimination of All Forms
of Racial Discrimination (ICERD).
5. Pasal 11, 12 dan 14 Convention on the Elimination of All Forms
of Discrimination against Women (Women’s Convention).
6. Pasal 1 Convention against Torture and Other Cruel, Inhu-
man or Degrading Treatment or Punishment (Torture Conven-
tion, or CAT).
b. Instrumen Nasional
1. Amandemen II Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
2. Pasal 9 UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
3. Pasal 4 UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. UU Nomor 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya.
101
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
adalah konsensus global yang disepakati pada akhir abad ke 20, yang
menyatakan delapan target pencapaian pembangunan millenium tahun
2015, yang tiga diantaranya adalah target kesehatan: (1) mengurangi
kematian balita; (2) meningkatkan kesehatan ibu; dan (3) memerangi
HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya (Rukmini, 2006).
102
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan Pelajaran 4
Sesi 4.2
Konsep Inti
103
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Termasuk keadaan terakhir ini adalah hak laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap cara-cara
keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima,
yang menjadi pilihan mereka, serta metode-metode lain yang mereka
pilih untuk pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum; dan hak
untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang
akan memungkinkan para perempuan dengan selamat menjalani
kehamilan dan melahirkan anak; dan memberikan kesempatan yang
terbaik kepada pasangan-pasangan untuk memiliki bayi yang sehat.
Kesehatan Reproduksi juga mencakup kesehatan seksual, yang
bertujuan meningkatkan status kehidupan dan relasi-relasi personal,
104
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan Pelajaran 4
105
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
106
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan Pelajaran 4
dari 19.973 kasus pada tahun 2009 menjadi 24.131 kasus pada 2010
(Profil Kesehatan Indonesia 2010; 52); penduduk Indonesia yang
mengalami gangguan jiwa sebanyak 3% sampai 5% dari total jumlah
penduduk dan setiap tahun mengalami peningkatan 10% sampai 20%;
pada tahun 2007 angka kematian balita 44 per 1000 kelahiran sementara
angka kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran; sementara data
Riskesdas pada tahun 2010 menyebutkan bahwa hanya sekitar 53.8%
anak usia 12-23 bulan yang mendapat imunisasi lengkap, 50 juta orang
berisiko kekurangan yodium, 40% perempuan hamil menderita anemia
dan 20% penduduk terjangkit malaria(Gobel, 2010).
107
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
108
Hak Asasi Manusia dalam Pelayanan Kebidanan Pelajaran 4
Konfederasi juga meyakini bahwa salah satu peran terpenting dari bidan
adalah untuk memberikan secara lengkap, komprehensif, penuh
pengertian, kekinian (up-to-date) dan berdasarkan ilmu pendidikan serta
informasi dasar sehingga dengan pengetahuannya perempuan/keluarga
dapat berpartisipasi di dalam memilih/memutuskan apa mempengaruhi
kesehatan mereka dan menyusun serta menerapkan pelayanan
kesehatan mereka.
109
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Kegiatan Pembelajaran
111
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
112
Lampiran 1
Pelajaran 1
Paradigma Kebidanan
a. Perempuan
Perempuan/manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-kultural dan
spiritual yang utuh dan unik, mempunyai kebutuhan dasar yang
bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Perempuan/ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa
sehingga keberadaan perempuan yang sehat jasmani dan rohani
serta sosial sangat diperlukan. Perempuan/ibu adalah pendidik
pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat
ditentukan oleh keberadaan/kondisi dari perempuan/ibu dalam
keluarga. Para perempuan di masyarakat adalah penggerak dan
pelopor dari peningkatan kesejahteraan keluarga.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat
dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya.
Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psiko
sosial, lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Lingkungan
psiko sosial meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan masyarakat.
113
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
c. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan sikap dan tindakan. Perilaku manusia bersifat holistik
(menyeluruh). Adapun perilaku profesional dari bidan mencakup:
1. Dalam melaksanakan tugasnya berpegang teguh pada filosofi
etika profesi dan aspek legal.
2. Bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan
klinis yang dibuatnya.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan
keterampilan mutakhir secara berkala.
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah
penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi.
5. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama
memberikan asuhan kebidanan.
6. Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan
dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca
persalinan, bayi baru lahir dan anak.
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan
kaum perempuan/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan
yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan,
meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka
bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri.
8. Menggunakan keterampilan komunikasi.
9. Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan keluarga.
114
10. Melakukan advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan
pelayanan.
d. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga
dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan
kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai
dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya
keluarga berkualitas, bahagia dan sejahtera.
e. Keturunan
Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia
yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat. Hal ini menyangkut
penyiapan perempuan sebelum perkawinan, sebelum kehamilan
(pra konsepsi), masa kehamilan, masa kelahiran dan masa nifas.
116
Lampiran 2
Pelajaran 2
117
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Langkah 2
Berikan pengantar mengenai definisi tentang jenis kelamin dan gen-
der. Yang perlu diingat perbedaan antara laki-laki dan perempuan
tidak hanya terbatas pada struktur anatomis dan fisiologi namun
juga melingkupi cara bertingkah laku secara berbeda, mengenakan
pakaian yang berbeda, melakukan tugas yang berlainan, dll.
Definisi jenis kelamin (seks), gender, kesetaraan gender, keadilan
gender, dan diskriminasi gender.
118
Lampiran
Langkah 3
Periksa tiap kolom di bagan yang telah diisi mahasiswi dan mulai
untuk diskusi.
119
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
120
Lampiran 3
Pelajaran 4
121
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Menjelang hari raya Idul Adha, Lena genap berusia 14 tahun. Ayahnya
menjodohkan Lena dengan seorang pemuda yang baru datang dari
perantauan. Pemuda bernama Badri kemudian menikahinya. Tahun
pertama perkawinannya, Badri masih kerja merantau, hanya tiga bulan
sekali ia pulang. Pada akhir tahun Lena dinyatakan positif hamil. Mereka
menyambut gembira, lengkaplah Lena sebagai perempuan, ia bisa
memberikan anak kepada suami dan memberikan cucu kepada
orangtuanya.
Selang dua hari sakit berlangsung, Lena sudah kehabisan darah dan
meninggal. Semua berduka, di luar duka mereka tersimpan harapan
terhadap Lena nantinya masuk surga karena mati melahirkan diyakini
oleh mereka adalah mati syahid.
122
Daftar Pustaka
123
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
http://www.academy.umd.edu/publications/globalleadership/salzburg/chapter3.htm
Leadership: Gender Related, Not Gender Specific
http://www.ivf.com/stress.html Georgia Reproductive Specialist: Stress Management
http://www.mindtools.com/pages / article / newHTE OO.htm Time Management Skills
http://www.mycoted.com/creativity / techniques/ doit. php DO IT
http://www.nsba.org/sbot/ toolkit/ Conflict.html Dealing with Conflict
http://www.tompeters.com/toms world/t1990/072790-credibility.asp The Credibility Factor
-What We Expect of Our Leader
Husein, K. H. “Isu-isu Gender dalam Pranata Sosial Islam.” Paper presented in Workshop
Penyusunan Modul Pelatihan Penyadaran fender dan Penguatan Hak-hak
Reproduksi dalam Islam di Kalangan Dosen lAIN. Yogyakarta: PSW lAIN Sunan
Kalijaga, 1999.
IBI. Kumpulan Materi Sidang Organisasi: Kongres Ikatan Bidan Indonesia XlII. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2003.
ICM & FIGO. International Confederation of Midwives & FIGO. Definition of Midwives.
Kobe: ICM,1990.
ICM, FIGO, and WHO. International Code of Ethics for Midwives. Manila: ICM, FIGO, and
WHO, 1999.
ICM, Midwives, Women, and Human Rights. Manila: ICM, 1999,
ICM. Global Vision and Strategy Document. Manila: ICM, 1996.
ICM. International Confederation of Midwives (ICM). Position Statements
www.internationalmidwives.org.
Ilyas, Hamim. “Hak-hak Reproduksi (Tinjauan Islam).” Paper presented in Pelatihan
Gender Analisis bagi Dosen lAIN dan PTAIS se-DIY. Yogyakarta: PSW lAIN
Sunan Kalijaga, September 2003.
Ipas and the Health & Development Networks. Gender or Sex: Who Cares? Skill-building
Resource Pack on Gender and Reproductive Health for Adolescents and Youth
Workers. Chapel Hill: Ipas, 2001.
Istiyanto, Bekti. Gender. http://sbektiistiyanto.files.wordpress.com/2008/02/gender.doc,
diakses 18 Juli 2012
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes RI. Riskesdas 2010. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan, 2010.
Ketidakadilan Gender. 29 November 2011. http://menegpp.go.id/V2/index.php/glosari/
ketidakadilan-gender, diakses 18 Juli 2012
Konsep Gender dalam Kesehatan. http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/
123456789/807/19/Bab%20II%20Halaman%206%20-%2011.pdf, diakses 9
Juli 2012
124
Daftar Pustaka
125
Modul Mahasiswi Integrasi Gender dan HAM dalam Konsep Asuhan Kebidanan
Sofyan, M. N.A. Madjid and R. Siahaan (eds). Bidan Menyongsong Masa Depan: 50
Tahun lkatan Bidan di Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan
Indonesia, 2001.
Standing H, Kisekka MN. Sexual behaviour in sub-Saharan Africa: a review and
annotatedbibliography. London, Overseas Development Administration, 1989.
Sudarta, Wayan. Ketimpangan dan peran gender di bidang politik. http://
ejournal.unud.ac.id/abstrak/ketimpangan gender_2_.pdf. diakses 9 Juli 2012.
Time Management. http://www.mindtools.com/pages/main/newMN_HTE.htm, diakses
10 Juli 2012
UNICEF.www.unicef.org/.../id/Facts_Sheet_on_Girls_Education_IND_.pdf, diakses 9
Desember 2010
Vance C S. Anthropology rediscovers sexuality: a theoretical comment. Social Science
andMedicine, 1991: 33(8): 875-884.
Waspada Online. Memperhatikan Isu Gender Bidang Kesehatan(19 Februari 2008).
WHO. “25 Questions & Answers on Health and Human Rights” in Health and Human
Rights Publication Series Issue No.1, July 2002.
WHO. Gender and Health: Technical Paper. Geneva, Swistzerland: WHO Women’s Health
and Development, Family and Reproductive Health, 1998
WHO. Transforming Health System: Gender and Rights in Reproductive Health.
Swistzerland: Department of Reproductive Health and Research Family and
Community Health, 2001.
126