Anda di halaman 1dari 165

M o d u l M a h a s i s w i

Perspektif Gender &


HAM dalam Asuhan
Kebidanan Komunitas

i
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

PERSPEKTIF GENDER & HAM DALAM ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


Modul Mahasiswi

Penulis:
Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan

Kontributor:
DR. Ida Ruwaida Noor
Irwan M. Hidayana, MA, Ph.D
DR. Emi Nurjasmi, M.Kes

Beberapa dosen pengajar, yang terdiri dari


1. Dosen Pengajar Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III: Gita Nirmalasari,
Aticeh
2. Dosen Pengajar Kebidanan Poltekkes Bandung: Djudju Sriwenda, Amni Kahar,
Yulinda, Neneng Widaningsih, Cherli Marlina, Chris Sriyanti
3. Dosen Pengajar Kebidanan Poltekkes Jambi: Taty Nurti, Nurmisih, Indarmien
Netty, Sri Murni
4. Dosen Pengajar Kebidanan Poltekkes Malang: Rita Yulifah, Naimah

Editor:
Nur Arifa Yuniati

Penerbit:
Yayasan Pendidikan Kesehatan perempuan

Cetakan keempat: Maret 2016

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan


Gedung PKMI lantai 3.
Jl. Kramat Sentiong No.49 A, Jakarta Pusat 10450
Telp: (021) 3918321/08111926946/ 0811176303
E-mail: ypkp_jkt@yahoo.com, Website: http:\\www.ypkp.net

ISBN: 979-1253-02-1

ii
Ucapan Terima Kasih

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas ijin-Nyalah
akhirnya revisi modul YPKP dapat terealisasi Revisi modul ini ternyata
memerlukan upaya yang jauh lebih besar dari apa yang diperkirakan
pada awalnya. Serangkaian pertemuan yang dilakukan sejak Juni 2010
sampai 2015 hingga beberapa kali mengalami revisi, menunjukkan
betapa rumit upaya untuk merealisasikan ide-ide terbaru saat
memadukan konsep gender dan kepemimpinan ke dalam kurikulum
program pendidikan kebidanan. Rangkaian diskusi tersebut merupakan
sebuah proses penting karena memperlihatkan ada kerjasama di
dalamnya.

Revisi modul ini terlaksana dengan dukungan dari berbagai pihak. Kami
mengucapk an t erim a kasih ke pada k ontribut or yang tela h
menyumbangkan pikirannya dalam penyusunan modul ini (Irwan
Hidayana dan Ida Ruwaida dari Pusat Kajian Gender Universitas Indo-
nesia). Ucapan terima kasih kami ucapkan juga kepada staf pengajar
dari Poltekkes Jakarta III, Poltekkes Bandung, Poltekkes Malang, dan
Poltekkes Jambi yang turut berkontribusi dalam memberikan masukan
hingga materi dalam modul ini menjadi lebih baik. Selain itu, persetujuan
dari Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Kemenkes RI menunjukkan adanya dukungan aparat pemerintah yang
berwawasan luas terhadap pengembangan modul-modul yang
diperlukan untuk pendidikan kebidanan. Kami juga menghargai tinjauan
komprehensif dari para pimpinan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) – yaitu,
Harni Koesno (alm), Emi Nurjasmi dan Jumiarni Ilyas.

iii
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada


Ford Foundation yang telah memberikan dukungan finansial sehingga
dihasilkannya modul ini. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat kami mengucapkan terima
kasih.

Kami menyadari bahwa modul ini mungkin masih kurang sempurna.


Masukan dan saran dari pengguna modul kami harapkan bagi perbaikan
dan kesempurnaan modul ini.

Jakarta, 2015

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan

DDD

iv
Kata Pengantar

Perkembangan teknologi kesehatan yang pesat dan perubahan


kebutuhan masyarakat terhadap layanan kebidanan khususnya
k esehatan reproduksi merupakan tuntutan bagi bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan profesional. Sebagai tenaga kesehatan
terdepan terutama di wilayah pedesaan, bidan diharapkan dapat
memberikan asuhan layanan kebidanan sesuai kompetensinya untuk
memecahkan masalah kesehatan yang ada di komunitas khususnya
kesehatan ibu dan bayi.

Pemahaman tentang kompetensi profesi, asuhan dan layanan


kebidanan seyogyanya dipersiapkan pada proses pembelajaran di
institusi pendidikan, dan didukung dengan bahan ajar/modul, metode,
media dan alat bantu dalam proses penyampaiannya agar peserta didik
tidak hanya siap menghadapi situasi perubahan kebutuhan masyarakat
terhadap layanan kebidanan tetapi juga mampu mengenal kondisi dan
masalah kesehatan di komunitas serta penanggulangannya. Untuk itu,
Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan (YPKP) didukung oleh Ford
Foundation Jakarta, dengan melibatkan tenaga pengajar dari Politeknik
Kesehatan sebagai mitra YPKP telah menyusun modul/materi untuk
pendidikan diploma III kebidanan, salah satunya modul Perspektif Gen-
der dan HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas. Modul tersebut
merupakan salah satu bahan ajar bagi tenaga pengajar dan peserta
didik yang dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran
efektif, tidak hanya terbatas pada konsep teoritis saja tetapi mencakup
bagaimana mengajarkan kepada peserta didik.

v
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Dukungan Ford Foundation Jakarta dan YPKP ini diharapkan tidak


berhenti sampai disini, pengembangan modul-modul dan bahan ajar
lainnya yang diperlukan pada pendidikan D.III kebidanan dapat difasilitasi.

Akhirnya, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua


pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul/bahan ajar ini.

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Dr. Kirana Pritasari, MQIH

DDD

vi
Daftar Isi

Ucapan Terima Kasih ........................................................................................ iii


Kata Pengantar Kepala Pusdiklatnakes Kemenkes ......................................... v
Daftar Isi ................................................................................................. vii
Pendahuluan ................................................................................................... 1
Gambaran Isi Modul ........................................................................................... 1
Kompetensi Awal ................................................................................................ 2
Tujuan Umum ................................................................................................... 2
Petunjuk Penggunaan Modul ............................................................................. 2

Pelajaran 1 Konsep Dasar Konseling .......................................................... 3


Tujuan Khusus ................................................................................................... 4
Konsep Inti ................................................................................................... 5
Analisis Situasi Kesehatan ......................................................................... 6
D Analisis situasi kesehatan yang partisipatif ...................................... 10
D Tingkat Partisipasi ............................................................................ 12
D Keuntungan dari Partisipasi .............................................................. 13
Participatory Rural Appraisal (PRA) .......................................................... 14
Teknik-teknik Pengumpulan data yang partisipatif .................................... 15
1. Penelusuran Sejarah Desa ................................................................ 15
2. Pembuatan Bagan perubahan dan kecenderungan ........................... 16
3. Pembuatan Kalender Musim ............................................................. 19
4. Pembuatan Peta Desa ...................................................................... 22
5. Pengkajian Lembaga Desa (Diagram Venn) ...................................... 26
6. Peta transek (Transect Mapping) ...................................................... 28
7. Ranking/Peringkat kekayaan dan Kesejahteraan. ............................ 31
8. Wawancara Semi Terstruktur ............................................................ 32
9. Diskusi Kelompok Terfokus .............................................................. 34
Kendala dalam Proses Partisipasi ............................................................ 35
Kegiatan Pembelajaran .................................................................................... 36
Uji Kemampuan Diri ......................................................................................... 36

vii
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Pelajaran 2 Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan


di Komunitas ................................................................................................. 37
Tujuan Khusus ................................................................................................. 38
Konsep Inti ................................................................................................. 38
Pengertian ................................................................................................. 39
Situasi Kesehatan Reproduksi di Indonesia .............................................. 40
Faktor Determinan Kesehatan Reproduksi ................................................ 44
Derajat Kesehatan ..................................................................................... 44
Genetika/Kependudukan ........................................................................... 46
Perilaku Kesehatan ................................................................................... 47
Lingkungan Kesehatan .............................................................................. 50
Program Sarana Pelayanan Kesehatan .................................................... 52
Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi .................................................. 55
Kegiatan Pembelajaran .................................................................................... 57
Uji Kemampuan Diri ......................................................................................... 57

Pelajaran 3 Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas ..... 59


Tujuan Khusus ................................................................................................. 60
Pengantar ................................................................................................. 61
Seks dan Gender ...................................................................................... 62
Isu Gender: Kesenjangan dan Ketimpangan Gender ................................ 64
Analisis Gender ......................................................................................... 66
Kerangka Analisis Harvard ........................................................................ 71
Kerangka Moser ........................................................................................ 74
Gender Analisis Matrix .............................................................................. 79
Prinsip Matriks Analisis Gender ................................................................ 81
Kerangka Pemberdayaan Perempuan Sarah Longwe ............................... 82
Penutup ................................................................................................. 84
Kegiatan Pembelajaran .................................................................................... 86

viii
Pelajaran 4 Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas
yang Tanggap Gender dan Partisipatif ........................................................ 87
Tujuan Khusus ................................................................................................. 88
Pengantar ................................................................................................. 89
Perencanaan Partisipatif ........................................................................... 90
Perencanaan Partisipatif yang Tanggap Gender ....................................... 95
Monitoring dan Evaluasi yang Tanggap Gender ......................................... 99
Indikator Monitoring dan Evaluasi ............................................................ 100
Langkah-langkah Monitoring dan Evaluasi .............................................. 103
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 107
Kegiatan Pembelajaran .................................................................................. 110
Uji Kemampuan Diri ....................................................................................... 110

Pelajaran 5 Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang


Berperspektif Gender dan HAM .................................................................. 113
Tujuan Khusus ............................................................................................... 114
Konsep Inti ............................................................................................... 115
Konsep Kebidanan Komunitas ................................................................ 117
Tujuan Pelayanan Asuhan Kebidanan Komunitas ................................... 119
Prinsip Pelayanan/Asuhan Kebidanan Komunitas .................................. 119
Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan Komunitas ............ 120
Ruang Lingkup Pelayanan Bidan di Komunitas ...................................... 121
Konsep Pemberdayaan Masyarakat ....................................................... 122
Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan ............ 123
Kegiatan Pembelajaran .................................................................................. 127
Uji Kemampuan Diri ....................................................................................... 127

ix
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Pelajaran 6 Asuhan Kebidanan di Komunitas .......................................... 129


Tujuan Khusus ............................................................................................... 130
Konsep Inti ............................................................................................... 131
Asuhan Antenatal .................................................................................... 132
Asuhan Intranatal .................................................................................... 138
Asuhan Postpartum ................................................................................ 141
Asuhan Bayi dan Balita ........................................................................... 143
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ................................................. 144
Kesehatan Reproduksi ............................................................................ 144
Kegiatan Pembelajaran ..................................................................................146
Uji Kemampuan Diri ....................................................................................... 146

Lembar Kasus ............................................................................................... 147


Daftar Pustaka ............................................................................................... 151

DDD

x
Pendahuluan

Gambaran Isi Modul

Modul ini berisi ilustrasi umum mengenai Analisis Perspektif Kesetaraan


Gender dan HAM dalam Kebidanan Komunitas, yang diintegrasikan pada
mata ajaran Asuhan Kebidanan Komunitas (B. 5.306).

Modul Mahasiswi ini terdiri dari 6 pelajaran dan masing-masing


mempunyai tujuan khusus. Pelajaran Pertama berisi mengenai Analisis
Situasi secara Partisipatif. Pelajaran Kedua mengulas tentang Analisis
Masalah dalam Asuhan Kebidanan Komunitas. Pelajaran Ketiga tentang
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas. Pelajaran
Keempat membahas tentang Perencanaan Pelayanan kebidanan
Komunitas yang Tanggap Gender dan Partisipatif. Pelajaran Kelima
tentang Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif
Gender dan HAM. Pelajaran Keenam menjelaskan mengenai Asuhan
Kebidanan di Komunitas.

Secara keseluruhan materi pembelajaran membutuhkan alokasi waktu


104 jam efektif, yang terdiri dari pendidikan klasikal 22 jam efektif dan
praktik lapangan 82 jam efektif.

Alokasi persatuan pembelajaran sebagai berikut: Pembelajaran pertama


4 jam, pembelajaran dua 4 jam, pembelajaran tiga 2 jam, pembelajaran
empat 4 jam, pembelajaran lima 4 jam, pembelajaran enam 4 jam.

Pada setiap akhir pelajaran, mahasiswi ditugaskan untuk menjawab


setiap pertanyaan pada uji coba kemampuan diri. Hal ini dimaksudkan
agar pengajar dapat mengetahui sejauhmana mahasiswi mengerti dan
memahami pelajaran sekaligus sebagai bahan masukan bagi para
pengajar.

1
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kompetensi Awal

Mahasiswi diharapkan telah lulus pada mata ajaran Konsep Kebidanan,


ISBD; Kesehatan Reproduksi; Psikologi; Etika Profesi; Asuhan
Kebidanan I,II,III dan IV; Asuhan Kebidanan Neonatal, Bayi dan Balita
serta Praktik Kebidanan Klinik I. Dengan demikian mereka dianggap
sudah mempunyai pengetahuan dasar tentang filosofi bidan, asuhan
kebidanan, kesehatan reproduksi, dan konsep gender.

Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswi diharapkan memahami


konsep-konsep dan teori mengenai kebidanan komunitas, terutama
keterkaitannya dengan isu hak asasi manusia dan gender, sehingga
mampu menerapkannya dalam menjalankan peranan kesehariannya
di masyarakat.

Petunjuk Penggunaan Modul

1. Mahasiswi harus membaca modul ini sebelum kelas dimulai.

2. Mahasiswi ditugaskan untuk menjawab pertanyaan pada Uji


Kemampuan Diri dan menyelesaikan setiap aktivitas yang terdapat
pada akhir setiap pelajaran.

DDD

2
PELAJARAN 1

Analisis Situasi Secara


Partisipatif

Waktu 4 Jam

3
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian analisis situasi dan keterkaitannya


dengan analisis sosial

2. Menjelaskan proses tahapan analisis situasi

3. Memahami kegunaan Participatory Rural Appraisal (PRA)


atau pengkajian pedesaan secara partisipatif dalam melakukan
analisis situasi

4. Memahami prinsip, teknik dan manfaat PRA

5. Mengaplikasikan teknik-teknik partisipatif dalam analisis situasi


kesehatan

4
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Konsep Inti

Analisis situasi adalah proses sistematis untuk melihat fakta, data,


dan atau kondisi dalam suatu komunitas di wilayah dan waktu
tertentu.

Analisis situasi merupakan kegiatan mengumpulkan, menggali, dan


memaparkan data dan informasi tentang kondisi tertentu di suatu
komunitas berikut konteks geografis, demografis, sosial, budaya,
ekonomi, bahkan politik. Tujuannya guna mengidentifikasi dan
memahami masalah-masalah ataupun kebutuhan-kebutuhan
komunitas, dan kesaling terkaitan dengan berbagai faktor.

Participatory Rural Appraisal (PRA) atau pengkajian pedesaan


secara partisipatif adalah pendekatan dan metode yang mendorong
masyarakat untuk terlibat dalam melakukan analisis situasi tentang
kehidupan dan kondisi mereka sendiri yang akan menjadi dasar
dalam membuat rencana dan tindakan.

Metode-metode PRA antara lain: penelusuran sejarah desa,


pembuatan bagan perubahan dan kecenderungan, pembuatan
kalender musim, pembuatan peta desa, penelusuran desa,
penggunaan diagram venn dalam pengkajian hubungan lembaga
desa, pengkajian mata pencaharian desa, wawancara.

5
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Analisis Situasi (Kesehatan)

Dalam upaya melakukan intervensi ke masyarakat atau komunitas,


maka sebelumnya perlu dilakukan tahap analisis situasi komunitas
karena pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dan informasi yang
terkait langsung maupun tidak langsung berkenaan dengan kondisi
tertentu di komunitas, untuk kemudian menjadi dasar perancangan dan
perencanaan program. Analisis situasi adalah proses sistematis untuk
melihat fakta, data, dan atau kondisi dalam suatu komunitas di wilayah
dan waktu tertentu. Dengan kata lain, analisis situasi merupakan
kegiatan mengumpulkan, menggali, dan memaparkan data dan
informasi tentang kondisi tertentu di suatu komunitas berikut konteks
geografis, demografis, sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik.
Tujuannya guna mengidentifikasi dan memahami masalah-masalah
ataupun kebutuhan-kebutuhan komunitas, dan kesalingterkaitan dengan
berbagai faktor internal maupun eksternal.

Analisis sosial (ansos) merupakan salah satu metodologi yang


dikembangkan untuk mengetahui dan mendalami realitas sosial. Analisis
sosial merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
mengenai hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis. Analisis
sosial merupakan usaha untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
mengenai hubungan-hubungan struktural, kultural dan historis, dari
situasi sosial yang disoroti. Gambaran ini bisa digali dari individu,
kelompok, dan atau organisasi/lembaga yang terkait langsung ataupun
tidak langsung dengan kondisi sosial yang dianggap sebagai masalah
di komunitas. Berbagai sumber data ini diharapkan bisa membantu
memberikan data dan informasi berkenaan dengan situasi dan kondisi
masyarakat, termasuk juga menyampaikan kepentingan, motivasi, sikap,
dan implikasinya pada persoalan yang ada di masyarakat. Pendekatan
analisis sosial bersifat partisipatoris yaitu mengedepankan pelibatan
sebes ar-be sar nya an gg ot a k omunit as un tuk men def inisika n
masalahnya.

6
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Secara umum objek sosial yang dapat dianalisis antara lain:

D Masalah-masalah sosial, seperti: kemiskinan, pelacuran,


penyalahgunaan narkoba, kelaparan

D Sistem sosial, seperti: tradisi, sistem pemerintahan, sistem


pertanian

D Lembaga atau organisasi sosial, seperti: layanan rumah sakit,


lembaga pedesaan

D Kebijakan publik, seperti: dampak kebijakan jampersal, dampak


perlakuan Undang-Undang kesehatan.

Sebelum melakukan analisis masalah kesehatan dalam suatu


masyarakat maka perlu terlebih dahulu memetakan berbagai masalah
kesehatan yang ada. Langkah ini penting untuk mendapatkan gambaran
tentang situasi kesehatan masyarakat, khususnya berdasarkan
kelompok umur dan jenis kelamin. Informasi dan data untuk analisis
situasi dapat diperoleh dengan dengan berbagai cara misalnya data
sekunder, wawancara, survei, observasi dll. Dalam tradisi Ilmu
Kesehatan Masyarakat memang kecenderungannya analisis situasi
menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif yang jelas dan akurat. Namun
demikian, untuk lebih memahami situasi sosiokultural masyarakat yang
terkait dengan derajat kesehatan mereka, maka diperlukan data
kualitatif, khususnya yang mencakup adat kebiasaan masyarakat.
Dengan demikian analisis situasi tidak semata-mata bergantung pada
data kuantitatif tetapi juga data kualitatif sehingga memberikan gambaran/
deskripsi yang lebih utuh dari suatu fakta/fenomena sosial dalam
masyarakat.

7
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Berkenaan dengan analisis situasi kesehatan komunitas, maka tujuan


utamanya adalah:

1. Memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik

2. Mempermudah penentuan prioritas

3. Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah

Dalam analisis situasi kesehatan ada sejumlah variabel standar yang


harus diperhatikan yaitu:

1. Status kesehatan
Analisis status kesehatan akan menghasilkan ukuran-ukuran sta-
tus kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut
kelompok umur penduduk, serta menurut tempat dan waktu. Analisis
situasi kesehatan antara lain meliputi penyakit yang paling banyak
diderita oleh penduduk, penyakit yang banyak diderita oleh bayi,
jumlah dan penyebab kematian penduduk, jumlah dan penyebab
kematian ibu, jumlah dan penyebab kematian bayi, jumlah bayi berat
lahir rendah (BBLR), jumlah balita dengan gizi buruk, jumlah ibu
hamil dengan komplikasi dan penyebab komplikasi serta jumlah
ibu hamil yang anemia.

2. Kependudukan
Analisis kependudukan mencakup jumlah penduduk, komposisi
penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, tingkat
pendidikan, jumlah kepala keluarga (KK), jumlah keluarga miskin,
jumlah wanita usia subur (WUS), pertumbuhan penduduk, mata
pencaharian penduduk, mobilitas penduduk, agama yang dianut
mayoritas penduduk, rata-rata usia kawin pertama kali, organisasi
k emasyar ak at an yang ada dan car a pen duduk m enj ag a
ketersediaan sumber pangan.

8
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

3. Pelayanan/upaya kesehatan
Analisis pelayanan kesehatan atau upaya kesehatan meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Analisis ini
menghasilkan data atau informasi tentang input, proses, output dan
dampak dari pelayanan kesehatan. Misalnya untuk mengetahui
akses dan pemanfaatan rumah tangga terhadap sarana pelayanan
kesehatan meliputi jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang ada,
jumlah dukun bayi yang terlatih dan tidak terlatih, jenis dan jumlah
fasilitas kesehatan yang ada, waktu pelayanan di fasilitas kesehatan,
jenis pelayanan kesehatan khusus bagi remaja, ibu hamil, lansia
dsb, cara menjangkau fasilitas kesehatan (jarak, waktu tempuh,
jenis transportasi, biaya transport, dan kondisi jalan), biaya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, alasan memilih pelayanan
kesehatan, kelengkapan peralatan di fasilitas kesehatan yang ada,
cakupan kunjungan ibu hamil, cakupan ibu hamil yang mendapatkan
tablet besi, cakupan ibu hamil risiko tinggi yang ditangani, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan kunjungan
ibu nifas, cakupan kunjungan neonatal, cakupan pelayanan
imunisasi dasar bagi bayi dan cakupan peserta KB.

4. Perilaku kesehatan
Analisis perilaku kesehatan memberikan gambaran tentang
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sehubungan dengan
kesehatan maupun upaya kesehatan yang meliputi gaya hidup
remaja, adat, kepercayaan, norma, maupun tradisi yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat, isu-isu gender yang
berhubungan dengan kesehatan, perilaku sehat dan higienis serta
perilaku penduduk dalam pencarian pengobatan.

5. Lingkungan
Analisis lingkungan mencakup aspek fisik, biologis dan sosial.
Analisis ini bertujuan memperoleh informasi tentang kriteria wilayah,
kondisi tanah, pemanfaatan fungsi tanah (untuk pertanian, industri,
konservasi, dsb), kondisi jalan, kondisi air, sumber air yang

9
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

digunakan untuk air minum maupun mandi, cuci, kakus (MCK),


kepemilikan jamban dalam satu keluarga, jenis jamban yang
digunakan, tipe tempat tinggal, ketersediaan tempat pembuangan
limbah rumah tangga maupun industri, ketersediaan listrik,
ketersediaan sarana telekomunikasi umum dan ketersediaan
transportasi umum.

Analisa Situasi Kesehatan yang Partisipatif

Dalam up aya me lak uk an analisis sit uasi k eseha tan b erik ut


keterkaitannya dengan faktor sosio-kultural, apalagi faktor-faktor
struktural (norma, kelembagaan lokal, dll) dan juga dimensi historisnya,
maka salah satu metode yang dianggap tepat adalah PRA (Participa-
tory Rural Appraisal). Metode-metode PRA hanyalah bagian dari PRA
karena PRA sebagai metodologi pengembangan program, mencakup
hal yang lebih luas: yaitu kerangka konseptual, prinsip-prinsip, nilai
ideologis, visi yang ingin dicapai, serta metode/teknik yang dapat
digunakan untuk mengaplikasikan pemikiran tentang partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat.

Metode PRA adalah alat untuk mengembangkan proses-proses


partisipasi. Melalui metode/teknik PRA, maka masyarakat diposisikan
bukan sebagai obyek sumber data, namun lebih sebagai subyek
sehingga partisipasi aktif masyarakat/komunitas sangat diharapkan.
Teknik–teknik dalam PRA digunakan karena warga masyarakat sendirilah
yang paling tahu tentang kondisi komunitasnya, khususnya masalah
kesehatannya. Teknik PRA akan membantu kita memetakan masalah
di komunitas, memahami faktor-faktor yang terkait, bahkan menjelaskan
hubungan sebab-akibat dari berbagai masalah di komunitas.
Pemahaman akan hubungan sebab-akibat ini penting untuk analisis
masalah yang merupakan langkah selanjutnya dari analisis situasi. Hal
ini mengingat analisis situasi merupakan kegiatan mengumpulkan
dan memahami informasi tentang suatu situasi atau kondisi yang
berguna dalam mengidentifikasi dan menetapkan masalah pokok/

10
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

inti dan masalah-masalah penyebab langsung dan tidak langsung,


bahkan dampak masalah.

Pelibatan partisipasi masyarakat memang merupakan kunci utama


penyelenggaraan PRA. Konsepsi atau batasan partisipasi sendiri cukup
beragam, namun intinya adalah keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. Keterlibatan
tersebut diharapkan bersifat sukarela dan diorientasikan untuk perbaikan
dan perubahan yang lebih baik bagi mereka dan didasarkan pada
kebutuhan yang ditentukan oleh mereka. Dengan demikian, partisipasi
mengindikasikan adanya suatu proses yang aktif, yang mana orang/
kelompok/komunitas yang berkepentingan mengambil inisiatif dan
memanfaatkan peluang/kebebasan untuk aktif. Beberapa pengertian
partisipasi adalah:

1) Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat


untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan

2) Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat


dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, moni-
toring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai
konteks lokal, dan dampak-dampak sosial

3) Partisipasi adalah kontribusi, partisipasi sama dengan organisasi,


atau sama dengan proses penguatan (Oakley, et al 1991).

Berdasarkan suatu kajian mengenai proyek kayu bakar untuk


perempuan di Kenya, ditemukan ada 2 definisi kata partisipasi dalam
proyek ini yaitu partisipasi transformasional dan partisipasi instrumen-
tal. Partisipasi instrumental terjadi ketika partisipasi dilihat sebagai suatu
cara untuk mencapai suatu sasaran tertentu - partisipasi masyarakat
setempat dalam proyek-proyek yang dilakukan oleh orang luar.
Sedangkan partisipasi transformasional terjadi ketika partisipasi itu pada
dirinya sendiri dipandang sebagai tujuan dan sebagai sarana untuk

11
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

mencapai tujuan yang lebih tinggi lagi, misalnya menjadi swadaya dan
dapat berkelanjutan.

PRINSIP-PRINSIP PARTISIPASI

D Mengutamakan masyarakat

D Berbasis pengetahuan masyarakat

D Melibatkan perempuan

TINGKAT PARTISIPASI

12
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Keuntungan dari Partisipasi

D Memperoleh capaian lebih dengan biaya relatif rendah


D Menarik secara politis
D Usulan menarik secara ekonomi
D Membawa keuntungan
D Mempromosikan sumber daya manusia
D Meningkatkan proses desentralisasi
D Percaya diri dan menghargai kemampuan diri sendiri
D Pembebasan dari ketakutan
D Latihan dan keterampilan
D Kepedulian dan informasi
D Membangun hubungan
D Pengakuan dan status sosial
D Memiliki nilai hiburan
D Kepercayaan dan saling memberi
D Persatuan
D Kepemilikan kelompok
D Jaringan dan hubungan
D Melihat gambar yang lebih besar

13
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Participatory Rural Appraisal (PRA)

PRA (Participatory Rural Appraisal = pengkajian pedesaan secara


partisipatif) mulai dikembangkan awal dasawarsa 1990-an oleh Robert
Chambers (1994; 1996). PRA didefinisikan sebagai “sekumpulan
pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk
turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka
mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar dapat membuat
rencana dan tindakan”. Teknik-teknik kajian yang dikembangkan dalam
pendekatan ini hanyalah merupakan alat pada proses belajar dengan
masyarakat, yang tidak berhenti pada saat pengkajian keadaan saja,
tetapi sampai pada perencanaan dan pengembangan program.

Terdapat berbagai istilah/nama untuk metode ini, yang pada dasarnya


lebih merupakan adaptasi metode partisipatif ke dalam suatu wilayah
isu tertentu, namun substansi yang dimaksud sama. Ada yang
menggunakan istilah PLA (participatory learning and action), PAR (par-
ticipatory action research), atau PRD (participatory rural development).

Dalam PRA ada sejumlah prinsip yang perlu diterapkan:


1. Mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
2. Pemberdayaan masyarakat
3. Masyarakat sebagai pelaku, sebaliknya “orang luar” hanyalah
fasilitator
4. Saling belajar dan menghargai perbedaan
5. Santai dan informal
6. Triangulasi (check and re-check)
7. Mengoptimalkan hasil
8. Orientasi praktis (implementasi)
9. Keberlanjutan dan selang waktu
10. Belajar dari kesalahan
11. Terbuka

14
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Teknik-Teknik Pengumpulan Data yang Partisipatif

1. PENELUSURAN SEJARAH DESA

Teknik ini mengkaji suatu keadaan dari WAKTU ke WAKTU (waktu tidak
dibatasi) dalam komunitas.

Jenis informasi yang dikaji:

D Sej ara h t erben tuk nya pem uk iman, asal usul pen duduk ,
perkembangan jumlah penduduk, dan berbagai peristiwa yang
berkenaan dengan itu

D Keberadaan dan pengelolaan sumber daya alam

D Perubahan-perubahan dalam status pemilikan, penguasaan dan


pemanfaatan tanah

D Pengenalan dan penanaman jenis tanaman baru, dan penerapan


teknologi lainnya

D Terjadinya wabah penyakit

D Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan dan kegiatan


pembinaan yang telah dilakukan serta masalah-masalah yang
dihadapi dan berbagai alternatif pemecahannya, pengalaman
masyarakat dalam mengatasi masalah tersebut

D Pembangunan sarana dan prasarana penunjang (jalan, sekolah,


saluran irigasi, puskesmas, dan lain-lain)

D Topik-topik lainnya yang sesuai

15
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Manfaat
D Memfasilitasi masyarakat D Bagi orang dalam: memiliki
agar mengungkapkan potensi untuk memperkuat
pemahamannya tentang kesadaran masyarakat akan
keadaan mereka di masa kini, keberadaan dirinya
dengan mengkaji latar D Bagi orang luar: memberikan
belakang masa lalu pemahaman dan wawasan
D Memfasilitasi masyarakat tentang masyarakat tersebut
untuk mengkaji perubahan-
perubahan yang terjadi di
masyarakat dan masalah
yang terjadi karena
perubahan serta bagaimana
solusinya
D Memfasilitasi masyarakat
untuk mengkaji hubungan
sebab akibat antara
berbagai kejadian dalam
sejarah kehidupan mereka.

2. PEMBUATAN BAGAN PERUBAHAN DAN KECENDERUNGAN

Teknik ini adalah teknik PRA yang dapat memetakan perubahan-


perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta perubahan masyarakat
dari waktu ke waktu. Besaran perubahan dapat diamati apakah
berkurang, tetap, atau bertambah. Dalam analisis situasi kesehatan
teknik ini dapat dipakai untuk menggambarkan perubahan jenis penyakit,
dan kualitas gizi yang dialami warga masyarakat.

16
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Jenis informasi yang dikaji:

D Perubahan perkembangan penduduk karena kelahiran, kematian


dan migrasi

D Perubahan pola penyakit yang diderita penduduk

D Perubahan ketersediaan fasilitas kesehatan

D Perubahan lingkungan yang berdampak pada kesehatan penduduk

D Perubahan dan perkembangan aspek sosial lain

Tujuan Manfaat
D Memfasilitasi masyarakat D Memunculkan kesadaran
untuk mengenali berbagai tentang peran diri mereka
perubahan penting yang dalam masyarakat
terjadi dalam berbagai bidang D Memunculkan pikiran-pikiran
kehidupan mereka mereka tentang sebab-sebab
D Memfasilitasi masyarakat perubahan yang terjadi dan
untuk membaca/ hubungan sebab akibatnya
memperkirakan arah
kecenderungan umum
dalam jangka panjang

17
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Contoh Bagan Kecenderungan dan Perubahan

Memetakan situasi kesehatan dalam masyarakat langkah pertama yang


mudah adalah mengidentifikasi jenis-jenis penyakit yang sering diderita
oleh warga masyarakat. Ini bisa dilakukan secara bersama-sama
dengan warga setempat. Identifikasi tentang jenis penyakit dari waktu
ke waktu dapat digali lebih dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

D Kapan pernah terjadi wabah penyakit yang menular? Penyakit apa?

D Apakah wabah tersebut menyebabkan kematian? Pada bayi dan


balita? Pada orang dewasa?

D Penyakit apa saja yang paling banyak diderita oleh warga pada
umumnya? Bandingkan jenis penyakit yang diderita sekarang
dengan kondisi 10/20/30 tahun yang lalu.

D Penyakit apa saja yang paling banyak diderita oleh bayi dan balita?

D Penyakit apa yang umumnya diderita perempuan sekarang?


Bagaimana dengan 10/20/30 tahun yang lalu?

D Penyakit apa yang umumnya diderita laki-laki sekarang? Bagaimana


dengan 10/20/30 tahun yang lalu?

Pertanyaan sejenis juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi


tentang ketersediaan fasilitas kesehatan dari waktu ke waktu.

18
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Bagan Kecenderungan Perubahan Desa Kertosari


Fasilitas 1960-1970 1971-1980 1981-1990 1990–
Kesehatan sekarang
Dukun Bayi 000 000 00 00
Dukun Patah
Tulang 00 00 0 0
Bidan - - 0 000
Puskesmas
Pembantu - 0 0 -
Puskesmas - - 0 0
Dokter Praktik - - - 0

3. PEMBUATAN KALENDER MUSIM

Teknik penyusunan kalender musim adalah teknik PRA yang


memfasilitasi pengkajian kegiatan-kegiatan dan keadaan yang terjadi
berulang dalam suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan
masyarakat. Kegiatan-kegiatan itu dituangkan dalam kalender kegiatan
atau keadaan-keadaan dalam jarak waktu 1 tahun musim (12 bulan).

Jenis informasi kajian:

D Penanggalan atau sistem kalender yang dipakai oleh masyarakat

D Iklim, cuaca, hujan, ketersediaan air

D Musim kerja ke kota pada masa paceklik

D Kesehatan (musim wabah penyakit) dan kebersihan lingkungan

D Pola pengeluaran (konsumsi, produksi, investasi)

D Kegiatan sosial, adat, agama dsb.

19
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Manfaat
D Mengetahui kegiatan D Mendapatkan gambaran
masyarakat sepanjang mengenai pola kegiatan dan
tahun pola pembagian kerja
D Mengetahui profil kegiatan masyarakat memunculkan
masyarakat berbagai pemikiran tentang
keadaan usaha mereka
sendiri terutama usaha
pertanian
D Informasi yang diperoleh
dapat menjadi masukan untuk
perencanaan program
D Berguna untuk menilai
tawaran program

Contoh kalendar musim yang terkait dengan kesehatan

Untuk analisis situasi kesehatan beberapa pertanyaan yang bisa


diajukan adalah:

D Penyakit apa saja yang biasanya diderita pada musim hujan? Pada
musim kemarau?

D Adakah penyakit yang diderita


· pada bulan-bulan tertentu?

D Penyakit apa yang terjadi di sepanjang tahun?

20
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Setelah menuliskan penyakit-penyakit tersebut dalam kalendar musim,


ajaklah masyarakat untuk menggali lebih dalam:

D Adakah wabah penyakit pada musim tertentu yang terjadi setiap


tahun?

D Siapa yang terkena wabah itu: laki-laki, perempuan, anak-anak,


balita, bayi?

D Apakah akibat dari wabah tersebut? Adakah yang menyebabkan


kematian?

D Adakah hubungan antara penyakit-penyakit tersebut dengan kondisi


lingkungan?

21
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

4. PEMBUATAN PETA DESA

Pemetaan adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi


diskus i m engen ai ke adaan wilayah desa te rsebut besert a
lingkungannya. Keadaan itu digambarkan dalam satu skesta atau peta
desa. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam pemetaan adalah:

a. Pemetaan di atas tanah

b. Pemetaan di atas kertas

c. Pembuatan model atau maket

Jenis informasi kajian:

D Peta sumber daya desa (umum)

D Peta sumber daya alam desa

D Peta khusus (topikal)

Sumber informasi:

D Untuk pemetaan umum dapat diambil dari masyarakat umum: tua,


muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin, dsb.

D Untuk peta khusus: perlu sumber informasi tertentu

D Berbagai jenis peta di kantor desa, dan data lain sebagai data
sekunder

22
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Tujuan Manfaat
D Memfasilitasi masyarakat D Masyarakat dapat
untuk mengungkapkan merenungkan dan
berbagai keadaan desa dan pemikirkan kembali desanya
lingkungannya sendiri (lokasi dan merencanakan arah
sumber daya, batas-batas perubahan
wilayah, jenis-jenis sumber D Memahami cara berpikir
daya yang ada baik masalah masyarakat yang telah hidup
maupun potensinya) turun temurun di suatu
D Memfasilitasi masyarakat wilayah termasuk berbagai
untuk mengkaji perubahan kejadian, masalah,
keadaan yang terjadi dari hambatan, dan sumber
sumber daya mereka sendiri daya yang ada
perubahan tersebut D Dapat menimbulkan
partisipasi yang baik dari
berbagai lapisan masyarakat
D Pemetaan untuk pengenalan
tata batas yang seringkali
menjadi sumber konflik di
masyarakat
D Pemetaan dapat menjadi
dasar untuk penggalian
informasi dengan teknik-teknik
PRA lainnya
D Menjadi dasar perencanaan
program juga untuk keperluan
evaluasi

23
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Contoh peta desa khusus isu kesehatan

Ajaklah masyarakat untuk memetakan siapa saja warga miskin, laki-


laki dan perempuan yang memiliki masalah kesehatan dan sumber daya
kesehatan yang ada. Buatlah peta desa atau gunakan peta desa yang
sudah ada dan lengkapilah dengan pemukiman penduduk serta fasilitas
kesehatan yang tersedia. Selanjutnya ajaklah masyarakat untuk
menandai (gunakan simbol yang berbeda-beda):

D Rumah warga yang miskin

D Rumah warga yang memiliki ibu hamil

D Rumah warga yang memiliki bayi dan balita

D Rumah warga yang memiliki bayi dan balita kurang gizi

D Rumah warga yang mempunyai penyakit kronis, baik laki-laki dan


perempuan

24
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Dari peta desa di atas maka kita dapat mengidentifikasi beberapa hal:

D Berapa banyak warga miskin yang mempunyai lebih dari satu


masalah kesehatan

D Berapa jauh jarak antara rumah warga miskin dengan pelayanan


kesehatan yang ada (apakah jarak menjadi masalah?)

D Adakah hubungan antara penyakit yang diderita dengan sanitasi


lingkungan (sampah, drainase, banjir dsb.)

D Berapa jumlah bayi dan balita yang menderita kekurangan gizi

Contoh peta sumber daya desa (umum)

25
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

5. PENGKAJIAN LEMBAGA DESA (DIAGRAM VENN)

Teknik ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap hubungan antar


masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat di lingkungannya.
Hasil kajian dituangkan dalam diagram Venn (diagram lingkaran) yang
akan menunjukkan besarnya manfaat, pengaruh, dan dekatnya
hubungan suatu lembaga dengan masyarakat.

Informasi yang dikaji adalah:

D Lembaga secara umum: semua lembaga dalam masyarakat


lembaga-lembaga lokal/tradisional, lembaga pemerintah, lembaga
swasta, maupun lembaga yang berada di luar masyarakat desa
seperti puskesmas di kecamatan yang memiliki hubungan dengan
mereka

D Lembaga-lembaga khusus seperti lembaga kesehatan, pertanian,


dsb, tergantung kebutuhan.

Tujuan Manfaat
D Memfasilitasi diskusi D Memperkenalkan
masyarakat mengenai keberadaan lembaga-
keberadaan, manfaat, dan lembaga di desa yang
peranan berbagai lembaga kadang-kadang tidak dikenal
di desa oleh masyarakat, dan
D Memfasilitasi diskusi membahas peningkatan
mengenai hubungan berbagai lembaga
antara lembaga di desa D Memahami cara masyarakat
D Memfasilitasi diskusi membuat aturan prioritasnya
mengenai keterlibatan terhadap kegiatan lembaga-
masyarakat dalam kegiatan lembaga tersebut. Bagi
lembaga tersebut lembaga luar yang
menyelenggarakan program
di desa, hal ini bisa menjadi
umpan balik untuk perbaikan
pelayanannya di desa

26
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Contoh Diagram Venn lembaga kesehatan

Tanyakan kepada masyarakat pelayanan kesehatan apa yang tersedia


di lingkungan mereka. Gunakan simbol/warna yang berbeda untuk
masing-masing pelayanan kesehatan. Untuk menganalisis bagaimana
hubungan masyarakat dengan pelayanan kesehatan, maka pertanyaan-
pertanyaan berikut bisa diajukan:

D Apakah warga miskin mempunyai akses terhadap pelayanan


kesehatan tersebut?

D Apakah perempuan mempunyai akses terhadap pelayanan


kesehatan tersebut?

D Siapa yang memimpin dan mengambil keputusan dalam pelayanan


kesehatan tersebut?

D Apakah ada warga yang memimpin kegiatan pada lembaga


tersebut?

D Apakah ada perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan


dalam lembaga tersebut? Apa manfaat dari lembaga-lembaga
tersebut?

D Apa masalah-masalah yang dihadapi dalam berhubungan dengan


pelayanan kesehatan tersebut?

D Bagaimana kualitas pelayanan kesehatan tersebut?

27
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Catatan:

D Besar kecilnya lingkaran melambangkan besar kecilnya peranan


lembaga tersebut dalam masyarakat

D Jarak antara lingkaran mewakili interaksi atau hubungan antara


lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat

6. PETA TRANSEK ( TRANSECT MAPPING)

Secara harfiah transek berarti gambaran irisan muka bumi. Teknik ini
digunakan untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan
sumber daya masyarakat dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa
mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan
tersebut kemudian dituangkan dalam suatu bagan atau gambar irisan
muka bumi.

28
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Jenis-jenis transek berdasarkan jenis informasi (topik kajian) serupa


dengan pembuatan peta desa.

D Transek sumber daya desa (umum)

D Transek sumber daya alam

D Transek topik-topik lain misalnya sarana kesehatan, kondisi


kesehatan, pengelolaan air, irigasi, dsb

Jenis transek berdasarkan lintasan:

D Transek lintasan garis lurus: berjalan mengikuti garis lurus, atau


jalan utama di wilayah pertanian atau wilayah yang diamati

D Transek bukan garis lurus: berjalan mengabaikan lintasan yang ada.


Pengamatan ditentukan oleh letak lokasi atau tempat yang sudah
ditentukan sebelumnya.

D Transek lintasan saluran air (sumber air): mengikuti aliran air secara
sistematis untuk mengikuti aliran air atau tepian sungai.

Tujuan Manfaat
D Menganalisis karakteristik D Peta transek memberikan
geografi dan demografi gambaran yang menyeluruh
masyarakat dalam berbagai tentang
variabel D Dapat digunakan untuk
D Mengidentifikasi masalah- mengidentifikasi masalah
masalah yang berkaitan yang perlu dieksplorasi lebih
dengan sumberdaya jauh
D Mengidentifikasi
sumberdaya atau potensi
yang tersedia dalam
masyarakat

29
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Contoh peta transek

Transect Mapping Kel. Mannuruki

Variabel 100M 350M 200M


1. Jenis Tanah Berpasir dan Berpasir Berbatu dan
berlumpur berlumpur
2. Kemiringan Datar Datar Datar
3. Penggunaan Perumahan, Perumahan, Jalan, Jembatan,
Lahan Perkebunan Jalan Raya, Mesjid, Sekolah,
Jalan Setapak, Jembatan, Lapangan
Puskesmas Kantor
Pembantu Kelurahan
Pos Kamling MCK umum
4. Pendapatan Tukang Ojek, Pegawai, Pedagang,
Petani, Tukang Bangunan, Pemulung
Pedagang Supir Angkot
5. Bahaya/Risiko Banjir, Penyakit Banjir Banjir, Penyakit
Menular Menular
6. Masalah ISPA, Diare ISPA ISPA, Diare
Kesehatan Penyakit Kulit
7. Kelompok Anak-anak, Anak-anak, Anak-anak
Rentan Lansia, Ibu Hamil Lansia
8. Potensi Pustu, Kader Tokoh Masyarakat Sekolah, Guru,
Posyandu, Bidan Tenaga Gotong- Tokoh Agama
Desa, Petani Royong, Kader
Baik untuk Desa, Ada MCK
Perkebunan Umum
9. Gender Ibu bekerja Kerajinan Tangan Kelompok
industri rumahan PKK Pengajian Ibu-ibu

30
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

7. RANKING/PERINGKAT KEKAYAAN DAN KESEJAHTERAAN

Teknik ini digunakan untuk mengklasifikasikan kepala keluarga (KK) ke


dalam beberapa kategori sesuai dengan kriteria yang dibuat sendiri oleh
masyarakat. Tujuan pembuatan ranking ini adalah untuk memahami
pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan dan
kesejahteraan yang berguna bagi perencanaan kegiatan nantinya.

Dengan ranking ini maka kita dapat:

D Mengetahui persepsi, kriteria dan indikator masyarakat tentang


kekayaan dan kesejahteraan

D Mengidentifikasi status ekonomi dan sosial keluarga dalam


masyarakat

D Mengidentifikasi kelompok masyarakat yang rentan

Contoh rangking/perikat kekayaan dan kesejahteraan

Ajaklah masyarakat untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang akan


digunakan untuk melakukan klasifikasi keluarga mampu, sederhana dan
tidak mampu (misalnya perumahan, pendapatan, kepemilikan barang
dll).

31
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Ranking Kekayaan dan Kesejahteraan


Masyarakat Desa/Kelurahan ...
Indikator Mampu Sederhana Tidak Mampu Analisis
Pendapatan
Pengeluaran
Rumah
Pakaian
Pendidikan
Tabungan
Luas Tanah
Pemenuhan
Kebutuhan
Rekreasi
Sarana
Transportasi
Dll.

8. WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR

Wawancara semi struktural dan terbuka adalah bentuk wawancara


kualitatif yang paling tersusun. Mereka menggunakan kuesioner bersifat
terbuka yang memuat pertanyaan spesifik yang akan ditanyakan.
Wawancara ini serupa dengan wawancara yang dilakukan untuk survei
yang terstruktur tetapi berbeda dalam tiga hal:

1. Wawancara semi terstruktur menggunakan pertanyaan yang


ber sif at terbuk a sehingg a respon den t erdoro ng untuk
mengekspresikan dirinya sepenuhnya, bukannya menjawab
berbagai pertanyaan yang telah ditentukan.

2. Urutan pertanyaan tidak ditentukan lebih dahulu dan pewawancara


berkuasa atas pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan urutan
berbagai pertanyaan itu.

3. Pewawancara dapat menanyakan beberapa pertanyaan tambahan


untuk mempelajari topik lebih jauh.

32
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Kekuatan:

1. Informasi yang didapat khusus menjawab pertanyaan tertentu yang


ingin dikemukakan oleh manajer proyek.

2. Informasi yang didapat oleh pewawancara yang berbeda cukup


dapat diperbandingkan untuk menghasilkan frekuensi sederhana,
meskipun titik berat utamanya tetap diletakkan pada pengertian yang
mendalam oleh para responden.

3. Dibandingkan dengan wawancara Kualitatif yang lainnya,


keberhasilan wawancara tidak terlalu bergantung pada pengalaman
dan kecakapan komunikasi pewawancara.

4. Dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan


dengan jenis wawancara Kualitatif yang lain.

Keterbatasan Umum Wawancara Kualitatif

1. Wawancara Kualitatif tidak menghasilkan data Kuantitatif yang


dapat diringkas menjadi berbagai pernyataan umum tentang
kelompok yang dipelajari. Contohnya, sulit untuk mengatakan
bahwa 60% dan para petani merasa puas akan pelayanan
penyuluhan yang ada.

2. Sulit untuk menggunakan wawancara Kualitatif berdasarkan “prob-


ability samples”. Ini berarti pemilihan responden sering bersifat
tidak obyektif. Satu kesalahan yang sering terjadi adalah
pewawancara menggunakan responden yang mempunyai status
sosial atau ekonomi tinggi.

3. Informasi baru yang didapatkan bisa didasarkan pada penilaian


pribadi pewawancara. Pewawancara sering mendengar/menyimak
lebih banyak informasi jika informasi tersebut sesuai dengan
pendapat mereka sendiri.

33
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

9. DISKUSI KELOMPOK TERFOKUS ATAU FOCUS GROUP DIS-


CUSS (FGD)

FGD adalah bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi


mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan, dan
pengalaman yang dikehendaki peserta tentang suatu topik dengan
pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator.

Karakteristik FGD:

D Jumlah peserta dalam kelompok cukup 7 – 10 orang namun dapat


diperbanyak hingga 12 orang.

D Peserta harus mempunyai ciri-ciri yang sama atau homogen dimana


ciri-ciri yang sama ini ditentukan oleh tujuan atau topik diskusi
dengan tetap menghormati dan memperhatikan perbedaan ras,
etnik, bahasa, kemampuan baca tulis, penghasilan, dan gender.
D Peserta mempunyai batasan waktu tertentu dalam berbicara karena
fokus perhatian tidak hanya pada satu peserta melainkan pada
seluruh peserta.

D Antara fasilitator dan peserta sebaiknya tidak saling mengenal.

D FGD tidak berusaha mencari konsensus atau mengambil keputusan


mengenai tindakan apa yang akan diambil.

D Dalam FGD digunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan


peserta untuk memberikan jawaban yang disertai dengan
penjelasan-penjelasan.

D Biasanya dilangsungkan selama 60 – 120 menit.

D Tempat harus netral dimana memungkinkan partisipan dapat


mengeluarkan pendapatnya secara bebas.

34
Analisis Situasi Secara Partisipatif Pelajaran 1

Kendala dalam Proses Partisipasi

Penerapan metode PRA yang menekankan pada proses partisipasi


masyarakat tentu tidak selalu berjalan dengan mulus dan lancar. Bekerja
dengan masyarakat yang beragam sikap, pandangan dan perilaku tentu
dapat menimbulkan kendala dalam proses partisipasi tersebut. Secara
umum kendala-kendala yang mungkin muncul terkait dengan beberapa
faktor.

1. Faktor struktural yang mencakup aspek ekonomi, politik dan sosial


seperti tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, pekerjaan,
partisipasi politik, organisasi massa, dll.

2. Fak tor a dministr asi yait u yan g t erk ait dengan le mbag a
pemerintahan, ketersediaan data sekunder, kependudukan dll.

3. Faktor sosial budaya yang berhubungan dengan stratifikasi sosial,


tradisi budaya, kepercayaan/agama, mitos dll.

35
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kegiatan Pembelajaran

1. Apakah beda pendekatan partisipatif dengan pendekatan


lainnya?

2. Sebutkan kelebihan dan kelemahan PRA!

Uji Kemampuan Diri

Instruksi: Jawab pertanyaan berikut secara seksama!

Lakukan analisis situasi dengan teknik-teknik PRA untuk mengetahui


situasi kesehatan perempuan di sekitar tempat tinggalmu!

DDD

36
PELAJARAN 2

Analisis Masalah dalam


Asuhan Kebidanan
di Komunitas

Waktu 4 Jam

37
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian analisis masalah

2. Melakukan analisis masalah kesehatan ibu, bayi dan anak


balita serta kesehatan reproduksi perempuan dan KB, untuk
perencanaan asuhan kebidanan komunitas

Konsep Inti

D Analisis masalah merupakan proses sistematis untuk melihat


suatu keadaan atau masalah sosial secara obyektif dengan
menempatkannya dalam konteks sosial yang lebih luas.

D Determinan derajat kesehatan masyarakat adalah faktor yang


mempengaruhi terjadinya kesakitan dan kematian yaitu (1)
genetika dan kependudukan (2) lingkungan kesehatan (3)
perilaku kesehatan dan (4) program dan pelayanan kesehatan.

38
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

Pengertian

Analisis masalah adalah langkah selanjutnya dari analisis situasi yang


telah dipelajari dalam Pelajaran 1. Analisis masalah merupakan proses
sistematis untuk melihat suatu keadaan atau masalah sosial secara
obyektif dengan menempatkannya dalam konteks sosial yang lebih luas.

Analisis masalah membantu untuk memahami dan mengidentifikasi


permasalahan kunci dalam suatu masyarakat, kaitan antar berbagai
faktor sosial, potensi yang ada, dan siapa yang memiliki akses terhadap
sumber daya.

Analisis masalah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah utama


dan mengembangkan ‘pohon masalah’ melalui analisis sebab-akibat.
Cara analisis ‘pohon masalah’ akan mengurai penyebab-penyebab
masalah utama hingga kita mengetahui akar penyebabnya.

Masalah adalah kondisi atau situasi di luar gagasan dan harapan. Di


sini perlu dibedakan antara masalah individual (personal problems) dan
masalah sosial (social problems). Masalah sosial adalah suatu kondisi
sosial yang diluar harapan masyarakat, meresahkan masyarakat, dan
jika tidak diatasi akan berkonsekuensi negatif lebih luas dan mengganggu
kepentingan publik. Sebuah fenomena dianggap sebagai masalah sosial
bila sebagian besar warga masyarakat merasakan bahwa hal itu
mengganggu kehidupan mereka, mengakibatkan kerugian atau bahkan
membahayakan sehingga perlu upaya untuk mengatasinya. Masalah
sosial muncul karena adanya perbedaan antara yang ideal dengan yang
aktual, misalnya hak atas pelayanan kesehatan yang dijamin UU bagi
setiap orang dan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan terhadap
orang miskin.

Dalam pelajaran ini isu kesehatan ibu, bayi dan anak balita serta
kesehatan reproduksi perempuan dan KB menjadi contoh untuk
melakukan analisis masalah dalam asuhan kebidanan di komunitas.
Sementara kerangka determinan kesehatan dari Hendrik L. Blum

39
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

digunakan dalam analisis masalah untuk mengidentifikasi faktor


penyebab langsung dan tidak langsung dari masalah kesehatan
reproduksi.

Situasi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Balita serta


Kesehatan Reproduksi Perempuan dan KB di Indonesia

Sejak Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan tahun


1994 di Kairo, kesehatan reproduksi merupakan salah satu isu penting
dalam pembangunan kesehatan global. Bahkan dalam Tujuan
Pembangunan Millenium (MDGs) yang harus dicapai oleh setiap negara,
termasuk Indonesia sampai dengan tahun 2015, sejumlah indikator
berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Pemerintah Indonesia
mempunyai sejumlah target dalam bidang kesehatan yaitu: (1)
mengurangi 2/3 dari angka tingkat kematian anak di bawah usia lima
tahun dari 97 (tahun 1990) menjadi 32; (2) mengurangi ¾ dari angka
kematian ibu dari 390 (tahun 1990) menjadi 102; (3) meningkatkan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dari 40,7%
menjadi 90%; serta (4) menghentikan dan mengurangi laju penyebaran
HIV/AIDS, malaria serta penyakit menular utama lainnya. Bagi Indone-
sia, tantangan terberat yang harus dihadapi dalam mencapai sasaran
MDGs tahun 2015 di bidang kesehatan adalah:

1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang umumnya rendah,


sehingga menjadi kendala untuk mendapatkan akses pelayanan
kesehatan yang layak.

2) Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan kesehatan, dimana


targetan MDG’s 2015 berusaha mencapai pendidikan dasar untuk
semua sementara angka buta huruf di Indonesia masih besar, data
susenas 2012 usia 15 tahun ke atas memiliki 6.9%. (http://
www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=28,
diakses 17 Juli 2013)

40
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

3) Kondisi geografis, terutama di wilayah-wilayah pedesaan yang sulit


dijan g k au o leh ak ses pelayanan k ese hat an se hin gg a
mempengaruhi kesiapan penempatan tenaga kesehatan (dokter
dan bidan).

4) Kebijakan pemerintah di bidang k esehat an yang lebih


memfokuskan pada tindakan kuratif daripada preventif dan promotif,
yang dapat dilihat dari besaran proporsi anggaran untuk pelayanan
kesehatan masyarakat dengan upaya preventif dan promotif
dibandingkan dengan proporsi anggaran untuk rumah sakit dengan
upaya kuratif yang belum seimbang.

5) Konsep dan strategi kebijakan pengelolaan kesehatan yang


dilakukan selama ini lebih difokuskan pada program-program
kesehatan, sementara masalah determinan dan persoalan-
persoalan riil yang terjadi di masyarakat kurang mendapat prioritas.

Berbicara tentang hak dan kesehatan reproduksi ada 12 hak reproduksi


dan seksual meliputi:
D Hak untuk hidup
D Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
D Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
D Hak privasi
D Hak kebebasan berpikir
D Hak atas informasi dan edukasi
D Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
D Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
D Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
D Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
D Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
D Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan

41
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Lambatnya upaya penurunan AKI dan AKB, serta berbagai penyakit


epidemik lainnya di Indonesia merupakan indikator kurangnya perhatian
pemerintah dan pelibatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sistem kesehatan. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indone-
sia (SDKI) 2000 AKI adalah 320 per 100.000 KH (MOH, 2002) dan
berdasarkan SDKI 2002-2003 turun menjadi 307 per 100.000 KH.
Sedangkan pada SDKI 2007 menunjukkan AKI adalah 228 per 100.000
KH. Penyebab utama kematian ibu (46,7%) disebabkan komplikasi yang
terjadi selama atau segera setelah persalinan. Semua itu dapat terjadi
akibat 40,2% ibu hamil di pedesaan yang dirawat oleh dukun bayi dan
anggota keluarga yang tidak terlatih serta tidak mendapatkan pelayanan
kebidanan esensial yang dibutuhkan (Riskesdas, 2010). Akibat
keterlambatan pertolongan ini, 27% kematian ibu disebabkan oleh
pendarahan pada masa nifas, disusul oleh eklampsia (23 %), infeksi
(11%) dan selebihnya karena penyebab lain (SDKI 2007; SKRT 2001).
Sekitar 15% dari semua kehamilan akan membutuhkan pelayanan
kebidanan akibat komplikasi yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya.

Tabel 1
Persentase Penyebab Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Komplikasi Kehamilan Komplikasi Persalinan
Persalinan prematur 2,3 Partus lama 36,6
Perdarahan 2,5 Perdarahan 8,9
Demam 1,0 Demam/cairan
vagina berbau busuk 6,8
Kejang dan pingsan 0,4 Kejang 2,0
Janin sungsang 1,1 Ketuban pecah>6 jam
sebelum persalinan 16,5
Pembengkakan 0,3 Lainnya 4,0
Hipertensi 0,4
Pening 0,4
Lainnya 3,7
Sumber : SDKI, 2007

42
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

Dari tabel di atas, diketahui jenis komplikasi yang paling banyak terjadi
selama kehamilan yaitu: perdarahan (2,5%). Sedangkan jenis komplikasi
yang paling banyak terjadi selama persalinan yaitu: partus lama (36,6%).
Angka Kematian Bayi dan Anak juga tidak jauh berbeda dengan Angka
Kematian Ibu (MMR). Berdasarkan Data SDKI 2007, Angka Kematian
Bayi (IMR) masih sebesar 34 per 1000 Kelahiran Hidup. Penyebab
utama dari kematian bayi menurut Riskesdas 2007 adalah kelainan
pernapasan (35,9%), Prematuritas ( 32,4%) dan selebihnya karena
penyebab lain. Sementara jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBL R) seban yak 11 ,1% d ari jumlah k elahiran
(Riskesdas,2010). Penyebab utama dari BBLR adalah kekurangan gizi
sebelum dan selama masa kehamilan.

Selain persoalan kesehatan perempuan, bayi dan anak balita, penyakit


lain yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat pedesaan pada
usia produktif adalah TBC. Pada Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2002, penyakit TBC masih menduduki peringkat kedua
penyebab kematian pada penduduk kelompok usia 15-34 tahun.
Peringkat yang sama juga terjadi pada kelompok umur 35-44 tahun.
Penyakit epidemik lainnya yang menunjukkan kecenderungan
meningkatkan kematian di berbagai wilayah di Indonesia pada 3 tahun
terakhir adalah malaria dan demam berdarah. Ironinya, banyak kasus
TBC, malaria dan demam berdarah yang tidak terdeteksi lebih dini
karena kurangnya akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan serta
biaya tes yang tinggi.

Persoalan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan


di Indonesia semakin kompleks akibat krisis ekonomi yang terjadi pada
tahun 1998, yang dampaknya masih dirasakan sampai saat ini. Naiknya
berbagai kebutuhan pokok dan dikuranginya subsidi akan berimbas pada
pencapaian akses pada pelayanan kesehatan dan pendidikan akan
semakin mempersulit kehidupan masyarakat, terutama yang berada di
pedesaan dengan pendapatan di bawah $ 1 per hari.

43
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Faktor Determinan Kesehatan Reproduksi

Dalam ilmu kesehatan masyarakat kerangka pikir Hendrik L. Blum


menjadi dasar pemetaan masalah kesehatan dan faktor-faktor
determinan yang mempengaruhinya. Masalah kesehatan terkait dengan
derajat kesakitan yang terdiri dari kesakitan (morbiditas) dan kematian
(mortalitas). Determinan derajat kesakitan adalah faktor yang
mempengaruhi terjadinya kesakitan dan kematian yaitu (1) genetika dan
kependudukan (2) lingkungan kesehatan (3) perilaku kesehatan dan (4)
program dan pelayanan kesehatan.

Derajat Kesehatan

Derajat kesehatan menunjuk pada suatu kondisi yang diukur pada


kesakitan dan kematian. Untuk mengetahui berapa besar derajat
kesehatan angka kesakitan digunakan perhitungan kuantitatif yaitu
prevalensi dan insidens.

Prevalensi = jumlah kasus baru dan lama dalam kurun waktu


tertentu. Misalnya, kalau dalam satu tahun ada 100 or-
ang yang sakit dari jumlah 100.000 penduduk maka
angka prevalens di daerah tersebut pada adalah 0.1%

44
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

Insidens = jumlah kasus baru dalam kurun waktu tertentu (dalam


persen), misalnya, ada 50 orang yang sakit diantara
1000 penduduk selama 1 bulan, maka insidens sakit
daerah tersebut adalah 5%.

Untuk mengetahui angka kematian, indikator kuantitatif yang biasa


digunakan adalah:

1. CDR (Crude Death Rate atau angka kematian kasar)

2. ASDR (Age Specific Death Rate atau angka kematian kelompok


umur tertentu)

3. IMR (Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi=AKB)

4. MMR (Maternal Mortality Rate atau Angka Kematian Ibu = AKI)

5. DSDR (Disease Specific Death Rate atau Angka Kematian yang


disebabkan oleh penyakit tertentu)

Angka-angka tersebut dapat diperoleh melalui hasil penelitian besar atau


yang biasa dilakukan oleh BPS. Mengapa demikian, karena untuk
menentukan Angka Kematian Ibu misalnya, diperlukan angka pembagi
yang sangat besar yaitu 100.000 kelahiran, dan angka itu hanya
diperoleh pada tingkat propinsi. Permasalahannya adalah ketika diminta
untuk menghitung (misal angka kematian) di tingkat yang kecil
wilayahnya seperti kabupaten, kecamatan atau bahkan desa. Kalau ini
menjadi keharusan maka yang dilakukan adalah menghitung jumlah
kematian secara absolut, artinya dihitung sejumlah yang ada. Untuk
lebih melihat ketajaman angka tersebut dan keperluan intervensi pro-
gram maka dari jumlah kematian tersebut dicari masing-masing
penyebabnya.

45
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Contoh Data:
Tabel 2
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2007
Masalah Jumlah yang Jumlah Persentase
kesehatan dilaporkan kelahiran
dan tercatat total
Kematian Ibu 2 200 1
Kematian bayi 5 200 2.5
BBLR 30 200 15

Faktor di atas menunjuk cara yang sederhana dalam menghitung jumlah


dan persentase kasus kematian ibu dan bayi. Yang terpenting dalam
hal ini adalah Bidan harus memiliki data yang akurat sehingga dapat
diketahui pasti jumlahnya, dan akan memudahkan upaya penelusuran
dan intervensi kegiatan yang akan dilakukan. Perlu diingat Bidan harus
memiliki catatan setahun jumlah ibu hamil di Desa, mulai dari
pemeriksaan awal, pemeriksaan kehamilan, melahirkan dan perawatan
bayi.

Derajat kesehatan menjadi masalah, ketika kondisi yang nyata memiliki


kesenjangan dengan yang diharapkan. Misal, dari tabel di atas, kematian
bayi sampai 5 jiwa, sudah menunjuk pada masalah kesehatan yang
serius, walau hanya 2,5%. Begitu juga dengan anemia 30%. Kalau
Bidan memiliki catatan rutin setiap tahun maka dapat dilihat
kecenderungannya, apakah semakin menurun atau ada peningkatan.

Genetika Kependudukan

Genetika atau keturunan ini sangat memiliki pengaruh dalam menentukan


kesehatan seseorang, ini terlihat dari berbagai penyakit tidak menular
seperti diabetes, gangguan tekanan pembuluh darah. Faktor ini
memang tidak mutlak karena keturunan, ada faktor lain yang ikut memicu
percepatannya seperti pola makan dan stress.

46
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

Pola penyakit ini menjadi kecenderungan jika suatu wilayah memiliki


kesamaan pola sakitnya, sehingga elemen-elemen demografi
kependudukan menjadi penting untuk ditelusuri, dibawah beberapa
elemen yang dapat dilihat:

1. Jumlah penduduk berdasar umur dan jenis kelamin

2. Pertumbuhan penduduk (Lahir dan Mati)

3. Mobilitas penduduk (pindah dan masuk)

4. Jumlah penduduk rentan (penduduk miskin, ibu hamil, bayi, balita,


usia lanjut, pekerja seks komersial, pekerja pabrik, jumlah Wanita
Usia Subur)

Di desa data tersebut dapat dilihat di kantor desa berupa MONOGRAFI


desa, hanya saja perlu ditelusuri lagi, karena akurasi dan kekinian
datanya sering tidak valid. Pada informasi penduduk rentan, desa
biasanya tidak punya, maka perlu dibuat sendiri atau bersama-sama
dengan desa mendata warga yang masuk dalam kategori rentan.

Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah salah satu faktor determinan pada derajat


kesehatan. Perilaku ini meliputi seluruh perilaku seseorang atau
masyarakat yang dapat memberi akibat pada kesehatan, kesakitan atau
kematian. Perilaku ini sangat banyak dipengaruhi oleh pengetahuan,
kepercayaan dan kebiasaan yang dimiliki dan kemungkinannya
berpengaruh pada kesehatan atau kesakitan tubuhnya. Ada beberapa
elemen yang dapat dijelaskan di bawah ini untuk melihat perilaku yang
berakibat pada derajat kesehatan seseorang atau masyarakat.

D Kepercayaan Kesehatan (Health Belief)

Kepercayaan masyarakat terhadap sehat atau sakit memiliki keunikan,


dan mereka menganggap hal itu benar. Mereka belajar dari kebiasaan

47
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

dan pengalaman hidup mereka, dan terbukti mereka bisa bertahan (sur-
vive). Banyak contoh di daerah daerah keunikan-keunikan itu terutama
dalam perawatan kehamilan, melahirkan dan perawatan bayi.
Pemberian nasi papah di NTB masih dilakukan dengan keyakinan bahwa
nasi papah — selain wujudnya lembut, karena dikunyah oleh ibunya
atau neneknya — merupakan wujud kasih sayang dan kedekatan
emosional yang akan memberi ketentraman pada bayi.

Pelajaran yang dapat dipetik di sini, adalah bahwa masing-masing


masyarakat mempunyai cara untuk bertahan hidup, dan keyakinan
mereka telah membuktikannya. Maka menjadi berlawanan ketika sudah
menerima ilmu dari luar yang sama sekali berbeda dengan yang terjadi
di masyarakat. Eksistensi dukun bayi merupakan permasalahan
keyakinan, dan itu hak, maka sampai sekarang masih dibutuhkan. Bidan
di sini dituntut untuk arif dalam menghadapi keyakinan masyarakat.
Peran bidan sebagai perempuan yang sudah terlatih dalam menolong
persalinan tentunya diharapkan dapat sedikit demi sedikit mengurangi
peran dukun bayi dalam menolong persalinan. Perlu adanya
pendampingan dan pembagian peran.

D Gaya Hidup (Life Style)

Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan biasanya dikaitkan dengan


pola makan dan asupan yang masuk melalui mulut. Sedangkan di sisi
lain ada faktor perilaku yang berpengaruh pada kejiwaan, sehingga
memunculkan stress dan akhirnya gangguan fisik. Di Lombok, misalnya
perilaku kawin cerai, biasanya istri ditinggalkan begitu saja ketika sedang
hamil dan saat melahirkan. Ini menimbulkan masalah kejiwaaan yang
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil dan melahirkan, risiko
meninggal sangat memungkinkan.

Kebiasaan lain yang berpengaruh pada kesehatan misal pola konsumsi


lemak berlebihan, konsumsi rokok, alkohol, zat adiktif (narkoba) dan
perilaku seks yang tidak aman.

48
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

D Perilaku mencari kesehatan


(Health Seeking Behavior)

Perilaku mencari kesehatan merupakan gambaran kebiasaan


masyarakat ke mana mereka memilih layanan kesehatan apabila
memerlukannya. Seringkali pertimbangan ini dipengaruhi oleh kebiasaan
masyarakat setempat, misal ke dukun, puskesmas, bidan. Ketika
mereka memilih, ada keterbatasan-keterbatasan sehingga pilihan yang
dijatuhkan menyesuaikan kemampuan yang mereka miliki. Keterbatasan
tersebut dapat terkait dengan keuangan, informasi tempat layanan
kesehatan, kendala geografis dan sulitnya akses yang tersedia.

D Pertolongan Persalinan

Pertolongan persalinan sama halnya ketika mereka mencari tempat


berobat atau layanan kesehatan. Pertolongan persalinan juga
dipengaruhi oleh keterbatasan yang dimiliki masyarakat atau keluarga
yang akan melahirkan. Meskipun ada bidan desa, sebagian masyarakat
justru memilih ke dukun bayi karena terkait dengan kepercayaan, tradisi
atau memerlukan persyaratan yang dianggap cukup rumit. Padahal saat
ini persalinan sudah tidak memerlukan biaya lagi karena sudah ada pro-
gram Jampersal (Jaminan Persalinan).

Tabel 3.
Jenis Penolong Persalinan Tahun 2008
Penolong Persalinan Jumlah Persen
Dokter Praktik 20 10
Bidan (Polindes) 100 50
Mantri 5 2.5
Dukun 30 15
Keluarga 15 7.5

49
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

D Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) juga banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, secara naluri ibu akan menyusui anaknya. Perlu diperhatikan di
sini bukan hanya kebiasaan saja yang dilihat tetapi alasan yang mereka
ajukan ketika mereka memberi ASI pada bayinya. Faktor agama
berperan penting di sini dalam pengaruhnya ibu menyusui, dalam satu
ayat dikatakan “susuilah anakmu sampai 2 tahun. “ Tetapi yang menjadi
alasan rasionalnya tentu saja untuk kesehatan bayi, maka konsep-
konsep Kolustrum, ASI Eksklusif menjadi penting. Bidan perlu
memonitor pola pemberian Kolustrum, ASI Eksklusif, serta MP ASI.

Lingkungan Kesehatan

Lingkungan merupakan salah satu faktor determinan derajat kesehatan.


Lingkungan adalah penyebab utama terjadinya penyakit infeksi, yang
diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang kotor. Lingkungan merupakan
keadaan fisik yang berada di luar kita, yang memiliki interaksi dengan
manusia baik disengaja maupun tidak disengaja. Interaksi timbal balik
ini seringkali memberi konsekuensi yang berakibat pada kesakitan
seseorang atau masyarakat. Lingkungan sering dipakai sebagai me-
dia untuk sarang dan hidup suatu penyebab penyakit, misal, nyamuk
yang membawa penyakit malaria atau demam berdarah. Ada beberapa
elemen yang perlu dilihat terkait dengan lingkungan yaitu:

D Vektor Penyakit

Vektor merupakan pembawa penyakit yang terdapat di lingkungan


sekitar, misalnya nyamuk anopheles merupakan pembawa penyakit
malaria, atau tikus yang membawa leptospirosis. Oleh karena itu perlu
mengenali vektor ini dengan melakukan penyelidikan pada tempat-
tempat yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya penyakit.
Pemahaman entomologis, yaitu pengetahuan dan keterampilan untuk
mempelajari perilaku biologis suatu hewan yang membawa penyakit,

50
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

mulai dari bertelur, tempat bernaung, istirahat dan pola menghisap darah
sampai matinya binatang.

D Air

Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada kehidupan. Lalu
air seperti apa yang diperlukan manusia untuk kesehatannya, yaitu air
bersih dan sehat. Air bersih mutlak diperlukan untuk minum, memasak,
mandi dan cuci. Desa memerlukan air untuk irigasi sawah dan
perkebunan. Jika saja air bersih dan sehat tidak dapat ditemukan akan
berakibat pada timbulnya beragam penyakit, seperti diare.

Masyarakat dalam mengkonsumsi air bermacam-macam mulai dari air


sungai, air tuk (sumber mata air), telaga, air tadah hujan, sumur, air
dalam kemasan, PDAM dll.

D Tempat Buang Air Besar

Tempat pembuangan air besar juga menjadi masalah ketika tempat yang
digunakan tidak memenuhi kesehatan. Jamban merupakan bentuk umum
dari standar pembuangan air besar yang sehat. Bidan perlu mengetahui,
sarana yang digunakan untuk buang air besar di masing-masing KK.

Contoh Data:

Tabel 4
Jenis Sarana Buang Air Besar di Rumah Tangga Tahun 2008
Tempat Buang Air Besar Jumlah Persen
Septic tank 250 50
Sungai 50 10
Lubang tanah 30 6
Ladang terbuka 10 2
Kolam 100 20
Danau / Telaga 10 2
Laut 50 10

51
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

D Lantai Rumah

Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator lingkungan yang kurang


sehat, sebab lantai rumah dari tanah memiliki risiko menyebabkan
penyakit ISPA dan diare. Data tentang lantai rumah menjadi penting
untuk memberi gambaran rencana kegiatan dan juga memberi gambaran
kondisi kemiskinan warga. Namun demikian ada beberapa masyarakat
yang memandang lantai rumah merupakan kebiasaan atau tradisi yang
mereka anggap cocok dengan kondisi lingkungan setempat.

D Sampah

Sampah merupakan produk sisa dari suatu proses produksi yang setiap
hari dihasilkan baik di rumah tangga, pabrik, pasar, kandang dll. Jenis
sampah ini yang perlu diketahui, apa yang diakibatkannya jika sampah
tidak dikelola dengan baik. Jika pengelolaan tidak baik akan berpengaruh
pada penyakit ISPA dan juga diare. Dengan mengenali jenis sampah,
jumlah yang dihasilkan maka akan memudahkan melak ukan
penyelesaian berkait dengan sampah.

Program dan Sarana Pelayanan Kesehatan

Program dan Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada sekarang ini


merupakan fasilitas atau akses yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat. Faktor ini juga memiliki pengaruh yang besar terhadap
derajat kesehatan masyarakat. Sebuah desa yang jauh dari tempat
layanan kesehatan seperti Puskesmas atau Polindes, maka akan
kesulitan ketika harus minta pertolongan persalinan yang berisiko karena
perdarahan. Ibu tersebut mungkin tidak bisa tertolong jiwanya.

Puskesmas dan Polindes (Bidan di Desa) memiliki program untuk


meningkatkan derajat kesehatan pada kelangsungan hidup anak. Tentu
saja ini merupakan program yang baik, tetapi untuk melihat baik atau
tidaknya diperlukan suatu analisis, bagaimana kinerja program dan
dampak apa yang ditimbulkannya. Maka untuk melihat program dan

52
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

sarana pelayanan kesehatan perlu diketahui hal-hal di bawah ini yaitu:

1. Proses dan hasil (output) dari kinerja program dan pelayanan

2. Tenaga kesehatan, sarana dan biaya yang disediakan untuk pro-


gram dan layanan

Keberadaan tenaga, sarana dan biaya merupakan input yang harus


dikelola dengan baik, agar input tersebut dapat dipakai untuk kelancaran
program. Sedangkan proses dan output merupakan rangkaian cara
untuk mencapai tujuan program dan layanan kesehatan. Misal,
bagaimana untuk meningkatkan cakupan layanan pemeriksaan ibu
hamil, maka di sini perlu ditentukan target tujuan yang akan dicapai,
misal 90% ibu hamil terlayani, lalu program apa saja yang akan
dilaksanakan untuk mencapainya. Di sinilah pentingnya proses yang
didukung oleh metode atau cara dan juga input untuk menghasilkan
capaian pemeriksaan ibu hamil yang benar (output).

53
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tabel 5
Contoh Program dan Indikator
Nama Program Kegiatan Indikator
KIA Pemeriksaan ibu hamil Cakupan K1 & K4
(ANC)
Pertolongan persalinan Persentase pertolongan oleh
nakes
Rujukan
Perawatan bayi Cakupan kunjungan nifas (KN1)
(kunjungan masa nifas)
Gizi Pemberian Fe ibu Persentase ibu hamil yang
hamil mendapatkan tablet Fe
Penimbangan balita Persentase balita yang
ditimbang berat badannya
Pemberian PMT Persentase yang mendapatkan
PMT
ASI eksklusif Persentase bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif
Imunisasi Pemberian Imunisasi Persentase bayi yang
TT, DPT dll diimunisasi lengkap tepat waktu
Keluarga Pelayanan KB Persentase ekseptor baru
Berencana Persentase IUD yang diberikan
Persentase komplain
Persentase yang memutus alat
KB

54
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

Analisis Masalah Kesehatan Reproduksi

Dalam pelajaran 1, pengumpulan data dan informasi dalam rangka


analisis situasi kesehatan dalam suatu masyarakat dilakukan dengan
metode PRA. Dari hasil analisis situasi kesehatan, langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis masalah untuk mengidentifikasi masalah
sosial yang dirasakan oleh masyarakat dan perlu dicarikan jalan
keluarnya. Dalam melakukan analisis masalah kesehatan reproduksi
maka dapat digunakan teknik ‘pohon masalah’ dengan beberapa langkah
sebagai berikut:

Langkah I
Carilah atau tentukan MASALAH INTI yang akan diatasi. Identifikasi
masalah inti diperoleh dari analisis situasi kesehatan yang telah
dilakukan lebih dahulu. Masalah inti yang dimaksud adalah masalah
sosial yang dianggap penting untuk diselesaikan oleh masyarakat.
Misalnya masalah inti yang dijadikan kasus adalah banyaknya kasus
berat bayi lahir rendah (BBLR) di suatu daerah.

Langkah II
Carilah PENYEBAB LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut. Gunakan
kerangka Blum tentang determinan kesehatan untuk mengidentifikasi
penyebab langsung. Misalnya kekurangan gizi saat hamil (perilaku
kesehatan), kehamilan usia dini (kependudukan) atau riwayat melahirkan
lebih dari 4 kali (perilaku kesehatan).

Langkah III
Carilah PENYEBAB TIDAK LANGSUNG dari kasus BBLR tersebut.
Sebagai contoh dalam Diagram 2.1. pendidikan rendah dan keluarga
miskin adalah penyebab tidak langsung yang terkait determinan
kependudukan; tidak mengikuti program KB dan gagal KB penyebab
tidak langsung yang terkait determinan pelayanan kesehatan; menikah
dini adalah determinan perilaku kesehatan.

55
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Langkah IV
Carilah AKIBAT dari inti masalah kesehatan. Dalam contoh diagram
masalah, akibat dari kasus BBLR adalah kematian bayi.

Diagram 2.1. Masalah BBLR

56
Analisis Masalah dalam Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 2

Kegiatan Pembelajaran

1. Buatlah diagram masalah dengan mengidentifikasi faktor-faktor


penyebab LANGSUNG dan TIDAK LANGSUNG dari satu
masalah kesehatan reproduksi dalam masyarakat.

2. Identifikasikanlah faktor-faktor penyebab dengan menggunakan


kerangka Blum tentang determinan kesehatan reproduksi yaitu
demografi/kependudukan, lingkungan kesehatan, perilaku
kesehatan dan program/pelayanan kesehatan.

Uji Kemampuan Diri

Instruksi: Jawab pertanyaan berikut secara seksama!

1. Sebutkan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi status


kesehatan reproduksi seseorang?

2. Di wilayah di dekat anda tinggal ditemukan seorang ibu


meninggal karena mengalami perdarahan beberapa saat
setelah melahirkan anaknya, lakukan analisis masalah yang
berhubungan dengan kematian ibu tersebut, dari aspek riwayat
kesehatan ibu, lingkungan tempat tinggalnya, perilaku
kesehatan dan akses terhadap pelayanan!

DDD

57
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

58
PELAJARAN 3

Analisis Gender dalam


Layanan Kebidanan
Komunitas
Waktu 2 Jam

59
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Mendeskripsikan pengertian gender dan peran gender

2. Menjelaskan kesenjangan gender dan ketidakadilan gender

3. Mengidentifikasi isu gender dalam asuhan dan layanan


kebidanan komunitas

4. Memahami alat analisis gender, antara lain Gender Analysis


Pathway (GAP), Kerangka Harvard, Analisis Kebutuhan Gen-
der Moser, dll

5. Mengaplikasikan kerangka kerja alat analisis gender yang tepat


dalam pengembangan rencana aksi kesehatan

60
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Pengantar

Derajat kesehatan perempuan dan anak, juga layanan kesehatannya,


tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kesehatan namun juga dipengaruhi
oleh faktor non- kesehatan (sosial, budaya, ekonomi, dll), termasuk isu
gender. Gender merujuk pada gagasan mental (persepsi/anggapan/
harapan/tuntutan) yang berkembang di masyarakat tentang peran laki-
laki dan perempuan, yang mana gagasan ini bisa berpengaruh langsung
maupun tidak langsung pada persepsi tentang status/derajat kesehatan
laki-laki maupun perempuan. Misalnya, gejala anemia lebih sering terjadi
pada perempuan karena terkait dengan faktor tradisi makan yang
mengk ondisik an perempuan untuk membatasi, bahk an tidak
mengkonsumsi jenis-jenis makanan tertentu yang justru berprotein
tinggi, misalnya: ikan laut, telur, dan lain-lain. Praktik budaya pembatasan
jenis asupan makanan bagi perempuan ini lebih dilatari anggapan-
anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa makanan tersebut
bisa menyebabkan darah menstruasi dan air susu ibu akan berbau amis.
Anggapan ini pada dasarnya lebih merupakan mitos, yang cenderung
berdampak negatif pada derajat/status kesehatan perempuan. Kondisi
anemia ini bisa berdampak negatif pada kondisi ibu hamil, yang
ditengarai sebagai faktor penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia. Selain itu anemia juga mengancam perkembangan janin,
termasuk bayi yang disusui perempuan.

Berikut contoh lain masalah kesehatan di masyarakat yang dipengaruhi


oleh faktor sosial budaya, termasuk isu gender. Di wilayah timur Indo-
nesia, masih dijumpai masyarakat yang mempraktikkan tradisi
pengasapan pada ibu yang baru bersalin dan bayinya. Proses
pengasapan dilakukan dalam rumah tertutup selama 1 (satu) bulan.
Tujuannya untuk mengusir berbagai kotoran yang melekat selama hamil
dan persalinan. Ada indikasi, tradisi tersebut menyebabkan balita
mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Adapun di wilayah
barat Indonesia, dikenal upacara ‘turun tanah’, yakni upacara bayi untuk
pertama kalinya keluar rumah dan terkena matahari, setelah sang bayi

61
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

selama kurang lebih 6 bulan dianggap pantang/tabu keluar rumah dan


atau terkena matahari. Dengan demikian, selama 6 bulan pertama bayi
berada dalam rumah, sementara secara kesehatan terkena matahari
pagi akan membantu proses pertumbuhan tulang dan kulit bayi/manusia.

Berbagai praktik budaya di atas menunjukkan bahwa kondisi kesehatan


manusia juga dipengaruhi faktor non-kesehatan, yakni: kebiasaan, adat
istiadat, tradisi, juga mitos. Demikian pula kondisi kesehatan dan layanan
kesehatan bagi laki dan perempuan juga terkait dengan pemberlakuan
tradisi/kebiasaan berdasar jenis kelamin (isu gender). Hal ini sudah
selayaknya juga diidentifikasi dan dipertimbangkan oleh perancang
kebijakan/program, maupun penyedia layanan kesehatan. Tujuannya
bukan hanya untuk mengurangi ketimpangan kesehatan, tetapi juga untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas layanan kesehatan.

Seks dan Gender


GENDER
Pada dasarnya, perbedaan antara D Perbedaan laki-laki dan
laki-laki dan perempuan, tidak Perempuan secara
NON BIOLOGIS, yang
hanya merujuk pada aspek biologis,
tidak terbawa sejak
tetapi juga aspek non biologis. lahir, tetapi pengaruh
Perbedaan secara non biologis lingkungan, kebiasaan,
inilah yang d ik enal sebagai dll. Perbedaan ini tidak
perbedaan gender, yakni merujuk bersifat universal, dan
dapat berubah atau
pad a b ag aiman a k onsepsi diubah (BUKAN
masyarakat tentang laki-laki dan KODRAT)
perempuan pada tataran normatif,
apa yang dianggap layak dan tidak
layak, apa yang dianggap mampu
atau tidak mampu dilakukan bagi
laki-laki dan perempuan?

Secara umum, g ender adalah


k ons ep yang me ngacu pada

62
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

pembedaan peran dan tanggung


jawab laki-laki dan perempuan yang SEKS/JENIS
KELAMIN
t er jad i ak ibat dar i dan dapa t
D Perbedaan BIOLOGIS
berubah oleh keadaan sosial dan antara laki-laki dan
budaya masyarakat (Permendagri perempuan, sejak
No.15/2008). Secara lebih luas, LAHIR, dan bersifat
universal, serta tidak
g en der diart ik an seb agai
dapat diubah atau
perbedaan antara laki-laki dan sudah KODRAT
perempuan dalam peran, fungsi,
hak, tanggung jawab, dan perilaku
yang terbentuk oleh tata nilai sosial,
budaya dan adat istiadat dari
kelompok masyarakat yang dapat
berubah menurut wakt u serta
kondisi setempat (MOWE, UNFPA
& BKKBN 2005). Dengan
demikian, gender bersifat tidak uni-
versal, dipengaruhi atau dipelajari dari lingkungan (disosialisasikan),
serta dapat berubah/diubah.

Harapan masyarakat atas laki-laki dan perempuan ini mencerminkan


konstruksi sosial budaya, yang tertuang dalam sistem norma-nilai di
masyarakat, atau yang dikenal sebagai norma gender (gender norms)
di masyarakat. Dengan kata lain, norma gender merujuk pada
seperangkat norma, nilai, serta keyakinan (beliefs) tentang kapasitas,
karakteristik, peran, serta kepentingan laki-laki ataupun perempuan.
Dalam hal kapasitas misalnya laki-laki dianggap punya fisik kuat,
sedangkan perempuan lemah. Adapun menyangkut peran, misalnya:
laki-laki mencari nafkah, sementara perempuan mengasuh anak di
rumah; anak laki-laki bermain dengan temannya, sedangkan anak
perempuan membantu ibu di dapur.

Sebagai ilustrasi, dalam kultur masyarakat Jawa berkembang anggapan


bahwa peran utama istri di rumah, yang kegiatannya berkisar ‘kasur’

63
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

(melayani suami), ‘sumur’ (mencuci/membersihkan rumah), dan ‘dapur’


(memasak). Ungkapan lain menyangkut peran perempuan Jawa adalah
adalah ‘macak, manak, dan masak’ (berdandan, melahirkan, dan
memasak). Anggapan atau ungkapan ini mencerminkan adanya
pembagian peran dan tanggung jawab berbasis jenis kelamin (laki dan
perempuan), yang mana ini dikenal sebagai peran gender. Peran gen-
der ini terkait dengan status sosial seseorang, misalnya istri, suami,
ayah, ibu, anak perempuan, dll. Ilustrasi lain yang menunjukkan bahwa
gender itu bersifat tidak universal adalah pembagian peran dalam
masyarakat Aceh, yaitu secara budaya laki-laki merupakan pihak yang
berperan dan bertanggungjawab belanja ke pasar dikarenakan
berkembangnya anggapan bahwa perempuan sebaiknya di rumah saja.

Dengan demikian, norma gender menjadi rujukan atau panduan sikap


dan perilaku sosial anggota masyarakat, baik yang ternyatakan maupun
yang tidak dinyatakan. Sebab itu norma dan nilai gender ini juga bisa
menja di r ujuka n par a per ancang k ebijak an/ pr og r am da lam
mengembangkan kebijakan/program-program di masyarakat, termasuk
bidang kesehatan. Contoh kongkritnya adalah masalah nutrisi keluarga
yang dilekatkan sebagai bagian dari tanggung jawab ibu/istri/perempuan.
Hal ini mengingat peran utama istri/ibu adalah mengurus rumahtangga
(termasuk menyediakan makanan), sementara bapak atau laki-laki
bertanggungjawab mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan keluarga.
Dalam masyarakat yang memberlakukan pembagian peran ini secara
ketat, maka konsekuensinya jika anak mengalami malnutrisi maka ibu
(perempuan) yang dianggap bertanggungjawab.

Isu Gender: Kesenjangan dan Ketimpangan Gender

Isu gender adalah situasi, kondisi, dan posisi, perempuan dibandingkan


dengan laki-laki, termasuk relasi sosial antar keduanya di berbagai
aspek/dimensi kehidupan. Merujuk pada Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA), isu gender bisa berpijak
pada identifikasi perbedaan antara laki dan perempuan menyangkut 4

64
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

indikator, yakni: akses, partisipasi, kontrol, dan beneficiaries


(pemanfaatan). Ada tidaknya perbedaan menyangkut 4 hal tersebut, akan
mengindikasikan ada tidaknya kesenjangan gender (gender gap). World
Bank (2000) menegaskan bahwa gender gap bisa menyangkut 3 aspek,
yakni:
1. Hak (rights)
2. Sumberdaya (resources)
3. Suara (voices)

Kesenjangan gender ini dimungkinkan terjadi jika laki dan perempuan


bukan saja dibedakan peran gendernya, namun ada kecenderungan
peran tertentu dianggap lebih penting dan lebih dihargai, misalnya peran
dan posisi laki-laki sebagai kepala keluarga lebih diutamakan dan lebih
dominan. Implikasinya pemenuhan hak, kontrol atas sumberdaya,
dan penyampaian aspirasi/kepentingan didasarkan pada peran
gendernya. Ini tidak saja terjadi dalam keluarga, tetapi juga dalam
komunitas, pasar kerja (ekonomi), bahkan berbagai aspek kehidupan
lainnya.

Isu gender bisa tercermin pada situasi jika perempuan lebih terbatas
aksesnya, dan berimplikasi pada keterbatasan peran maupun
partisipasinya di masyarakat (baik di bidang ekonomi, sosial budaya,
dan politik). Rendahnya tingkat pendidikan perempuan dibandingkan
laki-laki, merupakan implikasi dari adanya anggapan perempuan tidak
perlu berpendidikan tinggi mengingat peran utamanya adalah mengurus
keluarga/rumahtangga. Kondisi ketidaksamaan ini dikenal sebagai
kesenjangan gender (gender gap). Indikator kesenjangan gender
adalah:
1. Akses
2. Partisipasi
3. Kontrol
4. Pemanfaatan

65
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Pengutamaan pada jenis kelamin tertentu, tentunya akan berdampak


pada pengabaian atau hilangnya kesempatan, bahkan perbedaan
perlakuan (diskriminasi) berbasis gender akan mengkondisikan
terjadinya ketimpangan gender. Misalnya, tingginya Angka Kematian
Ibu (AKI), salah satunya dikontribusi oleh terlambatnya pengambilan
keputusan dalam keluarga, yang mana laki-laki (suami) sebagai
pengambil keputusan. Hal ini dilatari oleh berkembangnya anggapan
bahwa hamil dan melahirkan adalah kodrat perempuan, sehingga
peristiwa hamil dan persalinan tersebut dianggap sebagai hal alamiah
dan wajar. Konsekuensinya laki-laki beranggapan tidak perlu terlibat,
karena hamil dan persalinan menjadi urusan perempuan. Lebih dari
itu, laki-laki/suami juga menganggap kehamilan maupun persalinan tidak
perlu layanan kesehatan, apalagi yang berjarak cukup jauh dan harus
mengeluarkan biaya.

Berkenaan dengan kesenjangan dan ketimpangan gender, ditengarai


ada sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi tersebut,
yakni:
1. Tata nilai sosial budaya dan adat istiadat
2. Kebijakan, peraturan dan perundang-undangan.
3. Penafsiran ajaran agama dan/atau praktik keagamaan
4. Sikap dan persepsi masyarakat, khususnya perempuan sendiri
5. Rendahnya pemahaman masyarakat tentang gender
6. Kemiskinan dan kebodohan/keterbelakangan

Dalam upaya mengindentifikasi kesenjangan dan ketimpangan gender


tersebut, termasuk fakor-faktor yang mempengaruhinya, maka perlu
dilakukan analisis gender.

Analisis Gender

Kesenjangan ataupun ketimpangan gender dapat diidentifikasi melalui


analisis gender. World Bank mendefinisikan analisis gender sebagai:
“Proses mengidentifikasi sekaligus mengkaji ada tidaknya perbedaan

66
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

kondisi maupun posisi laki-laki


maupun perempuan, serta relasi Analisis Gender
Upaya mencari atau
s os ialnya ba ik di lingkungan melihat ada tidaknya
keluarga, komunitas, bahkan di perbedaan laki-laki dan
tingkat negara serta global” (World perempuan dalam
Bank 2 000). Seder hana nya , kehidupannya baik secara
sosial maupun ekonomi,
analisis gender adalah upaya
termasuk mengidentifikasi
mengindent if ik asi dan faktor-faktor penyebab
mengungkap perbedaan kehidupan terjadinya ketimpangan.
laki dan perempuan baik dalam Tujuan analisis gender
aspek sosial maupun ekonomi, adalah melakukan
perubahan positif sehingga
termasuk isu kesenjangannya.
tidak ada lagi pihak/
Analis is gender jug a m eng - kelompok yang dirugikan,
identifikasi faktor-faktor penyebab khususnya perempuan
ketimpangan/kesenjangan dan
menjadi dasar untuk memperbaiki atau menghapus kesenjangan. Hasil
analisis ini bermanfaat untuk pengembangan kebijakan pembangunan
dan layanan publik.

Analisis gender berpijak pada data dan informasi yang terpilah menurut
jenis kelamin (sex disaggregated data). Ditambah perlunya memahami
norma dan nilai masyarakat tentang pembagian hak, tanggung jawab,
kontribusi, dll dinilai/diapresiasi menurut jenis kelamin. Dalam analisis
gender juga diidentifikasi dan dipahami faktor penyebab langsung
maupun tidak langsung atas pembagian kerja berbasis gender. Melalui
analisis gender, diagnosa komunitas menjadi lebih tajam dan
komprehensif, yang nantinya akan membantu upaya-upaya untuk
mengatasi kesenjangan ataupun ketimpangan gender di komunitas.

Sebagai ilustrasi adalah masalah tingginya angka kematian ibu, yang


secara medis ditengarai lebih disebabkan oleh pendarahan, keracunan
kehamilan (toxemia), dan infeksi. Namun di luar faktor medis, ada faktor
sosial budaya yang juga melatarbelakangi tingginya angka kematian ibu,
yakni: (1) ketidakmampuan perempuan mengambil keputusan, (2) pola

67
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

makan yang merugikan kesehatan perempuan, terutama sedang hamil


(misalnya larangan memakan telor dan ikan karena dikhawatirkan janin
akan berbau amis). Pola makan ini berkontribusi pada kecenderungan
tingginya anemia pada perempuan; (3) beban kerja perempuan, yang
mana perempuan hamil tetap dituntut bekerja sesuai dengan
tanggungjawabnya sebagai perempuan, misalnya mengambil air,
mencuci, bertani, dll.

Identifikasi faktor sosio-kultural yang menunjukkan adanya isu gender


bisa dilakukan m elalui a nalisis ge nder. Man f aat nya pad a
pengembangan program layanan kebidanan komunitas adalah
teridentifikasinya masalah/kebutuhan dengan lebih fokus dan jelasnya
kelompok sasaran/dampingan. Lebih dari itu, layanan kebidanan
komunitas diharapkan akan menjunjung nilai atau prinsip setara dan
adil bagi perempuan dan laki-laki atau apa yang dikenal sebagai “Layanan
Kebidanan Komunitas yang responsif gender (dan HAM/Hak Asasi
Manusia)”. Singkatnya, melalui identifikasi isu gender dan faktor
penyebab maupun faktor yang melatarbelakanginya, maka bisa
dikembangkan upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam mengatasi
kesenjangan/ ketimpangan yang ada, sehingga kesetaraan gender bisa
dicapai (Selanjutnya bisa dibaca pada bab Perencanaan Program
Layanan Kebidanan Komunitas yang Responsif Gender).

68
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Berdasar alur kerja analisis gender pathway (GAP) di atas, maka


tahapan terpokok adalah mengidentikasi ada tidak kesenjangan gender
dengan menggunakan 4 indikator, yakni: akses, partisipasi, kontrol, dan
pem anf aa t/ben ef iciaries. I dentif ik asi ke se nja ngan ini ak an
menghantarkan pada pertanyaan “apa bentuk kesenjangan?” dan
“mengapa terjadi kesenjangan?”. Jawaban atas pertanyaan mengapa,
bisa mengarah pada identifikasi faktor-faktor penyebab langsung dan
faktor penyebab tidak langsung.

Identifikasi kesenjangan dan faktor-faktor yang melatar belakanginya


bisa menggunakan atau memanfaatkan beberapa alat analisis gender
(tools of gender analysis), misalnya: kerangka Harvard, Analisis Moser,
dll.

Alat Analisis Gender

Dalam upaya menjamin perancangan kegiatan/proyek/program bahkan


kebijakan layanan kebidanan di komunitas yang tanggap/responsif gen-
der, maka tahap analisis masalah dan kebutuhan dilakukan melalui
proses analisis gender. Yakni, analisis yang dilakukan dengan
menggunakan kacamata/lensa gender. Artinya, identifikasi dan analisis
atas masalah, kebutuhan, serta faktor yang melatarbelakanginya perlu
mempertimbangkan faktor jenis kelamin (dan usia), guna memberikan
gambaran yang tepat tentang peran gender dan relasi gender.

Dengan demikian, isu gender dalam bidang kesehatan bisa diidentifikasi


melalui analisis gender. Misalnya menggali bagaimana persepsi
masyarakat tentang kondisi sehat dan sakit, dan mengidentifikasi
bagaimana cara atau kebiasaan mereka mengatasi sakit dan atau
upaya mereka untuk sehat. Gambaran ini akan mencerminkan norma-
nilai tentang sehat dan sakit di masyarakat tersebut, termasuk ada
tidaknya perbedaan persepsi antara laki-laki dan perempuan. Persepsi
masyarakat ini, termasuk norma-nilai yang mendasarinya, akan
mempengaruhi kemauan dan kemampuan mereka mengatasi kondisi

69
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

sakit, bahkan pilihan pengobatannya. Berikut matriks yang bisa dipakai


untuk mengidentifikasi ada tidaknya isu gender dalam kesehatan.

Matriks 1: Identifikasi isu gender dalam pola sakit


Ada tidak perbedaan tentang pola sakit Rumah Komunitas
antara laki-laki dan perempuan? tangga
Siapa yang sakit, laki dan perempuan?
Apa latar belakang, usia, status sosial
ekonomi, etnis, dll?
Apa ada perbedaan jenis penyakit yang
diderita laki dan perempuan?
Kapan sakitnya? (menahun, atau temporal,
dsb)
Di mana mereka menjadi sakit?

Hasil identifikasi isu gender dalam pola sakit, bisa dilanjutkan dengan
menggali faktor-faktor yang melatarbelakangi pola sakit tsb. Upaya ini
bisa dengan memanfaatkan matriks sbb:

Matriks 2: Identifikasi faktor-faktor gender yang berpengaruh pada


pola sakit
Mengapa ada perbedaan rentan sakit Rumah Komunitas
antara laki dan perempuan? tangga
Bagaimana LINGKUNGAN mempengaruhi
isu kesehatan
Bagaimana AKTIVITAS laki dan perempuan
mempengaruhi kesehatan mereka?
Bagaimana POSISI TAWAR (bargaining
position) dari laki dan perempuan
mempengaruhi kesehatannya?
Bagaimana akses dan kontrol atas
SUMBERDAYA mempengaruhi kondisi
kesehatan laki dan perempuan?
Bagaimana NORMA-NILAI GENDER
mempengaruhi kesehatan?

70
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Berkenaan dengan identifikasi faktor-faktor penyebab dan faktor yang


melatarbelakangi isu gender dalam pola sakit, maka beberapa alat
analisis gender bisa digunakan. Pada dasarnya alat analisis gender
tersebut digunakan dalam perencanaan gender (gender planning). Di
sini akan disajikan 4 jenis alat analisis gender, yakni: Kerangka Harvard,
Moser, Matriks Analisis Gender, dan Analisis Longwe.

Kerangka Analisis Harvard

Alat analisis gender Harvard ini dikembangkan di Harvard Institute,


Amerika sekitar tahun 1986. Asumsi yang mendasarinya bahwa ada
hubungan ekonomi dalam alokasi sumber daya alam dengan
pembagian peran kerja antara perempuan dan laki-laki. Alat ini bertujuan
membantu perencana dalam merancang proyek yang efisien dan
meningkatkan produktivitas secara menyeluruh, yang dilakukan melalui
pemetaan kerja laki-laki dan perempuan dalam sebuah komunitas.
Kerangka analisis Harvard ini dikenal sebagai perencanaan yang
berorientasi manusia (People-Oriented Planning).

Tujuan dari alat analisis ini adalah: (1) Membedah alokasi sumberdaya
ekonomis laki-laki dan perempuan; (2) Membantu perencana proyek
untuk lebih efisien dan meningkatan
produktivitas secara keseluruhan.
Harvard Analytical
Framework ,
Tiga data utama yang diperlukan:
dikenal juga dengan
1. Siapa melakukan apa, kapan, sebutan “Profil Kegiatan”
di mana, dan berapa banyak atau alokasi waktu antara
alokasi waktu yang diperlukan? laki-laki dan perempuan
Hal ini dikenal sebagai Profil dalam keluarga.
Aktivitas. Alat analisis Harvard juga
dipakai untuk melihat relasi
2. Siapa yang memiliki akses dan perempuan dan laki-laki
kontrol (seperti pembuatan berdasarkan pembagian
kebijakan) atas sumber daya waktu kerja.
tertentu? Hal ini kerap dikenal

71
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

dengan Profil Akses dan Kontrol. Siapa yang memiliki akses dan
kontrol atas “benefit” seperti produksi pangan, uang dsb?

3. Faktor yang mempengaruhi perbedaan dalam pembagian kerja


berbasis gender, serta akses dan kontrol yang ada pada “profil
aktivitas” dan “profil akses dan kontrol”.

Berikut paparan 3 komponen data utama dalam Harvard Analytical


Framework:
1. Profil kegiatan, yakni mengidentifikasi tugas-tugas produktif dan
reproduktif dalam keluarga dan komunitas. Pertanyaan utama
adalah “siapa melakukan apa?”. Parameter lain yang dapat diukur
adalah dominasi gender dan umur, alokasi waktu, tempat kegiatan,
atau dapat ditambahkan kategori kegiatan sosial kemasyarakatan,
keagamaan, bahkan politik. Berdasarkan waktunya, profil kegiatan
ini dapat dibuat harian, bulanan dan musiman.

2. Profil akses dan kontrol terhadap sumber daya, yakni


mengungkap siapa saja anggota keluarga/komunitas yang memiliki
akses ke sumber daya dan mengontrol penggunaannya. Selain itu
juga dapat ditambahkan kategori sumber daya politik, ekonomi,
serta sumber daya waktu.

3. Faktor-faktor yang berpengaruh, yakni identifikasi faktor-faktor


yang mem peng aruh i pe rbedaan perlak uan g ender ( baik
menyangkut kesempatan maupun hambatan yang dihadapi laki-
laki dan perempuan). Faktor-faktor ini antara lain: norma-norma
masyarakat, kedudukan di masyarakat, kelembagaan, pranata/
institusi sosial, kondisi ekonomi, faktor politik, hukum, serta sikap
masyarakat terhadap proyek/program. Hasil identifikasi ini dapat
menjadi dasar memprediksi peluang dan tantangan terhadap
pengembangan maupun implementasi program/proyek. Dengan
demikian bisa dibangun strategi yang efektif dan efisien.

72
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Berdasar data-data profil kegiatan dapat memperlihatkan perbedaan


beban kerja antara laki dan perempuan. Umumnya perempuan beban
kerjanya lebih berat dibanding dengan laki-laki, dan beban ini diwariskan
secara turun temurun sehingga dianggap kelaziman dan tidak bernilai
ekonomis.

Contoh profil kegiatan:


Waktu Kegiatan Pelaku kegiatan Tipe Kegiatan
Laki- Perem- Anak Anak Pro- Repro- Sosial
laki puan Laki- perem- duktif duktif
laki puan
05.00 Bangun X X X
05.30 Memasak X X X
06.00 Mencuci X X
06.30 Makan pagi X X X X X
07.00 Ke kebun X X
………
………
…… dst

Melalui profil kegiatan akan dapat diketahui jenis kegiatan berbasis


jenis kelamin dan usia, serta alokasi waktu yang dicurahkan. Profil
kegiatan ini bermanfaat dalam perencanaan kegiatan, khususnya
berkenaan dengan waktu kegiatan. Meski demikian profil kegiatan
sebetulnya juga mampu mengidentifikasi ‘sasaran kegiatan’ dan
‘bentuk kegiatan’.

73
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kerangka Moser

Model analisis ini dikembangkan oleh Caroline Moser (1993) yang


mencoba untuk membawa satu agenda pemberdayaan perempuan ke
dalam proses perencanaan dengan cara menyusun perencanaan
berbasis perspektif gender. Salah satu faktor kekurang efektifan atau
bahkan kegagalan kebijakan/program adalah ketidaktepatan dalam
menganalisis:
D situasi
D masalah/kebutuhan pokok yang perlu diintervensi
D kelompok ‘sasaran’nya.

Berkenaan dengan itu, Moser menawarkan pentingnya identifikasi


kebutuhan gender, baik yang praktis maupun strategis, dan
membedakannya dengan kebutuhan spesifik perempuan. Kerangka
Moser ini juga menunjukkan keterkaitan fokus kebijakan/program dengan
berbagai pendekatan pembangunan terhadap perempuan. Sebab itu,
konsep-konsep yang terdapat dalam kerangka Moser adalah:

1. Konsepsi “Tiga Peran” (triple roles) perempuan pada tiga asas:


kerja reproduksi, kerja produktif dan kerja komunitas. Pemilahan
peran ini berguna untuk pemetaan pembagian kerja gender dan
alokasi kerja.

2. Pembedaan kebutuhan gender yang bersifat praktis dan


strategis. Kebutuhan praktis terkait dengan kondisi perempuan,
sedangkan kebutuhan strategis terkait dengan penguatan posisi
perempuan dalam relasi gendernya.

3. Pendekatan analisis kebijakan mulai dari fokus pada Kesejahteraan


(welfare), Kesamaan (equity), Anti-Kemiskinan, Efisiensi, dan
pendekatan pemberdayaan. Fokus kebijakan ini menyiratkan
bagaimana asumsi pembangunan tentang peran perempuan:
apakah perempuan diintegrasikan ke pembangunan (Women in
Development) atau perempuan sudah terlibat dalam pembangunan

74
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

namun berstatus dan berposisi marginal (Gender and Develop-


ment).

Tiga alat utama Kerangka Moser


Alat 1: A. Kerja reproduksi perempuan
Tiga Peran Perempuan B. Kerja Produktif
(triple roles of women) C. Kerja komunitas
Alat 2: A. Kebutuhan/kepentingan praktis
Gender need B. Kebutuhan/kepentingan strategis
assessment
Alat 3: Siapa mengontrol apa dan siapa yang
Gender memiliki kekuasaan atas pengambilan
Disaggregated data keputusan?
- intra-household

Alat 1: Identifikasi Peran Gender

Tujuan alat ini adalah melakukan “pemetaan pembagian peran gender:


siapa melakukan apa?”. Dalam melakukan pemetaan peran gender,
kerangka Moser berangkat dari anggapan bahwa umumnya perempuan,
khususnya kalangan lapisan bawah, memiliki ‘tiga peran’ (triple roles),
yaitu: (a) peran reproduktif, (b) peran produktif, dan (c) peran sosial/
kemasyarakatan. Sebab itu, tiga peran lebih identik dengan perempuan
atau triple roles of women. Sedangkan laki-laki umumnya berperan ‘dua’,
yakni peran produktif dan peran kemasyarakatan (politik).

75
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Peran Reproduktif Peran Produktif Peran Komunitas/


Kemasyarakatan
Kegiatan-kegiatan, atau Kerja-kerja yang Kerja-kerja yang
tugas-tugas yang lebih dilakukan dalam rangka berkaitan dengan
diorientasikan pada mendapatkan nilai tukar keterlibatan/partisipasi
pemenuhan kebutuhan baik dalam bentuk uang laki-laki maupun
orang lain dan berkaitan dan natura. Misalnya: perempuan di berbagai
dengan upaya menjaga dagang, bertani, dll. kegiatan di masyarakat,
keseimbangan dan Baik perempuan baik sosial,
keberlanjutan kehidupan maupun laki-laki dapat keagamaan, politik,
bersama (keluarga, terlibat dalam kegiatan- dll.Kegiatan/peran ini
komunitas, masyarakat, kegiatan produktif tapi jarang dipertimbangkan/
negara, dll). Misalnya seringkali kedudukan/ dilihat dalam analisis
dalam keluarga, status dan tanggung ekonomi suatu
perempuan mengasuh jawab mereka berbeda. masyarakat, meskipun
anak, mengurus Kerja produktif kegiatan tersebut
rumahtangga, menjaga perempuan lebih menyita waktu dan
kesehatan keluarga, dianggap sebagai dilakukan secara
mengambil air dll. pendapatan sukarela.Kegiatan ini
Kegiatan ini dianggap ‘penunjang’, karena penting bagi
tidak produktif karena yang utama bagi pengembangan
tidak ada nilai tukar perempuan adalah kapasitas baik pada
(upah baik secara uang pekerjaan level individu maupun
maupun natura). Kegiatan reproduktifnya. Bahkan masyarakat. Kegiatan ini
ini dilekatkan pada peran produktif juga bisa
perempuan, dianggap perempuan seringkali mensejahterakan.
kewajiban, bahkan kodrat ‘invisible’ (tidak nyata) Keterlibatan/partisipasi
perempuan. dan kurang dihargai dalam kegiatan sosial-
dibandingkan dengan kemasyarakatan juga
pekerjaan produktif laki- mengindikasikan
laki. Karena laki-laki adanya pembagian kerja
dianggap pencari berdasar gender.
nafkah utama.

76
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Pada dasarnya perempuan, laki-laki, anak-anak laki-laki dan perempuan,


melakukan ketiga peran, namun laki-laki lebih sedikit terlibat dalam
pekerjaan reproduktif. Di banyak masyarakat, perempuan mengerjakan
hampir semua pekerjaan reproduktif dan banyak pekerjaan produktif.
Berkenaan dengan dengan peran komunitas, Moser memilahnya
menjadi 2 kegiatan yakni:

1. Kegiatan ‘pengaturan masyarakat’ (Community Managing), yang


umumnya dilakukan perempuan sebagai perluasan dari peran
reproduktif mereka, misalnya: menjamin ketersediaan dan
pelestarian sumberdaya-sumberdaya konsumsi kolektif, antara lain:
air, perawatan kesehatan, dan pendidikan. Keterlibatan dalam
kegiatan bersifat sukarela, tidak dibayar, dan dijalankan di waktu
“senggang”.

2. Kegiatan ‘politik masyarakat’, terutama ditangani oleh laki-laki. Pada


tingkat politik formal seringkali berada dalam satu kerangka politik
nasional. Pekerjaan ini biasanya dibayar, baik langsung maupun
tidak, melalui pemberian status dan kekuasaan.

Alat 2: Identifikasi Kebutuhan Gender

Tujuan alat ini adalah mengidentifikasi kebutuhan berbasis gender,


dengan anggapan dimungkinkan perempuan memiliki kebutuhan-
kebutuhan tertentu yang berbeda dengan laki-laki, yang tidak hanya
disebabkan oleh tiga peran gendernya tetapi juga karena posisi mereka
yang dianggap lebih rendah dari laki-laki. Kerangka Kerja Moser
membedakan antara 2 jenis kebutuhan gender (mengadaptasi ide
Molyneux tentang kepentingan).

77
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kebutuhan Gender
Kebutuhan Praktis Gender Kebutuhan Strategis Gender
Kebutuhan yang dikaitkan dengan Kebutuhan-kebutuhan yang
peran gender yang dilekatkan pada teridentifikasi untuk mengubah pola-
perempuan selama ini. Sebab itu pola hubungan kekuasaan yang tidak
diperlukan identifikasi kebutuhan yang adil antara laki-laki dan perempuan
dianggap mendesak (praktis), dikarenakan posisi perempuan yang
misalnya pengembangan peluang atau lebih rendah dalam masyarakat. Jadi,
keterampilan kerja guna meningkatkan kebutuhan strategis gender mengarah
produktivitas perempuan sebagai pada pemenuhan kebutuhan jangka
pencari nafkah penunjang keluarga. panjang, untuk perbaikan POSISI
Kebutuhan praktis lebih mengarah perempuan dalam relasi gendernya.
pada pemenuhan kebutuhan jangka Berupaya mengubah tatanan sosial
pendek, dalam rangka memperbaiki yang dianggap timpang
kondisi yang dihadapi perempuan gender.Kebutuhan strategis beragam
terkait peran gendernya. Kebutuhan tergantung konteks masyarakatnya.
praktis seringkali berhubungan dengan Pada dasarnya kebutuhan strategis
kebutuhan dasar untuk kelangsungan berhubungan dengan pembagian
hidup seperti: peran gender, relasi kuasa
D Persediaan air berdasarkan gender. Pemenuhan
D Perawatan kesehatan kebutuhan-kebutuhan gender strategi
D Pendapatan untuk memenuhi ini membantu perempuan untuk
kebutuhan rumah tangga mencapai persamaan, yang pada
D Perumahan dan kebutuhan gilirannya akan mengubah peran-
kebutuhan dasar peran yang ada yang meningkatkan
D Persediaan pangan keluarga posisi tawar perempuan. Kebutuhan-
kebutuhan gender strategis antara
lain:
D Penghapusan pembagian kerja
berdasarkan jenis kelamin
D Penghapusan beban pekerjaan
rumah tangga dan perawatan anak
D Penghilangan bentuk-bentuk
diskriminasi yang telah melembaga,
misalnya hak-hak untuk memiliki
tanah/lahan atau kekayaan sendiri
D Akses terhadap penghargaan
dan sumberdaya-sumberdaya
lainnya
D Kebebasan memilih dalam
mempunyai anak
D Tindakan-tindakan untuk
menentang kekerasan dan kontrol
laki-laki terhadap perempuan

78
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Alat 3: Data Terpilah di Tingkat Rumah Tangga

Pada dasarnya alat ke-3 ini bertujuan mengidentifikasi “Siapa mengontrol


apa? Siapa menentukan apa? Bagaimana caranya?”. Hal ini penting
mengingat alokasi sumberdaya dalam keluarga merupakan cermin
kuasa dan relasi kuasa ( bargaining power). Perlu dilihat siapa yang
memiliki kontrol/kekuasaan atas sumberdaya dan siapa yang berkuasa
dalam mengambil keputusan atas peng elolaan/pem anf aatan
sumberdaya.

Gender Analysis Matrix

Gender Analysis Matrix (GAM) dikembangkan oleh Rani Parker pada


tahun 1993. Analisis ini diciptakan untuk sekelompok praktisi
pembangunan di Timur Tengah yang bekerja untuk LSM-LSM. Tujuan
kerangka ini adalah membantu identifikasi perbedaan dampak dari
berbagai intervensi pembangunan terhadap perempuan dan laki-laki.
Hal ini dilakukan melalui proses analisis yang mengidentifikasi dan
mempertanyakan asumsi-asumsi tentang peran-peran gender di
masyarakat dengan cara yang konstruktif/membangun. Kegunaan alat
ini adalah untuk melakukan perencanaan, pengawasan, dan evaluasi
proyek pada suatu tingkatan berbasis masyarakat.

Deskripsi tentang Gender Analysis Matrix (GAM)


APA Suatu alat untuk analisis gender di proyek-proyek pembangunan
di tingkat masyarakat
MENGAPA Untuk menentukan dampak-dampak yang berbeda dari intervensi-
intervensi pembangunan terhadap perempuan dan laki-laki
SIAPA Analisis dilakukan oleh suatu kelompok dalam masyarakat yang
idealnya terdiri dari perempuan dan laki-laki yang jumlahnya
berimbang
KAPAN Di tingkat perencanaan untuk menentukan bagaimana potensi
pengaruh-pengaruh gender yang diharapkan dan sesuai tujuan-
tujuan program? Di tahap perencanaan/desain bagaimana
pertimbangan gender dapat mengubah desain proyek? Di tahap
pengawasan dan evaluasi, untuk melihat dampak-dampak yang
lebih luas.

79
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Matriks ini memiliki empat tingkat analisis dan empat kategori analisis.
Keempat tingkat ini adalah perempuan, laki-laki, rumah tangga
(termasuk anak-anak dan anggota keluarga yang hidup bersama), dan
satu unit yang lebih besar, yakni: masyarakat.

Tingkat Analisis Kategori Analisis


D Perempuan adalah perempuan dari D Pekerjaan adalah perubahan
semua umur yang ada di kelompok tugas-tugas (mengambil air dari
sasaran (jika terdapat perempuan di sungai), tingkat keterampilan
kelompok sasaran) atau semua yang dibutuhkan (terampil
perempuan di kelompok masyarakat. dengan tidak terampil,
D Laki-laki adalah laki-laki dari semua pendidikan formal, pelatihan),
umur yang ada di kelompok sasaran dan kapasitas tenaga kerja
(jika terdapat laki-laki di kelompok (berapa jumlah orangnya dan
sasaran) atau semua laki-laki di berapa banyak yang dikerjakan;
masyarakat. apakah perlu mempekerjakan
D Rumah tangga adalah semua orang atau dapatkah anggota-
perempuan dan laki-laki dan anak- anggota keluarga
anak yang tinggal bersama, bahkan melakukannya?).
walaupun tidak ada keluarga inti. D Waktu adalah perubahan dalam
Meskipun jenis rumah tangga jumlah waktu (3 jam, 4 jam, dst),
mungkin macam-macam dalam suatu yang diperlukan dalam
masyarakat, orang selalu mengenal menjalankan tugas-tugas yang
apa yang ada dalam “rumah tangga” berkaitan dengan proyek atau
atau “keluarga”nya. Itulah analisis kegiatan tersebut.
definisi atau unit yang mesti digunakan D Sumberdaya adalah perubahan
untuk di tingkatan ini di GAM. dalam akses ke modal
D Masyarakat adalah setiap orang dalam (pendapatan, tanah,
bidang proyek tersebut secara penghargaan) sebagai
keseluruhan. Tujuan dari tingkatan ini konsekuensi dari proyek, dan
adalah untuk melakukan analisis di pelaksanaan kontrol terhadap
luar keluarga, jadi ke suatu perubahan-perubahan sumber
masyarakat luas. Tetapi masyarakat daya (lebih banyak atau lebih
bersifat kompleks dan biasanya terdiri sedikit) untuk masing-masing
dari kelompok-kelompok orang yang tingkat analisis.
berbeda dengan kelompok yang D Faktor-faktor budaya adalah
berbeda-beda. Jadi jika “masyarakat” perubahan sosial kehidupan
yang didefinisikan dengan jelas tidak para peserta (perubahan peran-
memiliki arti dalam konteks proyek peran dan status gender) akibat
tersebut, tingkatan analisis ini dapat dari proyek.
dihapus.
Catatan:
D Tingkat analisis dapat juga meliputi kelompok umur, kelas, kelompok etnis,
atau kategori-kategori lain yang relevan (tergantung pada tujuan proyek
dan masyarakat).
D Keempat kategori analisis tersebut digunakan untuk tiap-tiap tingkat analisis.

80
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Prinsip Matriks Analisis Gender

Penerapan GAM bersumber dari pengetahuan dan pengalaman dari


semua pihak yang dijadikan sumber data. Analisis gender bersifat
partisipatif sehingga tidak memerlukan ahli dari luar masyarakat kecuali
fasilitator. Analisis gender tidak dapat diubah jika analisis tidak dilakukan
oleh orang-orang yang dianalisa

Contoh GAM:
Tenaga kerja Waktu Sumber Budaya
daya
Perempuan + Perempuan tidak + Hemat + Air lebih - Mengurangi
lagi harus waktu mudah mobilitas
mengambil air + Ada tersedia - Interaksi
waktu + Ada sosial di
luang irigasi terminal
untuk ke sumber air
kebun
Laki-laki + Mendapatkan
keahlian dalam
membangun dan
merawat sistem
pengairan
Rumah ? Pengamanan
tangga jaringan atau
menambah
pekerjaan
Masyarakat + Komisi
masyarakat
terlatih untuk
perawatan
sistem air

Aturan dalam penggunaan GAM:

1. Jika mungkin perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama


(atau yang hampir sama) harus melakukan analisis

2. Analisis harus dikaji ulang dan direvisi sekali sebulan selama 3


bulan pertama dan sekali dalam 3 bulan setelah itu

81
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

3. Setiap kotak harus diverifikasi setiap kali dilakukan kaji ulang GAM

4. Hasil-hasil yang tidak ditambahkan harus ditambahkan ke matriks

5. GAM harus digunakan dengan alat-alat analisis standar yang lain,


seperti alat-alat monitoring, pengujian-pengujian kebutuhan, dll.

Kerangka Pemberdayaan Perempuan Sarah Longwe

Kerangka Longwe berfokus langsung pada situasi dan kondisi dalam


mengatasi masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi. Masalah
utama dalam pembangunan perempuan bukan membuat bagaimana
perempuan menjadi lebih produktif, efisien, atau menggunakan tenaga
mereka secara lebih efektif, tetapi untuk memungkinkan perempuan
memiliki kesetaraan dengan laki-laki dan berpartisipasi secara sama
dalam proses pembangunan guna meraih kontrol atas faktor-faktor
produksi sebagaimana laki-laki. Untuk itu Longwe mengembangkan
kerangka untuk mencapai tingkat pemberdayaan dan kesetaraan (equal-
ity) dengan parameter (berurutan dari rendah ke tinggi) yang meliputi:

Level kesederajatan dan pemberdayaan


Equality Pemberdayaan
Perempuan Laki-laki perempuan Laki-laki
Kontrol
(decision making)
Partisipasi

Kesadaran Kritis
(conscience)
Akses

Welfare (kebutuhan
dasar-praktis)

82
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Parameter pemberdayaan dan kesetaraan adalah:

1. Kesejahteraan: mencakup makanan, pendapatan, perawatan


kesehatan, pendapatan dan waktu luang.

2. Akses: mencakup akses terhadap lahan/tanah, pekerjaan,


penghargaan, pelatihan, fasilitas pemasaran, dan semua jasa dan
keuntungan yang tersedia secara umum. Persamaan akses dapat
dipero leh d eng an menjamin adanya prinsip persam aan
kesempatan, yang memerlukan adanya reformasi hukum dan
administrasi guna menghapuskan segala bentuk diskriminasi.

3. Kesadaran kritis: mencakup pemahaman atas perbedaan antara


peran berdasarkan gender dan seks. Perbedaan ini sangat
dipengaruhi oleh faktor budaya dan dapat diubah. Keyakinan juga
meliputi kepercayaan bahwa pembagian kerja secara seksual harus
adil dan disetujui oleh kedua belah pihak tanpa dominasi baik
ekonomi maupun politik dari satu jenis kelamin. Keyakinan akan
kesetaraan berdasarkan gender dan seks memberi dasar bagi
partisipasi bersama dalam proses pembangunan perempuan.

4. Partisipasi: meliputi partisipasi perempuan yang setara dalam


proses pembuatan keputusan, kebijakan, perencanaan dan
administrasi. Partisipasi merupakan aspek penting dalam
pembangunan dimana perempuan dilibatkan dalan penilaian
kebutuhan-kebutuhan, perumusan, penerapan dan evaluasi
kegiatan. Persamaan dalam partisipasi berarti melibatkan
perempuan sebagai bagian dari masyarakat dengan proporsi yang
seimbang dalam pengambilan keputusan.

5. Kontrol: keseimbangan laki-laki dan perempuan dalam mengkontrol


sumberdaya sehingga tidak ada satupun yang berposisi lebih
dominan.

83
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Berkenaan dengan isu kesederajatan atau kesetaraan (equality), maka


Longwe menawarkan rumusan konsep ‘masalah/urusan spesifik
perempuan’, yang berkaitan dengan peran gender atau stereotipe yang
ditentukan secara seksual. Asumsi utamanya adalah bahwa semua isu
perempuan berkaitan dengan equality dalam peran sosial dan ekonomis.
Tiga level pengenalan atas isu perempuan di dalam proyek adalah
NEGATIF, NETRAL & POSITIF. Dengan demikian, kegunaan alat analisis
ini adalah untuk menguji metode analisis terhadap program yang
bertujuan untuk memberdayakan tetapi kegiatannya tidak mencerminkan
hal tersebut.

Penutup

Paparan pembelajaran 3 ini ditutup dengan Kerangka Kesetaraan Gen-


der (Gender Equality Framework) yang dikembangkan World Bank pada
tahun 2007. Kerangka ini bisa dikatakan mencakup berbagai dimensi
yang ditawarkan beberapa alat analisis gender yang sudah dibahas di
bab ini.

Gender Equality Framework

84
Analisis Gender dalam Layanan Kebidanan Komunitas Pelajaran 3

Dari kerangka tersebut bahwa analisis gender perlu diawali dengan


identifikasi kesenjangan dan ketimpangan gender baik menyangkut hak,
sumberdaya, dan artikulasi kepentingan (voice). Identifikasi ini dilakukan
di ranah rumahtangga dan komunitas, serta menyangkut dimensi
ekonomi maupun non-ekonomi (sosial-politik). Level dan dimensi
kesenjangan akan berimplikasi pada strategi intervensi, baik kebijakan
maupun layanan yang akan dikembangkan.

85
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kegiatan Pembelajaran

D Merujuk pada pohon masalah yang sudah dikembangkan


berkenaan dengan Kasus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR),
berikut faktor penyebab dan faktor yang melatarbelakanginya.

D Lakukan analisis gender dengan mengidentifikasi isu gender


pada Kasus BBLR sehingga bisa tergali lebih spesifik dan
dalam, termasuk faktor-faktor yang melatar belakangi isu gen-
der tsb.

D Praktikkan beberapa alat analisis gender dan beri argumentasi


anda atas pilihan alat analisis gender tsb.

D Rumuskan kebutuhan gender praktis dan kebutuhan gender


strategis dari kasus BBLR tersebut.

DDD

86
PELAJARAN 4

Perencanaan Pelayanan
Kebidanan Komunitas
yang Tanggap Gender
dan Partisipatif

Waktu 4 Jam

87
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Mendeskripsikan metode perencanaan partisipatif tentang


pelayanan kebidanan komunitas yang tanggap (responsif)
gender

2. Mengaplikasikan metode perencanaan partisipatif tentang


layanan kebidanan komunitas yang tanggap (responsif) gen-
der

3. Mengembangkan strategi dan langkah-langkah perencanaan


pelayanan ke bid anan yan g sek alig us m amp u
mengembangkan dan memberdayakan masyarakat

4. Memahami implementasi program/kegiatan pelayanan


k ebidanan, berikut langkah-langkah monitoring dan
evaluasinya

88
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

Pengantar

Berbagai program kesehatan sudah dikembangkan dan dijalankan di


masyarakat, mulai dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk
imunisasi, kesehatan reproduksi remaja, program pencegahan Infeksi
Saluran Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual (ISR/PMS), termasuk
HIV/AIDS, dll. Namun pertanyaannya adalah Apakah program-program
tersebut dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat? Apakah
program-program tersebut berangkat dari asumsi pentingnya
mengakomodir kebutuhan dan keterlibatan perempuan maupun laki-
laki, anak atau dewasa? Apakah program-program yang ada mampu
memberdayakan masyarakat? Apakah program berjalan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai?. Dalam konsepsi Bryan, ada 4 aspek
yang sejak awal perlu dipertanyakan, dan hal ini akan menjadi dasar
pertimbangan urgensi penetapan prioritas program, yakni: (1) Preva-
lence (jumlah kasus); (2) Seriousness (tingkat urgensi diintervensi
terkait dengan konsekuensi/dampak masalah); (3) Manageability
(kemampuan pengelolaan program terkait dengan sumberdaya); dan
(4) Community concern (kepedulian komunitas, karena ini menjadi basis
partisipasi masyarakat).

Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting dan relevan, karena jangan


sampai program tidak menjawab kebutuhan, dan berbagai sumber daya
yang telah dialokasikan tidak berjalan optimal, sehingga implikasinya
derajat kesehatan masyarakat tidak pernah meningkat. Faktor mendasar
adalah program yang ada tidak efektif memenuhi kebutuhan komunitas,
serta tidak direncanakan dengan partisipatif. Lebih jauh dari itu,
rancangan program dimungkinkan belum tanggap gender karena belum
menjamin kesetaraan baik dalam: akses, partisipasi, kontrol, serta
pemanfaatan program/kegiatan. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan dimungkinkan punya
kebutuhan dan kepentingan yang berbeda. Perencanaan pembangunan
partisipatif dipandang sebagai sebuah metodologi yang mampu
menghantarkan warga/komunitas untuk dapat memahami masalah yang

89
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

dihadapi, menganalisa akar-akar masalah tersebut, mendesain


tindakan-tindakan terpilih, dan memberikan kerangka untuk pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan program.

Perencanaan Partisipatif

Di dalam era demokrasi dan desentralisasi seperti saat ini, tuntutan


masyarakat untuk terlibat di dalam proses penyusunan perencanaan
pembangunan menjadi suatu keniscayaan. Argumentasi yang
mendasarinya adalah adanya kesadaran dari masyarakat itu sendiri
bahwa yang mengetahui dengan baik kebutuhan dan kepentingannya
adalah mereka sendiri. Oleh karena itu, berpartisipasi atau ikut terlibat
di dalam proses penyusunan perencanaan/kebijakan publik menjadi hak
dan kewajiban yang harus diperoleh dan dimiliki oleh masyarakat.

Partisipasi ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang


dipandang sebagai ‘beneficiary’ pembangunan dalam konsultasi atau
pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek
pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
sampai pemantauan dan evaluasi program. Ada beberapa asumsi yang
diterima secara umum untuk mendorong partisipasi sosial, yakni:
Pertama, rakyatlah yang paling tahu kebutuhannya, karena itu rakyat
mempunyai hak untuk mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan
pembangunan di wilayah lokalnya. Kedua, partisipasi sosial dapat
menjamin kepentingan dan suara kelompok-kelompok yang selama ini
dimarjinalkan dalam pembangunan
hukum, ekonomi, sosial, budaya. Proses/tahapan
Ketiga, partisipasi sosial dalam Perencanaan Program:
1) Analisis masalah
peng awa san t erhadap pr oses
2) Analasis tujuan
pembangunan dapat mengurangi 3) Analisis prioritas
terjadinya berbagai penyimpangan, 4) Analisis stakeholder
penurunan kualitas, dan kuantitas 5) Matriks Perencanaan
program pembangunan. Untuk Program
6) Project proposal
mengagregasi dan mengartikulasi-

90
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

kan kepentingannya, dalam partisipasi sosial masyarakat didorong untuk


membangun organisasi baik dalam bentuk gerakan sosial atau kelompok
mandiri.

Sebab itu, partisipasi yang efektif dan mampu menggerakkan perubahan


di masyarakat sebaiknya bersifat kolektif dan institusional, bukan semata
individual. Pembentukan organisasi atau kelompok mandiri, misalnya
melalui forum warga, akan berfungsi sebagai wadah penyalur aspirasi
dan kepentingan warga dalam merancang sekaligus mengambil
keputusan tentang program/kebijakan yang menjadi kebutuhan/
k epentingan bersama. Forum warga bisa merupakan f orum
multistakeholder karena terdiri dari berbagai kelompok warga/
masyarakat berbasis latar belakang sosial ekonomi, umur, gender, dll.
Melalui forum tersebut diharapkan terbangun: (i) kesadaran masyarakat
akan perlunya mereka ikut terlibat dalam perencanaan pembangunan
atau pengembangan masyarakat, dan (ii) kesadaran bahwa perlu suatu
pengorganisasian sosial atas berbagai kelompok warga dalam
merancang dan menetapkan (memutuskan) program prioritas
masyarakat, serta (iii) identitas diri sebagai suatu kelompok yang
berkepentingan yang sama dan sama-sama terlibat dalam proses
perencanaan.

Berkenaan dengan itu, maka sejak awal penting dilakukan identifikasi


pihak-pihak yang dianggap strategis berpengaruh di masyarakat, yang
mana pihak-pihak ini potensial terlibat dalam proses perencanaan.

91
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Organisasi Pelayanan Kesehatan: Jenis Stakeholder


N0 Kategori Stakeholder Contoh
1 Pekerja kemasyarakatan yang Pendamping IDT yang
dipekerjakan oleh pemerintah dipekerjakan oleh program
(baik pusat maupun daerah) atau pemerintah dari pusat
oleh lembaga lain (LSM dan swasta) Kepala Desa
 the employed community worker Badan Perwakilan Desa (BPD)
2 Pekerja kemasyarakatan yang PLKB, Bidan dan Dokter yang
dipekerjakan oleh lembaga sektoral ditempatkan di desa
(lembaga pemerintah)
 the employed sectoral worker
3 Profesional yang bekerja untuk Bidan, dokter, jurnalis, guru
melayani masyarakat  the (bisa pegawai negeri atau
community -focused professional bukan), aktivis LSM
4 Aktivis yang bekerja tanpa dibayar Kader kesehatan, Toma , Toga,
 the unpaid community activist relawan lainnya

Terbukanya peluang keterlibatan


warga men empa t ka n ist ilah Tingkat Partisipasi:
partisipasi tidak menjadi sekedar 8 = Mendorong/
ret orik a semat a t et api mempercepat
terjadinya perubahan
diaktualisasikan secara nyata 7 = Mobilisasi diri sendiri
dalam berb ag ai k egiat an dan 6 = Terlibat dalam suatu
pengambilan kebijakan publik baik pekerjaan bersama
di tingkat nasional hingga lokal dan saling mendorong
satu sama lain
(desa). Upaya perubahan yang
5 = Terlibat dalam bekerja
didasark a n pada ke ing inan , 4 = Terlibat untuk
k ebutu han, dan kepentingan memberikan dukungan
masyarakat dan direncanakan oleh materi
mereka sendiri dikenal sebagai 3 = Terlibat dalam
konsultasi
“Pe ren can aan Par tisipa tif ” .
2 = Terlibat dalam
Partisipasi masyarakat dilakukan memberikan informasi
den g an menerap k an prinsip- 1 = Terlibat tapi pasif
prinsip, yakni: mengutamakan
masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat, dan melibatkan
perempuan. Dengan demikian, terbukanya ruang partisipasi masyarakat

92
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

merupakan kesempatan positif


Pertanyaan Perencanaan Pro-
sehingga masyarakat bisa terlibat
gram/Kegiatan:
dalam proses mengidentifikasi,
D Apakah tujuan program?
membah as, menyampaikan D Berapa lama intervensi
persepsi, kebutuhan, dan tujuan- melalui program ini akan
t uj uan bag i pengem ban gan berlangsung? Berapa lama
masyarakat. waktu yang diperlukan untuk
mencapai tujuan-tujuan
program?
Namun dem ik ian par tisipasi
D Indikator-indikator apa yang
masyarakat — merujuk UNDP akan Anda gunakan untuk
(1997) – bisa menunjukkan tangga mengukur dampak
keterlibatannya mulai dari: 1) intervensi ini?
manipulas i, 2) inf o rma si, 3 ) D Berapa banyak orang yang
akan memperoleh manfaat
k ons ult as i, 4) mem ban gun
dari intervensi tersebut?
k ons ensus, 5 ) p embu atan Berapa banyak perempuan
keputusan, 6) berbagi risiko, 7) dan laki-laki?
kerja sama, 8) mengatur sendiri. D Bantuan siapa yang
dibutuhkan untuk
Kondisi ideal adalah partisipasi memastikan keberhasilan
jalannya program?
sebagai tujuan bukan sekedar
D Sumber daya apa yang
alat. Artinya masyarakat mampu dibutuhkan untuk jalannya
mengidentifikasi kebutuhan dan program? Bagaimana
mengatasinya secara mandiri sumberdaya tersebut
guna memperbaiki kondisinya dikelola dan dikendalikan?
Pikirkan sumber daya
yang ada. Dengan kata lain,
keuangan serta sumber
par tis ipasi bukanlah bentuk daya manusia.
mobilisasi masyarakat, sehingga D Bagaimana intervensi
masyarakat terlibat tapi lebih melalui program ini akan
bersifat pasif. membantu memastikan
bahwa masalah kesehatan
teratasi?
Terlepas dari tangga ataupun
D Bagaimana intervensi ini
tingkat partisipasi warga, yang akan membantu mengurangi
j elas tuj uan k et erlib atan ketidaksetaraan gender dan
masyarakat/warga adalah untuk diskriminasi gender?

93
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

perubahan atau pengembangan masyarakat yang berdasar kepentingan


dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Hal ini mengingat program
pengembangan masyarakat merupakan “upaya membangun atau
memperkuat struktur masyarakat atau komunitas agar menjadi suatu
entitas yang otonom dan bisa menyelenggarakan kehidupannya serta
melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia (human needs)”.

Sebab itu, sasaran yang ingin dicapai oleh program pengembangan


masyarakat adalah penguatan kapasitas masyarakat dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini dilakukan juga upaya
pemberdayaan (empowerment) masyarakat agar mereka dapat
melakukan transformasi ekonomi, teknologi dan sosial budaya.
Berkenaan dengan pengembangan kapasitas masyarakat, dapat dilihat
dari tiga tingkatan/ dimensi, yakni:

Dimensi Kapasitas Sistem

Pengembangan kapasitas sistem bisa merujuk pada perencanaan


berkala yang terpadu dan berkesinambungan, yang dirumuskan secara
obyektif, terarah, dan sesuai kebijakan normatif yang menjadi rujukan
bersama.

Dimensi Kapasitas Institusi

Pengembangan kapasitas institusi yang mampu memfasilitasi proses


perencanaan secara jelas dan konsisten. Untuk itu perlu struktur
pengorganisasian yang jelas, termasuk penjabaran tugas dan fungsi
dari masing-masing pelaku/aktor yang terlibat, mekanisme koordinasi,
serta evaluasi kinerja dan monitoring dampak untuk menilai efektifitas,
efisiensi, dan akuntabilitas (pertanggungjawaban) jalannya program
pelayanan masyarakat.

94
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

Dimensi Kapasitas Individu

Pengembangan kapasitas individu akan mencakup: (i) Keterampilan


perencanaan (kemampuan atau kapasitas melakukan analisis situasi
hingga monitoring evaluasi), (ii) Keterampilan manajerial, yakni
kapasitas memfasilitasi, memoderasi dan mengkoordinir semua pelaku
dan kepentingan ke dalam suatu proses perencanaan yang teratur (iii)
Keterampilan sosial yakni kapasitas dalam membangun proses dialogis
yang konstruktif dalam rangka membangun kebersamaan dalam
keberagaman kepentingan untuk menghasilkan produk perencanaan
yang mampu mengakomodir kepentingan dari bawah. Selain itu,
diperlukan kapasitas atau kemampuan mensosialisasikan peluang,
hambatan, keberhasilan dalam implementasi serta faktor-faktor yang
mempengaruhi.

Perencanaan Partisipatif yang Tanggap Gender

Sebagaimana sudah dipaparkan di awal, pertanyaan mendasar dalam


per enc ana an adalah “Ap akah ran cang an pr og r am s uda h
mempertimbangkan dan menjamin kesetaraan akses, partisipasi,
kontrol, dan pemanfaatan yang adil gender?” Lebih dari itu, “Apakah
program/proyek sudah memenuhi prinsip kesetaraan dan keadilan
dalam perencanaan maupun implementasinya?”. Pada dasarnya
berbagai pertanyaan tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang
tertuang dalam Instruksi Presiden (INPRES) no. 9 tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender (PUG), yakni:

“St rat eg i pem ban gunan yang dilakukan dengan cara


me ngint egrasikan pengalaman, aspirasi,kebutuhan dan
kepentingan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan,
program dan kegiatan di bidang pembangunan”

95
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Jadi, pengarusutamaan gender merupakan strategi untuk memastikan


perbedaan kebutuhan dan pengalaman perempuan dan laki-laki betul-
betul diintegrasikan pada setiap tahapan pembangunan (desain pro-
gram, implementasi program, monitoring dan evaluasi terhadap semua
aspek politis, ekonomi dan sosial), sehingga perempuan dan laki-laki
mendapatkan manfaat yang sama dari program pembangunan, dan
kesenjangan tidak dilanggengkan. Dengan demikian, melalui kebijakan/
program yang responsif gender, maka subyek pembangunan baik
perempuan maupun laki-laki perlu diupayakan dan dijamin untuk:

1. m em peroleh ak ses yang sama t erh adap sumbe r daya


(pembangunan)

2. mempunyai peluang berpartisipasi yang sama, termasuk dalam


proses pengambilan keputusan

3. memiliki kontrol yang sama atas sumberdaya (pembangunan)

4. memperoleh manfaat yang sama dari hasil (pembangunan)

Adapun perencanaan yang tidak responsif gender bisa berupa


perencanaan ‘buta/netral gender’ yang ditandai dengan ciri-ciri: (i) tidak
mengenal perbedaan antara laki-laki dan perempuan, (ii) informasi yang
terkumpul tidak berdasarkan apakah hal itu kebutuhan dan kepentingan
perempuan atau laki-laki, tetapi pada asumsi apakah yang dibutuhkan
orang secara umum agar mereka tetap dapat hidup. (iii) sering
berdampak pada hubungan gender yang tidak seimbang. Sementara
perencanaan yang ‘bias gender’ ditandai dengan anggapan bahwa satu
jenis kelamin tertentu lebih diakui dan diakomodir kebutuhannya,
sehingga berdampak kembali pada dominasi kelompok tertentu.

Dalam upaya merancang program yang responsif gender, maka perlu


dilakukan integrasi aspek gender dalam siklus program/kegiatan. Pada

96
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

dasarnya setiap tahap siklus program/proyek yang terkait gender kurang


lebih sama dengan dalam mengelola program/proyek secara umum.
Tetapi yang digaris bawahi adalah bagaimana pengelolaan program/
proyek telah responsif gender dengan memperhatikan hal-hal yang
berkait dengan isu gender menjadi isu sentral di setiap tahapan kegiatan.

Untuk itu analisis gender perlu dilakukan pada setiap tahapan program/
proyek guna menjamin akses, partisipasi, dan kontrol berbagai
kelompok warga termasuk perempuan atas jalannya program/kegiatan,
sekaligus memastikan mereka juga sebagai pengambil manfaat.
Berikut akan digambarkan bagaimana perencanaan yang responsif atau
tanggap gender.

Bagan 1.
Analisis Gender dalam Perencanaan Program/Proyek/Kegiatan

97
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Dengan demikian, hal terpokok dalam perancangan program adalah


identifikasi kebutuhan/masalah yang diharapkan bersifat responsif/
tanggap gender. Identifikasi ini akan berimplikasi pada desain program
termasuk strategi implementasi, serta pengembangan sistem dan alat
monit o ring dan eva lua sinya. I nilah yang dike nal s ebagai
pengarustamaan gender dalam perencanaan pembangunan/program.

“Proses yang memasukkan analisis gender ke dalam program


dan kegiatan d ari inst ansi pemerint ah dan o rganis as i
kemasyarakatan mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan
kegiatan instansi pemerintah dan organisasi kemasyarakatan”,
(INPRES no.9/2000).

Dengan demikian melalui perencanaan yang responsif gender, maka


isu kesenjangan gender bisa diatasi, sehingga kesetaraan gender bisa
tercapai. Berikut contoh matriks rancangan program:

98
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

Level Rumahtangga:
I s u Masalah INDIKATOR
yang Isu Pro- Kegiat- Stake w ak tu
dihadapi gender g r a m an Output Outcom e Dampak ho ld er s
Gizi anak keterli- Penyu cera- jumlah Penyebar- Praktik Guru 1 kali/
malnutrisi batan luhan mah laki-laki luasan makan Toma minggu
laki-laki brosur sebagai informasi sehat di Toga
rendah peserta gizi ke masya-
keluarga rakat Puskemas
dst

Monitoring dan Evaluasi yang Tanggap Gender

Jalannya dan capaian program bisa dipantau dan atau dievaluasi.


Evaluasi sebagai salah satu dari fungsi manajemen bertujuan untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan suatu perencanaan,
sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan dengan
ukuran-ukuran yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
suatu perencanaan. Tujuan utama dari penilaian/evaluasi adalah agar
hasil penilaian tersebut dipakai sebagai umpan balik bagi perencanaan
selanjutnya.

Kegiatan monitoring maupun evaluasi dapat dilakukan secara


partisipatori, misalnya melalui pertemuan berkala yang melibatkan
seluruh stakeholders, bukan penerima program langsung dan pengelola
program/proyek. Merupakan hal yang penting bahwa perempuan (dan
anak perempuan) berpartisipasi secara setara dan aktif dalam
pertemuan-pertemuan tersebut dan terlibat dalam diskusi-diskusinya.
Pengelola program/proyek wajib mengembangkan metode pengumpulan
dan analisis data terpilah untuk kegiatan monev. Selain itu, sangat
penting untuk merumuskan indikator gender tambahan untuk mengukur
perubahan-perubahan posisi dan peran perempuan (dan anak
perempuan) dan laki-laki (dan anak laki-laki).

99
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Monitoring Evaluasi
Melihat kemajuan kinerja program Menilai hasil program (outcomes)
(performance) secara periodik untuk untuk perbaikan program selanjutnya.
tindakan korektif.
Evaluasi merupakan proses periodik
Pemantauan ini dilakukan secara dan sistematis untuk menilai seluruh
sistematis yang bersifat periodik dan fungsi organisasi dengan cara menilai
berkesinambungan untuk mengetahui hasil yang dicapai kemudian
sedini mungkin apakah pelaksanaan dibandingkan dengan tujuan/harapan/
program sesuai atau menyimpang dari target yang ingin dicapai.
rencana awal dengan memanfaatkan
sekumpulan indikator terpilih. Tujuan Evaluasi adalah untuk
menjawab:
Tujuan Monitoring adalah untuk 1. Pencapaian tujuan
menjawab dua pertanyaan penting, 2. Pengaruh program
yakni: 3. Keluaran dan dampak yang tidak
1. Apakah program telah mencapai diharapkan
populasi atau target yang diinginkan 4. Penilaian program berdasar
2. Apakah pelaksanaan program keberhasilan dan kegagalan
sesuai dengan yang direncanakan
Manfaat Evaluasi, yaitu:
Manfaat Monitoring adalah: 1. Memberikan gambaran sampai
1. Mengenali masalah program sedini seberapa jauh tujuan dan sasaran
mungkin telah tercapai
2. Melakukan perbandingan antar 2. Memberikan motivasi pada
lokasi/tempat seseorang untuk bertindak
3. Menilai tren status situasi tertentu, 3. Dapat membantu menetapkan
sehingga dapat diambil tindakan- prioritas dalam mengambil tindakan
tindakan korektif yang diperlukan
4. Membantu menguji asumsi
mengenai strategi dan sasaran
sehingga manajer program dapat
memikirkan kembali strategi yang
tepat

Indikator Monitoring dan Evaluasi

Indikator merupakan ukuran-ukuran tidak langsung (indirect) yang


digunakan dalam proses monev untuk membantu mengukur perubahan-
perubahan yang merefleksikan “keadaan sebenarnya”. Contoh: Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator tingkat kesejahteraan
masyarakat karena kematian bayi bukan disebabkan bayi tersebut tetapi
tergantung perlakuan keluarga kepadanya. Oleh karena itu secara

100
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

langsung, AKB menunjukkan indikator kematian bayi, tetapi secara tidak


langsung menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara.

Indikator dapat dibedakan menjadi indikator input, output, dan efek dan
impact. Indikator input dan output merupakan indikator di tingkat pro-
gram yang bertujuan menilai kinerja (performance) program, sedangkan
indikator efek dan impact merupakan indikator di tingkat masyarakat/
populasi yang menjadi target program/intervensi. Indikator di tingkat
masyarakat bertujuan menilai outcome keberhasilan dari program baik
bersifat efek (intermediate outcomes) seperti peningkatan pengetahuan,
peningkatan prevelansi kontrasepsi maupun impact (long-term out-
comes) seperti penurunan fertilitas, penurunan kematian ibu.

Contoh indikator Pelayanan Keluarga Berencana


Tingkat Program Tingkat Masyarakat
(Kinerja) (Outcome)
Input Efek
Ketersediaan tenaga Perilaku (dikenal dengan
Suplai Cakupan)
Peralatan Pengetahuan
Dana Prevalensi kontrasepsi
Output Impact
Utilisasi pelayanan Penurunan fertilitas (TFR)
Kualitas pelayanan
Kontak
Akses Pelayanan

Apabila kita akan melakukan evaluasi program maka memfokuskan


pada indikator outcome di tingkat masyarakat, sedangkan apabila kita
akan melakukan monitoring maka memfokuskan pada indikator kinerja
di tingkat program untuk mendapatkan masukan tindakan korektif apa
yang diperlukan.

Keberhasilan program tidak dapat diukur dari satu indikator saja karena
dimensi program yang kita lakukan pasti banyak. Padahal indikator

101
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

biasanya bersifat parsial, yaitu hanya mengukur salah satu bagian aspek
yang akan diukur, apalagi pengukuran yang dilakukan biasanya bersifat
tidak langsung. Namun demikian, terlalu banyak menggunakan indikator
justru akan mempersulit penilaian karena akan semakin banyak data
yang akan dikumpulkan dan dianalisis. Solusinya, dalam penentuan
indikator perlu adanya keseimbangan (balancing) yang relevan dalam
menentukan jumlah indikator yang akan ditetapkan. Kriteria yang
digunakan adalah keseimbangan antara kriteria akademik dengan kriteria
praktis.

Adapun kriteria akademik adalah: Valid (mengukur apa yang diukur);


Objektif (hasil sama, walau diukur oleh orang berbeda dengan waktu
berbeda); Sensitif (hasil pengukuran berubah sesuai perubahan kondisi
yang diukur); Spesifik (hasil pengukuran berubah hanya apabila kondisi
yang diukur berubah, bukan karena perubahan kondisi lain yang tidak
diukur). Sedangkan kriteria praktis adalah data dapat diperoleh dengan
mudah sesuai sumber daya yang ada/tersedia.

Ukuran Indikator
Beberapa ukuran indikator yang biasa digunakan, yaitu:
Jumlah : Merupakan ukuran yang paling sederhana, yaitu hanya
jumlah kejadian atau objek/kasus. Contoh: 56
kunjungan/hari, 9765 bayi yang diimunisasi
Ratio : Perbandingan dua angka (pembilang/numerator dan
penyebut/denominator) yang saling terpisah satu sama
lain atau pembilang bukan bagian dari penyebut.
Contoh: jumlah dukun terlatih per populasi (1:490),
rasio jenis kelamin (99:100), dan jumlah kematian ibu
per 100.000-kelahiran hidup (390: 100.000)
Proporsi : Ratio perbandingan pembilang dengan penyebut di
mana pembilang merupakan bagian dari penyebut.
Contoh: Dari 5000 balita terdapat 3250 bayi telah
diimunisasi (3250/5000= 0,65)
Persentase : Proporsi dikalikan 100. Contoh: 65% bayi telah
diimunisasi (3250/5000 * 100= 0,65)

102
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

Pada umumnya ukuran indikator menggunakan ukuran ratio dan proporsi


dibanding dengan ukuran jumlah/angka absolut. Hal ini dikarenakan
ukuran ratio dan proporsi memiliki kelebihan, yaitu: (i) Membuat
perbandingan antara dua populasi yang berbeda, yang mungkin
berbeda dalam jumlah orang yang berisiko, oleh karena itu perlu
pembakuan dengan mempertimbangkan populasinya. Contoh:
membuat perbandingan masalah status gizi ibu hamil antar beberapa
desa, maka perlu dipertimbangkan jumlah ibu hamil di masing-masing
desa; atau membandingkan status gizi ibu hamil di satu desa
dibandingkan 3 tahun mendatang, maka perlu dipertimbangkan jumlah
ibu hamil dua periode tersebut. (ii) Menghitung taksiran jumlah kasus
dengan menggunakan angka rata-rata nasional/standar nasional yang
telah diketahui maka taksiran kasus dapat diketahui. Contoh: angka
kematian bayi nasional 120 per 1000 kelahiran hidup per tahun, jika
kecamatan tercatat terdapat 200 kelahiran hidup maka taksiran
kematian bayi 120/1000 * 200 = 48 per 1000 kelahiran hidup.

Langkah-Langkah Monitoring dan Evaluasi

Perencanaan

Langkah pertama dalam melakukan monitoring, yaitu 1) tentukan


kegiatan/program apa yang akan dimonitor; 2) dan jabarkan tujuannya?
Gunakan matriks berikut ini sebagai contoh:

103
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Matriks 1. Kegiatan & Tujuan Monitoring


Kegiatan yang Tujuan
dimonitor
Keluarga Berencana Mengetahui tingkat pemakaian
kontrasepsi baik di kalangan laki-
laki maupun perempuan Output
Mengetahui tingkat pengetahuan
perempuan dan laki-laki mengenai
KB Effect
Mengetahui banyak kehamilan yang
tidak direncanakan Effect
KIA/Persalinan Aman Mengetahui banyaknya dukun
terlatih Input
Mengetahui penanganan kasus
komplikasi obstetrik Output
Mengetahui banyaknya persalinan
aman Effect

Lingkup Monitoring

Sesudah program dan tujuan monitoring telah dijabarkan, kita sebaiknya


menentukan seberapa luas lingkup monitoring yang akan dilakukan.
Berikut ini beberapa pertanyaan penting untuk menentukan ruang lingkup
monitoring, yaitu:

Matriks 2. Tentukan lingkup monitoring


1. Seberapa luas area yang dimonitor? Desa Sinargalih
Kecamatan Kemang
2. Fasilitas apa saja yang akan dimonitor? Puskesmas
3. Petugas apa saja yang akan dipilih (manajer, penyedia
pelayanan, atau relawan)? Bidan
4. Berapa lama monitoring akan dilakukan? 6 bulan

Lingkup monitoring perlu dipertimbangkan karena terkait dengan


lamanya waktu pengumpulan dan pengolahan serta analisa datanya.
Apabila lingkup monitoring terlalu luas, dapat menjadi beban dalam

104
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

pengumpulan data sehingga dapat terjadi keterlambatan untuk


mendapatkan informasi untuk tindakan korektif.

Tentukan indikator dan/atau performance standard (Target)


Setelah tujuan dan lingkup monitoring telah dijabarkan, maka lakukan
pemilihan beberapa indikator sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Indikator yang telah dipilih kemudian dijabarkan ukuran indikator yang
dipilih apakah dalam bentuk jumlah/angka absolut, ukuran ratio, atau
proporsi/persentase? Jabarkan formulasi perhitungan indikator tersebut
baik numerator maupun denominator. Formulasi tersebut diperlukan
untuk mengetahui di mana data tersebut bersumber.

Matriks 3. Tentukan indikator, formulasi indikator dan standar/target


Tujuan Indikator & Formulasi Standar /
target
Mengetahui tingkat % pemakaian kontrasepsi modern
pemakaian
kontrasepsi  perempuan/laki-laki yang 67%
memakai kontrasepsi modern
---------------------------------- x 100%
 perempuan/laki-laki usia subur
(15-49 tahun)
Mengetahui tingkat % perempuan/laki-laki mengetahui
pengetahuan salah satu jenis kontrasepsi modern
perempuan mengenai & dimana tahu mendapatkannya
KB
 perempuan/laki-laki mengetahui 90%
salah satu jenis kontrasepsi modern
& dimana tahu mendapatkannya
---------------------------------- x 100%
 perempuan/laki-laki usia subur
(15-49 tahun)
Mengetahui banyak % perempuan melahirkan yang 60%
persalinan aman ditolong tenaga kesehatan (nakes)

 perempuan yang ditolong nakes


pada persalinan terakhir
---------------------------------- x 100%
 persalinan terakhir

105
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tidak kalah penting adalah penentuan standar (performance standard)


untuk masing-masing indikator, biasanya dikenal dengan “Target”. Tar-
get dibutuhkan untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan
efektif. Contohnya: Berapa persen seharusnya persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan? Berapa persen seharusnya imunisasi lengkap pada
balita dicapai? Berapa jumlah balita yang seharusnya berat badan naik
per bulan? dll. Pertanyaan ini diketahui jika kita membandingkan dengan
target. Target biasanya ditetapkan menggunakan rata-rata nasional atau
lokal ataupun ditetapkan oleh instansi terkait.

Contoh penggunaan target, yaitu sebagai berikut:

Target cakupan imunisasi lengkap biasanya ditetapkan 80% dari


jumlah balita. Jika diperkirakan jumlah balita di kabupaten 5000
dan tercatat jumlah balita yang mendapatkan imunisasi lengkap
sebanyak 3250 orang

Cakupan imunisasi lengkap

 bayi yang diimunisasi (3250)


----------------------------------------------------------- x 100 = 65%
 balita di kabupaten (5000)

Pencapaian program:

 bayi yang diimunisasi 3250


----------------------------------------------------------- x 100 = 81%
 balita 5000 * 0.80

Ini berarti cakupan 65% (3250/5000*100) atau lebih rendah 15%


di bawah target atau program yang dilaksanakan baru mencapai
81% dari target.

106
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data

Kebutuhan data untuk kegiatan monev sangat penting, mengingat data


merupakan bukti yang menunjukan fakta kondisi yang sebenarnya di
masyarakat. Data yang digunakan untuk monitoring & evaluasi
dikumpulkan dari banyak sumber. Secara garis besar sumber data
dibedakan menjadi dua sumber, yaitu pertama berasal dari masyarakat
(population data based) dan yang kedua berasal dari fasilitas (facility
data based). Sumber data tersebut sangat terkait dengan tingkat
pengukuran. Apabila monitoring dilakukan di tingkat program maka
sumber data berasal dari fasilitas baik melalui data rutin program
maupun survei yang di fasilitasi, sedangkan jika monitor dilakukan di
tingkat masyarakat maka sumber data berasal dari masyarakat.

Matriks 4. Sumber Data


Tingkat Sumber Data Contoh
Pengukuran
Output Data rutin program Sistem pencatatan pelaporan
(Tingkat program) Puskesmas
Survei fasilitas Exit interview
Outcomes Survei masyarakat Survei cepat (rapid survey)
(Tingkat Survei nasional SDKI*SKRT**
Masyarakat)
* SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia): salah satu survei nasional yang
memfokuskan pada masalah kependudukan & Keluarga Berencana
** SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga): salah satu survei nasional yang memfokuskan
pada masalah kesehatan (kesakitan, kematian, dan disabilitas)

107
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Teknik Pengumpulan Data

D Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat searah


karena responden mengisi jawaban pada instrumen yang diberikan.
Ini berarti responden harus berpendidikan tinggi minimal dapat
membaca menulis.

D Wawancara, teknik ini merupakan teknik yang paling banyak dikenal


dan dipakai, bersifat dua arah dan menggunakan instrumen/
kuesioner dengan pertanyaan terstruktur.

D Observasi, seringkali beberapa fenomena/gejala di sekitar kita yang


tidak dapat tanyakan, tetapi dapat diukur lewat pengamatan/
observasi. Contohnya: menilai keterampilan bidan dalam melakukan
pemasangan IUD, apakah sesuai dengan standar pelayanan medis.

D Review Dokumen, melakukan pencatatan data dari dokumentasi


kegiatan atau program yang ada.

Untuk setiap indikator, tentukan sumber dan teknik pengumpulan data.


Untuk satu indikator sumber data bisa berbeda-beda. Metode Partici-
patory Rapid Appraisal (PRA) juga bisa digunakan sebagai alat monev,
tergantung kebutuhan akan jenis informasi dan sumber datanya.

Pada dasarnya pilihan sumber informasi tergantung ketersediaan sistem


informasi. Sebagian besar sumber data monitoring dan evaluasi berasal
dari data rutin yang ada, seperti catatan logistik, register pengobatan,
catatan rekam medis pasien.

108
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

Buat matriks berikut ini:

Matriks 5. Sumber dan teknik pengumpulan data


Indikator & Formulasi Sumber Data Teknik
Pengumpulan
Data
% pemakaian kontrasepsi Survei masyarakat Wawancara/PRA
modern
% perempuan mengetahui Survei masyarakat Wawancara/PRA
salah satu jenis kontrasepsi
modern & dimana tahu
mendapatkannya
% perempuan melahirkan yang Survei masyarakat Wawancara
ditolong tenaga kesehatan
% dukun yang mendapatkan Catatan rutin Review dokumen
pelatihan program

109
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kegiatan Pembelajaran

1. Berdasarkan hasil analisis situasi dan analisis gender,


kembangkan program layanan BBLR.
2. Siapa saja yang perlu dilibatkan, apa bentuk keterlibatannya?
Dan apa pula kontribusinya?
3. Sebutkan sumberdaya dan stakeholders yang terkait.
4. Tuang program tersebut dalam matriks, sesuai alat bantu yang
ada. Anda punya keleluasan memodifikasi atau menggunakan
alat/kerangka lainnya?

Uji Kemampuan Diri

Lakukan studi literatur untuk mengetahui program pemerintah apa


saja yang telah diimplementasi sebagai respon untuk mencapai
tujuan MDG.

DDD

110
Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Pelajaran 4
Tanggap Gender dan Partisipatif

Lampiran

Alat bantu: Matriks perencanaan


I s u Masalah INDIKATOR
yang Isu Pro- Kegiat- Stake w ak tu
dihadapi gender g r a m an Output Outcom e Dampak ho ld er s
Gizi anak keterli- Penyu cera- jumlah Penyebar- Praktik Guru 1 kali/
malnutrisi batan luhan mah laki-laki luasan makan Toma minggu
laki-laki brosur sebagai informasi sehat di Toga
rendah peserta gizi ke masya-
keluarga rakat Puskemas
dst

111
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

112
PELAJARAN 5

Konsep Asuhan
Kebidanan Komunitas
yang Berperspektif
Gender dan HAM

Waktu 4 Jam

113
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Menjelaskan konsep kebidanan komunitas

2. Menjelaskan Asuhan kebidanan komunitas yang berperspektif


gender dan HAM

3. Menjelaskan Konsep Pemberdayaan Masyarakat

114
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 5

Konsep Inti

Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan yang


menekankan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada
dikomunitas (masyarakat sekitar). Maka seorang bidan dituntut
mampu memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun
kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi
untuk mengatasi tantangan/kendala:

D Sosial budaya (ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang


merugikan/harmful tradition)

D Ekonomi (kemiskinan)

D Politik dan Hukum (ketidakadilan sosial)

D Fasilitas (tidak ada peralatan cukup, pelayanan rujukan, dll)

D Lingkungan (air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah


yang terisolir), kumuh dan padat, dll)

Ukuran keberhasilan bidan dalam menghadapi tantangan/kendala


diatas adalah: bangkitnya/lahirnya gerakan masyarakat untuk
mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta
kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut/komunitas (Teknik yang
bisa digunakan dibahas di pelajaran 1 s.d. 4).

115
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Pendahuluan

Perubahan peran menjadi ibu merupakan perubahan yang menyeluruh


pada aspek bio-psiko-sosial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti perilaku, genetika, budaya, lingkungan dan sebagainya. Data
saat ini menunjukk a n status k eseha t an pe rempuan masih
memprihatinkan, yakni masih tingginya Angka Kematian/Kesakitan Ibu
dan bayi di Indonesia berkaitan dengan berbagai faktor, seperti akses
(geografi, kapasitas, mutu dan ketersebaran layanan kesehatan, sistem
pembiayaan), SDM (kualifikasi, jumlah, kompetensi, ketersediaan dan
sebaran), kondisi penduduk (tingkat pendidikan, ekonomi, sosial budaya,
keamanan), dan kebijakan/politik. Kematian ibu berdampak negatif
terhadap kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat serta
memiliki implikasi sosial yang bermakna terhadap kualitas keluarga di
kemudian hari.

Dengan menggunakan pendekatan siklus hidup perempuan diketahui


masalah mendasar kesehatan perempuan telah terjadi jauh sebelum
memasuki usia reproduksi. Status kesehatan perempuan semasa kanak
dan remaja mempengaruhi kondisi kesehatannya saat hamil, bersalin
dan nifas. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan kesehatan ibu yang
relevan dengan kebutuhan perempuan, status perempuan dalam
keluarga dan masyarakat, kondisi geografi, tingkat pendidikan dan
perkembangan sosial dan budaya di masyarakat. Pelayanan kebidanan
komunitas merupakan bentuk pelayanan kebidanan yang diharapkan
dapat mengatasi permasalahan kesehatan perempuan dengan lebih
komprehensif.

Tugas dan peran bidan tidak hanya sebagai care provider, juga sebagai
manager, communicator, decision maker, community leader yang dapat
menggerakkan masyarakat untuk mengaktualisasikan penghargaan hak-
hak perempuan sebagai hak asasi manusia atau yang sering disebut
dengan bidan yang sensitif gender.

116
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 5

Konsep Kebidanan Komunitas

Komunitas merupakan satu kesatuan hidup manusia yang menempati


suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat,
serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu komunitas (Koentjaraningrat,
1990).

Bidan dalam memberikan pelayanan berfokus pada perempuan, dengan


meyakini bahwa kehamilan dan persalinan bukan sekedar peristiwa klinis
tetapi juga peristiwa transisi sosial dan psikologis yang amat kritis bagi
seorang perempuan. Dengan dasar itu, seorang Bidan meyakini bahwa
asuhan kebidanan secara aktif mempromosikan, melindungi,
mendukung hak-hak reproduksi perempuan dan keluarganya, dan
menghargai beragam budaya, keyakinan dan suku bangsa, hal ini
didasarkan pada keyakinan bidan bahwa:

a. Perempuan adalah pribadi yang unik dan mempunyai kebutuhan,


keinginan untuk kelangsungan generasi dalam siklus reproduksi,
pengambil keputusan utama dalam asuhannya dan memiliki hak
atas informasi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil
keputusan.

b. Proses kelahiran adalah rangkaian pengalaman yang memberikan


makna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat.

c. Melahirkan adalah suatu proses fisiologis yang normal.

d. Perempuan membutuhkan pendamping selama masa kehamilan,


kelahiran dan nifas.

e. Meyakini dan menghargai perempuan dalam kemampuannya untuk


melahirkan.

f. Perempuan bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya dan


keluarganya.

117
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

g. K emit raan deng an pe rem puan, bersif at individual,


berkesinambungan, dan tidak otoriter.

h. Perpaduan dari ilmu dan kiat kebidanan yang bersifat holistik,


didasarkan atas pemahaman biologis, psikologis, emosional,
sosial, kultural, spiritual, dan pengalaman fisik perempuan yang
didasarkan atas bukti-bukti terbaik yang ada.

Profesionalisme pelayanan kebidanan memiliki arti sebagai


pemenuhan kontrak sosial kepada masyarakat untuk menyediakan
pelayanan kepada ibu, anak dan keluarganya secara up to date,
evidence-based dan berkualitas sesuai kebutuhan perempuan dan
k eluarganya dilandasi etika dan kode etik bidan dengan
mengimplementasikan konsep partnership with women, respect,
advocacy, cultural sensitivity, health promotion and prevention.

Kebidanan Komunitas merupakan pelayanan kebidanan yang


menekankan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di
komunitas (masyarakat sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu
memberikan pelayanan yang bersifat individual maupun kelompok.
Untuk itu bidan perlu dibekali dengan strategi-strategi untuk mengatasi
tantangan/kendala:

D Sosial budaya (ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang


merugikan/harmful tradition, nilai-nilai)

D Ekonomi (kemiskinan)

D Politik dan Hukum (ketidakadilan sosial)

D Fasilitas (tidak ada peralatan cukup, pelayanan rujukan, dll)

D Lingkungan (air bersih, daerah konflik, daerah kantong/daerah yang


terisolir, kumuh dan padat, dll)

118
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 5

Tujuan Pelayanan Asuhan Kebidanan Komunitas

TUJUAN UMUM:

Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan


masyarakat, khususnya kesehatan perempuan, bayi dan balita di wilayah
kerjanya, sehingga masyarakat dapat mengatasi secara mandiri
mengenai masalah dan kebutuhannya.

TUJUAN KHUSUS:

D Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dan masyarakat.

D Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai


dengan tanggung jawab bidan.

D Meningkatkan mutu pelayanan secara terpadu sesuai ruang lingkup


pelayanan kebidanan.

D Meningkatkan deteksi dini kasus kasus risiko dan komplikasi.

D Mengatasi keterlambatan pengenalan komplikasi, pengambilan


keputusan, penanganan awal dan rujukan kasus.

D Membangun jejaring kerja lintas program dan lintas sektor.

D Men duk ung pr og ra m-prog ram pe mer int ah lainn ya untuk


meningkatkan status kesehatan ibu dan anak.

Prinsip Pelayanan/Asuhan Kebidanan Komunitas

1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan


masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang
mendukung peran bidan di komunitas.

2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat


dan martabat kemanusiaan klien.

119
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai


unit analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah
perempuan, jumlah KK, jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah
balita) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan. Contoh:
jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 kelurahan/
kawasan perumahan/perkantoran.

4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup target sasaran


pelayanan, namun perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan
seperti: PKK, kelompok ibu-ibu pengajian, kader kesehatan dll.

5. Sistem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan


di klinik. Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan
dengan wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

Peran Bidan di Komunitas:


1. Care Provider
2. Communicator
3. Desicion Maker
4. Community Leader
5. Manager

Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan


Komunitas

Memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan tugas pokok bidan,


termasuk penyuluhan dan pelayanan individu, keluarga, dan masyarakat.
Agar dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya, bidan perlu
memiliki kemampuan klinis dan kemampuan mengelola dan leader-
ship.

120
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 5

Disamping itu, bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk:

a. Menilai tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitif


gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak,
dan hukum serta norma yang ternyata masih melanggar hak asasi
manusia.

b. Mampu memisahkan antara nilai-nilai dan keyakinan pribadi dengan


tugas kemanusiaan sebagai bidan.

c. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discrimi-


native (tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur
kepada semua klien (perempuan, laki-laki, trans-gender).

d. Mampu melakukan advokasi dan pemberdayaan perempuan.

e. Mampu bekerja sama dan membangun jejaring kerja, secara lintas


program maupun lintas sektor.

Ruang Lingkup Pelayanan Bidan di Komunitas

a. Peningkatan kesehatan (promotif).

b. Pencegahan (preventif).

c. Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawat daruratan.

d. Meminimalkan kesakitan dan kecacatan.

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).

f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,


organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya
untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan
masyarakat. Terutama pada kondisi dimana stigma masyarakat
perlu dikurangi (TB, kusta, AIDS, KTD, KDRT, prostitusi, korban
perkosaan, IDU).

121
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Merupakan upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan tidak memerintah


yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan
kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan
memecahkan masalah menggunakan sumber daya/potensi yang
mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh
masyarakat.

Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan menghasilkan


kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada
dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil
keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa
atau dengan bantuan pihak lain.

Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan


kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada
keluarga adalah pendekatan komunikasi, informasi, edukasi (KIE),
artinya harus ada komunikasi antara bidan dengan masyarakat.

122
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 5

Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan


Pemberdayaan Perempuan

a. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat tentang


pentingnya kesehatan.

b. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat untuk


memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan
oleh pemerintah.

c. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan


sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan
kesehatan.

d. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan


kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.

e. Mengem bang kan ma najemen sumber daya yang dimiliki


masyarakat secara terbuka (transparan).

123
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kerangka Konsep Penerapan Perspektif Gender pada


Asuhan Kebidanan Komunitas

LINGKARAN DALAM:

Aktualisasi penghargaan hak-hak perempuan sebagai hak asasi


manusia dan memandang hak-hak reproduksi sebagai hak-hak
perempuan oleh bidan yang sensitif gender.

Hak-hak perempuan yang berhubungan dengan upaya kesehatan


perempuan dapat dikelompokan menjadi:

1. Hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan sebagai individu.


Pemerintah harus menjamin bahwa setiap perempuan memiliki
akses terhadap pemenuhan pelayanan kesehatan selama hamil
jumlah anak yang diinginkan, bersalin (perempuan berhak
memutuskan kapan dan dimana akan bersalin), nifas, perencanaan
keluarga.

124
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 5

2. Hak yang berhubungan dengan dasar-dasar keluarga dan kehidupan


keluarga. Pemerintah harus menjamin akses terhadap pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan perempuan untuk menikmati kehidupan
berkeluarga.
3. Hak yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan kemajuan
ilmu pengetahuan termasuk pendidikan dan informasi kesehatan.
4. Hak untuk mendapatkan kesamaan dan tidak diskriminatif terhadap
akses pelayanan.

LINGKARAN TENGAH:

Bidan dengan kacamata/sensitif gender

D Melihat hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia dan


memandang hak-hak reproduksi sebagai hak-hak perempuan.

D Melihat perempuan sebagai individu yang unik.

D Melihat perempuan dalam konteks kehidupan sosialnya di


masyarakat.

D Melihat hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan.

D Bidan yang sensitif gender tidak hanya menangani masalah fisik


pasiennya saja, tetapi juga memperhatikan masalah secara holistik.

D Seorang bidan harus meyakini bahwa isu gender merupakan kunci


dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan perempuan, dan
secara tidak langsung akan berdampak pada kualitas kesehatan
laki-laki, keluarga dan masyarakat.

D Bidan yang sensitif gender harus tumbuh dari hati dan tercermin
dalam sikap dan perilaku.

125
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

.Lingkaran luar:

D Dalam memberikan pelayanan kepada perempuan, bidan


mempertimbangkan pluralitas, etnis, usia, dan sebagainya.
Toleransi dan sifat sensitif terhadap elemen nilai-nilai merupakan
kunci keberhasilan program kesehatan.

126
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif Gender dan HAM Pelajaran 5

Kegiatan Pembelajaran

Apakah perempuan memiliki akses pemenuhan pelayanan


kesehatan selama hamil, bersalin dan nifas?
Apakah perempuan memiliki hak untuk menentukan kapan untuk
hamil? Berapa jumlah anak yang ingin dimiliki?
Dimana akan bersalin?
Bagaimana Bidan mengubah situasi tersebut?

Uji Kemampuan Diri

Instruksi: Jawab pertanyaan berikut secara seksama!

1. Bagaimana anda mempersiapkan diri menghadapi tugas dan


tanggung jawab dalam pelayanan di komunitas? Jelaskan
dengan menggunakan kerangka konsep diatas!

2. Buat ilustrasi kasus berdasarkan pengalaman/observasi


pribadi dalam melakukan tanggung jawab bidan di komunitas!

DDD

127
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

128
PELAJARAN 6

Asuhan Kebidanan
di Komunitas

Waktu 4 Jam

129
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Mengelola pelayanan kebidanan di komunitas.

2. Mengelola asuhan ANC, INC, PNC dan KB di Komunitas

3. Membangun jejaring kerja untuk kelancaran asuhan yang


diberikan

4. Melakukan pertolongan pertama dan rujukan pada kasus


kegawatdaruratan kehamilan, persalinan maupun asuhan
kebidanan lainnya

5. Menghubungkan masalah kesehatan antar satu anggota


keluarga dan anggota lain

130
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

Konsep Inti

Asuhan kebidanan komunitas mempunyai karakteristik yang


berbeda dengan asuhan kebidanan yang diberikan pada institusi
kesehatan.

Manajemen asuhan kebidanan komunitas dibutuhkan kemampuan


analisa yang tinggi dan cermat terutama yang berkaitan dengan
aspek sosial, nilai-nilai dan budaya setempat.

Seorang Ibu merupakan bagian dari keluarga, yang merupakan


unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi,
satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi.

Kesiapan keluarga dalam menghadapi kehamilan dan persalinan


merupakan faktor pendukung utama untuk mencegah kesakitan
dan kematian ibu dan anak.

Komunitas merupakan satu kesatuan hidup manusia yang


menempati suatu wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa identitas suatu
komunitas (Koentjaraningrat, 1990).

131
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Asuhan Kebidanan di Komunitas

Pada prinsipnya asuhan kebidanan yang diberikan di komunitas sama


dengan asuhan kebidanan yang diberikan di klinik, baik yang diberikan
di Puskesmas ataupun Rumah Sakit, tetapi asuhan kebidanan di
komunitas lebih memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki
oleh masyarakat.

Asuhan Antenatal

Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Melakukan anamnesis secara lengkap.

2. Melakukan pemeriksaan yang diperlukan seperti: pemeriksaan fisik,


pemeriksaan obstetri dan pemeriksaan penunjang pada ibu hamil.

3. Menggunakan seluruh keterampilan bidan bukan hanya untuk


memberi asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu
ibu beradaptasi dengan perubahan karena kehamilan dan kesiapan
menjadi ibu.

4. Mend oron g ibu unt uk membicarak a n t enta ng p eras aan,


kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjamin
kerahasiannya.

5. Memberikan konseling sesuai kebutuhan seperti konseling tentang:


persiapan persalinan, tanda bahaya kehamilan, hubungan seksual
selama kehamilan.

6. Memberikan edukasi tentang IMD dan ASI eksklusif serta KB.

7. Memberikan edukasi tentang KB (KB pasca bersalin)

8. Yakinkan bahwa ibu berada dalam kondisi aman untuk bersalin di


rumah bersalin/pondok bersalin.

132
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

9. Memberikan edukasi tentang asupan gizi selama kehamilan.

10. Memberikan suplemen tablet Fe dan suntikan TT.

11. Mendorong ibu untuk melakukan kunjungan ANC (antenatal care)


minimal 4 kali.

12. Memberikan buku KIA disertai penjelasannya.

13. Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat bertemu


dengan semua bidan yang akan menolongnya di kamar bersalin
dan postpartum.

14. Bidan melakukan penanganan awal kegawatdaruratan.

15. Bidan merujuk ke fasilitas kesehatan yang lengkap bila ada


komplikasi.

16. Melakukan pendokumentasian terhadap semua asuhan yang


diberikan.

Penyebab ibu tidak ANC

1. Kurang pengetahuan dan pendidikan

2. Kurang motivasi

3. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya yang kurang mendukung.

4. Fasilitas kesehatan yang sulit diakses.

133
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Upaya mengatasi rendahnya ANC

1. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya ANC

2. Melakukan kunjungan rumah

3. Mengidentifikasi masalah tidak ANC dan mencari pemecahannya

4. Membantu ibu untuk merencanakan upaya-upaya pemecahan


selanjutnya

5. Bekerjasama dengan kader, tokoh masyarakat untuk memotivasi


ibu hamil dan keluarga agar peduli terhadap kehamilannya.

Pelaksanaan ANC di Rumah

1. Bidan harus mempunyai data keberadaan ibu hamil di wilayah


kerjanya

2. Bidan mengidentifikasi budaya, tradisi yang ada di lingkungan ibu


hamil, baik yang mendukung atau menghambat kesehatan

3. Bidan meng ide nt if ik asi apa ka h ibu ham il memerik sak an


kehamilannya dengan teratur atau tidak

4. Sebelum ke rumah klien, bidan menentukan dulu kapan bisa


berkunjung (kontrak waktu: tanggal, hari dan jam), diusahakan tidak
mengganggu aktivitas ibu hamil dan keluarga

5. Saat kunjungan rumah lakukan pemeriksaan sesuai standar,


kemudian mengidentifikasi lingkungan rumah bila ibu mempunyai
rencana untuk melahirkan di rumah

134
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

6. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan sesuai dengan


kebutuhan termasuk dalam persiapan menghadapi komplikasi dan
kegawatdaruratan (P4K/ program persiapan persalinan dan
penanganan komplikasi)

7. Mempersiapkan ibu dan suami untuk menjadi orangtua (parentcraf


education)

8. Penyuluhan dan konseling untuk persiapan persalinan dan


penanganan komplikasi, perencanaan kontrasepsi, pelaksanaan
inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI ekslusif

Perlengkapan Kerja Bidan

Mengacu pada standar yang berlaku dengan mempertimbangkan


kebutuhan klien dan tempat pelayanan

Pemilihan tempat dan penolong persalinan

Yang perlu diperhatikan:

1. Penentuan tempat dan penolong persalinan ditentukan oleh ibu


dan keluarga sesuai dengan kondisi:

a. Riwayat kesehatan dan kebidanan yang lalu

b. Keadaan kehamilan saat ini

c. Pengalaman melahirkan sebelumnya

d. Ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah, air bersih dsb

e. Akses terhadap fasilitas rujukan

2. Memastikan ibu merasa aman dan nyaman selama proses


persalinan

3. Mengorientasikan ibu ke tempat persalinan sesuai pilihannya

135
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Persiapan Persalinan

Pada hakikatnya, antenatal care yang dilakukan seorang bidan adalah


agar bersama-sama dengan ibu hamil dan suami/keluarganya membuat
perencanaan dan persiapan persalinan untuk menjamin terlaksananya
persalinan yang bersih dan aman. Dalam perencanaan tersebut perlu
juga disertakan perencanaan menggunakan alat kontrasepsi pasca
persalinan.

Hal-hal penting yang perlu didiskusikan dengan ibu dan keluarganya,


yaitu:

1. Membuat perencanaan persalinan yang perlu ditetapkan:

D Tempat persalinan

D Tenaga penolong persalinan (bidan atau dokter)

D Bagaimana menjangkau tempat persalinan

D Siapa yang akan menjadi pendamping selama persalinan

D Besarnya biaya persalinan yang dibutuhkan dan cara


memperolehnya

D Siapa yang akan mengurus keluarga saat ibu tidak di rumah

D Apakah rencana metode kontrasepsi pasca persalinan

2. Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus


gawat darurat termasuk pengambilan keputusan jika pengambil
keputusan utama dalam keluarga tidak ada di tempat

136
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

Yang perlu dibicarakan:

D Siapa yang membuat keputusan tentang rujukan ibu kalau


diperlukan

D Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga

D Siapakah yang boleh mengambil keputusan jika pengambil


keputusan utama dalam keluarga tidak ada ditempat saat
terjadi kasus gawat darurat

3. Mengatur sistem transportasi jika terjadi kasus gawat darurat


Perencanaan ini perlu dipersiapkan lebih awal selama kehamilan,
meliputi:

D Dimanakah ibu akan melahirkan (polindes, rumah sakit, rumah


bersalin)

D Bagaimana caranya menjangkau tingkat layanan yang lebih


lengkap jika terjadi gawat darurat

D Ke fasilitas kesehatan manakah sang ibu harus dirujuk

D Bagaimana caranya memperoleh pembiayaan jika terjadi


gawat darurat

D Bagaimana caranya memperoleh donor darah yang potensial

4. Membuat rencana tabungan


Pihak keluarga harus didorong untuk menabung sehingga dana yang
dibutuhkan dapat tersedia untuk perawatan rutin selama kehamilan
dan kasus gawat darurat. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak
ibu-ibu yang tidak mau mencari pertolongan lanjutan atau dirujuk
karena tidak memiliki dana yang cukup.

137
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Bidan perlu mengupayakan dibentuknya suatu sistem untuk


mendukung upaya menyelamatkan ibu hamil atau melalui
seseorang di lingkungan tersebut yang bisa mengorganisir
pengadaan dukungan finansial untuk ibu jika diperlukan, misalnya
dalam bentuk “tabungan ibu bersalin” (tabulin).

5. Menyiapkan peralatan untuk melahirkan


Seorang ibu dan keluarganya dapat menyiapkan persalinannya
secara bersama-sama menyiapkan peralatan seperti popok atau
baju, sabun dan pakaian mandi yang bersih, kain untuk bayi, dan
disimpan sebagai persiapan untuk persalinan.

6. Memfasilitasi ibu dan keluarga untuk mendapatkan jaminan


pelayanan kesehatan

Asuhan Intranatal

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan


persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten seperti: dokter spesialis kandungan dan bidan.

Keunggulan Pertolongan Persalinan di Bidan praktik mandiri (BPM)


atau rumah bersalin (RB)

Keunggulan Kelemahan
1. Suasana rileks, bersahabat 1. Keterbatasan alat-alat untuk
2. Pelayanan berkesinambungan mengatasi komplikasi
3. Lebih diterima ibu dan keluarga 2. Lebih mahal
4. Mudah memperoleh fasilitas
emergency

138
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan/BPM.

1. Sejak awal kehamilan, rencana persalinan sudah dibicarakan lebih


rinci pada akhir kehamilan.

2. Pasien dapat melihat tempat dimana dia merencanakan akan


bersalin.

Perlengkapan peralatan (disiapkan oleh keluarga)

1. Untuk pertolongan persalinan seperti : selimut, pakaian ganti,


pembalut.

2. Untuk bayi : handuk, pakaian, topi dan selimut

Tindakan dalam menghadapi kasus kegawatdaruratan.

1. Stabilisasi kondisi klien.

2. Lakukan rujukan dengan tepat dan cepat.

3. Menggunakan prinsip BAKSOKUDA :

D B (Bidan): Pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga


kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan.

D A (Alat): Bawa alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan


seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop.

D K (Keluarga): Beritahu keluarga tentang kondisi terkahir klien


dan alasan mengapa ia dirujuk.

D S (Surat): Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi


klien, alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat-
obat yang telah diterima ibu.

139
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

D O (Obat): Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama


perjalanan merujuk.

D K (Kendaraan): Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk


memungkinkan klien dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat.

D U (Uang): Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam


jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan
yang diperlukan di tempat rujukan.

D DA (Darah): Siapkan donor darah untuk sewaktu-waktu


membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan.

4. Melibatkan keluarga dan masyarakat dalam proses rujukan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pertolongan persalinan


(dalam bentuk catatan/tulisan)

1. Keluarga harus tahu dengan tepat kapan dan bagaimana


menghubungi bidan.

2. Keluarga sebaiknya pernah bertemu dengan bidan dan mengetahui


cara mencapai tempat bidan.

3. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan untuk mengkaji situasi untuk


mengantisipasi bila bidan dipanggil oleh klien secara mendadak.

4. Bidan memberi informasi tentang tanda pasti persalinan.

5. Selalu memberikan dukungan emosional dan fisik termasuk


mengatasi nyeri persalinan, suami pasien dapat dilibatkan untuk
melakukan massage punggung ibu atau membantu mengubah
posisi, memberikan kompres air hangat/dingin dsb.

140
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

6. Observasi kondisi ibu dan bayi untuk melihat kemajuan persalinan


dan kondisi abnormal agar persalinan berlangsung normal.

7. Perencanaan persalinan dan kelahiran dibicarakan secara rinci


sebelum persalinan antara bidan, ibu hamil dan keluarga.

8. Bila ada hal yang mungkin dapat menimbulkan komplikasi selama


persalinan normal, sebaiknya dibicarakan bersama keluarga,
terutama dalam menghadapi kasus kegawatdaruratan.

9. Bidan sebaiknya selalu siap untuk dipanggil secara mendadak untuk


menolong persalinan dan situasi emergency.

10. Alat-alat dan obat harus selalu dicek tanggal kadaluarsa dan
fungsinya.

11. Bidan melakukan asuhan persalinan sesuai standar.

12. Bidan selalu memperhatikan aspek tradisi dan budaya yang berlaku
dan mendorong tradisi atau budaya yang bermanfaat serta
memberikan pengertian terhadap budaya atau tradisi yang tidak
bermanfaat.

Asuhan Postpartum

Prinsip kunjungan postpartum

1. Memiliki data jumlah ibu nifas

2. Pemantauan dilakukan minimal pada 6 jam pertama, hari ke 2,


hari ke 6, 2 minggu dan 6 minggu

3. Memberikan asuhan postpartum sesuai dengan standar

4. Kaji permasalahan yang dihadapi oleh ibu

5. Asuhan yang diberikan harus sesuai kebutuhan ibu

141
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

6. Berbicara dengan bayi dan bereaksi dengan sabar ketika bayi


menangis

7. Perlu melibatkan keluarga untuk: memberikan perhatian penuh baik


verbal maupun non verbal, siap siaga dan memberikan dukungan
dalam beradaptasi dengan situasi baru

8. Memantau status mental ibu dan sikap terhadap bayinya, suami


dan anak-anaknya

9. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai: gizi, kebersihan diri,


pemberian ASI, senam nifas, serta tanda bahaya masa nifas.

10. Sebelum hari ke 10 bidan menindaklanjuti kesiapan pasangan untuk


menggunakan kontrasepsi

a. Mendorong pasangan untuk berpikir positif tentang rencana


kehamilan berikutnya

b. Membantu pasangan untuk memilih jenis kontrasepsi sesuai


dengan kondisi

c. Mendorong pasangan untuk membicarakan awal hubungan


seks.

11. Bidan juga perlu mengobservasi reaksi anggota keluarga lainnya

12. Siapkan waktu agar ibu dapat mengekspresikan perasaannya,


kecemasan terhadap bayinya, anak-anak lainnya dan hubungan
antar mereka

13. Bidan mendengarkan, memberikan dorongan terus menerus, dan


memberikan dukungan ekstra kepada ibu yang kurang mendapat
dukungan dari keluarga

142
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

14. Pada akhir setiap kunjungan, bidan melengkapi catatan termasuk


saran-saran yang diberikan, untuk mempermudah asuhan post-
partum selanjutnya

15. Jika ada kelainan/penyimpangan bagi bayi maupun ibunya, anjurkan


untuk segera ke RS

Asuhan pada Bayi dan Balita

Prinsip

1. Bidan memiliki data bayi dan balita di wilayah kerjanya

2. Memastikan bahwa semua bayi mendapatkan ASI eksklusif

3. Bidan memiliki data bayi yang diimunisasi dan bayi yang belum
diimunisasi

4. Bersama masyarakat memberikan motivasi pada keluarga untuk


melakukan imunisasi bayinya

5. Mendorong keluarga yang memiliki bayi dan balita untuk


memanfaatkan posyandu dan fasilitas kesehatan yang ada di
wilayahnya

6. Memberikan asuhan yang esensial pada bayi dan balita sesuai


standar

7. Melibatkan keluarga dalam stimulasi dan pemantauan tumbuh


kembang bayi dan balita

8. Memberi penyuluhan ke masyarakat tentang pola asuh anak yang


tidak membedakan antara anak laki-laki dan perempuan serta tidak
melakukan kekerasan baik fisik maupun psikis

143
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

9. Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang deteksi dini


penyakit yang sering menjangkiti pada bayi dan balita, serta tentang
gizi seimbang

10. Memfasilitasi keluarga untuk pemenuhan hak-hak anak seperti akte


kelahiran dll

Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Prinsip:

1. Memiliki data PUS dan WUS di wilayah kerja

2. Memiliki data PUS yang belum menjadi akseptor KB

3. Memiliki data PUS yang menjadi akseptor KB

4. Melakukan sosialisasi tentang KB pada PUS dan WUS

5. Bekerja sama dengan toma dan toga dalam mensosialisasikan KB

6. Bekerja sama dinkes untuk pelayanan KB gratis

7. Melakukan informed choice dan informed consent untuk KB

8. Memberikan informasi ttg keuntungan dan kekurangan jenis alat


kontrasepsi

9. Melakukan pemantauan terhadap akseptor KB

Kesehatan Reproduksi

Prinsip:

1. Melibatkan masyarakat dalam program kesehatan reproduksi


(kespro) remaja

2. Melakukan penyuluhan kespro remaja.

3. Advokasi masyarakat untuk mendukung program usia nikah yang


sehat dan perencanaan kehamilan yang sehat

144
Asuhan Kebidanan di Komunitas Pelajaran 6

4. Menj alin ker ja sam a dengan inst it usi pendidik an d alam


penyebarluasan program kesehatan reproduksi

5. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada pasangan


yang memasuki masa menopause/lansia.

6. Melakukan IVA test (deteksi dini kanker serviks).

145
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Kegiatan Pembelajaran

1. Sebagai seorang bidan baru di desamu, ternyata tingkat


kematian ibu dan anak masih tinggi; Apa yang akan anda
lakukan untuk menurunkan tingginya kematian ibu dan anak?

2. Buat daftar apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang bidan


di komunit as u nt uk me mpeng ar uhi masyarakat agar
berperilaku sehat.

Uji Kemampuan Diri

Instruksi: Jawab pertanyaan berikut secara seksama!

1. Apa yang menyebabkan masih banyak ibu yang lebih memilih


melahirkan dengan ditolong oleh dukun bayi?

2. Di suatu wilayah di dekat tempat tinggal anda ada beberapa


ibu hamil dengan berbagai usia kehamilan, untuk menjaga
kehamilan dan persalinannya agar berlangsung aman,
kegiatan apa saja yang akan anda lakukan?

DDD

146
Lembar Kasus

Lembar Kasus

Pelajaran 1

1. Dua bulan setelah menikah Sum (nama samaran) hamil. Ketika


kehamilannya berusia 4 bulan, tiba-tiba saja suaminya menyuruh
melakukan aborsi, tanpa alasan apapun. Ibu Sum yakin bahwa
mertuanyalah yang mendesak suami Sum agar Sum menghentikan
kehamilannya, karena memang tidak menyukai perkawinan mereka.
Pada awalnya Sum menolak usulan ini, tetapi suaminya terus
mendesaknya. Meskipun sangat sedih, akhirnya Sum menurut pada
kehendak suaminya dan pergi ke Puskesmas.

Di Puskesmas, bidan menolak permintaannya. Sum terpaksa


pulang ke rumahnya tanpa hasil, sementara suami dan ibu
mertuanya sudah menunggu di situ. Mengetahui adanya penolakan
dari Puskesmas, mertua Sum menekan Sum untuk kembali ke
Puskesmas dengan ditemani oleh suaminya. Mereka berdua
mengulangi permintaan pelayanan aborsi kepada bidan. Ibu Sum
yang mengetahui keadaan ini sangat sedih, tetapi dia tidak dapat
berbuat apa-apa karena mereka memang lebih miskin dari keluarga
besannya. Ketika Sum datang deng an suaminya, dok ter
Puskesmas menyanggupi untuk melakukan aborsi pada saat itu
juga. Selama 9 hari lamanya setelah aborsi, Sum mengakui
mengalami pendarahan hebat dan suhu badannya naik. Untungnya
Sum dapat diselamatkan. Tragisnya, tak berapa lama sesudah
menjalani aborsi, suami Sum menceraikannya tanpa alasan
apapun.

2. Anak Tar (nama samaran) sudah menikah ketika berumur 18 tahun.


Katanya, anaknya terpaksa melakukan aborsi karena panik
menghadapi kenyataan suaminya belum bekerja. Meskipun tinggal
serumah dengan anak dan menantunya, Tar tidak mengetahui
anaknya sudah hamil 4 bulan. Si anak rupanya tidak pernah

147
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

menceritakan soal kandungannya kepada Tar. Untuk menghentikan


kehamilannya, anaknya minum air nenas muda dan anggur yang
dibeli di pasar. Tar baru mengetahui hal tesebut setelah melihat
wajah anaknya berubah menjadi pucat kebiru-biruan, dan
menderita kesakitan yang amat sangat. Setengah hari lebih
anaknya berada dalam keadaan seperti itu, dan pada sore harinya
dia minta diantar ke sungai karena merasa akan buang air besar.
Pada saat itulah Tar melihat gumpalan berwarna merah kehitam-
hitaman sebesar telapak tangan, jatuh dari selangkangan anaknya.
Ketika diamati, gumpalan itu ternyata darah. Setelah gumpalan itu
keluar, anaknya mulai tenang dan berangsur pulih. Tar menuturkan,
selama anaknya berada dalam keadaan kritis, dia dan suaminya
tidak berani meminta bantuan saudara atau tetangga. Mereka takut
dicerca masyarakat.

(Sumber: Adrina dkk. Hak Reproduksi Perempuan yang Terpasung. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1998, hal. 132-133)

DDD

148
Lembar Kasus

Pelajaran 5

Kisah Monyet dan Ikan Mas

Alkisah....., disebuah hutan hiduplah seekor monyet yang kesepian.


Kejadian ini terjadi akibat kebakaran besar di hutan, sehingga
memisahkan monyet dengan kawanannya. Sejak itulah dia hidup
sendiri. Suatu hari, Sang Monyet ingin melupakan kesendiriannya dan
ingin menghibur diri. Maka, berjalan-jalanlah dia mengelilingi hutan, dan
akhirnya tiba di tepi telaga yang tenang dan bening.

Ketika ia berayun-ayun di ranting dahan pohon di tepi telaga, munculah


seekor Ikan Mas di permukaan telaga itu, mereka saling bertegur sapa.
“Halo Ikan Mas ? selamat pagi !”. “ Pagi Monyet ?” jawab Ikan Mas.
Mereka pun kemudian bersahabat dan berjanji untuk selalu bersama
dan saling membantu.

Demikianlah setiap hari, Sang Monyet selalu mengunjungi telaga itu


menemui sahabatnya si Ikan Mas. Sang Monyet pun merasa tidak
kesepian lagi. Hingga suatu hari terjadi angin ribut, kilat dan guntur
disertai hujan badai. “ Hai kawan hujan !, cepatlah berlindung !”, sapa
Ikan Mas kepada Monyet. Jangan khawatir kawan, aku berlindung di
pohon besar ini “aman”, jawab Sang Monyet.

Tak lama kemudian, banjir meluap dalam telaga, pohon-pohon besar


tumbang dan air telaga bergolak menjadi keruh. Sang Monyet melihat
sahabatnya Ikan Mas sebentar-sebentar melompat tinggi ke atas. “Heey,
mengapa kau kawan ? Wah, rupanya kau sedang terancam bahaya,
sebentar aku akan menolongmu!” kata Sang Monyet. Tanpa pikir panjang
Sang Monyet dengan tangkas bergelantungan terbalik pada dahan pohon
dan tepat pada saat si Ikan Mas melompat lagi ke atas Sang Monyet
pun menangkapnya “ Hupp..... , nah sekarang kau ku selamatkan...!,
kamu akan aman bersamaku disini sampai hujan badai mereda” Kata
Sang Monyet kepada Ikan Mas.

149
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Satu jam kemudian, hujan badai merada, dan banjir mulai surut, air
telaga mulai tenang kembali. “Hai sahabat hujan telah reda, mari kita
turun dan kau kembali ketelaga..!” kata Sang Monyet. Namun, Ikan Mas
diam saja. Kembali Sang Monyet mengajak sahabatnya bicara “ Hai
sabahat bangunlah, hujan telah reda, mari kita turun!”. Ikan Mas tetap
diam. Digoyang-goyangnya tubuh Ikan Mas dengan keras tapi tetap
diam. “Hai sabahat, kenapa kamu kok diam saja! Akhirnya Sang Monyet
menyadari bahwa sahabatnya telah mati. Sang Monyet menangis
menyesali perbuatannya yang bodoh.

DDD

150
Daftar Pustaka

Adrina dkk. Hak Reproduksi Perempuan yang Terpasung. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1998, hal. 132-133
Amal, Siti Hidayati. “Beberapa Perspektif Feminis Dalam Menganalisis Permasalahan
Wanita,” dalam Kajian Wanita dan pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor ,
1995, hal.83-109
Amal, Siti Hidayati. Beberapa Perspektif Feminis Dalam Menganalisis Permasalahan
Wanita dalam Kajian Wanita dan pembangunan. Jakarta:Yayasan Obor , 1995,
hal.83-109.
Apriando, Tommy. Dasar-dasar Analisis Sosial http://www.slideshare.net/ProfesiRandi/
materi-analisis-sosial?, diakses 22 Juli 2013
Azwar, Azrul. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Aplikasi Prinsip Lingkaran
Pemecahan Masalah). Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia,
1994
Bahan bacaan tentang Analisis Situasi: Suatu Metodologi Praktis, Buku Pegangan:
Identifikasi dan Analisis Situasi Pedesaan, Bina Desa, 1998 (tidak diterbitkan)
Bemmelen, Sita van. “Jender dan Pembangunan; Apakah yang Baru?” dalam Kajian
Wanita dan pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor , 1995, hal.175-226
Bemmelen, Sita van. Alat Analisis Gender hand-out materi TOT Gender and
Development. Netherland, 2000
Bennett V Ruth, Linda Brown, Myles Text Book For Midwives
Bertrand, Jane T & Amy Tsui. Indicators For Reproductive Health Program Evaluation:
Introduction. Carolina Population Center, Tulane University, and The Future
Group International, 1995.
Bertrand, Jane T, Robert J. Magnani, James C. Knowles. Handbook of Indicators For
Family Planning Program Evaluation. The Evaluation Project, 1994
BPS, BKKBN, Depkes, MEASURE/DHS. Survei Demografi Kesehatan Indonesia.
Jakarta: BPS, BKKBN, Depkes, MEASURE/DHS, 2003.
Brindley, B. “Gender Analysis and Forestry,” dalam How to Use Rapid Rural Appraisal
(RRA) to Develop Case Studies, 1995.
Care Institut Pertanian Bogor. Participatory Rural Appraisal. 2012
Center for Health Research, University of Indonesia. 2001. “Economic Analysis of the
Bidan di Desa (BDD) Program: Anticipation of the Policy Changing in the Future.”
Chambers, R. 1994. “The origins and practice of participatory rural appraisal”, World
Development (22) 7: 953-969.
Chambers, R. 1996. Participatory Rural Appraisal (PRA): Memahami Desa secara
Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius dan Oxfam.

151
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Cronk Mary, Flint Caroline, Community Midwifery A Practical Guide ,Butterworth-


Heinemann ltd, Oxford, 1989
Dallabetta, Gina dan Susan Hassig (eds.). Indicators for Reproductive Health Program
Evaluation. Final Report of the Subcommittee on STD/HIV. Chapel Hill: Carolina
Population Center – Univ. of North Carolina, December 1995.
Depkes. Dasar-dasar Peniliaan Kesehatan (Modul 7). Jakarta: Departemen Kesehatan,
198_.
Depkes RI,Bidan di Masyarakat, Jakarta
Direktorat Politik dan Komunikasi, BAPPENAS, “Pelembagaan Partisipasi Politik
Masyarakat dalam Penyusunan Kebijakan Publik”, Laporan Penelitian, 2008,
hal 1-2 dan 7
Djajadilaga. “Peningkatan Kesehatan Reproduksi bagi Masyarakat Kepulauan.”
Makalah disajikan pada Lokakarya Kesehatan dalam Era Desentralisasi,
Tanjung Pinang, 26 Juli 2003.
Djohani, Rianingsih (ed). “Pengertian Participatory Rural Appraisal (PRA) Berdimensi
Gender dan Teknik-teknik Participatory Rural Appraisal (PRA),” dalam Berbuat
Bersama Berperan Setara, Bandung: Studio Driya Media, 1996, hal. 13-31 dan
hal 67-157.
Djohani, Rianingsih. “Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) Berdimensi Gender,”
dalam Dimensi Gender Dalam pengembangan Program Secara Partisipatif.
Bandung: Studio Driya Media, 1996, hal. 15-25 dan 39-61.
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, 1997.
Family Care Internasional (FCI). Action for the 21st Century Reproductive Health &
Rights for All. New York: Family Care International, 1994.
Faqih, Mansur. “Analisis Gender dan Gerakan Transformasi Perempuan,” dalam Analisis
Gender dan Gerakan Transformasi Sosial. Insist Press, 1996.
FCI. Commitments to Sexual and Reproductive Health and Rights for All: Framework for
Action. New York: FCI, 1995
Fortney, Judith A. “Reproductive Morbidity: A Conceptual Framework.” Family Health
International Working Papers No. WP95-02. September 1995.
Franco, L. Miller, P. Richarason, J. Reynolds. Monitoring and Evaluation Programmes,
Modul 5: Users Guide. The Aga Khan University & Aga Khan Foundation.
Gambaran Umum Metode-metode/Teknik-teknik PRA. https://riadjohani.files.
wordpress.com/2013/02/6-metode-teknik-pra.pdf Diakses: Desember 2014
Hand-out materi Gender and Development yang diselenggarakan oleh GDT&C,
Netherland, 2000. Terjemahan: RMI Bogor.
Holland, Joe, dkk. Analisis Sosial dan Refleksi Teologis: Kaitan Iman dan Keadilan.
Penerbit Kanisius, 1986, hal. 30.
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/06/pelayanan-kontrasepsi-dan-
rujukannya.html Diakses: Desember 2014

152
Ida Ruwaida Noor dan BNR Situmorang, “Pengarusutamaan Gender dalam Manajemen
Siklus Program/Proyek Plan Internasional Indonesia”, Panduan, Jakarta, PLAN-
Indonesia, 2010
Iskandar, Meiwita B., Budi Utomo, Terence H;I; Nick G. Dharmaputra and Yuswardi Azwar.
Unraveling the Mysteries of Maternal Death in West Java. Depok: Center for
Health Research University of Indonesia, 1996b.
Kabeer, Naila. From Feminist to an Analytical Framework, hal.3-48.
March, Candida, Ines Smyth & Maitrayee Mukhopadhyay. The Gender-Analysis
Framework and user’s commentaries dalam A Guide to Gender – Analysis
Framework. Oxford: Oxfam Publication, 1999, hal. 29-1999.
Mas’udi, Masdar F. Islam dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan: Dialog Fiqih
Pemberdayaan. Bandung: Penerbit Mizan, Cetakan II, Maret 1997.
Mikkelsen, Britha. “Partisipasi, Konsep dan Metodologi,” dalam Metode Penelitian
Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan: Sebuah Buku Pegangan bagi
Para Praktisi Lapangan, Yayasan Obor: 2001.
Mikkelsen, Britha. Konsep Partisipasi, Hand out training Monitoring dan Evaluasi. NZAID:
2004. (terjemahan: KAPAL Perempuan).
Mikkelsen, Britha. “Beberapa Konsep Partisipasi,” dalam Partisipasi Kewarganegaraan
dan Pemerintah Daerah, IDEA
Mosse, J.C, “Menilai Kembali Peran Perempuan,” dalam Gender dan Pembanguna,
Yogyakarta: Rifka Annisa & Pustaka Pelajar, 2003, hal. 197-262.
Oakley, P. et.al. 1991. Projects with people - the practice of participation in rural
development. ILO/ World Employment Programme.
Otonomi Daerah dan Otonomi Desa: Kritik konsep dan Implementasi.
Pachauri, Saroj. “Defining a Reproductive Health Package for India: A Proposed
Framework.” In the Population Council South & East Asia Regional Working
Paper No. 4, 1995.
Pambudi, Himawan S. dkk. Pendidikan Politik Perempuan Pedesaan Panduan Fasilitator.
Yogyakarta: KP4 LAPPERA, 2003, hal. 158-161.
Paramita dan Kristiana. Teknik Focus Group Discussion dalam Penelitian Kualitatif.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/viewFile/3301/3292.
Diakses: Desember 2014
Parker, Emil and Ambar Roestam. 2003. The Bidan di Desa Program: A Literature and
Policy Review. Jakarta: MNH and JHPIEGO Corporation.
Perempuan Korban Pertama Syariah Islam, artikel.
Putranti, Basilica Dyah. “Konflik Antaragama: Sebuah Pendekatan Sosiologi Feminis,”
dalam Perempuan, Konflik, dan Rekonsiliasi: Perspektif Teologis, dan Praksis.
Pusat Study Feminis Univ. Kristen Duta Wacana, 2004.
Reformasi dan Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah di Indonesia.
UNICEF. “First Report of the West Java Bidan di Desa Survey, October 14-15 1997.”
Jakarta: UNICEF.

153
Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

UNICEF, Gender Mainstreaming Self Assessment Synthesis report, 2007


Vaughan, JP & R.H. Morrow. Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan
Kabupaten. WHO, 1988.
Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan (YPKP). Modul Kesehatan Reproduksi:
Pegangan Mahasiswi. Jakarta: YPKP, 2004.

DDD

154

Anda mungkin juga menyukai