Anda di halaman 1dari 54

Panduan Pendidik Sebaya

Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi

Disusun oleh:

Ninuk Widyantoro
Herna Lestari

Diterbitkan oleh:

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan


ISBN: 978-979-1253-16-1

Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan


Klinik Raden Saleh Lt. 2
Jl. Raden Saleh Raya No. 49 Jakarta Pusat 10330
Email: ypkp_jkt@yahoo.com
Telp/Fax: 021-3900069
www.ypkp.net

Cetakan kedua, Agustus 2014

i
ii
PRAKATA
Konferensi Kependudukan di Kairo tahun 1994
merekomendasikan kesehatan reproduksi yang merupakan
sehat fisik, mental, dan sosial saat individu melaksanakan
fungsi dan proses reproduksi (ICPD 1994).

Telah banyak negara berusaha mengimplementasikannya


termasuk Indonesia. Namun hingga saat ini, masih sangat
minim informasi yang praktis, jelas dan akurat untuk dapat
dijadikan pedoman dalam menangkal masalah-masalah
seksual dan kesehatan reproduksi.

Saat ini kita sebagai anggota masyarakat harus mampu


berinisiatif dan memberdayakan masyarakat untuk turut
berperan serta dalam meningkatkan status kesehatan di
Indonesia. Salah satunya dengan cara mencetak pendidik
sebaya (PS).

Pendidik sebaya adalah orang yang mampu menjadi


narasumber bagi kelompok sebayanya. Mereka dapat berasal
dari kelompok yang beragam misalnya dari karang taruna,
PKK, majelis taklim, pemuda-pemudi gereja, petugas
kesehatan, tokoh masyarakat dsb.

Buku ini dimaksud untuk memberikan pedoman pada PS


semoga bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan kelompok sebaya secara sistematis. Kami
terbuka menerima semua masukan dan saran untuk perbaikan
buku ini di masa datang.

Penyusun

April 2008

iii
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA iii

DAFTAR ISI v

BAB I. PENDIDIK SEBAYA: DEFINISI DAN


PERSYARATAN 1
Definisi 1
Mengapa Pendidik Sebaya Diperlukan 2
Syarat-syarat Menjadi Pendidik Sebaya 2
Pengetahuan yang Perlu Dimiliki 3
Keterampilan yang Perlu Dimiliki 4

BAB II. KETERAMPILAN KOMUNIKASI DAN


INTERPERSONAL 5
Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah 5
Komunikasi Verbal dan Non-Verbal 6
Cara Bertanya 6
Mendengar Efektif 7

BAB III. PERSIAPAN KEGIATAN PENDIDIKAN 9


SEBAYA
Persiapan Pribadi 9
Persiapan Tempat 10
Persiapan Materi Informasi 11

BAB IV. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN 12


SEBAYA

BAB V. KIAT-KIAT MENJADI PENDIDIK SEBAYA 15

BAB VI. MENYAMPAIKAN INFORMASI DALAM


KELOMPOK BESAR 18

DAFTAR PUSTAKA 23

v
LAMPIRAN 25
A. Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya 25
B. Remaja dan Perkembangannya 27
C. Seks, Seksualitas, dan Gender 27
D. Hubungan Seksual, Kehamilan, dan Pencegahannya,
serta Aborsi 28
E. Infeksi Menular Seksual 31
F. Kekerasan terhadap perempuan 31
G. Buku Harian Pendidik Sebaya 33

vi
BAB I
PENDIDIK SEBAYA:
DEFINISI DAN PERSYARATAN
Masa remaja merupakan masa kritis, bila tidak memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang memadai tentang
kesehatan reproduksi, mereka bisa terjebak dalam perilaku
yang bisa membahayakan. Pendidikan oleh orang-orang
sebaya merupakan salah satu cara berpotensi untuk
memberdayakan remaja agar mereka terhindar dari masalah-
masalah kesehatan reproduksi yang dapat mengancam masa
depan dan keselamatan jiwanya.

Definisi Pendidik Sebaya


Pendidik Sebaya (PS) adalah orang yang menjadi narasumber
bagi kelompok sebayanya. Bidan berpeluang dan berpotensi
untuk menjadi PS, karena pada dasarnya tugas dan tanggung
jawab bidan tidak hanya terbatas pada pelayanan klinis tetapi
juga memberi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat.
Seorang bidan muda yang menjadi PS harus pro-aktif dalam
kegiatan sosial di lingkungannya, misalnya aktif di karang
taruna, pengajian, muda-mudi gereja, PKK, dan lain-lain.

Gambar 1. Bidan sebagai Pendidik Sebaya

1
Mengapa Pendidik Sebaya Diperlukan?
 Mereka menggunakan bahasa yang kurang lebih sama
sehingga informasi mudah dipahami oleh sebayanya.

 Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih


terbuka dan santai.

 Orang lebih mudah untuk mengemukakan pikiran dan


perasaannya pada teman sebayanya.

Syarat-syarat Menjadi Pendidik Sebaya


1. Pro-aktif dalam kegiatan sosial dan dikenal baik di
lingkungannya.

2. Memiliki minat pribadi untuk menyebarluaskan informasi


tentang hak-hak dan tanggung jawab seksualitas,
kesehatan reproduksi, dan kesehatan umum.

3. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, sabar,


komunikatif, lancar dalam mengemukakan pendapat,
luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan kreatif, tidak
mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau
belajar serta senang menolong.

4. Memiliki pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan


reproduksi melalui pelatihan khusus.

5. Memiliki keterampilan komunikasi interpersonal untuk


menyampaikan pengetahuan atau informasi tersebut
dengan cara menarik dan profesional.

2
Pengetahuan yang Perlu Dimiliki
Pendidik Sebaya
 Pengetahuan seksualitas dan kesehatan reproduksi,
mencakup: serba-serbi seksualitas, organ reproduksi
dan fungsinya, proses terjadinya kehamilan, infeksi
menular seksual (IMS) termasuk HIV & AIDS, metode
kontrasepsi, narkoba dan isu-isu kesehatan reproduksi
lainnya (termasuk mitos-mitos terkait yang
berkembang di masyarakat);

 Pengetahuan kesehatan diri;

 Informasi tentang tempat-tempat layanan kesehatan


atau tempat rujukan lainnya; dan

 Pengetahuan mengenai hukum, agama dan peraturan/


perundangan mengenai kesehatan reproduksi.

Catatan: sebaiknya seorang PS juga mencari informasi dari


sumber-sumber lainnya seperti koran, majalah atau informasi
dari pakar di bidangnya (dokter, tokoh agama, pemuka
masyarakat, dan lain-lain) serta sumber-sumber lainnya.

3
Gambar 2. Pendidik Sebaya harus Berwawasan Luas

Keterampilan yang Perlu Dimiliki


Pendidik Sebaya
Pendidik sebaya harus memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal, yaitu hubungan timbal balik yang bercirikan:

 Komunikasi dua arah;

 Perhatian pada aspek verbal dan non-verbal;

 Penggunaan pertanyaan untuk menggali


informasi, perasaan dan pikiran; dan

 Sikap mendengar yang efektif.

4
Bab II

KETERAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL

Komunikasi interpersonal adalah proses penyebaran dan


berbagi informasi, opini, dan perasaan sekurangnya antara
dua orang yang dilakukan secara langsung atau tatap muka.

Ada 5 aspek penting dari komunikasi interpersonal:


1. Komunikasi satu arah dan dua arah
2. Komunikasi verbal dan non-verbal
3. Pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka
4. Keterampilan mendengar efektif
5. Menggunakan alat bantu sederhana

Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah


No Komunikasi Satu Arah Komunikasi Dua Arah
1 hanya satu pihak yang Kedua belah pihak
berbicara berkesempatan untuk
bertanya, mengajukan
pendapat dan perasaan
2 Tempo singkat, hasil Waktu lebih lama, namun
seringkali kurang hasil memuaskan kedua
memuaskan pihak

5
Komunikasi Verbal dan Non-Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan
menggunakan kata-kata. Pendidik sebaya hendaknya:
 Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah
dipahami kelompok sebayanya.
 Menghindari istilah yang sulit dimengerti (bahasa
asing, terminologi medis).
 Menghindari kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan peserta.

Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil


berupa kontak mata, nada suara, ekspresi wajah-wajah dan
gerakan anggota tubuh tertentu.

Dalam menyampaikan informasi, pendidik sebaya perlu


mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara,
menggunakan nada suara yang ramah dan bersahabat.

Cara Bertanya
Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka.

Pertanyaan Tertutup
 Adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang
singkat. Bisa dijawab dengan “Ya“ dan “Tidak.”
 Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk
menggali informasi dasar.

6
 Tidak memberi kesempatan peserta untuk menjelaskan
perasaan/pendapatnya. Contoh:

- “Berapa usiamu?”
- “Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam
ini?”

Pertanyaan Terbuka

 Mampu mendorong orang untuk mengekspresikan


perasaan dan pikiran.
 Bisa memancing jawaban yang panjang.
 Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan
diri apa adanya.

Contoh :

- “Apa yang kau ketahui tentang infeksi menular


seksual (IMS)?”
- “Bagaimana rasanya ketika mengalami haid
pertama?”

Mendengar efektif
Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif
dapat dilakukan dengan cara:
 Menunjukkan minat mendengar.
 Memandang lawan bicara.
 Tidak memotong pembicaraan.

7
 Menunjukkan perhatian dengan cara bertanya.
 Mendorong peserta untuk terus bicara, dengan
melontarkan komentar kecil (misal: mm..., ya...), atau
ekspresi wajah tertentu (misalnya menganggukkan
kepala).

Gambar 3. Pendidik Sebaya Menguasai Komunikasi Interpersonal

8
Bab III

PERSIAPAN KEGIATAN
PENDIDIKAN SEBAYA

Sebelum melakukan kegiatan pendidikan sebaya, Pendidik


Sebaya perlu mempersiapkan beberapa hal, termasuk:
1. Persiapan pribadi.
2. Persiapan tempat.
3. Persiapan materi-materi informasi.

Persiapan Pribadi
Persiapan pribadi adalah hal-hal yang harus dimiliki pendidik
sebaya, meliputi:
1. Motivasi (keinginan) untuk melakukan kegiatan
pendidik sebaya sampai tuntas.
2. Bersedia menyisihkan waktu yang cukup, tidak ada
keterpaksaan.
3. Berada dalam kondisi fisik dan emosi yang sehat.
4. Refleksi pengetahuan yang dimiliki khususnya
kesehatan reproduksi.

9
Persiapan Tempat
1. Pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja asalkan
nyaman buat pendidik sebaya dan kelompoknya.
2. Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus. Dapat
dilakukan di teras masjid, di bawah pohon yang rindang,
di ruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, di
rumah peserta, dan sebagainya.
3. Tempat tidak perlu luas, asal bersih. sebaiknya tidak ada
orang lalu-lalang dan jauh dari kebisingan sehingga
diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan.
4. Perhatikan penerangan dan aliran udara.
5. Jika memungkinkan sediakan minuman dan makanan
kecil untuk menambah semangat belajar.

Gambar 4. Kegiatan Pendidik Sebaya di Teras Mesjid

10
Persiapan Materi Informasi
Pendidik sebaya sebaiknya mempersiapkan materi/bahan-
bahan yang diperlukan sebelum memulai pertemuan, antara
lain:
 Buku pengetahuan kesehatan reproduksi.
 Buku panduan pendidik sebaya.
 Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari
buku panduan yang telah dimiliki maupun bacaan
lainnya.
 Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan
dibicarakan, misalnya alat peraga, contoh-contoh kasus,
kliping koran, dan lain-lain.

Gambar 5. Kegiatan Pendidik Sebaya di Dalam Ruangan

11
Bab IV

PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN SEBAYA

Langkah-langkah yang harus diperhatikan agar kegiatan


pendidikan sebaya berjalan lancar:
1. Memilih peserta:
Pendidik sebaya memilih teman seusia yang berminat
terhadap kesehatan reproduksi. Kegiatan ini ditujukan
bagi peserta yang benar-benar berminat secara
sukarela untuk mengikuti seluruh pertemuan yang
telah disepakati. Hindari cara-cara pemaksaan.

2. Jumlah ideal peserta:


Idealnya, pendidikan sebaya diikuti oleh 10-12 peserta
agar setiap peserta mempunyai kesempatan bertanya.
Bila peserta terlalu banyak, tanya jawab menjadi
kurang efektif, dan peserta tidak akan mendapatkan
pemahaman serta pengetahuan yang cukup memadai.

Gambar 6. Peserta Pendidikan Sebaya

12
3. Melakukan pertemuan sekurangnya 6-8 kali (@2 jam).
Pendidik sebaya memulai acara dengan
menyampaikan materi selam 30 – 45 menit, selebihnya
digunakan untuk diskusi. Bila ada pertanyaan yang
tidak mampu dijawab, jawaban ditunda untuk
ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa dokter,
pemuka agama/masyarakat, dan lain-lain.

4. Tempat dan waktu pertemuan ditentukan bersama


oleh peserta, contohnya: di rumah peserta secara
bergilir, di Puskesmas.

5. Tempat duduk dibuat melingkar agar setiap orang


dapat saling memandang dan berbicara. Tujuan yang
lain adalah untuk menunjukkan kesetaraan antar
semua orang dan meningkatkan rasa nyaman.

Gambar 7. Tempat Duduk Diusahakan Melingkar

13
6. Topik-topik yang perlu dibahas:
 Seksualitas;
 Pengenalan organ reproduksi laki-laki dan
perempuan dan fungsinya masing-masing;
 Proses terjadinya kehamilan, termasuk kehamilan
yang tidak diinginkan dan bahaya aborsi yang
tidak aman;
 Metode-metode pencegahan kehamilan (metode
kontrasepsi);
 Infeksi menular seksual, termasuk HIV & AIDS;
 Gender ;
 Narkoba;
 Kesehatan masyarakat;
 Hubungan dengan pasangan baik sebelum dan
sesudah menikah, serta kekerasan terhadap
perempuan.

14
Bab V

KIAT-KIAT MENJADI
PENDIDIK SEBAYA YANG BERHASIL

Beberapa kiat menjadi pendidik sebaya yang berhasil:


 Bersedia untuk terus belajar dan memperluas
wawasan.
 Rajin mencari informasi tambahan.
 Menyisipkan humor dalam pemberian materi.
 Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan
suasana pembelajaran.
 Mau menerima kritikan dan saran yang membangun

Gambar 8. Memberikan Pujian pada Peserta

15
Pendidik sebaya harus melakukan hal-hal berikut:
 Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran.
 Menguasai materi.
 Melibatkan semua peserta dalam kegiatan
pembelajaran.
 Menggunakan alat bantu.
 Berbicara dengan jelas dan lantang.
 Memancing pertanyaan dari peserta.
 Mengatur waktu dengan cermat.
 Duduk dalam lingkaran agar dapat memandang
semua peserta.
 Menjaga kontak mata saat bicara.
 Memperhatikan bahasa tubuh peserta.
 Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta.
 Bersikap sabar dan percaya diri.

Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:


 Membelakangi peserta;
 Meremehkan komentar dan pendapat peserta;
 Membaca materi. Materi sebaiknya sudah dihapal
dan dipahami;
 Berbicara dengan nada keras kepada peserta.
 Menggurui.

16
 Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja,
sebaiknya memandang kepada keseluruhan secara
bergantian;
 Menilai dan menghakimi.

Gambar 9. Jangan Membelakangi Peserta

17
Bab VI

MENYAMPAIKAN INFORMASI KR
DALAM KELOMPOK BESAR
(Peserta Lebih 30-50 Orang)

Pendidik sebaya yang telah terlatih untuk memberikan atau


menyampaikan informasi keseharan reproduksi (KR) dalam
kelompok yang kecil dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya pada kelompok yang lebih besar. Disebut
kelompok besar bila jumlah peserta 30-50 orang. Kegiatan
ini sering disebut dengan penyuluhan. Contoh kegiatan ini
adalah:
 Ceramah di sekolah, misalnya: tentang narkoba dan
HIV & AIDS;
 Ceramah pada peringatan hari-hari khusus, misalnya:
acara Tujuh Belas Agustus, Hari Kartini, Hari
Pendidikan Nasional, dan sebagainya;
 Penyuluhan kader di desa;
 Penyuluhan pada organisasi kemasyarakatan,
misalnya: pramuka, karang taruna, pengajian, remaja
gereja, dan sebagainya.

18
Sebelum penyuluhan, seorang pendidik sebaya harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesiapan Pribadi
 Membaca materi yang akan disampaikan.
 Cari informasi mengenai peserta penyuluhan.
 Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan
perlu disesuaikan dengan keadaan peserta
penyuluhan.
 Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih
diri untuk kegiatan ceramah.

2. Pengaturan Tempat
 Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan
memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang
memudahkan interaksi antara pendidik dan
peserta.
 Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet
kebelakang seperti di kelas/sekolah. Idealnya
kursi tersusun membentuk huruf “U“.

3. Alat Bantu
 Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu,
misalnya: OHP, in-focus, pengeras suara
(microphone), listrik, dan sebagainya. Perhatikan
apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan
baik.
 Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar)
yang digunakan dapat dilihat oleh semua peserta
dengan mudah.

19
 Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan
jumlah baris kalimat dalam setiap tampilan tidak
lebih dari 7 baris ke bawah.
 Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf
besar yang jelas agar mudah terbaca.
4. Tiba di tempat ceramah lebih awal dari waktu
penyuluhan (+ 15-30 menit) untuk memeriksa
fasilitas alat bantu.

Pada saat penyuluhan, seorang pendidik sebaya harus


memperhatikan sebagai berikut:
1. Perkenalkan diri sebelum memulai
penyuluhan.
2. Secara singkat, sampaikan topik yang akan
disajikan dan tujuannya.
3. Sampaikan informasi secara menarik, berbicara
singkat dan mudah dimengerti. Sisipkan humor–
humor segar.
4. Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh
seluruh peserta. Hindari nada suara yang datar.
Jangan bicara terlalu cepat.
5. Kemukakan hal-hal yang penting terlebih
dahulu.
6. Tekankan hal-hal yang perlu diingat.
7. Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing,
misalnya: discharge, ovum, dan lain-lain.

20
8. Pada awal penyampaian dan setiap pergantian
topik, jangan lupa gali pengetahuan peserta
dengan cara memberikan 1 – 2 pertanyaan
terkait.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya komunikasi satu arah.
Contoh:
Topik penyuluhan: Infeksi Menular Seksual
(IMS)
Pertanyaan:
 “Apakah yang anda ketahui tentang IMS?”
 “Sebutkan jenis-jenis IMS?”
 ”Bagaimana cara menghindari penularan
IMS?”
9. Usahakan tidak menetap pada satu posisi atau
tempat, berdiri di belakang mimbar atau duduk
di belakang meja.
10. Jangan memandang pada satu arah atau
beberapa peserta saja. Bagi perhatian secara
merata.
11. Perhatikan bahasa tubuh peserta. Jika peserta
terlihat tidak mengerti atau tidak tertarik (terlihat
mengantuk atau berbicara dengan peserta lain),
pancing dengan pertanyaan yang dapat
mengungkapkan pengetahuan, pemahaman dan
perasaan peserta.

21
12. Beri kesempatan peserta untuk bertanya. Sekali-
kali, lempar pertanyaan peserta untuk dijawab
oleh peserta lain. Beri pujian kepada peserta
yang bertanya dan menjawab pertanyaan
(terutama dengan benar).
13. Alokasi waktu untuk setiap penyuluhan/
ceramah tidak lebih dari dua jam dengan
pembagian waktu penyampaian materi dan
diskusi 50% : 50%.
14. Kira-kira 10 menit terakhir, buat rangkuman dari
seluruh pembicaraan dan hasil diskusi.
15. Akan lebih baik jika pendidik sebaya
menyiapkan ringkasan informasi yang
dipresentasikan untuk dibagikan pada peserta di
akhir ceramah.
16. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
perpisahan dan terima kasih.

22
DAFTAR PUSTAKA

Budiharsana, Meiwita dan H. Lestari. Buku Saku Kesehatan


Reproduksi Remaja. Draft. Jakarta: YAI, 2001.
Budiharsana, Meiwita dan H. Lestari. Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR). Jakarta: the Ford Foundation dan BKKBN,
2002.
Djajadilaga. Langkah-langkah Praktek Paket Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta: Depkes RI, 1999.
FCI, Commitments to Sexual and Reproductive Health and Rights
for All: Framework for Action. New York: Family Care
International, 1995.
Harris, Robie H. Changing Bodies, Growing Up, Sex, and Sexual
Health: It’s Perfectly Normal. Cambridge, MD: Candlewick
Press, first paper back edition 1996.
Hatcher, Robert et.al. The Essentials of Contraceptive Technology.
Baltimore: JHU-CCP, July 1997.
Henry, Jill Tabutt, N. Widyantoro, dan K. Graff. Trainer’s
Guide: Counselling the Postabortion Patient: Training for
Service Providers. NY: AVSC International, November
1999.
LBH-APIK. Penganiayaan terhadap Istri adalah Kejahatan.
Lembar informasi Seri 6. Jakarta: LBH-APIK, nd.
Murniati, Nunuk (ed.). Gerakan Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan Indonesian. Jakarta: GAKTPI, 1997

23
Marcoes, Lies, G. Wandita, and E. Prasetyo (eds.). Bila
Perempuan Tidak Ada Dokter: Panduan Perawatan
Kesehatan dan Pengobatan bagi Perempuan. Jakarta:
INSIST Press, Ford Foundation, JKPIT, 1999 (Buku asli:
Burns, A. August et.al. Where Women Have No Doctor: A
Health Guide for Women. Berkeley, California: The
Hesperian Foundation, 1997.).
Mitra Perempuan. Perubahan dalam Sistem Peradilan Pidana
untuk Penghapusan Terhadap Perempuan. Hasil Lokakarya.
Jakarta: Mitra Perempuan, 1999.
Mitra Perempuan. Istri & Anak Butuh Kasih Sayang Bukan
Kekerasan. Serial Pendidikan dan Penyadaran Masyarakat.
Jakarta: Mitra Perempuan, 1999.
Outlook. Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun Perubahan
yang Bermakna Volume 16. USA: PATH, 2000
PAHO/WHO. Promotion of Sexual Health: Recommendations for
Action. Guatemala: PAHO/WHO, May 19-22, 2000
Rifka Annisa. Kekerasan Terhadap Istri. (Brochure).
Yogyakarta: Rifka Annisa dan the Ford Foundation, nd.
Sadli, Saparinah, dkk. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Konselor Kontap. Jakarta: PKMI, 1991.
The Boston Women’s Health Book Collective. The New Our
Bodies, Ourselves. New York: Simon & Schuster, Inc. 1976.
Widyantoro, Ninuk. Abortion Counselling in Vietnam. NY:
AVSC, 1998.
Widyantoro, Ninuk (Pengalaman pribadi).
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Kekerasan Terhadap
Perempuan: Program Seri Lokakarya Kesehatan Perempuan.
Jakarta: YLKI dan the Ford Foundation, 1998.

24
Lampiran

CONTOH PENYAMPAIAN

MATERI KESEHATAN REPRODUKSI

BAGI PENDIDIK SEBAYA

Pendidik sebaya diharapkan kreatif dalam menyampaikan materi


kesehatan reproduksi. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menghindari kebosanan dalam penyampaian. Penyampaian
materi bisa dilakukan dengan cara curah pendapat, diskusi
kelas/kelompok, bermain peran/drama, demonstrasi, ceramah
singkat, dll. Berikut ini adalah salah satu contoh cara
penyampaian.

A. Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya


(120 Menit)

1. Katakan kepada peserta bahwa sekarang kita akan


membahas mengenai alat-alat reproduksi manusia.
2. Bagikan gambar peta buta alat reproduksi perempuan dan
laki-laki, minta peserta untuk menuliskan nama-nama dari
alat reproduksi yang telah ditentukan. Minta beberapa
peserta untuk mengemukakan jawaban mereka

25
3. Tayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi
perempuan dan laki-laki yang telah dilengkapi dengan
nama masing-masing bagian alat reproduksi tersebut.
Bahas bersama peserta nama lain yang biasa digunakan di
daerah masing-masing.
4. Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya “indung
telur adalah tempat sel telur diproduksi.” Beri kesempatan
peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka dan
mengajukan pertanyaan.
5. Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi
dan fungsinya.

Gambar 10. Organ Reproduksi Laki-laki Gambar 11. Organ Reproduksi Perempuan

26
B. Remaja dan Perkembangannya
(60 Menit)

1. Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika


mereka memasuki masa akil baligh. Tanyakan kepada
mereka tanda-tanda dan perubahan apa yang mereka
rasakan, baik fisik maupun perasaan mereka. Bahas
bersama mengenai perkembangan emosi dan seksual yang
terjadi pada masa tersebut. Bahas pula mengenai isu-isu
yang terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan
masturbasi pada remaja laki-laki, serta menstruasi pada
remaja perempuan. Tanyakan pengalaman dan
penghayatan peserta ketika mengalami perubahan dan
berbagai tanda tadi. Tekankan kepada peserta bahwa
semua hal tersebut wajar terjadi pada seorang remaja.
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mendiskusikan pengalaman-pengalamannya.

C. Seks, Seksualitas Dan Gender


(120 Menit)

1. Lakukan permainan mengenai kelahiran bayi. Minta


seorang peserta perempuan berperan sebagai ibu yang
baru melahirkan. Minta peserta tersebut duduk sambil
menggendong bayinya (boneka), disebelahnya peserta lain
diminta berperan sebagai suaminya. Beberapa peserta
diminta menjadi tamu dan menanyakan berbagai hal
sehubungan dengan kelahiran bayi. Misalnya, “bayimu
laki-laki atau perempuan?” “jika besar nanti, kamu ingin
anakmu menjadi apa?” “Kamu sendiri sebenarnya
menginginkan bayi laki-laki atau perempuan?” dsb. Para
tamu diminta pula untuk mengomentari jawaban
pasangan suami istri tersebut.

27
2. Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari
permainan tadi. Kemudian pelatih menjelaskan beda
antara “seks” dan “gender.” Gunakan lembar transparan
bertuliskan definisi kedua kata tersebut. Jelaskan pula
mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan
mengenai konsep lain yang terkait, seperti: kesehatan
seksual, hak-hak reproduksi, dan lain-lain. Berikan
contoh-contoh kongkrit sebanyak mungkin. Kaitkan
dengan perkembangan seksual remaja dan ketimpangan
gender yang ada. Jangan lupa memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya. Pertanyaan peserta
mungkin meluas hingga ke aspek perilaku seksual suatu
daerah tertentu, misalnya “Sifon” di Nusa Tenggara Timur
(mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah
seorang laki-laki di khitan) atau budaya penggunaan
“tongkat Madura” (semacam batang kayu yang
dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap cairan
vagina).

D. Hubungan Seksual, Kehamilan dan


Pencegahannya, Serta Aborsi
(180 Menit)

1. Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya


adalah hubungan seksual, kehamilan dan pencegahannya,
serta aborsi.
2. Lakukan curah pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan hubungan seksual. Lengkapi jawaban dengan
penjelasan bahwa hubungan seksual dalam bahasan ini
merujuk kepada ekspresi/tindakan seksual yang
berpeluang besar untuk terjadinya kehamilan. Misalnya
dengan mendekatkan, menggesekkan, memasukkan

28
sebagian atau seluruh penis ke dalam vagina
memungkinkan masuknya sperma ke dalam vagina.
3. Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi
peserta menjadi beberapa kelompok kecil @ 4-5 orang.
Minta kelompok untuk membahas proses terjadinya suatu
kehamilan. Beri peserta waktu 15 menit untuk
mendiskusikan dan menyiapkan hasil diskusi
kelompoknya untuk dipresentasikan.
4. Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan
lembar balik transparan tentang proses kehamilan.
5. Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan
beralih pada pembahasan mengenai pencegahan
kehamilan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai
metode/cara untuk mencegah kehamilan. Ajak peserta
untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini.
Pelatih perlu menjelaskan bahwa cara pencegahan
kehamilan terbagi dalam cara alami (misalnya: metode
kalendar/pantang berkala, senggama terputus,
pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern
(misalnya: kondom, AKDR/IDU, spiral, pil, suntik, susuk,
PKPK/pil kontrasepsi pencegah kehamilan, sterilisasi).
Gunakan buku Pedoman Kesehatan Reproduksi sebagai
rujukan. Lakukan tanya jawab.
6. Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas
mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Lontarkan
pertanyaan: “Kondisi dan alasan apa saja yang membuat suatu
kehamilan tidak diinginkan?” Lakukan pembahasan dengan
merujuk buku Pedoman Kesehatan Reproduksi mengenai
kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta untuk
memberikan contoh-contoh yang ada di lingkungan
sekitar tempat tinggal.
7. Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam
pembicaraan ini. Lakukan permainan pendahuluan
29
“jaring laba-laba.” Minta enam peserta untuk menjadi
relawan. Satu peserta diminta berperan sebagai remaja
putri (RP) yang mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan, karenanya ingin mengugurkan
kandungannya. Lima peserta lainnya berdiri
mengelilinginya. Peserta lain diminta menjadi observer.
Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat RP tersebut.
Katakan bahwa RP adalah murid SMU kelas 2 yang
dihamili dan ditinggal pergi oleh pacar. Pelatih
menanyakan pertanyaan sebagai berikut:
 “Mengapa RP memutuskan untuk menghentikan
kehamilannya?”
Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban.
Untuk setiap jawaban yang dampaknya memberatkan RP,
minta para peserta yang mengelilingi untuk menjeratkan
tali secara bergiliran pada tubuh RP. Semakin banyak
jawaban yang memberatkan RP semakin banyak jeratan
pada tubuhnya. Kemudian pancing pendapat peserta
bagaimana mencegah terjadinya kejadian kehamilan yang
tidak diinginkan. Setiap jawaban yang memberikan
pemecahan persoalan, membuka jeratan yang melingkar
di tubuh RP. Setelah permainan selesai, ajak peserta untuk
merenungkan dan memberikan pendapat mengenai
makna dari permainan tadi.
8. Terangkan bahwa ada dua jenis aborsi, yaitu: aborsi
spontan dan aborsi yang disengaja.
9. Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai
aborsi aman dan aborsi tidak aman. Terangkan mengenai
macam-macam aborsi tidak aman, seperti: pijatan, minum
jamu atau obat-obatan, loncat-loncat, dan lain-lain.
Jelaskan bahwa aborsi aman tidak sama dengan
infanticida (pembunuhan bayi). Berikan kesempatan pada
peserta untuk mengemukakan pendapatnya.

30
E. Infeksi Menular Seksual (IMS)
(180 Menit)

1. Katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih kepada


topik IMS. Bagi peserta ke dalam kelompok kecil @ 4
orang. Minta setiap kelompok untuk membahas macam-
macam IMS yang mereka ketahui dan cara pengobatan
yang biasa dilakukan di daerah masing-masing. Setelah 10
menit, minta salah seorang wakil setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi mereka.
2. Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan
menjelaskan dan menayangkan lembar transparan berisi
mengenai macam-macam IMS, gejala, masa inkubasi,
efeknya, cara pengobatan dan perkiraan besar biaya
pengobatan. Gunakan pula rujukan dari buku Pedoman
Kesehatan Reproduksi. Berikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

F. Kekerasan Terhadap Perempuan


(60 Menit)

1. Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya


adalah kekerasan terhadap perempuan.
2. Lontarkan pertanyaan “Mengapa kekerasan terhadap
perempuan dan bukan kekerasan terhadap laki-laki yang
dijadikan topik bahasan?" Lengkapi jawaban peserta dengan
menjelaskan bahwa korban kekerasan umumnya adalah
kelompok yang dianggap paling lemah dalam masyarakat,
dalam hal ini adalah perempuan dan anak-anak.
3. Lakukan curah pendapat mengenai beberapa macam
kekerasan yang biasa terjadi pada perempuan. Minta

31
beberapa peserta untuk menyebutkan beberapa contoh
kekerasan yang biasa terjadi di daerah masing-masing.
diskusikan bersama.

32
BUKU HARIAN PENDIDIK SEBAYA

Nama :

Alamat :

Desa/ Kelurahan :

Kecamatan :

Kab/ Kota :

Propinsi :

33
DATA PESERTA KEGIATAN
PENDIDIKAN SEBAYA
No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
kelamin Terakhir

34
DATA PESERTA KEGIATAN
PENDIDIKAN SEBAYA
No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
kelamin Terakhir

35
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

36
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

37
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

38
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

39
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

40
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

41
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

42
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :

No Nama Peserta Paraf Keterangan

43
REKAPITULASI
Pertemuan Topik Jumlah Keterangan
ke Hadir

44
REKAPITULASI
Pertemuan Topik Jumlah Keterangan
ke Hadir

45
CATATAN

46
CATATAN

47

Anda mungkin juga menyukai