Panduan Pendidik Sebaya: Seksualitas Dan Kesehatan Reproduksi
Panduan Pendidik Sebaya: Seksualitas Dan Kesehatan Reproduksi
Disusun oleh:
Ninuk Widyantoro
Herna Lestari
Diterbitkan oleh:
i
ii
PRAKATA
Konferensi Kependudukan di Kairo tahun 1994
merekomendasikan kesehatan reproduksi yang merupakan
sehat fisik, mental, dan sosial saat individu melaksanakan
fungsi dan proses reproduksi (ICPD 1994).
Penyusun
April 2008
iii
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR PUSTAKA 23
v
LAMPIRAN 25
A. Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya 25
B. Remaja dan Perkembangannya 27
C. Seks, Seksualitas, dan Gender 27
D. Hubungan Seksual, Kehamilan, dan Pencegahannya,
serta Aborsi 28
E. Infeksi Menular Seksual 31
F. Kekerasan terhadap perempuan 31
G. Buku Harian Pendidik Sebaya 33
vi
BAB I
PENDIDIK SEBAYA:
DEFINISI DAN PERSYARATAN
Masa remaja merupakan masa kritis, bila tidak memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang memadai tentang
kesehatan reproduksi, mereka bisa terjebak dalam perilaku
yang bisa membahayakan. Pendidikan oleh orang-orang
sebaya merupakan salah satu cara berpotensi untuk
memberdayakan remaja agar mereka terhindar dari masalah-
masalah kesehatan reproduksi yang dapat mengancam masa
depan dan keselamatan jiwanya.
1
Mengapa Pendidik Sebaya Diperlukan?
Mereka menggunakan bahasa yang kurang lebih sama
sehingga informasi mudah dipahami oleh sebayanya.
2
Pengetahuan yang Perlu Dimiliki
Pendidik Sebaya
Pengetahuan seksualitas dan kesehatan reproduksi,
mencakup: serba-serbi seksualitas, organ reproduksi
dan fungsinya, proses terjadinya kehamilan, infeksi
menular seksual (IMS) termasuk HIV & AIDS, metode
kontrasepsi, narkoba dan isu-isu kesehatan reproduksi
lainnya (termasuk mitos-mitos terkait yang
berkembang di masyarakat);
3
Gambar 2. Pendidik Sebaya harus Berwawasan Luas
4
Bab II
KETERAMPILAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
5
Komunikasi Verbal dan Non-Verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan
menggunakan kata-kata. Pendidik sebaya hendaknya:
Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah
dipahami kelompok sebayanya.
Menghindari istilah yang sulit dimengerti (bahasa
asing, terminologi medis).
Menghindari kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan peserta.
Cara Bertanya
Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka.
Pertanyaan Tertutup
Adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban yang
singkat. Bisa dijawab dengan “Ya“ dan “Tidak.”
Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk
menggali informasi dasar.
6
Tidak memberi kesempatan peserta untuk menjelaskan
perasaan/pendapatnya. Contoh:
- “Berapa usiamu?”
- “Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam
ini?”
Pertanyaan Terbuka
Contoh :
Mendengar efektif
Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif
dapat dilakukan dengan cara:
Menunjukkan minat mendengar.
Memandang lawan bicara.
Tidak memotong pembicaraan.
7
Menunjukkan perhatian dengan cara bertanya.
Mendorong peserta untuk terus bicara, dengan
melontarkan komentar kecil (misal: mm..., ya...), atau
ekspresi wajah tertentu (misalnya menganggukkan
kepala).
8
Bab III
PERSIAPAN KEGIATAN
PENDIDIKAN SEBAYA
Persiapan Pribadi
Persiapan pribadi adalah hal-hal yang harus dimiliki pendidik
sebaya, meliputi:
1. Motivasi (keinginan) untuk melakukan kegiatan
pendidik sebaya sampai tuntas.
2. Bersedia menyisihkan waktu yang cukup, tidak ada
keterpaksaan.
3. Berada dalam kondisi fisik dan emosi yang sehat.
4. Refleksi pengetahuan yang dimiliki khususnya
kesehatan reproduksi.
9
Persiapan Tempat
1. Pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja asalkan
nyaman buat pendidik sebaya dan kelompoknya.
2. Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus. Dapat
dilakukan di teras masjid, di bawah pohon yang rindang,
di ruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, di
rumah peserta, dan sebagainya.
3. Tempat tidak perlu luas, asal bersih. sebaiknya tidak ada
orang lalu-lalang dan jauh dari kebisingan sehingga
diskusi bisa berlangsung tanpa gangguan.
4. Perhatikan penerangan dan aliran udara.
5. Jika memungkinkan sediakan minuman dan makanan
kecil untuk menambah semangat belajar.
10
Persiapan Materi Informasi
Pendidik sebaya sebaiknya mempersiapkan materi/bahan-
bahan yang diperlukan sebelum memulai pertemuan, antara
lain:
Buku pengetahuan kesehatan reproduksi.
Buku panduan pendidik sebaya.
Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari
buku panduan yang telah dimiliki maupun bacaan
lainnya.
Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan
dibicarakan, misalnya alat peraga, contoh-contoh kasus,
kliping koran, dan lain-lain.
11
Bab IV
PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN SEBAYA
12
3. Melakukan pertemuan sekurangnya 6-8 kali (@2 jam).
Pendidik sebaya memulai acara dengan
menyampaikan materi selam 30 – 45 menit, selebihnya
digunakan untuk diskusi. Bila ada pertanyaan yang
tidak mampu dijawab, jawaban ditunda untuk
ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa dokter,
pemuka agama/masyarakat, dan lain-lain.
13
6. Topik-topik yang perlu dibahas:
Seksualitas;
Pengenalan organ reproduksi laki-laki dan
perempuan dan fungsinya masing-masing;
Proses terjadinya kehamilan, termasuk kehamilan
yang tidak diinginkan dan bahaya aborsi yang
tidak aman;
Metode-metode pencegahan kehamilan (metode
kontrasepsi);
Infeksi menular seksual, termasuk HIV & AIDS;
Gender ;
Narkoba;
Kesehatan masyarakat;
Hubungan dengan pasangan baik sebelum dan
sesudah menikah, serta kekerasan terhadap
perempuan.
14
Bab V
KIAT-KIAT MENJADI
PENDIDIK SEBAYA YANG BERHASIL
15
Pendidik sebaya harus melakukan hal-hal berikut:
Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran.
Menguasai materi.
Melibatkan semua peserta dalam kegiatan
pembelajaran.
Menggunakan alat bantu.
Berbicara dengan jelas dan lantang.
Memancing pertanyaan dari peserta.
Mengatur waktu dengan cermat.
Duduk dalam lingkaran agar dapat memandang
semua peserta.
Menjaga kontak mata saat bicara.
Memperhatikan bahasa tubuh peserta.
Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta.
Bersikap sabar dan percaya diri.
16
Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja,
sebaiknya memandang kepada keseluruhan secara
bergantian;
Menilai dan menghakimi.
17
Bab VI
MENYAMPAIKAN INFORMASI KR
DALAM KELOMPOK BESAR
(Peserta Lebih 30-50 Orang)
18
Sebelum penyuluhan, seorang pendidik sebaya harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesiapan Pribadi
Membaca materi yang akan disampaikan.
Cari informasi mengenai peserta penyuluhan.
Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan
perlu disesuaikan dengan keadaan peserta
penyuluhan.
Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih
diri untuk kegiatan ceramah.
2. Pengaturan Tempat
Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan
memungkinkan atur kursi/tempat duduk yang
memudahkan interaksi antara pendidik dan
peserta.
Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet
kebelakang seperti di kelas/sekolah. Idealnya
kursi tersusun membentuk huruf “U“.
3. Alat Bantu
Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu,
misalnya: OHP, in-focus, pengeras suara
(microphone), listrik, dan sebagainya. Perhatikan
apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan
baik.
Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar)
yang digunakan dapat dilihat oleh semua peserta
dengan mudah.
19
Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan
jumlah baris kalimat dalam setiap tampilan tidak
lebih dari 7 baris ke bawah.
Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf
besar yang jelas agar mudah terbaca.
4. Tiba di tempat ceramah lebih awal dari waktu
penyuluhan (+ 15-30 menit) untuk memeriksa
fasilitas alat bantu.
20
8. Pada awal penyampaian dan setiap pergantian
topik, jangan lupa gali pengetahuan peserta
dengan cara memberikan 1 – 2 pertanyaan
terkait.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya komunikasi satu arah.
Contoh:
Topik penyuluhan: Infeksi Menular Seksual
(IMS)
Pertanyaan:
“Apakah yang anda ketahui tentang IMS?”
“Sebutkan jenis-jenis IMS?”
”Bagaimana cara menghindari penularan
IMS?”
9. Usahakan tidak menetap pada satu posisi atau
tempat, berdiri di belakang mimbar atau duduk
di belakang meja.
10. Jangan memandang pada satu arah atau
beberapa peserta saja. Bagi perhatian secara
merata.
11. Perhatikan bahasa tubuh peserta. Jika peserta
terlihat tidak mengerti atau tidak tertarik (terlihat
mengantuk atau berbicara dengan peserta lain),
pancing dengan pertanyaan yang dapat
mengungkapkan pengetahuan, pemahaman dan
perasaan peserta.
21
12. Beri kesempatan peserta untuk bertanya. Sekali-
kali, lempar pertanyaan peserta untuk dijawab
oleh peserta lain. Beri pujian kepada peserta
yang bertanya dan menjawab pertanyaan
(terutama dengan benar).
13. Alokasi waktu untuk setiap penyuluhan/
ceramah tidak lebih dari dua jam dengan
pembagian waktu penyampaian materi dan
diskusi 50% : 50%.
14. Kira-kira 10 menit terakhir, buat rangkuman dari
seluruh pembicaraan dan hasil diskusi.
15. Akan lebih baik jika pendidik sebaya
menyiapkan ringkasan informasi yang
dipresentasikan untuk dibagikan pada peserta di
akhir ceramah.
16. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
perpisahan dan terima kasih.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
Marcoes, Lies, G. Wandita, and E. Prasetyo (eds.). Bila
Perempuan Tidak Ada Dokter: Panduan Perawatan
Kesehatan dan Pengobatan bagi Perempuan. Jakarta:
INSIST Press, Ford Foundation, JKPIT, 1999 (Buku asli:
Burns, A. August et.al. Where Women Have No Doctor: A
Health Guide for Women. Berkeley, California: The
Hesperian Foundation, 1997.).
Mitra Perempuan. Perubahan dalam Sistem Peradilan Pidana
untuk Penghapusan Terhadap Perempuan. Hasil Lokakarya.
Jakarta: Mitra Perempuan, 1999.
Mitra Perempuan. Istri & Anak Butuh Kasih Sayang Bukan
Kekerasan. Serial Pendidikan dan Penyadaran Masyarakat.
Jakarta: Mitra Perempuan, 1999.
Outlook. Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun Perubahan
yang Bermakna Volume 16. USA: PATH, 2000
PAHO/WHO. Promotion of Sexual Health: Recommendations for
Action. Guatemala: PAHO/WHO, May 19-22, 2000
Rifka Annisa. Kekerasan Terhadap Istri. (Brochure).
Yogyakarta: Rifka Annisa dan the Ford Foundation, nd.
Sadli, Saparinah, dkk. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Konselor Kontap. Jakarta: PKMI, 1991.
The Boston Women’s Health Book Collective. The New Our
Bodies, Ourselves. New York: Simon & Schuster, Inc. 1976.
Widyantoro, Ninuk. Abortion Counselling in Vietnam. NY:
AVSC, 1998.
Widyantoro, Ninuk (Pengalaman pribadi).
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Kekerasan Terhadap
Perempuan: Program Seri Lokakarya Kesehatan Perempuan.
Jakarta: YLKI dan the Ford Foundation, 1998.
24
Lampiran
CONTOH PENYAMPAIAN
25
3. Tayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi
perempuan dan laki-laki yang telah dilengkapi dengan
nama masing-masing bagian alat reproduksi tersebut.
Bahas bersama peserta nama lain yang biasa digunakan di
daerah masing-masing.
4. Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya “indung
telur adalah tempat sel telur diproduksi.” Beri kesempatan
peserta untuk mengemukakan pengetahuan mereka dan
mengajukan pertanyaan.
5. Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi
dan fungsinya.
Gambar 10. Organ Reproduksi Laki-laki Gambar 11. Organ Reproduksi Perempuan
26
B. Remaja dan Perkembangannya
(60 Menit)
27
2. Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari
permainan tadi. Kemudian pelatih menjelaskan beda
antara “seks” dan “gender.” Gunakan lembar transparan
bertuliskan definisi kedua kata tersebut. Jelaskan pula
mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan
mengenai konsep lain yang terkait, seperti: kesehatan
seksual, hak-hak reproduksi, dan lain-lain. Berikan
contoh-contoh kongkrit sebanyak mungkin. Kaitkan
dengan perkembangan seksual remaja dan ketimpangan
gender yang ada. Jangan lupa memberikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya. Pertanyaan peserta
mungkin meluas hingga ke aspek perilaku seksual suatu
daerah tertentu, misalnya “Sifon” di Nusa Tenggara Timur
(mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah
seorang laki-laki di khitan) atau budaya penggunaan
“tongkat Madura” (semacam batang kayu yang
dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap cairan
vagina).
28
sebagian atau seluruh penis ke dalam vagina
memungkinkan masuknya sperma ke dalam vagina.
3. Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi
peserta menjadi beberapa kelompok kecil @ 4-5 orang.
Minta kelompok untuk membahas proses terjadinya suatu
kehamilan. Beri peserta waktu 15 menit untuk
mendiskusikan dan menyiapkan hasil diskusi
kelompoknya untuk dipresentasikan.
4. Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan
lembar balik transparan tentang proses kehamilan.
5. Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan
beralih pada pembahasan mengenai pencegahan
kehamilan. Lakukan curah pendapat mengenai berbagai
metode/cara untuk mencegah kehamilan. Ajak peserta
untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini.
Pelatih perlu menjelaskan bahwa cara pencegahan
kehamilan terbagi dalam cara alami (misalnya: metode
kalendar/pantang berkala, senggama terputus,
pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern
(misalnya: kondom, AKDR/IDU, spiral, pil, suntik, susuk,
PKPK/pil kontrasepsi pencegah kehamilan, sterilisasi).
Gunakan buku Pedoman Kesehatan Reproduksi sebagai
rujukan. Lakukan tanya jawab.
6. Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas
mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Lontarkan
pertanyaan: “Kondisi dan alasan apa saja yang membuat suatu
kehamilan tidak diinginkan?” Lakukan pembahasan dengan
merujuk buku Pedoman Kesehatan Reproduksi mengenai
kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta untuk
memberikan contoh-contoh yang ada di lingkungan
sekitar tempat tinggal.
7. Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam
pembicaraan ini. Lakukan permainan pendahuluan
29
“jaring laba-laba.” Minta enam peserta untuk menjadi
relawan. Satu peserta diminta berperan sebagai remaja
putri (RP) yang mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan, karenanya ingin mengugurkan
kandungannya. Lima peserta lainnya berdiri
mengelilinginya. Peserta lain diminta menjadi observer.
Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat RP tersebut.
Katakan bahwa RP adalah murid SMU kelas 2 yang
dihamili dan ditinggal pergi oleh pacar. Pelatih
menanyakan pertanyaan sebagai berikut:
“Mengapa RP memutuskan untuk menghentikan
kehamilannya?”
Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban.
Untuk setiap jawaban yang dampaknya memberatkan RP,
minta para peserta yang mengelilingi untuk menjeratkan
tali secara bergiliran pada tubuh RP. Semakin banyak
jawaban yang memberatkan RP semakin banyak jeratan
pada tubuhnya. Kemudian pancing pendapat peserta
bagaimana mencegah terjadinya kejadian kehamilan yang
tidak diinginkan. Setiap jawaban yang memberikan
pemecahan persoalan, membuka jeratan yang melingkar
di tubuh RP. Setelah permainan selesai, ajak peserta untuk
merenungkan dan memberikan pendapat mengenai
makna dari permainan tadi.
8. Terangkan bahwa ada dua jenis aborsi, yaitu: aborsi
spontan dan aborsi yang disengaja.
9. Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai
aborsi aman dan aborsi tidak aman. Terangkan mengenai
macam-macam aborsi tidak aman, seperti: pijatan, minum
jamu atau obat-obatan, loncat-loncat, dan lain-lain.
Jelaskan bahwa aborsi aman tidak sama dengan
infanticida (pembunuhan bayi). Berikan kesempatan pada
peserta untuk mengemukakan pendapatnya.
30
E. Infeksi Menular Seksual (IMS)
(180 Menit)
31
beberapa peserta untuk menyebutkan beberapa contoh
kekerasan yang biasa terjadi di daerah masing-masing.
diskusikan bersama.
32
BUKU HARIAN PENDIDIK SEBAYA
Nama :
Alamat :
Desa/ Kelurahan :
Kecamatan :
Kab/ Kota :
Propinsi :
33
DATA PESERTA KEGIATAN
PENDIDIKAN SEBAYA
No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
kelamin Terakhir
34
DATA PESERTA KEGIATAN
PENDIDIKAN SEBAYA
No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
kelamin Terakhir
35
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
36
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
37
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
38
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
39
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
40
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
41
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
42
ABSENSI PERTEMUAN
Pertemuan ke :
Topik :
Hari/ tanggal :
Waktu :
Tempat :
43
REKAPITULASI
Pertemuan Topik Jumlah Keterangan
ke Hadir
44
REKAPITULASI
Pertemuan Topik Jumlah Keterangan
ke Hadir
45
CATATAN
46
CATATAN
47