Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL

PENGARUH ENDORPHINE MASSAGE TERHADAP

KECEMASAN IBU BERSALIN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SEKO

OLEH :

HAMRIANI

NIM : BK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa.

Karena berat rahmat dan karunia-nyalah sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini dengan judul “Pengaruh Endorphine

Massage Terhadap Kecemasan Ibu bersalin Di Wilayah Kerja

Puskesmas Seko” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal ini,

penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan namun berkat

bimbingan, bantuan dan dorongan baik moril maupun material dari

berbagai pihak sehingga masalah ini dapat teratasi danpenulis dapat

menyelesaikan proposal ini tepat pada waktunya.

Untuk itu melalui kesempatan ini, peneliti mengucapkan rasa

hormat serta terimah kasih danpenghargaan yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Ibu Juliani Sirajuddin, SKM, M.Kes selaku ketua Yayasan Graha

Edukasi Makassar

2. Ibu Dr. Nurhikmah SKM, S.ST, M.Kes selaku ketua Stikes Graha

Edukasi Makasar

3. Bpk Rusli Taher S.Kep, Ns, M.Kes selaku wakil ketua Stikes

Garaha Edukasi Makassar.


4. Ibu Kartika Asli, SST, M.Keb selaku pembibing yang telah memberi

banyak masukan, saran dan kesediaan meluangkan waktu, pikiran

dan tenaga dalam menyusun proposal ini.

5. Bpk dr. Fauziah Dachlan saleh M.Kes selaku kepala Puskesmas

Seko yang sudah memberi izin untuk pengambilan data awal.

6. Para dosen dan staf yang banyak memberikan bantuan dan

motivasi selama penulis mengikuti pendidikan di Stikes Graha

Edukasi Makassar.

7. Teristimewa untuk kedua Orang Tua tercinta AyahandaStepanus

Karmomjanan dan Ibunda Nelci .P. Karmomjanan , serta Kakak

saya Theresia Karmomjanan ,Maria .F. Karmomjanan Wellhelmus

Karmomjanan, Salfester Karmomjanan, dan Adik saya Oktofianus,

Karmomjanan, Yeheskel Karmomjanan, Riski .K. Karmomjanan.

Yang selama ini mencurahkan doa, serta memberikan perhatian

dan kasih sayangnya kepada penulis dan juga memberikan

bantuan moril dan material tanpa mereka penulis tidak dapat

menempuh pendidikan sampai sekarang.

8. Terimakasih juga saya ucapkan kepada keluarga besar saya atas

doa dan dukungan yang diberikan kepada saya selama proses

perkuliahan dan pembuatan proposal.


9. Terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu

DIV Kebidanan Stikes Graha Edukasi Makkassar Angakatan 2016

yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya. Yang telah

membantu dalam penyusuna proposal ini.

10. Terimakasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu atas motivasi dan dukungannya.

Dengan Kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun

dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga proposal ini

bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, November 2020

Mengetahui :

Hamriani
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................

KATA PENGANTAR.........................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................

C. Tujuan Penulisan………………………………………..............

D. Manfaat Penulisan.......................................

E. Keaslian Penelitian.......................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................

A. Tinjauan Umum Tentang Konsep Persalinan...............


1. Defenisi Persalinan
2. Sebab – sebab Mulainya Persalinan
3. Persalinan Berdasarkan Teknik
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
5. erjalanan Persalinan secara Klinis
6. Tahapan-tahapan dalam persalinan...............................
B. Tinjauan Umum Tentang Konsep Endorphin Massage............

1. Pengertian Endorphin Massage.................

2. Manfaat Endorphin Massage....................................

3. Tehnik Endorphin Massage.................................................

4. Fisiologi Pengeluaran Hormon Endorphin.................................

C. Tinjauan Umum Tentang Konsep Kecemasan.......

1. Konsep Kecamasan..........................

2. Tanda Dan Gejala Kecemasan...................

3. Rentang Respon Kecemasan..................

4.Proses Terjadinya Kecemasan.............................

5. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)..........

6. Penatalaksanaan Kecemasan....................................................

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan...........................

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka kosep...............................................................

B. Hipotesis

1. Hipotesis alternatif (Ha)

2. Hipotesis Nol (Ho)


C. Defenisis operasional

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian........................................................................41

B. Lokasi dan waktu penelitian.......................................................42

C. Populasi dan sampel ......................................................42

D. Instrumen penelitian...................................................................43

E. Pengolahan hasil penelitian............................................... 44

F. Analisa data ...............................................................................47

G. Etika penelitian...........................................................................49

H. Alur penelitian.............................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurunkan

angka kematian ibu merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium Development

Goals (MDGs). Pembangunan MDGs memiliki 8 tujuan, yaitu

memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan

untuk semua, mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan

perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan

kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular

lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan

mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Meningkatkan kesehatan ibu merupakan target kelima, dimana target


yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai

dengan tiga perempat jumlah kematian ibu.

Kini Dunia kembali merumuskan komitmen global untuk 15

tahun ke depan. Kali ini diberi nama Sustainable Development Goals

(SGDs) yang akan dicapai sampai dengan tahun 2030.

Target rinci telah disusun dalam 17 indikator. Menurut

Laporan Bappenas (2015), beberapa point yang tidak tercapai pada

MDGs selama 10 terakhir ini meliputi indikator kemiskinan, konsumsi

protein, termasuk angka kematian ibu (AKI) dan pengendalian

lingkungan, khususnya sumber air dan sanitasi dasar. Target yang

nyata belum tercapai dalam MGDs adalah tujuan ke lima yaitu

meningkatkan status kesehatan ibu yang indikatornya adalah Angka

Kematian Ibu (AKI) yang pada tahun 2015 ditargetkan akan

mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. Pada kenyataannya

target ini tidak tercapai malah cenderung meningkat yaitu 359 per

100.000 kelahiran hidup. Ini dikarenakan banyaknya pernikahan

diusia muda (Kemenkes, 2013).

Masalah kehamilan dan persalinan merupakan fokus

perhatian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pada

proses persalinan terjadi sebuah kombinasi antara proses fisik dan

pengalaman emosional bagi seorang perempuan. Salah satu faktor

psikis yang mempengaruhi persalinan yaitu rasa cemas dan takut


dalam menghadapi persalinan. Persalinan merupakan proses

pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membran dari dalam rahim

melalui jalan lahir. Proses ini diawali dari pembukaan dan dilatasi

serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan

kekuatan yang teratur. Persalinan dibagi menjadi empat tahapan,

yaitu kala I, kala II, kala III, dan kala IV. Kala I persalinan ditetapkan

sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadi kontraksi uterus yang

teratur sampai terjadi pembukaan lengkap (Rohani, dkk. 2011).

Menurut World Health Organitation (WHO) ibu yang

meninggal saat bersalin sejumlah 358.000 (99%) pertahun. Pada

negara berkembang angka kematian ibu merupakan peringkat

tertinggi dengan jumlah 290 kematian ibu per 100.000, tahun 2015

angka kematian ibu didunia yaitu 303.000 menurun sekitar 44%

dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 536.000, negara

Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, afrika utara 179.000 jiwa dan Asia

Tenggara 16.000 jiwa, angka kematian ibu di Indonesia masih

tertinggi di ASEAN yaitu 214 per 100.000 kelahiran yang belum

sesuai dengan target global SDGs (Suitainable Development Goals)

(WHO 2014). Cakupan ibu bersalin di Indonesia pada tahun 2015

sebanyak 5.007.191 bersalin. Sedangkan seluruh populasi di pulau

Sumatera terdapat 679.765 ibu amil yang mengalami kecemasan

dalam menghadapi persalinan 255.873 orang (52,3%) (Departemen

Kesehatan RI 2011).
Penyebab kematian ibu bersalin di Indonesia sebagian besar

masih disebabkan oleh trias klasik, yakni perdarahan (28%), eklamsi

(24%) dan infeksi (11%). Faktor penyebab lain yaitu, komplikasi

masa puerperium (8%), abortus (5%), partus lama/macet (5%) dan

lain-lain sebanyak 11% (Depkes, 2012).

Jika dilihat dari penyebab kematian ibu di Jawa Tengah,

penyebab tertinggi adalah eklamsia (37%), perdarahan (17%), infeksi

(4%) dan penyebab yang lain (42%), (Buku Saku Kesehatan, 2012).

Untuk mengatasi kecemasan pada bumil dapat diterapkan intervensi

non farmakologi dimana dapat mengontrol perasaannya. Menurut

The Australian Assocition of Massage Therapists (AAMT. 2016)

telah mendaftar beberapa metode dan massage (Koren 2017). terapi

non farmakologis tanpa obat-obatan seperti relaksasi, massage,

akupuntur, kompres hangat, masix, aroma terapi, Endorphin

Massage merupakan salah satu cara untuk menghilangkan rasa

lelah pada tubuh.

Massage endorphine merupakan sebuah terapi

sentuhan/pijatan ringan yang cukup penting diberikan pada wanita

hamil, di waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Hal ini

disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan

senyawa Endorphin yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat

menciptakan perasaan nyaman (Kuswandi, 2011). Selama ini


endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya.

Beberapa diantaranya adalah, mengatur produksi hormon

pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang

menetap, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem

kekebalan tubuh. Endorphin dalam tubuh bisa dipicu munculnya

melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam dan

relaksasi, serta meditasi (Kuswandi, 2011).

Dari penelitian yang dilakukan di Jumpandang baru, diketahui

bahwa hasil penelitian didapatkan sebagian besar tingkat

kecemasan adalah berat. Hasil ini membuktikan bahwa sebagian

besar ibu hamil mempunyai kecemasan pada saat menghadapi

persalinan (Wilis, 2012).

Berdasarkan Data Awal yang dilakukan oleh penelitian di

Wilayah Kerja Puskesmas Seko pada tahun 2019 diperoleh data

persalinan berjumlah 520 orang, Dan jumlah data pada tahun 2020,

3 bulan terakhirberjumlah 50 orang. Kasus ibu dalam proses

persalinan merasakan nyeri yang sangat hebat. Ibu sering kali

merasa cemas dan khawatir pada proses persalinan sehingga

menyebabkan nyeri persalinan yang semakin bertambah.

Bahkan 5 dari 8 orang menyatakan tidak tahan dengan nyeri

yang dirasakan pada saat ibu merasakan nyeri yang sangat dan

kecemasan yang memuncak dapat berakibat trauma bagi ibu


maupun janin. 3 dari 8 orang menyatakan tidak merasakan sakit

karena suami selalu mendampingi. Di Klinik tersebut pasien yang

sedang mengalami persalinan tidak pernah diberi terapi non-

farmakologi seperti Massage Endorphin kepada ibu hamil saat

melahirkan, sehingga ibu terus merasakan nyeri saat melahirkan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang apakah ada pengaruh massage

endorphine terhadap kecemasan ibu bersalin di Wilayah Kerja

Puskesmas Seko.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, maka dapat diambil perumusan masalah “Adakah pengaruh

massage endorphine terhadap kecemasan Ibu bersalin di Wilayah

Kerja Puskesmas Seko,

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh massage endorphine terhadap kecemasan

pada Ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Seko.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kecemasan sebelum dilakukan massage endorphine pada

ibu bersalin Wilayah Kerja Puskesmas Seko.

b. Mengetahui kecemasan sesudah dilakukan massage endorphine pada

ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Seko

c. Mengetahui Pengaruh massage endorphine terhadap kecemasan ibu

bersalin di wilayah kerja kerja puskesmas seko.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai pengaruh massage endorphine terhadap kecemasan ibu

bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Seko.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai

masukan dalam melaksanakan asuhan kebidanan tentang

pengaruh massage endorphine terhadap kecemasan ibu bersalin

b. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan memberikan massage endorphine kepada

pasien yang mengalami kecemasan dalam proses bersalin.

c. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan


pengetahuan dan pengalaman penelitian tentang pengaruh

endorphine massage terhadap kecemasan ibu bersalin.

d. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan dan sebagai dasar pertimbangan melakukan intervensi

keperawatan mandiri melalui pengaruh endorphine massage

terhadap kecemasan ibu bersalin.


BAB II

TINJAU PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Konsep Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo,2014).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun janin (Sukarni, 2013).

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang

normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang

ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan

dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas


kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini

adanya komplikasi (Rukiah,dkk, 2013).

1. Sebab – sebab Mulainya Persalinan

a. Penurunan kadar progesteronemenimbulkan relaksasi otot-otot rahim.

Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama

kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan

estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar

progesteron menurun sehingga timbul his.

b. Teori Oxitosin

Pada akhir kehamilan kadar oxitocin bertambah, oleh karena itu timbul

kontraksi otot-otot rahim.

c. Keregangan Otot

Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot rahim

sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.

d. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin dianggap mempunyai peranan

penting oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering lebih lama.

e. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm

terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi meometrium

(Rukiah,dkk, 2014)

2. Persalinan Berdasarkan Teknik

a. Persalinan Spontan : yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan

kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan Buatan :

yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ektraksi forceps,

ekstraksi vakum dan sectio sesaria.

c. Persalinan Anjuran

yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin

aprostaglandin(Rukiah,dkk, 2014).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu faktor ibu (power, passage, psikologis) faktor janin (faktor

plasenta), dan faktor penolong persalinan. (Rukiah,dkk, 2014).


a. Power (Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontraksi otor-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.

Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his,

sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran

ibu.(rohani.dkk.2012)

b. Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul,vagina, dan introitus.Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku , oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentuan sebelum

persalinan dimulai. (Rohani,dkk, 2012).

c. Passenger (Janin dan Plasenta)

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala

janin posisi dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya

persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin

kelah. Hidup sempurna,cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya

apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian- bagian lain dengan

mudah menyusul kemudian (Rukiah,dkk, 2014).

d. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam

hal ini tergantung dari kemampuan dan persiapan penolong dalam

menghadapi proses persalinan (Rohani,dkk, 2012)

4. Perjalanan Persalinan secara Klinis

a. Lightening

Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus karena

kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh:

1) Kontraksi Braxton hick

2) Ketegangan dinding perut

3) Ketegangan ligamentum rotundum

4) Gaya berat janin kepala kearah bawah (Manuaba, 2014)

b. Terjadinyahis permulaaan

Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan

esterogen semakin berkurangsehingga oksiosin dapat menimbulkan

kontraksi, yang lebih sering disebut his palsu.

Sifat his palsu :

a. Rasa nyeri ringan dibagian bawah

b. Datangnya tidak teratur


c. Tidak ada perubahan serviks

d. Durasinya pendek

e. Tidak bertambah jika beraktivitas (Manuaba, 2014).

c. Tanda-tanda pesalinan

1. Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai ciri:

1. Pinggang terasa nyeri yang menjalar kedepan

2. Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuataanya makin

besa

3. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviksMakin

beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah (Manuaba, 2014).

d. Pengeluaran lendir dan darah

Dengan hispersalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah (Manuaba,2014).

1) Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan

pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang


pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan

persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, 2014).

5. Tahapan-tahapan dalam persalinan

a. Kala I (kala pembukaan)

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his,

kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat hingga parturient

masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam

(Manuaba, 2014).

Proses pembukaan servik pada kala I dibagi menjadi dua fase

yaitu sebagai berikut:

Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7 - 8

jam. (Rohani,dkk,2012).
Fase aktif (pembukaan serviks 4 - 10 cm), berlangsung selama 6 jam

dan di bagi 3 subfase. a Periode akselarasi: berlangsung selama 2

jam, pembukaan menjadi 4cm.

b. Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c. Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi

4cm atau lengkap.(Rohani,dkk,2012) Pada fase aktif persalinan,

frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi

dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atu lebih dalam waktu 10 menit

dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi penurunan

bagian terbawah janin.

Berdasarkan kurve friedman, perhitungan pembukaan pada

primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam

(Rohani,dkk,2012)

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan

gejala kala II, yaitu sebagai:

1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit


2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan

vagina

4. Perineum terlihat menonjol

5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

7. Peningkatan pengeluaran lendir dan dara

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukan:Pembukaan serviks telah lengkap Terlihat bagian

kepala bayi pada introitus vagina (Rohani,dkk, 2012).

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III (perlepasan Uri).setelah kala II, kontraksi uterus

berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, mulai

berlangsung perlepasan plasenta pada Nitabusch, karena sifat

retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan

dengan memerhatikan tanda- tanda uterus menjadi bundar, uterus

terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim,

tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan

plasenta dilakukan dengan dorongan ringan seecara crede pada

fundus uteri.(Manuaba.2014).
d. Kala IV (Kala pengawasan

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang

dilakukan meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital:

tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya

perdarahan. Perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400-500cm (Manuaba, 2014).

B. Tinjauan Umum Tentang Konsep Endorphin Massage

1. Pengertian Endorphin Massage

Endorphine Massage merupakan suatu metode sentuhan

ringan yang dikempangkan pertama kali oleh Constance Palinsky

dan digunakan untuk mengelola rasa sakit. Teknik ini bisa dipakai

untuk mengurangi rasa tidak nyaman selama proses persalinan dan

meningkatkan relaksasi dengan memicu rasa nyaman melalui

permukaan kulit.

Teknik sentuhan ringan juga menormalkan denyut jantung dan

tekanan darah. Teknik sentuhan ini mencakup pemijatan yang

sangat ringan yang bisa membuat bulu-bulu halus dipermukaan kulit

berdiri.

500 cc (Manuaba, 2014). Endorphin berasal dari kata

endogenous dan morphine, molekul protein yang diproduksi sel-sel


dari sistem syaraf dan beberapa bagian tubuh yang berguna untuk

bekerja bersama reseptor sedativa untuk mengurangi rasa sakit.

Reseptor analgesik ini di produksi di spinal cord (simpul saraf pusat

tulang belakang hingga tulang ekor) dan ujung saraf. Endorphin

merupakan sejumlah polipetida yang terdiri dari 30 unit asam amino.

Opioid-opioid hormon-hormon penghilang stres seperti kortikotrofin,

kortisol dan katekolamin dihasilkan tubuh untuk mengurangi stres

dan menghilangkan rasa nyeri.

Dalam dunia kebidanan, selama melakukan riset tentang

mengelola rasa sakit dan relaksasi, Costance Palinsky juga

mengembangkan endorphin massage sebagai teknik sentuhan

ringan. Teknik ini bisa dipakai untuk mengurangi perasaan tidak

nyaman selama proses persalinan dan meningkatkan relaksasi yang

memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik sentuhan

ringan juga dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah.

Sentuhan ringan mencakup pijatan yang sangat ringan yang

bisa membuat bulu-bulu halus berdiri. Riset membuktikan bahwa

teknik ini meningkatkan pelepasan oksitosin, sebuah hormon yang

memfasilitasi persalinan. Bidan harus bisa mengajarkan ibu hamil

dan pasangannyan untuk melakukan pijat yang sangat ringan ini

selama bulan terakhir kehamilan. Selain mendukung dan membantu

ibu untuk masuk ke alam relaksasi yang dalam , teknik ini juga
membantu menguatkan ikatan antara suami dan istri dalam

mempersiapkan persalinan

Melatih suami-istri untuk melakukan pijat ini sebaiknya

dilakukan saat usia kehamilan ibu sudah lebih dari 36 minggu.

Karena hormon oksitosin yang keluar dapat merangsang kontraksi.

Saat hormon endorphin dikeluarkan maka hormon oksitosin juga

diproduksi.

Hormon endorphin berfungsi untuk memberikan relaksasi dan

rasa nyaman, dan mengurangi kecemasan pada ibu bersalin. Karena

kecemasan dapat mempengaruhi proses pengeluaran oksitosin

sehingga berdampak pada waktu persalinan ibu akan mengalami

inersia uteri. Relaksasi akan mengurangi stress serta ketakutan dan

kecemasan menjelang kelahiran yang dapat menyebabkan

ketegangan, rasa nyeri dan sakit saat bersalin yang akan membantu

ibu mengontrol kontraksi uterus. Begitu ibu menjadi rileks dan

tenang, otaknya akan kembali ke mode primitifdan oksitosin akan

mengalir, sehingga akan segera dibanjiri dengan endorphin yang

akan menghilangkan nyeri.

Dengan endorphin massage meningkatkan pelepasan hormon

endorphin. Teknik endorphin massage ini juga sangat mendukung

teknik relaksasi yang dalam dan membantu membentuk ikatan

antara ibu, suami dan janin (Yesi, 2010: 113- 11).


2. Manfaat Endorphin Massage

Endorfin dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya.

Karena endorphin adalah hormon yang diproduksi oleh manusia,

maka endorphin adalah penghilang rasa sakit yang terbaik.

Endorphin dapat diproduksi tubuh secara alami saat tubuh

melakukan aktivitas seperti meditasi, pernapasan dalam, makan

makanan pedas, atau menjalani akupuntur dan pengobatan alternatif.

Walaupun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai endorphin,

tapi endorphin dipercayai mampu memproduksi empat kunci bagi

tubuh dan pikiran, yaitu meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau

imunitas, mengurangi rasa sakit, mengurangi stress, dan

memperlambat proses penuaan. Para ilmuwan juga menemukan

bahwa beta-endorphin dapat mengaktifkan NK (Natural Killer) cells

pada tubuh manusia dan mendorong sistem kekebalan tubuh untuk

melawan sel-sel kanker.

Teknik ini bisa dipakai untuk mengurangi perasaan tidak

nyaman selama proses persalinan dan meningkatkan relaksasi yang

memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik sentuhan

ringan juga dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah

(Yesi, 2010:114):

3. Tehnik Endorphin Massage


Tehnik Endorphin Massage Menurut Kuswandi (2011, p.54-55), teknik

endorphin massage ada 2 cara antara lain :

Cara 1 :

1). Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk,

atau berbaring miring. Sementara pendamping persalinan berada

di dekat ibu (duduk di samping atau di belakang ibu).

2). Tarik napas yang dalam lalu keluarkan dengan lembut sambil

memejamkan mata. Sementara itu pasangan atau suami atau

pendamping persalinan mengelus permukaan luar lengan ibu,

mulai dari tangan sampai lengan bawah. Mintalah ia untuk

membelainya dengan sangat lembut yang dilakukan dengan

menggunakan jari-jemari atau hanya ujung-ujung jari saja.

Gambar 2.2 Massage Lengan


3). Setelah kurang lebih 5 menit, mintalah pasangan untuk berpindah

ke lengan/ tangan yang lain.

4). Meski sentuhan ringan ini hanya dilakukan di kedua lengan, namun

dampaknya luar biasa. Ibu akan merasa bahwa seluruh tubuh

menjadi rileks dan tenang.

Cara 2 :

Teknik sentuhan ringan ini juga sangat efektif jika dilakukan di

bagian punggung. Caranya :

1).Ambil posisi berbaring miring atau duduk.

2). Pasangan atau pendamping persalinan mulai melakukan pijatan

lembut dan ringan dari arah leher membentuk huruf V terbalik, ke

arah luar menuju sisi tulang rusuk.

Gambar 2.3 Massage Punggung


3). Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini hingga ke tubuh ibu bagian

bawah belakang.

Gambar 2.4 Massage Bagian Belakang

4). Suami dapat memperkuat efek pijatan lembut dan ringan ini

dengan kata-kata yang menentramkan ibu. Misalnya, sambil

memijat lembut, suami bisa mengatakan, “Saat aku membelai

lenganmu, biarkan tubuhmu menjadi lemas dan santai,” atau “Saat

kamu merasakan setiap belaianku, bayangkan endorphin-

endorphin yang menghilangkan rasa sakit dilepaskan dan

mengalir ke seluruh tubuhmu”. Bisa juga dengan mengungkapkan

kata-kata cinta. 5) Setelah melakukan endorphin massage

sebaiknya pasangan langsung memeluk istrinya, sehingga tercipta

suasana yang benarbenar menenangkan.

4. Fisiologi Pengeluaran Hormon Endorphin


Endorphin merupkan sistem penekanan nyeri yang dapat

diaktifkan dengan merangsang daerah reseptor endorphin di zat

kelabu periaqueduktus otak tengah. Pemberian stimulus pada daerah

thorakal 10 sampai lumbal 1 yang merupakan sumber.

persarafan pada uterus dan cervik dapat merangsang reseptor

syaraf asenden, dimana rangsangan tersebut akan dikirimkan ke

hipotalamus dengan perjalanan melalui spinal cord, diteruskan ke

bagian pons dilanjutkan ke bagian kelabu pada otak tengah

(periaqueduktus), rangsangan yang diterima oleh periaqueduktus ini

disampaikan kepada hipotalamus, dari hipotalamus inilah melalui alur

saraf desenden hormon endorphin dikeluarkan melalui pembuluh

darah.

C. Tinjauan Umum Tentang Konsep Kecemasan

1. Konsep Kecamasan

Menurut Lestari 2015, Kecemasan merupakan keadaan

perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan

sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan

datang. Keadaan yang tidak menyenagkan itu sering kaburdan sulit

menunjukdengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.

Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu

keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk

hidup dalam kehidupan sehari-hari.26 Kecemasan merupakan


pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara

langsung, serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang

spesifik.

2. Tanda Dan Gejala Kecemasan

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami

cemas antara lain:

1.Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung.

2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala

(Priyoto, 2014).

3. Tingkat Kecemasan

Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu,

Peplau mengidentifikasi 4 tingkatan kecemasan yaitu:


1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Kecemasan dapat memotivasi belajar menghasilkan pertumbuhan

serta kreatifitas. Tanda dan gejala antara lain: persepsi

danperhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal

dan eksternal, mampu mengatasi masalah secara efektif serta

terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan

gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan

pupil normal.

2. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering nafas pendek,

nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, konstipasi.

sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi menyempit,

rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang

menjadi perhatiaannya.

3. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan

spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari

kecemasan berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada

hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat

berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat

belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami

sakitkepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi,

hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar, dan diare.

Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh

perhatian terfokus pada dirinya.

4. Panik

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah,

ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali,

individu yang mengalami panik tidak dapat melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran

yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan,

dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat

bahkan kematian. Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak

dapat fokus pada suatu kejadian.

3. Rentang Respon Kecemasan


a. Kecemasan Ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan

ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel,

lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar,

motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan

ringan mempunyai karakteristik:

1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.

2) Kewaspadaan meningkat.

3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.

4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan

kreatifitas.

5) Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta

bergetar.
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antara variabel ( baik variabel yang diteliti maupun variabel

yang tidak diteliti) (Nursalam 2015)

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka maka peniliti

membuat suatu kerangka konsep peniliti seperti dibawah ini :

Tabel 3.1 Kerangka Konsep Pene litian

Independen Dependen

Endorphine Kecemasan Ibu Bersalin


Massage

Keterangan:

: Variabel yang independen/variabel bebas


: Variabel yang tidak dependen/variabel terika

t :Varibel yang diteliti

B. Hipotesisi Penilitian

Ha : Ada Pengaruh endorphin massage terhadap kecemasan ibu

bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Seko

Ho : Tidak ada Pengaruh endorphin massage terhadap kecemasan

ibu bersalin di Wilaya Kerja Puskesmas Seko.

C. Definisi Operasional.

No Variabel Definisi Alat Ukur Kriteria Skala

Operasional Objektif Ukur

1 Variabel Endorphine SOP a.Dilakuka Nominal

Independen Massage n pijat

: merupakan endorphin

suatu metode e
Endorphine
sentuhan
Massage b.Tidak
ringan yang
dilakukan
dikempangkan
pijatendor
pertama kali
phine
oleh

Constance

Palinsky dan
digunakan

untuk

mengelola rasa

sakit.

2 Variabel Kecemasan Kuesioner a.Kecema Interval

merupakan sa Berat
Dependen : HARS
keadaan b.Kecema

Kecemasan perasaan san

afektif yang sedang

tidak c.Kecema

menyenangkan san

yang disertai Ringan

dengan

sensasi fisik

yang

memperingatk

an orang

terhadap

bahaya yang

akan datang.
BAB IV

METODE PENILITIAN

A. Desain Penilitian

Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab

pertanyaan penelitian atau menguji keaslian hipotesis (Hidayat, 2015)

Desain penelitian yang digunakan dalam penilitian ini adalah

penelitian deskripsi dengan pendekatan cross sectional yang

merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observaisi data veriabel independen dan variabel

depanden hanya satu kali pada satu saat “ One poin Time Approach “

(Nursalam 2014).

B. Lokasi dan waktu penelitan

1. Tempat

Penilitan ini dilakukan di Puskesmas Seko.

2. Waktu penelitaan

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2020.

C. Populasi
Populasi adalah seluruh objek yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditetapkan (Nursalam, 2011)

Populasi dalam pengertian ini adalah semua klien di Puskesmas

Seko. Data dari puskesmas yang diambil pada bulan Januari sampe

september 2020 adalah 425 populasi.

B. Sampel dan teknik pengambilan sampel

1. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakterristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2016).

Sampel sebaiknya memiliki kriteria yang dikehendaki, Sampel yang

dikehendaki merupakan bagian dari populasi target yang akan diteliti

secara langsung, kelompok ini meliputi subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

Pada penilitian ini jumlah pemberdayaan masyarakat belum

diketahui secara pasti untuk mengetahui sampel dalam penilitian ini

digunakan Rumus Slovinuntuk menghitung sempel (Surjaweni, 2014)

Adalah sebagai berikut:

n= N__

1+(N x e2)

Keterangan :
N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat ke percayaan/ketepatan 0,7 Perhitungan jumlah sampel

= 54

1+54(0,01)

=54

1,54

= 30,1

Jadi sampel yang di dapatkan sebanyak 30 orang.

2. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan

stratifiet random sampling, artinya strata atau kedudukan subjek

(seseorang) di masyarakat. Jenis sampling ini digunakan peneliti

untuk mengentahui beberapa variabel pada populasi yang represntatif

(Nursalam 2014)

C. Kriteria Inklusi dan ekslusi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi Karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi atau target yang terjangkau dana nakan diteliti (Nursalam,

2016)
a) Pasien yang bersedia menjadi responden

b) Pasien yang bisa menggunakan bahasa indonesia

c) Pasien yang berumur 18-35 tahun

1. Kriteria Ekslusi

Kriteria Ekslusi adalah karakteristik yang dijadikan subjek oleh

peneliti (Nursalam,2011)

a. Pasien yang tidak ada pada saat penelitian

b. Pasien yang kejiwaanya terganggu

c. Tidak bersedia menjadi responden

C. Instrumen Penelitian

Instrumen (alat pengukur data) yang digunakan dalam penilitian ini

berupa kuesioner adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Tenaga Kesehatan

Untuk penilaian pelayanan tenaga kesehatan dalam penilitian diukur

dengan menggunakan kuesioner yang dikutip dari penilitian diukur

dengan menggunakan kuesioner yang dikutip dan penilitian Ahnad

ansnawi 2016 . Dengan judul “Pengaruh endorphin massage

terhadap kecemasan ibu bersalin” Berisikan 15 pertanyaan tentang

penilaian kesehatan.
Dalam penilai ini kuesioner mengugunakan skala Likert dengan 3 pilihan

jawababn yaitu : sangat baik (SB), baik (B), Kurang baik (KB). Jika

responden menjawab (SB) diberi skor

1. Fasilitas Kesehatan

Untuk penilaian fasilitas kesehatan dalam penilian diukur

dengan menggunakan kuesioner yang dikutip dari penelitian Achmad

Asnawi 2016. Dengan judul “Pengaruh endorphin massage terhadap

kecemasan ibu bersalin”. Berisikan 10 pertanyaan tentang penilian

pasien terhadap fasilitas kesehatan dalam penilaian ini kuesioner

menggunakan skala Guttman dengan skala 2 pilihan jawaban. Jika

responden menjawab ya di beri skor 1 dan jika responden menjawab

tidak diberi skor 0.

2. Pemberdayaan Masyarakat

Untuk penilaian pemberdayaan masyarakat dalam penilitian

diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikutip dari penilitan

diukur dengan menggunakan kuesioner yang dikutip dari penilitian

Nazariddin 2016. Dengan judul “Pengaruh endorphin massage

terhadap kecemasan ibu bersalin” berisikan 10 pertanyaan tentang

penilaian pasien terhadap pemberdayan masyarakat.


A. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari 5 langkah yaitu (Nazir, 2014) :

1. Editing (Pengeditan)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding (Memberi kode)

Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasi data/jawaban

menurut kategorinya masing-masing.

3. Scoring (Skor)

Skoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari

responden.

4. Tabulating (Tabulasi)

Tabulating adalah proses pengumpulan data ke dalam

bentuk tabel. Data yang dapat ditabulasi kemudian dianalisis

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.Pada tahap ini dianggap

data telah selesai diproses sehingga harus disusun kedalam suatu

pola formal yang telah dirancang.

5. Entry (Memasukan data)

Data entry adalahkegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau database computer,


kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2015).

B. Analisa Data

Dalam penilitian ini analisa data yang dilakukan sesuai dengan

taraf penilitian sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penilitian. Analisis ini

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap

variabel untuk mengetahui variabel bebas dan variabel terikat.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk menguji pengaruh antara dua

variabel tersebut yaitu pengaruh endorphin massage terhadap

kecemasan ibu bersalin Di Wilayah Kerja Puskesmas Seko dalam

menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan

menggunakan uji non parametrik spermank-rank untuk melihat

hubungan dua variabel dependent dan independent yang berskala

ordinal sedangkan uji parametrik yang dapat digunakan yaitu uji

Pearson Product Moment menggunakan komputesasi software

SPSS 17.0. Taraf signifikan yang digunakan yaitu (a= 0,05), jika nilai

p-value lebih dari 0,05 berarti hasil penghitungan statistik bermakna

(signifikan) atau menunjukan ada pengaruh antara variabel


dependen dengan variabel independen, dan jika nilai p-value kurang

dari 0,05 berarti hasil menunjukan tidak ada hubungan antar variabel

dependen dengan variabel independen.

C. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat

rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian dan dalam

pelaksanaan penelitian, peneliti tetap memperhatikan prinsip etik

penelitian sesuai Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan (2000),

meliputi:

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia.

Merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat

manusia sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak

atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi

terhadap keputusannya sendiri. Penelitian yang dilakukan harus

menghormati otonomi responden dan melindungi responden

terhadap otonominya yang terganggu atau kurang. Peneliti

menghormati hak subjek penelitian, apakah subjek tersebut

bersedia untuk ikut serta dalam penelitian atau tidak, dengan

memberikan Informed Consent (lembar persetujuan) pada subjek

penelitian.
2. Beneficence (Prinsip etik berbuat baik)

Penelitian yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat

maksimal dengan kerugian minimal, risiko penelitian harus wajar

dibanding manfaat yang diharapkan, memenuhi persyaratan

ilmiah, peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus

mampu menjaga kesejahteraan subjek penelitian serta tidak

mencelakakan atau melakukan hal-hal yang merugikan (no

maleficence, do no harm) subjek penelitian.

3. Justice (Prinsip etik keadilan)

Penelitian yang dilakukan memperlakukan subjek penelitian

dengan moral yang benar dan pantas, memperhatikan hak dari

subjek penelitian serta distribusi seimbang dan adil dalam hal

beban dan manfaat keikutsertaan dalam penelitian.

4. Privasi (Hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi)

Penelitian perlu memastikan bahwa penelitian yang

dilakukan tidak menginvasi melebihi batas yang diperlukan dan

privasi subjek tetap dijaga selama penelitian, invasi terhadap

privasi dapat terjadi bila informasi bersifat pribadi dibagikan

kepada orang lain tanpa pengetahuan subjek atau bertentangan

dengan keinginan, informasi tersebut meliputi. Sikap, keyakinan,

perilaku, pendapat, dan catatan dalam aplikasinya.


D. Alur Penelitian
Pengumpulan Data Awal: Puskesmas
Seko

Populasi semua ibu yang melahirkan


yg melakukan Endorphine Massage
pd ibu dengan kecemasan

Sampel yang memenuhi kriteria

iklusi dan kriteria esklusi

Pengumpulan Data kuensioner

Variabel Independen Variabel Dependen

Endorphine Massage Kecemasan Ibu


Bersalin

Analisa Data Uji Chi Square

Penyajian Hasil
50

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH MASSAGE ENDORPHINTERHADAP


KECEMASAN IBU BERSALI N DI WILAYAH
KERJI PUSKESMAS SEKO

DATA DIRI RESPONDEN :

Nama (inisial) :

Jenis Kelamin :

Umur :

PETUNJUK :

1. Koesioner ini memuat 14 pertanyaan tentang kecemasan

2. Berilah tanda Cheklish (√) pada salah satu jawaban yang

sesuai menurut Anda


51

3. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaanya.

Berilah tanda chek (√ ) pada kolom bagian yang sudahdisediakan

yang sesuai dengan kondisi anda.

Skor Nol = tidak ada gejala sama sekali

Skor Satu = ringan (satu gejala ada)

Skor Dua =sedang (dua gejala ada)

Skor Tiga = berat (lebih dari dua gejala ada)

Skor Empat = sangat berat (semua gejala ada)

b. Lesu,
c. Tidak dapat istirahattenang,
d. Mudahterkejut,
e. Gemetar.

Ketakutan :

a. Ketakutan padagelap,
b. Ketakutan ditinggalsendiri,
c. Ketakutan pada orangasing,
d. Ketakutan pada binatangbesar,
3 e. Ketakutan pada keramaian lalulintas.
52

Gangguan tidur :

a. Sulit untuktidur,
b. Terbangun malamhari,
c. Tidur tidaknyenyak,
d. Bangun denganlesu,
e. Banyakmimpi-mimpi
f. Mimpiburuk.
4
Gangguan kecerdasan:

a. Sukarkosentrasi,
b. Daya ingatmenurun,
5 c. Daya ingatburuk.
Perasaan depresi (murung) :

a. Kehilanganminat,
b. Kurangnya kesenangan padahobi,
c. Sedih,
d. Bangun dinihari,
6 e. Perasaan berubah-ubah sepanjanghari

Gejala somatik/fisik (otot):

a. Nyeri padaotot,
b. Kaku,
c. Kedutanotot,
d. Gigigemerutuk,
7 e. Suara tidakstabil

Gejala somati/fisik (sensorik) :


8
a. Perasaan gelisah,

Pertanyaan Jawaban
No
0 1 2 3 4
53

Perasaan cemas :

a. Kecemasan
b. Firasatburuk,
1 c. Takut akan fikiransendiri,
d. Mudahtersinggung.
Ketegangan :
2
a. Merasa tegang,

b. Penglihatankabur,
c. Muka merah atauPucat,
d. Merasalemas
e. Perasaanditusuk-tusuk

Gejala Kardiovaskuler :

a. Takikardi,
b. Nyerididada,
c. Berdebar-debar,
d. Denyut nadimengeras,
e. Rasa lesu/lemas seperti maupingsan,
f. Detak jantung berhentisekejab.
9
54

Gejala pernapasan :

a. Rasa tertekan/sempit didada,


b. Rasatercekik,
10 c. Sering menarik napaspanjang
d. Merasa napaspendek

Gejala pencernaan (gastrointestina) :

a. Sulitmenelan,
b. Perutmelilit,
c. Mual,
d. Nyeri sebelum dan sesudahmakan,
e. Perasaan terbakardiperut,
f. Gangguanpencernaan,
g. Rasa penuh ataukembung,
h. Muntah,
i. Susah buang airbesar,
j. Kehilangan beratbadan

11

Gejala urogenital (perkemihan dan


kelamin :

a. Sering buang airkecil,


12 b. Tidak d.
dapat menahan airkecil,
Kepalapusing,
c. Menjadidingin
e. Kepala terasaberat,
f. Kepala tersasasakit,
Gejala autonom atau Vegetatif :
g. Bulu-buluberdiri.
a. Mulutkering,
b. Mukamerah,
13 c. Mudah berkeringat,
Perilaku sewaktu wawancara :

a. Gelisah.
b. Tidaktenang,
c. Jarigemetar,
d. Kerutkening,
e. Mukategang,
f. Otot tegang ataumengeras
g. Nafas pendek dancepat,
h. Mukamerah.
14
55

f. Lesu,
g. Tidak dapat istirahattenang,
h. Mudahterkejut,
i. Gemetar.

Ketakutan :

f. Ketakutan padagelap,
g. Ketakutan ditinggalsendiri,
h. Ketakutan pada orangasing,
i. Ketakutan pada binatangbesar,
3 j. Ketakutan pada keramaian lalulintas.

Gangguan tidur :

g. Sulit untuktidur,
h. Terbangun malamhari,
i. Tidur tidaknyenyak,
j. Bangun denganlesu,
k. Banyakmimpi-mimpi
l. Mimpiburuk.
4
Gangguan kecerdasan:

d. Sukarkosentrasi,
e. Daya ingatmenurun,
5 f. Daya ingatburuk.
Perasaan depresi (murung) :

f. Kehilanganminat,
g. Kurangnya kesenangan padahobi,
h. Sedih,
i. Bangun dinihari,
6 j. Perasaan berubah-ubah sepanjanghari

Gejala somatik/fisik (otot):

f. Nyeri padaotot,
g. Kaku,
h. Kedutanotot,
i. Gigigemerutuk,
7 j. Suara tidakstabil
56

Gejala somati/fisik (sensorik) :


8
a. Perasaan gelisah,

f. Penglihatankabur,
g. Muka merah atauPucat,
h. Merasalemas
i. Perasaanditusuk-tusuk

Gejala Kardiovaskuler :

g. Takikardi,
h. Nyerididada,
i. Berdebar-debar,
j. Denyut nadimengeras,
k. Rasa lesu/lemas seperti maupingsan,
l. Detak jantung berhentisekejab.
9
Gejala pernapasan :

e. Rasa tertekan/sempit didada,


f. Rasatercekik,
10 g. Sering menarik napaspanjang
h. Merasa napaspendek

Gejala pencernaan (gastrointestina) :

k. Sulitmenelan,
l. Perutmelilit,
m. Mual,
n. Nyeri sebelum dan sesudahmakan,
o. Perasaan terbakardiperut,
p. Gangguanpencernaan,
q. Rasa penuh ataukembung,
r. Muntah,
s. Susah buang airbesar,
t. Kehilangan beratbadan

11
Gejala urogenital (perkemihan dan
kelamin :

d. Sering buang airkecil,


57

e. Tidak dapat menahan airkecil,


12 f. Menjadidingin
Gejala autonom atau Vegetatif :

d. Mulutkering,
e. Mukamerah,
13 f. Mudah berkeringat,
d. Kepalapusing,
e. Kepala terasaberat,
f. Kepala tersasasakit,
g. Bulu-buluberdiri.

Perilaku sewaktu wawancara :

a. Gelisah.
b. Tidaktenang,
c. Jarigemetar,
d. Kerutkening,
e. Mukategang,
f. Otot tegang ataumengeras
g. Nafas pendek dancepat,
h. Mukamerah.
14

Anda mungkin juga menyukai