Anda di halaman 1dari 10

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Inisiasi Menyusui Dini ( IMD)

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Seko,

bahwa dari 44 responden diperoleh rata-rata sebagian besar responden

yang inisiasi menyusui dininya baik berjumlah 35 orang (79,5%),

sedangkan responden yang inisiasi menyusui dininya kurang baik

berjumlah 9 orang (20,5%).

Dari hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Abada,(2009) yang menyatakan bahwa Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) adalah bayi diberi kesempatan memulai/inisiasi menyusui sendiri

segera setelah lahir/dini, dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan

kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih. Apabila dalam satu jam tidak

ada reaksi menyusui, maka boleh mendekatkan puting susu tetapi beri

kesempatan bayi untuk inisiasi.

Selain itu hasil penelitian ini sejalan dengan teori Utami (2009)

yang menjelaskan bahwa Inisiasi Menyusui Dini (IMD) nampaknya

proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusui

segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan

kontak kulit antara kulit ibu dengan kulit bayi. Bayi dibiarkan setidaknya

selama satu jam di dada ibunya. Inisiasi menyusui dini akan membantu

kelancaran pengeluaran ASI dan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif

dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 2 tahun, Bayi yang

54
55

menyusui segera setelah lahir akan banyak memberi manfaat, yaitu

sala satunya merangsang pengaliran ASI dari payudara ibu sehingga

ASI matang dan melancarkan pengeluaran ASI pada ibu post partum.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan

oleh Syamsinar S, (2013) tentang hubungan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) dengan kelancaran ASI pada ibu post partum yang menunjukkan

bahwa dari 30 responden terdapat 25 responden (83.3%) yang

melakukan inisiasi menyusui dini, dan 5 responden (16.7%) tidak

melakukan inisiasi menyusui dini. Hasil uji statistic memperlihatkan x2

hitung sebesar 6.000, sedangkan x2 tabel berdasarkan df = 1 dengan

taraf signifikansi 5% sebesar 3.841 dan nilai signifikansi chi square

korelasi fisher exact test sebesar 0.041. Oleh karena x2 hitung > x2

tabel (6.000> 3.841) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% (p=0.041 <

α=0.05) maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya ada hubungan yang

bermakna (signifikan) antara Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan

kelancaran ASI pada ibu post partum.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Issyaputri 2010 tentang

hubungan sikap ibu dengan inisiasi menyusui dini yang dilakukan

terhadap 94 responden didapatkan responden yang bersikap positif dan

tidak melakukan inisiasi menyusui dini lebih banyak yaitu sebesar 65%,

dibandingkan yang bersikap positif dan melakukan inisiasi yaitu

sebesar 34,4%, sedngkan responden yang bersikap negatif cenderung

tidak melakukan inisiasi menyusui dini yaitu 78%, dibandingkan dengan


56

yang melakukan yaitu 21,2%. Dan dari hasil uji chi-square diperoleh

nilai p= 0,271, α < 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara sikap

ibu dengan inisiasi menyusui dini.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa

inisiasi menyusui dini telah dilaksanakan dengan baik atau sesuai

dengan tatalaksana inisiasi menyusui dini yang dianjurkan, namun

hampir sebagian yang dilaksanakan kurang baik dan hal ini

kemungkinan disebabkan oleh pemahaman ibu yang kurang tentang

inisiasi menyusu dini.

B. Kelancaran Pengeluaran ASI

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Seko,

bahwa dari 44 responden ibu post partum diperoleh rata-rata sebagian

besar responden yang pengeluaran asinya lancar berjumlah 29 orang

(65,9%), sedangkan responden yang pengeluaran asinya tidak lancar

berjumlah 15 orang (34,1%).

Dari hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Suradi, (2010) yang menyatakan bahwa ASI adalah suatu emulsi

lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang

disekresikan oleh kedua belah kelenjar mamae ibu, yang berguna

sebagai makanan bagi bayinya. ASI adalah nutrisi yang terbaik bagi

bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan optimal bayi.


57

Menurut Welfrod (2005) juga mengatakan bahwa ketika bayi

pertama kali menghampiri payudara, bayi akan disambut oleh

kolostrum yang telah ada sejak ibu melahirkan, hisapan bayi akan

merangsang payudara untuk memproduksi ASI dan melancarkan

pengeluaran ASI. Hal ini juga senada diungkapkan oleh pudjiadi (2005)

bahwa pada hari-hari pertama setelah melahirkan biasanya ASI belum

keluar banyak, akan tetapi menyusui bayi secara dini merupakan

stimulasi bagi kelenjar payudara untuk memproduksi ASI dan

melancarkan pengeluaran ASI lebih dini.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan

oleh Mona L, (2013) tentang hubungan tekhnik Menyusui dengan

kelancaran ASI yang menunjukkan bahwa dari 45 orang responden

terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu dan 16 orang

(35,6%) yang kurang lancarnya ASI ibu. Hasil uji chi square diperoleh

nilai p = 0,018 didapatkan < = 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima

dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna

antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah bahwa keluarnya ASI

dapat dipercepat atau lancar dengan melakukan proses inisiasi

menyusui dini dengan baik, demikian juga ibu yang sudah melakukan

perawatan payudara sebelum melahirkan, dimana perawatan payudara

dapat melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya

saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI, sedangkan


58

responden yang pengeluaran asinya tidak lancar berjumlah 15 orang

hal ini dikarenakan bahwa tidak pernah mendapat informasi tentang

pentingnya IMD, penting dan manfaat ASI bagi bayi, serta pemenuhan

nutrisi pada ibu hamil serta pekerjaan yang harus dihindari oleh ibu

hamil untuk mendukung pembentukan ASI pada saat kehamilan untuk

kelancaran pengeluaran ASI pasca melahirkan terutama pada hari

pertama kelahiran.

C. Hubungan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Dengan Kelancaran

Pengeluaran ASI

Berdasarkan table 5.7 menunjukan bahwa responden yang inisiasi

menyusui dini baik dan pengeluaran ASI lancar berjumlah 28 orang

(63,64%), hal ini dikarenakan bahwa semakin baik IMD dilakukan maka

semakin lancar pengeluaran ASI, responden yang inisiasi menyusui

dini baik dan pengeluaran ASI tidak lancar berjumlah 7 orang (15,90%),

hal ini dikarenakan bahwa kondisi ibu yang kelelahan sehingga

menimbulkan rasa kebingungan dan kecemasan yang dapat

mengganggu proses laktasi, sehingga pengeluaran ASI tidak lancar.

Sedangkan responden yang inisiasi menyusui dininya kurang baik dan

pengeluaran ASI lancar berjumlah 1 orang (2,28%), hal ini dikarenakan

bahwa inisiasinya kurang baik tetapi perasaan ibu yang begitu bahagia,

senang, memeluk dan mencium bayi atau mendengar bayinya

menangis, akan meningkatkan pengeluaran ASI. Demikian juga ibu

yang sudah melakukan perawatan payudara sebelum melahirkan,


59

sehingga dapat memperlancar sirkulasi darah dan mencegah

tersumbatnya saluran susu, sehingga memperlancar pengeluaran ASI,

sedangkan responden yang inisiasi menyusui dininya kurang baik dan

pengeluaran ASI tidak lancar berjumlah 8 orang (18,18%), hal ini

dikarenakan bahwa Kesehatan bayi juga menentukan kelancaran

proses menyusui. Bayi yang sakit, mengantuk, atau tidak nyaman

biasanya tidak dapat menyusui dengan baik sehingga pengeluaran ASI

dari payudara tidak lancar.

Berdasarkan distribusi data diatas maka dilakukan uji analisa data

dengan menggunakan yaitu uji alternative Fisher’s Exact Test,

diperoleh nilai p = 0,000  α = 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima

yang artinya ada hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan

kelancaran pengeluaran asi pada ibu post partum.

Dari hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Hubertin (2004) menyatakan bahwa bayi yang disusui maksimal

segera setelah lahir merupakan titik awal yang penting, apakah bayi

nanti akan cukup mandapatkan ASI atau tidak, ini didasari oleh peran

hormon pembuat ASI yaitu hormon prolaktin. Hormon prolaktin dalam

peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang

disebabkan oleh lepasnya plasenta. Isapan bayi segera setelah lahir

akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan

hormon oksitosin, hormon oksitosi akan bekerja merangsang otot polos

unutk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus, serta duktus yang
60

berisi ASI yang dikeluarkan melalui puting susu. Keadaan ini akan

memaksa hormon prolaktin untuk terus memproduksi ASI. Kosongnya

simpanan ASI mengakibatkan semakin besar produksinya untuk

mengisi kembali lumbung ASI yang kosong dan hormone prolaktin akan

terus tinggi dalam peredaran darah. Apabila bayi tidak mengisap puting

susu segera setelah lahir, hormon prolaktin akan turun dan sulit

merangsang prolaktin sehingga ASI akan keluar pada hari ketiga atau

lebih

Selain itu hasil penelitian ini sejalan dengan teori Proverawati

(2010), yang menjelaskan bahwa IMD juga memberikan pengaruh yang

baik terhadap pemberian ASI eksklusif, hal ini disebabkan karena oleh

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh

isapan mulut bayi pada putting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut

merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah

prolaktin, yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran air

susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down

reflek, dimana isapan putting dapat merangsang serabut otot halus di

dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir

secara lancar. Keluarnya air susu terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi

lahir, dan kemudian terjadi peningkatan air susu yang cepat pada

minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda sampai

beberapa hari
61

Sedangkan hasil penelitian ini sejalan dengan teori Yanti, (2011)

yang menjelaskan bahwa makanan yang dikonsumsi ibu menyusui

sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu

makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi

ASI akn berjalan dengan lancar. Ibu menyusui umumnya makan 6 kali

sehari sesuai dengan frekuensi menyusui bayi, karena setiap habis

menyusui merasa lapar, selain cukup makan, dianjurkan pula banyak

minum-minuman air putih, susu, jus buah, serta perhatian pola makan

dengan baik supaya produksi ASI lancar .

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan

Utami, (2009) tentang Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan

Kecepatan Keluanya ASI Pada Ibu Post Partum yang dilakukan

terhadap 24 responden, diperoleh inisiasi menyusui dini yang dilakukan

secara tepat sebagian besar kecepatan keluarnya ASI adalah Normal

yaitu sebanyak 7 (58,33%) responden, inisiasi menyusui dini yang

kurang tepat, hampir seluruhnya kecepatan keluarnya ASI adalah

normal yaitu sebanyak 7 (87,5%) responden, dan inisiasi menyusui dini

yang tidak tepat, kecepatan keluarnya ASI sebagian normal dan

sebagian lambat yaitu sebanyak 2 (50%) responden. Dari hasil analisis

Uji Spearman didapatkan rs=0,771 kemudian diperoleh hasil t hitung

=5,675 dan t table (α=0,05);df= 22) = 2,074 yang berarti t hitung > t

table yang artinya ada hubungan yang signifikan antara inisiasi

menyusui dini dengan kecepatan keluarnya ASI pada ibu post partum.
62

Hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang telah

dilakukan oleh Sari, (2014) tentang hubungan antara inisiasi menyusu

dini dengan kelancaran ASI menunjukkan bahwa ibu yang melakukan

inisiasi menyusu dini dan ASI nya lancar sebanyak 10 responden

(71,4%) dan yang melakukan inisiasi menyusu dini dan ASI nya tidak

lancar sebanyak 2 responden (14,3%). Sedangkan yang tidak

melakukan inisiasi menyusu dini dan dan ASI nya lancar sebanyak 1

responden (7,1%) dan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini dan

ASI nya tidak lancar sebanyak 1 responden (7,1%). Hasil uji fisher

exact menjelaskan dengan taraf signifikan 0,05 didapat hasil ρ value >

0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima dan (H1) ditolak yang artinya

tidak ada hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan kelancaran

ASI.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah menunjukan bahwa

responden yang inisiasi menyusui dini baik dan pengeluaran ASI lancar

berjumlah 28 orang, hal ini dikarenakan bahwa semakin baik IMD

dilakukan maka semakin lancar pengeluaran ASI, responden yang

inisiasi menyusui dini baik dan pengeluaran ASI tidak lancar berjumlah

7 orang, hal ini dikarenakan bahwa kondisi ibu yang kelelahan sehingga

menimbulkan rasa kebingungan dan kecemasan yang dapat

mengganggu proses laktasi, sehingga pengeluaran ASI tidak lancar,

responden yang inisiasi menyusui dininya kurang baik dan

pengeluaran ASI lancar berjumlah 1 orang , hal ini dikarenakan bahwa


63

inisiasinya kurang baik tetapi perasaan ibu yang begitu bahagia,

senang, memeluk dan mencium bayi atau mendengar bayinya

menangis, akan meningkatkan pengeluaran ASI. Demikian juga ibu

yang sudah melakukan perawatan payudara sebelum melahirkan,

sehingga dapat memperlancar sirkulasi darah dan mencegah

tersumbatnya saluran susu, sehingga memperlancar pengeluaran ASI,

sedangkan responden yang inisiasi menyusui dininya kurang baik dan

pengeluaran ASI tidak lancar berjumlah 8 orang, hal ini dikarenakan

bahwa Kesehatan bayi juga menentukan kelancaran proses menyusui.

bayi yang sakit, mengantuk, atau tidak nyaman biasanya tidak dapat

menyusui dengan baik sehingga pengeluaran ASI dari payudara tidak

lancar.

Anda mungkin juga menyukai