Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Inisisasi Menyusi Dini

1. Pengertian Inisasi Menyusi Dini

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling

sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan

pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan

mendapatkan perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik

dalam kehidupannya (Saleha, 2011).

IMD yaitu bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Dengan

meletakkan bayi baru lahir tengkurap di dada ibu dalam waktu minimal 1

jam hingga menimbulkan kontak kulit ibu dan kulit bayi sampai dapat

menyusu sendiri, hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi

di putting susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada putting ibu

merangsang pengeluaran hormon oksitosin, dimana hormon oksitosin

membantu uterus berkontraksi sehingga membantu mempercepat

pelepasan dan pengeluaran ari-ari (placenta) dan menurunkan resiko

pendarahan pasca persalinan serta mempercepat kembalinya uterus ke

bentuk semula hormon oksitosin juga merangsang produksi hormon lain

yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya,

meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia. (Sondakh,

2013).
Inisiasi menyusui Dini imd adalah permulaan kegiatan menyusu dalam

1 jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi menyusui juga bisa diartikan

sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha

sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui titik cara baik melakukan

inisiasi menyusui Dini dinamakan the brush crawl atau merangkak

mencapai payudara (maryunani 2012)

Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi yang mulai menyusu sendiri

segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini dinamakan

the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli, 2008). Ketika

bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada ibu segera setelah lahir dan

terjadi kontak kulit (skin to skin contact), bayi akan segera bereksi oleh

karena rangsangan sentuhan ibu,bayi akan bergerak di aras perut ibu dan

menjangkau payudara. Inisiasi menyusui dini disebut sebagai tahap ke

empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu ja setelah

persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap setelah

dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada

ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapatkan

kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan

kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar (Roesli, 2012).

2. Manfaat Inisiasi Menyusi Dini

Manfaat inisiasi dini bagi bayi adalah mambantu stabilisasi

pernapasan, mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan

inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah
infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena

pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden

ikterus pada bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi

lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Bagi ibu dapat

memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan

menyusui selama masa bayi, dan secara psikologis meningkatkan ikatan

batin antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian (Bounding

Attachment), dan dapat mengurangi stres setelah melahirkan

(Prawirohardjo, 2013).

a. Bagi bayi

1) Membantu stabilisasi pernapasan,

2) Mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan

inkubator,

3) Menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan mencegah

infeksi nosokomial,

4) Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran

mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus

pada bayi baru lahir,

5) Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga

didapat pola tidur yang lebih baik.

b. Bagi Ibu

1) Dapat memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan

melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi,


2) dan secara psikologis meningkatkan ikatan batin antara ibu dan

bayi dalam bentuk kasih sayang dan belaian (Bounding

Attachment), dan

3) Dapat mengurangi stres setelah melahirkan (Prawirohardjo, 2013).

3. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi menyusui dini secara umum menurut (Mayunani 2012)

tatalaksana imd adalah sebagai berikut:

a. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

b. disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimia saat

persalinan titik dapat diganti dengan cara non kimiawi misalnya aku

mau pijat aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.

c. biarkan Ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan misalnya

melahirkan tidak normal di dalam air atau dengan jongkok.

d. seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya kecuali dua

tangannya lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi

sebaiknya dibiarka.

e. bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu titik biarkan kulit bayi

melekat dengan kulit Ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini

dipertahankan minimum 1 jam atau setelah penyesuaian awal

selesai keduanya diselimuti jika perlu menggunakan topi bayi

f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu-ibu dapat merangsang bayi

dengan sentuhan lembut tetapi tidak memaksakan bayi ke puting

susu.
g. ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda

atau perilaku baik sebelum menyusu. hal ini dapat berlangsung

beberapa menit atau 1 jam, dukungan ayah akan meningkatkan rasa

percaya diri ibu jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya

dalam waktu 1 jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit

ibunya sampai berhasil menyusup Pratama.

h. dianjurkan pemberian kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu

melahirkan dengan tindakan

i. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang diukur dan dicap setelah 1

jam

j. Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar selama 24 jam .

4. Faktor-faktor yang mempengaruhinya keberhasilan IMD

(Mayunani,2012) menjelaskan ada faktor-faktor yang dapat

menghambat baik pada persalinan normal maupun pada persalinan

seksio sesaria.

a. Faktor-faktor yang menghambat imdi pada persalinan normal yaitu:

1) Pada persalinan normal diharapkan agar ibu dapat mencapai

keberhasilan, maupun melaksanakan program imd tidak lebih

dari 1 jam.

2) namun pada kenyataan ada beberapa ibu yang mengeluhkan

beberapa hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan imd.

3) Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program

imd pada pasien dengan persalinan normal tersebut antara lain :


a) Kondisi ibu yang masih lemah ( bagi ibu post partum normal,

dalam kondisi kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk

melakukan program IMD).

b) Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja daripada

harus kesulitan membantu membimbing anak untuk berhasil

melakukan program IMD.

5. Tahapan perilaku bayi selama inisiasi menyusui dini.

proses inisiasi menyusui Dini dimulai sejak adanya kontak kulit ke

kulit antara Ibu dan bayi menemukan puting susu ibu dan menghisapnya

dalam satu jam pertama kehidupannya dalam proses tersebut semua

bayi akan melalui 5 tahap perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia

berhasil menyusu bayi ini 5 tahap perilaku bayi tersebut.

a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/diam dalam keadaan

siaga (rest/quite alert stage) bayi diam, tidak bergerak. Kadang mata

terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini

merupakan proses adaptasi masa transisi intrauterin dengan

ekstrauterin. Bonding ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam

suasana. Hal ini mengingatkan rasa percaya diri ibu terhadap

kemampuan untuk menyusui dan mendidik bayinya.

b. Antara 30 sampai 40 menit mengeluarkan suara mengecap dan

memasukkan tangan ke mulutnya seperti mau, mencium, dan

menjilat tangan. Bayi mencium dan memasukkan cairan ketuban

yang ada di tangannya. bau ini sama dengan bau cairan yang
dikeluarkan dari payudara ibu. bau dan rasa ini akan membimbing

bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

c. Mengeluarkan air liur saat merasakan bahwa ada makanan di

sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

d. Kakinya menekan perut ibu untuk bergerak ke arah payudara,

kemudian menjilat kulit ibu dan menyentuh puting dengan tangan.

Bayi menghentakkan kepala ke dada ibu dan menoleh ke kiri dan ke

kanan.

e. Menyembuhkan puting, mengumpulnya membuka mulut lebar-lebar

menyusui dengan baik. (Ruslie 2012 ).

6. Masalah-masalah dalam praktik inisiasi menyusui dini.

a. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya inisiasi menyusui Dini

(IMD).

b. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan tentang inisiasi

menyusui dini (IMD)

c. kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak bagus dan berbahaya untuk

d. bayi membutuhkan makanan atau cairan tertentu sebelum menyusu.

e. bayi tidak cukup makanan atau minuman apabila hanya diberikan

kolostrum

f. Ibu lelah setelah melahirkan sehingga menyusui sulit dilakukan.

g. sangat penting untuk melakukan suction lewat mulut hidung dan

orofarig sebelum bayi bernafas pertama kali untuk mencegah

aspirasi.
h. Memberikan salep mata dan vitamin k harus diberikan segera

setelah lahir.

i. Ibu membutuhkan intervensi farmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri persalinan.

j. Dibutuhkan banyak tenaga dan waktu untuk melakukan IMD. (Roesli

2012 )

B. Tinjauan Umum Tentang Bounding Attachmant

1. Definisi Bounding

a. Pengertian

Bounding adalah daya tarik awal dan dorongan untuk terjadinya

ikatan batin antara orang tua dan bayinya. (Bobak,2013)

Bounding adalah menggambarkan suatu hubungan yang berawal

dari saling memikat diantara orang-orang, seperti antara orang tua dan

anak ketika pertama kali bertemu. (Brazelton, 2014)

Bounding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal

neonatus. (Suherni, 2013)

b. Prinsip Bounding

Bounding tidak sebatas memperhatikan bayi kepada ibu,

memberitahu jenis kelamin, panjang dan berat badan saja tetapi ada

prinsip-prinsip yang mendasarinya:

1) Pada menit atau jam pertama sesudah kelahiran adalah masa yang

paling optimal untuk dilakukan Bounding.


2) Respon spesifik manusiawi ketika pertama kali diberikan kepada

orang tua (memandang,berkata dan melakukan sesuatu)

3) Perlu umpan balik antara orang tua dan bayi melalui beberapa tanda

seperti gerakan tubuh dan gerakan mata

4) Awal penentu perkembangan masa depan.

c. Proses Terjadinya Bounding

Ikatan batin diawali oleh rasa kasih sayang terhadap bayi. Bayi-

bayi yang menderita karena di abaikan, rasa jemu atau kecemasan,

tidak merasa cukup aman untuk membentuk suatu ikatan batin dengan

orang tua. Tetapi terbentuk bukan hanya karena bayi diberi makan dan

dimandikan saja atau hanya merespon kebutuhan-kebutuhan mendasar

dari bayi, proses ikatan batin tidak akan berlangsung. Ikatan batin

terjadi bila orang tua belajar untuk peka bahkan terhadap sinyal-sinyal

yang paling halus, seperti ekspresi wajah, gerakan tangan dan

melakukan sesuatu. Cara terbaik untuk membentuk ikatan dengan bayi

adalah memperlihatkan secermat mungkin apa yang dikatakan melalui

bahasa tubuh selain memberikan respon terhadap tanda-tanda yang

lebih nyata sifatnya, seperti tangisan atau degukan (Bobak,2011).

2. Defenisi Attachment

a. Pengertian Attachment

Attachment adalah suatu perubahan perasaan satu sama lain yang

paling mendasar ketika ada perasaan keterkaitan tanggung jawab dan

kepuasan (Stanton,2013).
Attachment adalah suatu perasaan kasih sayang atau kesehatan

yang mengikat antara satu orang dengan orang lain. Attachment adalah

unik, spesifik dan memerlukan kesabaran. (Klaus dan Kennel, 2014)

b. Prinsip-prinsip penguatan suatu proses Attachment

Ketidak nyamanan dikurangi atau dirubah oleh ibu (pemberian

perawatan dalam bentuk yang lain) dan diganti dengan kesenangan,

ibu memberikan dengan perasaan senang dan puas. Ibu akan

mengulurkan tangan pada bayi, menjaga kontak mata antara ibu dan

bayi dan berbicara dengan baik. Ibu menjadi penting untuk infant,

dicintai dan dapat berinteraksi sebagai penguat agaen atau setiap

peristiwa. Ibu menjadi sesuatu yang bermakna lain pada kehidupan

Infant (Klaus, Kennel,2014).

c. Proses Terjadinya Attachment

Proses attachment dijelaskan sebagai suatu yang linear, dimuali saat

ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pasca partum, dan

begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Hal ini sangat

penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang rentang kehidupan

(Parkes,Stevenson-Huide,2014).

Attachment difasilitasi oleh feedback yang positif, feedback yang

positif itu termasuk respon sosial, verbal dan non verbal, baik secara

nyata atau hanya melihat, suatu pengalaman yan saling memuaskan.

Ketika bayi baru lahir, kita akan memegang tangannya atau membelai
rambutnya, dimana hal tersebut menyebabkan perasaan attachment

untuk orang tua.

3. Defenisi Bounding Attachment

a. Pengertian

Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan

areksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir

sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi sepanjang

waktu. Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara

ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai kala III sampai dengan

post partum (Badriah, 2012).

Menurut Maternal Neonatal Health, Bounding Attachment adalah

kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses

persalinan, dimulai pada saat persalinan kala III sampai dengan

postpartum. (Nur wafi Muslihatun,2014).

Bounding Attachment dapat dimulai pada saat persalinan memasuki

kala IV, dengan cara diadakan kontak antara ibu, ayah, dan anak, yang

berada dalam ikatan kasih. (Nur wafi Muslihatun,2014)

b. Cara Melakukan Bounding Attachment

Menurut Bahmawati, 2012, bonding attacment dapat dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu :

1) Pemberian ASI ekslusif Dengan dilakukannya pemberian ASI

secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan

mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa


bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua

manusia.

2) Rawat gabung Rawat gabung merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early

infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan

bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis

bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan

stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang

merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa

percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu

merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya,

dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga

memperlancar produksi ASI, karena refleks letdown bersifat

psikosomatis, hal ini sessuai dengan penelitian Murtini yang

menyatakan bahwa pemberian Asi Eksklusif akan mempercepat

hubungan batin antara ibu dan anak, Ibu akan merasa bangga

karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah

bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

3) Kontak mata Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa

memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.

Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk

saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru


lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang

tuanya.

4) Suara Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan

bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama

bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka

yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut

membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang

tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang

dan berpaling kearah mereka.

5) Aroma Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar

dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.

6) Entrainment Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi

baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan

orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan,mengangkat

kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada

saat anak mulai bicara.

7) Bioritme Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme

personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan

memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan

waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.

8) Inisiasi Dini Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan

diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya.


Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan

segera.

c. Prinsip-prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment

Prinsip penting dan upaya untuk meningkatkan terjalinnya bounding

attachment antara orang tua dan bayi adalah sebagai berikut:

1) Bunding attachment dilakukan dimenit pertama dan jam pertama

2) Orang tua merupakan orang yang menyentuh bayi pertama kali

3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis

4) Orang tua ikut terlibat dalam proses persalinan

5) Persiapan (perinatal care-PNC) sebelumnya

6) Cepat melakukan proses adaptasi

7) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi

kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi

rasa nyaman.

8) Tersedianya fasilitas untuk kontak yang lebih lama.

9) Penekanan pada hal-hal yang positif

10) Adanya perawatan maternitas khusus (bidan)

11) Libatkan anggota keluarga lainnya

12) Pemberian informasi bertahap mengenai bounding attachment

d. Hambatan Bounding Attachment

Hambatan yang bisa ditemui dalam melakukan bounding

attachment adalah kurangnya sistem dukungan (support system), ibu

dan bayi yang beresiko, serta kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Dengan terlambatnya bounding attachment maka perkembangan

tingkah laku anak juga akan terhambat, dan akan tumbuh sikap-sikap

yang tidak menguntungkan sepeti tingkah laku stereotip, social

abnormal, dan kemunduran pengetahuan (motoric, kognitif, dan verbal),

serta bersika apatis. (vivian nanny lia dewi, tri sunarsih. 2012).

Adapun kondisi-kondisi yang menunda terjadinya ikatan antara

ibu dn bayi adalah sebagai berikut :

1) Prematuritas

2) Bayi atau ibu sakit

3) Cacat fisik

4) Kesehatan emosional orang tua

5) Tingkat kemampuan komunikasi dan keterampilan untuk merawat

anak

6) Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan

7) Kedekatan orang tua ke anak

8) Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis

kelamin).

e. Faktor bonding attachment

Bonding attachment dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Rini

dan Kumala, 2016) :

1) Faktor Internal

a) Bagaimana bayi diasuh oleh orangtua


Apabila sang ayah atau individu lain pada waktu kecil dididik

orangtua dengan cara keras atau sering diberikan hukuman jika

ada kesalahan sedikit, sehingga kemungkinan kedekatan

antara ayah dan bayi akan sulit terbentuk dan cara ini akan

diterapkan untuk mendidik anaknya dikemudian hari.

b) Kebudayaan yang diinternalisasikan dalam diri

Banyak masyarakat yang masih percaya bahwa ibu dan

bayinya yang baru lahir tidaklah bersih dan diisolasi dari

ayahnya selama periode yang ditetapkan, tentu saja hal ini

menyulitkan terbentuknya ikatan batin dengan sang ayah.

c) Nilai-nilai kehidupan

Kepercayaan dan nilai-nilai dalam kehidupan mempengaruhi

perilaku dan dan respon seseorang, dalam agama islam bayi

yang baru lahir sesegera mungkin di adzankan oleh sang ayah.

Keadaan ini memberikan kesempatan ayah untuk mencoba

menggendong bayi pertama kalinya dan bayi mendengarkan

suara sang ayah

d) Hubungan antar sesama

Hubungan antar sesama akan menciptakan suatu pengalaman

seperti bila sang ayah melihat atau mendengar cerita dari

temannya bagaimana temannya bersikap terhadap anak

pertamanya, bila sang ayah mempunyai hubungan dalam


lingkungannya harmonis, mudah bersosialisasi, hal ini akan

menciptakan respon yang positif terhadap bayinya.

e) Riwayat kehamilan sebelumnya

Apabila pada kehamilan terdahulu ibu mengalami komplikasi

dalam kehamilan seperti abortus, plasenta previa, akan

membuat ayah atau ibu maupun keluarga sangat menjaga dan

melindungi bayi dengan sebaiknya.

2) Faktor eksternal

a) Keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan

Pasangan suami istri yang sangat menginginkan anak tentu

saja akan merespon kelahiran bayi dengan bangga dan

bahagia. Perhatian yang diterima selama kehamilan, persalinan

dan post partum, perhatian dari suami dan keluarga akan

menciptakan perasaan bahagia dan bangga akan perannya

sebagai seorang ibu.

b) Sikap dan perilaku pengunjung

Pengunjung memberikan pujian dan ucapan selamat serta

memperlihatkan perasaan bangga terhadap bayi, hal ini akan

menumbuhkan perasaan bahagia akan kehadiran bayi.


C. Tinjaun Umum Tentang Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas (peurperium) yaitu masasejak bayi lahir dan plasenta lepas

dari rahim sampai enam minggu beriutnya, disertai dengan pulihnya

kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungannya, yang

mengalami perubahan seperti permukaan dan lain sebagainya berkaitan

saat melahirkan (Suherni, 2012).

Masa nifas (peurperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil

(Sulisyawati, A. 2013).

Masa nifas atau peurperium dimulai setelah kelahiran plasenta, dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2012).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Adapun tujuan pelaksanaan masa nifas (Rukiyah, 2012) yaitu :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu berkaitan dengan gizi,

menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya, perawatan bayi sehat,

dan Keluarga Berencana.

d. Memberikan pelayanan KB.

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Asuhan Masa Nifas


Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuahan masa nifas menurut

(Suhermi, 2012) :

a. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi

yang terjadi pada saat-saat penting yaitu enam jam, enam hari, dua

minggu, dan enam minggu.

b. Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga.

c. Membuat kebijakan perancanaan kesehatan dan administrator.

4. Periode Masa Nifas

a. Peurperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan.

b. Peurperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote peurperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau want persalinan

mempunyai komplikasi (Sujiyatini, 2013).

5. Proses involusio

a. Uterus

Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uteri berada setinggi umbilicus

dan berat uterus 1000gr. Uterus kemudian mengalami involusio

dengan cepat selama 7-10 hari pertama dan selanjutnya proses

involusio ini berlangsung lebih berangsur-angsur. Setelah postnatal 12

hari, uterus biasanya sudah tidak dapat diraba melalui abdomen, dan
setelah 6 minggu, ukurannya sudah kembali seperti ukuran tidak hamil

(Dewi, Vivian Nanny Lia, 2013).

b. Lochia

Lochia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

1) Lochia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-

sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, mekonium, selama 2 hari

pasca persalinan.

2) Lochia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochia serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada

gari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochia alba cairan yang berwarna putih selama 2 minggu.

5) Lochia purulenta yaitu terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

5. Perawatan Masa Nifas

a. Mobilisasi karena lelah habis bersalin ibu harus istrahat, tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh merubah

posisi sesuai yang diinginkan untuk mencegah terjadinya thrombosis

dan tromboemboli.

b. Diet yaitu makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya

makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran

dan buah.
c. Miksi hendaknya kencing dilakukan sendiri, kadang wanita

mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama

persalinan, juga oleh adanya edema kandung kemih selama

persalinan.

d. Defekasi buang air bersar dilakukan 3-4 hari pasca persalinan, bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obtipasi apalagi berak keras

berikan obat laksan peroral atau rectal.

e. Perawatan payudara, perawatan mammae telah dilakukan sejak

wanita hamil supaya pting susu lemas, tidak keras, dan kering

sebagai persiapan untuk menyusui nayinya (Suherni, dkk. 2012).

6. Kunjungan Masa Nifas

a. 6-8 jam post partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi atau pearawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. Memberiakan konseling

pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang

disebabkan atonia uteri. Pemberian ASI awal mengajarkan cara

mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi

tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. Stelah bidan melakukan

pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk

2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi

baru lahir dalam keadaan baik (Suherni, dkk. 2012).


b. 6 hari post partum

Memastikan involusi uterus dengan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal. Menilai adana tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan. Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup.

Memastian ibu mendapatkan makanan yang bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada

tanda-tanda kesulitan menyusui. Member konseling tentang

perawatan bayi baru lahir (Suherni, dkk. 2012).

c. 2 minggu post partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungan 6 hari post partum yaitu Memastikan

involusi uterus dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi

fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adana tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup. Memastian ibu

mendapatkan makanan yang bergizi dan cukup cairan. Memastikan

ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda

kesulitan menyusui. Member konseling tentang perawatan bayi baru

lahir (Suherni, dkk. 2012).

d. 6 minggu post partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas

dan memberikan konseling KB secara dini (Suherni, dkk. 2012).

Anda mungkin juga menyukai