Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusui Dini


A.1 Definisi Inisiasi Menyusui Dini
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini
adalah bayi mulai menyusui sendiri segara setelah lahir. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak menyari
payudara. Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu
dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam,
semua bayi akan melalui lima tahapan prilaku (pre-feeding behaviour) sebelum
bayi berhasil menyusui (Saleha, 2010).
Berikut ini lima tahapan perilaku bayi tersebut :
a. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga
(rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya
terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan. Bounding
(hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam
suasana aman.
b. Antara 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin
minum, mencium dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing
bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.
c. Mengeluarkan air liur : saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya,
maka bayi mengeluarkan air liur.
d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan
kaki menekan perut ibu. Bayi menjilat-jilat perut ibu, menghentak-
hentakkan kepala di dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri serta
menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan
tangan yang mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan
melekat dengan baik (Saleha, 2010).

Poltekkes Kemenkes Medan


Dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mentargetkan
pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17 bayi per 1.000 kelahiran.
Menghadapi tantangan dan target MDGs tersebut maka perlu adanya program
kesehatan anak yang mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi. Beberapa program terkini dalam proses pelaksanaan percepatan
penurunan AKB adalah program Inisiasi Menyusu Dini, ASI eksklusif, penyediaan
konsultan ASI eksklusif di Rumah Sakit/Puskesmas, injeksi vitamin K1 pada bayi
baru lahir, imunisasi hepatitis pada bayi kurang dari 7 hari, tatalaksana gizi buruk,
dan program lainnya (Niswah, et al., 2012).
Inisiasi Menyusu Dini adalah bayi diberi kesempatan memulai/inisiasi
menyusu sendiri segera setelah lahir/ dini, dengan membiarkan kontak kulit bayi
dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih, sampai menyusu pertama
selesai. Apabila dalam satu jam tidak ada reaksi menyusu, maka boleh
mendekatkan puting susu tetapi beri kesempatan bayi untuk inisiasi. Dalam
prosedur ini kontak kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin) lebih bermakna
dibandingkan dengan proses inisiasi itu sendiri. Ada beberapa intervensi yang
dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan
sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu
bersalin, kelahiran melalui obat-obatan atau tindakan seperti caesar, vacum,
forsep, episiotomi (Maryunani, 2012).
Dalam istilah yang lain, Inisiasi Menyusui Dini disebut juga sebagai
proses breast crawl. Dalam sebuah publikasi oleh breastcrawl.org, yang berjudul
Breast Crawl: A Scientific Overview, ada beberapa hal yang menyebabkan bayi
mampu menemukan sendiri puting ibunya dan mulai menyusui, yaitu:
a. Sensory Inputs atau
Indera yang terdiri dari penciuman terhadap bau khas ibunya setelah
melahirkan, penglihatan karena bayi baru lahir dapat mengenal pola hitam
putih, bayi akan mengenali puting dan wilayah areola ibunya karena
warna gelapnya. Berikutnya adalah indera pengecap bayi mampu
merasakan cairan amniotic yang melekat pada jari-jari tangannya,
sehingga bayi pada saat baru lahir suka menjilati jarinya sendiri.
Kemudian dari indera pendengaran, sejak dari dalam kandungan, suara
ibu adalah suara yang paling dikenalnya. Dan yang terakhir dari indera

Poltekkes Kemenkes Medan


perasa dengan sentuhan kulit-ke-kulit antara bayi dengan ibu adalah
sensasi pertama yang memberi kehangatan dan rangsangan lainnya.
b. Central Component.
Otak bayi yang baru lahir sudah siap untuk segera mengeksplorasi
lingkungannya dan lingkungan yang paling dikenalnya adalah tubuh
ibunya. Rangsangan ini harus segera dilakukan, karena jika terlalu lama
dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini. Inilah penyebab bayi
yang langsung dipisah dari ibunya, akan lebih sering menangis daripada
bayi yang langsung ditempelkan ke tubuh ibunya.
c. Motor Outputs.
Bayi yang merangkak di atas tubuh ibunya, merupakan gerak yang paling
alamiah yang dapat dilakukan bayi setelah lahir. Selain berusaha
mencapai puting ibunya, gerakan ini juga memberi banyak manfaat untuk
sang ibu, misalnya mendorong pelepasan plasenta dan mengurangi
pendarahan pada rahim ibu (Roesli, 2008).
A.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
a. Manfaat bagi bayi
Menurunkan kejadian hipotermi karena luas permukaan tubuh bayi ±3 kali
luas permukaan tubuh orang dewasa. Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah
kulit tipis, kecepatan kehilangan panas pada tubuh bayi baru lahir ±4 kali dari
orang dewasa. Kehilangan panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi
dan evaporasi (Rukiyah & Yulianti, 2010).
Meningkatkan kekebalan tubuh bayi karena kolostrum mengandung sel
darah putih dan antibodi yang paling tinggi daripada ASI yang sebenarnya,
khususnya kandungan imunoglobin A, yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah bayi mengalami alergi makanan (Saleha, 2010).
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini dipercaya akan membantu
meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit-penyakit yang beresiko
kematian tinggi. Misalnya kanker syaraf, leukemia dan beberapa penyakit
lainnya. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam petama dengan
dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat
diselamatkan (Roesli, 2008).

Poltekkes Kemenkes Medan


Merupakan cara untuk melakukan bounding attachment karena setelah
bayi lahir segera ditempatkan diatas perut ibu. Ia akan merangkak dan mencari
puting susu ibunya. Dengan demikian bayi dapat melakukan refleks suckling
dengan segera (Saleha, 2010).
Kompisisi ASI sesuai dan memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
Perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat. Dasar untuk perkembangan
kepribadian yang percaya diri dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak
(Saleha, 2010).
b. Manfaat bagi ibu
Mencegah perdarahan pasca persalinan karena isapan bayi akan
mempengaruhi hormon prolaktin untuk terproduksi dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula. Menunda kesuburan, peningkatan kadar prolaktin akan
menghambat ovulasi, namun ibu perlu meberikan ASI 2-3 kali setiap jam agar
pengaruhnya benar-benar efektif.
Menimbulkan perasaan dibutuhkan karena bayi sangat bergantung pada
ibu dalam proses inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif. Mempercepat ibu
kembali ke berat badan sebelum hamil dan mengurangi kemungkinan kanker
payudara dan ovarium karena bayi senantiasa menyusu (Saleha, 2010).
c. Manfaat bagi keluarga
Mudah dalam proses pemberiannya. Mengurangi biaya rumah tangga.
Bayi yang mendapatkan kolostrum dari ASI jarang sakit sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat (Saleha, 2010).
d. Manfaat bagi negara
Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.
Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan
menyusui. Mengurangi populasi. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas (Saleha, 2010).
A.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini
Berikut merupakan langkah-langkah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada
bayi yang dilahirkan secara spontan :
a. Anjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu saat melahirkan.
Hindari/kurangi penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan.

Poltekkes Kemenkes Medan


b. Bayi lahir segera dikeringkan secepatnya terutama kepala bayi tanpa
menghilangkan lapisan lemak putih (vernix). Mulut dan hidung bayi
dibersihkan serta tali pusat segera dipotong dan diikat.
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, dalam keadaan ibu dan bayi tidak
memakai baju, tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu agar terjadi
sentuhan kulit ibu dan bayi serta selimuti keduanya agar tidak kedinginan.
d. Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi
mendekati puting. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu
ibunya.
e. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama minimal
satu jam walaupun proses menyusui telah terjadi.
f. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam, bantu ibu dengan
mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut
bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi.
g. Setelah menyusu awal selesai. Lakukan kegiatan menimbang, mengukur
dan memberi suntikan vitamin K.
h. Rawat gabung bayi dan ibu dalam satu ruangan (Maryunani, 2012).
A.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini
Dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini terdapat faktor-faktor yang
mendukung maupun menghambat terlaksananya inisiasi menyusu dini. Faktor-
faktor ini dapat berupa faktor internal dari ibu sendiri yaitu faktor predisposisi,
maupun faktor eksternal yaitu faktor pendukung dan pendorong. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini menurut Hidayat ( 2012),
antara lain:
a. Pengetahuan ibu hamil mengenai inisiasi menyusu dini
Pengetahuan merupakan faktor utama terlaksananya inisiasi menyusu
dini dengan benar. Dengan memiliki pengetahuan yang adekuat tentang inisiasi
menyusu dini maka ibu akan memiliki tambahan kepercayaan diri dalam
menyusui bayinya sehingga bayi akan mendapatkan perawatan yang optimal.
Sedangkan bila pengetahuan yang dimiliki ibu tidak adekuat maka ibu
akan menjadi kurang percaya diri dalam menyusui bayinya sehingga bayi
tersebut kehilangan sumber makanan yang vital bagi pertumbuhan dan

Poltekkes Kemenkes Medan


perkembangannya. Adekuat tidaknya pengetahuan ibu dapat dilihat dengan
penggunaan susu formula dan makanan tambahan secara dini pada bayi.
b. Sikap ibu hamil terhadap inisiasi menyusu dini
Pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap inisiasi menyusu dini akan
membentuk tindakan yang akan dilakukan ibu tersebut. Jika pengetahuan dan
sikap ibu hamil terhadap inisiasi menyusu dini baik maka kemungkinan ibu
tersebut akan melaksanakan inisiasi menyusu dini akan meningkat, namun
sebaliknya jika pengetahuan dan sikap ibu hamil buruk, maka kemungkinan ibu
tersebut akan menolak untuk melakukan inisiasi menyusu dini akan meningkat.
c. Dukungan petugas kesehatan
Peran petugas kesehatan dalam inisiasi menyusu dini sangat penting
karena ibu membutuhkan bantuan dan fasilitasi dari petugas kesehatan untuk
dapat melakukan inisiasi menyusu dini. Petugas kesehatan yang memiliki sifat
positif terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini seperti memberikan informasi
tentang pentingnya inisiasi menyusu dini, senang bila ibu mengerti akan
pentingnya inisiasi menyusu dini dan membantu pelaksanaan inisiasi menyusu
dini akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyukseskan pelaksanaan
inisiasi menyusu dini. Dukungan ini sebaiknya dilakukan baik pada saat prenatal
ataupun post natal karena hal ini diyakini secara efektif dapat mendorong ibu
untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan meningkatkan kemungkinan
pemberian ASI eksklusif.
Namun sering petugas kesehatan tidak memfasilitasi ibu untuk
melaksanakan inisiasi menyusu dini, hal ini karena kurangnya informasi pada
petugas kesehatan. Untuk itu penyuluhan terhadap petugas kesehatan harus
dilakukan.
d. Dukungan anggota keluarga
Dukungan anggota keluarga, terutama dukungan suami akan
menciptakan lingkungan yang kondusif yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini.
e. Sarana kesehatan
Dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, jika sarana kesehatan
mendukung terlaksananya inisiasi menyusu dini maka program inisiasi menyusu
dini akan berjalan dengan baik. Namun jika sarana kesehatan tersebut tidak

Poltekkes Kemenkes Medan


mendukung program inisiasi menyusu dini maka program tersebut tidak akan
berjalan dengan baik.
f. Kebijakan pemerintah
Pemerintah yang tidak memasukkan program pelaksanaan inisiasi
menyusu dini secara eksplisit dalam kebijakannya akan menyebabkan tidak
berjalannya program inisiasi menyusu dini di fasilitas-fasilitas kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, perlu dimasukkan program inisiasi menyusu dini
didalam kebijakan agar program tersebut dapat diimplementasikan secara efektif.
g. Masa kehamilan
Pada bayi yang kelahirannya sesuai masa kehamilan normal (aterm),
tingkat pelaksanaan inisiasi menyusu dini lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
yang masa kelahirannya kurang dari normal (preterm). Hal ini karena
kemampuan bayi tersebut untuk melakukan koordinasi yang dibutuhkan saat
melakukan inisiasi menyusu dini seperti penghisapan air susu, penelanan air
susu dan koordinasi saat bernafas berkurang.
h. Metode persalinan
Pada ibu yang menggunakan metode persalinan normal, tingkat
pelaksanaannya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang menggunakan
metode persalinan caesar. Hal ini karena pada persalinan caesar ibu mungkin
diberi anestesi umum sehingga tidak bisa melakukan inisiasi menyusu dini. Hal
ini sebenarnya dapat diatasi dengan penggunaan anestesi regional, spinal dan
epidural. Namun, penggunaan analgesi pada operasi caesar juga dapat
menurunkan kemungkinan bayi melakukan inisiasi menyusu dini karena bayi
tersebut mengalami gangguan perilaku dalam mencari puting susu ibu.
i. Kondisi yang tidak memungkinkan ibu untuk melakukan inisiasi menyusu
dini
Terdapat beberapa kondisi yang tidak memungkinkan ibu untuk
melakukan inisiasi menyusu dini. Kondisi ini antara lain adalah ibu menderita
penyakit yang dapat ditularkan kepada bayi melalui air susu. Penyakit ini
contohnya adalah HIV, sifilis dan Kondisi lainnya adalah ibu mengalami
gangguan hemodinamik seperti preeklampsia dan eklampsia.
j. Riwayat partus
Penelitian yang dilakukan oleh Vieira, et al menunjukkan bahwa pada ibu
yang belum pernah melahirkan, tingkat pelaksanaan inisiasi menyusu dini lebih

Poltekkes Kemenkes Medan


tinggi dibanding ibu yang pernah melahirkan. Selain itu, ibu yang memiliki anak
sedikit mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif lebih besar dibanding
ibu yang memiliki anak banyak.
A.5 Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Adapun penghambat inisiasi menyusu dini menurut Roesli (2008) dalam
Maryunani (2012) adalah:
a. Bayi kedinginan - tidak benar
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan
sang ibu. Suhu dada ibu meningkat 1 derajat dari pada ibu yang tidak
melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu kepanasan, suhu dada
ibu akan turun 1 derajat. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan
meningkat 2 derajat untuk menghangatkan bayi. Jadi dada ibu adalah
tempat terbaik bagi bayi baru lahir.
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya -
tidak benar
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah
lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
menyusu dini membantu menenangkan ibu.
c. Tenaga kesehatan kurang tersedia - tidak masalah
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya.
Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau
keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada
ibu.
d. Kamar bersalin atau kamar oprasi sibuk - tidak masalah
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau
kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan
usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
e. Ibu harus dijahit - tidak masalah
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang
dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore
(gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir - tidak benar
Menurut American college of obstetrics and gynecology dan academy
breastfeeding medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda

Poltekkes Kemenkes Medan


setidakya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa
membahayakan bayi.
g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur - tidak
benar.
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu, kesempatan verniks meresap, melunakkan dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah
lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal
selesai.
h. Bayi kurang siaga - tidak benar
Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert).
Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama jika bayi mengantuk akibat
obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi
memerlukan bantuan lebih untuk boanding.
i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostun tidak memadai sehingga
diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) - tidak benar.
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada
saat itu.
j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi, tidak benar
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagi
imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum
melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

B. Bayi Baru Lahir


B.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan 2500 sampai 4000 gram. Bayi yang baru
mengalami proses kelahiran harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin
ke kehidupan ekstra uterin.

Poltekkes Kemenkes Medan


B.2 Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai antara lain : warna kulit
seluruh tubuh kemerahan, frekuensi jantung >100x/menit, reaksi terhadap
rangsangan, menangis atau bersin, tonus otot gerak aktif, usaha bernafas, bayi
menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38 oC) atau terlalu
dingin (kurang dari 36oC) (JNPK, 2008).

C. Suhu Tubuh
C.1 Pengertian Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh da jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh
merupakan suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer yang dapat dibagi menjadi beberapa standart penilaian suhu,
antara lain : normal, hipertermi dan hipotermi (Cholil, 2003).
C.2 Pencegahan Pehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu jika tidak dilakukan pencegahan kehilangan panas
maka bayi akan mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko
mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermi sangat mudah
terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang hangat
(Maryunani, 2012).
C.3 Mekanisme Kehilangan Panas
a. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas, kehilangan panas yang terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak dikeringkan.
b. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi yang akan menyerap
panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan
diatas benda-benda tersebut.

Poltekkes Kemenkes Medan


c. Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat terpapar udara sekitar
yang lebih dingin, bayi yang dilahirkan ditempatkan di dalam ruangan
yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara
melalui ventilasi atau pendinginan udara.
d. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (Maryunani, 2012).
C.4 Hipotermi
Hipotermi merupakan suatu keadaan dimana tubuh bayi mengalami
penurunan suhu tubuh dibawah 36ºC Celsius yang pada akhirnya menyebabkan
trauma dingin pada bayi baru lahir dan mengakibatkan kesakitan bahkan
kematian. Hipotermi berkaitan erat dengan proses metabolisme dan
pertambahan pemakaian energi. Suhu normal bayi baru lahir adalah 36ºC-37ºC
(suhu aksila) dan 36,5ºC-37,5ºC (suhu rectal) (Maryunani & Puspita, 2010).
Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan
lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau
basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian (Cholil, 2003).
a. Tanda-tanda hipotermi sedang (stress dingin)
Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya kurang dari
2 hari, suhu tubuh 32oC – 36,4oC, gangguan nafas, denyut jantung kurang
dari 100 kali permenit, malas minum dan letargi.
b. Tanda-tanda hipotermi berat (cedera dingin)
Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah, waktu timbulnya kurang dari
2 hari, suhu tubuh <32oC, tanda lain hipotermi sedang, kulit teraba keras
dan nafas pelan serta dalam.
c. Tanda-tanda suhu tubuh tidak stabil (dugaan sepsis)
Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan, suhu tubuh
berfluktuasi antara 36oC – 39oC meskipun berada di suhu lingkungan
yang stabil dan fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil. (Cholil,
2003).

Poltekkes Kemenkes Medan


Manajemen hipotermi berat terdiri dari : segera hangatkan bayi di bawah
pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan
inkubator atau ruangan hangat bila perlu. Bila menggunakan cara lain untuk
menghangatkan bayi (misalnya botol air panas), pastikan kulit bayi tidak
menyentuh langsung karena bisa menyebabkan luka bakar. Pastikan juga
sumber panas sudah diganti sebelum mulai dingin. Ganti baju yang dingin dan
basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimut hangat.
Hindari paparan panas yang berlebihan.
Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas lebih dari 60 atau
kurang dari 30 kali permenit), penanganan berbeda. Pasang jalur IV dan beri
cairan IV sesuai dengan dosis rawatan dan pipa infus tetap terpasang di bawah
pemancar panas untuk menghangatkan cairan. Periksa kadar glukose darah, bila
kadar glukose darah kurang 45 mg/dL, tangani hipoglikemia. Nilai tanda
kegawatan pada bayi (misalnya gangguan nafas, kejang atau tidak sadar) setiap
jam dan nilai juga kemampuan minum tiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali
dalam batas normal.
Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan
dalam penanganan kemungkinan besar sepsis. Anjurkan ibu menyusui bayi
segera setelah bayi siap, bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. Bila bayi tidak dapat
menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah begitu suhu bayi
mencapai 35oC. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak
0,5oC/ jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan
memeriksa suhu bayi setiap 2 jam. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk
menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam.
Setelah suhu tubuh bayi normal, lakukan perawatan lanjutan untuk bayi,
pantau bayi selama 12 jam dan ukur suhu tubuhnya setiap 3 jam. Pantau bayi
selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas
normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan dan beri penkes kepada ibu
bagaimana cara menjaga bayi agar tetap hangat selama di rumah (Cholil, 2003).
Manajemen hipotermi sedang terdiri dari : ganti pakaian yang dingin dan
basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimut yang hangat. Bila
ada ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan

Poltekkes Kemenkes Medan


kulit. Bila ibu tidak ada, hangatkan bayi dengan menggunakan alat pemancar
panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat bila perlu. Periksa suhu alat
penghangat dan suhu ruangan. Beri ASI perah dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu. Hindari paparan
panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah. Anjurkan ibu untuk
menyusui lebih sering. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya
gangguan nafas, kejang dan tidak sadar) serta segera mencari pertolongan bila
terjadi hal tersebut.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 oC/ jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa
suhu bayi setiap 2 jam. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, cari tanda
sepsis. Setelah suhu tubuh normal, lakukan perawatan lanjutan. Pantau bayi
selama 12 jam berikutnya dan periksa suhu tubuhnya setiap 3 jam. Bila suhu
tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan dan beri
penkes kepada ibu cara menghangatkan bayi di rumah (Cholil, 2003).
C.5 Hipertermi
Hipertermi atau kenaikan suhu tubuh dapat disebabkan karena terpapar
dengan lingkungan yang hangat (suhu lingkungan panas, paparan sinar matahari
atau paparan panas yang berlebihan dari inkubator atau alat pemancar panas)
(Cholil, 2003).
Manajemen hipertermi yaitu : jangan memberi obat antipiretik kepada bayi
yang suhu tubuhnya tinggi. Bila suhu diduga karena paparan panas yang
berlebihan. Penanganan bila bayi belum pernah diletakkan di dalam alat
penghangat yaitu, letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal
(25oC-28oC), lepaskan sebagian atau seluruh pakain bayi bila perlu. Periksa suhu
aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dengan batas normal. Bila suhu sangat
tinggi >39oC, bayi dikompres atau dimandikan selama 10 sampai 15 menit dalam
air yang suhunya 4oC lebih rendah dari suhu tubuh bayi, jangan menggunakan
air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4oC di bawah suhu bayi.
Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau inkubator,
turunkan suhu alat penghangat bila bayi di dalam inkubator. Atur suhu dalam
batas normal. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit
kemudian beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan.

Poltekkes Kemenkes Medan


Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas normal. Periksa
suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan pengatur suhu.
Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan. Terapi untuk
kemungkinan besar sepsis. Letakkan bayi diruangan dengan suhu lingkungan
normal. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu. Periksa suhu
bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas normal. Bila suhu sangat
tinggi >39oC, bayi dikompres atau dimandikan selama 10 sampai 15 menit dalam
air yang suhunya 4oC lebih rendah dari suhu tubuh bayi, jangan menggunakan
air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 4 oC dibawah suhu bayi.
Manajemen lanjutan jika suhu lebih dari 37,5 oC. Yakinkan bayi
mendapatkan cukup cairan. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya. Bila bayi tidak
dapat menyusu, beri ASI perah dengan salah satu alternatif cara pemberian
minum. Bila terdapat tanda dehidrasi (mata atau ubun-ubun besar cekung,
elastisitas kulit turun, lidah dan membran mukosa kering), tangani dehidrasi.
Periksa kadar glukose darah, bila kurang 45 mg/dL, tangani hipoglikemia.
Setelah suhu bayi normal lakukn perawatan lanjutan. Pantau bayi selama 12 jam
berikutnya dan periksa suhu tubuh setiap 3 jam. Bila suhu tetap dalam batas
normal dan bayi dapat menyusu dengan baik serta tidak ada masalah lain yang
membutuhkan penanganan, bayi dapat dipulangkan. Beri penkes kepada ibu
tentang cara menghangatkan bayi di rumah dan melindunginya dari paparan
panas yang berlebihan (Cholil, 2003).
C.6 Fisiologi dan Kebutuhan Bayi Baru Lahir
Dalam situasi yang ideal, kecepatan produksi panas oleh adanya
konsumsi 02 rendah dan hal ini memungkinkan energi diarahkan pada
pertumbuhan. Pada keadaan ini, keseimbangan kehilangan panas ke produksi
panas diatur oleh hipotalamus, yang menyebabkan pembuluh darah perifer
berkonstriksi untuk menghemat panas atau berdilatasi untuk meningkatkan
kehilangan panas. Jika bayi dapat mempertahankan temperature kulit 36,2-
36,5oC. Dalam berespon panas berlebihan (temperature kulit terekspos pada 37-
37,5oC), panas tidak cukup hilang melaluivasodilatasi dan keringat yang terjadi
pada bayi aterm, menyebabkan pendinginan karena evaporasi yang cepat, oleh
karena itu, pada intinya bahwa bayi harus terjaga kehangatannya segera setelah
lahir (Maryunani & Puspita, 2010).

Poltekkes Kemenkes Medan


Menjaga kehangatan bayi dengan memberikan bayi kepada ibunya
secepat mungkin. Kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting dalam
rangka menghangatkan serta mempertahankan panas tubuh bayi. Ganti lah
handuk/kain jika basah dengan kain yang kiring, dan bungkuslah bayi tersebut
dengan selimut, serta jangan lupa untuk memastikan kepala bayi telah terlindungi
dengan baik untuk mencegah kehilangan panas.
Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 0C, segera hangatkan bayi dengan
tehnik metode kanguru. Perawatan metode kanguru adalah perawatan untuk bayi
prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu.
Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan
keselamatan bayi yang lahir premature dan aterm. Kehangatan tubuh ibu
merupakan sumber panas yang efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung
antara kulit ibu dengan kulit bayi. Prinsip ini dikenal dengan skin to skin contact
atau metode kanguru. Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara
efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan,
keselamatan, kasih sayang, ASI, perlindungan dari infeksi dan stimulasi (Putra &
Sitiatava, 2011).

Poltekkes Kemenkes Medan


D. Kerangka Teori

Ibu post partum


dan bayi baru IMD
lahir

Manfaat bagi bayi : Manfaat bagi ibu :


 Medapatkan boanding  Mendapatkan boandig
 Mencegah hipotermi  Pengeluaran hormon
 Mendapatkan kolostrum oksitoksin
 Menela bakteri yang aman  Mencegah perdarahan
 Pengeluaran mekoneum  Mempercepat pelepasan
dini plasenta

Factor-faktor yang Tatalaksaa


mempengaruhi : IMD
 Pengetahuan ibu hamil
 Sikap ibu hamil
 Dukungan petugas
kesehatan Suhu tubuh

 Dukungan anggota bayi

keluarga
 Persalinan
 Kondisi ibu dan bayi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Hidayat, K.A (2012) & Maulana, H (2009) dalam Aprilia, Y, 2009.

Poltekkes Kemenkes Medan


E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Hubungan Inisiasi
Menyusui Dini dengan Kenaikan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di Klinik Rumah
Sehat Cinta Mama Kota Tebing Tinggi Tahun 2017” dapat dilihat pada bagan
berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Inisiasi Menyusui Dini Kenaikan suhu tubuh Bayi


(IMD) Baru Lahir (BBL)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Defenisi Operasional
Tabel 2.1.
Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Kategori

Inisiasi Suatu tindakan yang Lembar


menyusui dilakukan oleh tenaga observasi
dini kesehatan kepada ibu
dan bayi baru lahir agar
terjadi kontak skin to skin
antara keduanya dan
bayi mulai belajar
mencari puting susu ibu
serta menyusu sendiri
Kenaikan Suatu keadaan/kondisi Thermometer Rasio Suhu tubuh bayi
suhu tubuh yang dapat Lembar (oC)
tubuh bayi berubah-ubah pada bayi observasi
baru lahir baru lahir

Poltekkes Kemenkes Medan


G. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini yaitu ada hubungan inisiasi menyusui
dini dengan kenaikan suhu tubuh bayi baru lahir.

Poltekkes Kemenkes Medan

Anda mungkin juga menyukai