Anda di halaman 1dari 6

ESSAY REFLEKSI

A. Introduction
Essay pada kasus ini menggunakan Gibss Reflection Cycle (1988). Melalui
refleksi ini dapat sebagai bahan untuk pengembangan diri dan pengetahuan kami
kedepannya.
B. Description
Ketika kami melakukan Praktik Klinik Kebidanan (PKK) di Puskemas
Telaga Biru, kami pernah membantu dalam menolong persalinan normal. Asuhan
persalinan normal yang dilakukan dari timbulnya his hingga 2 jam postpartum.
Umumnya ibu yang bersalin di Puskesmas ini, setelah lahirnya bayi tidak
dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Bayi setelah dipotong tali pusatnya,
langsung dilakukan pengukuran antropometri meskipun bayi lahir normal dan
tanpa disertai komplikasi. Kami mendapati bahwa tidak hanya satu atau dua ibu
bersalin yang tidak dilakukan IMD tetapi hampir seluruh ibu bersalin di
Puskesmas tersebut tidak dilakukan IMD.
Hal tersebut membuat kami bertanya, kenapa tidak dilakukan IMD
sementara dalam asuhan persalinan normal, IMD merupakan prosedur tetap dan
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif.
C. Evaluation
Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan suatu upaya bayi mencapai puting
susu ibu dan mulai menyusu yang dilakukan segera atau kurang dari 1 jam setelah
bayi lahir. Saat dilakukan inisiasi menyusu dini, bayi akan bergerak mencari
puting susu dan ketika menemukannya secara refleks akan mulai menghisap.
Hisapan bayi dapat memberikan efek dasar pada sel acini dan dapat merangsang
pengeluaran hormon prolaktin yang berfungsi dalam memproduksi ASI serta
memperbesar peluang keberhasilan menyusui secara eksklusif (Sondakh, 2013).
Pemberian ASI sejak dini hendaknya dilakukan segera setelah bayi lahir
yakni kurang dari satu jam setelah kelahiran bayi. Memberikan ASI sesegera
mungkin akan memperbesar peluang bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif. Jika
dalam beberapa keadaan tertentu IMD tidak dapat dilakukan seperti bayi yang
mengalami asfiksia namun ASI tetap keluar, maka ASI dapat diberikan
menggunakan sendok atau tabung nasogastrik [ CITATION Deb12 \l 1033 ].
Proses IMD juga terdapat fase bayi menjilat-jilat kulit ibu sehingga flora
baik yang terdapat pada kulit ibu akan masuk ke dalam pencernaan bayi. Flora
baik inilah yang berperan dalam proses perubahan bilirubin menjadi sterkobilin
yang akan dikeluarkan melalui mekonium sehingga ikterus neonatorum tidak
terjadi. IMD perlu dilakukan minimal selama 1 jam setelah bayi dilahirkan
(Saputra & Lasmini, 2015). Tujuan dilakukannya inisiasi menyusu dini ialah agar
bayi segera mendapatkan ASI berupa kolostrum yang bermanfaat bagi bayi.
Kolostrum merupakan air susu yang keluar pada hari pertama hingga ketiga,
cairannya kental dan warnanya kekuningan, bentuknya sedikit kasar sebab
mengandung butiran lemak dan sel epitel. Kolostrum mengandung protein yang
utama ialah globulin (gamma globulin) yang memiliki kadar antibodi lebih tinggi
dibanding ASI matur [ CITATION And18 \l 1033 ]. Bayi yang dilakukan inisiasi
menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum dibandingkan dengan bayi yang
tidak dilakukan inisiasi menyusu dini. Kolostrum kaya akan daya tahan tubuh,
penting untuk ketahanan terhadap infeksi, baik untuk pertumbuhan usus, sehingga
kelangsungan hidup baik. Kolostrum merupakan “imunisasi” awal bagi bayi
karena banyak terdapat kandungan protein dan immunoglobulin yang berfungsi
untuk membunuh berbagai jenis mikroba dalam tubuh.
Inisiasi menyusu dini memiliki banyak manfaat baik untuk bayi maupun
ibu. Adapun manfaat IMD ialah :
1. Bagi bayi
a. Panas tubuh ibu dapat menghangatkan bayi sehingga dapat
mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi.
b. Saat bayi diletakkan di dada ibu akan membuat bayi merasa tenang
sehingga dapat menstabilkan pernapasan dan detak jantung bayi.
c. Terdapat flora mikroorganisme di tubuh ibu yang tidak
membahayakan, sehingga bakteri baik berkembang dan membentuk
perkumpulan di usus dan kulit yang dapat memberikan perlidungan
dari bakteri jahat di lingkungan luar.
d. Bayi memperoleh kolostrum yaitu air susu yang paling awal keluar
dan banyak mengandung antibodi.
e. Membantu bayi mengoordinasikan kemampuan mengisap, menelan,
dan napas.
f. Meningkatkan bonding attachment.
g. Bila bayi melakukan inisiasi menyusu dini besar kemungkinan akan
terus menyusui secara eksklusif selama 6 bulan (Sondakh, 2013).
2. Bagi Ibu
a. Merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang berguna untuk :
1) Merangsang kontraksi pada uterus serta menurunkan risiko
kejadian hemoragic post partum.
2) Kolostrum lebih cepat keluar dan meningkatkan produksi ASI
3) Mengurangi ketegangan pada ibu, memperlancar kelahiran
plasenta, dan mengurangi rasa nyeri.
b. Merangsang pengeluaran hormon prolaktin yang berguna untuk :
1) Menambah jumlah produksi ASI.
2) Mengurangi stres pada ibu akibat berbagai ketidaknyamanan.
3) Memberikan efek relaksasi setelah bayi menyusu.
4) Menunda masa subur (Sondakh, 2013).
Berdasarkan hal tersebut, IMD memiliki manfaat yang sangat banyak dan
tidak menimbulkan efek negatif bagi ibu dan bayi sehingga pelaksanaannya harus
dilaksanakan di semua ibu bersalin dan bayi lahir sehat tanpa indikasi tertentu.
D. Analysis
Inisiasi menyusu dini merupakan praktik yang murah dan mudah dilakukan
tetapi memiliki potensi yang besar dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian neonatus. Hal ini dikarenakan, dalam ASI banyak terdapat nutrisi yang
baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Saat masa awal kehidupan, usus bayi bersifat terbuka karena masih terdapat
lapisan epitel intestin yang tidak dapat ditembus oleh antigen yaitu suatu zat yang
dapat merangsang pembentukan antibodi sehingga bayi masih rentan terhadap
infeksi bakteri/virus serta rangsangan alergen. Pemberian ASI sejak dini
mendorong tertutupnya usus karena mengandung IgA dan merangsang proliferasi
enzim-enzim dalam usus (Mutmainnah et al., 2017).
Pemberian ASI hendaknya tidak berhenti sampai di inisiasi menyusu dini
saja tetapi berlanjut hingga bayi berusia 2 tahun dengan 6 bulan pertama ASI
diberikan secara eksklusif tanpa tambahan makanan ataupun minuman. ASI telah
terbukti dapat meningkatkan kecerdasan anak dan memiliki perkembangan yang
lebih baik dibandingkan bayi yang diberikan susu formula. Hasil penelitian
Bellando et al. (2020) mengemukakan bahwa perkembangan psikomotor, tingkat
intelejensi, kemampuan bahasa, sosial, komunikasi serta pemahaman anak berusia
5 tahun yang diberi ASI eksklusif minimal 3 bulan pertama lebih baik
dibandingkan anak yang diberi susu formula sejak lahir.
Dari analisis kasus diatas, faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya IMD
pada ibu: karena tidak ada pengetahuan ibu tentang IMD dan tidak ada peran dari
tenaga kesehatan untuk melakukan IMD pada ibu bersalin.
1. Edukasi Tenaga Kesehatan tentang IMD
Edukasi IMD dari tenaga kesehatan merupakan salah satu bentuk bahwa
fasilitas kesehatan mendukung adanya pelaksanaan IMD. Namun, sebagian besar
edukasi dari tenaga kesehatan diberikan ketika pasien datang sudah dalam
keadaan untuk bersalin. Sehingga edukasi yang diberikan tenaga kesehatan di
rumah sakit dirasakan kurang optimal. Penelitian yang dilakukan Mallick et al.
(2020) menunjukkan bahwa salah satu penyebab minimnya pelaksanaan IMD
ialah kurangnya penyuluhan terkait ASI di fasilitas kesehatan. Hasil penelitian
yang dilakukan di Haiti dan Malawi tersebut juga menunjukkan bahwa meskipun
fasilitas ANC memadai, namun hanya 10% klien yang mendapat konseling
tentang ASI dan menyusui. Hal ini juga sering terjadi di fasilitas kesehatan di
Gorontalo.
2. Sarana dan Prasarana di Fasilitas Kesehatan yang Mendukung IMD
Berdasarkan hasil observasi terdapat beberapa poster yang menunjukkan
bahwa rumah sakit mendukung keberhasilan pasien ibu untuk menyusui dan
pelaksanaan IMD. Untuk melaksanakan IMD, cukup dengan menggunakan
selimut yang pasien bawa untuk menghangatkan bayi. Pelaksanaan inisiasi
menyusu dini juga termasuk dalam salah satu poin dari 10 langkah menuju sukses
menyusui (Ten steps to successful breastfeeding) yang digagas oleh WHO bekerja
sama dengan United Nation Children’s Fund (UNICEF).
E. Conclusion and Action Plan
Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan salah satu asuhan yang harus
diberikan pada bayi. IMD mempunyai banyak manfaat serta merupakan salah satu
faktor keberhasilan ASI Eksklusif. Sebagai bidan, hendaknya menerapkan
pelaksanaan IMD kepada semua ibu bersalin baik dengan persalinan pervaginam
maupun dengan sectio caesarea. Edukasi terkait IMD dan ASI Eksklusif harus
diberikan dari sejak kehamilan untuk mensukseskan program tersebut. IMD juga
telah menjadi aturan yang ditetapkan oleh WHO dan Kementerian Kesehatan
Indonesia dalam rangka menurunkan angka kematian neonatus (AKN).
Referensi :

Bellando, J., McCorkle, G., Spray, B., Sims, C. R., Badger, T. M., Casey, P. H.,
Scott, H., Beall, S. R., Sorensen, S. T., Andres, A. (2020). Developmental
Assessments During the First 5 Years of Life in Infants Fed Breast Milk,
Cow's Milk Formula, or Soy Milk Formula. Food Science & Nutrition, 1, 1-
10.
Holmes, D. 2012. Asuhan Kebidanan pada Bayi yang Baru Lahir. Di dalam Ten
Teachers (editor). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mallick, L., Benedict, R.K. & Wang, W. Facility readiness and counseling during
antenatal care and the relationship with early breastfeeding in Haiti and
Malawi. BMC Pregnancy Childbirth 20, 325 (2020).
Mutmainnah, A. U., Johan, H., Lloyd, S. S. 2017. Asuhan Persalinan Normal dan
Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Saputra, N. P. K., Lasmini, P. S. (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap
Waktu Pengeluaran dan Perubahan Warna Mekonium Serta Kejadian Ikterik
Fisiologis. JIK, 9(2), 87-94.
Sondakh, J. J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sutanto, A. V. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Anda mungkin juga menyukai