Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini atau Permulaan Menyusu Dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

juga seperti mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu

sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya,

setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara melakukan

inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak

mencari payudara sendiri (Irawan, 2013).

Salah satu cara untuk bounding attachment ada melakukan

Inisasi Menyusu Dini (IMD) setelah bayi lahir dengan segera bayi

ditempatkan di atas ibu, ia akan merangkak dan mencari puting susu

ibunya dengan demikian bayi dapat melakukan reflek suckling dengan

segera. Menurut Klaus, Kenell, bounding attachment bersifat unik,

spesifik dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan

orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya

walau dipisahkan oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaaan

secara fisik tidak terlihat (Marmi, 2012).

Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) tahun

2013, di enam negara berkembang resiko kematian bayi antara usia 9

– 12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi

berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%

sekitar 40% kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan

bayi. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mengurangi 22% kematian


bayi 28 hari, berarti inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi kematian

balita 8,8%. Namun, di Indonesia hanya 8% ibu yang memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4% bayi

disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya.

Padahal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia dibawah 28 hari)

di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam

pertama setelah lahir.

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia menunjukkan

bahwa hanya sebanyak 5 % dari bayi baru lahir yang mendapat ASI

dalam satu jam setelah lahir, serta hanya 53% bayi yang tidak

mendapat ASI pada hari pertama setelah dilahirkan. Cakupan ASI

eksklusif 6 bulan 39% sedangkan cakupan menyusui dini hanya 4%

dari bayi baru lahir.(Health Survey Program. (Depkes RI, 2011). Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan proses

mulai menyusu kurang dari satu jam (IMD) setelah bayi lahir di

Indonesia adalah 34,5%.

Berdasarkan data yang di peroleh di provinsi Sulawesi Selatan

presentase bayi baru lahir yang mendapatkan inisiasi menyusui dini

(IMD) 84,06% dan bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif 73,65%.

Sekarang tidak semua kelahiran di Indonesia dilakukan IMD pada

tahun 2011 sekitar 43,5% (Kemenkes, 2018).

Data penunjang menurut Riskesdes 2010, dimana cakupan

pemberian ASI saja pada bayi usia 0 bulan 39,8%, usia 0- 1 bulan

32,5%, usia 0-2 bulan 30,7%,usia 0-3 bulan 25,2%, usia 0-4 bulan

26,3%, usia 0-5 bulan 15,3%, dan untuk pemberian ASI Esklusif
sebesar 27,2%. Data ini masih jauh dari target Indonesia sebesar

80%, sedangkan cakupan inisiasi menyusu dini (IMD) sebesar 27,5%.

Ada yang menarik dari cakupan data tersebut, dimana cakupan

persalinan yang ditolong oleh Nakes (tenaga kesehatan) sebesar

84.7%, tetapi bayi yang mulai disusui kurang dari 1jam atau inisiasi

menyusu dini(IMD) sebesar 29,3% dan yang mendapat makanan dan

minuman prelakteal masih tinggi yaitu 43,6%. Peran tenaga

kesehatan sangat berpengaruh untuk meningkatkan program inisiasi

menyusu dini dan ASI Esklusif mengingat cakupan pemberian inisiasi

menyusu dini(IMD) masih rendah yaitu sekitar 29,3% dan pemberian

ASI Esklusif 27,2% (Yekti Wido,2011).

Berdasarkan data survey awal yang di peroleh dari puskesmas

Seko pada tahun 2019 sebanyak 512 data ibu post portum, dan pada

tahun 2020 pada masa priode januari sampai september sebanyak

181 ibu post partum (rekam medic Puskesmas Seko 2020)

Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Hubungan inisiasi Menyusui Dini dengan

Bounding Attachment pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas

Seko.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang ada di atas

dapat di rumuskan masalah penelitian ini adalah “hubungan inisiasi

menyusi dini dengan bounding attachment pada Ibu Nifas di Wilayah

Kerja Puskesmas Seko.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusui dini dengan

bounding attachment pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas

Seko.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui Inisiasi Menyusui Dini pada ibu nifas di

wilayah kerja puskesmas Seko.

b. Untuk mengetahui Bounding Attacment pada ibu nifas di

wilayah kerja Puskesmas Seko.

c. Untuk meganalisis hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan

bounding attachment pada ibu nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Seko.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini menambah bukti empiris yang berkaitan

dengan Hubungan Inisiasi menyusui dini dengan bounding

attachment.

2. Manfaat praktis

a. Bagi bidan Puskesmas Seko


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bidan

sebagai masukan dan pertimbangan dalam menyikapi masalah

hubungan inisiasi menyusui dini dengan bounding attachment

pada ibu nifas.

b. Bagi institusi pendidikan

Manfaat penilitian ini bagi institusi pendidikan diharapkan

menjadi bahan pembelajaran bagi kalangan yang akan

melakukan penilitian lebih lanjut dengan topik yang

behubungan dengan judul penilitian.

c. Bagi peneliti diharapkan

Penilitian ini dapat bermanfaat sebagai cara mengamalkan ilmu

pada waktu kuliah dengan melakukan penelitian dalam rangka

menyelesaikan pendidikan

3. Maanfaat aplikatif

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan

dan masukan bagi petugas kesehatan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai