Anda di halaman 1dari 45

STRATEGI KOMUNIKASI PADA PUBLIC RELATIONS

DALAM MENINGKATKAN CUSTOMER

DI HOTEL MAXONE

MAKASSAR

Oleh:

Rahmat Hidayat
Stb. 06520170114

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan dalam masyarakat, manusia yang satu

dengan manusia lainya yang memiliki hubungan semakin jauh, itu

disebabkan oleh hubungan antar manusia menimbulkan nilai-nilai baru

yang mengakibatkan pada perubahan pada sektor politik, ekonomi, sosial

dan budaya.

Oleh sebab itu, Public Relations atau humas sangat diperlukan

baik pada tingkat pemerintahan maupun perusahaan. Public relations

diharapkan dengan masyarakat dalam berbagai aktivitas bisa sama-sama

memberikan informasi dengan tujuan bersama. Masyarakat yang

memiliki latar belakang dari berbagai bentuk kebutuhan maka banyak

timbul gejolak-gejolak atau persepsi dalam memandang dan menanggapi

berbagai informasi. Untuk melihat setiap gejolak yang timbul, Public

relations harus memiliki strategi dan membiasakan diri berorientasi

kemasa depan yang merupakan sebagai sikap yang harus dimiliki oleh

manusia dalam problem kemasyarakatan agar komunikasi yang

disampaikan tepat pada sasaran yang diinginkan.

Public relations perusahaan dapat menerapkan beberapa model

komunikasi salah satunya komunikasi dua arah dan teori agenda setting.

Komunikasi dua arah diterapkan agar pihak perusahaan dan publik perusahaan

memiliki kedudukan yang sama antara komunikator dan komunikan.

1
2

Schramm (dalam Yasir 2020:71) setiap orang dalam proses komunikasi

sekaligus sebagai pengirim dan penerima. Proses kembali dalam model ini

disebut umpan balik (feedback), yang memainkan peran yang sangat penting

dalam komunikasi. Karena hal itu memberi tahu kita bagaimana pesan kita di

tafsirkan oleh publik, feedback juga dapat dijadikan acuan untuk menetapkan

kebijakan yang akan diterapkan.

Public Relations/humas berfungsi membantu menjabarkan dan

mencapai tujuan program pemerintah, meningkatkan sikap responsif

pemerintah, serta memberi publik informasi yang cukup untuk dapat

melakukan pengaturan diri sendiri.4 Seperti humas Hotel Maxone Makassar

yang dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas tentang kota Makassar.

Masyarakat atau publik sangat membutuhkan informasi-informasi yang

berkaitan dengan kota Makassar.

Strategi komunikasi yang dibangun oleh bagian Hubungan

Masyarakat(humas) atau public relations dapat menanamkan kepercayaan

kepada publik tidak hanya untuk memperoleh citra positif. Tetapi citra positif

yang sudah dibangun perlu dipertahankan, karena memiliki pengaruh dengan

reputasi Hotel Maxone Makassar. Begitu kepercayaan publik luntur akibat

reputasi negatif maka akan sulit untuk memulihkan kepercayaan tersebut.

Dengan teori agenda setting, perusahaan dapat mengontrol larinya

opini publik terhadap perusahaan. Agenda setting dapat mempengaruhi

pandangan publik terhadap hotel. Dengan media relations peluang untuk

mengangkat isu yang baik untuk hotel tentu lebih besar. Sehingga public
3

relations lebih cepat dalam penanganan masalah yang terjadi, dengan begitu

hotel dapat tetap menjaga citra perusahaan dengan baik.

Dengan melihat model dan teori komunikasi diatas, public relations

hotel maxone Makassar bisa saja menggunakan media relations untuk

medapatkan feedback dan mengangkat isu yang dapat menguntungkan

perusahaan. Sehingga dalam meningkatkan dan mempertahankan citra dapat

dilakukan dengan mudah.

Persaingan dalam dunia usaha yang semakin pesat menuntut setiap

perusahaan untuk terus meningkatkan citra positif pada publiknya. Persaingan

tersebut juga terjadi dalam dunia perhotelan. Hotel merupakan salah satu bisnis jasa

(service) yang tentunya memerlukan strategi yang tidak hanya dalam hal pemasaran

dan kehumasan, namun juga memerlukan sistem pelayanan yang baik untuk diberikan

perusahaan pada konsumen dan juga pelanggannya.

Tingginya persaingan didunia perhotelan menyebabkan setiap perusahaan

harus dapat bersaing dalam mempublikasikan dan mempromosikan produk dan jasa

pelayanannya kepada konsumen. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan

memperoleh simpati dengan memberikan standar layanan yang baik kepada

konsumen dan pelanggannya. Dalam melakukan hal ini tidaklah mudah, khususnya

untuk mencari dan menarik konsumen yang membutuhkan pelayanan oleh bisnis

hotel yang ditawarkan seperti kemudahan reservasi dan kelengkapan fasilitas yang

ditawarkan serta pelayanan yang istimewa.

Sebagai contoh dari bentuk layanan tersebut adalah pemesanan ruangan

hotel (reservasi) melalui layanan telepon, dan juga mengadakan program

penghargaan bagi konsumen hotel yang loyal atau loyal customer. Penghargaan yang

dilakukan bisa berupa pemberian voucher menginap gratis satu malam hingga
4

periode tertentu dan juga pemberian potongan harga hingga 50%. Hal ini di lakukan

untuk mewujudkan kebutuhan konsumen/pelanggan dengan maksimal demi

terwujudnya citra positif bagi perusahaan.

Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari kegiatan pelayanan yang

diberikan kepada konsumen (customer service). Customer service dalam bisnis

perhotelan ini dapat berperan dalam pencapaian tujuan perusahaan melalui berbagai

macam pelayanan yang diberikan, salah satunya adalah menjadi penghubung antara

konsumen dengan perusahaan dalam menjalin dan membina serta mempertahankan

hubungan baik, sehingga dapat membatasi persoalan yang mungkin akan muncul

diantara perusahaan dan konsumennya.

Kehadiran customer yang merupakan bagian dari kegiatan Marketing Public

Relations (MPR) pada sebuah perusahaan, khususnya perusahaan jasa perhotelan

sangat dibutuhkan, seperti dalam menghadapi para kompetitor yang juga memberikan

masing-masing pelayanan yang baik kepada konsumennya. Kegiatan customer yang

dilakukan oleh MPR lebih memfokuskan perhatian pelayanan pada tamu-tamu,

terutama VIP dari mulai penyambutan, pelaksanaan, hingga usai kegiatan, hal ini

karena persaingan di dunia perhotelan berorientasi pada konsumen (tamu) sebagai

obyeknya yang harus diberikan pelayanan semaksimal mungkin .

Begitupun keberadaan Hotel MaxOne Makassar yang terletak di Jl. Taman

Makam Pahlawan No. 5 Kota Makassar. Hotel ini mulai beroperasi sejak 27

Februari 2016. Hotel MaxOne Makassar tergolong kategori hotel bisnis berbintang

empat yang termasuk ke dalam daftar Hotel MICE (Meeting, Incentive, Convension

& Exhibition), yang berarti memiliki kriteria khusus seperti fasilitas yang sering

dipergunakan untuk acara meeting, seminar, pameran – pameran dan pernikahan.


5

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari, Ratu Hotel Bidakara

menerapkan strategi pelayanan konsumen yang baik.

Berkembangnya bisnis perhotelan di Indonesia telah memberikan sumbangan

cukup besar bagi pendapatan devisa negara. Adanya perhatian pemerintah

menjadikan dunia kepariwisataan mengalami kemajuan pesat. Keadaan ini dapat

dilihat dengan tingkat kompetisi hotel berbintang di wilayah Makassar yang begitu

meningkat. Hal ini dibuktikan dengan beroperasinya perusahaan-perusahaan bisnis

jasa perhotelan di wilayah kota Makassar yang merupakan pesaing dari Hotel

MaxOne Makassar, seperti , Grand Selino Hotel, Hotel Horison, dan Hotel Rindra.

Disaat persaingan bisnis perhotelan yang semakin meningkat tersebut, untuk

bertahan dalam persaingan agar produk jasa tetap diterima, dikenal, dan diingat oleh

konsumen, maka Hotel MaxOne Makassar mengambil langkah salah satunya melalui

sinergitas strategi komunikasi Marketing dan Public Relations atau yang disebut

sebagai Marketing Public Relations (MPR). Salah satu dari peran MPR diantaranya

tepat dan terencana. Hal ini dilakukan agar perusahaan berhasil mengkomunikasikan

produk dan jasa kepada konsumennya dan juga berhasil dalam melakukan pelayanan

yang baik dan dengan cara dan tujuan serta sasaran yang tepat.

Dalam upaya memperoleh citra yang positif, Hotel MaxOne berusaha

semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas customer terutama yang

dilakukan oleh MPR. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan tentang

tata cara melayani secara baik, serta bagaimana bersikap terhadap seorang customer

yang professional.
6

Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul

Strategi Komunikasi Pada Public Reletion Dalam Meningkatkan Customer Di

Hotel MaxOne Makassar.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dikaji terkait dengan judul diatas adalah:

1. Bagaimana implementasi strategi komunikasi pada public relations

dalam peningkatan custamer di hotel maxone kota Makassar?

2. Apa kendala yang dihadapi public relations dalam peingkatan customer di

hotel maxone kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pernyataan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami dan mendeskripsikan bagaimana implementasi strategi

komunikasi dalam public relations di hotel maxone kota Makassar.

2. Untuk memahami dan mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan penerapan strategi komunikasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah

1. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai media

relation. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi mahasiswa,

khususnya mahasiswa S1 ilmu komunikasi fakultas sastra universitas

muslim indonesia.
7

2. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan

tentang ilmu komunikasi, khususnya mengenai strategi komunikasi.

3. Praktisi

Penelitian diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan

menjadi referensi praktis dalam memahami strategi komunikasi dalam

pengaplikasiannya

4. Bagi penulis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis sendiri karena penulis

mendapatkan pengalaman penelitian yang belum pernah peneliti dapatkan

sebelumnya. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat bagi penulis untuk

terus bisa menambahkan pengetahuan dan pengalaman.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Public Relations

a. Pengertian

Ada banyak para ahli membuat atau mendefenisikan public relations

yang tentunya memiliki perbedaan dalam istilah dan formulasinya mengenai

pendapat tentang public relations itu sendiri.

Cutlip, Center, Dan Broom (dalam Nova 2009: 35) Public relations

merupakan fungsi manajemen yang menciptakan dan menjaga hubungan yang

saling menguntungkan antara perusahaan dan publiknya. Reck (dalam

Nurtjahjani 2018: 11) Public relations merupakan kelanjutan dari proses

penerapan kebijakan, penentu pelayanan dan tindakan yang sesuai dengan

kepentingan individu atau komunitas guna memperoleh goodwill dan

kepercayaan dari mereka. Hooftman (dalam Nurtjahjani 2018: 11) Untuk

menciptakan opini publik yang baik terhadap perusahaan harus diberi

penjelasan yang lengkap dan objektif mengenai kegiatan-kegiatan yang

bersangkutan dengan kepentingan publik. Sehingga dengan itu akan muncul

pengertian dari publiknya. feedback seperti saran dan pendapat dari publik

harus diperhatikan dan dihargai oleh perusahan.

Masih ada banyak lagi pengertian mengenai definisi publik relations

sendiri menurut banyak ahli. Namun bila kita perhatian dan menyimpulkan

defenisi public relations diatas, hampir semua memiliki ungkapan dan makna

yang sama mengenai defenisi tentang publik relations. Semua defenisi yang
9

ada bertujuan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian yang baik,

kepercayaan dan penghargaan dari publik, terutama masyarakat sebagai publik

eksternal perusahaan. Selain itu, public relations merupakan unsur yang

sangat penting dalam perusahaan, berkaitan dalam hal publikasi dan

penyebaran informasi perusahaan. Dalam hal ini yang paling terpenting adalah

usaha publik relations ditujukan untuk menjalin hubungan yang baik antara

perusahaan dan publiknya.

b. Tujuan dan Fungsi public relations

Humas pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan

humas dapat dianalogikan sebagi tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan

dan perubhan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya. Tujuan humas

menurut Kusumastuti ( dalam Adi,2013) sebagai berikut:

1. Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi)

Tujuan humas ialah membuat publik serta organisai ataupun lembaga

silih memahami. Baik memahami kebutuhan, kepentingan, harapan,

ataupun budaya tiap- tiap. Dengan demikian kegiatan humas haruslah

menampilkan usaha komunikasi guna menggapai mutual

understanding.

2. Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi)

Guna menggapai tujuan saling percaya yakni dengan menggunakan

prinsip komunikasi persuasif. Kebaikan dan ketulusan dari public

relations dapat diukur dengan tindakan yang dilakukan oleh publiknya.

Disinilah humas memakai prinsip komunikasi persuasif, yaitu


10

mempengaruhi publiknya agar percaya terhadap perusahaan, begitupun

sebaliknya.

3. Memelihara dan menciptakan kerjasama (aspek psikomotoris)

Tujuan berikutnya ialah dengan komunikasi diharapkan dapat

menciptakan kerjasama yang nyata. Artinya, bantuan dan kerja sama

sudah dalam bentuk perilaku atau tindakan tertentu.

Berdasarkan tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa setelah

pengetahuan dibuka, kepercayaan dapat diciptakan, maka selanjutnya

tindakan positif dapat digapai. Pada akhirnya, dari fungsi-fungsi diatas

kembali ke tujuan public relations, yakni terbentuknya citra positif terhadap

perusahaan dimana humas berada.

Mengacu pada pendapat Grunig dan Hunt (dalam Gora 2019:1) yang

menjelaskan bahwa “PR bagian dari manajemen komunikasi antara

organisasi dan publiknya”. sependapat dengan pernyataan Grunig, Scott, M.

Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom (Gora 2019:1) mendefinisikan

public relations sebagai fungsi manajemen yang menciptakan dan menjaga

hubungan baik juga bermanfaat antara lembaga dengan publik yang

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan lembaga tersebut. Dalam

perihal ini peran public relations yang mengarah pada manajemen, Sangat

berkaitan erat dengan manajemen dan berfungsi sebagai penyebaran

informasi perusahaan yang membutuhkan perencanaan dan penerapan.

Begitu juga secara teknis, public relations memiliki peran tidak hanya
11

membuat perencanaan, tetapi public relations juga menjalankan fungsi yang

telah terencana.

Menurut Canfield (dalam atikah 2019:16) praktisi public relations

dianggap berfungsi baik jika mampu melakukan tugas dan kewajibannya

sesuai dengan harapan para publiknya, diantaranya sebagai berikut:

1. Memelihara komunikasi yang baik antara perusahaan dengan

publiknya. public relations merupakan perantara antara perusahaan dan

publiknya, sehingga informasi dari perusahaan dapat tersalurkan ke

publiknya.

2. Mengabdi pada kepentingan publik dengan baik. Seorang public

relations harus mengetahui kebutuhan dan juga keinginan publik.

Sehingga kebijakan yang dibuat dapat diterima positif oleh khalayak.

3. Menjaga perilaku dan moralitas dengan baik. Public relations yang

dapat dipercaya ialah harus memiliki perilaku positif guna

mencerminkan perusahaannya. Dalam hal ini praktisi public relations

dianggap kredibel apabila memiliki; pengetahuan dan wawasan

(knowledge), keterampilan (skill), etika (ethis) dan dapat dipercaya

(trustworhthy).

Fungsi public relations memiliki sifat yang melekat pada

manajemen perusahaan, yakni bagaimana humas dapat menerapkan

komunikasi dua arah antara perusahaan yang diwakili dengan sasaran atau

publiknya. peranan ini juga menentukan berhasil atau tidaknya tujuan dan

visi misi bersama dari perusahaan tersebut.


12

Ruslan (dalam Yayasan Obor Indonesia 2007: 39) mengemukakan

peranan humas dalam manajemen perusahaan, diantaranya yaitu:

1. Communicator, Yakni public relations bertindak sebagai komunikator

secara langsung maupun tidak juga dengan sarana media lainnya.

Public relations juga dapat bertindak sebagai perantara dan

memengaruhi sikap publiknya.

2. Relationship, adalah kemampuan Public Relations untuk membangun

hubungan yang baik dengan menciptakan saling pengertian,

kepercayaan, dukungan, kerja sama dan toleransi antar lembaga yang

diwakilinya dengan internal dan eksternal perusahaan.

3. Back up management, yakni Public Relations melakukan dukungan

dan menunjang kegiatan yang lain, seperti pada bagian manajemen

pemasaran, personalia, operanional, dan promosi guna mecapai target

perusahaan.

4. Good image maker, menciptakan citra atau image yang positif adalah

prestasi dan tujuan paling utama untuk praktisi public relations.

Fungsi Public Relations tentunya adanya kegiatan yang memberikan

dampak dalam proses strategi perusahaan untuk mencapai visi dan misi.

Dalam melakukan tugasnya, Public Relations sebagai bagian dari strategis

management organisasi dengan melakukan survey atas lingkungan dan

membantu mendefinisikan misi, saran, dan objek organisasi perusahaan.

Berdasarkan fungsi-fungsi yang telah dikemukakan oleh para ahli.

Dapat disimpulkan fungsi utama Public Relations merupakan


13

menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antar lembaga

(organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka

menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik

dalam upaya menciptakan opini publikyang menguntungkan lembaga

organisasi

Sebuah kegiatan Public Relations yang dilakukan secara aktif dan

tanggap terhadap isu dalam persoalan yang sedang dihadapi oleh perusahaan

akan memeberikan efek yang baik bagi perusahaan. Public relations dalam

menjalankan strateginya harus mengelola aktivitas dengan perencanaan

yang tepat. Artinya mengelola aktivitas jangka panjang dengan

menggunakan strategi. Menurut Grunig (dalam Atikah 2019: 18) terdapat

beberapa model perkembangan public relations dalam konsep dan proses

komunikasi diantaranya:

1. Model-publicity or press agentry

Model publisitas agen pers juga disebut model P.T Barnum. Model

publisitas agen pers mengikuti komunikasi satu arah di mana arus

informasinya hanya dari pengirim ke penerima. Komunikator tidak

peduli tentang feedback, ataupun tanggapan dari komunikan. Model ini

biasanya digunakan pada komunikasi periklanan yang berbentuk

persuasif.

2. Model-public information

Model informasi publik menekankan pada pemeliharaan dan

peningkatan citra organisasi hanya dengan mengedarkan informasi


14

yang relevan dan bermakna diantara khalayak sasaran/ publik. Public

relations dalam menciptakan kepercayaan perusahaan melalui proses

komunikasi yang bertindak sebagai publisitas informasi.

3. Model two way symmetric

Gruning menganggap model ini sangat ideal karena dalam aktivitasnya

mengutamakan dialog secara interaktif dengan publiknya untuk

membangun hubungan dan pemahaman. Dalam hal ini komunikator

mengharapkan umpan balik secara aktif, dan menganggap publiknya

memiliki status yang setara dalam komunikasi.

c. Internal Public Relations (hubungan publik internal)

Publik internal adalah publik yang berda di dalam perusahaan,

seperti karyawan, manajer, dan pemegang saham. Yulianita (dalam

Silviani 2020:57) mengemukaan hubungan yang terbentuk dalam publik

internal pada suatu perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Imployee relations (hubungan dengan para pekerja/ karyawan), yakni

kegiatan praktisi public relations untuk mempertahankan hubungan

baik antar pihak manajer dan para pekerja.

2. Manajer relation (hubungan dengan para manajer), merupakan suatu

kegiatan Public Relations yang mempertahankan hubungan baik antara

manajer dilingkungan perusahaan.

3. Stakeholder relations (hubungan dengan para pemegang saham), yaitu

kegiatan Public Relations untuk memelihara hubungan baik antar


15

pemegang saham dengan tujuan membina hubungan dan untuk

memajukan perusahaan.

4. Labor relation (hubungan dengan para buruh), yaitu merupakan

kegiatan praktisi public relations dalam memelihara hubungan antara

persatuan buruh yang ada didalam perusahaan dan ikut dalam

penyelesaian masalah diantara keduanya.

5. Human relation (hubungan manusiawi) yakni kegiatan humas dalam

memelihara hubungan baik antar sesama pihak yang ikut andil dalam

perusahaan guna mempererat persaudaraan dan meningkatkan

kesejahteraan demi kepuasaan bersama.

Secara internal, seorang praktisi Public Relations dituntut untuk

mampu mengkomunikasikan dan menjelaskan tujuan-tujuan

perusahaan/organisasi sehingga para pihak-pihak yang berada didalam

perusahaan merasa memiliki tanggung jawab untuk mencapai tujuan

perusahaan dengan baik

d. Ekstenal Public Relations (hubungan publik eksternal)

Yulianita (dalam Silviani 2020:58) yang dimaksud dengan publik

eksternal adalah publik yang berada di luar organisasi/ perusahaan atau

instansi yang harus diberikan informasi untuk dapat membina hubungan yang

baik (good will). Hubungan yang dibina dalam eksternal relation dalam

bentuk suatu perusahaan, diantaranya:

1. Press relations (hubungan dengan pihak pers). Hubungan baik dengan

media dan pers, perusahaan dapat mengontrol, mencegah, dan


16

meminimalisir pemberitaan-pemberitaan negatif atau salah tentang

perusahaan di media massa. Hubungan dengan merupakan pendukung

atau kerja sama yang dilakukan praktisi public relations untuk proses

penyebaran informasi perusahaan.

2. Government relations (hubungan dengan pihak pemerintah).

Hubungan yang baik dengan pemerintah bisa memudahkan perusahaan

dalam menyesuaikan kebijakan yang akan diterapkan dengan

kebijakan pemerintah sehingga kebijakan yang diterapkan sesuai

dengan aturan pemerintahan.

3. Community relations (hubungan dengan komunitas sekitar). Hubungan

dengan komunitas merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap

lingkungan disekitar perusahaan.

4. Costumer relations (hubungan dengan pihak langganan). Membina

hubungan baik dengan pelanggan, dilakukan agar dapat meningkatkan

loyalitas dan kepercayaan pelanggan terhadap produk dan perusahaan

itu sendiri.

5. Supplier relations (hubungan dengan pihak pemasok). Membina

hubungan dengan pemasok dapat mempermudah perusahaan dalam

mendapatkan bahan baku produk perusahaan.

Pada dasarnya tugas Public Relations dalam sebuah perusahaan adalah

menjaga dan meningkatkan reputasi perusahaan melalui saluran-saluran

komunikasi yang ada. Peran public relations untuk selalu mengaja komunikasi

dengan pihak luar atau publiknya sangat diperlukan.


17

e. Membangun relasi melalui media relations

Media relations merupakan hubungan atau relasi yang dibangun dan

dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik guna meningkatkan

pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan individu maupun

organisasi/ perusahaan. Kegiatan media relations merupakan salah satu bagian

dari program public relations. Terdapat kriteria agar kegiatan media relations

berjalan baik. Kriteria itu meliputi Iriantara (dalam Musi 2020:146):

1. Komitmen, yang berkenaan dengan kesungguhan dari setiap pihak

yang terlibat dalam program untuk memberikan hasil terbaik.

2. Kejelasan, pesan atau informasi yang disampaikan singkat dan jelas

sehingga publik mudah menafsirkannya.

3. Konsisten, yakni tetap dalam visi misi perusahaan, dan juga citra yang

akan dikembangkan.

4. Kretivitas, berkaitan tata cara praktisi public relations dalam

mengembangkan hubungan dengan media, pola informasi, dan

kegiatan yang akan dijalankan selanjutnya.

Dalam berhubugan dengan instansi atau perusahaan pada saat

kritis, media massa memiliki harapan-harapan yang harus diketahui

oleh perusahaan, khususnya praktisi humas dalam membangun saling

membutuhkan dengan pihak media. Disini lah praktisi humas atau

public relations berperan untuk memberikan pernyataan atau


18

informasi yang fakta tapi tetap menjaga citra perusahaan dimata media

relations.

2.2 Pengertian Strategi

Strategi menjadi bagian terpadu dari suatu rencana dan

rencana merupakan produk dari suatu perencanaan. Perencanaan

yang cermat dan matang merupakan strategi yang digunakan untuk

mencapai tujuan suatu organisasi atau program kegiatan. Kegiatan

yang dilakukan tidak akan tercapai dengan baik tanpa adanya

strategi dan perencanaan yang digunakan. Strategi apa dan

bagaimana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran

yang diinginkan.

Menurut Stephen Robbins (1990) mendefinisikan strategi

sebagai penentuan tujuan jangka panjang perusahaan dan

memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber

yang diperlukan untuk mencapai tujuan.5 Dengan adanya strategi

yaitu sebagai cara untuk mencapai tujuan yang diharapkan, baik

jangka panjang mau pun jangka pendek dalam mencapai hasil

akhir untuk mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi. Dalam

menjalankan strategi perlu adanya tindakan-tindakan yang

dilakukan dan sumber-sumber yang menjadi faktor pendorong

dalam mewujudkan tujuan.

Menurut Bannet (1996) menggambarkan strategi sebagai arah


19

yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.

Mintzberg menjelaskan lima kegunaan dari kata strategi yaitu

sebuah rencana (suatu arah tindakan yang diinginkan secara sadar),

sebuah cara (suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk

mengecoh lawan atau kompetitor), sebuah pola (dalam suatu

rangkaian tindakan), sebuah posisi (suatu cara menempatkan

organisasi dalam sebuah lingkungan), sebuah perspektif (suatu

cara yang terintegrasi dalam memandang dunia). Melihat

hubungan antara lima kegunaan Mintzberg selalu menekankan

bahwa penting dalam menggali berbagai perspektif yang berbeda

dari sebuah organisasi dan aktivitasnya yang diberikan oleh tiap-

tiap kegunaan.6

Strategi adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu

program. Strategi adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang

menjadi penuntun, ide utama, dan pemikiran dibalik program

taktis. Strategi menjadi kunci penting dalam mencapai tujuan suatu

organisasi atau program. Bagaimana strategi yang dijalankan

dengan baik akan berpengaruh besar terhadap terlaksananya

program untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Strategi apa

dan bagaimana yang akan ditempuh merupakan bagian dari salah

satu unsur yaitu perencanaan. Strategi menjadi faktor

pengkoordinasi unsur penting lainnya dalam manajamen dan

menjadi ide atau pemikiran utama untuk mewujudkan tujuan.


20

Tujuan-tujuan yang dicapai oleh organisasi diharapkan mampu

memberikan keberhasilan terhadap suatu organisasi.

Setiap organisasi satu dengan organisasi lainnya memilki

perbedaan dalam pemikiran maun strategi yang diterapkan.

Pembuatan strategi umumnya menggunakan tiga tingkat, yaitu

tingkat korporasi, unit bisnis, dan tingkat operasional. Strategi

antara berbagai tingkat dalam suatu organisasi harus konsisten agar

terciptanya keseimbangan. Oleh karena itu, peran public relations

adalah untuk memastikan bahwa konsistensi diterapkan secara

menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson disebut

sebagai on message.

Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa strategi

merupakan faktor penting dalam melancarkan suatu program yang

akan dijalankan dan memberikan fokus terhadap usaha yang

dilakukan untuk mencapai tujuan. Strategi juga merupakan prinsip

yang menggerakkan dari titik berada saat ini kearah yang

diinginkan. Jika strategi yang diterapkan tepat dan tujuan tercapai

dengan baik, maka segalanya akan berjalan lancar dan sesuai

dengan yang diharapkan.

1. Tahapan Strategi

Strategi melakukan berbagai tahapan dalam prosesnya,


21

strategi melalui tiga tahapan yaitu perumusan strategi,

implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Penjelasannya sebagai

berikut:

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan

strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya

adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman

eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal,

menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif

dan memilih

strategi untuk dilaksanakan. Dalam strategi juga ditentukan

suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari, dan

melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. Dalam

merumuskan strategi dilakukan dengan megembangkan tujuan-

tujuan apa saja yang akan dicapai dan merumuskan strategi

lainnya termasuk mengatasi faktor ekternal dan internal.

Selanjutnya memilih strategi alternatif dan strategi yang akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan, serta menentukan sikap

untuk mengambil keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah

ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan

strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan


22

strategi yang telah dipilih membutuhkan komitmen dan kerja

sama dalam pelaksanaan strategi, jika tidak maka proses dan

analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari

kenyataan. Dalam impelementasi strategi dilakukan dengan

melaksanakan strategi yang ditetapkan dan dipilih dalam

perumusan strategi. Melaksanakan strategi yang telah

dirumuskan dengan komitmen dan kerja sama yang dilakukan

untuk mewujudkannya agar sesuai dengan apa yang

diharapkan. Tanpa adanya kerja sama dengan baik untuk

melaksanakan tujuan, tidak akan diperoleh hasil yang

maksimal dan sesuai dengan harapan. Komitmen yang harus

dijaga dalam melaksankan strategi dengan selalu bekerja keras

untuk mewujudkannya, walaupun menghadapi banyak

persoalan.

dan tantangan. Semua akan terwujud dengan baik jika selalu

mengutamakan dan fokus terhadap strategi dalam

melaksankan, karena faktor yang penting yaitu keberhasilan

dalam mencapai tujuan.

c. Evaluasi Strategi

Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi impelentasi

strategi. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan

dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan untuk

memastikan sasaran yang telah dicapai untuk menetapkan


23

tujuan berikutnya. Ada tiga macam langkah dasar untuk

mengevaluasi strategi, yaitu meninjau faktor- faktor eksternal

dan internal yang menjadi dasar strategi, mengukur prestasi

dengan membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan, dan mengembalikan tindakan korektif untuk

memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam

evaluasi impelementasi strategi dilakukan dengan mengukur

strategi apa saja yang akan dilaksanakan kembali oleh

organisasi dan menentukan sasaran yang telah dicapai untuk

menetapkan tujuan selanjutnya. Oleh karena itu, pencapaian

tujuan merupakan faktor yang sangat penting dalam evaluasi.

Dalam evaluasi strategi perlu diperhatikan faktor eksternal dan

internal, faktor apa saja yang menjadi penghambat dan

pendukung dalam melaksanakan strategi. Mengukur prestasi

dengan membadingkan hasil yang diinginkan atau diharapan

dengan hasil yang dicapai. Setelah prestasi yang dicapai sesuai

dengan rencana, kemudian memastikannya dengan

mengembalikan tindakan korektif.

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris

“communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” atau

communicatio atau communicare yang berarti “berbagi” atau


24

“menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi

menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan

untuk mencapai kebersamaan.

Menurut Webster New Colligiate Dictionary komunikasi

adalah “suatu proses pertukaran informasi diantara individu

melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.

Berikut ini adalah beberapa definisi tentang komunikasi yang

ditemukan oleh para ahli sebagai berikut.

Menurut Carl Hovland, Janis & Kelley komunikasi adalah

suatu proses melalui dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata dengan

tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya

(khalayak). Sedangkan menurut Bernard Berelson & Gary

A.Steiner komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi,

gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan

simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka dan lain-

lain. Serta menurut Harold Lasswell komunikasi adalah suatu

proses yang menjelaskan: “siapa” “mengapa” “apa” “dengan

saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan akibat apa” atau “hasil

apa”. (who says what in which channel to whom and with what

effect).

Dari definisi tentang ilmu komunikasi terlihat bahwa para

ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya


25

dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan

penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal ini

menunjukan bahwa ilmu komunikasi sebagai bagaian dari ilmu

sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi- disipliner.

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Dari paparan yang telah diuraikan, untuk dapat terjadi

komunikasi, minimal terdiri dari tiga unsur utama yaitu

pengiriman pesan, pesan, target penerima pesan. Namun

komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur. Ketiga unsur itu

adalah unsur-unsur dasar, tetapi proses komunikasi bisa

mengandung lebih dari unsur-unsur yaitu pengirim pesan

(komunikator), penerima pesan (komunikan), pesan, saluran

komunikasi dan media komunikasi, dan efek komunikasi.

a. Pengirim Pesan (Komunikator)

Pengirim pesan adalah manusia yang memulai proses

komunikasi disebut komunikator. Komunikator ketika

mengirimkan pesan tentunya memiliki motif dan tujuan, yang

sering disebut “motif komunikasi”. Ada yang menyebut

pengirim pesan atau komunikasi dengan istilah “pengiriman”

saja atau disebut juga “sumber”. Sedangkan pengamat dan

ilmuan komunikasi lain ada yang menyebutkan sebagai

encoder. Istilah “encoder” identik dengan istilah.

yang diartikan sebagai alat penyandi. “Encoding” adalah


26

proses penyandian, yang disandikan adalah pesan.

Komunikator bisa terdiri dari satu orang, banyak orang

atau lebih dari satu orang, serta kumpulan orang (massa).

Apabila orang banyak atau lebih dari satu orang tersebut saling

kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam

kelompoknya, mereka disebut kelompok kecil. Apabila mereka

relatif tidak saling kenal secara pribadi sehingga ikatan

emosionalnya lemah, mereka disebut sebagai “kelompok

besar” atau “publik”.

b. Penerima Pesan (Komunikan)

Penerima pesan adalah manusia berakal kepada siapa

pesan komunikator ditujukan. Ada ahli lain menyebut

penerima pesan atau komunikan sebagai “decoder”. Dalam

proses komunikasi utamanya dalam tataran antarpribadi peran

komunikator dan komunikan bersifat dinamis, dapat berganti.

Sebagaimana komunikator, komunikan juga dapat terdiri dari

satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar,

termasuk dalam wujud organisasi), dan massa, dilihat dari

jumlah komunikator dan komunikannya, proses komunikasi

dapat terjadi dalam sembilan kemungkinan, antara lain: antara

satu orang dan satu orang, antara satu orang dan banyak orang,

antara satu orang dan massa, antara banyak orang dan satu
27

orang, antara banyak orang dan banyak orang, antara banyak

orang dan massa, antara massa dan satu orang, antara massa

dan banyak orang, serta antara massa dan massa.

c. Pesan

Pesan kita definisikan sebagai segala sesuatu yang

disampaikan komunikator kepada komunikan untuk

mewujudkan motif komunikasinya. Pesan sebenarnya adalah

suatu hal yang abstrak (konseptual, ideologis, idealistrik), akan

tetapi disampaikan dari komunikator kepada komunikan ia

konkret karena disampaikan dalam bentuk simbol atau

lambang sebuah bahasa (baik lisan mau pun tulisan), suara

(audio), gambar (visual), mimik, gerak-gerik dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, lambang komunikasi disebut juga

dengan pesan yakni wujud konkret dari pesan berfungsi

mewujudkan yang abtrak menjadi konkret, suara, mimik, dan

gerak-gerak digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan

bahasa lisan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal.

d. Saluran komunikasi dan media komunikasi

Agar pesan yang disampaikan komunikator sampai

pada komunikan, dibutuhkan saluran dan media komunikasi.

Komunikasi lebih identik dengan proses berjalannya pesan,

sedangkan media komunikasi lebih identik dengan alat

(bagian) untuk menyampaikan. Jadi, saluran komunikasi lebih


28

utama daripada media komunikasi. Saluran komunikasi dapat

berjalan baik ada media atau tidak. Komunikasi bisa terjadi

tanpa media atau nonmediated communication, yang

berlangsung tatap muka atau face to face. Aktivitas komunikasi

tatap muka ini bentuknya bermacam-macam mulai dari

perbincangan, wawancara, konseling, rapat, semi


29

lokakarya, hingga pameran tempat target komunikan (para konsumen) dapat

berbincang lamgsung tatap muka dengan wakil perusahaan guna membicarakan

produk yang dipamerkan.

e. Efek komunikasi

Efek komunikasi adalah situasi yang diakibatkan oleh

pesan komunikator dalam diri komunikannya. Efek

komunikasi ini berdasarkan efek psikologi yang terdiri dari tiga

hal yaitu pengaruh kognitif adalah bahwa dengan komunikasi

seseorang menjadi tahu tentang sesuatu dan komunikasi

berfungsi untuk memberikan informasi, pengaruh efektif

adalah bahwa dengan pesan yang disampaikan terjadi

perubahan perasaan dan sikap, pengaruh konatif adalah

pengaruh yang berupa tingkah laku dan tindakan karena

menerima pesan dari komunikator atau penyampai pesan dan

komunikan bisa bertindak untuk melakukan sesuatu.

3. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy

strategi komunikasi merupakan percampuran antara perencanaan

komunikasi (communication planning) dengan manajemen

komunikasi (communication manajemen) untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu

menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus

dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda


30

tergantung pada suatu kondisi dan situasi.15

Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi dapat

menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus

dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda

sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi.16

2.2 Penelitian Relevan

Tabel 2.2 (Penelitian Relevan)

No Nama Judul penelitian Persaamaan Perbedaan


peneliti dengan dengan
penelitian yang penelitian
dilakukan yang
dilakukan

1 Maryam Strategi Marketing Penelitian yang Perbedaan


Public Relastion akan diteliti penelitian
Dalam Meningkatkan dengan Maryam
penelelitian dengan
Jumalah Tamu Hotel
maryam sama- penelitian
Pantai Marina
sama meniliti yang akan
Bengkulu tentang strategi dilakukan,
tetapi Maryam yaitu objek
strategi penelitian dan
marketing. tempat
penelitian

2 H.N STRATEGI Persamaan Perbedaan


Lintang, KOMUNIKASI dengan denga
MARKETING penelitian yang penelitian
Tatik akan dilakukan yang akan
PUBLIC
Yuniarti yaitu sama- dilakukan
RELATIONS
DALAM sama meneliti yaitu objek
MEMBERIKAN tentang strategi dan tempat
PELAYANAN komunikasi penelitian
BAGI KONSUMEN marketing public
(STUDI PADA
31

CUSTOMER relation.
SERVICE PT RATU
HOTEL
BIDAKARA
SERANG BANTEN

3 Nur Shaff STRATEGI PUBLIC Persamaan Perbedaan


Afifa dengan dengan
RELATIONS
penelitian yang penelitian
DALAM akan dilakukan yang akan
MEMBANGUN yaitu sama-sama dilakukan
meneliti tentang yaitu objek
CUSTOMER
strategi public dan tempat
RELATIONSHIP relation. penelitian,
MANAGEMENT DI juga berbeda
dalam
PT. SUNGWON
meneliti.
BUTTON
INDONESIA
PERIODE APRIL
2012

4 Evita Strategi Persamaan Perbedaan


Marketing dengan dengan
Yugih penelitian yang penelitian
Seyanto Public
Relations dilakukan yaitu yang akan
Dalam sama-sama dilakukan
Meningkatka meneliti strategi yaitu objek
n Jumlah public relations, dan tempat
Pelanggan di penelitian,
PT. Bach juga tentang
Multi Global meningkatkan
jumlah
pelanggan.

5 Elvira Riza Persamaan Perbedaan


STRATEGI PUBLIC dengan dengan
RELATIONS DALAM penelitian yang penelitian
32

akan dilakukan yang akan


MAINTAIN CUSTOMER yaitu sama-sama dilakukan
RELATIONSHIP meneliti tentang yaitu objek
APARTMENT SOLO strategi public dan tempat
relation. penelitian.
PARAGON

6 Mohammad STRATEGI Persamaan Perbedaan


Khoirul KOMUNIKASI dengan dengan
Azman PUBLIC penelitian yang penelitian
RELATIONS akan dilakukan yang akan
DALAM yaitu sama-sama dilakukan
MENANGANI meneliti tentang yaitu tempat
KELUHAN strategi dan lokasi
PELANGGAN komunikasi serta
KANTOR POS public relation menangani
INDONESIA keluhan
SURABAYA pelamggn.
SELATAN

7 Zam – Zam STRATEGI Persamaan Perbedaan


KOMUNIKASI dengan dengan
CUSTOMER penelitian yang penelitian
RELATIONSHP akan dilakukan yang akan
MANAGEMENT yaitu sama-sama dilakukan
PT. MEDIA
meneliti tentang yaitu objek
FAJAR KORAN
DALAM strategi dan tempat
MEMBANGUN komunikasi penelitian,
RELASI juga berbeda
DENGAN dalam
PUBLIK meneliti.

2.3 Kerangka Pikir


33

Public Relation

Strategi Komunikasi

1. Perencanaan Komunikasi
2. Manajemen Komunikasi

Bagaimana strategi
Metode
komunikasi pada public
Analisis Komunikasi
relation dalam
Deskriptif
meningkatkan customer

Meningkatkan Customer

2.8 Definisi konsep penelitian

a. Strategi adalah. Implementasi merupakan sebuah tindakan atau

pelaksanaan kegiatan yang telah dirancang maksimal sedemikian rupa agar

tercapainya tujuan yang diinginkan. Implementasi media relations dapat

dimaknai sebagai penerapan atau pelaksanaan kegiatan publik relations


34

yang dilakukan dengan menjaga hubungan baik dengan media untuk tetap

menjaga citra perusahaan.

b. Komunikasi ialah suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk

mentransfer informasi dari suatu tempat, orang, atau kelompok ke tempat

lainya

c. Public relations, yakni praktik penyebaran dan pengelolaan informasi dari

perusahaan ke publiknya.

d. Hotel Maxone adalah brand untuk property berbintang dua atau yang

lebih dikenal dengan konsep budget hotel.

e. Meningkatkan artinya proses, cara, perbuatan untuk menaikan sesuatu

atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu ke suatu arah yang lebih

baik lagi daripada sebelumnya.

f. Customer Didefinisikan sebagai pihak yang membeli barang atau jasa

yang ditawarkan pihak penjual.

g. Kota Makassar, ialah ibukota provensi Sulawesi selatan. Makassar

merupakan kota metropolitan terbesar dikawasan Indonesia timur.


35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Untuk pendekatan dan metode penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Menurut Denzin & Lincold (dalam Anggito 2018) menyatakan

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan

jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Menurut Burhan Bungin (2010: 92) penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan, menggambarkan,

meringkas berbagai kondisi dan situasi dan suatu fenomena tertentu di

lapangan yang menjadi objek penelitian. Jenis riset ini bertujuan membuat

deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-

sifat populasi atau objek tertentu.

Alasan menggunakan penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh

data yang bersifat deskriptif dan memudahkan untuk melakukan penyesuaian

dengan kenyataan yang bermakna ganda. Penelitian kualitatif memiliki

kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari

pola-pola yang dihadapi. Sedangkan menggunakan pendekatan deskriptif

adalah untuk menggambarkan suatu gejala atau keadaan yang diteliti dengan

menemukan fakta-fakta, kejadian secara sistematis dan akurat. Jadi melalui

penelitian ini, peneliti mampu mendeskripsikan strategi komunikasi pada

public relation dalam meningkatkan customer di hotel maxone kota makassar.


36

Dalam untuk meringkas dan menggambarkan deskripsi tertentu,

penulis akan melakukan wawancara kepada infroman terkatit untuk

memperoleh sumber seputar permasalahan yang menjadi objek peneliti

sebagai usaha menggali lebih dalam bagaimana strategi komunikasi pada

public relaton di hotel maxone. Kemudian disederhanakan menjadi teks dan

dianalisis. Hasil analisis kemudian akan di deskripsikan dan diinterpretasikan

dalam suatu makna tertentu yang menjadi focus penelitian.

3.2 Waktu dan Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021, lokasi penelitian bertempat

di Hotel Maxone yang beralamat di Jalan Taman Makam Pahlawan No.5,

Tello Baru kota Makassar.

3.3 Teknik pengumpulan data

Menurut Saputra (Atikah, 2019), teknik pengumpulan data adalah

serangkaian proses yang dilakukan untuk mengumpulkan data sesuai dengan

metode penelitian yang dipergunakan. Sedangkan data terbagi atas dua jenis

yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data yang diperoleh selama melakukan studi

pustaka berupa literature terkait dengan implementasi media relations pada

public relations mall panakkukang dalam mempertahankan citra.

2. Data sekunder merupakan data yang bersumber dari informan yang

mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang sedang diteliti.

Informan adalah orang yang akan memberikan informasi tentang situasi

dan kondisi penelitian berupa dokumen-dokumen dan sebagainya.


37

Adapun pengumpulan data dalam penelitian, penulis menggunakan

beberapa merode yaitu:

1. Wawancara mendalam (deep interview)

kriyantono (2014:102) Wawancara mendalam adalah suatu cara

mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka

dengan informan. Dalam wawancara, peneliti telah menyiapkan instrument

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis alternative dan catatan-

catatan kecil.

2. Observasi

Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengamatan yang dilakukan

dengan melihat dan mengamati sendiri, lalu mencatat kejadian dan

perilaku sebagaimana yang telah terjadi pada keadaan sebenarnya dan juga

peneliti dapat mencatat terkait situasi dengan pengetahuan yang telah

dimiliki atau pengetahuan baru yang langsung diperoleh dari data. Lexy J.

Moleong dalam(Noviana 2017:63)

3. Dokumentasi

Kriyantono (2014:120) dokumentasi adalah instrument pengumpulan data.

Metode observasi, kuesioner atau wawancara sering dilengkapi dengan

kegiatan penelusuran dokumentasi. Tujuannya untuk mendapatkan

informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data. Dokumen dapat

berupa buku harian, laporan, surat pribadi, notulen rapat, catatan khusus

dalam pekerjaan sosial, media sosial, surat kabar dan dokumen lainnya.
38

3.4 Teknik analisis data

Kriyanto rachmat dalam bukunya riset komunikasi, menjelaskan

bahwa analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil

dikumpulkan periset di lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui

observasi, wawancara mendalam, facus group discussion maupun dokumen-

dokumen. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data

kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus, sehingga datanya jenuh.

Analisis penelitian ini dilakukan secara terus menerus sejak awal

penelitian dan seterusnya sepanjang proses penelitian berlangsung. Jadi, data

yang diperoleh dari lapangan baik hasil observasi, wawancara atau

dokumentasi langsung dipelajari, dirangkum, ditelaah, dan dianalisis hingga

akhir penelitian. Ada beberapa tahap dalam menganalisis data yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu:

1. Reduksi data

Setelah data penelitian terkumpul, maka data tersebut selanjutnya akan

direduksi dengan mempertajam dalam memilih, memfokuskan,

menggolongkan dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan

akhir dapat digambarkan secara akurat.

2. Penyajian data

Data yang sudah direduksi akan dianalisis dan dikaitkan dengan teori yang

digunakan oleh peneliti, hingga membentuk suatu data yang praktis dan

dapat menggambarkan kesimpulan akhir.


39

3. Penarikan kesimpulan

Yaitu suatu kesimpulan yang diverifikasi dengan cara melihat dan

mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali pada catatan

lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat. Dalam hal ini,

kesimpulan akan bergantung pada tahap-tahap sebelumnya bergantung

pada proses menganalisis suatu data dengan teori-teori yang terkait

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Penarikan
Kesimpulan

(Gambar 3.1 model teknik analisis data (Matthew B. Miles Dan A. Micheal
Huberman)

Bagan analisis pada gambar data model interaktif Miles dan

Huberman menjelaskan bahwa melakukan analisis data kualitatif dapat

dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Proses yang

bersamaan tersebut meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

Dengan demikian, kegiatan mengumpulkan untuk memperoleh data kualitatif


diikuri dengan pekerjaan menulis, mengedit, mengklarifikasi, mereduksi, dan
40

menyajikan data, serta menarik kesimpulan dengan cara membadingkan sebagai


analisis data kualitatif. Selain itu nantinya kesimpulan dari data kualitatif tidak
berupa angka melainkan disajikan dalam bentuk kata deskriptif
41

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. 2014. Edisi Revisi Perencanaan & Strategi Komunikasi.


Jakarta: RajaGrafindo Persabda.

Cangara, Hafied. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua. Jakarta:


RajaGrafindo Persabda.

Daryanto, Muljo Raharno. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Gaya


Media.

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Komunikasi Teori & Praktek. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Hadawiah, dkk. 2019. Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi. Makassar.

Hefni, Harjani. 2017. Komunikasi Islam. Jakarta: Prenamedia Group.

Lexy, J Moleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Majid, Abd., Rayudaswati Budi. 2013. Pedoman Penulisan Proposal dan


Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muslim
Indonesia, Makassar: Leutika books.

Malik, Deddy Jamaluddin. “Pendekatan Komunikasi Internasional”,


Jurnal
Common, 1 (Desember 2017), hal. 109-117.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif


Buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta.

Mohammed, Rosli., Burhan Bungin. 2015. Audit Komunikasi Pendekatan


dan Metode Asesmen Sistem Informasi Komunikasi dalam
Organisasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta:
Kencana Peranmedia Group.
Nasrullah, Rulli. 2018. Komunikasi Antarbudaya Di Era Budaya Siber.
Jakarta: Prenadamedia Group.
42

Nurudin. 2017. Ilmu Komunikasi Ilmiah dan populer. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.

Rachmat, Kriyantono. 2006. Riset Komunikasi Edisi pertama. Jakarta:


Jl.Tambra Raya No.23 Rawamangun.

Roudhonah. 2019. Ilmu Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persabda.

Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus.


Jakarta:
RajaGrafindo Persabda.

Sariwati, Yulia, “Komunikasi Internasional Amerika Serikat – Indonesia


Dalam Kerjasama Pertahanan Keamanan Pemerintahan Presiden
Djoko Widodo,” Jurnal Signal, 8 (Januari 2020), hal. 01-88.

Silviani, Irene. 2020. Komunikasi Organisasi. Surabaya: Scopindo Media


Pustaka

Soegiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Bandung: CV.


Alfabeta.

Surachman, Akhmad Yani. 2019. Komunikasi Internasional. Banten:


Universitas Terbuka

Susanti, Herdiana Ayu. “Strategi Komunikasi Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),” Jurnal Komunikasi
Aspikom,
II (Januari 2015), hal. 243-254.

Tutiasari, Ririn Puspita. “Komunikasi dalam Komunikasi Kelompok.”


Channel, 1 (April 2016), hal.81-90.

Wijaya, Indah Suryani. “Perencanaan dan Strategi Komunikasi Dalam


Kegiatan
Pembangunan,” Lentera, (Juni, 2015), hal 58-59.
43
44

Anda mungkin juga menyukai