Anda di halaman 1dari 106

SKRIPSI

BEBAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGANKEKAMBUHAN PADA


PASIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI KEPULAUANBANGKA BELITUNG
TAHUN 2022

Diajukan Oleh :

HALIZAH NOVALINA

18100021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

2022
SKRIPSI

BEBAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGANKEKAMBUHAN PADA


PASIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI KEPULAUANBANGKA BELITUNG
TAHUN 2022

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan

Diajukan Oleh :

HALIZAH NOVALINA

18100021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

2022
i
PERNYATAAN ORISINALITAS

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdullilahi Rabbil’alamin, segala puji bagi Allah subhanahu wa

ta’aalaa karenatelah memberikan rahmat serta karunia-Nya berupa kekuatan,

kesabaran dankemudahan disetiap langkah yang harus dilalui dalam

menyelesaikan penulisanskripsi ini. Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Kedua orangtua ku alm. bapak (Talib) laki-laki yang luar biasa hebatdengan

segala pengorbanannya, yang selalu memberikan semangat

danmendo’akanku, mengingatkanku untuk menjadi orang yang tidak

gampangmenyerah dan selalu mengajarkanku untuk bekerja dan belajar

dengan ikhlas. Terima kasih sudah menjadi ayah yang terbaik dalam hidupku.

Bapak selalu menjadi ayah terbaik dan akan selalu menjadi ayah terbaik.

Dan mamak (Susilawati) wanita yang luar biasa sama hebatnya

menjadisumber penyemangat dikala diri ini selalu mengeluh, yang

selalusabar dengn sikap anakmu ini dan selalu menyayangiku dari kecil

sampai saat ini. Ku persembahkankarya ini walaupun hanya selembar kata

persembahakan yang belum bisaterbalaskan apa-apa yang bahkan sudah

bapak dan mamak berikan untuk diri inidari kecil sampai dewasa. Terima

kasih atas kasih sayang bapak dan mamak yangtak terhingga untuk diri ini,

selalu mendo’akanku yang terbaik, memberikansemangat tiada hentinya.

Bapak dan mamak adalah sumber kekuatan diri ini untukdapat bertahan dari

semua masalah dan hambatan selama perkuliahan bahkan sampai saat ini.

v
Adik-adikku tercinta, (Muhammad Arohit & Dewi Tri Maharani) terima

kasih selalu menemani diri ini dikala senang dan susah, selalu mengajarkan

arti kebersamaan dan kesabaran yang sesungguhnya.

Diri sendiri (Halizah Novalina), terima kasih sudah bertahan sampai detik ini

dan selalu kuat dalam melewati setiap masalah dan rintangan, semoga tetap

kuat untuk kedepannya. Jika kedepannya kamu merasa terpuruk dan terjatuh,

ingat banyak orang yang menyayangi dan mendukugmu dan akan selalu

mendukungmu untuk bangkit.

Untuk pembimbingku ibu Ns. Nurwijaya Fitri, M. Kepdan bapak Akib

Murod SKM., MKMterima kasih atas bimbingan yang luar biasa dan selalu

memberikan masukan dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Dan juga tidak lupa untuk pengujiku ibu Ibu Ns. Indah Permata Sari, M.

Kepdan ibu Ns.Indri Puji Lestari, M. Kepterima kasih atas saran, komentar,

waktu, dan kesabaran kalian dalam membimbing skripsi ini untuk menjadi

skripsi yang lebih baik.

Teman-teman terbaiku semasa perkuliahan (Efi Febriana, Clara Octavia

Meilia, Isabella, Robbi Mili Sania & Astri Ambarani ) terima kasih selalu

memberikan semangat, dukungan dan sudah berjuang bersama untuk

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Seluruh teman-teman satu perjuangan di STIKES Citra Delima Bangka

Belitung yang tidak bisa diri ini sebutkan satu persatu, terima kasih selalu

memberikan semangat dan sudah berjuang bersama-sama untuk

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.


Motto :

Hidup ini bukan tentang menemukan dirimu sendiri. Hidup adalah tentang

menciptakan dirimu sendiri ( George Bernard Shaw)

Pengetahuan yang baik adalah yang memberikan manfaat, bukan hanya

diingat. (Imam syafi’i)

Nangis boleh, ngeluh boleh, sedih boleh, marah boleh, kecewa juga boleh tapi

menyerah jangan.

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Halizah Novalina

Tempat Tanggal Lahir: Sungailiat, 14 November 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Kampung Jawa no.100 Kel.Kuto Panji Kec.Belinyu


Kab.Bangka Provinsi Kep. Bangka Belitung

Riwayat Pendidikan

1. TK PKK Mantung Belinyu Tahun 2005-2006


2. SDN 6 Belinyu Tahun 2006-2009
3. SDN 18 Belinyu Tahun 2009-2011
4. SDN 4 Belinyu Tahun 2011-2012
5. SMPN 1 Belinyu Tahun 2012-2015
6. SMK Kesehatan Mutiara Mandiri Sungailiat Tahun 2015-2018
7. STIKES Citra Delima Bangka Belitung Tahun, Program Studi Ilmu
Kerawatan Tahun 2018-2022
KATA PENGANTAR

Dengan Memanjatkan puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat

Allah SWT, atas segala kasih dan karunia-NYA sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Beban Keluarga

Berhubungan Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Klinik

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

2022”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhisalah satu syarat

untuk dapat memperoleh gelar S1 jurusan Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Citra Delima Bangka Belitung. Selain itu, peneliti juga berharap

kiranya skripsi ini dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan

peneliti selanjutnya dalam pelakukan penelitian khususnya penelitian

Keperawatan Jiwa.

Penulis sangat menyadari dan merasakan bahwa terwujudnya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. dr. H. Hendra Kusumajaya, M. Epid. Selaku Ketua STIKES

CitraDelima Bangka Belitung.

2. Ibu Ns. Maryana, M.Kep, selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan

STIKESCitra Delima Bangka Belitung.

ix
3. Ibu Ns. Nurwijaya Fitri, M. Kep, selaku pembimbing I yang

telahmembimbing peneliti dengan penuh kesabaran, ketulusan dan

meluangkanwaktu, pikiran dan tenaga dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Akib Murod SKM., MKM selaku pembimbing II yang telah

membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan

BangkaBelitung, Bapak dr. H. Andri Nurtito, MARS dan seluruh staff Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

6. Kepada Ibunda tercintabeserta kedua Adikku yang telah memberikan

dukungan motivasi, memberikan semangat yang tak henti-hentinya,

meluangkan waktu yang berharga.

7. Kepada Clara Octavia Meilia, Efi Febriana, Robbi Mili Sania, Isabella, Astri

Ambarani dan seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Keperawatan

Angkatan 2018 yang telah memberikan semangat dan dukungan.

Peneliti menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi inimasih

terdapat banyak kekurangan, baik dalam teknik penyusunan skripsi maupun

materi.Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan sarandalam penyusunan skripsi

ini.Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca

dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Pangkalpinang, Juli 2021

Peneliti
STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SKRIPSI, AGUSTUS 2022

HALIZAH NOVALINA

BEBAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGANKEKAMBUHAN PADAPASIEN


SKIZOFRENIA DI KLINIK RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG TAHUN 2022
(xix + 75 Halaman, 4 Tabel, 2 Gambar, 8 Lampiran)

ABSTRAK
Beban Keluarga adalah tingkat pengalaman distres keluarga sebagai efek dari kondisi
anggota keluarga yang dapat menyebabkan meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari
keluarga. Penelitian ini dilakukan mengetahui hubungan beban terhadap kekambuhan pada pasien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022.
Penelitian ini menggunakan desain crosssectional, sampel penelitian berjumlah 84 orang
pasien menggunakan teknik non random kuota sampling. Penelitian ini dilaksanakan diruang
ruang rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022.
Datadiambil dari hasil analisa univariat dan bivariat menggunakan Uji Spearman Rankdengan
derajat p value = ≤0,005.
Dari 84 responden Beban Keluarga di Wilayah Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2022 yang didapatkan hasil tidak mengalami beban keluarga
sebanyak 3 orang (3,6 %), yang mengalami beban ringan sebanyak 44 orang (52,4 %), yang
mengalami beban sedang sebanyak 21 orang (25,0 %) dan yang mengalami beban berat berjumlah
16 orang (19,0 %) dan kekambuhan didapatkan frekuensi hasil pada katagori tidak kambuh
sebanyak 15 orang (17,9 %) dan kambuh sebanyak 69 orang (82,1 %).
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya hasil analisis data dalam penelitian ini
didapatkan nilai p value 0,001 (P<0,05) berarti terdapat hubungan yang signifikan antara beban
keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia yang menjalani pengobatan rawat jalan di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan nilai r = 0,385 yang artinya kekuatan
hubungan beban keluarga dengan pencegahan kekambuhan memiliki korelasi yang cukup atau
cukup kuat, maka dapat disimpulkan pada penelitian ini ada hubungan antara beban keluarga
terhadap kekambuhan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2022.Saran dari penelitian ini diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menginstruksikan kepada petugas untuk
mengoptimal dalam pemberian edukasi kepada keluarga yang merawat pasien dirumah untuk
meningkatkan pengetahuan keluarga pasien dengan cara memberikan pendidikan bagaimana cara
mengatasi atau mengontrol apabila pasien mengalami kekambuhan dan cara menenangkan pasien
saat pasien mengalami kekambuhan yang bisa berguna untuk memberi ketenangan pada pasien itu
sendiri.

Daftar Pustaka : 38 (2009-2020)


Kata Kunci : Beban Kelarga, Kekambuhan, Skizofrenia.

xi
BANGKA BELITUNG DELIMA IMAGE STICKS
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
THESIS, AUGUST 2022

HALIZAH NOVALINA

FAMILY EXPENSES ASSOCIATED WITH RETURN IN SCHHIZOPHRENIA


PATIENTS IN THE CLINIC OF A REGIONAL Mental Hospital, BANGKA BELITUNG
ISLAND, IN 2022
(xix + 75 Pages, 4 Tables, 2 Images, 8 attachments)

ABSTRACT

Family burden is the level of family experience of distress as an effect of the condition
of family members that can cause increased emotional and economic stress from the family. This
study was conducted to determine the relationship of burden to recurrence in schizophrenia
patients at the Regional Mental Hospital of the Bangka Belitung Islands Province in 2022.
This study used a cross-sectional design. The study sample consisted of 84 patients
using non-random quota sampling technique. This research was carried out in an outpatient room
at the Regional Mental Hospital of the Bangka Belitung Islands Province in 2022. The data were
taken from the results of univariate and bivariate analysis using the Spearman Rank Test with a
degree of p value = 0.005.
Of the 84 respondents Family Burden in the Regional Mental Hospital Region of the
Bangka Belitung Islands Province in 2022, the results obtained were 3 people (3.6 %), who
experienced a light burden as many as 44 people (52.4 %), who experienced moderate burden as
many as 21 people (25.0%) and who experienced a heavy burden amounted to 16 people (19.0%)
and the recurrence frequency was found in the non-relapse category as many as 15 people (17.9%)
and relapse as many as 69 people (82 ,1%. The results of this study conclude that there is a
relationship between family burden p value = = 0.001 0.005 with an r value of 0.358.
Based on the discussion in the previous chapter, the results of data analysis in this
study obtained a p value of 0.001 (P <0.05) meaning that there was a significant relationship
between family burden and recurrence of schizophrenia patients undergoing outpatient treatment at
the Regional Mental Hospital of the Bangka Belitung Islands Province and value of r = 0.385
which means that the strength of the relationship between family burden and relapse prevention
has a sufficient or strong enough correlation, so it can be concluded in this study that there is a
relationship between family burden on relapse in schizophrenic patients at the Regional Mental
Hospital of the Bangka Belitung Islands Province in 2022. Suggestions From this research, it is
hoped that the Regional Mental Hospital of the Bangka Belitung Islands Province instructs officers
to optimize in providing education to families who care for patients at home to increase the
knowledge of the patient's family by providing education on how to overcome or treat patients at
home. controlling if the patient has a relapse and how to calm the patient when the patient has a
relapse that can be useful to give calm to the patient himself.

Bibliography : 38 (2009-2020)
Keywords : Family Burden, Relapse, Schizophrenia.
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................ Error! Bookmark not defined.


HALAMAN PENGESAHAN .................................. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................... ii
PERNYATAAN PUBLIKASI ................................. Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan penelitian ......................................................................................... 7
1.Tujuan Umum .......................................................................................... 7
2.Tujuan Khusus.......................................................................................... 7
D. Manfaat penelitian ....................................................................................... 7
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Skizofrenia ........................................................................... 9
1.Definisi Skizofrenia.................................................................................. 9
2.Klasifikasi............................................................................................... 10
3.Etiologi ................................................................................................... 11
5.Pemeriksaan penunjang ......................................................................... 14
6.Penatalaksanaan ..................................................................................... 17
B. Konsep Dasar Keluarga ............................................................................. 18
1.Definisi Kekambuhan ............................................................................. 28
2.Gejala Kekambuhan ............................................................................... 29
3.Faktor Penyebab Kekambuhan............................................................... 29

xiii
C. Kerangka Teori .......................................................................................... 31
BAB IIIKERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASOINAL DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 32
B. Definisi Operasional .................................................................................. 33
C. Hipotesis .................................................................................................... 34
BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 47
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ................................................... 47
1.Populasi .................................................................................................. 47
2.Sampel .................................................................................................... 47
3.Teknik sampling ..................................................................................... 50
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 50
D. Pengumpulan Data .................................................................................... 50
E. Analisa Data .............................................................................................. 54
F. Etika Penelitian ......................................................................................... 55
BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ........................................................ 56
B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 59
1.Analisa Univariat .................................................................................... 59
2.Analisa Bivariat ...................................................................................... 61
C. Pembahasan ............................................................................................... 63
1.Beban Keluarga ...................................................................................... 63
2.Kekambuhan pada pasien skizofrenia .................................................... 64
3.Hubungan beban keluarga dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia
67
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 68
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 70
B. Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel1.Definisi Operasional Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan
Pada Pasien Skizofrenia Diruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2022.......................................................................................................34
Tabel2.Distribusi Frekuensi Sampel Beban Keluarga Di Wilayah Kerja Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2022.......................................................................................................60
Tabel 3.Distribusi Frekuensi Sampel Kekambuhan Di Wilayah Kerja Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2022.......................................................................................................61
Tabel4.Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan Pasien Skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2022.......................................................................................................62

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka Teori Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan


Pada Pasien Skizofrenia Diruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022............... 31

Gambar 2.Kerangka Konsep Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan


Pada Pasien Skizofrenia Diruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Daerah ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Tahun 2022................33
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan (SK)

Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 3 Surat Balasan Izin Pengambilan Data

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Penyusunan Proposal dan Skripsi

Lampiran 5 Instrumen Penelitian

Lampiran 6 Data SPSS Kuantitatif

Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 Dokumentasi

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu masalah gangguan jiwa yang memiliki banyak kasus di

dunia yaitu Skizofrenia yang merupakan kondisi psikotik yang

berpengaruh terhadap area fungsi individu, termasuk berfikir,

berkomunikasi, menerima, menafsirkan kenyataan, merasakan dan

menunjukkan emosi serta penyakit kronis yang di tandai dengan pikiran

kacau, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh (Rhoads, 2011 dalam Pardede,

2019).

Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis yang

menyerang 20 juta orang di seluruh dunia dan di Indonesia perkirakan

jumlah pasien skizofrenia sekitar 2,6 juta orang menurut WHO (World

Health Organization, 2019).Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran,

distorsi persepsi, emosi dan tingkah laku sehingga pasien dengan

skizofrenia memiliki resiko lebih tinggi berperilaku agresif dimana

perubahan perilaku secara dramatis terjadi dalam beberapa hari atau

minggu.Karena itu peran keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu dan

merawat pasien skizofrenia.

1
Merawat pasien skizofrenia dibutuhkan kesabaran dan

membutuhkan waktu yang lama akibat kekronisan penyakit ini. Anggota

keluarga yang mendampingi menghabiskan lebih banyak waktu untuk

merawat anggota keluarga yang sakit daripada mengurusi diri sendiri.

Kemampuan merawat skizofrenia adalah keterampilan praktis yang

memungkinkan orang dewasa dengan keadaan tertentu mencapai

kehidupan yang mandiri dan menyenangkan ( Patricia et al, 2019).

Keluarga harus mampu memberikan perawatan dengan sabar dan

telaten pada pasien skizofrenia sehingga perawatan yang diberikan

keluarga mampu secara maksimal dan optimal. Tetapi keluarga mengalami

keluhan dalam merawat pasien karena beban yang dirasakan mereka tidak

ringan sebagai sistem pendukung utama untuk membantu pasien selama

dirawat di rumah sakit maupun setelah kembali kerumah. Beban yang

dirasakan oleh keluarga yaitu beban ekonomi untuk biaya perawatan dan

pengobatan, beban psikis ketika perilaku pasien mengalami kekambuhan

dan beban sosial karena adanya stigma dari masyarakat.

Beban yang dirasakan oleh keluarga merupakan pengalaman yang

tidak menyenangkan yang dialami oleh keluarga sebagai dampak dan

kondisi dari kekambuhan yang di alami oleh anggota keluarganya.

Keadaan ini mampu memicu stress emosional keluarga dan membuat

keluarga tidak sanggup merawat pasien skizofrenia yang mengalami

kekambuhan (Fontaine, 2019; Pardede,2020)


3

Prevalensi gangguan jiwa diseluruh dunia data WHO (World

Health Organization) pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang mengalami

depresi 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang

mengalami Demensia, dan 20 juta orang mengalami Skizofrenia. Sebelum

Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization

(WHO) pada tanggal 11 Maret 2020, karena sudah menyebar ke 114

negara dan ditetapkan sebagai status darurat nasional di Indonesia (Bayu,

2020).

Berdasarkan data yang di peroleh Riset Kesehatan Dasar (2018)

menunjukkan prevalensi orang yang pernah menderita Skizofrenia sebesar

1,8 per 1000 penduduk ( Hasibuan & Amidos,2020).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019)

prevalensi gangguan kejiwaan tertinggi terdapat di Provinsi Bali dan

Yogyakarta dengan masing-masing prevalensi menunjukkan angka 11,1%

dan 10,4% per 1000 rumah tangga yang memiliki ART dengan pengidap

skizofrenia/ psikosis. Selanjutnya diikuti oleh provinsi-provinsi lain

diantaranya provinsi Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi

Selatan dan Kalimantan secara berurutan (Bayu, dkk, 2018).

Berdasarkan hasil prevelensi diatas dapat dilihat bahwa adanya

peningkatan jumlah kasus di setiap tahunnya. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia dengan risiko kekambuhan

antara lain meliputi pengetahuan keluarga, ketersedian pelayanan

kesehatan, kepatuhan minum obat dan pengaruh lingkungan. Hal inilah


yang membuat perlu bantuan keluarga untuk merawat dan memberikan

perhatian khusus pada pasien skizofrenia (Perdede & Siregar, 2016).

Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya

mengalami peningkatan terkait dengan berbagai macam pemasalahan

yang dialami, mulai dari perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga

atau latar belakang pola asuh anak yang tidak baik sampai bencana alam

yang melanda (Pratama, Syahrial & Ishak, 2015). Begitu juga halnya

dengan pasien skizofrenia yang di rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa

Kabupaten Bangka.

Data jumlah kunjungan pasien skizofrenia di klinik rawat jalan di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi kepulauan Bangka Belitung (RSJD

Babel)selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2019 sebanyak 677 orang yang

terdiri dari 328 orang (48,44%) pasien laki-laki dan 349 orang (51,55%)

pasien perempuan. Pada tahun 2020 jumlah pasien mengalami

peningkatan yang tinggi menjasi 8.968 orang yang terdiri dari 5.457 orang

(60,84%) pasien laki-laki dan 3.511 orang (39,15%) pasien perempuan.

Kemudian pada tahun 2021 kembali mengalami peningkatan sebanyak

9.737 orang yang terdiri dari 5.902 orang (60,61%) pasien laki – laki dan

3.835 orang (39,38%) pasien perempuan dengan rata-rata jumlah

kunjungan jiwa dalam 1 bulan sebanyak 831 orang. Sehingga total

keseluruhan pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi kepulauan Bangka Belitung (RSJD Babel)sebanyak 19.382

orang(Profil RSJD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2021).


5

Beberapa penelitian sebelumnya meneliti beban yang dialami oleh

keluarga saat merawat pasien skizofrenia. Hasil penelitian Manao &

Perdede (2019) di Rumah Sakit Jiwa Pof. Dr. M. Ildrem Sumatra Utara

yang dilakukan menggunakan sampel sebanyak 90 orang. Hasil penelitian

menunjukkkan beban keluarga terhadap pasien skizofrenia mayoritas

sedang 75 (83,3%), dan pencegahan kekambuhan pada pasien skizofrenia

mayoritas cukup 40 ( 44,4%). Hasil uji Spearman Rankdiperoleh nilai p :

0,003 dan nilai r : 0,305, maka dapat disimpulkan adanya hubungan beban

keluarga dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia.

Berdasarkanpenelitian (ManaoBetriz Melva, 2019)

didapatkansampel penelitian berjumlah 90 orang. Hasil penelitian

menunjukkan beban keluarga pasien skizofrenia mayoritas sedang 75

(83,3%), dan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia mayoritas cukup

40 (44,4%). Hasil uji Spearman Rank diperoleh nilai p = 0,003 dengan

nilai r = 0,305, maka dapat disimpulkan adanya hubungan beban keluarga

dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil wawancara pada 10 keluarga yang anggota

keluarganya menderita gangguan jiwa di Puskesmas Temon I,

menunjukkan 80 % atau 8 keluarga belum mengetahui penyakit anggota

keluarganya dan tidak tahu cara merawatnya serta belum mengetahui

puskesmas bisa memberikan pengobatan pada anggota keluarganya untuk

melakukan pemeriksaan ulang. Keluarga mengatakan: enggan mengantar


anggota keluarganya ke fasilitas pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit

jiwa maupun di puskesmas. Selain itu keluarga juga mengungkapkan, 60%

atau 6 keluarga merasa tidak mampu secara ekonomi untuk mengobati

anggota keluarganya, 40% atau 4 keluarga mengatakan anggota

keluarganya tidak mampu bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari

sehingga harus menjaganya bahkan sering keluyuran yang membuat malu

keluarga. Hal ini menunjukkan masih adanya beban keluarga yang berat

pada pasien gangguan jiwa. Beban keluarga yang berat dapat

mempengaruhi kualitas dukungan yang diberikan oleh keluarga pada

pasien. Hal ini menunjukkan bahwa beban keluarga akibat adanya pasien

skizofrenia dapat berdampak pada keengganan keluarga memberikan

dukungan sosial yang baik pada pasien skizofrenia (Nugroho,2018).

Berdasarkan penelitianGusdiansyah, Edo (2021) didapatkanHasil

penelitian menunjukkan bahwa 66,7% pasien dengan skizofrenia berat,

63,3% dukungan keluarga kurang baik dan 70,0% beban keluarga tinggi.

Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan

keluarga (p= 0,000) dan beban keluarga (p= 0,000) dengan skizofrenia.

Apabila keluarga memiliki dukungan yang baik maka klien akan patuh

minum obat, dan keluarga tidak merasa terbebani atas kehadiran klien dan

menerika kekurnan klien.

Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui apakah beban keluarga berhubungan dengan


7

kekambuhan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

kepulauan Bangka Belitung (RSJD Babel).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang diatas, maka

permasalahan yang dibahas oleh peneliti adalah “Apakah Beban Keluarga

Berhubungan Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (RSJD Babel)

tahun 2022?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum

Diketahuinya“Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan

Terhadap Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung (RSJD Babel)”

2. Tujuan khusus

Diketahuinyakekambuhan pada pasien skizofrenia yang berkunjung di

klinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi kepulauan Bangka Belitung

di pengaruhi oleh beban keluarga (RSJD Babel)

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti diharapkan dapat menjadi

pengalaman berharga peneliti dan meningkatan pengetahuan dan

wawasan dalam melakukan sebuah penelitian dan dapat menjadi acuan


kedepannya supaya dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan

lebih baik lagi

2. Manfaat bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi kepulauan Bangka

Belitung (RSJD Babel)

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam

melakukan program pendidikan kesehatan pada pasien dengan

skizofrenia di poliklinik Rumah Sakit Jiwa Kabupaten Bangka

Provinsi Bangka Belitung

3. Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan data dasar atau

referensi bagi mahasiswa dalam menambah wawasan dan pengetahuan

untuk melakukan penelititan selanjutnya, khususnya tentang pasien

skizofrenia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia


1. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia (schizophrenia) adalah salah satu gangguan jiwa

berat yang dapat mempengruhi pikiran, perasaan dan perilaku

individu. Skizofrenia adalah bagian dari gangguan psikotis yang

terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas

dan hilangnya daya tilik diri (insight) (Sadock et al., 2014). Menurut

Pedomaan Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-

III), skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi

penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalan penyakit (tak selalu

bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, sejumlah akibat yang

tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial

budaya. Pada gangguan psikosis, termasuk juga skizofrenia, dapat

ditemukan gejala gangguan jiwa berat seperti halusianasi, waham,

perilaku yang kacau, serta gejala negatif ( Stahl, 2013).

Skizofrenia yang melibatkan banyak sekali faktor-faktor yang

meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak,

dan faktor genetik (Yosep, 2014)

Pengertian yang lebih lengkap di ungkapkan oleh Dereja (2016)

bahwa skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan

9
gangguan utama pada proses pikir serta disharmoni (keretakan,

perpecahan) antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan

psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan

halusinasi.

2. Klasifikasi
Jenis Skizofrenia Menurut Direja (2011) jenis-jenis skizofrenia yaitu :

a. Skizofrenia Simplex

Jenis skizofrenia dengan gejala utama kedangkalan emosi dan

kemunduran kemauan.

b. Skizofrenia Hebefrenik

Jenis skizofrenia dengan gejala utama gangguan proses pikir

gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham

dan Halusinasi.

c. Skizofrenia Katatonik

Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran yang

essensial dan dominan dan dapat bervariasi antara kondisi

ekstrem seperti hiperkinesis dan stupor.

d. Skizofrenia Paranoid

Gangguan dengan gejala utama kecurigaan yang ekstrim disertai

waham kejar atau kebesaran.

e. Episode Skizofrenia akut (lir schizophrenia)

Kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan

kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.


11

f. Skizofrenia Psiko-afektif

Gangguan dengan gejala utama skizofrenia yang menonjol

dengan disertai gejala depresi atau mania.

g. Skizofrenia Residual

Gangguan dengan gejala-gejala primernya dan muncul setelah

beberapa kali serengan skizofrenia.

3. Etiologi
Hingga kini belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti

seseorang menderita skizofrenia.Ada beberapa penelitian yang telah

dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia

menurut penelitian mutakhir antara lain : faktor genetik, autoantibody,

dan malnutrisi. Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada

perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi tumbuhnya

skizofrenia di kemudian hari. Gangguan ini muncul misalnya karena

kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.

Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada

neurotransmitter dan reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan

interaksi zat neuro kimia dopamine dan serotonin, ternyata

mempengaruhi alam pikir, perasaan, perilaku yang menjelma dalam

bentuk gejala-gejala positif dan negatif. Selain perubahan-perubahan

yang sifatnya neurokimiawi, dalam penelitian yang menggunakan

Computerised Tomograpy( CT-Scan) otak, ternyata ditemukan pula

perubahan-perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada


penderita kronis. Perubahan ada pada lateral ventrikel, atrofi korteks

dan atrofi otak kecil (Yosep, 2014)

4. Manifestasi klinik

Menurut Hawari (2018), gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi

dalam 2 (dua) kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif.

Selengkapnya seperti pada uraian berikut:

a. Gejala positif skizofrenia

Gejala positif merupakan gejala yang mencolok, mudah dikenali,

menganggu keluarga dan masyarakat serta merupakan salah satu

motivasi keluarga untuk membawa pasien berobat (Hawari,

2018). Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada pasien

skizofrenia yaitu:

1) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional

(tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara

obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun pasien

tetap meyakini kebenarannya.

2) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan

(stimulus). Misalnya pasien mendengar suara-suara atau

bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari

suara atau bisikian itu.

3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi

pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak

dapat diikuti alur pikirannya.


13

4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif,

bicara dengan semangat dan gembira berlebihan, yang

ditunjukkan dengan perilaku kekerasan.

5) Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba

hebat dan sejenisnya.

6) Pikiran penuh dengan ketakutan sampai kecurigaan atau

seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya. Menyimpan rasa

permusuhan.

b. Gejala negatif skizofrenia

Gejala negatif skizofrenia merupakan gejala yang tersamar dan

tidak menggangu keluarga ataupun masyarakat, oleh karenanya

pihak keluarga seringkali terlambat membawa pasien berobat

(Hawari, 2018). Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada

pasien skizofrenia yaitu:

1) Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran

alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak

menunjukkan ekspresi.

2) Isolasi sosial atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau

bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day

dreaming).

3) Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara,

pendiam

4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.


5) Sulit dalam berpikir abstrak.

6) Pola pikir stereotip.

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk pasien skizofrenia

(Townsend, 2018), yaitu:

a. Neuropatologi

Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya

konfirmasi neuropatologi. Secara umum didapatkan:

1) Atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus

temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital,

korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh.

2) Berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).

b. Pemeriksaan neuropsikologik

Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia.

1) Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan

ada atau tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum dan

mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.

2) Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang

ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda

seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,

perhatian dan pengertian berbahasa.


15

c. CT scan:

1) Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia

lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor

serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel

keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat

spesifik pada penyakit ini

2) Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel

berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan hasil

pemeriksaan status mini mental.

d. MRI

1) Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan

periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel

lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia

awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi

juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya atropi

hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan

fissura sylvii.

2) MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari

penyakit alzheimer dengan penyebab lain, dengan

memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.

e. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis.

Sedang pada penyakit alzheimer didapatkan perubahan

gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik.

f. PET (Positron Emission Tomography)

Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan:

1) Penurunan aliran darah

2) Metabolisme O2

3) Dan glukosa didaerah serebral

Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini

sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi danselalu dan

sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.

g. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)

Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer.

Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan

defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak

digunakan secara rutin.

h. Laboratorium darah

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita

alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk

menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti

pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal

dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibodi

yang dilakukan secara selektif.


17

6. Penatalaksanaan

Adapun jenis pengobatan pada pasein skizofrenia (Maramis, 2018),

adalah sebagai berikut:

a. Farmakoterapi

Indikasi pemberian obat psikotik pada skizofrenia adalah untuk

mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Strategi

pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau

kronis. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang

baru dialami atau yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan

pengobatan disini adalah mengurangi gejala psikotik yang parah.

Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam

waktu 2-3 minggu. Biarpun tetap masih ada waham dan

halusinasi, pasien tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih

kooperatif, mau ikut serta dalam kegiatan lingkungannya dan mau

turut terapi kerja.

b. Elektro Convulsive Terapy (ECT)

ECT baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor, terhadap

skizofrenia simplex efeknya mengecewakan, bila gejala hanya

ringan lantas diberi ECT, kadang-kadang gejala menjadi lebih

berat.

c. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif atau kelompok dapat membantu pasien serta

memberikan mimbingan yang praktis dengan maksud


mengembalikan pasien kembali ke masyarakat. Terapi perilaku

dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan

sosial, merawat diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi

interpersonal.

B. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaandanikatanemosional dan mengidentifikasian

diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Zakaria, 2017). Duval dan

Logan (1986 dalam Zakaria, 2017) mengatakan keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi

yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan

meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari

tiap anggota keluarganya.

Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017) keluarga

sebagai unit yang perlu dirawat, boleh jadi tidak diikat oleh hubungan

darah atau hukum, tetapi berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka

menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang

disatukan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi dan boleh jadi

tidak diikat oleh hubungan darah dan hukum yang tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dengan keadaan saling ketergantungan dan

memiliki kedekatan emosional yang memiliki tujuan mempertahankan


19

budaya, meingkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta

sosial sehingga menganggap diri mereka sebagai suatu keluarga.

2. Tipe Keluarga

Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang

terdiridari suami, istri, dan anak baik dari sebab biologis

maupun adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tipe

keluarga inti diantaranya:

a) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga

dengan suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama

dalam satu rumah.

b) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak

dikarenakan terlambat menikah dan untuk mendapatkan

anak terlambat waktunya disebabkan mengejar

karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.

c) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil

tanggung jawab secara sah dari orang tua kandung ke

keluarga yang menginginkan anak.

2) Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang

terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah, contohnya seperti nuclear family disertai paman,

tante, kakek dan nenek.


3) Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family)

yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)

dengan anak. Hal ini biasanya terjadi karena perceraian,

kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum

pernikahan).

4) Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja

di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai

tempat tinggal dan yang bekerja di luar kota bisa berkumpul

dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu, bulan atau

pada waktu-waktu tertentu.

5) Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa

generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam

satu rumah.

6) Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang

tinggal dalam satu tumah atau berdekatan dan saling

menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.

Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.

7) Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda

(karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan

anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.

8) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult

Living Alone), yaitu keluarga yang terdiri dari orang dewasa


21

yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan

(separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.

9) Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana

anak ditempatkan di rumah terpisah dari orang tua aslinya

jika orang tua dinyatakan tidak merawat anak-anak mereka

dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan kepada orang

tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.

10) Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana

anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua

rumah tangga inti.

b. Keluarga Non-tradisional

1) The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri

dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan

tanpa nikah.

2) The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua

tiri.

3) Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak)

yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama

dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama, serta sosialisasi anak melalui

aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

4) Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital

Heterosexual Cohabiting Family), keluarga yang hidup


bersama berganti-ganti pasangan tanpa melakukan

pernikahan. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang

yang mempunyai persamaan seks hidup bersama

sebagaimana ‘marital partners’.

5) Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal

bersama diluar hubungan perkawinan melainkan dengan

alasan tertentu.

6) Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang

menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling

merasa menikah satu dengan lainnya, berbagi sesuatu

termasuk seksual dan membesarkan anak.

7) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi

aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain, dan

saling menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,

pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.

8) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada

saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.

9) Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak

mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis

personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan

atau masalah kesehatan mental.


23

10) Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga

mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan

dan kriminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga

Beberapa ahli meletakkan struktur pada tipe keluarga, namun

ada juga yang menggambarkansubsistemnya sebagai dimensi

struktural. Struktur keluarga menurut Friedman (2009) dalam

Nadirawati (2018) sebagai berikut :

a. Pola dan Proses Komunikasi

individu untuk mengontrol atau memengaruhi perilaku anggota

keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:

1) Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti

orang tua terhadap anak.

2) Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua

adalah sesorang yang dapat ditiru oleh anak.

3) Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).

4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan

yang akan diterima).

5) Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan

keinginannya).

6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)


7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi

cinta kasih, misalnya hubungan seksual). Sedangkan sifat

struktural di dalam keluarga sebagai berikut:

a) Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing

anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam

menyampaikan pendapat.

b) Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.

c) Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty

dan authenticity), struktur keluarga ini mendorong

kejujuran dan kebenaran.

d) Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun

pada peraturan.

e) Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini

tidak adanya peraturan yang memaksa.

f) Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.

g) Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.

h) Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres

emosional.

8) Struktur Peran

Peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi

status atau tempat sementara dalam suatu sistem sosial

tertentu.
25

a) Peran-peran formal dalam keluarga

Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada

keluarga, seperti ayah, ibu dan anak setiap anggota

keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai

pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi

seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat

atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai

pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak,

pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok

sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai pelaku

psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental,

sosial dan spiritual.

b) Peran Informal kelauarga

Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat

implisit, tidak tampak ke permukaan dan dimainkan untuk

memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga

keseimbangan keluarga.

c) Struktur Nilai

Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-

nilai masyarakat. Nilai keluarga akan membentuk pola dan

tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami


keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana

keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-

stressor lain.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018)

sebagai berikut :

a. Fungsi afektif dan kopingdimana keluarga memberikan

kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam

membentuk identitas, dan mempertahankan saat terjadi stres.

b. Fungsi sosialisasi dimana keluarga sebagai guru, menanamkan

kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan

feedback dan saran dalam penyelesaian masalah.

c. Fungsi reproduksidimana keluarga melanjutkan garis

keturunannyandengan melahirkan anak.

d. Fungsi ekonomi dimana keluarga memberikan finansial untuk

anggota keluarga dan kepentingan di masyarakat.

e. Fungsi pemeliharaan kesehatan dimana keluarga memberikan

keamanan dan kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari

sakit.
27

A. Konsep Dasar Beban Keluarga

1. Definisi Beban Keluarga

Beban Keluarga adalah tingkat pengalaman distres keluarga sebagai

efek dari kondisi anggota keluarga yang dapat menyebabkan

meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari keluarga,

sebagaimana respon keluarga terhadap perawatan anggota keluarga

yang menderita skizofrenia dalam waktu yang tidak singkat dalam

perawatannya (Fontaine, 2009).Kekambuhan adalah kembalinya suatu

penyakit tampaknya mereda (Dorland, 2010).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Keluarga

Pada penderita skizofrenia khususnya yang mengalami gejala perilaku

kekerasan merupakan beban bagi keluarga (Nuraenah, 2012). Beban

keluarga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Perjalanan Penyakit

Penderita mengalami ketidakmampuan seperti merawat diri,

berinteraksi sosial, sehingga sangat bergantung kepada keluarga

yang akan menjadi beban baik subyektif maupun obyektif (Kaplan

& Sadock, 200 dalam Nuraenah, 2012).

b. Stigma

Stigma adalah ekstremnya ketidaksetujuan seseorang maupun

sekelompok orang berdasarkan karakteristik tertentu yang

membedakan atau keberadaan mereka menjadi tidak diinginkan di

lingkungan masyarakat. Stigma juga merupakan seperangkat


keyakinan yang negatif yang dimiliki seseorang untuk mendasari

ketidakadilan yang dimiliki sekelompok orang tentang sesuatu

(Merriam-Webster, 2019)

c. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan mental merupakan sarana yang penting dalam

melakukan perawatan terhadap gangguan jiwa atau skizofrenia.

Kemudahan keluarga untuk membawa pasien kepelayanan

kesehatan akan mengurangi beban keluarga dalam merawat, begitu

juga sebaliknya, jika pelayanan kesehatan tidak tersedia atau sulit

dijangkau akan menyebabkan keadaan klien lebih buruk dan

menjadi beban bagi keluarga yang merawat (Thonicraft &

Samukler, 2001 dalam Nuraenah, 2012).

d. Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling penting

dalam penilaian beban keluarga.Perawatan klien gangguan jiwa

atau skizofrenia membutuhkan waktu yang lama sehingga

membutuhkan biaya yang banyak.

B. Konsep Dasar Kekambuhan

1. Definisi Kekambuhan

Kekambuhan merupakan keadaan dimana gejala yang sama

seperti sebelumnya kembali muncul dan mengakibatkan pasien harus

dirawat kembali (Diamayanti & Iskandar, 2014)


29

Kambuh didefinisikan sebagai berulangnya atau kambuhnya

gejala penyakit status mental serupa dengan apa yang telah dialami

sebelumnya The Free Dictionary (2016, dalam Tlhowe, et al, 2016).

2. Gejala Kekambuhan

Menurut Nasir (2015) ada beberapa gejala kekambuhan yang

perlu di identifikasi oleh klien dan keluarga yaitu :

a. Menjadi ragu-ragu dan serba takut

b. Tidak ada nafsu makan

c. Sulit tidur

d. Depresi

e. Menarik diri

3. Faktor Penyebab Kekambuhan

Menurut Yosep & Sutini (2016) mengatakan salah satu faktor

penyebab kambuh pasien skizofrenia adalah keluarga yang tidak tahu

cara menangani perilaku pasien dirumah.

Empat faktor penyebab pasien kambuh dan perlu dirawat di

Rumah Sakit, menurut Sullinger(1988 dalam Yosep & Sutini, 2016)

a. Pasien

Sudah umum pasien yang gagal memakan obat secara teratur

mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdassarkan hasil

penelitian menunjukkan 25 % sampai 50 % pasien yang pulang

dari rumah sakit tidak meminum obat secara teratur.


b. Dokter (pemberi resep)

Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh, namun

pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek

samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan

sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.Dokter yang memberi

resep diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik

yang dapat mencegah kambuh dan efek samping.

c. Penanggung jawab pasien

Setelah pulang kerumah maka perawat atau petugas Rumah Sakit

Jiwa tetap bertanggung jawab atas program adaptasi pasien

dirumah.

d. Keluarga

Menurut Yosep & Sutini (2016) memperlihatkan bahwa keluarga

dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik)

banyak melibatkan diri dengan pasien diperkirakan kambuh

dalam waktu 9 bulan, 57 % kembali dirawat dari keluarga dengan

ekspresi emosi yang tinggi dan 17 % kembali dirawat dari

keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah. Selain itu pasien

juga mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik

pangkat, menikah) maupun yang menyedihkan (kematian atau

kecelakaan). Dengan terapi pasien dan keluarga dapat mengurangi

dan mengatasi stress.


31

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimanamenyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa

faktor yang dianggap penting untuk masalah (Riyanto, 2019).Berdasarkan

uraian tinjauan pustaka diatas maka dibuatlah kerangka teori terhadap

variabel-variabel yang ingin diamati oleh peneliti sebagai berikut.

Etiologi : Skizofrenia
1. Faktor genetic
2. Autoantibody
3. Malnutrisi Penatalaksanaan

Penatalaksaan Medis : Penatalaksaan Non Medis :


1. Farmakoterapi 1. Dukungan keluarga
2. Elektro Convulsive
2. Dukungan lingkungan
Terapy (ECT)
3. Psikoterapi dan
rehabilitasi
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Beban
Beban keluarga Keluargamenurut (Nuraenah,
2012).
1. Perjalanan penyakit
2. Stigma
Kekambuhan pasien
3. Pelayanan kesehatan

Sumber : Yosep (2014), Maramis (2018), (Nuraenah, 2012), (Diamayanti &


Iskandar, 2014),

Gambar 1.
Kerangka Teori Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan
Pada Pasien Skizofrenia Diruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2022
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASOINAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan merupakan abstraksi dari

suatu realitas sehingga dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang

menjelaskan keterkaitan antara variabel yang diteliti (Nursalam, 2017).

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

akandiukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan (Riyanto,

2019). Kerangka konsep merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menjelaskan hubungan atau kaitan antara variabel yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2018, p,83). Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti

beban keluarga berhubungan dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia

di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Bangka Belitung.

Variabel Independen (bebas) Variabel Dependen (terikat)

Kekambuhan pada pasien


Skizofrenia
Beban keluarga

Gambar 2.
Kerangka Konsep Beban Keluarga Berhubungan Dengan KekambuhanPada
Pasien Skizofrenia Diruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Daerah ProvinsiKepulauan Bangka Belitung
Tahun 2022

32
33

B. Definisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan cara yang digunakan dalam

penetapan batas-batas terhadap variabel yang akan diteliti supaya variabel

yang akan diteliti bisa diukur dengan instrument atau alat ukur veriabel

tersebut (Notoatmodjo, 2018, p,111)

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan

bagaimana cara mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini

merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang

ingin menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional dari veriabel

sangat diperlukan, terutama untuk menentukan alat atau instrument yang

akan digunakan dalam pengumpulan data. Adapun definisi operasional

dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut.

Tabel 1.
Definisi Operasional Beban KeluargaBerhubungan Dengan Kekambuhan
Pada Pasien SkizofreniaDiruang Rawat JalanRumah Sakit Jiwa Daerah
ProvinsiKepulauan Bangka Belitung
Tahun 2022

No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
. Ukur

1. Independen Tingkat Kuesione Kuesioner 1. Beban Ordinal


:Beban pengalaman r The Zarith sedikit atau
Keluarga distress Burden tidak ada
keluarga Interview beban
sebagai efek dengan (<20)
dari kondisi penilaian 2. Beban
anggota kelurga jawaban : ringan (21-
yang Tidak 40)
mengalami pernah : 0 3. Beban
skizofrenia, Jarang : 1 sedang (41-
meliputi : beban Kadang- 60)
obyektif dan kadang :2 4. Bebanberat
sukjektif Sering : 3 (61-90)
Skor
minimum :
0
Skor
maksimum :
90
2. Dependen : Kekambuhan Kuesione Kuisioner 1. Dikatakan Ordinal
Kekambuha adalah r dengan 25 Kambuh
n pasien kembalinya item jika
pasien suatu penyakit pertanyaan skornya >7-
skizofrenia tampaknya dengan 25
mereda penilaiana 2. Dikatakan
(Dorland, 2010) jawaban : Tidak
Ya : 0 kambuh
Tidak : 1 jika
Skor skornya ≤7
minimum :0
Skor
maksimum :
25

C. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat yang kebenarannya masih dangkal dan

perlu diuji, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam peneletian (Setiadi, 2013). Hipotesis adalah jawaban

sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam,

2017).Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk pertanyaan (Chatarina Sruyaningsih, 2018). Berdasarkan kerangka

konsep diatas, maka hipotesis yang akan dikemukakan oleh peneliti adalah

sebagai berikut.
35

Ha : Ada hubungan antara beban keluarga dengan kekambuhan pada

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Bangka Belitung Tahun

2022.

Ho : Tidak ada hubungan antara beban keluarga dengan kekambuhan pada

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Bangka Belitung Tahun

2022.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan

menggunakan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut

variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang

sama. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan

cross sectional adalah untuk mengetahui beban keluarga berhubungan

dengan kekambuhan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Bangka Belitung tahun 2022.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi yang akan diteliti pada

penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia yang melakukan

kunjungan di klinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Bangka

Belitung pada tahun 2021 yang berjumlah sebanyak 292 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

47
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono,

2015).Rumus besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus

besar sampel yang ukuran populasinya sudah diketahui dengan pasti,

yaitu menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2013). Rumus Slovin

untukkeluarga pasien skizofrenia dengan tingkat signifikasi 0,1 :

n=
( )

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

N = Besar populasi

d = tingkat signikfikan (p) 10%= 0,1

n= ( , )

n=
,

n = 74,48 = 75 responden

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan sampel sebanyak

74,48 atau dibulatkan menjadi 75 orang. Serta untuk mentoleris

adanya kesalahan (drop out ) data pada sampel saat penelitian, maka

jumlah sampel yang dibutuhkan di tambah 10 % dari total perhitungan

sampel. Adapun perhitungan yang digunakan sebagai berikut.

n’ =

n’ =
,
n’ = 83,33 = 84 responden

keterangan :

n’ = besar sampel setelah dikoreksi

N = jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f = prediksi presentase sampel 10% = 0,1

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sampel pada penelitian ini

yaitu :

a. Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatdmodjo, 2018).Kriteria inklusi yang dapat dijadikan sampel

adalah sebagai berikut.

1) Keluarga pasien yang datang ke klinik rawat jalan dengan

diagnosa medis Skizofrenia

2) Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden

3) Keluarga pasien yang tinggal serumah dengan pasien.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel ((Notoatdmodjo, 2018).Kriteria eksklusi

yang dapat dijadikan sampel adalah sebagai berikut.

1) Keluarga pasien yang datang ke klinik rawat jalan dengan

diagnosa lain

2) Keluarga pasien yang tidak bersedia menjadi responden


3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik

sampling merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar sesuai

dengankeseluruhan subjek (Nurssalam, 2020).Teknik sampling yang

di pakai pada penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik

simple random sampling. Di katakan simple (sederhana) karena

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan strata (tingkat pendidikan tertentu) yang ada

didalam populasi itu.(Sugiyono, 2011)

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di Poli Rawat Jalan Rumah

Sakit Jiwa Daerah Bangka Belitung.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Bangka Belitung

pada bulan 10 Juni –22 Juni 2022

D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumberdan

berbagai cara.

1. Sumber Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek


danproses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan didalam

suatupenelitian (Nursalam, 2020). Data yang akan dikumpulkan

dalampenelitian ini ada 2 jenis data yaitu :

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang dikumpulkan yang bersumber

dariresponden (Responden adalah keluarga yang datang bersama

pasien di klinik rawat jalan yangterpilih sebagai sampel). Data

primer yang dibutuhkan yaitu datajumlah pasien yang datang

kunjungan jiwa di klinik rawat jalan. Dalam penelitian yang akan

dilakukan, peneliti mengacu pada tahap-tahap sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan dibawah ini :

1) Peneliti mengajukan surat untuk mendapatkan izin penelitian

dari STIKES Citra Delima Bangka Belitung;

2) Peneliti menyampaikan surat permohonan izin untuk

melakukan penelitian kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

3) Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menemui kepala

ruangan serta pasien yang akan menjadi responden diruang

rawat jalan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan;

4) Melakukan informed consent kepada keluarga pasien yang

akan menjadi responden;

5) Menjelaskan tentang tujuan penelitian serta penjagaan privasi

responden
6) Peneliti melakukan penyebaran kuisioner kepada responden;

7) Responden menjawab kuisioner yang telah dibagikan

8) Meminta izin kepada responden untuk mendokumentasikan

semua kegiatan yang telah dilakukan

9) Lembar kuisioner yang telah dijawab responden

dikumpulkandan dilakukan pengecekan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudah ada yang diperoleh

dari hasil laporan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung berupa jumlah pasien di klinik Rawat Jalan

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

dari data rekam medisyang digunakan untuk merumuskan

variabel populasi sampel.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu alat ukur harus mempunyai kriteria validitas dan reliabilitas.

Untuk itu, setelah kuesioner sebagai alat ukur selesai disusun, maka

harus dilakukan uji coba “trial” lapangan. Responden yang akan

digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden

dari tempat dimana penelitian tersebut akan dilaksanakan. Agar

diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka

sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang

(notoatmodjo, 2012).
a. Uji Validitas

Uji validitas merupakan uji yang digunakan untuk menguji

tingkat keandalan serta kesahihan alat ukur yang digunakan.

Suatu instrument dinyatakan valid apabila menunjukkan alat ukur

yang digunakan untuk memperoleh data tersebut valid atau dapat

digunakan untuk mengukur yang seharusnya diukur (Sugiyono,

2015).Kuesioner The Zarith Burden Interview versi bahasa

Indonesia telah divalidasi oleh Rahmat LAE pada tahun 2009

dengan hasilsensitivitas 75,7 %, spesifitas 83,6% dan akurasi

sebesar 79,2%.

b. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas merupakan uji yang digunakan untuk mengukur

sertamenggambarkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam

penelitian keperilaku mempunyai keandalan sebagai alat ukur,

diantaranya diukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari

waktu ke waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah. Untuk

mengetahui reabilitas sebuah alat ukur dilakukan dengan cara

melakukan uji Cronbach Alpha(Sugiyono, 2015).


E. Analisa Data
Analisa hasil penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai

berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa yang akan dilakukan menganalisis tiap variabel dari

hasilpenelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas

kumpulan datahasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan

data tersebutberubah menjadi informasi yang berguna, peringkasan

tersebut dapatberupa ukuran statistik, table, grafik. Analisa univariat

dilakukan masing-masingvariabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Pada analisa univariatini uji normalitas data yang dilakukan dengan

uji F. Untuk mempermudah dalam melakukan perhitungan sampel

secara statistik, maka analisis yang akan dilakukan dalam penelitian

ini akan diolah dengan bantuan software statistik SPSS.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam analisis ini

dilakukan dengan pengujian yaitu dengan ujiSpearman Rankuntuk

mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu beban

keluarga berhubungan dengan terhadap varibael dependen

yaitukekambuhan pada pasien skizofrenia.


F. Etika Penelitian
Data yang didapatkan dengan cara menekankan etika yangmengacu pada :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent) Lembar

persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Penelitian

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian jika calon responden

bersedia untuk diteliti, maka mereka harus mengisi lembar persetujuan

tersebut, namun apabila responden menolak untuk diteliti maka

penelitian tidak boleh memaksakan dan tetap menghormati hak-hak

responden.

2. Tanpa nama (anonimity)

Untuk menjaga kerahasian responden maka penelitian tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

cukup dengan memberi kode pada masing-masing lembar kuesioner

tersebut.

3. Kerahasian (confidentiality)

Kerahasian informasi responden dijamin oleh penelitian, karena hanya

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan

sebagai hasil riset atau hasil dari penelitian.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitungdidirikan tanggal 28 Agustus 1949 merupakan translokasi dari

Rumah Sakit Jiwa Mentok, dengan memanfaatkan bangunan penjara

(pagar tembok tingginya 4 m, dengan luas tanah 0.5 ha) kapasitas 40

tempat tidur. Oleh karena tidak mungkin dikembangkan, maka Direktorat

Kesehatan Jiwa dan Dr. Nahrowi Oesman (selaku Kepala Dinas

Kesehatan TK.II Bangka yang merangkap Direktur Rumah Perawatan

Sakit Jiwa Mentok), Memprakarsai translokasi dari mentok ke sungailiat.

Pembangunan Rumah Sakit Jiwa Sungailiat dimulai dari anggaran

pembangunan 1976/1977 secara bertahap dan pada akhir tahun 1979

diresmikan penggunaan gedung baru tersebut oleh Prof. Dr. Kusmanto

Setyonegoro selaku Kepala Direktorat Kesehatan Jiwa. Dengan SK

Menteri Kesehatan tanggal 10 Desember 1980 Nomor:

2531/YanKes/DKJ/1980 dengan resmi Rumah Sakit Jiwa Mentok

(ditutup terhitung tanggal 14 November 1979) dan dikembalikan kepada

Departemen Kehakiman. Srtuktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa

Sungailiat dengan keluarnya SK Menteri Kesehatan

Nomor:135/Menkes/SK/IV/1979 ditetapkan sebagai rumah sakit Jiwa

kelas B.

56
Tahun 2003-2008 : Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung Nomor: 6 tahun 2003 Rumah sakit Jiwa sungailiat ditetapkan

menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Tahun 2008 – 2012 : Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan

BangkaBelitung Nomor: 7 Tahun 2008 Tentang Rumah Sakit Jiwa

ProvinsiKepulauan Bangka Belitung berkedudukan sebagai lembaga

teknisberbentuk Rumah sakit.

Tahun 2013 – Sekarang : Peraturan Daerah Provinsi

KepulauanBangka Belitung Nomor: 1 Tahun 2013 tanggal 13 juni 2013

TentangOrganisasi dan Tata kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga

TeknisDaerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah

ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Nomor 1 seri D).

2. Visi dan Misi Rumah Sakit

a. Visi

Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan

yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi. Dalam

upaya mencapai kinerja pembangunan daerah pada aspek pelayanan

kesehatan, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung mempunyai visi yaitu “Terwujudnya pelayanan

kesehatanjiwa yang paripurna, bermutu dan berkeadilan “.


b. Misi

Upaya- upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi

tersebut adalah :

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa, penanggulangan

penyalahgunaan narkoba dan kesehatan lainnya.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa,

penanggulanganpenyalahgunaan narkoba yang sesuai dengan

standar pelayanan.

3. Tujuan

a. Terwujudnya pelayanan kesehatan jiwa dan non jiwa yang

paripurnameliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

b. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit sesuai standart

pelayanan.
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Beban Keluarga

berhubungan dengan kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2022. Penelitian ini

dilakukan pada tanggal 10 Juni sampai 21 Juni 2022. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dengan metode pendekatan

“Cross Sectional”. Sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random

sampling dengan jumlah sampel 84 responden. Analisa penelitian

berdasarkan analisa univariat dan analisa bivariat. Penyaji ini diawali dengan

pemaparan lokasi penelitian dan kemudian hasil analisa univariat untuk

menggambarkan variabel independen dan variabel dependen. Penyaji

menggunakan analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen.

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi yang terdiri dari

karakteristik responden, variabel independen (Beban Keluarga) dan

variabel dependen (Kekambuhan). Data ini disajikan dalam bentuk tabel

dan interpretasi data.

a. Beban Keluarga

Karakteristik beban keluarga pada penelitian ini dibagi menjadi

empat kategori yaitu tidak ada beban, beban ringan, beban sedang

dan beban berat


Tabel 2
Distribusi Frekuensi Sampel Beban Keluarga Di Wilayah Kerja
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2022
No Beban Keluarga Frekuensi %
1 Tidak ada Beban 3 3.6
2 Beban Ringan 44 52.4
3 Beban Sedang 21 25.0
4 Beban Berat 16 19.0
Total 84 100.0

Berdasarkan tabel 2 diatas dari 84 responden Beban

Keluarga di Wilayah Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung tahun 2022 didapatkan hasil frekuensi dengan

ketegori tidak mengalami beban keluarga sebanyak 3 orang (3,6 %),

yang mengalami beban ringan sebanyak 44 orang (52,4 %), yang

mengalami beban sedang sebanyak 21 orang (25,0 %) dan yang

mengalami beban berat berjumlah 16 orang (19,0 %)

b. Kekambuhan

Karakteristik kekambuhan pada penelitian ini dibagi menjadi dua

kategori yaitu kambuh dan tidak kambuh


Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sampel Kekambuhan Di Wilayah Kerja Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2022

No Kekambuhan Frekuensi %
1 Kambuh 69 82.1
2 Tidak Kambuh 15 17.9
Total 84 100.0
Berdasarkan tabel 3 diatas dari 84 responden Beban Keluarga

di Wilayah Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung tahun 2022 didapatkan frekuensi hasil pada katagori tidak

kambuh sebanyak 15 orang (17,9 %) dan kambuh sebanyak 69 orang

(82,1 %).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabeldependen dengan menggunakan Uji Spearman Rank.

Penelitian inimelihat hubungan variabel dependen dengan komputer

nilai ditetapkansebesar (0,05). Jika nilai p ≤ 0,05 berarti H0 ditolak

maka dapat disimpulkanada hubungan bermakna antara variabel

independen dengan variabeldependen sedangkan jika nilai p ≥ 0,05

berari H0 gagal ditolak atau diterimamaka dapat disimpulkan tidak

ada hubungan bermakna antara variabelindependen dan variabel

dependen.Analisa bivariat ini menguji tentang Beban Keluarga

Berhubungan Dengan Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Klinik


Rawat Jalan Rumah SakitJiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2022.

Tabel 4
Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2022

Kekambuhan
Beban Tidak Kambuh Total
Keluarga Kambuh P OR
f % F % F % Value

Tidak ada 3 3,6 0 0 3 3.6


Beban
Beban 6 5,3 38 47,1 44 52.4
0,001 0,358
Ringan
Beban 5 4,1 16 20,9 21 25.0
Sedang
Beban Berat 4 3,3 12 15,7 16 19.0
Total 69 82,1 15 17,9 84 100.0

Berdasarkan analisa statistik dengan jumlah sampel sebanyak 84

orang dan menggunakan uji korelasi Spearman rho dengan tingkat

kemaknaan < 0,005 di dapatkan hasil p =0,001 didapatkan hasil

responden dengan kekambuhan yang tidak kambuh pada keluarga

pasien Skizofrenia lebih banyak terdapat pada beban keluarga dengan

kategori beban ringan yaitu 6 orang (5,3 %) sedangkan responden

dengan kekambuhan yang kambuh lebih banyak terdapat pada

keluarga pasien Skizofrenia lebih banyak terdapat pada beban

keluarga dengan kategori beban ringan yaitu 38 (47,1%).


C. Pembahasan

1. Beban Keluarga

Beban Keluarga adalah tingkat pengalaman distres keluarga

sebagai efek dari kondisi anggota keluarga yang dapat menyebabkan

meningkatnya stres emosional dan ekonomi dari keluarga,

sebagaimana respon keluarga terhadap perawatan anggota keluarga

yang menderita skizofrenia dalam waktu yang tidak singkat dalam

perawatannya (Fontaine, 2009).

Hasil penelitian yang diperoleh dari 84 responden didapatkan

bahwa beban yang dialami oleh keluarga pasienkebanyakan

mengalami beban ringan yaitu sebanyak 44 orang (52,4%).

Menurut Suryaningrum & Wardani (2013) keluarga yang

mengalami beban ringan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu sosial

ekonomi yang memadai, adanya sistem pendukung yang cukup dan

keluarga memiliki konsep spiritual yang tinggi sehingga mampu

beradaptasi untuk menerima penyakit yang diderita anggota

keluarganya. Dukungan yang semakin mendukung diharapkan

keluarga dapat mendorong klien untuk meningkatkan kapatuhan

dalam menjalani kontrol. Keluarga perlu menyadari bahwa gangguan

skizofrenia adalah gangguan jangka panjang artinya klien

membutuhkan perhatian dan perawatan yang sifatnya komprehensif

dan berkelanjutan dalam jangka panjang (Indrirawati, 2013) .


Adanya anggota keluarga dengan skizofrenia akan

mempengaruhi kemampuan finansial keluarga. Kebutuhan dan beban

keuangan dalam keluarga akan meningkat. Bahwa anggota keluarga

dengan kemampuan ekonomi yang cukup, maka beban yang timbul

akan lebih sedikit dibanding anggota keluarga yang tidak mampu

(Fitrikasari et al , 2012).

Menurut pendapat peneliti pasien yang mengalami skziofrenia perlu

dukungan dari keluarga sehingga pasien mampu memenuhi kebutuhan

dengan bantuan keluarga

2. Kekambuhan pada pasien skizofrenia

Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit tampaknya

mereda (Dorland, 2010). Kekambuhan merupakan keadaan dimana

gejala yang sama seperti sebelumnya kembali muncul dan

mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (Damaiyanti & Iskandar,

2014). Kambuh didefinisikan sebagai berulangnya atau kambuhnya

gejala penyakit status mental serupa dengan apa yang telah dialami

sebelumnya The Free Dictionary (2016, dalam Tlhowe, et al, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 84 responden

diketahui bahwa Pencegahan Kekambuhan pasien Skizofrenia yang

menjalani pengobatan rawat jalan kebanyakan mengalami

kekambuhan dengan jumlah sebanyak 69 orang (82,1%).

Menurut Yaqin, Widodo, & Susilaningsih (2015) upaya

mencegah kekambuhan pasien skizofrenia oleh keluarga terhadap


pasien skizofrenia didorong oleh banyak faktor, salah satunya adalah

budaya, karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

Kebudayaan telah menanamkan sikap anggota masyarakat, karena

kebudayaanlah yang member corak pengalaman individu-individu

yang menjadi anggota kelompok masyarakat hanya kepribadian

individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan

dominan dalam pembentukan sikap individual. Sekitar 33% penderita

skizofrenia mengalami kekambuhan dan sekitar 12,1% kembali rawat

inap.

Penyakit skizofrenia cenderung menjadi kronis, sekitar 20

hingga 40% penderita skizofrenia yang diobati belum menunjukkan

hasil yang memuaskan. Beberapa faktor yang memengaruhi

kekambuhan penderita skizofrenia, antara lain meliputi ekspresi emosi

keluarga, pengetahuan keluarga, ketersediaan pelayanan kesehatan,

dan kepatuhan minum obat (Fadli & Mitra, 2013).

Penyebab tidak patuh dari aspek klien dan keluarga adalah

rendahnya insight akan kondisi klien yang memerlukan obat dalam

jangka waktu lama sebagai tindakan pencegahan kekambuhan. Efek

samping, rasa obat, dan kompleksitas penggunaan obat merupakan

penyebab ketidakpatuhan dari aspek obat. (Wardani et al, 2012).

Menurut Sulistyowati (2012). apabila pengetahuan keluarga kurang,

maka keluarga akan mempunyai persepsi yang salah mengenai


skizofrenia. Persepsi tersebut yang membentuk tindakan keluarga

dalam menghentikan pengobatan saat pasien membaik, tidak

melakukan kontrol dan tidak melakukan perawatan yang tepat pada

pasien. Hal inilah yang memicu terjadinya kekambuhan pada pasien.

Sementara itu kemampuan keluarga yang baik dalam mengenal

tentang pengertian, tanda gejala, dan perawatan akan membuat

keluarga lebih mewaspadai gejala yang ditunjukkan oleh keluarganya

yang mengalami skizofrenia. Sehingga, apabila pasien mulai

menunjukkan tanda kekambuhan maka keluarga segera tanggap

sehingga pasien tidak jatuh pada kondisi kekambuhan. Dampak dari

beban yang dirasakan keluarga akan mempengaruhi kemampuan

keluarga dalam merawat pasien. Jika keluarga terbebani kemungkinan

keluarga tidak mampu merawat pasien dengan baik (Suryaningrum &

Wardani, 2013). Keadaan seperti ini terjadi karena keadaan ekonomi

sebagian besar keluarga klien adalah menengah kebawah dengan mata

pencaharian sebagai buruh yang kadang memperoleh uang dan kadang

tidak. Dampak dari keadaan ekonomi keluarga yang kurang sering

menjadi penyebab kekambuhan klien, karena penyakit skizofrenia

adalah suatu penyakit gangguan jiwa yang seringkali menetap atau

kronis, sehingga perlu terapi jangka lama. Sumber-sumber ekonomi

yang kurang dan biaya terapi jangka lama merupakan problema-

problema yang terkait dengan skizofrenia, sehingga skizofrenia lama

untuk disembuhkan dan sering mengalami kekambuhan. Secara tidak


langsung, orang yang hidup dalam kemiskinan sangat beresiko untuk

terancam kesehatannya sebab mereka tidak mempunyai jaminan yang

mampu untuk mencukupi pembiayaan kesehatan anggota keluarga

yang menderita suatu penyakit.

3. Hubungan beban keluarga dengan kekambuhan pada pasien

skizofrenia

Dari hasil penelitian analisa bivariat dengan uji Spearman rank

menunjukan bahwa adanya hubungan antara beban keluarga terhadap

kekambuhan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022. Secara statistic

terbukti hasil uji Spearman Rank nilai p value = 0,001 ≤ 0,005 dengan

nilai r sebesar 0,358 yang artinya kekuatan hubungan beban keluarga

dengan pencegahan kekambuhan memiliki korelasi yang cukup atau

cukup kuat dan adanya hubungan yang signifikan antara beban

keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian Manao &

Perdede (2019) di Rumah Sakit Jiwa Pof. Dr. M. Ildrem Sumatra

Utara yang dilakukan menggunakan sampel sebanyak 90 orang. Hasil

penelitian menunjukkkan beban keluarga terhadap pasien skizofrenia

mayoritas sedang 75 (83,3%), dan pencegahan kekambuhan pada

pasien skizofrenia mayoritas cukup 40 ( 44,4%). Hasil uji Spearman

Rankdiperoleh nilai p : 0,003 dan nilai r : 0,305, maka dapat


disimpulkan adanya hubungan beban keluarga dengan pencegahan

kekambuhan pasien skizofrenia.

Hasil penelitian lainnya seperti penelitian (ManaoBetriz Melva, 2019)

didapatkan sampel penelitian berjumlah 90 orang. Hasil penelitian

menunjukkan beban keluarga pasien skizofrenia mayoritas sedang 75

(83,3%), dan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia mayoritas

cukup 40 (44,4%). Hasil uji Spearman Rank diperoleh nilai p = 0,003

dengan nilai r = 0,305, maka dapat disimpulkan adanya hubungan

beban keluarga dengan pencegahan kekambuhan pasien skizofrenia di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara.

Peneliti berpendapat bahwa pasien yang mengalami skziofrenia

perlu dukungan dari keluarga sehingga pasien mampu memenuhi

kebutuhan dengan bantuan keluarga. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dukungan keluarga pasien

terhadap pasien yang berobat di klinik rawat jalan sudah cukup baik

dalam memberikan perhatian dan support yang dilihat dari keluarga

pasien yang menemani pasien saat melakukan control ataupun

mengambil obat sehigga pasien termotivasi untuk sembuh dan

pencegahan kekambuhan mengalami peningkatan.

D. Keterbatasan Penelitian
1. Proses Penelitian

Peneliti menemukan kendala berupa penolakan beberapa keluarga

pasien yang tidak bersedia menjadi responden.


2. Bias Informasi

Bias adalah terjadinya sistematika error dalam studi. Bias informasi

adalahbias yang terjadi karena kesalahan proses pengumpulan data.

Pengumpulandata dengan menggunakan kuesioner yang hanya

dilakukan dalam sekaliwaktu tanpa adanya observasi lanjutan, selain

itu jawaban cenderungbersifat subjektif, sehingga kejujuran responden

sangat menentukan kebenarandata yang diberikan. Agar hal ini tidak

terjadi, peneliti berupaya menyampaikan pada responden untuk

menjawab pertanyaan dengan jujur sesuai apa yang dialami,

menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan, serta menjaga

kerahasiaan atas jawaban responden, sehingga seluruh pertanyaanyang

diajukan peneliti dapat terjawab dengan baik.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dan menjawab rumusan

masalah, tujuan penelitian serta mengacu pada proses dan hasil analisis

data dalam penelitian ini didapatkan nilai p value 0,001 (P<0,05) berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara beban keluarga dengan

kekambuhan pasien skizofrenia yang menjalani pengobatan rawat jalan di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan nilai r

= 0,305 yang artinya kekuatan hubungan beban keluarga dengan

pencegahan kekambuhan memiliki korelasi yang cukup atau cukup kuat,

maka dapat disimpulkan pada penelitian ini ada hubungan antara beban

keluarga terhadap kekambuhan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022.

B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian,

maka terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam

upaya keluarga pasien skizofrenia meningkatkan pencegahan kekambuhan

kepada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung, yaitu :

70
1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung

Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung menginstruksikan kepada petugas untuk

mengoptimal dalam pemberian edukasi kepada keluarga yang

merawat pasien dirumah untuk meningkatkan pengetahuan keluarga

pasien dengan cara memberikan pendidikan bagaimana cara

mengatasi atau mengontrol apabila pasien mengalami kekambuhan

dan cara menenangkan pasien saat pasien mengalami kekambuhan

yang bisa berguna untuk memberi ketenangan pada pasien itu sendiri.

2. Bagi Stikes Citra Delima Bangka Belitung

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi

pendidikan keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa

khususnya keperawatan jiwa.


LAMPIRAN
PENJELASAN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Halizah Novalina

Nim : 19100021

Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Citra Delima Bangka Belitung bermaksud akan melakukan penelitian

tentang “Beban Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan Pada Pasien

Skizofrenia di Klinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2022”. Penelitian ini tidak menimbulkan pengaruh dan dampak

apapun terhadap hubungan bapak/ibu dengan pasien, keluarga manapun institusi

ini. Peneliti menghargai hak-hak responden tersebut dengan menjamin

kerahasiaan semua informasi hanya untuk kepentingan penelitian semata. Peneliti

sangat mengharapkan kesediaan dari bapak/ibu dengan bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini. Atas kesediannya peneliti ucapkan terima kasih.

083802435464 : Halizah Novalina

Peneliti

Halizah Novalina
LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

Saya telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh

Halizah Novalina sebagai Mahasiswi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Citra Delima Bangka Belitung dengan judul penelitian “Beban

Keluarga Berhubungan Dengan Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia di

Klinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tahun 2022”. Saya telah mengerti tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut.

Saya memahami dan percaya bahwa peneliti akan menghormati hak-hak saya dan

kerahasiaan semua data yang diperoleh dari saya sebagai responden. Dengan

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden ini dengan yakin dan

tanpa paksaan dari pihak manapun.

Sungailiat,...................... 2022

Responden

( )
KUESTIONERBEBANKELUARGA

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

PetunjukPengisian:

1. Isilahpertanyaandibawahinidenganmemberitanda√padajawabanyangses
uaidenganyangAndaalami
2. Jawablahdengan:

TP (tidak pernah)mengalami= 0

KK (jarang)mengalami=1

SR(kadang-kadang)mengalami = 2

SL(sering)mengalami = 3

No Pernyataan TP JR KK SR

1. Sayamenempuhperjalananjauhsecararutinuntukmem
eriksakan keluarga saya yang mengalami
gangguanjiwa
2. Sayamenghabiskanuanguntukanggotakeluarga
yangmengalami gangguanjiwa
3. Sayabekerjakerasuntuk merawatanggotakeluarga
yangmengalami gangguanjiwa
4. Saya sibuk merawat anggota keluarga yang
mengalamigangguanjiwa
5. Sayasakitkarenamerawatanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
6. Sayamerasaterganggukarenamerawatanggota
keluargayangmengalamigangguanjiwa
7. Waktu sayahabiskarenamerawatanggota keluarga
yangmengalami gangguanjiwa
TP KK SR SL

8. Sayakehilanganwaktubekerjakarenamerawat
anggotakeluargayangmengalami gangguanjiwa
9. Waktusenggangsayamenjadiberkurangkarena
merawat anggota keluarga yang
mengalamigangguanjiwa
10. Sayakurangberistirahatkarenamerawatanggota
keluargayangmengalamigangguanjiwa
11. Saya mengikuti kegiatan sosial
masyarakatwalaupunharusmerawatanggotak
eluargayang
mengalamigangguanjiwa
12. Rencanakehidupansayatetapberjalanwalaupun
harusmerawatanggotakeluargayangmengalamigangg
uanjiwa
13. Sayatidak mendapat bantuan untuk merawat
anggotakeluargayangmengalami gangguanjiwa
14. Saya tidak mempunyai teman untuk
berbagimasalahdalammerawatanggotakeluar
gayang
mengalamigangguanjiwa
15. Sayamarahkarenamerawatanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
16. Sayaputusasakarenaadaanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
17. Sayamalukarenaadaanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
18. Sayasedihkarenaadaanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
19. Sayakhawatirkarenaadaanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
20. Sayadihinakarenaadaanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
21. Sayalelahkarenamerawatanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
22. Sayaketakutankarenaadaanggotakeluargayang
mengalamigangguanjiwa
23. Sayamerasasalahkarenaadaanggotakeluarga
yangmengalami gangguanjiwa
TP KK SR SL

24. Sayamerasatertekankarenaadaanggotakeluarga
yangmengalami gangguanjiwa
25. Sayamenjadibingungkarenaadaanggotakeluarga
yangmengalami gangguanjiwa
26. Sayamendapatkankemudahandalammemperoleh
informasitentanggangguanjiwa
27. Sayatahuapayangharusdilakukanpadaanggota
keluargayangmengalamigangguan jiwa
28. Sayamenyediakankamarsendiriuntukkeluarga
sayayangmengalamigangguanjiwa
29. Sayatidakmenyangkaadakeluargasayayang
mengalamigangguanjiwa
30 SayamerasabersyukurdiberikepercayaanTuhan
mempunyaianggotakeluargayangmengalamiganggua
njiwa
KUESIONERKEKAMBUHAN
(selamasatu tahunterakhir)

Petunjuk:PilihlahjawabanyangsesuaimenurutAndadenganmemberikantanda
centang (√)pada pilihan jawabanyangdisediakan
Ya =0
Tidak = 1

No. Pernyataan Ya Tidak


1. Selama dilakukan perawatan dirumah,apakah pada pasien
munculsatuatau lebih tandadangejala dibawah ini:
1) Makandanminumkurangatau berlebihan.
2) Tidurkurangatauterganggu.
3) Penampilandirikurangatautidak rapi
4) Perawatandirikurang(badanbau,kukupanjangdankotor,rambu
t dan kulit kotor).
5) Keberaniankurangatauberlebihan
6) Bicaratidakjelas,merengek,menangissepertianakkecil.
7) Merasamalu,bersalah.
8) Ketakutan.
9) Gelisah
10) Mudahpanik,tiba-tibamarahtanpasebab
11) Menyerang.
12) Bicarasendiri, tertawasendiri.
13) Memandangsatuarah,duduk terpaku.
14) Malas,tidakadainisiatif.
15) Komunikasikacau.
16) Bermusuhandancuriga.
17) Merasarendahdiri,tidak berdayadanhina
18) Dudukmenyendiri,melamun.
19) Menunduk.
20) Menghindardarioranglain.
21) Tergantungpadaoranglain.
22) Tidakpedulilingkungan.
23) Interaksikurang
24) Kegiatankurang
25) Tidakmampuberperilaku sesuainormal.
DISTRIBUSI FREKUENSI TABEL ANALISIS UNIVARIAT

Frequency Table

Beban Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid beban sedikit atau tidak ada 3 3.6 3.6 3.6


beban, <20

beban ringan,21-40 44 52.4 52.4 56.0

beban sedang, 41-60 21 25.0 25.0 81.0

beban berat, 61-90 16 19.0 19.0 100.0

Total 84 100.0 100.0

kekambuhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak kambuh,<44 15 17.9 17.9 17.9

kambuh,> 44 69 82.1 82.1 100.0

Total 84 100.0 100.0


Variables Entered/Removeda

Variables Variables
Model Entered Removed Method

b
1 Beban Keluarga . Enter

a. Dependent Variable: kekambuhan

b. All requested variables entered.

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

a
1 .371 .138 .127 4.159

a. Predictors: (Constant), Beban Keluarga

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

b
1 Regression 226.241 1 226.241 13.078 .001

Residual 1418.568 82 17.300

Total 1644.810 83

a. Dependent Variable: kekambuhan

b. Predictors: (Constant), Beban Keluarga


Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 7.638 1.258 6.072 .000

Beban Keluarga .099 .027 .371 3.616 .001

a. Dependent Variable: kekambuhan

DISTRIBUSI FREKUENSI TABEL ANALISIS BIVARIAT

Correlations

Beban Keluarga kekambuhan

**
Spearman's rho Beban Keluarga Correlation Coefficient 1.000 .358

Sig. (2-tailed) . .001

N 84 84

**
kekambuhan Correlation Coefficient .358 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 84 84

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai