010
Skripsi
Jenjang Pendidikan Tinggi Program Diploma IV
Puskesmas Cipinang Besar Utara, kasus diare pada balita usia 0-59 bulan
sebanyak 431 tahun 2016, dan pada tahun 2017 sebanyak 177 balita (hanya
sampai bulan april tanggal 26). Berdasarkan uraian data sekunder yang ada,
maka penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut menjadi sebuah
Skripsi dengan judul “Hubungan Sarana Sanitasi Dasar dan Perilaku Ibu
Terhadap Kejadian Diare Pada Balita di Pemukiman RW 04 Kelurahan
Cipinang Besar Utara Jakarta Timur, Tahun 2017”.
ii
BIODATA PENULIS
iii
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
dan atas dukungan dan doa dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini
dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena
itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan
terimakasih saya kepada: Tuhan yang Maha Esa, karena hanya atas izin
dan karunia-nya lah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada
waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada tuhan penguasa alam yang
dukungan moril maupun materi serta doa yang tiada henti untuk
kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan doa dan tiada doa
yang paling khusuk selain doa yang terucap dari orang tua.
tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama dan dan terimakasih
vi
Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan,
- QS Al-Insyirah 5 – 7 –
Maknailah setiap harimu, dan selalu yakinlah kepada dirimu bahwa kamu
– Bastian Siregar–
-Bob Sadino-
Orang yang pintar bukanlah orang yang merasa pintar, akan tetapi ia
pernah
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
tepat pada waktunya.
Skripsi ini berjudul “Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Dan Perilaku Ibu
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Pemukiman Rw 04 Kelurahan
Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Tahun
2017”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan program Diploma IV (D4) Kesehatan Lingkungan Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat sederhana dan dalam
penulisannya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan Skripsi ini agar
menjadi lebih baik lagi.
Penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih yang tulus dan
ikhlas penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua yaitu Ibu Istiharoh dan Bapak Makno yang telah
memberikan doa restu, dukungan moral maupun materiil kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
2. Bapak Kuat Prabowo, SKM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di institusi ini.
viii
3. Ibu Sri Ani, SKM, MKM selaku Penguji Ahli yang bersedia
memberikan waktunya dan perhatiannya dalam sidang penulis serta
atas masukan-masukan yang diberikan.
4. Ibu Catur Puspawati, ST, MKM selaku Ketua Sidang Skripsi yang
dengan bersabar dan baik hati membantu penulis dan memberikan
waktunya untuk sidang penulis dan masukan-masukannya.
5. Bapak Drs. Sulistiono, SKM, M.Sc selaku Pembimbing Materi yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi
ini.
6. Ibu Rahayu Winarni, S.Pd selaku Pembimbing Teknis yang telah
meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan arahan serta
membantu melakukan perbaikan-perbaikan dalam teknik penulisan
Skripsi ini.
7. Dr. Susilo Nugroho selaku Kepala puskesmas Kecamatan Jatinegara
yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
8. Drg. Fika Maulari F selaku Kepala puskesmas Kelurahan Cipinang
Besar Utara yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
9. Seluruh dosen dan staf Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II atas segala bantuan
yang telah diberikan.
10. Ratna Isti Novitasari, Khafi Fauzan Hafidz, Fajar Hikmattullah, serta
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT i
RINGKASAN ii
BIODATA PENULIS iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN iv
LEMBAR PENGESAHAN V
LEMBAR PERSEMBAHAN vi
LEMBAR MOTTO vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI X
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.3.1 Tujuan Umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Ruang Lingkup 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
1.5.1 Bagi Pihak Institusi 5
1.5.2 Bagi Pihak Akademik 5
1.5.3 Bagi Mahasiswa 6
1.6 Sistematika Penulisan 6
x
2.3.5 Gejala Diare 15
2.3.6 Pencegahan Diare 17
2.3.7 Penatalaksanaan Diare 18
2.4 Faktor yang Berhubungan Dengan Diare 20
2.4.1 Faktor Anak 20
2.4.2 Faktor Individu/Perilaku Ibu 22
2.4.3 Faktor Agent 25
2.4.4 Faktor Lingkungan/Sarana Sanitasi Dasar 26
2.5 Pembuangan Limbah 35
2.5.1 Definisi Pembuangan Kotoran (Jamban Keluarga) 35
2.5.2 Syarat-Syarat Jamban yang Sehat 35
2.5.3 Penentuan Letak Jamban Keluarga 36
2.5.4 Macam-Macam Jamban Keluarga 36
2.5.5 Pembuangan Air Limbah (Swage Disposal) 37
2.6 Pengelolaan Sampah 39
2.6.1 Definisi Sampah 39
2.6.2 Sumber-Sumber Sampah 40
2.6.3 Jenis-Jenis Sampah 41
2.6.4 Pengelolaan Sampah 41
x
5.5 Pengolahan dan Analisis Data 56
5.5.1 Pengolahan 56
5.5.2 Analisis 57
5.6 Kriteria Penilaian 59
BAB 7 PEMBAHASAN 73
7.1 Keterbatasan Penelitian 73
7.2 Distribusi Kejadian Diare Pada Balita 73
7.3 Distribusi Sarana Sanitasi Dasar Lingkungan 74
7.4 Distribusi Faktor Ibu 77
7.5 Hubungan Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan Sarana 79
Sanitasi Dasar Lingkungan
7.5.1 Hubungan Sarana Air Bersih 79
7.5.2 Hubungan Sarana Jamban Sehat 80
7.5.3 Hubungan Sarana Pengolahan Air Limbah 81
7.5.4 Hubungan Sarana Pengelolaan Sampah 82
7.6 Hubungan Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan Faktor 83
Ibu
7.6.1 Hubungan Pendidikan Ibu 83
7.6.2 Hubungan Pekerjaan Ibu 83
7.6.3 Hubungan Pengetahuan Ibu 84
7.6.4 Hubungan Perilaku Cuci Tangan Ibu 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xiii
Jatinegara, Jakarta Timur Tahun 2017
6.8 Hubungan Pendidikan Ibu Terhadap 69
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
Pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang
Besar Utara Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur Tahun 2017
6.9 Hubungan Pekerjaan Ibu Terhadap 70
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
Pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang
Besar Utara Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur Tahun 2017
6.10 Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap 71
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah
Pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang
Besar Utara Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur Tahun 2017
6.11 Hubungan Perilaku Cuci Tangan Ibu 72
Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di
Wilayah Pemukiman RW 04 Kelurahan
Cipinang Besar Utara Kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur Tahun 2017
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%). Salah satu langkah dalam pencapaian
target Millenium Development Goals MDG’s (GOAL ke-4) adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan
survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan
Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata
laksana yang tidak tepat baik dirumah maupun di sarana kesehatan.Untuk
menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat
menurut (Kemenkes RI, 2011) yang dikutip dari jurnal ilmiah farmasi-UNSRAT
2016.
Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2013 DKI Jakarta termasuk
provinsi dengan insidens diare tertinggi. Dimana karakteristik diare balita
tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%).
Berdasarkan Profil Kesehatan Privinsi DKI Jakarta tahun 2015 ada
beberapa wilayah administratif dengan jumlah perkiraan kasus diare
terbesar, yaitu wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara dan
termasuk Jakarta Timur, jumlah kasus diare di puskesmas Kecamatan
Jatinegara 3.573 kasus pada tahun 2015 dan 6.349 kasus pada tahun 2016
tingginya kasus diare di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur disebabkan
karena kebersihan lingkungan yang buruk dan angka kemiskinan yang tinggi
di wilayah kota Administrasi Jakarta Timur. Data fasilitas perumahan non
permanen di wilayah kelurahan Cipinang Besar Utara 537 rumah pada
tahun 2016 tertinggi diantara Kelurahan lain pada Kecamatan Jatinegara.
Menurut Kecamatan Jatinegara, Kelurahan Cipinang Besar Utara adalah
salah satu Kelurahan di DKI yang berpenduduk padat dan cenderung
kumuh dengan jumlah penduduk sekitar 40.000 jiwa/RW dengan kepadatan
penduduk 495,98 penduduk per km² merupakan wilayah terpadat. Masalah
yang dihadapi masyarakat Cipinang Besar Utara adalah banjir, kebakaran
dan konflik horizontal.
Berdasarkan data register puskesmas Cipinang Besar Utara, jumlah
kasus diare pada balita usia 0-59 bulan sebanyak 431 balita, laki-laki 232
3
balita dan perempuan 199 balita pada tahun 2016, dan pada tahun 2017
jumlah kasus diare pada balita usia 0-59 bulan sebanyak 177 balita, laki-laki
72 balita dan perempuan 105 balita (hanya sampai bulan april tanggal 26).
Berdasarkan data register puskesmas Cipinang Besar Utara, jumlah
kasus diare pada balita usia 0-59 dari 14 rukun warga, kejadian diare
banyak terjadi pada wilayah RW 04 dengan jumlah 69 balita mengalami
diare pada tahun 2016, dan pada tahun 2017 wilayah RW 04 mengalami
kasus diare pada balita usia 0-59 dengan jumlah 18 balita (hanya sampai
bulan april tanggal 26), dari 14 rukun warga, RW 04 merupakan salah satu
wilayah yang kejadian diare nya terbanyak, dikarenakan wilayah RW 04
merupakan wilayah kumuh, sarana sanitasinya masih kurang baik
berdasarkan data puskesmas Cipinang besar utara, masih banyak
bangunan non permanen(453) rumah dan semi permanen(1785) rumah,
untuk sarana jamban keluarga masih banyak warga di RW 04 yang tidak
memiliki kamar mandi sendiri, bahkan hampir setiap RW masih memiliki
MCK dengan jumlah 1135, dan masih ada warga di kelurahan Cipinang
Besar Utara yang BAB di sungai sebanyak 129 orang.
Diare merupakan salah satu topik kesehatan yang sering diteliti, dari
data puskesmas Cipinang Besar Utara memiliki kasus diare besar, terutama
pada balita dengan sarana sanitasi yang buruk. Berdasarkan teori sanitasi
buruk dan perilaku ibu yang buruk sangat berpengaruh terhadap kejadian
diare sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Dan Perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare
Pada Balita Di Pemukiman RW 04 Kel. Cipinang Besar Utara Jakarta Timur
Tahun 2017
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis beharap melalui penelitian ini yaitu agar penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan masukan dan informasi yang terkait dengan
penyakit Diare, dan menjadi bahan masukan atau evaluasi serta dijadikan
perencanaan program kesehatan sehingga dapat menurunkan kejadian
Diare pada balita diwilayah RW. 04, Kelurahan Cipinang Besar Utara,
Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. serta dapat dijadikan masukan juga
untuk meningkatkan kualitas kesehatan penghuninya, khususnya untuk
masalah penyakit Diare.
Dan untuk masyarakat luas juga dapat menjadi tambahan informasi agar
masyarakat memahami lebih mendalam seputar penyakit Diare, dan cara
pencegahannya sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Terciptanya keadaan yang serasi sempurna dari semua faktor yang ada
dilingkungan fisik manusia, sehingga perkembangan fisik manusia dapat
8
9
2.3 Diare
2.3.1 Pengertian Diare
Menurut WHO, diare adalah berak cair lebih dari 3 kali dalam 24 jam,
dan lebih menitik beratkan pada konsistensi tinja darpada menhitung
frekuensi berak. Menurut Depkes RI (2011) diare adalah suatu kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih dalam sehari).
Diare menurut Nugroho (2011) adalah peradang pada mukosa lambung
dan usus halus yang menyebabkan meningkatnya frekuensi BAB dan
berkurangnya konsistensi fases. Diare menurut penulis adalah buang air
besar dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari dan konsistensi cair,
baik yang disertai lendir maupun darah (pada anak 3 kali dan pada bayi 4
kali sehari).
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan
kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare Persisten
Diare persisten yaitu, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan
dan gangguan metabolisme.
d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin
juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau
penyakit lainnya.
b) Malabsorpsi
Ada beberapa jenis malabsorpsi yang menyebabkan diare, yaitu
malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
14
c) Alergi
Alergi yang paling banyak terjadi dan menyebabkan diare adalah jenis
alergi terhadap susu. Alergi ini biasanya timbul sejak anak mulai minum
susu dan menghilang setelah berusia 2 tahun.
d) Keracunan
Keracunan makanan merupakan salah satu penyebab diare akut. Hal ini
dapat terjadi karena makanan itu sendiri yang mengandung racun atau
makanan tersebut mengandung bakteri yang beracun seperti Clostridium
botolinum dan Staphylococus. Selain hal diatas disebabkan oleh
keracunan bahan-bahan kimia serta keracunan oleh racun yang
dikandung dan diproduksi oleh jasad renik (Algae), ikan, buah-buahan
dan sayuran.
air besar, merupakan salah satu proteksi diri terhindar dari bahaya
penyakit diare. Namun perilaku ini banyak diabaikan oleh masyarakat.
5. Buang air besar di jamban, perlu diketahui penggunaan jamban
berpengaruh terhadap kejadian diare, dikarenakan diare biasanya
disebabkan oleh sanitasi yang buruk.
6. Membuang tinja bayi dengan benar, merupakan tindakan yang harus
diperhatikan, karena tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak-
anak maupun orang tua. Oleh karena itu perlu diperhatikan tata cara
pembuangan tinja yang bersih dan benar.
7. Memberikan imunisasi campak, bertujuan untuk menghindari anak
terkena campak . karena anak yang menderita campak biasanya sering
disertai dengan diare, maka pada anak-anak perlu diperhatikan
kelengkapan imunisasinya.
2. Jenis Kelamin
Menurut Giyantini dalam (Hardiansyah, 2013) jenis kelamin bayi
berhubungan dengan kejadian diare pada bayi. Bayi berjenis kelamin
laki-laki berisiko mengalami diare 1,42 kali dibandingkan dengan bayi
perempuan. Sedangkan menurut Harianto dalam (Hardiansyah, 2013)
bayi laki-laki berisiko mengalami diare 1,12 kali dibandingkan dengan
bayi perempuan. Kemungkinan karena pada anak laki-laki lebih aktif
dan lebih banyak bermain di lingkungan luar rumah, sehingga mudah
terpapar dengan agen penyebab diare.
1. Umur Ibu
Umur ibu bagian penting sebagai faktor penentu utama baik dan
buruknya perilaku ibu dalam menentukan bagaimana respon cepat ibu
dalam penanggulangan diare pada anaknya, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Wijaya (2012) menegaskan bahwa balitanya yang
terkena diare banyak terjadi pada kelompok umur ibu yang berisiko
23
tinggi. Kelompok umur ibu yang berisiko tinggi < 20 tahun dan >35 tahun
(Jurnal.litbang.depkes)
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan itu sendiri bermakna sebagai proses pembelajaran
kepada masyarakat agar masyarakat mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Berdasarkan teori, pendekatan melalui
pendidikan berpengaruh sebagai upaya pemecahan masalah kesehatan
dan dapat memandirikan seseorang dalam mengambil keputusan
(Notoadmodjo, 2010).
Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam
mengalokasikan sumber daya untuk pemeliharaan anak-anak guna
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut (Sihombing,
2011) orang yang meemiliki tingkat pendidikan lebih tinggi maka lebih
berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang
masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.
Sedangkan, orang yang berpendidikan rendah dapat mengakibatkan
orang tua tidak banyak mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan
dalam mengasuh anak (Hardiansyah, 2013)
3. Pekerjaan
Pada ibu yang bekerja, kesibukan dan tuntutan karir menjadi alasan
dalam memperhatikan kesehatan anak. Di Indonesia terlihat adanya
penurunan terhadap pemberian ASI. Kecenderungan ini terlihat dari
masyarakat yang meniru gaya hidup yang modern sehingga
mengabaikan pemberian ASI pada anak. Ibu yang bekerja biasanya
akan memberikan anak susu formula dibandingkan ASI. Pemberian ASI
pada anak merupakan salah satu penanggulangan diare pada anak
(Yuana, 2015).
24
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Hasil tersebut sangan dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek, tentu saja setiap
orang mempunyai tingkat intensitas yang berbeda-beda.secara garis
besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan, yakni :
a. Tahu (Know)
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
Tabel 2.1
Faktor Agent Penyebab Diare
seperti disentri.
Streptococcus 2-6 jam Mual, muntah, Melalui, daging, telur,
aureus mencret, suhu makanan kaleng dan
badan tinggi. roti yang terkontaminasi.
Salmonella sp 12-24 jam Mencret, demam, Melalui daging, susu,
sakit perut. telur yang
terkontaminasi.
Clostridium 6-24 jam Mencret, mual, Melalui daging,
perfringens biasanya 10- muntah. makanan kaleng yang
12 jam terkontaminasi.
Bacillus cereus 1-6 jam, 6-24 Mencret, mual, Melalui bubur kaleng,
jam muntah. pudding yang
terkontaminasi.
Shigella sp 2-3 hari Mencret, sakit Melalui saus dan
perut, tinja makanan kaleng yang
berlendir. terkontaminasi.
Streptococcus 5-20 jam Mual, muntah, Melalui makanan yang
faecalis mencret. terkontaminasi.
Enterococcus 2-18 jam Mual, muntah, Melalui makanan kaleng
mencret. yang terkontaminasi.
Sumber : Pedoman Penanganan Diare (Dirjen PP&PL Tahun 2009)
1. Syarat fisik
Air yang kualitasnya baik harus memenuhi syarat fisik, sebagai
berikut:
- Jernih atau tidak keruh
- Tidak berwarna
- Rasanya tawar
- Tidak berbau
- Tidak mengandung zat padat
- Temperaturnya normal
2. Syarat kimia
Air yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk
kesehatan seperti zat-zat beracun dan tidak mengandung mineral-
mineral serta zat organik lebih tinggi dari jumlah yang telah
28
3. Syarat mikrobiologi
Air tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit. Penyakit-
penyakit yang sering menular melalui perantara air dikenal
dengan “water-borne disease” karena bibit-bibit penyakit tersebut
keluar bersama faeces manusia. Sebagai penunjuk bahwa air
telah dikotori oleh faeces manusia adanya bakteri Escherichia
coli, karena bakteri ini selalu terdapat dalam faeces manusia baik
yang berasal dari orang sakit maupun sehat.
Dikarenakan tidak mungkin menyediakan air yang steril maka
air boleh mengandung bakteri tanah yang saprophyt (tidak
patogen) dalam batas-batas tertentu. Air dikatakan memenuhi
syarat bakteriologis bila :
- Tidak mengandung bakteri patogen misalnya bakteri golongan
E.coli
- Tidak mengandung bakteri non patogen seperti Phytoplankton.
4. Syarat radioaktif
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terkena radiasi
yang datang dari lingkungan, tetapi radiasi alamiah ini tidak cukup
untuk menimbulkan kelainan-kelainan psikologi pada tubuh,
dengan perkembangan dari industri nuklir dan penggunaan hasil
prosuksinya. Sejumlah kecil dari pertambahan radiasi tidak dapat
dihindarkan
29
2. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi: badan-badan air semacam
sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan.
Sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi. Oleh karena keadaan terbuka, maka air permukaan mudah
terkena pengaruh pencemaran, baik oleh tanah, sampah, maupun
lainnya. Air seperti ini harus mendapat disinfeksi yang baik
sebelum didistribusikan kepada konsumen. Pembebasan tempat
pengambilan air harus diletakkan di atas aliran dan sejauh
30
mungkin dari tempat buangan air limbah industri dan air bekas
pengairan pertanian.
1. Kakus Gali/Cemlpung
Kakus ini sangat sederhana, sehingga dapat dipakai oleh masyarakat di
pedesaan, tetapi kakus ini dianggap kurang saniter karena :
- Masih menimbulkan pencemaran bau
- Masih memungkinkan timbulnya serangga berkumpul, apalagi jika
kebersihannya tidak dijaga dan lubang kakus tidak ditutup
37
Air limbah adalah air yang tidak dipakai (bebas pakai). Air limbah meliputi
semua air kotoran yang berasal dari perumahan (kamar mandi, tempat
cuci, juga dapur) yang berasal dari industri-industri dan juga air hujan. Cara
pembuangan air limbah dapat dilakukan dengan cara campuran, yaitu air
hujan bersama-sama air kotoran dan cara terpisah, yaitu air hujan dibuang
terpisah dari air kotoran.
38
letaknya harus jauh dari sumber air (sumur) minimal 45 meter dan dari
pondasi rumah minimal 6 meter.
c. Model Septic Tank
Merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan WHO, tapi biayanya
mahal, teknik sukar dan memerlukan tanah yang luas.
Septic tank terdiri atas 4 bagian yaitu :
a) Ruang pembusukan, disini sewage akan bertahan 1-3 hari dan
akan mengalami perombakan oleh bakteri-bakteri pembusuk. Hasil
perombakan ini berupa gas, cairan dan lumpur. Gas dan cairan
akan masuk ke bagian dosing chamber, sedangkan lumpur masuk
ke dalam ruang lumpur yang mengalir karena dasar ruang
pembusukan dibuat miring.
b) Ruang lumpur, merupakan tempat penampungan lumpur yang
terjadi pada proses pembusukan. Bila lumpurnya sudah penuh
dipompa keluar.
c) Dosing Chamber terdapat siphon Mc Donald, gunanya untuk
mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan,
supaya teratur merata. Dosing chamber dalam septic tank bisa
ditiadakan.
d) Bidang resapan berguna untuk menyerap cairan yang keluar dari
dosing chamber dan menyaring dari bakteri-bakteri pathogen serta
bibit penyakit lainnya. Bidang resapan ini minimal panjangnya 10
meter dan dibuat pada tanah poreus.
batasan, sampah adlah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia,
dan tidak terjadi dengan sendirinya.
2) Vektor Lalat
Vektor adalah salah satu mata rantai dari penularan penyakit. Lalat
adalah satu vektor penyakit terutama penyakit saluran pencernaan
seperti thpus perut, kolera, diare dan disentri.
Sampah yang mudah membusuk merupakan media tempat berkembang
biaknya lalat. Bahan-bahan organic yang membusuk, baunya
merangsang lalat untuk datang mengerumuni, karena bahan-bahan yang
membusuk tersebut merupakan makanan mereka. Adapun komponen-
komponen dalam sistem pengelolaan sampah yang harus mendapat
perhatian agar lalat tidak ada kesempatan untuk bersarang dan
berkembang biak adalah mulai dari penyimpanan sementara,
pengumpulan sampah dari penyimpanan setempat ke tempat
pengolahan sampah (TPS), transport dan tempat pembuangan akhir
(TPA) menurut (Sarudji, D, 2006)
BAB 3
GAMBARAN UMUM
44
45
Beberapa hal atau faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada
balita adalah faktor balita, faktor lingkungan, faktor manusia (perilaku),
faktor agent, serta musim atau iklim tertentu. Reny (2002), Kasman (2004),
Notoadmodjo (2010), Dr. widoyono (2011), Koco (2015) :
Faktor Balita :
Umur
Status gizi
Jenis kelamin
Status imunisasi campak
Asi ekslusif
46
47
Definisi variabel yang berkaitan dengan penelitian atau variabel yang terikat
pada kejadian diare pada balita dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Hubungan Sarana Sanitasi Dasar Dan Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare
pada Balita Di Pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara,
Jakarta Timur Tahun 2017
nuhi
syarat
9. Pendidikan Jenjang atau strata Kuesione Wawancara 1=tinggi, Ordin
Ibu sekolah yang telah r bila al
ditamatkan Ibu minimal
tamat
SLTA
0=bila
tidak
sekolah
atau
hanya
sampai
tamat
SLTP
10. Pekerjaan Merupakan tugas rutin Kuesione Wawancara Bekerja = Nomi
Ibu yang dilakukan Ibu di r 1 jika nal
rumah atau diluar rumah punya
yang menghasilkan uang pekerjaan
diluar/diru
mah yang
menghasi
lkan
uang.
tidak
bekerja =
2 jika
tidak
mempuny
ai
pekerjaan
yang
menghasi
lkan
uang.
11. Pengetahua Suatu penguasaan teori Kuesione Wawancara 1=kurang
n Ibu yang dimiliki oleh setiap r baik
Ibu yang khusus 2=baik
mengenai diare pada
anak
51
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita berusia 0-59
bulan yang tersebar pada RW 04 di Wilayah kelurahan Cipinang Besar
Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur dan bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
4.5 Hipotesis
Berdasarkan variabel yang diteliti maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara kejadian penyakit diare pada balita dengan sarana
sanitasi dasar (sarana air bersih, jamban sehat, sarana pembuangan air
limbah, pengelolaan sampah) di RW 04 wilayah pemukiman Kelurahan
Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2017
2. Ada hubungan antara kejadian penyakit diare pada balita dengan faktor
perilaku ibu (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, perilaku cuci tangan)
di RW 04 wilayah pemukiman Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta
Timur Tahun 2017
BAB 5
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita 0-59
bulan yang tercatat di RW 04 Wilayah Kelurahan Cipinang Besar Utara,
Jakarta Timur. Dengan jumlah keseluruhan populasi sebanyak 300 ibu
yang memiliki balita yang tercatat di posyandu RW 04.
5.3.2 Sampel
Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak balita 0-59
bulan, yang diambil secara acak sederhana, karena balita belum dapat
diwawancara, maka ibu atau pengasuh balita masuk kedalam sampel yang
jumlahnya sama dengan sampel balita. Dengan besar sampel minimal yang
akan diambil berdasarkan rumus (Notoadmodjo, 2010) sebagai berikut:
52
53
Keterangan :
n = 96,001584 = 96 responden
Antisipasi Drop Out = besar sampel x 10%
= 96 x 10% = 9,6
= 96 + 9,6 = 105,6
Jadi jumlah sampel keseluruhan = 106 responden.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo,
2010). Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di kelurahan Cipinang
Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
2. Ibu rumah tangga yang memiliki balita berusia 0-59 bulan.
3. Ibu rumah tangga yang bersedia partisipasi dalam penelitian ini
sebagai responden.
4. Ibu rumah tangga yang dapat berkomunikasi dengan baik, sehat
jasmani dan rohani.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010).
1. Ibu rumah tangga yang tidak bertempat tinggal di kelurahan
Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
2. Ibu rumah tangga yang tidak memiliki balita berusia 0-59 bulan.
3. Ibu rumah tangga yang tidak bersedia partisipasi dalam penelitian
ini sebagai responden.
4. Ibu rumah tangga yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik,
sehat jasmani dan rohani.
a) Editing
Pada tahap ini, penulis memeriksa data yang telah terkumpul agar
dapat diperiksa kelengkapannya dan kesinambungannya.
b) Coding
Yaitu penyederhanaan data dengan menggunakan kode-kode
tertentu, yang dilakukan untuk menyederhanakan jawaban responden
dengan memberikan tanda-tanda tertentu. Tujuan pengkodean
adalah untuk memudahkan pengolahan data.
c) Tabulating
Pada tahap ini, penulis memindahkan data ke dalam bentuk tabel,
atau bisa juga dengan memasukkan data wawancara dan observasi
lapangan ke dalam komputer program statistik.
d) Entry Data
Suatu proses memasukan data yang telah diperoleh menggunakan
fasilitas computer dengan menggunakan sistem atau program
computer.
e) Cleaning Data
Yaitu data yang telah selesai di entry di lihat kembali apakah ada
kesalahan atau tidak.
5.5.2 Analisis
a. Univariat
analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
58
b. Bivariat
Xi = Nilai terendah
K = Banyaknya kelas
Untuk penilaian data hasil checklist dalam buku Statistic dan Aplikasi
Edisi Keenam J.Supranto memberikan penilaian untuk setiap variabel
pengamatan. Adapun rumus perhitungan checklist adalah :
BAB 6
HASIL PENELITIAN
Tabel 6.1
Berdasarkan tabel 6.1 dari 106 responden, balita yang mengalami buang air
besar dengan konsistensi tinja lembek/cair pada 3 bulan terakhir sebanyak 37
balita (34,9%), dan balita yang tidak mengalami buang air besar dengan
konsistensi tinja lembek/cair pada 3 bulan terakhir sebanyak 69 balita (65,1%).
62
63
Tabel 6.2
Berdasarkan tabel 6.2 dapat diketahui dari 106 responden yang diteliti diperoleh
hasil gambaran sanitasi lingkungan sebagai berikut :
64
Tabel 6.3
Berdasarkan tabel 6.3 dapat diketahui dari 106 responden ibu/pengasuh balita
yang diteliti diperoleh hasil gambaran perilaku ibu sebagai berikut :
1. Sebagian besar 62 ibu/pengasuh balita (58,5%) berpendidikan rendah.
2. Sebagian besar 97 ibu/pengasuh balita (91,5%) tidak bekerja.
3. Sebagian besar 93 ibu/pengasuh balita (87,7%) berpengetahuan baik.
4. Sebagian besar 74 ibu/pengasuh balita (69,8%) berprilaku cuci tangan
baik.
Tabel 6.4
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.4 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 9 balita terkena diare (24,3%) memiliki sarana air bersih yang
tidak memenuhi syarat, sedangkan 28 balita yang terkena diare (40,6%)
memiliki sarana air bersih memenuhi syarat. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-
66
value = 0,144 yang berarti tidak ada hubungan antara sarana air bersih dengan
kejadian diare pada balita di pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang Besar
Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur Tahun 2017. dengan OR 0,471
yang berarti Balita yang memiliki sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat
lebih beresiko terkena diare dibanding balita yang memiliki sarana air bersih
yang memenuhi syarat.
Tabel 6.5
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.5 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 12 balita terkena diare (30,1%) memiliki sarana jamban sehat
yang tidak memenuhi syarat, sedangkan 25 balita terkena diare (37,9%)
memiliki sarana jamban sehat yang memenuhi syarat. Hasil uji statistik
diperoleh nilai P-value = 0,539 yang berarti tidak ada hubungan antara sarana
jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di pemukiman RW 04
Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur Tahun
2017. dengan OR 0,703 yang berarti balita yang beresiko memiliki sarana
67
jamban sehat tidak memenuhi syarat, memiliki resiko yang sama terkena diare
dengan bayi yang memiliki sarana jamban sehat memenuhi syarat.
Tabel 6.6
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.6 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 15 balita terkena diare (32,6%) memiliki sarana pengolahan
air limbah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan 22 balita terkena diare
(36,7%) memiliki sarana pengolahan air limbah yang memenuhi syarat. Hasil uji
statistik diperoleh nilai P-value = 0,819 yang berarti tidak ada hubungan antara
sarana pengolahan air limbah dengan kejadian diare pada balita di pemukiman
RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
Tahun 2017. dengan OR 0,836 yang berarti balita yang beresiko memiliki
sarana pengolahan air limbah tidak memenuhi syarat, memiliki resiko yang
sama terkena diare dengan bayi yang memiliki sarana pengolahan air limbah
memenuhi syarat.
68
Tabel 6.7
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.7 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 26 balita terkena diare (43,3%) memiliki sarana pengelolaan
sampah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan 11 balita terkena diare
(23,9%) memiliki sarana pengelolaan sampah yang memenuhi syarat. Hasil uji
statistik diperoleh nilai P-value = 0,032 yang berarti ada hubungan antara
sarana pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita di pemukiman
RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur
Tahun 2017. dengan OR 2,779 yang berarti balita yang memiliki sarana
pengelolaan sampah tidak memenuhi syarat mempunyai resiko 2 kali untuk
menderita diare dibandingkan dengan balita yang memiliki sarana pengelolaan
sampah memenuhi syarat.
69
Tabel 6.8
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.8 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 18 balita terkena diare (29,1%) dengan tingkat pendidikan ibu
rendah, sedangkan sebanyak 19 balita terkena diare (43,2%) dengan tingkat
pendidikan ibu tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value = 0,194 yang
berarti tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada
balita di pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur Tahun 2017. dengan OR 0,538 yang berarti balita
yang memiliki ibu berpendidikan rendah lebih beresiko terkena diare dibanding
balita yang memiliki ibu berpendidikan tinggi.
70
Tabel 6.9
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.9 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 1 balita terkena diare (11,1%) dengan ibu yang bekerja,
sedangkan sebanyak 19 balita terkena diare (43,2%) dengan ibu yang tidak
bekerja. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value = 0,230 yang berarti tidak ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita di
pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara,
Jakarta Timur Tahun 2017. dengan OR 0,538 yang berarti balita yang memiliki
ibu tidak bekerja lebih beresiko terkena diare dibanding balita yang memiliki ibu
bekerja.
71
Tabel 6.10
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.10 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 5 balita terkena diare (38,5%) dengan tingkat pengetahuan
ibu buruk, sedangkan sebanyak 32 balita terkena diare (34,4%) dengan tingkat
pengetahuan ibu baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value = 1.000 yang
berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita di pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan
Jatinegara, Jakarta Timur Tahun 2017. dengan OR 1,191 yang berarti balita
yang beresiko ibu dengan pengetahuan buruk memiliki resiko yang sama
terkena diare terhadap balita yang memiliki ibu dengan pengetahuan baik.
72
Tabel 6.11
∑ % ∑ % ∑ %
Berdasarkan Tabel 6.11 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, diperoleh
bahwa sebanyak 6 balita terkena diare (18,8%) dengan perilaku cuci tangan ibu
yang buruk, sedangkan sebanyak 31 balita terkena diare (41,9%) dengan
tingkat pengetahuan ibu baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value = 0,038
yang berarti ada hubungan antara perilaku cuci tangan ibu dengan kejadian
diare pada balita di pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara,
Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur Tahun 2017. dengan OR 0,320 yang
berarti balita yang beresiko terhadap ibu perilaku cuci tangan buruk memiliki
resiko yang sama terkena diare terhadap balita yang memiliki ibu dengan
perilaku cuci tangan baik.
BAB 7
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tabel 6.1 diketahui bahwa dari 106 responden yang ada di
wilayah pemukiman RW 04 Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan
Jatinegara Jakarta Timur, sebagian besar yakni 69 balita (65,1%) tidak
menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian sebagian
73
74
Walaupun kejadian diare lebih kecil dibandingkan yang tidak mengalami diare,
apabila kejadian diare ini tidak ditangani secara serius oleh petugas kesehatan
maka dapat menimbulkan keparahan bagi penderitanya dan penularan penyakit
diare ke daerah lain. Untuk itu petugas kesehatan setempat dalam
menanggulangi kejadian diare dapat dengan meningkatkan sosialisasinya
kepada masyarakat mengenai tatalaksana diare dapat dengan meningkatkan
sosialisasi kepada masyarakat mengenai tatalaksana diare pada anak yang
direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan. Prinsip tatalaksana diare
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yang ditujukan bagi
penderita diare yang bertujuan untuk mencegah dan mengobati dehidrasi,
mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan
sesudah diare serta memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare
menjadi berat. Dilakukan pula tindakan pencegahan untuk menuntas mata
rantai penularan melalui penyuluhan pemberian ASI, makanan pendamping
ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, penggunaan
jamban, membuang tinja bayi yang benar dan pemberian imunisasi campak.
Berdasarkan hasil tabel 6.2 diketahui bahwa 106 rumah yang diteliti, sebagian
besar 69 rumah (65,0%) sarana air bersih memenuhi syarat.
75
Sarana air bersih yang dilihat pada penelitian ini adalah kondisi fisik dari PDAM,
sumur pompa listrik, sumur gali dan sumur pompa tangan dalam. Sebagian
besar sarana air bersih responden adalah PDAM dan sumur pompa listrik yang
memenuhi syarat secara fisik. Untuk sarana air bersih PDAM yang digunakan
pipa distribusinya tidak bocor, kran bersih dan terawat sedangkan untuk sumur
pompa listrik yang digunakan lubang sumur tertutup dan terlindungi dari
pencemaran, pipa distribusi tidak bocor dan jarak sumber air dari sumber
pencemar lebih dari 10 meter.
Sarana air bersih yang memenuhi syarat dapat mengurangi risiko pencemaran
sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik sesuai dengan standar
kesehatan (Feliciana, 2004).
Berdasarkan hasil tabel 6.2 diketahui bahwa dari 106 rumah, sebagian besar
sarana jamban memenuhi syarat sebanyak 67 rumah (63,2%).
Berdasarkan hasil tabel 6.2 diketahui bahwa dari 106 rumah yang di observasi,
sebagian besar 60 rumah (56,6%) sarana pengolahan air limbah memenuhi
syarat.
Dari hasil observasi di lapangan, SPAL responden sebagian saluran dialirkan
ke comberan tertutup tidak mencemari air bersih, saluran lancar juga tidak
menimbulkan bau.
Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan
bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filarial. Bila ada saluran
pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan, agar air
limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak menjadi
tempat perindukan nyamuk (Kemenkes, 2011).
Berdasarkan hasil tabel 6.2 diketahui bahwa dari 106 rumah yang di observasi,
sebagian besar 56 rumah (51,8%) sarana pengelolaan sampah tidak memenuhi
syarat.
1. Pendidikan Ibu
Berdasarkan hasil tabel 6.3 diketahui bahwa dari 106 responden yang di
wawancara, sebagian besar 62 ibu/pengasuh (58,5%) berpendidikan rendah.
Orang yang berpendidikan rendah dapat mengakibatkan orang tua tidak banyak
mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan dalam mengasuh balita. Pendidikan
bermakna sebagai proses pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Berdasarkan
teori, pendekatan melalui pendidikan berpengaruh sebagai upaya pemecahan
masalah kesehatan dan dapat memandirikan seseorang dalam mengambil
keputusan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi maka lebih
berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah
kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik (Hardiansyah, 2013).
2. Pekerjaan Ibu
Berdasarkan hasil tabel 6.3 diketahui bahwa dari 106 responden yang di
wawancara, sebagian besar 97 ibu/pengasuh (91,5%) tidak bekerja.
78
Ibu yang bekerja tuntutan karir dan kesibukan menjadikan alasan dalam
memperhatikan kesehatan balita. Di Indonesia terutama di kota-kota ini terlihat
adanya penurunan terhadap pemberian ASI. Kecenderungan ini terlihat dari
masyarakat yang meniru gaya hidup yang modern. Ibu yang bekerja biasanya
akan memberikan balita susu formula di bandingkan ASI (Yuana, 2015).
3. Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil tabel 6.3 diketahui bahwa dari 106 responden yang di
wawancara, sebagian besar 93 ibu/pengasuh (97,7%) berpengetahuan baik.
Berdasarkan hasil tabel 6.3 diketahui bahwa dari 106 responden yang di
wawancara, sebagian besar 74 ibu/pengasuh (69,8%) berprilaku cuci tangan
baik.
Berdasarkan Tabel 6.4 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, sarana air
bersih yang tidak memenuhi syarat sebanyak 37 rumah (34,9%) dan sebagian
besar 28 balita (75,7%) tidak diare. P-value = 0,144 dengan OR 0,471 (95% Cl
= 0,193-1,148) yang berarti tidak ada hubungan antara sarana air bersih
dengan kejadian diare pada balita.
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara sarana air bersih dengan
kejadian diare pada balita karena pada penelitian ini yang dilihat adalah kondisi
dari kualitas fisik sarana air bersih, jenis sarana air bersih yang digunakan dan
jarak sumber air dari sumber pencemar diperoleh hasil bahwa sebagian besar
yang menderita diare adalah responden yang memiliki sarana air bersih dengan
menggunakan PDAM, hal tersebut menunjukkan sarana air bersih bukan faktor
yang mempengaruhi terjadinya diare, karena PDAM merupakan sumber air
bersih yang memenuhi syarat. Air bersih yg tidak memenuhi syarat
menggunakan sumur gali atau SPT dangkal.
Pencemaran terhadap air bersih yang dapat menyebabkan diare tidak hanya
dari kondisi sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat, dapat juga terjadi
pada tahap pengambilan air dari sumbernya maupun pada tahap penyimpanan.
Masing-masing tahap mempunyai risiko pencemaran ulang. Pencemaran
tergantung kepada perilaku atau kebiasaan masyarakat yang buruk dalam
penanganan air bersih. Penyebab lain juga, sebelum air tersebut dipergunakan,
telah melakukan pengolahan sederhana seperti menyaring atau merebus air
sampai matang. Air yang digunakan untuk minum dimasak sampai mendidih
dan biarkan beberapa menit agar mikroorganisme pathogen mati. Selain
80
dengan cara mendidihkan, desinfeksi dan filtrasi juga dapat menurunkan risiko
diare (Hidayanti, 2012 dalam Antika, 2016
Hasil ini sama dengan penelitian (cita, 2014) yang menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada
balita.
Walaupun tidak ada hubungan antara sarana air bersih dengan kejadian diare
pada balita, kondisi fisik sarana air bersih yang digunakan juga perlu
diperhatikan untuk mengurangi risiko terjadinya pencemaran pada air bersih,
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengawasan oleh petugas
puskesmas dengan melaksanakan inspeksi sanitasi sarana air bersih yang
berisiko terjadinya pencemaran.
Berdasarkan Tabel 6.5 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, sarana
jamban sehat yang tidak memenuhi syarat sebanyak 39 rumah (36,8%) dan
sebagian besar 28 balita (71,8%) tidak diare. P-value = 0,539 dengan OR 0,703
(95% Cl = 0,304-1,627) yang berarti tidak ada hubungan antara sarana jamban
sehat dengan kejadian diare pada balita.
Tidak terdapat hubungan antara sarana jamban sehat dengan kejadian diare
pada balita karena pada saat observasi di lapangan sarana jamban yang
digunakan sudah baik, sebagian besar responden sudah memiliki jamban
berbentuk leher angsa, tidak mengotori air permukaan sekitar dan letak lubang
penampungan 10-15 meter dari sumber air, sehingga sarana jamban sehat
bukan faktor risiko terjadinya diare melainkan masih ada faktor risiko lain yang
erat hubungannya dengan penyakit diare.
81
Hasil ini sejalan dengan penelitian (Fardani, 2013) (Antika, 2016) yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sarana
pembuangan tinja dengan kejadian diare akut pada balita.
Menurut Buletin Jendela Diare Tentang Situasi Diare di Indonesia tahun 2011,
pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare.
Berdasarkan Tabel 6.6 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, sarana
pengolahan air limbah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 46 rumah
(43,4%) dan sebagian besar 31 balita (67,4%) tidak diare. P-value = 0,819
dengan OR 0,836 (95% Cl = 0,372-1,878) yang berarti tidak ada hubungan
antara sarana pengolahan air limbah dengan kejadian diare pada balita.
Tidak terdapat hubungan antara sarana pengolahan air limbah dengan kejadian
diare pada balita karena pada saat observasi di lapangan sarana sarana
pengolahan air limbah yang digunakan sudah baik, sebagian besar responden
sudah dialirkan ke comberan tertutup tidak mencemari air bersih, saluran lancar
juga tidak menimbulkan bau.
, sehingga sarana pengolahan air limbah bukan faktor risiko terjadinya diare
melainkan masih ada faktor risiko lain yang erat hubungannya dengan penyakit
diare.
rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang
dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan
disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.
Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan masyarakat lingkungan hidup antara lain menjadi
transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama diare, kolera, tifus
abdominalis, disentri baesiller, menjadi media berkembangnya bakteri
pathogen, menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup larva
nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak enak,
dan menjadi sumber pencemaran air permukaan, air tanah, dan lingkungan
hidup lainnya (Notoatmodjo, 2011)
Berdasarkan Tabel 6.7 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, sarana
pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 60 rumah (56,6%)
dan sebagian besar 34 balita (56,7%) tidak diare. P-value = 0,032 dengan OR
2,279 (95% Cl = 1,170-6,605) yang berarti ada hubungan antara sarana
pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada balita.
Hal ini, sama dengan penelitian (R.Azizah, 2013) yang menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara sarana pengelolaan sampah dengan
kejadian diare pada balita.
Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan kejadian diare pada balita. Dengan OR 0,538 yang berarti
ibu yang berpendidikan rendah mempunyai risiko sama untuk balitanya terkena
diare dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Yuana, 2015) (Rifka, 2016) yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu
dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p = 0,194. Namun penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian (Sihombing, 2011) yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita.
84
Berdasarkan Tabel 6.9 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti,
ibu/pengasuh balita yang tidak bekerja sebanyak 97 balita (91,5%) dan
sebagian besar 61 balita (62,9%) tidak diare. P-value = 0,230 dengan OR 0,212
(95% Cl = 0,25-1,1763) yang berarti tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu
dengan kejadian diare pada balita.
Ibu yang bekerja dan tidak bekerja memiliki risiko yang sama untuk balitanya
terkena diare. Ibu yang bekerja kesibukan dan tuntutan karir menjadikan alasan
dalam memperhatikan kesehatan balita. Di Indonesia terutama di kota-kota ini
terlihat adanya penurunan terhadap pemberian ASI. Kecenderungan ini terlihat
dari masyarakat yang meniru gaya hidup yang modern sehingga mengabaikan
pemberian ASI pada balita. Ibu yang bekerja biasanya akan memberikan balita
susu formula d bandingkan ASI. Pemberian Asi pada balita merupakan salah
satu penanggulangandiare pada balita (Rifka, 2016)
Penelitian ini sejalan dengan Gayati (2000) yang menemukan tidak ada
hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada
balita dengan p = 0,378. Pada masa sekarang ibu yang tidak bekerja tetap
memperkatian balitanya.
Berdasarkan Tabel 6.10 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti,
pengetahuan ibu/pengasuh balita yang buruk sebanyak 13 rumah (12,3%) dan
sebagian besar 8 balita (61,5%) tidak diare. P-value = 1.000 dengan OR 1,191
(95% Cl = 0,360-3,942) yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan
ibu dengan kejadian diare pada balita.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswati, 2011 yang
menyatakan bahwa pengetahuan ibu menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita. Hal ini
disebabkan karena ibu/pengasuh balita sebagian besar sudah mengganggu
tentang penyakit diare dari penyuluhan Posyandu yang diadakan rutin sebulan
sekali di RW 04.
Berdasarkan Tabel 6.11 dapat diketahui dari 106 rumah yang diteliti, perilaku
ibu/pengasuh balita yang cuci tangan buruk sebanyak 32 rumah (32,2%) dan
sebagian besar 26 balita (81,3%) tidak diare. P-value = 0,038 dengan OR 0,320
(95% Cl = 0,118-1,871) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara
perilaku cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada balita.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Iswati, 2011) yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara perilaku cuci tangan
ibu dengan kejadian diare pada balita dengan risiko 6 kali untuk mengalami
diare.
BAB 8
8.1 Kesimpulan
87
88
8.2 Saran
1. Masyarakat
2. Puskesmas
3. Peneliti lain
1) Variabel yang diteliti, dalam penelitian ini terbatas hanya pada faktor
lingkungan dan faktor ibu, maka bagi peneliti lain agar dapat melakukan
penelitian dengan variabel yang lebih luas seperti karakteristik balita atau
jajanan dan makanan yang dikonsumsi oleh balita.
Fauziah.
2012 Hubungan Faktor Individu Dan Karakteristik Sanitasi Air
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Umur 10 - 59 bulan di
Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Kota
Bekasi 2013
Jakarta: Skripsi UIN Jakarta
Ginanjar, R.
2008 Hubungan Jenis Sumber Air Bersih Dan Kondisi Fisik Air
Bersih Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukmajaya
Jakarta: Skripsi UIN Jakarta
Sihombing, H.
2011 Hubungan Kondisi Fisik Sarana Air Bersih dengan
Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Tugu Depok.
Depok: Universitas Indonesia
Proverawati, A.
2012 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta:
Nuha Medika.
Kementerian Kesehatan RI
2007 Riskesdas. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Jakarta: Kemenkes RI
Mutmainnah, T.
2011 Hubungan Sanitasi Lingkungan Dan Status Imunisasi
Campak Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di
Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang
Semarang: Skripsi: Universitas Muhammadiyah
Semarang
Notoatmodjo, S
2005 Metodelogi Penelitian Kesehatan
Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S
2012 Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Jakarta: Rineka Cipta
P2PL, D
2011 Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare
Jakarta: Depkes RI
PL, D. P
2009 Pedoman Pengendalian Penyakit Diare
Jakarta: Depkes RI
P2PL, D
2014 Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare
Jakarta: Depkes RI
Rosa, S. D
2011 Hubungan Pengelolaan AIr Minum Rumah Tangga Dan
Perilaku Sehat Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Puskesmas Cipayung Kota Depok
Jakarta: Skripsi: Universitas Indonesia
Sugiyono, D
2013 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D
Widoyono, D
2008 Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya
Jakarta: Erlangga
Fardani, S. A
2013 Hubungan Escherichia Coli dalam Air minum dan Kondisi
Sarana Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Akut Pada
balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas, Depok.
Depok: Universitas Indonesia
Hidayanti, R.
2012 Faktor Risiko Diare Di Kecamatan Cisarua, Ciledug dan
Megamendung Kabupaten Bogor Tahun 2012. Depok:
Universitas Indonesia
Iskandar, K.
2005 Hubungan Kejadian Diare Pada Balita Dengan Perilaku
Hidup Bersih, Sarana Air Bersih dan Jamban di Wilayah
Puskesmas Kasomalang Kecamatan Jalancagak
Kabupaten Subang Bulan Maret-Juni Depok: Universitas
Indonesia
Supranto, J.
2000 Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Giyantini, T
2000 Faktor-Faktor yang Berhubungan pada balita di
kecamatan duren sawit jakarta timur. Depok: Universitas
Indonesia
Yuana, E. I
2004 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian diare
pada balita di puskesmas kecamatan cakung. Depok:
Universitas Indonesia
Hardiyansyah, B.
2013 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Diare Akut
Pada Balita di Tiga Puskesmas (Labuan,Pagelaran dan
Cibaliung). Depok: Universitas Indonesia.
Feliciana
2004 Hubungan Sarana Air Bersih, Jamban dan Sarana
Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare Pada
Balita di Kabupaten Tangerang Tahun 2003. Depok:
Universitas Indonesia.
Apriasditika, R
2010 Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Penyakit Diare Pada
Balita di RW 007 Kelurahan Larangan Utara Tangerang.
Jakarta Politeknik Kesehatan Jakarta Jurusan esehatan
Lingkungan.
Cita, R. S
2014 Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu
Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan
di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota
Tangerang Selatan Tahun 2013. Tangerang: Universitas
Islam Negeri
Chandra, B
2007 Pengantar Kesehatan Lingkungan Jakarta: EGC.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LEMBAR KUESIONER
PENELITIAN SARANA SANITASI DASAR DAN PERILAKU IBU DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PEMUKIMAN KEL. CIPINANG BESAR
UTARA, JAKARTA TIMUR TAHUN 2017
Data Umum
No. Urut Responden :
Tanggal :
Nama Ibu :
Jenis Kelamin Anak : P/L
Umur Anak :
Cara pengisian :
1. Baca dengan baik pertanyaan dibawah ini
2. Kemudian lingkari jawaban yang menurut anda benar
PENGETAHUAN
P1 Menurut ibu apa yang dimaksud 1. BAB yang lembek/cair
dengan diare dengan frekuensi lebih
sering dan (>3x)
2. BAB yang lembek
dengan frekuensi 1 hari
sekali
3. Tidak tahu
P2 Menurut ibu, mana yang merupakan 1. Tinja
tanda dan gejala diare cair/lembek/mencret,
buang air besar yang
terus menerus/ lebih
dari 3 kali dalam
sehari, anak terlihat
lemas, gelisah dan
tidak mau makan
2. Tinjanya lembek atau
cair, buang air besar
hanya 1 kali sehari
3. Tidak tahu
P3 Menurut ibu apa penyebab terjadinya 1. Bakteri/kuman
diare 2. Virus
3. Tidak tahu
P4 Menurut ibi, melalui apa cara 1. Makanan, minuman
penularannya yang terkontaminasi
kuman, serta dari tinja
2. Udara dan keringat
3. Tidak tahu
P5 Menurut ibu, apakah penyebab 1. Kekurangan cairan
kematian yang disebabkan oleh diare tubuh
2. Kekurangan makanan
3. Tidak tahu
P6 Menurut ibu, seperti apakah 1. Mencuci tangan
pencegahan daire sebelum dan sesudah
makan, menjaga
kesehatan diri dan
lingkungan
2. Cukup mencuci tangan
sesudah makan saja
3. Tidak tahu
P7 Jika anak ibu mengalami diare 1. Menghentikan
(mencret), kemudian muntah saat pemberian minum
diberi minum, hal apa yang akan ibu setelah 10 menit,
lakukan? kemudian diberikan
lagi secara perlahan –
lahan
2. Menghentikan
pemberian minum
3. Tidak tahu
P8 Menurut ibu apa yang akan dialami 1. Anak akan kekurangan
anak saat diare (mencret) bila tidak cairan hingga dapat
ditangani segera mengalami kematian
2. Anak akan bertambah
parah
3. Tidak tahu
P9 Bagaimana tindakan ibu, saat anak 1. Diberikan minum lebih
mengalami diare dari biasanya untuk
mencegah dehidrasi
saat diare atau
kekurangan cairan
tubuh
2. Didiamkan saja, karena
biasanya anak diare
menandakan
bertambahnya
kepintaran anak
3. Tidak tahu
P10 Menurut ibu, kondisi bagaimana yang 1. Demam terus-menerus,
harus membawa anak untuk segera ada darah pada tinja
dibawa ke pelayanan kesehatan anak, tidak mau makan
(puskesmas/rumah sakit) dan minum
2. Demam sudah mulai
turun
3. Tidak tahu
PERILAKU CUCI TANGAN
A1 Apakah ibu mencuci tangan sebelum 1. Tidak
dan sesudah makan 2. Ya
A2 Jika iya, apakah ibu menggunakan 1. Tidak
sabun 2. Ya
A3 Apakah setelah buang air besar ibu 1. Tidak
mencuci tangan 2. Ya
A4 Jika iya, apakah ibu menggunakan 1. Tidak
sabun 2. Ya
A5 Apakah setelah membersihkan kotoran 1. Tidak
anak ibu mencuci tangan 2. Ya
A6 Jika iya, apakah ibu menggunakan 1. Tidak
sabun 2. Ya
LAMPIRAN 3
LEMBAR CHECKLIST
PENELITIAN SARANA SANITASI DASAR DAN PERILAKU IBU DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PEMUKIMAN KEL. CIPINANG BESAR
UTARA, JAKARTA TIMUR TAHUN 2017
Kondisi Jamban
No. Variabel Ya Tidak
4 Jamban Sehat
a. Terdapat jamban keluarga sendiri di dalam rumah
b. Menggunakan jamban leher angsa dengan Septic Tank.
c. Menggunakan jamban leher angsa
d. Lantai jamban secara fisik terlihat bersih dan tidak licin
e. Tersedia cukup air untk buang air besar
Pengelolaan Sampah
No. Variabel Ya Tidak
6 Tempat Pembuangan Sampah Sementara
a. Dibuang ketempat yg tertutup
b. Kedap air
LAMPIRAN 4
Statistics
Apak
ah
anak Kondi kondisi Perilaku
ibu si kondisi sarana cuci
pern saran kondi sarana pengelo Pengetahuan tangan
ah a air si pengol l aan yg ibu yg
diare bersi jamb a han sampah Pendidi Pekerj dikelompokk dikelompo
? h a air ? k an a an a kkan
? n? limbah? Ibu? ibu? n
N Valid 106 106 106 106 106 106 106 106 106
Missi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ng
Mean 1,65 1,65 1,62 1,57 1,42 1,42 1,92 ,88 ,70
Median 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
Mode 2 2 2 2 1 1 2 1 1
Minimum 1 1 1 1 1 1 1 0 0
Maximum 2 2 2 2 2 2 2 1 1
kondisi jamban?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan Ibu?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan ibu?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan yg dikelompokkan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstab
Apakah anak ibu pernah
diare?
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,92.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Apakah anak ibu pernah
diare?
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,92.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,96.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Apakah anak ibu pernah
diare?
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Apakah anak ibu pernah
diare?
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,71.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Apakah anak ibu pernah diare?
diare tidak diare Total
tinggi Count 19 25 44
% within Pendidikan Ibu? 43,2% 56,8% 100,0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,36.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Crosstab
Apakah anak ibu pernah diare?
diare tidak diare Total
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,14.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Apakah anak ibu pernah diare?
diare tidak diare Total
Pengetahuan yg buruk Count 5 8 13
dikelompokkan % within Pengetahuan 38,5% 61,5% 100,0%
yg dikelompokkan
% within Apakah anak ibu 13,5% 11,6% 12,3%
pernah diare?
baik Count 32 61 93
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Crosstab
Apakah anak ibu pernah diare?
diare tidak diare Total
pernah diare?
baik Count 31 43 74
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,17.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
DOKUMENTASI