Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN ARITMIA DI RUANG ICCU RS Dr. M. YUNUS


KOTA BENGKULU
27 Maret-01 April 2023

DISUSUN OLEH :
YENI JUNIATI
NPM : 2226050054

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Ida Rahmawati, S.Kep, (Ns. Efrike, S.Kep)


M.Kep)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada
frekuensi dan irama  jantung  jantung yang disebabkan disebabkan oleh
konduksi konduksi elektrolit elektrolit abnormal abnormal atau otomatis
otomatis (Doenges, 2009). Aritmia timbul akibat perubahane lektrofisiologi
sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
(Price, 2004). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi  juga termasuk gangguan kecep  juga termasuk gangguan
kecepatan denyut dan ko atan denyut dan konduksi (Hanafi, 2006).
B. Etiologi
Etiologi aritmia secara umum dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu:
1. Gangguan pada jantung itu sendiri, meliputi :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditiskarena
infeksi  
b. Gangguan sirkulasi koroner (ateorosklerosiskoroner, spasme koroner,
iskemi miokard, infark miokard)
c. Akibat gagal jantung
d. Akibat kardiomiopati
e. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jatung
2. Gangguan yang bukan dari jantung itu sendiri, meliputi :
a. Trauma (perdarahan)  
b. Intoksikasi obat misalnya digitalis gangguan keseimbangan elektrolit
(hiper atau hipokalemia)
c. Gangguan pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja
dan irama  jantung
d. Gangguan psikoneuurotik dan susunan saraf pusat e. Gangguan
endokrin (hipertiroidisme dan hipotiroidisme)
3. Klasifikasi Pada umumnya artimia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:
a. Gangguan pembentukan impuls
1) Gangguan pembentukan impuls di sinus antara lain : takikardia
sinus, bradikardi sinus, artimia sinus, dan henti sinus.  
2) Gangguan pembentukan impuls di artria (aritmia atrial) yaitu :
ekstrasistol atrial, takiakardia atrial, gelepar atria, fibrilasi atrial,
dan pemacu kelainan atrial.
3) Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung)
yaitu : ekstrasistole penghubung AV, takikardia penghubung AV,
irama lolos dan  penghubung AV.
4) Pembentukan impuls di ventrikular (artimia ventricular) antara lain
: ekstrasistole ventricular, takikardia ventrikular, gelepar
ventrikular, fibrilasi ventrikular, henti ventrikular, dan irama lolos
ventrikular.
b. Gangguan penghantaran impuls
1) Blok Sino Atrial (SA Block) Irama teratur, kecuali pada
gelombang yang hilang. Frekuensi umumnya kurang dari
60x/menit. Gelombang P normal, dan hilang pada saat terjadi
block. Interval PR normal, dan hilang pada saat terjadi block.
Gelombang ORS normal (0,06 - 0,12 detik).  
2) Blok Atrio Ventrikular (AV Block) a) Blok Atrio Ventrikular
Derajat 1  b) Blok Atrio Ventrikular Derajat 2
3) Blok Atrio Ventrikular Derajat 3 (Total AV Block) Irama teratur,
frekuensi heart rate (HR) kurang dari 60x/menit. Gelombang P
normal, tetapi gelombang P dan gelombang ORS berdiri sendiri-
sendiri sehingga gelombang P kadang diikuti gelombang QRS
kadang tidak. Interval PR berubahubah. Gelombang QRS normal
atau memanjang lebih dari 0,12 detik.
4) Blok Intraventrikular.
C. Manifestasi Klinis
1. Perubahan tekanan darah (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak
teratur, defisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun, kulit  pucat,  pucat, sianosis, sianosis, berkeringat, berkeringat,
edema, dan keluaran keluaran urin menurun menurun bila curah jantung
jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, dan
perubahan  pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat dan dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, antiangina, gelisah.
4. Nafas pendek, pendek, batuk, perubahan perubahan kecepatan kecepatan
atau kedalaman kedalaman pernafasan, pernafasan, bunyi nafas tambahan
(krekels, ronkhi dan wheezing) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan  pernafasan seperti seperti pada gagal jantung jantung kiri
(edema paru) atau fenomena fenomena tromboembolitik pulmonal, dan
hemoptisis.
5. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema, odema
(trombosis siperfisial) dan kehilangan tonus otot atau kekuatan.
D. Patofisiologi
Seperti yang sudah disebutkan diatas, aritmia ventrikel umumnya
disebabkan oleh iskemia atau infark myokard. Lokasi terjadinya infark turut
mempengaruhi proses terjadinya aritmia. Sebagai contoh, jika terjadi infark di
anterior, maka stenosis biasanya  barada  barada di right coronary artery  yang
juga berperan dalam memperdarahi SA node sehingga impuls alami jantung
mengalami gangguan. Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat
menimbulkan gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga
mempengaruhi irama jantung. Dengan dilepaskannya berbagai enzim intrasel
dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur hantaran listrik
jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium
atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan kontraktilitas myokard
akibat kematian sel juga dapat menstimulus pangaktifan katekolamin yang
meningkatkan rangsang system saraf simpatis, akibatnya akan terjadi
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan
vasokonstriksi.
Selain itu iritabilitas myokard ventrikel juga menjadi penyebab munculnya
aritmia ventrikel, baik VES< VT maupun VF. Apabila terjadi perubahan tonus
susunan saraf pusat otonom atau karena suatu  penyakit di Nodus SA sendiri
maka dapat terjadi penyakit di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia.
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA
dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50
kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut
purkinje. Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan
sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker.
Dalam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja
sebagai pacemaker, yaitu :
1. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.  
2. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV dan tidak diteruskan k
BIndel HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan
oleh obat.
3. Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas
abnormal atau gngguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pcu
antara lain:
a. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus
dan aritmia sinus.  
b. Debar ektopik dan irama ektopik :
1) Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu
makana sedang dicerna.
2) Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit,
seperti demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard,
miokarditis, dan neurosis  jantung.
E. Komplikasi
1. Stroke
Ketika jantung tidak dapat memompa darah secara efektif, darah
akan melambat, hal ini dapat menyebabkan gumpalan darah terbentuk.
Jika bekuan darah terbawa dalam aliran darah dan dalam perjalanannya
menghalangi arteri otak, maka akan menyebabkan stroke ini akan dapat
merusak otak dan kematian.  
2. Gagal jantung
Gagal jantung dapat terjadi karena jantung memompa tiidak efektif
dalam waktu lama karena bradikardi atau takikardi. Gagal jantung juga
menyebabkan kelebihan cairan yang terkumpul pada kaki dan paru-paru.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. ECG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi,
menyatakan tipe atau sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran ECG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah atau kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung atau efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4. Scan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan aea iskemik atau
kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA atau nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
a) Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter.
b) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi.
c) Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.  
2) Kelas 1 B
a) Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
b) Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
3) Kelas 1 C
a) Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.  
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi.
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
b. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker pacemaker : alat lis alat listrik y ang mampu ang
mampu menghasilkan stimulus menghasilkan stimulus listrik listrik
berulang ke otot jantung untuk  berulang ke otot jantung untuk
mengontrol frekuens mengontrol frekuensi jantung.
H. Data Penunjang
1. ECG  
2. Monitor Holter
3. Foto Dada
4. Scan Pencitraan Miokardia
5. Tes Stres Latihan
6. Elektrolit
7. Pemeriksaan Tiroid
8. Lju Sedimentasi
9. GDA atau Nadi Oksimetri
I. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses
keperawatan yang dinamis, dan terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas
dasar yaitu pertama, pengumpulan data secara sistematis. Kedua, memilah
dan mengatur data yang dikumpulkan. Ketiga, dokumentasi dalam format
yang dapat dibuka kembali (Tarwoto, Wartonah, 2006).
a. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku  bangsa, tanggal dan jam MRS,  bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomer rekam medis, da nomer rekam medis,
dan diagnosa medis. n diagnosa medis.
b. Keluhan Utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien
pada saat dikaji. Pada umumnya keluhan pada kasus aritmia adalah
lemas, sinkop (pingsan) baik yang dahulu maupun sekarang, pusing,
kepala terasa ringan, kelelahan, nyeri dada dan berdebar-debar.
c. Riwayat Penyakit Sekarang Pada pasien aritmia gangguan penghantar
impuls meliputi blok-sino atrial, blok-atrio ventrikular, dan blok-intra
ventrikular.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit yang pernah diderita : aritmia ,
kardiomiopati, gangguan jantung koroner,  penyakit  penyakit katup
jantung jantung dan hipertensi. hipertensi. Penggunaan Penggunaan
mobat digitalis, digitalis, quinidin quinidin dan obat anti aritmia
lainnya kemungkinanan untuk terjadinya intoksikasi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga Pada keluarga pasien ada atau tidak yang
menderita penyakit jantung, stroke, hipertensi.
f. Riwayat Psikososial Ada perubahan peran, pekerjaan atau aktivitas,
pasien yang merasa stres dan mempunyai beban dalam menjalani
kehidupannya.
g. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi manajemen kesehatan
Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan, pasien
terhadap sakit yang dideritanya, tindakan atau usaha apa yang
dilakukan pasien sebelum datang ke RS, obat apa yang telah
dikonsumsi pada saat akan datang ke RS.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Mengambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, kondisi rambut, kuku dan kulit, kebiasaan makan,
frekuensi makan, nafsu makanmakanan pantangan, makanan yang
disukai dan banyaknya minum yang dikaji sebelum dan sesudah
Masuk Rumah Sakit (MRS).
3) Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi pasien yang terdiri dari
frekuensi, volume, adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau.
4) Pola tidur
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu
senggang, kesulitan dan hambatan dalam tidur.
5) Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan dan kemampuan beraktivitas sehari-hari,
fungsi pernapasan dan fungsi sirkulasi.
6) Pola kognitif perseptual
Menggambarkan pola kemampuan pasien untuk proses
berfikir, pola penglihatan, penglihatan, pendengaran, pendengaran,
pengecapan, pengecapan, penciuman, penciuman, dan persepsi
persepsi sesori nyeri serta kemampuan berkomunikasi dan
mengerti akan penyakitnya.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri. Dan
ideal diri seseorang dimana perubahan yang terjadi pada kasus
fraktur femur adanya perubahan fungsi dan struktur lebih akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
8) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan tentang hubungan pasien dengan
lingkungan sekitar serta hubungannya dengan keluarga dan orang
lain.
9) Pola seksual dan reprosuksi
Menggambarkan tentang seksual pasien
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Menggambarkan komponen koping pasien terhadap
masalah yang dialami dan dapat menimbulkan ansietas.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejumlah keyakinan pasien terhadap
kepercayaan yang dianut dan bagaimana pasien menjalankannya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran,
suara bicara, tinggi badan, berat  badan,  badan, dan tanda-tanda
tanda-tanda vital. Biasanya Biasanya keadaan keadaan umum
pasien tampak lemah dan tampak kelelahan, nadi mungkin tidak
teratur, tekanan darah meningkat, suhu dingin dan pernapasan lebih
dari 20x/menit, atau meningkat serta adanya kelemahan otot.
2) Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)
a) Sistem pernapasan atau Breathing
Biasanya pasien mengalami penyakit paru kronis, nafas
pendek, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, perubahan
kecepatan atau kedalaman  pernafasan,  pernafasan, bunyi nafas
tambahan tambahan (ronkhi (ronkhi atau wheezing wheezing
atau kerkels) kerkels) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal dan hemoptisis.  
b) Sistem kardiovaskuler atau Blood
Pada pasien aritmia akan mengalami perubahan tekanan
darah (hipertensi atau hipotensi), nadi mungkin tidak teratur,
defisit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial),
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun,
kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,
berkeringat, edema, keluaran urin menurun bila curah jantung
menurun berat.
c) Sistem persyarafan atau Brain
Gejala pada pasien aritmia adalah kesadaran composmentis
hingga coma,  pusing,  pusing, berdenyut, berdenyut, sakit
kepala, kepala, disorientasi, disorientasi, bingung, bingung,
letargi, letargi, perubahan perubahan  pupil.
d) Sistem perkemihan atau Bladder
Haluaran urine menurun bila curah jantung menurun berat.
e) Sistem pencernaan atau Bowel
Pada pasien Pada pasien aritmia gejala aritmia gejala yang
muncul yang muncul antara lain antara lain hilangnya nafsu
hilangnya nafsu makan, anoreksia, mual dan atau tidak disertai
muntah, perubahan berat  badan.
f) Sistem integumen atau Bone
Tanda yang didapat pada pasien dengan aritmia adalah
demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial), dan kehilangan tonus otot atau
kekuatan
3) Pemeriksaan diagostik
a) ECG  
b) Monitor Holter
c) Foto Dada
d) Scan Pencitraan Miokardia
e) Tes Stres Latihan
f) Elektrolit
g) Pemeriksaan Tiroid
h) Lju Sedimentasi
i) GDA atau Nadi Oksimetri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung. (D.0008)
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai okigen. (D.0056)
c. Gagguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler. (D.0003)

Anda mungkin juga menyukai