Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya kepada seluruh alam. Salawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul terakhir pembawa cahaya
kemenangan di dunia dan akhirat. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah
penelitian dengan judul “Perbedaan Indeks Glikemik dan Beban Glikemik
Dua Varian Biskuit”. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan,
kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak akan sangat sulit untuk
menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis
sampaikan kepada:
1. Prof. Dr.(hc) dr. MK. Tadjudin, SpAnd selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan yang menjadi salah satu sumber motivasi dan inspirasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter sekaligus sebagai pembimbing I yang selalu bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dari awal hingga
terselesaikannya laporan penelitian ini.
3. dr. Risahmawati, Ph.D selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya kepada penulis sehingga laporan penelitian ini
dapat terselesaikan dengan tuntas dan tepat waktu.
4. dr. H.M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK dan dr. Ahmad Azwar Habibi,
M.Biomed selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan
yang sangat berharga dan membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini lebih baik lagi.
5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D beserta seluruh tim penanggung jawab modul riset
PSPD 2011 yang telah bekerja keras memberikan arahan dan motivasi agar
mahasiswa dapat menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya.
v
6. Segenap dosen dan civitas akademika FKIK yang telah memberikan berbagai
bantuannya baik modal ilmu pengetahuan maupun pelayanan administrasi
yang mendukung penyelesaian laporan penelitian ini.
7. Seluruh sejawat PSPD 2011 yang selalu bersama-sama dan saling berbagi
dalam suka dan duka menjadi mahasiswa kedokteran dan semoga tali
silaturrahim yang sudah kita bangun bersama tetap terjaga selamanya.
8. Segenap sejawat PSPD 2012 yang telah ikut berpartisipasi dan bekerjasama
menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa partisipasi kalian penelitian ini
tidak akan terlaksana dan semoga riset kalian dapat berjalan lancar tanpa
hambatan apapun.
9. Teman-teman satu kelompok penelitian yaitu Evan, Fahreza, Andhini dan
Tiara yang selalu kompak dan semangat dalam menyelesaikan penelitian kita
agar bisa ikut sidang skripsi tepat waktu.
10. Kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Tarmidi dan ibunda Nur Kholiyyi
beserta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan yang tidak
terbatas baik spiritual maupun material sehingga penulis dapat tetap bertahan
menjadi mahasiswa kedokteran hingga saat ini dan seterusnya sampai
menyandang gelar dokter.
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
Abdul Jafar Sidik. Medical Education Study Program. The Differences of
Glycemic Index and Glycemic Load between Two Variants of Biscuits. 2014.
The glycemic index is a value that indicates the ability of carbohydrate-containing
foods increases blood glucose. While the glycemic load is a value that indicates
blood glucose response after eating one serving of a carbohydrate-containing
food. This study aims to determine the glycemic index and glycemic load of some
variants of biscuits. Respondents in this study were ten healthy people with
normal nutritional status and does not have a disorder of glucose metabolism.
Respondents were asked to fast overnight and do not do strenuous activities.
Blood glucose examination of the morning done once before consuming the test
meal and several times thereafter for two hours. After collecting and processing
the data, it would be obtained the mean value of glycemic index and glycemic
load. The glycemic index of jam-containing biscuit was 102.53% (SD±4.76%) and
90.22% (SD±4.49%) for wholewheat biscuit. While the glycemic load of jam-
containing biscuit was 24.61 (SD±1.14) and 11.73 (SD±0.58) for wholewheat
biscuit. The Paired T Test showed p-value 0.000 on the glycemic index and
glycemic load of two biscuits, so it was concluded there are significant differences
in glycemic index and glycemic load between the two biscuits.
Keywords: blood glucose, glycemic index, glycemic load, variants of biscuits.
vii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
viii
1.4 Besar dan Cara Pengambilan Responden .......................................... 17
1.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi serta Drop Out .................................... 17
1.6 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 18
1.7 Alur Penelitian ................................................................................. 19
1.8 Prosedur Kerja Penelitian ................................................................. 19
1.9 Rencana Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 20
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.6 Beberapa karakteristik biskuit isi selai dan biskuit gandum .............. 13
Tabel 4.1 Karakteristik responden penelitian ................................................... 22
Tabel 4.2 Komposisi zat gizi makanan standar dan makanan uji ...................... 23
Tabel 4.3 Analisis zat gizi makanan standar dan makanan uji .......................... 23
Tabel 4.4 Rerata kadar glukosa darah .............................................................. 24
Tabel 4.5 Persentase kenaikan dan penurunan glukosa darah ........................... 25
Tabel 4.6 Rerata nilai indeks glikemik ............................................................ 26
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
BB Berat Badan
BG Beban Glikemik
FN Frekuensi Nadi
FP Frekuensi Pernapasan
GDP Glukosa Darah Puasa
IG Indeks Glikemik
IMT Indeks Massa Tubuh
RSG Roma Sari Gandum™
RTP Roti Tawar Putih
SLO Slai O’lai™
TB Tinggi Badan
TD Tekanan Darah
xiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
memungkinkan memiliki indeks glikemik dan beban glikemik yang berbeda pula
setiap variannya. Pada penelitian Foster-Powell et al, wheat biscuit yang terbuat
dari tepung terigu memiliki indeks glikemik tinggi dan beban glikemik sedang,
sedangkan digestive biscuit yang terbuat dari tepung gandum memiliki indeks
glikemik tinggi dan beban glikemik rendah. 7 Saat ini di Indonesia juga belum
banyak penelitian tentang indeks glikemik dan beban glikemik varian biskuit
berdasarkan dua jenis tepung yang digunakan untuk membuatnya. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai indeks glikemik dan beban
glikemik dua varian biskuit tersebut yang beredar di Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana lagi. Beberapa jenis monosakarida antara
lain glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa adalah monosakarida yang
terpenting bagi tubuh, sebagian besar karbohidrat dalam makanan yang
diserap ke dalam aliran darah berupa glukosa, dan monosakarida lain diubah
menjadi glukosa melalui metabolisme di hati. 8,9
2. Disakarida
Disakarida merupakan produk dari kondensasi atau penggabungan dua unit
monosakarida.8 Beberapa jenis disakarida antara lain maltosa, sukrosa dan
laktosa. Maltosa tersusun dari dua unit glukosa dan didapatkan terutama dari
biji-bijian yang berkecambah. Dalam jumlah kecil, maltosa terdapat dalam
biskuit, sereal sarapan, dan minuman yang mengandung malt. Sukrosa adalah
disakarida yang paling umum dalam makanan, tersusun atas satu unit glukosa
dan satu unit fruktosa. Sukrosa dapat diperoleh dari dari gula tebu, madu,
buah-buahan, dan sayuran. Sedangkan laktosa yang tersusun atas satu unit
glukosa dan satu unit galaktosa berada dalam keadaan bebas dalam air susu
mamalia.4 Reaksi hidrolisis molekul maltosa menjadi dua molekul glukosa
dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
4
5
Gambar 2.1. Hidrolisis molekul maltosa menjadi dua molekul glukosa dengan
penambahan H2O di tempat ikatan.10
3. Oligosakarida
Oligosakarida adalah produk dari penggabungan tiga sampai sepuluh
monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam
tubuh manusia.8 Beberapa jenis oligosakarida seperti stakiosa, rafinosa, dan
inulin diperoleh dari makanan nabati seperti bawang putih, bawang bombay
dan kacang polong.4
4. Polisakarida
Polisakarida tersusun dari lebih dari sepuluh unit monosakarida. Secara
tradisional polisakarida terbagi atas bentuk yang dapat dicerna seperti zat pati
dan dekstrin, dan bentuk yang tidak dapat dicerna seperti selulosa dan lignin.
Makanan sumber zat pati antara lain kentang, serealia, dan kacang-kacangan.4
Gambar 2.2 Kurva toleransi glukosa pada orang normal dan penderita diabetes
melitus.12
1. Fungsi insulin dan glukagon sebagai sistem kontrol yang menjaga kadar
glukosa darah dalam kisaran normal. Ketika kadar glukosa darah meningkat
terlalu tinggi, insulin disekresikan untuk menurunkan kadar glukosa darah
agar kembali normal. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah akan
menstimulasi sekresi glukagon untuk meningkatkan kadar glukosa darah agar
kembali dalam kisaran normal. Pada kondisi normal mekanisme umpan balik
insulin lebih penting daripada glukagon, namun pada kondisi kelaparan atau
setelah latihan fisik berat mekanisme glukagon juga sangat diperlukan. 12,13
2. Pada keadaan hipoglikemia berat, kadar glukosa darah yang sangat rendah
menstimulasi hipotalamus untuk mengaktifkan sistem saraf simpatik. Hormon
epinefrin yang disekresi kelenjar adrenal menstimulasi sekresi glukagon
untuk membebaskan glukosa lebih lanjut dari hati agar tidak terjadi
hipoglikemia berat.12,13
Menurunkan
resistensi insulin
Menurunkan Menurunkan
disfungsi sel beta glikemia
Menurunkan
hiperinsulinemia
Makanan dengan
indeks glikemik Menurunkan asam Menurunkan
rendah dan sindrom lemak bebas dislipidemia
metabolik
Menurunkan
inflamasi
Menurunkan faktor
protrombotik
Gambar 2.3. Hubungan antara indeks glikemik rendah dan sindrom metabolik. 18
10
Secara umum terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi nilai indeks
glikemik suatu makanan, yaitu faktor individu dan faktor makanan. Faktor
individu yang dapat mempengaruhi respon glukosa darah seseorang terhadap
makanan antara lain sensitivitas insulin, fungsi sel beta pankreas, motilitas saluran
gastrointestinal, metabolisme makanan sebelumnya, usia, jenis kelamin, dan
derajat obesitas.5,17
Faktor Mekanisme
Semakin sedikit pati yang tergelatinasi, semakin lambat
Tingkat gelatinisasi
proses pencernaannya.
Lapisan fibrosa pada buncis dan biji-bijian bekerja sebagai
Bentuk fisik makanan barier, sehingga memperlambat enzim untuk memulai
pencernaan pati
Rasio amilosa dan Semakin banyak amilosa, pencernaan pati menjadi semakin
amilopektin lambat, berbanding terbalik dengan amilopektin
Serat terlarut dapat meningkatkan viskositas isi intestinal
karena dapat mengikat air dan memperlambat interaksi antara
Kadar serat makanan
pati dan enzim pencernanya sehingga menyebabkan semakin
lambatnya proses absorpsi
Sukrosa tersusun oleh glukosa dan fruktosa, keberadaan
Kadar gula sukrosa sukrosa menghambat gelatinisasi dari molekul pati dengan
mengikat air selama proses produksi makanan
Tingkat keasaman makanan memperlambat proses
Tingkat keasaman
pengosongan lambung
Lemak dan protein memperlambat proses pengosongan
Lemak dan protein
lambung dan memperlambat proses pencernaan karbohidrat
Semakin matang makanan berkarbohidrat, semakin mudah
Tingkat kematangan
untuk dicerna dan diabsorpsi
160
Glukosa Darah (mg/dL)
140
120
60
0 30 60 90 120
Waktu (menit)
Makanan dengan indeks glikemik tinggi atau beban glikemik tinggi atau
keduanya dapat meningkatkan risiko penyakit kronik yang berhubungan dengan
gaya hidup seperti diabetes melitus. Sedangkan makanan dengan indeks glikemik
dan beban glikemik rendah sudah direkomendasikan secara luas sebagai terapi
dan pencegahan timbulnya diabetes melitus. 21
13
2.1.8 Biskuit
Biskuit adalah produk bakeri kering yang dibuat dengan cara memanggang
adonan yang terbuat dari tepung terigu atau jenis tepung lainnya dengan atau
tanpa substitusinya, minyak atau lemak, dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Sifat masing-masing
biskuit ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan, proporsi gula dan lemak,
kondisi dari bahan-bahan tersebut pada saat ditambahkan dalam campuran,
metode pencampuran dan penanganan adonan serta metode pemanggangan.
Kualitas biskuit selain ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan dari warna,
aroma, cita rasa, dan kerenyahannya.24
Varian biskuit yang akan diteliti perbedaan indeks glikemik dan beban
glikemiknya adalah biskuit isi selai (SLO) yang terbuat dari tepung terigu dan
biskuit gandum (RSG) yang terbuat dari tepung gandum. Kedua varian biskuit
tersebut termasuk dalam jenis biskuit kukis. Berikut ini beberapa karakteristik
yang dimiliki oleh kedua varian biskuit yang tertulis pada label kemasan biskuit:
Tabel 2.6. Beberapa karakteristik biskuit isi selai dan biskuit gandum.
Karbohidrat/sajian
Karbohidrat
50 g karbohidrat
- Tingkat gelatinisasi
- Bentuk fisik makanan
Digesti dan absorpsi
- Amilosa : amilopektin karbohidrat
- Derajat keasaman
- Serat makanan
- Gula sederhana
- Lemak
- Protein
Respon glukosa darah Luas area
pasca absorptif bawah kurva
- Sensitivitas insulin
- Fungsi sel β pankreas
- Metabolisme
makanan sebelumnya
- Variasi metabolik
Indeks Glikemik
Beban Glikemik
15
Makanan Uji
Biskuit gandum
Indeks Glikemik
Beban Glikemik
Hasil absorpsi
karbohidrat di
Pengambilan
saluran
darah kapiler
pencernaan yang
dengan finger
Kadar bersirkulasi dalam Blood
prick
1 glukosa darah dan glucose mg/dl
kemudian diuji
darah dihitung meter
dengan test
kadarnya dengan
strip blood
pemeriksaan
glucose meter
darah selama 2
jam postprandial
Membanding
kan luas area
kemampuan
dibawah kurva
makanan yang Numerik
setiap
Indeks mengandung 50 g
2 - makanan %
glikemik karbohidrat dalam
uji dengan
meningkatkan
makanan
glukosa darah
standar dan
dikali 100%
Kemampuan satu
IG dikali
porsi makanan
jumlah
yang mengandung
Beban karbohidrat
3 sejumlah - -
glikemik dalam satu
karbohidrat dalam
porsi makanan
meningkatkan
dan dibagi 100
glukosa darah
17
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2014 di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
17
18
Responden 10 orang
Persiapan sebelum pemeriksaan: puasa sekitar 10-12 jam di malam hari, makan
dengan porsi normal sebelum puasa, tidak melakukan aktivitas berat
Pemeriksaan glukosa darah kapiler pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120
Penghitungan luas area di bawah kurva makanan standar dan makanan uji
e. Darah responden diambil dari pembuluh kapiler pada ujung jari sebelum
mengkonsumsi makanan (menit ke-0), dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90,
120 setelah mengkonsumsi makanan.
f. Kadar glukosa darah responden dicatat pada setiap waktu pemeriksaan, dan
dimasukkan ke dalam kurva respon glukosa darah.
Untuk menentukan nilai indeks glikemik (IG) dan beban glikemik (BG) dihitung
dengan menggunakan rumus:
21
BAB 4
Rerata usia responden dalam penelitian ini adalah 19,5 tahun (SD±0,97).
Usia responden merupakan faktor dapat mempengaruhi respon glukosa darah
akibat perbedaan laju metabolisme tubuh sehingga distribusi usia responden harus
normal. Rerata IMT responden adalah 20,53 (SD±1,51) dan termasuk dalam
ketegori normal menurut klasifikasi status gizi berdasarkan IMT Asia Pasifik.
Responden juga tidak memiliki gangguan metabolisme glukosa darah karena
rerata dari hasil pemeriksaan GDP masih dalam batas normal yaitu 82,1
(SD±9,57).
22
23
Makanan standar dan makanan uji yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan dalam bentuk jadi dan siap saji, dalam hal ini peneliti tidak melakukan
proses pengolahan tambahan terhadap makanan standar dan makanan uji.
Komposisi zat gizi makanan standar dan makan uji dalam satu porsi dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Komposisi zat gizi makanan standar dan makanan uji dalam satu porsi
Tabel 4.3. Analisis zat gizi makanan standar dan makanan uji
Waktu (menit)
Makanan
0 15 30 45 60 90 120
Rerata 87,6 107,2 125,7 131,7 130,3 116,8 110,5
RTP
SD 8,81 12,41 10,99 10,54 6,83 9,34 9,33
Rerata 88,0 105,5 125,6 136,6 134,6 122,5 113,5
SLO
SD 14,43 13,63 18,71 11,16 7,71 8,98 11,35
Rerata 84,1 103,0 117,5 119,5 114,6 103,4 94,1
RSG
SD 10,61 13,39 14,09 9,91 10,69 9,47 4,43
140,0
120,0
RTP
100,0
SLO
80,0 RSG
60,0
0 30 60 90 120
Waktu (menit)
Pada kurva respon glukosa darah dalam 120 menit setelah pemberian tiga
jenis makanan, semuanya mencapai titik puncaknya pada menit ke-45. Jika kurva
SLO dibandingkan dengan kurva RTP maka terlihat bahwa titik puncak kurva
SLO lebih tinggi dan pada menit ke-120 juga masih lebih tinggi. Keadaan ini
disebabkan karena kandungan gula sederhana pada SLO lebih tinggi daripada
RTP sehingga kenaikan kurva SLO lebih tinggi daripada RTP. Kandungan protein
yang tinggi pada RTP dan kandungan lemak yang tinggi pada SLO sama-sama
meningkatkan sekresi insulin pada kedua makanan tersebut.
Jika kurva RSG dibandingkan dengan kurva RTP dan SLO maka kurva
RSG adalah yang paling rendah baik pada titik puncak maupun pada menit ke-120.
Kandungan protein pada RSG dan RTP tidak berbeda secara signifikan, namun
protein RSG lebih tinggi daripada SLO sehingga kurva RSG menjadi lebih rendah.
Kandungan lemak pada RSG paling tinggi diantara tiga jenis makanan tersebut
sehingga lemak juga memberikan efek menurunkan respon glukosa darah kurva
RSG dengan meningkatkan sekresi insulin sehingga kadar glukosa darah menurun.
Kandungan gula sederhana pada RSG lebih rendah daripada SLO sehingga kurva
RSG juga lebih rendah. Walaupun kandungan gula RSG lebih tinggi daripada
RTP, namun kandungan serat pada RSG paling tinggi diantara ketiga jenis
makanan tersebut sehingga kandungan serat tersebut dapat menurunkan respon
glukosa darah pada kurva RSG.
Pada kurva respon glukosa darah terlihat bahwa kenaikan kadar glukosa
darah lebih besar daripada penurunannya. Besarnya kenaikan dan penurunan
glukosa darah dapat ditampilkan dalam bentuk persentase kenaikan dan
penurunan kadar glukosa darah. Persentase kenaikan dan penurunan kadar
glukosa darah dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Beban glikemik biskuit SLO adalah 24,61 (SD±1,14) dan makanan uji
RSG sebesar 11,73 (SD±0,58). Biskuit SLO masuk dalam klasifikasi beban
glikemik tinggi, sedangkan biskuit RSG masuk dalam klasifikasi beban glikemik
sedang. Terdapat perbedaan beban glikemik yang bermakna antara biskuit SLO
dan biskuit RSG (P-value 0,000).
Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat beberapa hal yang menjadi
keterbatasan bagi peneliti sehingga mempengaruhi proses dan hasil penelitian.
Pada penelitian ini, pemeriksaan glukosa darah setiap makanan hanya dilakukan
satu kali sehingga menyulitkan perhitungan indeks glikemik yang lebih akurat.
Padahal pada penelitian indeks glikemik lebih baik dilakukan pemeriksaan
glukosa darah setiap makanan sebanyak 2 kali atau lebih pada setiap responden
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.20 Selain itu pemantauan terhadap
responden sulit dilakukan terutama untuk membatasi aktivitas fisik di malam hari
saat puasa dan memantau porsi makan normal sebelum puasa.
28
BAB 5
5.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks glikemik biskuit isi selai
(SLO) dan biskuit gandum (RSG) masuk dalam klasifikasi indeks
glikemik tinggi.
2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa beban glikemik biskuit isi
selai (SLO) masuk dalam klasifikasi beban glikemik tinggi, sedangkan
beban glikemik biskuit gandum (RSG) masuk dalam klasifikasi beban
glikemik sedang.
3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks glikemik biskuit isi selai
(SLO) dan biskuit gandum (RSG).
4. Terdapat perbedaan yang bermakna antara beban glikemik biskuit isi selai
(SLO) dan biskuit gandum (RSG).
5.2 Saran
1. Untuk menghasilkan nilai indeks glikemik dan beban glikemik yang lebih
akurat, maka pemeriksaan respon glukosa darah setiap makanan sebaiknya
dilakukan lebih dari satu kali pada setiap responden.
28
29
3. Mengingat masih sangat banyak varian biskuit belum diteliti, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai indeks glikemik dan beban glikemik pada
varian biskuit lainnya.
5. Produsen biskuit SLO dan RSG perlu mencantumkan nilai indeks glikemik
dan beban glikemik pada label kemasan produk.
30
DAFTAR PUSTAKA
14. Kathleen M, Margie GL. Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed.
Missouri: Elsevier Mosby; 2008.
15. Venn B, Green T. Glycemic Index and Glycemic Load: Measurement Issues
and Their Effect on Diet-Disease Relationships. Eur J Clin Nutr 2007;
61(suppl): S122-S131.
16. Brown JE. Nutrition Through the Life Cycle. 2nd ed. USA: Thompson
Wadsworth; 2008.
17. Xavier F, Sunyer P. Glycemic Index and Disease. Am J Clin Nutr 2002;
76(suppl): 290S-8S.
18. Radulian G, Rusu E, Dragomir A, Posea M. Metabolic Effects of Low
Glycemic Index Diets. Nutrition Journal 2009 January; 8(5).
19. Monro JA, Shaw M. Glycemic Impact, Glycemic Glucose Equivalents,
Glycemic Index and Glycemic Load: Definitions, Distinctions, and
Implications. Am J Clin Nutr 2008; 87(suppl): 237S-43S.
20. Wolever TM, Brand-Miller JC, Abernethy J. Measuring the Glycemic Index
of Foods: Interlaboratory Study. Am J Clin Nutr 2008; 87(suppl): 247S-57S.
21. Barclay AW, Petocz P, Brand-Miller JC. Glycemic Index, Glycemic Load
and Chronic Disease Risk: A Meta-Analysis of Observational Studies. Am J
Clin Nutr 2008; 87: 627-37.
22. Nix S. William’s Basic Nutrition and Diet Therapy. Missouri: Elsevier
Mosby; 2005.
23. Thompson J, Manore M. Nutrition: An Applied Approach. 2nd edi. USA:
Pearson Education Publishing; 2007.
24. Badan Standardisasi Nasional. SNI 01-2973: Mutu dan Cara Uji Biskuit.
Jakarta: BSN. 2011.
25. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2010.
26. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2011.
27. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
IV. Jakarta; PAPDI. 2006.
32
28. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat
dan Multivariat. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
33
LAMPIRAN
Lampiran 1
Nama : ......................................................................................
Alamat : ......................................................................................
Telp/HP : ......................................................................................
dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden
penelitian dan bersedia untuk menjalani pemeriksaan glukosa darah sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian, dengan catatan bahwa semua data
mengenai identitas diri saya dijamin kerahasiaannya. Selanjutnya bila suatu saat dalam
masa penelitian, saya merasa dirugikan dalam penelitian ini, saya berhak untuk
mengundurkan diri dalam penelitian ini serta membatalkan persetujuan yang telah saya
buat ini tanpa sanksi apapun dari pihak manapun.
Mengetahui,
.................................................... ................................................
34
Lampiran 2
Nama :
Usia :
BB :
TB :
IMT :
Tanda vital
- Tekanan darah :
- Frekuensi nafas :
- Frekuensi nadi :
- Suhu tubuh :
GDP :
Riwayat penyakit:
Lampiran 3
Lampiran 4
BB TB FP FN TD
No Nama Usia IMT GDP
(kg) (m) (x/m) (x/m) (mmHg)
1 FYM 20 55,8 1,67 20,0 94 18 78 110/70
2 IRF 21 54,3 1,68 19,2 74 20 91 120/80
3 NPR 18 52,6 1,59 20,8 83 18 87 110/70
4 FAH 19 62,4 1,69 21,8 79 15 76 110/70
5 HPS 20 52,7 1,53 22,5 90 17 90 120/80
6 ANJ 19 53,8 1,70 18,6 67 16 73 100/70
7 KHO 20 55,2 1,69 19,3 96 17 87 120/90
8 KHN 20 46,5 1,57 18,9 78 18 94 110/80
9 ANF 18 53,8 1,57 21,8 87 20 86 110/70
10 ABM 20 54,4 1,56 22,4 73 19 71 120/80
37
Lampiran 5
Protein Lemak
Makanan Sajian (g) Karbohidrat total (g) Gula (g)
(g) total (g)
RTP 80 34 3 6 3
SLO 32 24 10 2 4
RSG 19,5 13 3 2 4
Lampiran 6
A B C D E F
A B C D E F
A B C D E F
39
(lanjutan)
Perhitungan luas area di bawah kurva pada salah satu responden (FYM).
RTP
Bangun Sisi 1 Sisi 2 Tinggi Luas Area
A 93 122 15 1612,5
B 122 128 15 1875
C 128 143 15 2032,5
D 143 132 15 2062,5
E 132 108 30 3600
F 108 111 30 3285
Total Luas Area 14467,5
SLO
Bangun Sisi 1 Sisi 2 Tinggi Luas Area
A 106 116 15 1665
B 116 152 15 2010
C 152 136 15 2160
D 136 139 15 2062,5
E 139 124 30 3945
F 124 119 30 3645
Total Luas Area 15487,5
RSG
Bangun Sisi 1 Sisi 2 Tinggi Luas Area
A 91 128 15 1642,5
B 128 131 15 1942,5
C 131 110 15 1807,5
D 110 115 15 1687,5
E 115 112 30 3405
F 112 97 30 3135
Total Luas Area 13620
40
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Dokumentasi Penelitian
Makanan standar roti tawar putih Biskuit isi selai dan biskuit gandum
Lampiran 10
Email : javarsodic@yahoo.com
javarsodic@gmail.com
Riwayat Pendidikan: