Anda di halaman 1dari 56

PERBEDAAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN

GLIKEMIK DUA VARIAN BISKUIT

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

ABDUL JAFAR SIDIK


NIM: 1111103000099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
dan hidayah-Nya kepada seluruh alam. Salawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasul terakhir pembawa cahaya
kemenangan di dunia dan akhirat. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah
penelitian dengan judul “Perbedaan Indeks Glikemik dan Beban Glikemik
Dua Varian Biskuit”. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan,
kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak akan sangat sulit untuk
menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis
sampaikan kepada:

1. Prof. Dr.(hc) dr. MK. Tadjudin, SpAnd selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan yang menjadi salah satu sumber motivasi dan inspirasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter sekaligus sebagai pembimbing I yang selalu bersedia meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dari awal hingga
terselesaikannya laporan penelitian ini.
3. dr. Risahmawati, Ph.D selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya kepada penulis sehingga laporan penelitian ini
dapat terselesaikan dengan tuntas dan tepat waktu.
4. dr. H.M. Djauhari Widjajakusumah, AIF, PFK dan dr. Ahmad Azwar Habibi,
M.Biomed selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan
yang sangat berharga dan membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini lebih baik lagi.
5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D beserta seluruh tim penanggung jawab modul riset
PSPD 2011 yang telah bekerja keras memberikan arahan dan motivasi agar
mahasiswa dapat menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya.

v
6. Segenap dosen dan civitas akademika FKIK yang telah memberikan berbagai
bantuannya baik modal ilmu pengetahuan maupun pelayanan administrasi
yang mendukung penyelesaian laporan penelitian ini.
7. Seluruh sejawat PSPD 2011 yang selalu bersama-sama dan saling berbagi
dalam suka dan duka menjadi mahasiswa kedokteran dan semoga tali
silaturrahim yang sudah kita bangun bersama tetap terjaga selamanya.
8. Segenap sejawat PSPD 2012 yang telah ikut berpartisipasi dan bekerjasama
menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa partisipasi kalian penelitian ini
tidak akan terlaksana dan semoga riset kalian dapat berjalan lancar tanpa
hambatan apapun.
9. Teman-teman satu kelompok penelitian yaitu Evan, Fahreza, Andhini dan
Tiara yang selalu kompak dan semangat dalam menyelesaikan penelitian kita
agar bisa ikut sidang skripsi tepat waktu.
10. Kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Tarmidi dan ibunda Nur Kholiyyi
beserta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan yang tidak
terbatas baik spiritual maupun material sehingga penulis dapat tetap bertahan
menjadi mahasiswa kedokteran hingga saat ini dan seterusnya sampai
menyandang gelar dokter.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak


kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penelitian ini. Dengan
segala kekurangan dan kelebihan yang ada, semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi institusi dan
masyarakat luas.

Jakarta, September 2014

Abdul Jafar Sidik

vi
ABSTRAK

Abdul Jafar Sidik. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Indeks


Glikemik dan Beban Glikemik Dua Varian Biskuit. 2014
Indeks glikemik adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu makanan yang
mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar glukosa darah. Sedangkan
beban glikemik adalah nilai yang menunjukkan respon glukosa darah setelah
mengkonsumsi satu porsi makanan yang mengandung sejumlah karbohidrat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai indek glikemik dan beban
glikemik beberapa varian biskuit. Responden dalam penelitian ini berjumlah
sepuluh orang sehat dengan status gizi normal dan tidak memiliki gangguan
metabolisme glukosa. Responden diminta untuk puasa di malam hari dan tidak
melakukan aktivitas berat. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan pada pagi hari
sekali sebelum mengkonsumsi makanan uji dan beberapa kali setelahnya selama
dua jam. Setelah pengumpulan dan pengolahan data maka didapatkan nilai rerata
indeks glikemik dan beban glikemik. Indeks glikemik biskuit isi selai 102,53%
(SD±4,76%) dan biskuit gandum 90,22% (SD±4,49%). Sedangkan beban
glikemik biskuit isi selai 24,61 (SD±1,14) dan biskuit gandum 11,73 (SD±0,58).
Hasil uji Paired T Test menunjukkan p-value 0,000 pada indeks glikemik dan
beban glikemik kedua biskuit, sehingga disimpulkan terdapat perbedaan indeks
glikemik dan beban glikemik yang bermakna antara kedua biskuit tersebut.
Kata kunci: glukosa darah, indeks glikemik, beban glikemik, varian biskuit.

ABSTRACT
Abdul Jafar Sidik. Medical Education Study Program. The Differences of
Glycemic Index and Glycemic Load between Two Variants of Biscuits. 2014.
The glycemic index is a value that indicates the ability of carbohydrate-containing
foods increases blood glucose. While the glycemic load is a value that indicates
blood glucose response after eating one serving of a carbohydrate-containing
food. This study aims to determine the glycemic index and glycemic load of some
variants of biscuits. Respondents in this study were ten healthy people with
normal nutritional status and does not have a disorder of glucose metabolism.
Respondents were asked to fast overnight and do not do strenuous activities.
Blood glucose examination of the morning done once before consuming the test
meal and several times thereafter for two hours. After collecting and processing
the data, it would be obtained the mean value of glycemic index and glycemic
load. The glycemic index of jam-containing biscuit was 102.53% (SD±4.76%) and
90.22% (SD±4.49%) for wholewheat biscuit. While the glycemic load of jam-
containing biscuit was 24.61 (SD±1.14) and 11.73 (SD±0.58) for wholewheat
biscuit. The Paired T Test showed p-value 0.000 on the glycemic index and
glycemic load of two biscuits, so it was concluded there are significant differences
in glycemic index and glycemic load between the two biscuits.
Keywords: blood glucose, glycemic index, glycemic load, variants of biscuits.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii


DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan teori ..................................................................................... 4
2.1.1 Karbohidrat ................................................................................ 4
2.1.2 Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat .................................... 5
2.1.3 Kontrol Glukosa Darah .............................................................. 6
2.1.4 Indeks Glikemik ......................................................................... 8
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik ........................... 10
2.1.6 Prosedur Pengukuran Indeks Glikemik ..................................... 10
2.1.7 Beban Glikemik ....................................................................... 12
2.1.8 Biskuit ..................................................................................... 13
2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 14
2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 15
2.4 Definisi Operasional ......................................................................... 16

BAB 3 METODE PENELITIAN


1.1 Desain Penelitian ............................................................................. 17
1.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 17
1.3 Populasi Penelitian ............................................................................ 17

viii
1.4 Besar dan Cara Pengambilan Responden .......................................... 17
1.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi serta Drop Out .................................... 17
1.6 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 18
1.7 Alur Penelitian ................................................................................. 19
1.8 Prosedur Kerja Penelitian ................................................................. 19
1.9 Rencana Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 20

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Karakteristik Responden .................................................................. 22
4.2 Makanan Standar dan Makanan Uji .................................................. 22
4.3 Respon Glukosa Darah ..................................................................... 23
4.4 Indeks Glikemik ............................................................................... 26
4.5 Beban Glikemik ............................................................................... 26
4.6 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 28
5.2 Saran ................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 30


LAMPIRAN .................................................................................................... 33

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Proses-proses metabolisme glukosa .................................................... 7


Tabel 2.2 Hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa darah ................. 8
Tabel 2.3 Klasifikasi makanan berdasarkan nilai indeks glikemik ...................... 8
Tabel 2.4 Faktor makanan yang mempengaruhi indeks glikemik ..................... 10
Tabel 2.5 Klasifikasi makanan berdasarkan nilai beban glikemik .................... 12

Tabel 2.6 Beberapa karakteristik biskuit isi selai dan biskuit gandum .............. 13
Tabel 4.1 Karakteristik responden penelitian ................................................... 22
Tabel 4.2 Komposisi zat gizi makanan standar dan makanan uji ...................... 23
Tabel 4.3 Analisis zat gizi makanan standar dan makanan uji .......................... 23
Tabel 4.4 Rerata kadar glukosa darah .............................................................. 24
Tabel 4.5 Persentase kenaikan dan penurunan glukosa darah ........................... 25
Tabel 4.6 Rerata nilai indeks glikemik ............................................................ 26

Tabel 4.7 Rerata nilai beban glikemik ............................................................. 26

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hidrolisis molekul maltosa ............................................................. 5


Gambar 2.2 Kurva toleransi glukosa pada orang normal dan diabetes ................ 6
Gambar 2.3 Hubungan antara indeks glikemik dan sindrom metabolik .............. 9
Gambar 2.4 Contoh kurva respon glukosa darah .............................................. 11
Gambar 4.1 Kurva respon glukosa darah responden ........................................ 24

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar surat persetujuan responden ............................................ 33


Lampiran 2 Lembar status kesehatan responden ............................................. 34
Lampiran 3 Klasifikasi IMT menurut kriteria Asia Pasifik ............................. 35
Lampiran 4 Data hasil pemeriksaan responden ............................................... 36
Lampiran 5 Analisis gizi dan perhitungan jumlah makanan ............................ 37

Lampiran 6 Perhitungan luas area di bawah kurva .......................................... 38


Lampiran 7 Perhitungan indeks glikemik dan beban glikemik ........................ 40
Lampiran 8 Rerata indeks glikemik dan beban glikemik ................................. 41
Lampiran 9 Dokumentasi penelitian ............................................................... 42
Lampiran 10 Daftar riwayat hidup .................................................................... 43

xii
DAFTAR SINGKATAN

BB Berat Badan
BG Beban Glikemik
FN Frekuensi Nadi
FP Frekuensi Pernapasan
GDP Glukosa Darah Puasa

IG Indeks Glikemik
IMT Indeks Massa Tubuh
RSG Roma Sari Gandum™
RTP Roti Tawar Putih
SLO Slai O’lai™
TB Tinggi Badan
TD Tekanan Darah

xiii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini prevalensi penyakit diabetes melitus cenderung meningkat.


Prevalensi nasional diabetes melitus berdasarkan gejala dan diagnosis tenaga
kesehatan meningkat dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,4% pada tahun 2013. 1
Peningkatan kasus tersebut tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko timbulnya penyakit tersebut, salah satunya adalah pola
makan yang tidak tepat.2 Faktor makanan terkait erat dengan patogenesis diabetes
melitus karena pengaruhnya terhadap kadar glukosa darah. Salah satu makanan
yang dapat mempengaruhi respon glukosa darah adalah makanan yang kaya akan
karbohidrat.3

Karbohidrat merupakan salah satu makronutrien yang sangat penting dan


berperan sebagai sumber energi utama bagi tubuh. 4 Pada suatu jenis makanan
yang mengandung karbohidrat, zat gizi lain yang terkandung di dalamnya dan
beberapa sifat fisik makanan tersebut dapat mempengaruhi respon glukosa darah,
sehingga setiap jenis makanan yang jumlah karbohidrat dan zat gizi lainnya
berbeda akan menimbulkan respon glukosa darah yang berbeda pula. Respon
glukosa darah ini dapat ditentukan secara kuantitatif melalui perhitungan indeks
glikemik dan beban glikemik.5 Nilai indeks glikemik dan beban glikemik yang
tinggi dapat meningkatkan risiko diabetes melitus, sedangkan nilai indeks
glikemik dan beban glikemik yang rendah dilaporkan memiliki hubungan positif
terhadap penurunan risiko penyakit diabetes melitus. 6 Sekarang konsep indeks
glikemik dan beban glikemik sudah banyak direkomendasikan sebagai salah satu
dasar manajemen dan pencegahan terhadap diabetes melitus. 3

Salah satu jenis makanan ringan yang memiliki kandungan


karbohidrat besar adalah biskuit. Terdapat banyak varian biskuit jika dilihat dari
variasi dan jumlah bahan yang digunakan untuk membuatnya, sehingga

1
2

memungkinkan memiliki indeks glikemik dan beban glikemik yang berbeda pula
setiap variannya. Pada penelitian Foster-Powell et al, wheat biscuit yang terbuat
dari tepung terigu memiliki indeks glikemik tinggi dan beban glikemik sedang,
sedangkan digestive biscuit yang terbuat dari tepung gandum memiliki indeks
glikemik tinggi dan beban glikemik rendah. 7 Saat ini di Indonesia juga belum
banyak penelitian tentang indeks glikemik dan beban glikemik varian biskuit
berdasarkan dua jenis tepung yang digunakan untuk membuatnya. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai indeks glikemik dan beban
glikemik dua varian biskuit tersebut yang beredar di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan indeks glikemik dan beban glikemik di antara


dua varian biskuit?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui apakah terdapat perbedaan indeks glikemik dan beban


glikemik di antara dua varian biskuit.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui klasifikasi indeks glikemik dan beban glikemik dua varian


biskuit.

2. Mengidentifikasi perbedaan indeks glikemik dan beban glikemik yang


bermakna di antara dua varian biskuit.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat untuk Peneliti


1. Memenuhi tugas akhir penelitian sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana kedokteran (S.Ked).
2. Menambah wawasan, pengalaman dan keterampilan penelitian di
bidang gizi klinik.
3

1.4.2 Manfaat untuk Institusi

1. Menambah daftar penelitian di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta.

2. Menambah sumber referensi yang dapat digunakan sebagai data acuan


untuk penelitian-penelitian berikutnya di bidang gizi klinik.

1.4.3 Manfaat untuk Masyarakat

1. Memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih mudah memilih


varian biskuit yang relatif lebih aman dikonsumsi oleh penderita
gangguan toleransi glukosa dan diabetes melitus.
4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu makronutrien yang sangat penting dan


berperan sebagai sumber energi utama bagi tubuh manusia. Karbohidrat dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit monosakarida yang tergabung di
dalamnya menjadi monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. 4

1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana lagi. Beberapa jenis monosakarida antara
lain glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa adalah monosakarida yang
terpenting bagi tubuh, sebagian besar karbohidrat dalam makanan yang
diserap ke dalam aliran darah berupa glukosa, dan monosakarida lain diubah
menjadi glukosa melalui metabolisme di hati. 8,9
2. Disakarida
Disakarida merupakan produk dari kondensasi atau penggabungan dua unit
monosakarida.8 Beberapa jenis disakarida antara lain maltosa, sukrosa dan
laktosa. Maltosa tersusun dari dua unit glukosa dan didapatkan terutama dari
biji-bijian yang berkecambah. Dalam jumlah kecil, maltosa terdapat dalam
biskuit, sereal sarapan, dan minuman yang mengandung malt. Sukrosa adalah
disakarida yang paling umum dalam makanan, tersusun atas satu unit glukosa
dan satu unit fruktosa. Sukrosa dapat diperoleh dari dari gula tebu, madu,
buah-buahan, dan sayuran. Sedangkan laktosa yang tersusun atas satu unit
glukosa dan satu unit galaktosa berada dalam keadaan bebas dalam air susu
mamalia.4 Reaksi hidrolisis molekul maltosa menjadi dua molekul glukosa
dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

4
5

Gambar 2.1. Hidrolisis molekul maltosa menjadi dua molekul glukosa dengan
penambahan H2O di tempat ikatan.10
3. Oligosakarida
Oligosakarida adalah produk dari penggabungan tiga sampai sepuluh
monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam
tubuh manusia.8 Beberapa jenis oligosakarida seperti stakiosa, rafinosa, dan
inulin diperoleh dari makanan nabati seperti bawang putih, bawang bombay
dan kacang polong.4
4. Polisakarida
Polisakarida tersusun dari lebih dari sepuluh unit monosakarida. Secara
tradisional polisakarida terbagi atas bentuk yang dapat dicerna seperti zat pati
dan dekstrin, dan bentuk yang tidak dapat dicerna seperti selulosa dan lignin.
Makanan sumber zat pati antara lain kentang, serealia, dan kacang-kacangan.4

2.1.2 Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat


Makanan yang dikunyah di dalam mulut akan bercampur dengan saliva
dari kelenjar parotis yang mengandung enzim amilase. Enzim amilase
menghidrolisis polisakarida menjadi disakarida maltosa, namun hanya sekitar 5%
yang terhidrolisis di dalam mulut. Pencernaan karbohidrat berlanjut ketika
makanan berada di fundus dan korpus lambung sebelum bercampur dengan asam
lambung. Aktivitas enzim amilase dihambat oleh sekresi asam lambung yang
memiliki pH dibawah 4,0. Proses pencernaan karbohidrat kemudian berlanjut
setelah kimus masuk ke usus halus. Di doudenum, kimus bercampur dengan
enzim amilase pankreas dan terjadi proses hidrolisis polisakarida menjadi
disakarida dan polimer-polimer glukosa. Di jejunum dan ileum, disakarida yang
telah terbentuk sebelumnya akan dihidrolisis oleh enzim disakaridase (laktase,
sukrase, maltase, ɑ-dekstrinase) yang dihasilkan sel epitel usus halus. Enzim-
6

enzim tersebut akan menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa,


sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, maltosa dan polimer-polimer kecil glukosa
menjadi molekul-molekul glukosa di microvilli brush border usus halus. Hasil
akhir proses hidrolisis adalah monosakarida (lebih dari 80% berupa glukosa) yang
terlarut dalam air dan selanjutnya akan diabsorpsi oleh epitel usus halus ke
sirkulasi darah melalui vena porta. 10,11

2.1.3 Kontrol Glukosa Darah


Kadar glukosa darah normal adalah sekitar 80-90 mg/dl pada orang sehat
setiap pagi sebelum sarapan. Setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat, kadar glukosa darah meningkat hingga mencapai sekitar 120-140
mg/dl pada jam pertama, namun akan kembali normal dalam 2 jam setelah
absorpsi karbohidrat. Pada penderita diabetes melitus, kadar glukosa darah setelah
makan akan meningkat lebih dari 140 mg/dl.12 Perbandingan kurva toleransi
glukosa darah pada orang normal dan penderita diabetes melitus dapat dilihat
pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Kurva toleransi glukosa pada orang normal dan penderita diabetes
melitus.12

Proses-proses metabolisme yang berlangsung untuk mempertahankan


kadar glukosa darah agar tetap stabil merupakan salah satu mekanisme
homeostasis. Saat kadar glukosa darah tinggi akan terjadi proses glikolisis dan
glikogenesis sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah. Sedangkan saat
7

kadar glukosa darah rendah akan terjadi proses glikogenolisis dan


glukoneogenesis untuk meningkatkan kadar glukosa darah. 10 Proses-proses
metabolisme tersebut dijelaskan dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Proses-proses metabolisme glukosa.10,11

Proses metabolisme Jenis Proses Reaksi Konsekuensi


Glikogenolisis katabolisme glikogen → glukosa glukosa darah naik
Glikolisis katabolisme glukosa → ATP glukosa darah turun
Glukoneogenesis anabolisme asam amino → glukosa glukosa darah naik
asam lemak → glukosa

Proses metabolisme glukosa melibatkan beberapa hormon yang berperan


penting dalam pengaturan kadar glukosa darah. Berikut ini beberapa mekanisme
hormonal yang mengatur kadar glukosa darah:

1. Fungsi insulin dan glukagon sebagai sistem kontrol yang menjaga kadar
glukosa darah dalam kisaran normal. Ketika kadar glukosa darah meningkat
terlalu tinggi, insulin disekresikan untuk menurunkan kadar glukosa darah
agar kembali normal. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah akan
menstimulasi sekresi glukagon untuk meningkatkan kadar glukosa darah agar
kembali dalam kisaran normal. Pada kondisi normal mekanisme umpan balik
insulin lebih penting daripada glukagon, namun pada kondisi kelaparan atau
setelah latihan fisik berat mekanisme glukagon juga sangat diperlukan. 12,13

2. Pada keadaan hipoglikemia berat, kadar glukosa darah yang sangat rendah
menstimulasi hipotalamus untuk mengaktifkan sistem saraf simpatik. Hormon
epinefrin yang disekresi kelenjar adrenal menstimulasi sekresi glukagon
untuk membebaskan glukosa lebih lanjut dari hati agar tidak terjadi
hipoglikemia berat.12,13

3. Hormon pertumbuhan dan kortisol disekresikan akibat hipoglikemia yang


berkepanjangan. Kedua hormon ini menurunkan laju penggunaan glukosa
oleh sel-sel tubuh, dan meningkatkan laju penggunaan lemak tubuh sebagai
energi. Mekanisme ini untuk membantu kadar glukosa darah kembali pada
kisaran normalnya.12,13
8

Mekanisme-mekanisme hormonal di atas dapat dijelaskan secara rinci


pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2. Hormon-hormon yang berperan dalam metabolisme glukosa. 10

Efek terhadap Rangsangan utama


Hormon Peran dalam metabolisme
glukosa untuk sekresi
+ Ambilan glukosa
Regulator utama siklus
Insulin + Glikogenesis + Glukosa darah
absorptif dan pasca-
- Glikogenolisis + Asam amino darah
absorptif
- Glukoneogenesis
Bersama insulin menjadi
+ Glikogenolisis regulator utama siklus
- Glukosa darah
Glukagon - Glikogenesis absorptif dan pasca-
+ Asam amino darah
+ Glukoneogenesis absorptif serta proteksi
terhadap hipoglikemia
+ Glikogenolisis
Stimulasi simpatis Menyediakan energi
+ Glukoneogenesis
Epinefrin saat stress dan untuk keadaan darurat
+ Sekresi glukagon
olahraga dan olahraga
- Sekresi insulin
+ Glukoneogenesis
Mobilisasi bahan bakar
- Penyerapan
metabolik dan bahan
Kortisol glukosa oleh Stress
baku selama adaptasi
jaringan selain
terhadap stress
otak
Tidur lelap, stress,
Hormon - Penyerapan Mobilisasi bahan bakar
olahraga, dan
pertumbuhan glukosa oleh otot dan penghematan glukosa
hipoglikemia
Keterangan: (+) meningkatkan dan (-) menurunkan

2.1.4 Indeks Glikemik


Indeks glikemik adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu
makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar glukosa
darah.14 Konsep indeks glikemik ini digunakan untuk mengelompokkan makanan
berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan kadar glukosa darah. 15
Klasifikasi makanan berdasarkan nilai indeks glikemik dapat dilihat pada tabel 2.3
berikut:

Tabel 2.3. Klasifikasi makanan berdasarkan nilai indeks glikemik. 16

Klasifikasi makanan Rentang nilai indeks glikemik


Indeks glikemik rendah ≤ 55
Indeks glikemik sedang 56 – 69
Indeks glikemik tinggi ≥ 70
9

Indeks glikemik sebenarnya dirancang untuk penderita diabetes


melitus sebagai panduan untuk memilih makanan yang tepat agar kadar glukosa
darahnya tetap terkendali. Makanan dengan nilai indeks glikemik rendah
menghasilkan respon glukosa darah yang rendah setelah dikonsumsi, begitu pula
sebaliknya.5 Selain berperan dalam terapi diabetes melitus, makanan dengan
indeks glikemik rendah juga sudah direkomendasikan secara luas untuk mencegah
penyakit-penyakit kronik seperti obesitas, kanker, dan terapi untuk faktor risiko
penyakit kardiovaskular.15,17

Makanan dengan indeks glikemik tinggi menghasilkan peningkatan kadar


glukosa darah yang cepat dan tinggi, sehingga memicu peningkatan laju sekresi
insulin. Keadaan hiperglikemia dan hiperinsulinemia postprandial dapat memicu
peningkatan resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas.17 Untuk sebagian
besar makanan, terdapat hubungan yang bermakna antara respon glukosa darah
dan respon insulin, ketika terjadi hiperglikemia postprandial maka akan diikuti
hiperinsulinemia postprandial. Makanan dengan indeks glikemik rendah dapat
mengurangi hiperglikemia dan hiperinsulinemia postprandial. 18 Hubungan antara
makanan dengan indeks glikemik rendah dan sindrom metabolik dapat dilihat
pada gambar 2.3 berikut:

Menurunkan
resistensi insulin

Menurunkan Menurunkan
disfungsi sel beta glikemia

Menurunkan
hiperinsulinemia
Makanan dengan
indeks glikemik Menurunkan asam Menurunkan
rendah dan sindrom lemak bebas dislipidemia
metabolik
Menurunkan
inflamasi

Menurunkan Menurunkan risiko


disfungsi endotel kardiovaskular

Menurunkan faktor
protrombotik

Gambar 2.3. Hubungan antara indeks glikemik rendah dan sindrom metabolik. 18
10

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik

Secara umum terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi nilai indeks
glikemik suatu makanan, yaitu faktor individu dan faktor makanan. Faktor
individu yang dapat mempengaruhi respon glukosa darah seseorang terhadap
makanan antara lain sensitivitas insulin, fungsi sel beta pankreas, motilitas saluran
gastrointestinal, metabolisme makanan sebelumnya, usia, jenis kelamin, dan
derajat obesitas.5,17

Faktor makanan yang dapat mempengaruhi respon glukosa darah antara


lain tingkat gelatinisasi pati, bentuk fisik makanan, rasio amilosa dan amilopektin,
serat, gula sederhana, keasaman, protein dan lemak serta tingkat kematangan
makanan.3 Mekanisme faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi nilai indeks
glikemik dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4. Faktor makanan yang mempengaruhi indeks glikemik. 3

Faktor Mekanisme
Semakin sedikit pati yang tergelatinasi, semakin lambat
Tingkat gelatinisasi
proses pencernaannya.
Lapisan fibrosa pada buncis dan biji-bijian bekerja sebagai
Bentuk fisik makanan barier, sehingga memperlambat enzim untuk memulai
pencernaan pati
Rasio amilosa dan Semakin banyak amilosa, pencernaan pati menjadi semakin
amilopektin lambat, berbanding terbalik dengan amilopektin
Serat terlarut dapat meningkatkan viskositas isi intestinal
karena dapat mengikat air dan memperlambat interaksi antara
Kadar serat makanan
pati dan enzim pencernanya sehingga menyebabkan semakin
lambatnya proses absorpsi
Sukrosa tersusun oleh glukosa dan fruktosa, keberadaan
Kadar gula sukrosa sukrosa menghambat gelatinisasi dari molekul pati dengan
mengikat air selama proses produksi makanan
Tingkat keasaman makanan memperlambat proses
Tingkat keasaman
pengosongan lambung
Lemak dan protein memperlambat proses pengosongan
Lemak dan protein
lambung dan memperlambat proses pencernaan karbohidrat
Semakin matang makanan berkarbohidrat, semakin mudah
Tingkat kematangan
untuk dicerna dan diabsorpsi

2.1.6 Prosedur Pengukuran Indeks Glikemik


Nilai indeks glikemik diperoleh dengan membandingkan luas area di
bawah kurva respon glukosa darah makanan uji dengan makanan standar.
11

Makanan uji dan makanan standar yang digunakan mengandung karbohidrat


sebanyak 50 gram. Makanan standar yang digunakan adalah glukosa atau roti
tawar putih yang mengandung 50 gram karbohidrat.6,19

Kurva respon glukosa darah didapatkan dengan pemeriksaan glukosa


darah. Pengambilan darah dilakukan pada kapiler dengan metode finger-prick atau
dapat juga dari darah vena. Pengambilan darah melalui kapiler lebih dipilih karena
selain lebih mudah, peningkatan kadar glukosa darah pada kapiler lebih tinggi dan
lebih sedikit variasi yang didapatkan dibandingkan kadar glukosa darah vena. 20

Responden yang diperlukan sekitar 10 orang yang sehat, memiliki IMT


normal, tidak hamil atau menyusui, dan tidak memiliki penyakit diabetes melitus
atau riwayat gangguan metabolisme glukosa. Sebelum pemeriksaan glukosa darah,
responden harus berpuasa sepanjang malam hingga pagi sekitar 10-12 jam tanpa
makan apapun selain air putih. Setelah dilakukan pengambilan kadar glukosa
darah puasa di pagi harinya (menit ke-0), selanjutnya responden mengkonsumsi
satu jenis makanan uji yang mengandung 50 gram karbohidrat kemudian
dilakukan pemeriksaan glukosa darah pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, dan 120
setelah mengkonsumsi makanan uji. Hasil pengukuran kadar glukosa darah
kemudian dibuat sebuah kurva dengan waktu di sumbu x dan kadar glukosa darah
di sumbu y, kemudian diukur luas area di bawah kurva tersebut. 20 Contoh kurva
respon glukosa darah makanan standar dan makanan uji dapat dilihat pada gambar
2.4 berikut:

160
Glukosa Darah (mg/dL)

140

120

100 Makanan standar


Makanan uji
80

60
0 30 60 90 120
Waktu (menit)

Gambar 2.4. Contoh kurva respon glukosa darah.


12

2.1.7 Beban Glikemik

Beban Glikemik adalah nilai yang menunjukkan respon glukosa darah


setelah mengkonsumsi satu porsi makanan yang mengandung sejumlah
karbohidrat. Beban glikemik dihitung dengan mengalikan nilai indeks glikemik
makanan dengan jumlah karbohidrat yang terkandung dalam satu porsi makanan
tersebut kemudian dibagi 100.16 Beban glikemik dapat dijadikan sebagai indikator
dari respon glukosa darah dan respon insulin yang diinduksi oleh satu porsi
makanan.21 Suatu makanan dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai beban
glikemiknya. Klasifikasi makanan berdasarkan nilai beban glikemik dapat dilihat
pada tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5. Klasifikasi makanan berdasarkan nilai beban glikemik. 22,23

Klasifikasi makanan Rentang nilai indeks glikemik


Beban glikemik rendah ≤ 10
Beban glikemik sedang > 10 sampai < 20
Beban glikemik tinggi ≥ 20

Hubungan antara indeks glikemik dan beban glikemik tidak selalu


berbanding lurus. Makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat saja memiliki
beban glikemik yang rendah atau sedang jika dikonsumsi dalam jumlah yang
sedikit. Begitu pula sebaliknya, makanan dengan indeks glikemik rendah akan
memiliki beban glikemik sedang atau tinggi jika dikonsumsi dalam jumlah yang
besar. Seharusnya nilai beban glikemik dilabelkan pada kemasan makanan karena
beban glikemik lebih menggambarkan pengaruh glikemik setelah mengkonsumsi
satu porsi makanan tersebut.15

Makanan dengan indeks glikemik tinggi atau beban glikemik tinggi atau
keduanya dapat meningkatkan risiko penyakit kronik yang berhubungan dengan
gaya hidup seperti diabetes melitus. Sedangkan makanan dengan indeks glikemik
dan beban glikemik rendah sudah direkomendasikan secara luas sebagai terapi
dan pencegahan timbulnya diabetes melitus. 21
13

2.1.8 Biskuit

Biskuit adalah produk bakeri kering yang dibuat dengan cara memanggang
adonan yang terbuat dari tepung terigu atau jenis tepung lainnya dengan atau
tanpa substitusinya, minyak atau lemak, dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan. Sifat masing-masing
biskuit ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan, proporsi gula dan lemak,
kondisi dari bahan-bahan tersebut pada saat ditambahkan dalam campuran,
metode pencampuran dan penanganan adonan serta metode pemanggangan.
Kualitas biskuit selain ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan dari warna,
aroma, cita rasa, dan kerenyahannya.24

Biskuit diklasifikasikan ke dalam 4 jenis yaitu biskuit keras, krekers, kukis,


dan wafer. Biskuit keras merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras,
berbentuk pipih, dan apabila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat.
Krekers merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, melalui proses
fermentasi, berbentuk pipih, dan rasanya lebih asin dan renyah, serta bila
dipatahkan penampang potongannya tampak berlapis-lapis. Kukis merupakan
jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, renyah dan
apabila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat. Sementara
wafer merupakan biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah
dan jika dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga.24

Varian biskuit yang akan diteliti perbedaan indeks glikemik dan beban
glikemiknya adalah biskuit isi selai (SLO) yang terbuat dari tepung terigu dan
biskuit gandum (RSG) yang terbuat dari tepung gandum. Kedua varian biskuit
tersebut termasuk dalam jenis biskuit kukis. Berikut ini beberapa karakteristik
yang dimiliki oleh kedua varian biskuit yang tertulis pada label kemasan biskuit:

Tabel 2.6. Beberapa karakteristik biskuit isi selai dan biskuit gandum.

Karakteristik SLO RSG


Komposisi utama tepung terigu tepung gandum utuh
Karbohidrat total 24 g (gula 10 g) 13 g (gula 3 g)
Lemak total 4g 4g
Protein 2g 2g
14

2.2 Kerangka Teori

Karbohidrat/sajian
Karbohidrat
50 g karbohidrat

- Tingkat gelatinisasi
- Bentuk fisik makanan
Digesti dan absorpsi
- Amilosa : amilopektin karbohidrat
- Derajat keasaman
- Serat makanan

- Gula sederhana
- Lemak
- Protein
Respon glukosa darah Luas area
pasca absorptif bawah kurva
- Sensitivitas insulin
- Fungsi sel β pankreas
- Metabolisme
makanan sebelumnya
- Variasi metabolik

Indeks Glikemik

Beban Glikemik
15

2.3 Kerangka Konsep

- Serat makanan Responden


- Gula sederhana
- Lemak
- Protein

Biskuit isi selai

Makanan Uji

Biskuit gandum

Kadar glukosa darah dua


jam setelah makan

Indeks Glikemik

Beban Glikemik

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti


16

2.3 Definisi Operasional

Alat Skala Hasil


No Variabel Definisi Cara ukur
ukur ukur ukur

Hasil absorpsi
karbohidrat di
Pengambilan
saluran
darah kapiler
pencernaan yang
dengan finger
Kadar bersirkulasi dalam Blood
prick
1 glukosa darah dan glucose mg/dl
kemudian diuji
darah dihitung meter
dengan test
kadarnya dengan
strip blood
pemeriksaan
glucose meter
darah selama 2
jam postprandial

Membanding
kan luas area
kemampuan
dibawah kurva
makanan yang Numerik
setiap
Indeks mengandung 50 g
2 - makanan %
glikemik karbohidrat dalam
uji dengan
meningkatkan
makanan
glukosa darah
standar dan
dikali 100%

Kemampuan satu
IG dikali
porsi makanan
jumlah
yang mengandung
Beban karbohidrat
3 sejumlah - -
glikemik dalam satu
karbohidrat dalam
porsi makanan
meningkatkan
dan dibagi 100
glukosa darah
17

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk


mengetahui apakah terdapat perbedaan indeks glikemik dan beban glikemik di
antara dua varian biskuit.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2014 di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah semua mahasiswa PSPD angkatan 2012


FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.4 Besar dan Cara pengambilan Responden

Responden dalam penelitian berjumlah 10 orang yang terdiri dari laki-laki


dan perempuan. Pemilihan responden dilakukan dengan cara consecutive
sampling.25 Pada responden dilakukan anamnesis yang meliputi identitas diri,
riwayat penyakit, pemeriksaan tanda vital, pengukuran berat badan dan tinggi
badan. Responden juga menjalani screening terhadap gangguan metabolisme
glukosa darah dengan pemeriksaan glukosa darah puasa berdasarkan prosedur
screening menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 26 Responden yang
telah memenuhi semua kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian ini
kemudian mengisi lembar informed concent.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi serta Drop Out

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Responden memiliki IMT normal menurut kriteria Asia-Pasifik.27

17
18

b. Responden tidak menderita diabetes melitus atau memiliki riwayat gangguan


metabolisme glukosa.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Responden yang memiliki riwayat gangguan pembekuan darah atau riwayat


perdarahan sulit berhenti.

b. Responden memiliki riwayat alergi terhadap makanan standar dan makanan


uji.

3.4.3 Kriteria Drop Out

a. Responden menderita sakit yang tidak memungkinkan untuk dilakukan


pemeriksaan glukosa darah.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

a. Satu set lengkap alat pemeriksaan glukosa darah (gluco.Dr).

b. Sampel darah kapiler responden pada setiap waktu pengambilan.

c. Makanan uji yaitu biskuit isi selai dan biskuit gandum.

d. Makanan standar roti tawar putih.


19

3.7 Alur Penelitian

Mahasiswa PSPD 2012 Populasi

Memenuhi kriteria inklusi

Responden 10 orang

Persiapan sebelum pemeriksaan: puasa sekitar 10-12 jam di malam hari, makan
dengan porsi normal sebelum puasa, tidak melakukan aktivitas berat

Pemeriksaan pertama* Pemeriksaan kedua* Pemeriksaan ketiga*

Roti tawar putih Biskuit isi selai Biskuit gandum

Pemeriksaan glukosa darah kapiler pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120

Penghitungan luas area di bawah kurva makanan standar dan makanan uji

Penentuan indeks glikemik

Penentuan beban glikemik

* Setiap pemeriksaan berselang satu minggu

3.8 Prosedur Kerja Penelitian

a. Responden menjalani puasa sekitar 10-12 jam di malam hari sebelum


dilakukan pemeriksaan glukosa darah pada pagi harinya.
20

b. Responden sebelumnya diminta untuk tidak beraktivitas berat dan makan


dengan porsi normal sebelum puasa di malam hari.

c. Responden mengkonsumsi makanan standar atau makanan uji sampai habis


dalam waktu kurang dari 10 menit.

d. Responden diperbolehkan untuk minum air putih maksimal 250 ml selama


mengkonsumsi makanan.

e. Darah responden diambil dari pembuluh kapiler pada ujung jari sebelum
mengkonsumsi makanan (menit ke-0), dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90,
120 setelah mengkonsumsi makanan.

f. Kadar glukosa darah responden dicatat pada setiap waktu pemeriksaan, dan
dimasukkan ke dalam kurva respon glukosa darah.

g. Menghitung luas area di bawah kurva masing-masing makanan uji dan


makanan standar.

h. Menghitung nilai indeks glikemik setiap makanan uji.

i. Menghitung nilai beban glikemik setiap makanan uji.

3.9 Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Hasil pemeriksaan respon glukosa darah pada responden akan


disajikan dalam bentuk tabel dan kurva. Luas area di bawah kurva dihitung
melalui metode trapezoid menggunakan program Microsoft Office Excel 2007.
Metode trapezoid dilakukan dengan cara menjumlahkan semua luas bangun
trapezium dalam kurva respon glukosa darah. Luas bangun trapezium dihitung
dengan rumus:

Jumlah dua sisi sejajar


Luas trapezium = X tinggi
2

Untuk menentukan nilai indeks glikemik (IG) dan beban glikemik (BG) dihitung
dengan menggunakan rumus:
21

Luas area di bawah kurva glukosa darah makanan uji


IG = X 100 %
Luas area di bawah kurva glukosa darah makanan standar

IG x karbohidrat total satu porsi makanan uji


BG =
100

Penelitian ini akan dilakukan analisis data statistik dengan


menggunakan program IBM SPSS Statistics 22. Untuk menguji normalitas data
akan menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah responden kurang dari 50
orang. Selanjutnya jika data terdistribusi normal akan dilakukan uji Paired T Test,
sedangkan jika data tidak terdistribusi normal akan dilakukan uji Friedman.28
22

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5


orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Karakteristik responden dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian

Jenis Berat Tinggi Glukosa


Usia IMT
No. Nama kelamin badan badan darah puasa
(tahun) (kg/m²)
(L/P) (kg) (m) (mg/dL)
1 FYM L 20 55,8 1,67 20,0 94
2 IRF L 21 54,3 1,68 19,2 74
3 NPR P 18 52,6 1,59 20,8 83
4 FAH L 19 62,4 1,69 21,8 79
5 HPS P 20 52,7 1,53 22,5 90
6 ANJ L 19 53,8 1,70 18,6 67
7 KHO L 20 55,2 1,69 19,3 96
8 KHN P 20 46,5 1,57 18,9 78
9 ANF P 18 53,8 1,57 21,8 87
10 ABM P 20 54,4 1,56 22,4 73
RERATA 19,5 54,15 1,63 20,53 82,1
SD 0,97 1,51 9,57

Rerata usia responden dalam penelitian ini adalah 19,5 tahun (SD±0,97).
Usia responden merupakan faktor dapat mempengaruhi respon glukosa darah
akibat perbedaan laju metabolisme tubuh sehingga distribusi usia responden harus
normal. Rerata IMT responden adalah 20,53 (SD±1,51) dan termasuk dalam
ketegori normal menurut klasifikasi status gizi berdasarkan IMT Asia Pasifik.
Responden juga tidak memiliki gangguan metabolisme glukosa darah karena
rerata dari hasil pemeriksaan GDP masih dalam batas normal yaitu 82,1
(SD±9,57).

22
23

4.2 Makanan Standar dan Makanan Uji


Makanan standar pada penelitian ini adalah roti tawar putih (RTP).
Sedangkan makanan uji terdiri dari dua jenis biskuit yaitu biskuit isi selai (SLO)
dan biskuit gandum (RSG). Kedua jenis biskuit ini dipilih berdasarkan
komposisinya yang kemungkinan dapat mempengaruhi nilai indeks glikemik.
Biskuit SLO terbuat dari tepung terigu dan biskuit RSG terbuat dari tepung
gandum. Perbandingan kadar serat tepung terigu dan tepung gandum berdasarkan
aplikasi NutriSurvey2007 adalah 5,2 g berbanding 10,0 g dalam jumlah sajian
yang sama. Perbedaan kadar serat pada kedua jenis tepung tersebut dapat
mempengaruhi nilai indeks glikemik.

Makanan standar dan makanan uji yang digunakan dalam penelitian ini
didapatkan dalam bentuk jadi dan siap saji, dalam hal ini peneliti tidak melakukan
proses pengolahan tambahan terhadap makanan standar dan makanan uji.
Komposisi zat gizi makanan standar dan makan uji dalam satu porsi dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Komposisi zat gizi makanan standar dan makanan uji dalam satu porsi

Sajian Karbohidrat Protein Lemak


Makanan Gula (g) Serat (g)
(g) total (g) (g) total (g)
RTP 80 34 3 2 6 3
SLO 32 24 10 5,2 2 4
RSG 19,5 13 3 10 2 4

Sebelum dikonsumsi sebagai makanan standar dan makan uji, makanan-


makanan tersebut harus ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan porsi yang
diperlukan agar mengandung 50 gram karbohidrat pada masing-masing makanan.
Analisis zat gizi makanan standar dan makanan uji didapatkan berdasarkan
informasi nilai gizi yang terdapat pada label kemasan masing-masing makanan.
Analisis zat gizi makanan standar dan makanan uji tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.3 berikut:
24

Tabel 4.3. Analisis zat gizi makanan standar dan makanan uji

Sajian Karbohidrat Gula Serat Lemak


Makanan Protein (g)
(g) total (g) (g) (g) total (g)
RTP 117,6 50 4,4 2,9 8,8 4,4
SLO 66,7 50 20,8 10,8 4,2 8,3
RSG 75 50 11,5 38,5 7,7 15,4

4.3 Respon Glukosa Darah


Rata-rata hasil pemeriksaan glukosa darah setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah pemberian satu jenis
makanan pada responden dapat dilihat pada tabel dan kurva berikut:

Tabel 4.4. Rerata kadar glukosa darah

Waktu (menit)
Makanan
0 15 30 45 60 90 120
Rerata 87,6 107,2 125,7 131,7 130,3 116,8 110,5
RTP
SD 8,81 12,41 10,99 10,54 6,83 9,34 9,33
Rerata 88,0 105,5 125,6 136,6 134,6 122,5 113,5
SLO
SD 14,43 13,63 18,71 11,16 7,71 8,98 11,35
Rerata 84,1 103,0 117,5 119,5 114,6 103,4 94,1
RSG
SD 10,61 13,39 14,09 9,91 10,69 9,47 4,43

Kurva Respon Glukosa Darah


160,0
Glukosa Darah (mg/dL)

140,0

120,0
RTP
100,0
SLO
80,0 RSG

60,0
0 30 60 90 120
Waktu (menit)

Gambar 4.1. Kurva respon glukosa darah


25

Pada kurva respon glukosa darah dalam 120 menit setelah pemberian tiga
jenis makanan, semuanya mencapai titik puncaknya pada menit ke-45. Jika kurva
SLO dibandingkan dengan kurva RTP maka terlihat bahwa titik puncak kurva
SLO lebih tinggi dan pada menit ke-120 juga masih lebih tinggi. Keadaan ini
disebabkan karena kandungan gula sederhana pada SLO lebih tinggi daripada
RTP sehingga kenaikan kurva SLO lebih tinggi daripada RTP. Kandungan protein
yang tinggi pada RTP dan kandungan lemak yang tinggi pada SLO sama-sama
meningkatkan sekresi insulin pada kedua makanan tersebut.

Jika kurva RSG dibandingkan dengan kurva RTP dan SLO maka kurva
RSG adalah yang paling rendah baik pada titik puncak maupun pada menit ke-120.
Kandungan protein pada RSG dan RTP tidak berbeda secara signifikan, namun
protein RSG lebih tinggi daripada SLO sehingga kurva RSG menjadi lebih rendah.
Kandungan lemak pada RSG paling tinggi diantara tiga jenis makanan tersebut
sehingga lemak juga memberikan efek menurunkan respon glukosa darah kurva
RSG dengan meningkatkan sekresi insulin sehingga kadar glukosa darah menurun.
Kandungan gula sederhana pada RSG lebih rendah daripada SLO sehingga kurva
RSG juga lebih rendah. Walaupun kandungan gula RSG lebih tinggi daripada
RTP, namun kandungan serat pada RSG paling tinggi diantara ketiga jenis
makanan tersebut sehingga kandungan serat tersebut dapat menurunkan respon
glukosa darah pada kurva RSG.

Pada kurva respon glukosa darah terlihat bahwa kenaikan kadar glukosa
darah lebih besar daripada penurunannya. Besarnya kenaikan dan penurunan
glukosa darah dapat ditampilkan dalam bentuk persentase kenaikan dan
penurunan kadar glukosa darah. Persentase kenaikan dan penurunan kadar
glukosa darah dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5. Persentase kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah

Persentase kenaikan dan penurunan glukosa darah (%)


Makanan
15' 30' 45' 60' 90' 120'
RTP 22,4 43,5 50,3 -1,1 -11,3 -16,1
SLO 19,9 42,7 55,2 -1,5 -10,3 -16,9
RSG 22,5 39,7 42,1 -4,1 -13,5 -21,3
26

Persentase kenaikan kadar glukosa darah terbesar adalah SLO (55,2%)


diikuti RTP (50,3%) dan RSG (42,1%). Sedangkan persentase penurunan kadar
glukosa darah terbesar adalah RSG (-21,3%) diikuti SLO (-16,9%) dan RTP
(-16,1%). Kurva RSG menurun hampir mendekati titik awal glukosa darah puasa,
sehingga kemungkinan akan lebih cepat terasa lapar kembali. Sedangkan
penurunan kurva RTP dan SLO masih cukup jauh diatas titik awal glukosa darah
puasanya sehingga kemungkinan akan lebih lama terasa lapar kembali.

4.4 Indeks Glikemik

Perhitungan luas area di bawah kurva dihitung dengan menggunakan


metode trapezoid. Hasil rata-rata nilai indeks glikemik setiap makanan dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Rerata nilai indeks glikemik

Makanan Indeks Glikemik (%) Klasifikasi P-value*


SLO 102,53 Tinggi
0,000
RSG 90,22 Tinggi
*berdasarkan uji statistik Paired T Test

Indeks glikemik biskuit SLO adalah 102,53% (SD±4,76%), sedangkan


biskuit RSG sebesar 90,22% (SD±4,49%). Kedua makanan tersebut masuk dalam
klasifikasi indeks glikemik tinggi. Terdapat perbedaan indeks glikemik yang
bermakna antara biskuit SLO dan biskuit RSG (P-value 0,000).

4.5 Beban Glikemik

Perhitungan nilai beban glikemik dapat dilakukan setelah nilai indeks


glikemik masing-masing makanan diketahui. Hasil rata-rata nilai beban glikemik
setiap makanan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7. Rerata nilai beban glikemik

Makanan Beban Glikemik Klasifikasi P-value*


SLO 24,61 Tinggi
0,000
RSG 11,73 Sedang
*berdasarkan uji statistik Paired T Test
27

Beban glikemik biskuit SLO adalah 24,61 (SD±1,14) dan makanan uji
RSG sebesar 11,73 (SD±0,58). Biskuit SLO masuk dalam klasifikasi beban
glikemik tinggi, sedangkan biskuit RSG masuk dalam klasifikasi beban glikemik
sedang. Terdapat perbedaan beban glikemik yang bermakna antara biskuit SLO
dan biskuit RSG (P-value 0,000).

Berdasarkan nilai dan klasifikasi indeks glikemik dan beban glikemik


setiap makanan uji pada penelitian ini, maka biskuit isi selai (SLO) tidak
direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh penderita gangguan toleransi glukosa
dan diabetes melitus karena memiliki indeks glikemik dan beban glikemik yang
tinggi. Sedangkan biskuit gandum (RSG) walaupun memiliki indeks glikemik
tinggi tetapi beban glikemiknya masih dalam klasifikasi sedang, sehingga RSG
masih boleh dikonsumsi namun tidak melebihi porsi yang telah ditentukan dalam
label kemasan biskuit tersebut.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini masih terdapat beberapa hal yang menjadi
keterbatasan bagi peneliti sehingga mempengaruhi proses dan hasil penelitian.
Pada penelitian ini, pemeriksaan glukosa darah setiap makanan hanya dilakukan
satu kali sehingga menyulitkan perhitungan indeks glikemik yang lebih akurat.
Padahal pada penelitian indeks glikemik lebih baik dilakukan pemeriksaan
glukosa darah setiap makanan sebanyak 2 kali atau lebih pada setiap responden
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.20 Selain itu pemantauan terhadap
responden sulit dilakukan terutama untuk membatasi aktivitas fisik di malam hari
saat puasa dan memantau porsi makan normal sebelum puasa.
28

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks glikemik biskuit isi selai
(SLO) dan biskuit gandum (RSG) masuk dalam klasifikasi indeks
glikemik tinggi.

2. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa beban glikemik biskuit isi
selai (SLO) masuk dalam klasifikasi beban glikemik tinggi, sedangkan
beban glikemik biskuit gandum (RSG) masuk dalam klasifikasi beban
glikemik sedang.

3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks glikemik biskuit isi selai
(SLO) dan biskuit gandum (RSG).

4. Terdapat perbedaan yang bermakna antara beban glikemik biskuit isi selai
(SLO) dan biskuit gandum (RSG).

5. Biskuit gandum (RSG) lebih aman dikonsumsi penderita diabetes melitus


daripada biskuit isi selai (SLO).

5.2 Saran

1. Untuk menghasilkan nilai indeks glikemik dan beban glikemik yang lebih
akurat, maka pemeriksaan respon glukosa darah setiap makanan sebaiknya
dilakukan lebih dari satu kali pada setiap responden.

2. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih baik terhadap responden agar


mengkonsumsi makanan dengan porsi normal sebelum puasa di malam
hari dan tidak melakukan aktivitas berat saat puasa dan selama
pemeriksaan glukosa darah.

28
29

3. Mengingat masih sangat banyak varian biskuit belum diteliti, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai indeks glikemik dan beban glikemik pada
varian biskuit lainnya.

4. Penderita gangguan toleransi glukosa dan diabetes melitus tidak


direkomendasikan mengkonsumsi biskuit isi selai (SLO) karena memiliki
indeks glikemik dan beban glikemik yang tinggi. Sedangkan biskuit
gandum (RSG) walaupun memiliki indeks glikemik yang tinggi tetapi nilai
beban glikemiknya tergolong sedang, sehingga masih boleh dikonsumsi
namun tidak melebihi porsi yang telah ditentukan pada label kemasan
biskuit gandum tersebut.

5. Produsen biskuit SLO dan RSG perlu mencantumkan nilai indeks glikemik
dan beban glikemik pada label kemasan produk.
30

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


Bidang Biomedis. Jakarta: Balitbangkes Deskes RI. 2013.
2. Reis JP, Loria CM, Sorlie PD. Lifestyle Factors and Risk for New-Onset
Diabetes: A Population-Based Cohort Study. Ann Intern Med 2011
September 6; 155(5): hal. 292-299.
3. Kalergis M, Grandpre ED, Andersons C. The Role of the Glycemic Index in
the Prevention and Management of Diabetes: A Review and Discussion.
Canadian Journal of Diabetes 2005; 29(1): hal. 27-38.
4. Barasi ME. At a Glance Ilmu Gizi: Karbohidrat dalam Diet. Edisi 5. Jakarta:
Erlangga Medical Series; 2009.
5. Jenkins DJ, Kendall CW, Augustin LS. Glycemic Index: Overview of
Implications in Health and Disease. Am J Clin Nutr 2002; 76(suppl): 266S-
73S.
6. Riccardi G, Rivellese AA, Giacco R. Role of Glycemic Index and Glycemic
Load in the Healthy State, in Prediabetes, and in Diabetes. Am J Clin Nutr
2008; 87(suppl): 269S-74S.
7. Foster-Powell K, Holt SH, Brand-Miller JC. International Table of Glycemic
Index and Glycemic Load Values. Am J Clin Nutr 2002: 76:5-56.
8. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokomia Harper. Edisi 27.
Wulandari N, editor. Jakarta: EGC; 2009.
9. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2006.
10. Sherwood L. Human Physiology: from Cells to Systems. 7th ed. USA:
Brooks; 2010.
11. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Widyastuti P, editor. Jakarta:
EGC; 2004.
12. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC; 2007.
13. Ganong WF. Review of Medical Physiology. 21st ed. USA: McGraw-Hill
Companies; 2005.
31

14. Kathleen M, Margie GL. Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed.
Missouri: Elsevier Mosby; 2008.
15. Venn B, Green T. Glycemic Index and Glycemic Load: Measurement Issues
and Their Effect on Diet-Disease Relationships. Eur J Clin Nutr 2007;
61(suppl): S122-S131.
16. Brown JE. Nutrition Through the Life Cycle. 2nd ed. USA: Thompson
Wadsworth; 2008.
17. Xavier F, Sunyer P. Glycemic Index and Disease. Am J Clin Nutr 2002;
76(suppl): 290S-8S.
18. Radulian G, Rusu E, Dragomir A, Posea M. Metabolic Effects of Low
Glycemic Index Diets. Nutrition Journal 2009 January; 8(5).
19. Monro JA, Shaw M. Glycemic Impact, Glycemic Glucose Equivalents,
Glycemic Index and Glycemic Load: Definitions, Distinctions, and
Implications. Am J Clin Nutr 2008; 87(suppl): 237S-43S.
20. Wolever TM, Brand-Miller JC, Abernethy J. Measuring the Glycemic Index
of Foods: Interlaboratory Study. Am J Clin Nutr 2008; 87(suppl): 247S-57S.
21. Barclay AW, Petocz P, Brand-Miller JC. Glycemic Index, Glycemic Load
and Chronic Disease Risk: A Meta-Analysis of Observational Studies. Am J
Clin Nutr 2008; 87: 627-37.
22. Nix S. William’s Basic Nutrition and Diet Therapy. Missouri: Elsevier
Mosby; 2005.
23. Thompson J, Manore M. Nutrition: An Applied Approach. 2nd edi. USA:
Pearson Education Publishing; 2007.
24. Badan Standardisasi Nasional. SNI 01-2973: Mutu dan Cara Uji Biskuit.
Jakarta: BSN. 2011.
25. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2010.
26. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2011.
27. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
IV. Jakarta; PAPDI. 2006.
32

28. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat
dan Multivariat. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
33

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Surat Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian,


serta prosedur yang harus dilakukan oleh responden dalam penelitian PERBEDAAN
INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK DUA VARIAN BISKUIT, maka
saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ......................................................................................

Alamat : ......................................................................................

Telp/HP : ......................................................................................

Prodi : ................................................ Semester:.....................

dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden
penelitian dan bersedia untuk menjalani pemeriksaan glukosa darah sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dalam penelitian, dengan catatan bahwa semua data
mengenai identitas diri saya dijamin kerahasiaannya. Selanjutnya bila suatu saat dalam
masa penelitian, saya merasa dirugikan dalam penelitian ini, saya berhak untuk
mengundurkan diri dalam penelitian ini serta membatalkan persetujuan yang telah saya
buat ini tanpa sanksi apapun dari pihak manapun.

Ciputat, ................................... 2014

Mengetahui,

Yang membuat pernyataan Peneliti

.................................................... ................................................
34

Lampiran 2

Lembar Status Kesehatan Responden

LEMBAR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

PERBEDAAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK DUA


VARIAN BISKUIT

Nama :

Usia :

BB :

TB :

IMT :

Tanda vital

- Tekanan darah :
- Frekuensi nafas :
- Frekuensi nadi :
- Suhu tubuh :

GDP :

Riwayat penyakit:

- Apakah anda menderita diabetes mellitus?


( ya / tidak )
- Apakah dalam keluarga anda ada yang memiliki riwayat diabetes mellitus?
( ya / tidak ). Jika ya, siapa?
- Apakah anda pernah mengalami luka dengan perdarahan yang sulit berhenti?
( ya / tidak )
- Apakah anda alergi terhadap makanan tertentu?
( ya / tidak ). Jika ya, apa?
35

Lampiran 3

Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik

Untuk menentukan status gizi responden digunakan dengan


menghitung indeks massa tubuh (IMT) dengan rumus:

IMT = [berat badan (kg)] / [tinggi badan (m)] 2


36

Lampiran 4

Data Hasil Pemeriksaan Responden

BB TB FP FN TD
No Nama Usia IMT GDP
(kg) (m) (x/m) (x/m) (mmHg)
1 FYM 20 55,8 1,67 20,0 94 18 78 110/70
2 IRF 21 54,3 1,68 19,2 74 20 91 120/80
3 NPR 18 52,6 1,59 20,8 83 18 87 110/70
4 FAH 19 62,4 1,69 21,8 79 15 76 110/70
5 HPS 20 52,7 1,53 22,5 90 17 90 120/80
6 ANJ 19 53,8 1,70 18,6 67 16 73 100/70
7 KHO 20 55,2 1,69 19,3 96 17 87 120/90
8 KHN 20 46,5 1,57 18,9 78 18 94 110/80
9 ANF 18 53,8 1,57 21,8 87 20 86 110/70
10 ABM 20 54,4 1,56 22,4 73 19 71 120/80
37

Lampiran 5

Analisis Gizi dan Perhitungan Jumlah makanan

Protein Lemak
Makanan Sajian (g) Karbohidrat total (g) Gula (g)
(g) total (g)
RTP 80 34 3 6 3
SLO 32 24 10 2 4
RSG 19,5 13 3 2 4

Makanan-makanan yang digunakan dalam penelitian indeks glikemik harus


mengandung karbohidrat sebesar 50 gram. Berdasarkan informasi nilai gizi yang
tercantum pada masing-masing kemasan makanan, maka perhitungan masing-
masing makanan yang dibutuhkan untuk setiap pemeriksaan glukosa darah dalam
penelitian ini adalah:

1. Setiap 80 gram roti tawar putih (RTP) mengandung 34 gram karbohidrat.


Untuk mendapatkan jumlah RTP yang mengandung 50 gram karbohidrat,
maka dibutuhkan 117,6 gram RTP.
RTP = (80 x 50) / 34 = 117,6 gram
2. Setiap 32 gram biskuit isi selai (SLO) mengandung 24 gram karbohidrat.
Untuk mendapatkan jumlah SLO yang mengandung 50 gram karbohidrat,
maka dibutuhkan 66,7 gram SLO.
SLO = (32 x 50) / 24 = 66,7 gram
3. Setiap 19,5 gram biskuit gandum (RSG) mengandung 13 gram karbohidrat.
Untuk mendapatkan jumlah RSG yang mengandung 50 gram karbohidrat,
maka dibutuhkan 75 gram RSG.
RSG = (19,5 x 50) / 13 = 75 gram

Jumlah Karbohidrat Gula Lemak total


Makanan Protein (g)
sajian (g) total (g) (g) (g)
RSG 117,6 50 4,4 8,8 4,4
SLO 66,7 50 20,8 4,2 8,3
RSG 75 50 11,5 7,7 15,4
38

Lampiran 6

Perhitungan Luas Area di Bawah Kurva

Luas area di bawah kurva respon glukosa darah dihitung dengan


menggunakan metode trapezoid. Luas = [(sisi1+sisi2)÷2] x tinggi

A B C D E F

A B C D E F

A B C D E F
39

(lanjutan)

Perhitungan Luas Area di Bawah Kurva

Perhitungan luas area di bawah kurva pada salah satu responden (FYM).

RTP
Bangun Sisi 1 Sisi 2 Tinggi Luas Area
A 93 122 15 1612,5
B 122 128 15 1875
C 128 143 15 2032,5
D 143 132 15 2062,5
E 132 108 30 3600
F 108 111 30 3285
Total Luas Area 14467,5

SLO
Bangun Sisi 1 Sisi 2 Tinggi Luas Area
A 106 116 15 1665
B 116 152 15 2010
C 152 136 15 2160
D 136 139 15 2062,5
E 139 124 30 3945
F 124 119 30 3645
Total Luas Area 15487,5

RSG
Bangun Sisi 1 Sisi 2 Tinggi Luas Area
A 91 128 15 1642,5
B 128 131 15 1942,5
C 131 110 15 1807,5
D 110 115 15 1687,5
E 115 112 30 3405
F 112 97 30 3135
Total Luas Area 13620
40

Lampiran 7

Perhitungan Indeks Glikemik dan Beban Glikemik

Perhitungan IG dan BG makanan standar dan makanan uji pada salah


satu responden (FYM).

IG = [ luas area makanan uji ÷ luas area makanan standar ] x 100 %


Makanan Luas Area Indeks Glikemik
RTP 14467,5 100
FYM
SLO 15487,5 107,05
RSG 13620 94,14

BG = [ IG x karbohidrat per sajian ] ÷ 100


karbohidrat
Makanan Indeks Glikemik Beban Glikemik
per sajian (g)
RTP 100 34 34
FYM
SLO 107,05 24 25,69
RSG 94,14 13 12,24
41

Lampiran 8

Rerata Indeks Glikemik dan Beban Glikemik

RTP SLO RSG


No. Nama
IG BG IG BG IG BG

1 FYM 100 34 107,05 25,69 94,14 12,24


2 IRF 100 34 105,43 25,30 88,23 11,47
3 NPR 100 34 97,10 23,30 80,68 10,49
4 FAH 100 34 98,62 23,67 93,11 12,10
5 HPS 100 34 109,04 26,17 95,56 12,42
6 ANJ 100 34 103,79 24,91 87,62 11,39
7 KHO 100 34 95,93 23,02 90,29 11,74
8 KHN 100 34 107,99 25,92 95,06 12,36
9 ANF 100 34 99,22 23,81 88,64 11,52
10 ABM 100 34 101,08 24,26 88,86 11,55

RERATA 100 34 102,53 24,61 90,22 11,73


42

Lampiran 9

Dokumentasi Penelitian

Makanan standar roti tawar putih Biskuit isi selai dan biskuit gandum

Alat pemeriksaan glukosa darah


43

Lampiran 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Abdul Jafar Sidik

TTL : Brebes, 23 April 1992

Alamat : Desa Cipelem RT 002 / RW 005, Kecamatan Bulakamba,

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Handphone : 0812 8521 2602

Email : javarsodic@yahoo.com

javarsodic@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 01 Cipelem Brebes (1999-2005)

2. MTs Nurul Huda Jubang Brebes (2005-2008)

3. SMA Darul Ulum 2 Unggulan Jombang (2008-2011)

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang)

Anda mungkin juga menyukai