Anda di halaman 1dari 72

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN ASUPAN KALORI

PADA ANAK USIA 13 – 15 TAHUN

Laporan Penelitian Ini Ditulis Sebagai Syarat Memperoleh Gelar


SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :
M. ZIKRI
NIM : 1112103000050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya saya masih diberi kesehatan dan kemampuan untuk menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran. Dengan keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, penulis
berharap skripsi ini tetap bermanfaat untuk semua kalangan kesehatan dan
masyarakat untuk mengetahui dan menangani masalah kesehatan gizi terutama
pada remaja.

Adapun dalam pembuatan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu
kepada :

1. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Yanti Susianti, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing 1 yang tanpa lelah
selalu membimbing dan mengarahkan selama pembuatan skripsi ini.
3. dr. Ahmad Luthfi Sp.B-KBD selaku dosen pembimbing 2 yang tanpa lelah
selalu membimbing dan mengarahkan selama pembuatan skripsi ini.
4. dr. Flori R, Ph.D selaku ketua penanggung jawab riset PSPD 2012.
5. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK yang telah membantu dan mengarahkan
dalam pembuatan skripsi ini.
6. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT yang telah membantu dan mengarahkan
dalam pembuatan skripsi ini.
7. Bpk Dimyath dan Ibu Zuraida selaku kedua orang tua saya, serta Dema
Zurtika, Rahma Febriyanti, dan Syifadiza Hanum selaku kakak adik saya
sebagai penyemangat saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman satu kelompok riset saya yang telah berjuang bersama-sama
dalam pembuatan skripsi.

v
9. Seluruh angkatan PSPD 2012 sebagai keluarga saya dalam menempuh
pendidikan selama di sini.
10. Seluruh staf dan dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ciputat, 1 Oktober 2015

M. Zikri

vi
ABSTRAK

M. Zikri. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Status Gizi dengan


Asupan Kalori pada Anak Usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan
Tsanawiyah Ciputat Tahun 2015.

Masalah status gizi pada remaja meliputi masalah status gizi kurang dan status
gizi lebih, masing-masing berpengaruh terhadap kejadian kekurangan energi
protein (KEP) dan obesitas. Status gizi sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya dari asupan kalori makanan. Madrasah Pembangunan (MP)
Tsanawiyah Ciputat merupakan salah satu sekolah dengan kantin yang banyak
menjual fast food serta terdapat banyak jajanan di sekitar sekolah. Tingkat
ekonomi orang tua siswa rata-rata termasuk menengah keatas dilihat dari biaya
sekolah. Dari kondisi tersebut membuat anak-anak di sekolah tersebut rentan
mengalami BB berlebih hingga obesitas, namun tidak menutup kemungkinan
ditemukan anak dengan status gizi kurang. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sebaran status gizi, asupan kalori, dan hubungan keduanya pada siswa
usia 13-15 tahun di MP Tsanawiyah Ciputat. Penelitian ini menggunakan desain
analitik potong lintang. Pengambilan data dilakukan pada tahun 2015. Pemilihan
sampel menggunakan metode cluster sampling dan didapat jumlah sampel
penelitian sebanyak 82 anak. Hasil penelitian didapatkan nilai tengah usia anak
yaitu 13 tahun 8 bulan. Nilai tengah BB anak 46,4 (32,2 – 121,8) kg dan nilai
rerata tinggi badan 157,4 ± 8,34 cm. Sebagian besar anak memiliki status gizi
normal berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U. Anak gemuk berdasarkan
indikator IMT/U sebanyak 19 anak (23,2%). Hasil nilai asupan kalori didapatkan
anak dengan asupan kurang sebanyak 28 anak (34,1%), asupan baik 32 anak
(39%), dan asupan lebih 22 anak (26,8%). Nilai tengah asupan kalori anak yaitu
sebesar 2328,1 (694,2 – 6285,4) kkal. Dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov didapatkan tidak terdapat hubungan antara status gizi berdasarkan BB/U
(p = 0,988), TB/U (p = 1,0000), dan IMT/U (p = 0,883) dengan asupan kalori.

Kata kunci : remaja, status gizi, asupan kalori

vii
ABSTRACT

M. Zikri. Medical Education Program. The Relationship Between Nutritional


Status with Calorie Intake in Children Aged 13-15 Years at the School of
Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat in 2015.

The problem of nutritional status of adolescent include undernutritional state and


overnutritional state, each affect the incidence of Protein-Energy Malnutrition
(PEM) and obesity. Nutritional status is influenced by many factors, such as
calorie intake of food. Madrasah Pembangunan (MP) Tsanawiyah Ciputat is one
of the schools with a canteen that sells a lot of fast food and there are plenty of
street vendors around the school. On average, economic level of parents are
middle to high based on school fees. Of these conditions make the children in
these schools susceptible to excessive weight to obesity, but it doesn’t rule out the
possibility to found the children with malnutrition status. This study was
conducted to determine the distribution of nutritional status, calorie intake, and
both relationships at students aged 13-15 years in MP Tsanawiyah Ciputat. This
study used a cross-sectional analytical design. Data were collected in 2015. The
sample uses cluster sampling method and number of samples are 82 children. The
result showed that the mean age of 13 years 8 months. The median weight of
children is 46,4 (32.2 to 121.8) kg and the average value of child’s height is 157.4
± 8.34 cm. Most children have normal nutritional status based on the indicator
weight for age, height for age and body mass index for age. Total number of
obese children by body mass index for age as many as 19 children (23.2%). The
results of child's calorie intake with less intake by 28 children (34.1%), good
intake of 32 children (39%), and over intake by 22 children (26.8%). The median
value of caloric intake by child is 2328.1 (694.2 to 6285.4) kcal. By using the
Kolmogorov-Smirnov test found there was no correlation between nutritional
status based on weight for age (p = 0.988), height for age (p = 1.0000), and body
mass index for age (p = 0.883) with caloric intake.

Keywords : adolescent, nutritional status, calorie intake

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ......................................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat ........................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Bagi Pemerintah ............................................................................ 4
1.3.1 Manfaat Bagi Peneliti .................................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5


2.1 Status Gizi ...................................................................................................... 5

ix
2.1.1 Definisi Status Gizi ..................................................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Status Gizi ................................................................................. 5
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ..................................................... 8
2.1.4 Penilaian Status Gizi ................................................................................... 9
2.2 Asupan Kalori ................................................................................................ 13
2.2.1 Pengertian Kalori ........................................................................................ 13
2.2.2 Fungsi Kalori ............................................................................................... 13
2.2.3 Kandungan Nilai Kalori Makanan .............................................................. 14
2.2.4 Perhitungan Persen AKG Asupan Kalori .................................................... 14
2.2.5 Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Kalori ............................................... 14
2.2.6 Angka Kebutuhan Kalori Anak Usia 13 – 15 Tahun .................................. 15
2.3 Nutrisi pada Remaja ....................................................................................... 15
2.3.1 Kebutuhan Energi (Kalori) pada Remaja .................................................... 16
2.3.2 Perilaku dan Pola Makan Remaja ............................................................... 16
2.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori ............................................... 17
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................... 19
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................... 20
2.6 Definisi Operasional ....................................................................................... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................... 23


3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 23
3.2.1 Waktu Penelitian ......................................................................................... 23
3.2.2 Tempat Penelitian ........................................................................................ 23
3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................... 23
3.3.1 Populasi Target ............................................................................................ 23
3.3.2 Populasi Terjangkau .................................................................................... 23
3.3.3 Sampel yang Dikehendaki .......................................................................... 23

x
3.3.4 Subyek yang Benar Diteliti ......................................................................... 24
3.3.5 Jumlah Sampel ............................................................................................ 24
3.3.6 Cara Pengambilan Sampel .......................................................................... 25
3.3.7 Kriteria Sampel ........................................................................................... 25
3.3.7.1 Kriteria Inklusi ......................................................................................... 25
3.3.7.2 Kriteria Eksklusi ....................................................................................... 25
3.4 Cara Kerja Penelitian ..................................................................................... 26
3.5 Manajemen Data ............................................................................................ 26
3.5.1 Pengumpulan Data ...................................................................................... 26
3.5.1.1 Data Umum .............................................................................................. 26
3.5.1.2 Data Antropometri ................................................................................... 27
3.5.1.3 Data Wawancara Konsumsi Makanan ..................................................... 27
3.5.2 Pengolahan Data .......................................................................................... 27
3.5.2.1 Pengolahan Data Umum dan Antropometri ............................................. 27
3.5.2.2 Pengolahan Data Wawancara Konsumsi Makanan .................................. 28
3.5.3 Analisa Data ................................................................................................ 28
3.5.4 Penyajian dan Pelaporan Data ..................................................................... 29
3.6 Identifikasi Variabel ....................................................................................... 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 30


4.1 Sebaran Karakteristik Sosiodemografik Sampel ............................................ 30
4.2 Sebaran Status Gizi ........................................................................................ 31
4.3 Sebaran Asupan Kalori .................................................................................. 32
4.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori ............................................... 34
4.4.1 Hubungan Status Gizi Berdasarkan BB/U dengan Asupan Kalori ............. 34
4.4.2 Hubungan Status Gizi Berdasarkan TB/U dengan Asupan Kalori ............. 35
4.4.3 Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT/U dengan Asupan Kalori ........... 36

xi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 38
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 38
5.2 Saran ............................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39
LAMPIRAN ........................................................................................................ 43

xii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri .................. 5
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Kurva CDC 2000 ....................... 6
Tabel 2.3 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT Menurut Kriteria
Asia Pasifik .......................................................................................... 7
Tabel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Indeks-Indeks Antropometri ...................... 10
Tabel 2.5 Kategori Tingkat Asupan Kalori Berdasarkan Persen AKG ............... 15
Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin ..................... 30
Tabel 4.2 Sebaran subek berdasarkan indikator status gizi BB/U,
TB/U, dan IMT/U ................................................................................. 31
Tabel 4.3 Sebaran indeks antropometri subyek ................................................... 32
Tabel 4.4 Sebaran subyek berdasarkan tingkat asupan kalori persen AKG ........ 32
Tabel 4.5 Nilai sebaran asupan kalori subyek ...................................................... 33
Tabel 4.6 Hubungan antara status gizi berdasarkan berat badan terhadap
umur dengan asupan kalori (n = 82) .................................................... 34
Tabel 4.7 Hubungan antara status gizi berdasarkan tinggi badan terhadap
umur dengan asupan kalori (n = 82) .................................................... 35
Tabel 4.8 Hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh
terhadap umur dengan asupan kalori (n = 82) ...................................... 36

DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Status Gizi ..................... 9

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Informed Consent .............................................................. 43


Lampiran 2 Formulir Food Frequency Questionnare .......................................... 46
Lampiran 3 Food Model ....................................................................................... 49
Lampiran 4 Timbangan GM-TD 150 ................................................................... 50
Lampiran 5 Output SPSS ...................................................................................... 51

xiv
DAFTAR SINGKATAN

KEP = Kurang Energi Protein


MP = Madrasah Pembangunan
FFQ = Food Frequency Questionnare
URT = Ukuran Rumah Tangga
IMT = Indeks Massa Tubuh
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan
AKG = Angka Kecukupan Gizi
Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar
Permenkes RI = Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, data Nasional
untuk anak usia 13 – 15 tahun yang kurus didapatkan data sebesar 11,1% (3,3%
sangat kurus dan 7,8% kurus). Prevalensi sangat kurus terendah di Bangka
Belitung (1,4%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%).Sedangkan
prevalensi anak gemuk sebesar 10,8 %, dengan rincian 8,3 % gemuk dan 2,5 %
sangat gemuk (obesitas). Provinsi DKI Jakarta termasuk salah satu dari 13
provinsi dengan prevalensi gemuk diatas angka Nasional.1
Penelitian yang dilakukan di SDN X Kampung Serang Bekasi,
mendapatkan hasil anak dengan tubuh kurus sebanyak 22,1 %, sisanya dengan
tubuh normal. Sedangkan anak dengan tingkat asupan kalori kurang sebanyak
48,5 %. Pada penelitian tersebut mendapatkan hasil terdapat hubungan antara
status gizi dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) dan tinggi badan
menurut umur (TB/U) dengan asupan kalori.2
Di negara berkembang, prevalensi anak sekolah gemuk tertinggi berada di
kawasan Asia, yaitu sekitar 60 % populasi atau 10,6 juta jiwa. Penelitian yang
dilakukan di Kota Tomohon dan Tondano tahun 2010 didapatkan hasil prevalensi
obesitas pada remaja masing-masing mencapai 35 % dan 38,2 %. Penelitian yang
dilakukan di daerah perkotaan di Indonesia tahun 1989 ditemukan peningkatan
prevalensi obesitas yaitu dari 4,6 % pada anak laki-laki dan 5,9 % pada anak
perempuan masing-masing menjadi 6,3 % dan 8 % empat tahun
3
kemudian. Sementara itu penelitian yang dilakukan di salah satu SMP di
Semarang tahun 2005 didapatkan anak dengan overweight dan obesitas sebesar
31,02 %. 4
Pada kelompok anak usia 13 – 15 tahun yang merupakan masa remaja,
kebutuhan gizi jauh lebih besar. Karena pada usia ini terjadi peningkatan ukuran
tubuh yang menyebabkan peningkatan laju metabolik, sehingga tubuh
memerlukan energi lebih besar untuk aktivitas. Selain itu energi juga dibutuhkan
untuk sintesis jaringan baru.5

1
2

Makanan sumber karbohidrat, lemak, dan protein bisa menghasilkan kalori


sebagai sumber energi. Kekurangan makanan sumber energi secara umum dan
protein bisa mengakibatkan penyakit kurang energi protein (KEP). Pada anak-
anak, KEP dapat menghambat laju pertumbuhan, rentan terhadap penyakit
terutama penyakit infeksi, dan mengakibatkan rendahnya tingkat
kecerdasan.6Sementara itu kelebihan asupan kalori bisa menyebabkan berat badan
lebih hingga obesitas pada remaja, yang dapat berisiko untuk kesehatan seperti
diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan permasalahan tulang
serta sendi.7
Dari masalah-masalah status gizi yang ada, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor makanan dan faktor kesehatan seseorang. Faktor
makanan seperti kandungan zat gizi dalam makanan, ada tidaknya program
pemberian makanan di luar keluarga, dan kebiasaan makan. Sedangkan faktor
kesehatan meliputi daya beli keluarga, kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan,
serta lingkungan fisik dan sosial.8
Berdasarkan hasil observasi di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah
Ciputat, ditemukan banyak kantin yang menjual makanan fast food dan jajanan di
sekitar lingkungan sekolah. Selain itu peneliti berasumsi tingkat ekonomi
orangtua para siswa yaitu menengah keatas ditinjau dari pembayaran SPP sekolah.
Dari pengamatanyang telah diuraikan siswa sekolah tersebut berisiko untuk
mengalami berat badan lebih dan obesitas.
Berdasarkan uraian di atas, menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori pada Anak
Usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat”. Peneliti
berharap laporan penelitian ini bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah
yang telah diuraikan diatas.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti


merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
3

1. Bagaimana status gizi pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah


Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015?

2. Bagaimana asupan kalori pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah


Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015?

3. Bagaimana hubungan antara status gizi dengan asupan kalori pada siswa
usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat,
Tangerang Selatan tahun 2015?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara status gizi dengan asupan kalori pada siswa usia
13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan
tahun 2015.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara status gizi dengan asupan kalori pada siswa
usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang
Selatan tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui sebaran status gizi berdasarkan indikator IMT/U, BB/U, dan


TB/U pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan
Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015.

2. Mengetahui sebaran kecukupan asupan kalori dengan indikator angka


kecukupan gizi (AKG) pada siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah
Pembangunan Tsanawiyah Ciputat, Tangerang Selatan tahun 2015.
4

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :

1.5.1. Manfaat bagi masyarakat

Memberi pengetahuan dan informasi mengenai status gizi dan asupan


kalori siswa usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat,
Tangerang Selatan tahun 2015 kepada masyarakat.

1.5.2. Manfaat bagi pemerintah

Memberi data kepada instansi kesehatan mengenai status gizi, asupan


kalori, serta hubungannya dalam menangani masalah gizi pada anak usia sekolah.

1.5.3. Manfaat bagi peneliti

1. Memenuhi tugas skripsi sebagai syarat mendapat gelar sarjana


kedokteran.

2. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengambil, mengolah,


menganalisis, dan menyimpulkan suatu data mengenai kesehatan gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi


2.1.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh akibat dari konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi yang dibagi menjadi empat status, yaitu status gizi buruk,
kurang, baik, dan lebih. Sedangkan zat gizi itu sendiri adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melaksanakan fungsinya, yaitu membangun dan
memelihara jaringan, menghasilkan energi, serta mengatur proses-proses
kehidupan.9

Status gizi seseorang secara klasik hanya dihubungkan dengan kesehatan


tubuh. Status gizi seseorang berpengaruh terhadap potensi ekonomi seseorang,
karena berpengaruh terhadap produktivitas kerja, perkembangan otak, dan
kemampuan belajar.9

2.1.2Klasifikasi Status Gizi

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri10

Indeks Status Gizi Ambang Batas

Berat badan menurut Gizi lebih > 2 SD


umur (BB/U)
Gizi baik ≥ - 2 SD sampai + 2 SD

Gizi kurang < - 2 SD sampai ≥ - 3


SD

Gizi buruk < - 3 SD

5
6

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri (lanjutan)

Indeks Status Gizi Ambang Batas

Tinggi badan menurut Normal ≥ 2 SD


umur (TB/U)
Pendek (stunted) < - 2 SD

Berat badan menurut Gemuk > + 2 SD


tinggi badan (BB/TB)
Normal ≥ - 2 SD sampai + 2 SD

Kurus (wasted) < - 2 SD sampai ≥ - 3 SD

Kurus sekali < - 3 SD

Sumber : Depkes RI, 2002

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan Kurva CDC 200011

Anthropometric Index Percentile Cut-off Nutritional Status


Values Indicator

BMI for age ≥ 95th Obesity

BMI for age ≥85th and < 95th Overweight

BMI for age <5th Underweight

Stature for age <5th Short Stature

Sumber : CDC, 2013


7

Tabel 2.3 Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik12

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang <18,5

Kisaran normal 18,5-22,9

Berat badan lebih 23,0-24,9

Obesitas 1 25,0-29,9

Obesitas 2 >30,0

Sumber : Nanan DJ, 2002


Berdasarkan asupan konsumsi, status gizi dibedakan menjadi tiga keadaan
yaitu :

A. Eunutritional State

Asupan konsumsi yang optimal membuat tubuh mencapai kesehatan gizi


yang optimum (eunutritional state). Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai
daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan
yang setinggi-tingginya.13

B. Undernutritional State

Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi yang kurang disebut


kesehatan gizi kurang (undernutritional state). Berat badan akan lebih rendah dari
berat badan ideal dan penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi,
sehingga akan menurunkan fungsi dari jaringan tersebut. Bila berat badan lebih
rendah dari 85% berat badan ideal dikategorikan berat badan yang kurang.
Reaksi-reaksi metabolik menjadi terhambat dan mengalami perubahan abnormal,
sehingga terjadi perubahan pula dalam susunan biokimiawi jaringan.13
8

C. Overnutritional State

Dampak asupan konsumsi yang berlebih akan menimbulkan keadaan


(overnutritional state). Kondisi ini mempunyai tingkat kesehatan lebih rendah
dibanding dengan kesehatan gizi optimum; tubuh kelebihan berat badan disebut
overweight. Bila kelebihan berat badan di atas berat badan ideal sudah melebihi
20% pada wanita dan di atas 15% pada pria dikategorikan gemuk atau obesitas.13

Pada tingkat overweight, kapasitas dan efisiensi kerja menurun. Selain itu
daya tahan tubuh juga menurun, sehingga angka morbiditas dan mortalitas akan
meningkat. Timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering dijumpai pada orang
kegemukan, seperti penyakit-penyakit kardiovaskular yang menyerang jantung
dan pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus, dan lainnya.13

Pada orang yang menderita obesitas, tempat-tempat penimbunan cadangan


zat gizi sudah penuh, sehingga kelebihan zat gizi yang tersisa akan disimpan di
tempat-tempat lain yang tidak biasa. Terjadi penimbunan lemak di sekitar organ-
organ dalam yang vital, seperti jantung, ginjal, dan hati. Keadaan ini akan
menurunkan fungsi organ-organ tersebut.13

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Supariasa (2002) mengutip konsep Daly D dan Robertson (1979)mengenai


faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi. Secara umum status gizi
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Dalam
konsep tersebut dijelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
konsumsi makanan seseorang yaitu faktor pendapatan dan pekerjaan, faktor
kemampuan sosial, kemampuan keluarga menggunakan makanan, serta
keterjangkauan dalam memperoleh makanan. Konsep tersebut dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.14
9

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi14


Sumber : Supariasa, 2002.

2.1.4 Penilaian Status Gizi

Dalam menilai status gizi seseorang, terdapat dua cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi :
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara
tidak langsung meliputi : survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor
ekologi.15

Dalam penelitian ini penilaian status gizi menggunakan penilaian


antropometri dan survei konsumsi makanan.

A. Penilaian Status Gizi Berdasarkan Antropometri

Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang


gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.16

Berikut kelebihan dan kelemahan dari setiap indeks pada pemeriksaan


antropometri.
10

Tabel 2.4 Kelebihan dan kelemahan indeks-indeks antropometri17

Indeks Kelebihan Kelemahan

BB/U - Baik untuk mengukur status - Umur sering sulit ditaksir


gizi akut/kronis secara tepat
- Berat badan dapat
berfluktuasi
- Sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan kecil

TB/U - Baik untuk menilai status gizi - Tinggi badan tidak cepat naik,
masa lampau bahkan tidak mungkin turun
- Ukuran panjang dapat dibuat - Pengukuran relatif sulit
sendiri, murah dan mudah dilakukan karena anak harus
dibawa berdiri tegak, sehingga
diperlukan 2 orang untuk
melakukannya
- Ketepatan umur sulit

BB/TB - Tidak memerlukan data umur - Membutuhkan 2 macam alat


- Dapat membedakan proporsi ukur
badan (gemuk, normal, kurus) - Pengukuran relatif lebih lama
- Membutuhkan 2 orang untuk
melakukannya

Sumber : Hartini, 1983

Selain ketiga indikator diatas, terdapat juga indikator IMT/U. IMT adalah
BB seseorang dalam kilogram dibagi TB kuadrat dalam meter. Namun
penghitungan ini tidak bisa dilakukan pada anak dan remaja, karena terdapat
perubahan BB dan TB sesuai usia yang berhubungan dengan kegemukan tubuh.
IMT pada anak dan remaja harus disesuaikan dengan anak lainnya pada usia dan
jenis kelamin yang sama, sehingga terbentuklah persentil kurva pertumbuhan
CDC 2000 berdasarkan IMT/U.18
11

IMT tidak mengukur massa lemak tubuh secara langsung, tetapi


berkorelasi dengan pengukuran tebal lipatan kulit, impedansi bioelektrikal,
densitometri, dual energy x-ray absorptiometry (DXA), dan metode lainnya.
Secara umum, pengukuran IMT murah dan mudah dilakukan untuk mengukur
status gizi yang menandakan permasalahan kesehatan.18

IMT/U merupakan imdikator yang umum untuk mengukur ukuran dan


pola pertumbuhan pada anak dan remaja. Kategori untuk IMT/U sendiri dibagi
menjadi 4 kategori, yaitu underweight (< persentil 5), normal or healthy weight
(persentil 5 – 85), overweight (persentil 85 – 95), dan obesity (> persentil 95).The
American Academy of Pediatrics(AAP) merekomendasi untuk menentukan
overweight dan obesity pada anak dimulai ketika anak berumur 2 tahun.
Sedangkan pada anak berumur < 2 tahun menggunakan standar WHO.18

Kelebihan penggunaan indikator IMT/U sebagai berikut :

a. Satu-satunya indikator yang menampilkan pengukuran BB dan TB terhadap


umur dengan satu grafik. Berbeda dengan BB/TB yang mengharuskan kita
menggunakan dua grafik.

b. IMT/U merupakan pengukuran yang konsisten dimulai dari umur 2 tahun


hingga dewasa.

c. IMT saat anak-anak akan menggambarkan IMT saat dewasa terbukti oleh
penelitian Withaker R tahun 1997.

d. IMT/U berkorelasi dengan faktor resiko penyakit kardiovaskular termasuk


hiperlipidemia, peningkatan insulin, dan tekanan darah tinggi.

e. IMT/U saat proses menuju remaja berhubungan dengan kadar lipid,


lipoportein, dan tekanan darah saat usia pertengahan.

f. Untuk anak usia sekolah (kelompok usia 6-11 tahun dan 12-19 tahun), IMT/U
sedikit lebih baik dibanding BB/TB dalam memperkirakan underweight dan
overweight.
12

g. CDC merekomendasi penggunaan IMT/U untuk anak berumur 2 tahun dan


lebih.19

B. Penilaian Gizi Berdasarkan Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara


tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini
dapat mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan zat gizi pada seseorang.20

Dalam penilaian status gizi dengan survei konsumsi makanan, dapat


menghasilkan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif bergantung dari metode
yang digunakan. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat
kualitatif antara lain : metode frekuensi makanan (food frequency), metode dietary
history, metode telepon, dan metode pendaftaran makanan (food list). Sedangkan
metode-metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kuantitatif antara
lain : metode recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food records,
penimbangan makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris
(inventory method), serta pencatatan (household food records).20

Dalam penelitian ini menggunakan metodeFood Frequency Questionnare


(FFQ) yang merupakan metode retrospektif. Dalam metode ini menanyakan rata-
rata konsumsi suatu makanan dalam suatu periode dengan daftar makanan yang
telah ditentukan. Metode ini menggunakan kuisioner yang berisikan daftar
makanan, frekuensi konsumsi, dan ukuran yang dikonsumsi. Periode makanan
yang dikonsumsi bisa bervariasi, dari asupan harian sampai dalam satu tahun
terakhir.21

Metode FFQ mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dalam


metode ini ialah mudah dilakukan dalam populasi besar, caranya mudah dan
sederhana, tidak membebani responden, dan bisa mendapatkan data makanan
yang jarang dikonsumsi. Sedangkan kelemahannya ialah hanya terbatas pada
13

daftar makanan yang ditentukan, sulit memperkirakan porsi makanan,


memerlukan validasi, tidak bisa mengamati variasi konsumsi makanan dari waktu
ke waktu, dan pelaporan konsumsi makanan dari responden bisa salah.21

2.2 Asupan Kalori

2.2.1 Pengertian Kalori

Kalori adalah satuan dari energi atau panas. Kalori didefinisikan sebagai
satuan dari panas yang dibutuhkan 1 gram air untuk mencapai suhu 1oC dalam
tekanan 1 standard atmosphere. Penggunaan istilah kilokalori (kkal) lebih sering
digunakan dalam pengukuran nilai metabolisme dari makanan. 1 kilokalori adalah
1000 kalori.22
Selain itu energi juga bisa menggunakan satuan kilojoule (kJ). Satu
kilojoule adalah energi yang diperlukan untuk menggeser suatu benda dengan
berat 1 kg sejauh 1 meter dengan 1 Newton (unit kekuatan). 1 kkal = 4,18 kJ.9

2.2.2 Fungsi Kalori


Fungsi kalori bagi tubuh ada tiga yang utama, yaitu :
• Basal Metabolic Rate (BMR)
Kalori sebagai sumber energi dalam aktivitas sel, kontraksi serabut otot dalam
kerja mekanis (seperti respirasi dan denyut jantung), dan sintesis molekul baru.
• Aktivitas Fisik
Kalori dibutuhkan sebagai sumber energi dalam seseorang melakukan aktivitas.
• Specific Dynamic Action(SDA)
Kalori dibutuhkan sebagai energi dalam pengolahan makanan di tubuh.
• Pertumbuhan
Kalori yang tidak dipakai oleh tubuh digunakan untuk pertumbuhan.23
14

2.2.3 Kandungan Nilai Kalori Makanan

Makanan yang kita konsumsi akan dimetabolisme tubuh dan akan


menghasilkan kalori sebagai sumber energi. Terdapat tiga komponen utama dalam
makanan yang menghasilkan kalori sebagai berikut :

• 1 gram karbohidrat mengandung 4 kalori

• 1 gram protein mengandung 4 kalori

• 1 gram lemak mengandung 9 kalori.24

2.2.4 Perhitungan Persen AKG Asupan Kalori

Perhitungan anjuran asupan kalori seseorang dapat disesuaikan dengan


koreksi berat badan nyata dengan berat badan standar yang terdapat pada tabel
AKG dan dikali dengan nilai asupan kalori dari tabel AKG. Setelah itu didapat
nilai persen AKG dengan membandingkan asupan kalori nyata dengan anjuran
asupan kalori berdasarkan tabel AKG. Adapun rumus perhitungannya sebagai
berikut:25

BB aktual
Anjuran asupan kalori = x asupan kalori tabel AKG
BB standar

asupan kalori aktual


Persen AKG = x 100 %
asupan kalori tabel AKG

2.2.5 Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Kalori

Berdasarkan tingkat asupan kalori, dibagi tiga kategori tingkat asupan


berdasarkan perhitungan persen AKG, yaitu defisiensi, normal, dan diatas
kecukupan.
15

Tabel 2.5 Kategori Tingkat Asupan Kalori Berdasarkan Persen AKG26


Kategori Tingkat Konsumsi (% AKG)

Defisiensi Tingkat Berat < 70

Defisiensi Tingkat Sedang 70 – 79

Defisiensi Tingkat Ringan 80 – 89

Normal 90 – 119

Di Atas Kecukupan >119

Sumber : Muhilal dan Hardinsyah, 1998.

2.2.6 Angka Kebutuhan Kalori Anak Usia 13 – 15 Tahun

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes


RI) No 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan
bagi bangsa Indonesia, untuk anak usia 13 – 15 tahun dibedakan berdasarkan jenis
kelamin. Untuk anak laki-laki kebutuhan kalorinya per hari adalah 2475 kkal
dengan nilai median BB dan TB orang Indonesia dengan status gizi normal
berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2010 masing-masing 46 kg dan 158 cm.
Sedangkan untuk anak perempuan, kebutuhan kalorinya per hari adalah 2125 kkal
dengan nilai medianBB dan TBmasing-masing 46 kg dan 155 cm.27

2.3 Nutrisi pada Remaja

Kebutuhan nutrisi pada remaja mulai dibedakan berdasarkan jenis kelamin


karena terjadi perubahan fisiologi tubuh sesuai dengan gender masing-masing.28

Tingginya kebutuhan nutrisi pada remaja disebabkan terjadi perubahan-


perubahan pada tubuh sebagai berikut :
16

• Tinggi Badan

Sekitar 15-20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja.


Percepatan tumbuh anak laki-laki terjadi belakangan dan puncak pertumbuhan
lebih tinggi dibanding anak perempuan.28

• Berat Badan

Sekitar 25-50% berat badan ideal dewasa dicapai pada masa remaja.
Penambahan jumlah berat badan bergantung pada asupan energi dan pengeluaran
energi.28

• Komposisi Tubuh

Pada remaja laki-laki, terjadi penambahan massa otot yang lebih tinggi
dibanding penambahan massa lemak. Sehingga massa tubuh tanpa lemak pada
remaja laki-laki lebih tinggi dibanding remaja perempuan. Sekitar 45% tambahan
massa tulang terjadi pada usia remaja.28

2.3.1 Kebutuhan Energi (Kalori) pada Remaja

Kebutuhan energi pada masa remaja dipengaruhi oleh aktivitas,


metabolisme basal, dan peningkatan kebutuhan untuk menunjang percepatan
tumbuh kembang masa remaja. Metabolisme basal erat kaitannya dengan jumlah
komposisi tubuh tanpa lemak, sehingga metabolisme basal pada remaja laki-laki
lebih tinggi dibanding perempuan. Karena usia terjadinya percepatan tumbuh
sangat bervariasi, sehingga perhitungan kebutuhan kalori lebih sesuai berdasarkan
TB. 28

2.3.2 Perilaku dan Pola Makan Remaja

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Masa tersebut


remaja lebih peduli terhadap penampilan diri sendiri dan faktor lingkungan
seringkali membuat remaja menjalani pola hidup yang tidak sehat, salah satunya
mengenai pola makan. Pola makan yang tidak sehat seperti jarang sarapan, sering
17

ngemil (makanan padat kalori), waktu makan tidak teratur, sering mengonsumsi
fast food, jarang makan buah dan sayur, serta pola diet yang salah pada remaja
perempuan. Hal tersebut berakibat gizi yang kurang atau bahkan gizi yang
berlebih (obesitas) pada remaja. Di negara berkembang banyak ditemukan
gangguan perilaku makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia, terutama terjadi
pada remaja perempuan.28

2.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori

Berdasarkan penelitian terhadap 30 pasien di RS di Padang, didapatkan


kesimpulan terdapat hubungan antara penurunan status gizi dengan asupan kalori
yang tidak sesuai kebutuhan. Status gizi yang turun dibuktikan dengan terjadinya
penurunan angka IMT rata-rata pasien saat awal masuk RS sampai 2 minggu
setelah perawatan dari 19,07 ±3,84 menjadi 18,75 ± 3,64. Selain itu juga terdapat
penurunan signifikan BB pasien saat awal masuk RS sampai 2 minggu setelah
perawatan (p=0,013). Sebagian besar pasien (73,33%) mendapatkan asupan kalori
yang kurang saat perawatan di RS.29
Sedangkan penelitian mengenai pengaruh beban kerja dan asupan kalori
terhadap status gizi pekerja peternak ayam broiler tahun 2011, didapatkan hasil
bahwa asupan kalori pekerja yang masih banyak dibawah kecukupan asupan
kalori untuk pekerja di peternakan dengan status gizi di bawah normal. Jenis
penelitian yang dilakukan adalah explanatory research yang dilakukan terhadap
58 pekerja di peternakan.30
Selain itu kekurangan asupan kalori dapat menyebabkan penyakit KEP.
KEP sendiri merupakan istilah umum untuk keadaan malnutrisi yang meliputi
status gizi buruk, yaitu marasmus dan kwashiorkor. Keadaan marasmus terjadi
saat asupan energi kurang walaupun zat gizi esensial seimbang. Sedangkan
keadaan kwashiorkor asupan energi cukup namun kurang protein. Keadaan KEP
memberikan dampak yang buruk bagi anak, seperti terganggunya pertumbuhan,
gangguan perkembangan mental anak, merosotnya mutu kehidupan, serta menjadi
salah satu penyebab kematian pada anak. Keadaan kurang gizi akan menyebabkan
18

anak rentan terhadap penyakit infeksi, dan infeksi sendiri dapat memperburuk
keadaan kurang gizi pada anak.31
Sementara itu kelebihan kalori diikuti dengan rendahnya tingkat aktivitas
berisiko untuk terjadinya overweight dan obesitas. Penyebab terjadinya obesitas
ini multifaktorial. Namun obesitas bisa terjadi karena dua hal, yang pertama
karena faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional), yang kedua karena
faktor endogen (obesitas sekunder atau non nutrisional) yang disebabkan kelainan
hormonal, defek genetik, dan lain-lain. Faktor yang pertama yang lebih sering
terjadi (>90% kasus).32
Obesitas sendiri berdampak pada tumbuh kembang anak terutama pada
aspek perkembangan psikososial. Obesitas pada masa anak dan remaja sendiri
berpotensi menjadi obesitas pada masa dewasa yang dapat mengganggu kesehatan
seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain-lain.32
19

2.5 Kerangka Teori

Asupan
makronutrien

karbohidrat lemak protein

Faktor Faktor kalori Faktor


sosial kesehatan ekonomi

Status gizi Status gizi Penilaian


KEP kurang status gizi

Status gizi langsung


normal Tidak
langsung

Status gizi Antropometri Statistik


obesitas lebih Klinis vital
Biokimia
Biofisik
Fakor
ekologi
Antropometri
(BB/U, TB/U,
Survei
BB/TB, IMT/U
konsumsi
makanan

Food
frequency
questionnare
Recall 24 jam
Food weighing
20

2.6 Kerangka Konsep

Faktor
makanan

Program pemberian Kebiasaan


makanan di luar Asupan
kalori makan
keluarga

Status gizi

Daya beli Pemeliharaan Lingkungan


keluarga kesehatan fisik dan
sosial

Faktor
kesehatan

Keterangan:
Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Hubungan yang diteliti

Hubungan yang tidak diteliti


21

2.7 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah yang memiliki batasan


sebagai berikut:

1. Status gizi adalah keadaan tubuh akibat dari asupan nutrisi sesorang yang
diukur berdasarkan persentil berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi
badan terhadap umur (TB/U), dan indeks massa tubuh terhadap umur
(IMT/U). Klasifikasi berdasarkan kurva CDC 2000, yaitu status gizi
kurang (p<5th), status gizi normal (5th<p<95th), dan status gizi lebih
(p>95th).

2. Tinggi badan merupakan hasil dari rata-rata dua kali pengukuran panjang
badan dari puncak kepala sampai mata kaki menggunakan alat GM-TD
150 dengan anak berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tangan sejajar
disamping badan, dan kaki dirapatkan. Hasil pengukuran dengan satuan
centimeter (cm).

3. Berat badan merupakan hasil rata-rata dari dua kali pengukuran massa
tubuh anak dengan menggunakan timbangan digital GM-TD 150 dengan
anak berdiri diatas timbangan dan melepas sepatu. Hasil pengukuran
didapat dengan satuan kilogram (kg).

4. Usia merupakan selisih dari tanggal lahir anak dengan tanggal dilakukan
pengambilan data umum. Usia dinyatakan dalam tahun dan bulan.

5. Asupan kalori merupakan hasil dari asupan semua makanan yang


mengandung kalori yang dinyatakan dalam satuan kilokalori (kkal).
Asupan makanan diperoleh melalui survei konsumsi makanan yang
kemudian diolah dengan aplikasi nutrisurvey untuk mendapat nilai asupan
kalori. Tingkatan asupan kalori dibagi menjadi tiga secara umum
berdasarkan persen AKG, yaitu asupan kalori kurang (<90% AKG), baik
(90 - 119% AKG), dan lebih (>119% AKG).

6. Food frequency questionnaire (FFQ) adalah suatu metode survei konsumsi


makanan dengan isi kuisioner berupa jenis makanan, frekuensi konsumsi,
22

dan ukuran makanan yang dikonsumsi. Hasil penilaian ini mendapatkan


data semikuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan formulir FFQ yang
sudah divalidasi oleh Tim Fakultas Gizi Universitas Indonesia. Hasil
validasi dari formulir FFQ belum didapatkan sehingga menjadi
keterbatasan penelitian, namun formulir FFQ ini sudah dipakai luas oleh
peneliti-peneliti sebelumnya.

7. Angka Kecukupan Gizi (AKG) merupakan angka kecukupan asupan gizi


seseorang berdasarkan usia, jenis kelamin, serta ukuran tubuh seseorang
untuk mencapai derajat kesehatan optimal.27
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan studi analitik potong lintang dengan data
primer dari hasil pengukuran antropometri dan wawancara asupan makanan
(kalori) dengan metode FFQ.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 April 2015 – 16 April 2015


dan 8 September 2015.

3.2.2 Tempat Penelitian

Pengambilan data dilakukan di Ruang Bimbingan Konseling Madrasah


Pembangunan Tsanawiyah Ciputat.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah anak sekolah usia 13 – 15


tahun.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah anak sekolah usia 13 – 15


tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat tahun 2015.

3.3.3 Sampel yang Dikehendaki

Sampel yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah 82 anak sekolah usia
13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat tahun 2015.

23
24

3.3.4 Subyek yang Benar Diteliti

Subyek yang benar diteliti dalam penelitian ini adalah 82 anak sekolah
usia 13 – 15 tahun di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat tahun 2015.

3.3.5 Jumlah Sampel

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n1 = n2 = (Zα√ + Zβ√ )2

(P1 – P2)2

Variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sebagai


berikut :

n1 = jumlah sampel dengan status gizi kurang

n2 = jumlah sampel dengan status gizi cukup (normal dan lebih)

Zα = telah ditetapkan bahwa α adalah 0,05 sehingga Zα bernilai 1,96

Zβ = telah ditetapkan bahwa β adalah 0,2 sehingga Zβ bernilai 0,842

P = ½ (P1 + P2)

P1 = proporsi subyek yang memiliki status gizi lebih(gemuk dan sangat


gemuk) bernilai 10,8%berdasarkan Data Nasional Riskesdas 2013
P2 = perkiraan proporsi subyek yang memiliki status gizi lebih (gemuk dan
sangat gemuk) di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah sebesar 35%
Q =1–P
25

Adapun nilai-nilai diatas jika dimasukkan kerumus akan diperoleh hasil


sebagai berikut :

n1 = n2 = (1,96 √ + 0,842 √ 2

(0,1 – 0,35)2

n1 = n2 = 40,96 41

Jadi sampel yang dibutuhkan sebanyak 41 anak dengan status gizi kurang
(n1=41) dan 41 anak dengan status gizi cukup (n2=41).

3.3.6 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dengan metode cluster sampling berdasarkan


lokal kelas.

3.3.7 Kriteria Sampel

3.3.7.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah :

1. Anak usia 13 – 15 tahun berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.

2. Siswa/siswi Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat pada tahun 2015.

3. Mendapat izin dari orang tua untuk mengikuti penelitian.

3.3.7.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria subyek yang tidak diikutsertakan dalam peneltian ini adalah :

1. Anak yang sedang dalam kondisi sakit.

2. Anak yang memiliki postur tidak tegak.


26

3.4 Cara Kerja Penelitian

pengukuran berat
badan, tinggi badan, perhitungan
dan IMT usia survei konsumsi
makanan dengan
metode FFQ

input data
menggunakan Ms.
input data ke
Excel
nurisurvey

penentuan status nilai asupan


gizi berdasarkan kalori
kurva CDC 2000

penentuan
kecukupan asupan
kalori berdasarkan
persen AKG

menganalisis hubungan
status gizi dengan asupan
kalori menggunakan app
SPSS 22.0

3.5 Managemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

3.5.1.1 Data Umum

Pengumpulan data umum diperoleh saat survei ke lokasi pengambilan data


yang meliputi data nama, jenis kelamin, dan tanggal lahir siswa/siswi di Madrasah
Pembangunan Tsanawiyah Ciputat tahun 2015. Data diperoleh sebelum dilakukan
pengambilan data yaitu pada tanggal 6 April 2015 dan 7 September 2015.
27

3.5.1.2 Data Antropometri

A. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan menggunakan alat ukur tinggi badan GM-


TD150. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dan diambil hasil rata-rata dari
dua kali hasil pengukuran tinggi badan. Pengukuran dilakukan dengan anak
melepas sepatu, berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tangan lurus sejajar
disamping badan, dan kaki dirapatkan. Alat ditarik kebawah sampai menyentuh
kepala bagian atas dari anak. Lalu membaca hasil pengukuran dari alat dengan
satuan centimeter (cm).33

B. Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital GM-TD150.


Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dengan mengambil nilai rata-rata dari
hasil dua kali pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan anak melepas sepatu
dan berdiri diatas timbangan. Lalu membaca hasil pengukuran saat angka pada
timbangan tidak berubah lagi dengan satuan kilogram (kg).33

3.5.1.3Data Wawancara Konsumsi Makanan

Data mengenai jumlah asupan makanan diperoleh melalui metode FFQ.


Metode ini menggunakan Formulir FFQ yang berisikan bahan makanan yang
umum dikonsumsi. Dengan metode ini, diperoleh data harian, mingguan, bulanan,
hingga jarang/tidak pernah dalam mengonsumsi makanan. Wawancara dibantu
dengan food model untuk memperkirakan porsi dari setiap makanan.

3.5.2 Pengolahan Data

3.5.2.1 Pengolahan Data Umum dan Antropometri

Data jenis kelamin, tanggal lahir, tanggal pengambilan data, BB, dan TB
diolah menggunakan Ms. Excel. Dari data BB dan TB dapat dihitung nilai IMT
anak. Selain itu selisih dari data tanggal lahir dan tanggal penggambilan data
28

dapat dihitung usia anak dalam tahun dan bulan. Status gizi anak ditentukan
berdasarkan kurva CDC 2000 dalam BB/U, TB/U, dan IMT/U. Status gizi
berdasarkan BB/U dan TB/U didapat dengan nilai normal berada pada persentil 5
– 95. Sedangkan untuk IMT/U nilai normal pada persentil 5 – 85. Selanjutnya
dicari sebaran jenis kelamin, usia, dan status gizi menggunakan analisis statistik
SPSS 22.0.

3.5.2.2 Pengolahan Data Wawancara Konsumsi Makanan

. Data yang didapatkan dari wawancara makanan dengan metode FFQ


dengan satuan ukuran rumah tangga (URT) dikonversi menjadi satuan gram
menggunakan Daftar Bahan Makanan Penukar Departemen Kesehatan RI.
Kemudian semua data makanan dihitung jumlah konsumsinya per hari.
Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke dalam aplikasi nutrisurvey untuk
mendapatkan nilai kalori per harinya. Nilai kalori per hari yang didapatkan
dimasukkan ke dalam Ms.Excel dan ditentukan nilai kecukupan kalorinya per hari
berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Angka kecukupan kalori
yang baik jika memenuhi 90 – 119 % AKG. Selanjutnya dicari sebaran asupan
kalori menggunakan analisis statistik SPSS 22.0.

3.5.3 Analisa Data

Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan SPSS 22.0. Analisis


data meliputi:

A. Analisis univariat

Analisis univariat meliputi uji normalitas kemudian dicari proporsi dari


setiap variabel menggunakan SPSS 22.0. Variabel yang diolah meliputi umur,
berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, nilai asupan kalori, dan persen
AKG asupan kalori. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
karena jumlah data lebih dari 50. Jika dengan uji normalitas nilai p < 0,05 maka
data memiliki distribusi tidak normal, sehingga sebaran data menggunakan
median (min – max). Sedangkan jika nilai p > 0,05 maka data memiliki distribusi
normal, sehingga menggunakan mean ± SD. Selain itu dicari juga frekuensi dalam
29

bentuk persentase untuk data jenis kelamin, status gizi (BB/U, TB/U, dan IMT/U),
serta kategori asupan kalori.

B. Analisis bivariat

Analisis bivariat meliputi mencari hubungan antara status gizi


(berdasarkan persentil BB/U, TB/U, dan IMT/U) dengan asupan kalori
menggunakan uji Chi Square. Karena tabel dalam penelitian merupakan tabel
BxK dalam hal ini tabel 3x3, maka apabila uji Chi Square test tidak memenuhi
akan dilanjutkan dengan uji penggabungan sel untuk membentuk tabel yang baru
yaitu tabel 2x3. Pada tabel 2x3 yang baru tersebut kemudian dilakukan uji chi
square kembali dan jika tidak memenuhi syarat uji chi square dilanjutkan dengan
Uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2xK. Nilai p < 0,05 menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna.

3.5.4 Penyajian dan Pelaporan Data

Data disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan penjelasan deskriptif.


Pelaporan data dalam bentuk makalah laporan penelitian yang akan
dipresentasikan saat sidang di depan penguji dari Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.6 Identifikasi Variabel

Variabel bebas : asupan kalori

Variabel terikat : status gizi


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sebaran Karakteristik Sosiodemografik Sampel


Penelitian ini dilakukan di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat
dengan pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 April 2015 – 16 April 2015
dan 8 September 2015. Sampel populasi yang dipilih adalah anak usia 13 – 15
tahun yang bersekolah di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah Ciputat. Namun
saat perizinan pengambilan data ke sekolah, kami hanya bisa mengambil data
murid kelas VIII saja, dikarenakan murid kelas VII banyak yang masih berusia 12
tahun, sedangkan murid kelas IX tidak diizinkan untuk dilakukan pengambilan
data agar fokus menghadapi ujian.

Tabel 4.1 Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 36 43,9

Perempuan 46 56,1

Dari 82 anak, didapat anak perempuan lebih banyak dibanding anak laki-
laki. Nilai median umur dari anak yang diteliti yaitu 13 tahun 8 bulan, dengan
anak usia paling muda yaitu 13 tahun dan usia paling tua yaitu 14 tahun 9 bulan.
Perbandingan jenis kelamin dan sebaran usia pada penelitian ini berbeda dengan
penelitan yang sama mengenai hubungan status gizi dengan asupan kalori di
Kampung Serang, Bekasi tahun 2011. Pada penelitian tersebut jumlah anak laki-
laki lebih banyak dibanding dengan anak perempuan. Sedangkan usia berada pada
sebaran rerata 11 tahun.2

30
31

4.2 Sebaran Status Gizi

Tabel 4.2 Sebaran subek berdasarkan indikator status gizi BB/U, TB/U, dan
IMT/U

Indikator Status Kategori Jumlah (n) Persentase (%)


Gizi
BB/U BB kurang (<p5) 4 4,9
BB normal (≥p5 dan <p95) 69 84,1
BB lebih (≥p95) 9 11
TB/U Pendek (<p5) 10 12,2
Normal (≥p5 dan <p95) 69 84,1
Tinggi (≥p95) 3 3,7
IMT/U Kurus (<p5) 4 4,9
Normal (≥p5 dan <p85) 59 72
Gemuk (≥p85 dan <p95) 7 8,5
Obesitas (≥p95) 12 14,6

Dari berbagai indikator status gizi, didapat anak dengan status BB normal,
TB normal, dan proporsi tubuh normal terbanyak. Sementara itu jumlah anak
pendek pada penelitian ini yaitu 10 orang (12,2%). Angka ini jauh lebih rendah
dari Angka Nasional Riskesdas 2013, yaitu 35,1%.Anak dengan tubuh kurus
berjumlah 4 anak (4,9 %). Prevalensi ini lebih rendah dari Angka Nasional yaitu
11,1%. Sedangkan anak gemuk dan sangat gemuk (obesitas) cukup banyak
ditemukan yaitu sebanyak 7 anak (8,5%) dan 12 anak (14,6%), angka ini lebih
tinggi dibanding Angka Nasional untuk anak gemuk dan obesitas yaitu masing-
masing 8,3% dan 2,5%. 1
32

Tabel 4.3 Sebaran indeks antropometri subyek

Indeks Jenis
Nilai
Antropometri Kelamin

Berat badan (kg) Laki-laki Median (min – max) 51,4 (32,2 – 121,8)

Perempuan Median (min – max) 45,0 (34,2 – 74,7)

Tinggi badan (cm) Laki-laki Rata – rata (±SD) 161,0 (±9,0)

Perempuan Rata – rata (±SD) 154,5 (±6,5)

Sebaran data BB dan TB dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin.


Untuk anak laki-laki didapatkan nilai median BB dan nilai rerata TB masing-
masing 51,4 kg dan 161 cm. Nilai ini berada diatas Angka Nasional dari nilai
median BB dan TB untuk anak laki-laki usia 13-15 tahun, yaitu 46 kg dan 158
cm.Sedangkan nilai median BB dan nilai rerata TB untuk anak perempuan yang
didapat ialah 45 kg dan 154,5 cm. Nilai ini sedikit berada dibawah Angka
Nasional dari nilai median BB dan TB untuk anak perempuan usia 13-15 tahun,
yaitu 46 kg dan 155 cm.27

4.3 Sebaran Asupan Kalori

Tabel 4.4 Sebaran subyek berdasarkan tingkat asupan kalori persen AKG

Tingkat Asupan Kalori Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang (<90% AKG) 28 34,1

Baik (90-119% AKG) 32 39,0

Lebih (>119% AKG) 22 26,8


33

Dari hasil tingkat asupan kalori berdasarkan persen AKG, didapatkan hasil
anak dengan asupan kalori kurang cukup banyak yaitu sebanyak 28 anak (34,1%).
Apabila asupan kalori kurang pada anak tidak diperbaiki, anak beresiko menderita
penyakit Kekurangan Energi Kronis (KEK). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di SMA Muhammadiyah 6 Surakarta pada 40 siswi, yang mendapat
hasil bahwa terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan kejadian
Kurang Energi Kronis pada siswi (p = 0,000).34

Sementara itu anak dengan asupan kalori baik dan lebih lebih dari
setengah jumlah subyek yaitu sebanyak 54 anak (65,8%). Keadaan ekonomi orang
tua siswa di Madrasah Pembangunan Tsanawiyah yang diperkirakan baik
berpengaruh terhadap asupan kalori siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di Makassar yang meneliti terhadap 104 siswa SD, didapatkan hasil
terdapat hubungan antara pendapatan ayah dengan asupan karbohidrat makan pagi
siswa (p = 0,004). Karbohidrat sendiri mengandung kalori sebagai sumber
energi.35

Keadaan ekonomi orang tua siswa yang baik apabila tidak diikuti dengan
pola konsumsi yang baik, membuat anak beresiko untuk mengalami overweight
hingga obesitas.36Ditambah dengan pola konsumsi makanan siap saji (fast food)
yang tinggi kalori, risiko untuk anak-anak mengalami obesitas semakin
meningkat. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan di Manado pada
tahun 2013, bahwa terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas pada anak SD di Kota Manado (p = 0,024).37

Tabel 4.5 Nilai sebaran asupan kalori subyek

Jenis Nilai
Kelamin

Nilai Asupan Laki-laki Median (min – max) = 2458,3 (1565,4 – 6285,4)


Kalori (kkal)
Perempuan Rata-rata (±SD) = 2392,5 (±946,0)
34

Bedasarkan hasil wawancara konsumsi makanan dengan metode FFQ,


didapat nilai median asupan kalori anak laki-laki sebesar 2458,3 kkal. Nilai ini
sedikit lebih rendah dari nilai anjuran asupan kalori untuk anak laki-laki usia 13-
15 tahun dari tabel AKG 2013, yaitu 2475 kkal. Sedangkan nilai rerata asupan
kalori untuk anak perempuan yang didapat sebesar 2392,5 kkal. Nilai ini lebih
besar dari nilai anjuran asupan kalori untuk anak perempuan usia 13-15 tahun dari
tabel AKG 2013, yaitu 2125 kkal.27

4.4 Hubungan Status Gizi dengan Asupan Kalori

4.4.1 Hubungan Status Gizi Berdasarkan BB/U dengan Asupan Kalori

Tabel 4.6 Hubungan antara status gizi berdasarkan berat badan terhadap umur
dengan asupan kalori (n = 82)

Tingkat BB/U
Keterangan
Asupan Kalori BB kurang BB normal BB lebih
Kurang 0 (0%) 23 (28%) 5 (6%) p = 0,988
Baik * 2 (2,4%) 27(32,9%) 3 (3,6%) (Kolmogorov-
Lebih * 2 (2,4%) 19 (23,1%) 1 (1,2%) Smirnov test)
*Tingkat asupan kalori baik dan lebih digabung menjadi satu agar bisa
dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2 x k

Dari hasil status gizi dengan indikator BB/U didapatkan anak dengan
tingkat asupan kalori kurang, namun tidak ada satupun yang memiliki berat badan
kurang, sebaliknya terdapat 5 anak (6%) dengan berat badan lebih. Sementara
dengan tingkat asupan kalori baik dan lebih masing-masing terdapat 2 anak
(2,4%) dengan berat badan kurang. Namun anak dengan tingkat asupan kalori
baik, memiliki berat badan normal terbanyak yaitu 27 anak (32,9%).
Dari hasil analisis data di SPSS variabel BB/U dengan asupan kalori
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil nilai p = 0,988 (p>0,05)
35

sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan
BB/U dengan asupan kalori.
Hasil ini bisa tidak sesuai karena berat badan mudah terjadi perubahan dan
dipengaruhi dengan asupan makanan terkini, sementara pencatatan frekuensi
makanan dengan FFQ menanyakan rata-rata konsumsi makanan bervariasi dari
hari hingga tahun. Sehingga tidak menggambarkan asupan makanan yang terkini.

4.4.2 Hubungan Status Gizi Berdasarkan TB/U dengan Asupan Kalori

Tabel 4.7 Hubungan antara status gizi berdasarkan tinggi badan terhadap umur
dengan asupan kalori (n = 82)

Tingkat TB/U
Keterangan
Asupan Kalori Pendek Normal Tinggi
Kurang 2 (2,4%) 24 (29,2%) 2 (2,4%) p = 1,000
Baik * 5 (6%) 26 (31,7%) 1 (1,2%) (Kolmogorov-
Lebih * 3 (3,6%) 19 (23,1%) 0 (0%) Smirnov test)
*Tingkat asupan kalori baik dan lebih digabung menjadi satu agar bisa
dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2 x k

Status gizi dengan indikator TB/U, menunjukkan anak dengan tingkat


asupan kalori kurang memiliki tinggi normal sebanyak 24 anak (29,2%) dan tubuh
tinggi sebanyak 2 orang (2,4%). Sedangkan anak dengan asupan kalori baik
memiliki tinggi tubuh normal terbanyak, yaitu 26 anak (31,7%). Anak dengan
asupan kalori lebih memiliki tubuh pendek sebanyak 3 orang (3,6%) dan tidak ada
satupun memiliki tubuh tinggi (0%).
Dari hasil analisis data di SPSS variabel TB/U dengan asupan kalori
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil nilai p = 1,000 (p>0,05)
sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan
TB/U dengan asupan kalori.
Hal ini sesuai dengan penelitian terhadap 150 siswa sekolah dasar di Kota
Makassar tahun 2013. Penelitian yang dilakukan mendapat hasil bahwa tidak
36

terdapat hubungan asupan energi dengan status gizi berdasarkan TB/U (p =


0,353).38
Tidak ada hubungannya antara status gizi berdasarkan TB/U dengan
asupan kalori karena tinggi tubuh seseorang dipengaruhi oleh hal yang kompleks,
seperti faktor genetik, aktivitas fisik, hormon, dan gizi terutama kalsium. Tingkat
asupan kalsium yang memadai mendukung penambahan massa tulang. Sementara
itu kebiasaan merokok dan minum alkohol yang berlebihan menimbulkan
pengaruh buruk terhadap tulang.39
Asupan kalori sendiri mempunyai peranan dalam pertumbuhan, terutama
masa remaja yang terjadi lonjakan pertumbuhan. Namun peran kalori sebagai
sumber energi untuk pertumbuhan tidaklah terlalu besar, untuk pertumbuhan
normal jarang melebihi 5% dari kebutuhan energi harian.40

4.4.3 Hubungan Status Gizi Berdasarkan IMT/U dengan Asupan Kalori

Tabel 4.8 Hubungan antara status gizi berdasarkan indeks massa tubuh terhadap
umur dengan asupan kalori (n = 82)

Tingkat IMT/U
Keterangan
Asupan Kalori Kurus Normal Gemuk
Kurang 2 (2,4%) 17 (20,7%) 9 (10,9%) p = 0,883
Baik * 1 (1,2%) 24 (29,2%) 7 (8,5%) (Kolmogorov-
Lebih * 1 (1,2%) 18 (21,9%) 3 (3,6%) Smirnov test)
*Tingkat asupan kalori baik dan lebih digabung menjadi satu agar bisa
dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov tabel 2 x k

Status gizi dengan indikator IMT/U, diperoleh hasil anak dengan asupan
kalori kurang memiliki tubuh kurus dan tubuh gemuk lebih tinggi dibanding
dengan asupan kalori baik dan lebih, masing-masing 2 orang (2,4%) dan 9 orang
(10,9%). Sementara itu anak dengan asupan kalori baik memiliki proporsi tubuh
normal paling banyak yaitu 24 anak (29,2%). Anak dengan asupan kalori lebih
memiliki tubuh gemuk lebih banyak dibanding dengan tubuh kurus (3:1), namun
paling sedikit dibanding dengan anak gemuk dari asupan kalori kurang dan baik.
37

Dari hasil analisis data di SPSS variabel IMT/U dengan asupan kalori
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil nilai p = 0,883 (p>0,05)
sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan
IMT/U dengan asupan kalori.
Hasil ini berbeda dengan penelitian terhadap 245 siswa di SMPN 3
Rambang Dangku Sumatera Selatan tahun 2014, yang mendapatkan hubungan
antara status gizi dengan frekuensi makan (p value = 0,000). Pada penelitian
tersebut, untuk frekuensi makanan hanya berdasarkan tingkat keseringan makan,
yaitu <3 kali sehari dan ≥ 3 kali sehari, sehingga akan didapatkan data secara
umum.41Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan metode FFQ yang
rawan bias dikarenakan pelaporan yang salah dari subyek penelitian dalam
pendataan makanan yang dikonsumsi.
Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan indikator IMT/U
dengan asupan kaloridikarenakan banyak faktor yang berpengaruh terhadap status
gizi seseorang selain faktor konsumsi, seperti faktor pengetahuan dan faktor
kesehatan. Anak yang mengetahui tentang gizi dengan baik tentunya akan
mengatur porsi makananannya seimbang, selain itu seseorang yang sakit tentu
juga berpengaruh terhadap status gizinya.
Begitu banyak faktor yang berpengaruh terhadap status gizi remaja, selain
dari faktor konsumsi makanan terutama kalori.Peneliti berharap setelah
pemaparan dan pembahasan yang telah diuraikan diatas bisa bermanfaat untuk
menambah wawasan bersama mengenai status gizi dan asupan kalori serta
hubungannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Nilai median dari usia subyek penelitian adalah 13 tahun 8 bulan, dengan
seluruh anak berasal dari kelas VIII. Jumlah perempuan lebih banyak
dibanding laki-laki.
2. Rerata status gizi anak berdasarkan indikator BB/U, TB/U, dan IMT/U
termasuk kategori normal, namun prevalensi anak gemuk cukup tinggi dan
berada diatas Angka Nasional.
3. Tingkat asupan kalori terbanyak pada anak adalah asupan kalori baik,
dengan hasil anak dengan asupan kalori kurang dan lebih tidak berbeda
jauh.
4. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan indikator BB/U, TB/U,
dan IMT/U dengan asupan kalori.

5.2 Saran

1. Diperlukan kerjasama antar pihak sekolah dan orang tua siswa untuk
memberikan pengarahan kepada siswa mengenai pola konsumsi seimbang.
2. Anak kurus dan/atau asupan kalori kurang sebaiknya ditingkatkan jumlah
asupan makanan tinggi kalori seperti nasi, daging, keju, susu, dll agar
tercapai jumlah asupan kalori baik (90-119% AKG).
3. Anak gemuk dan/atau asupan kalori lebih sebaiknya dikurangi makan
makanan siap saji (fast food) dan ditingkatkan konsumsi sayur dan buah
agar mencapai jumlah asupan kalori baik (90-119% AKG).
4. Untuk penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan kombinasi food
recall 24 jam dan food frequency questionnairedalam melakukan survei
konsumsi makanan agar mendapat data yang lebih valid.
5. Penelitian berikutnya dapat mencakup bahasan yang lebih luas seperti
menghubungkan aspek status gizi dengan faktor genetik dan faktor
kesehatan.

38
39

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI


Tahun 2013. Status Gizi Anak Umur 13 – 15 tahun. Dalam: Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2013. h.219-20.
2. Zurtika D. Status Gizi Anak Sekolah Usia 10-12 Tahun dan Hubungannya
dengan Asupan Kalori di SDN X Kampung Serang, Bekasi Tahun 2011
[skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2011.
3. Chandra DA, Manampiring AE, Fatimawali. Jurnal e-Biomedik : Prevalensi
Obesitas pada Remaja SMA YPKM di Kota Manado. Manado: Universitas
Sam Ratulangi; Juli 2014; 2(2).
4. Widhayati RE. Efek Pendidikan Gizi terhadap Perubahan Konsumsi Energi
dan Indeks Massa Tubuh pada Remaja Kelebihan Berat Badan [tesis].
Semarang: Universitas Diponegoro Semarang; 2009.
5. Barasi ME. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga; 2009. h.84.
6. Almatsier S. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan dan Masalah Gizi di
Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2009. h.307.
7. Heath AL dan Taylor R. Gizi Anak dan Remaja [Hartono A, alih bahasa].
Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014; h.523.
8. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Konsep Dasar Timbulnya Masalah Gizi.
Jakarta : EGC; 2001. h.6.
9. Almatsier S. Keseimbangan Energi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama;
2009. h.133.
10. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks antropometri. Departemen
Kesehatan RI. 2002.
11. CDC Growth Charts 5th and 95th Percentile. National Center for Chronic
Disease Prevention and Health Promotion [internet]. 2013 May (diakses
tanggal 2 Februari 2015). Diunduh dari : www.cdc.gov
12. Nanan DJ. Suggested BMI to determine risk of co-morbidities in Asians.
Journal of Pakistan Medical Association [internet]. 2002 August (diakses
tanggal 2 Januari 2015). Diunduh dari :
http://jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=2356
40

13. Sediaoetama AD. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jilid I, Jakarta :
Dian Rakyat; 2008. h.25-6.
14. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi.
Dalam: Penilaian Status Gizi. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002. h.14.
15. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Metode Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC;
2001. h.20-1.
16. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Antropometri Gizi. Jakarta : EGC; 2001.
h.36.
17. Hartini S. Studi penggunaan SKDN sebagai alat ukur Status Gizi Anak Balita
dalam UPGK (tesis). 1983.
18. Centers for Disease Control and Prevention. Child and Teen BMI. Division of
Nutrition, Physical Activity, and Obesity [internet]. 2015 May 15 (diakses
tanggal 5 September 2015). Diunduh dari : www.cdc.gov
19. Centers for Disease Control and Prevention. Advantages to Using BMI for
Age. Division of Nutrition, Physical Activity, and Obesity [internet]. 2013
(diakses tanggal 10 September 2015). Diunduh dari : www.cdc.gov
20. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Survei Konsumsi Makanan. Jakarta : EGC;
2001. h.87-9.
21. Brantsaeter AL. Design, Use, and Interpretation of Food Frequency
Questionnaires. Norwegian Institute of Public Health; 2010.
22. Calorie. Encyclopaedia Britannica. 2014 July 10 (diakses tanggal 18 Maret
2015). Diunduh dari : http://www.britannica.com/science/calorie
23. Ilmu Gizi Anak. Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik FK-USU/RS.HAM.
2011 (diakses tanggal 10 Maret 2015). Diunduh dari : ocw.usu.ac.id
24. Nordqvist C. Calorie. 2014 Sept 26 (diakses tanggal 18 Maret 2015). Diunduh
dari : http://www.medicalnewstoday.com/articles/263028.php
25. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi.
Jakarta : EGC; 2001; h.114.
26. Muhilal JF dan Hardinsyah. Kategori Tingkat Asupan Berdasarkan Persen
AKG. Widya Karya Nasional Pangandan Gizi Indonesia ke VII. Jakarta :
LIPI; 1998.
41

27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 tahun 2013 tentang


Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
28. Nutrisi Pada Remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia [internet]. 10 September
2013 (diakses tanggal 25 Maret 2015).. Diunduh dari : http://idai.or.id/public-
articles/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja.html
29. Lipoeto NI, Megasari N, Putra AE. Malnutrisi dan Asupan Kalori Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit [skripsi]. Padang: Universitas Andalas; 2005.
30. Ginting S. Pengaruh beban kerja dan asupan kalori terhadap status gizi
peternakan ayam broiler di Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutilambaru
Kabupaten Deli Serdang tahun 2011 [tesis]. Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2011.
31. Suyadi ES. Kejadian KEP [skripsi]. Jakarta; Universitas Indonesia; 2009.
32. Sjarif DR. Obesitas Anak dan Remaja. Jilid I. Jakarta : Badan Penerbit IDAI;
2011; h.233.
33. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI [internet]. Jakarta; 2007 (diakses
tanggal : 27 September 2015). h.13-7. Diunduh dari :
riskesdas.litbang.depkes.go.id
34. Pujiatun T. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Siswa Putri di SMA Muhammadiyah 6
Surakarta [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah; 2014.
35. Galani MR, Sirajuddin S, Alharini S. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi
dan Asupan Makan Pagi dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar Negeri
Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Makassar : Universitas
Hasanudin.; 2014.
36. Heath AL dan Taylor R. Gizi Anak dan Remaja [Hartono A, alih bahasa].
Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014; h.523.
37. Damopolii W, Mayulu N, Masi G. Hubungan Konsumsi Fastfood dengan
Kejadian Obesitas pada Anak SD di Kota Manado. Ejourmal keperawatan.
Manado : Universitas Sam Ratulangi; Agustus 2013; 1(1).
42

38. Yulni, Hadju V, Virani D. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status
Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013
[skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2013.
39. Lanham-New SA, Hakim O, Goulding A, Grant A. Mineral Utama : Kalsium
dan Magnesium [Hartono A, alih bahasa]. Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014;
h.138-9.
40. Prentice AM. Energi [Hartono A, alih bahasa]. Edisi 4. Jakarta : EGC; 2014;
h.99-100.
41. Yolanda A. Analisis Determinan Status Gizi Remaja SMPN 3 Kecamatan
Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan tahun
2014 [skripsi]. Palembang: Universitas Sriwijaya; 2014.
43

Lampiran 1. Formulir Informed Consent


Yth

Orangtua/ Wali Murid Tsanawiyah

di tempat

Ciputat, 6 April 2015

Assalamualaikum wr.wb

Dalam dunia pendidikan tinggi, penelitian sangat dibutuhkan untuk


menghasilkan sebuah karya ilmiah baru. Penelitian juga menjadi salah satu syarat
untuk lulus dari sebuah universitas.

Kami sebagai mahasiswa/I pendidikan tinggi di UIN akan melakukan


penelitian tentang hubungan asupan makanan terhadap status gizi.

Atas dasar tersebut, kami mahasiswa dan mahasiswi Program Studi


Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama surat ini meminta
izin kepada orangtua/wali murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah untuk
mengambil data putra/i Bapak/Ibu sebagai bahan untuk penelitian kami. Adapun
data yang akan diambil berupa berat badan, tinggi badan, serta hasil wawancara
tentang asupan makanan. Data dari putra/I Bapak/Ibu tidak akan disebarluaskan
ke publik dan nama putra/I Bapak/Ibu akan dirahasiakan. Data tersebut hanya
akan dipakai sebagai bahan penelitian.

Demikian surat izin ini dibuat. Atas perizinan dan pengertiannya kami
ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Muhammad Zikri Safira Indriakasia Nuraisah Septiarini

1112103000050 1112103000058 1112103000059

Lulu Zakiah Fajr Muzammil

1112103000069 1112103000099
44

LEMBAR PERIZINAN PERSETUJUAN

Nama Orangtua : ….......................................................................

Nama Murid : ….......................................................................

Kelas : ….......................................................................

Dengan ini menyetujui putra/i kami untuk diwawancarai dan diambil


datanya oleh mahasiswa/I Program Studi Pendididkan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Data putra/I kami hanya dipakai sebagai bahan penelitian
dan nama putra/I kami tetap dirahasiakan.

Orangtua/Wali Murid Madrasah Pembangunan Tsanawiyah

……………, …. April 2015

( )
45

BIODATA MURID MADRASAH PEMBANGUNAN TSANAWIYAH

Nama : …..........................................................................

TTL : …..........................................................................

Alamat : …..........................................................................

No. telepon : …..........................................................................

No. HP : …..........................................................................

Kelas : …..........................................................................

Wali Kelas : …..........................................................................

No. Wali Kelas : …..........................................................................

Ekskul : …..........................................................................

Pembimbing Ekskul : …..........................................................................

No. Pembimbing Ekskul : …..........................................................................

Hari Ekskul : …..........................................................................


46

Lampiran 2. Formulir Food Frequency Questionnare

FORMULIR FOOD FREQUENCY QUESTIONNARE


Nama peneliti : Tanggal:
Nama Siswa :
Kelas :
Jenis Kelamin : L / P
Tanggal lahir : Usia:

ANTROPOMETRI
N
I
NO PEMERIKSAAN II RATA-RATA
1 BERAT BADAN
2 TINGGI BADAN
3 LINGKAR LENGAN ATAS
4 IMT

Bahan Frekuensi Jumlah Kete


Makanan Harian Mingguan Bulanan jarang/tdk URT Gram rangan
KARBOHIDRAT
Nasi
Mie
bihun
roti tawar
kentang
singkong
Ubi
Talas
jagung
ketan
tepung

PROTEIN
HEWANI
daging sapi
47

daging ayam
daging
kambing
Ikan segar
ikan asin
ikan kalengan
udang segar
hati sapi
hati ayam
hati kambing
Otak
telur ayam
telur bebek
telur puyuh

PROTEIN
NABATI
tempe
Tehu
kacang tanah
kacang hijau
kacang
kedelai
kacang merah
oncom
selai kacang

LEMAK
margarin
mentega
santan
minyak kelapa
sawit
minyak kelapa
minyak jagung
minyak zaitun
lemak sapi
48

SUSU DAN
PRODUKNYA
susu formula
Susu kental
manis
susu
pasteurisasi
Keju
es krim
yogurt
susu segar
Milo
dancow

SAYURAN
bayam
kangkung
buncis
kacang
panjang
daun singkong
sawi hijau
sawi putih
caisin
touge
Kol
kembang kol
brokoli
labu siam
wortel
tomat
seledri
daun bawang
49

BUAH-
BUAHAN
pisang
pepaya
jeruk
semangka
melon
Apel
mangga
Pir
jambu air
jambu biji
rambutan
Duku
nangka
kelengkeng
durian
anggur
manggis
buah naga

LAIN- LAIN
gula pasir
gula merah
madu
Selai
Teh
Kopi
Sirup
kecap
saus tomat
saus sambel
agar-agar
permen
biskuit
50

Lampiran 3. Food Model


51

Lampiran 4. Timbangan GM-TD 150


52

Lampiran 5. Output SPSS

1. Uji Normalitas Data Usia

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Usia (Bulan) ,113 82 ,012 ,974 82 ,101

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji Normalitas Data BB, TB, dan Nilai Asupan Kalori pada Anak Laki-
Laki
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BB (kg) ,168 36 ,012 ,866 36 ,000
*
TB (cm) ,071 36 ,200 ,988 36 ,962
Nilai Asupan Kalori ,228 36 ,000 ,809 36 ,000

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

3. Uji Normalitas Data BB, TB, dan Nilai Asupan Kalori pada Anak
Perempuan

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
BB (kg) ,149 46 ,012 ,936 46 ,014
*
TB (cm) ,088 46 ,200 ,981 46 ,662
*
Nilai Asupan Kalori ,101 46 ,200 ,925 46 ,006

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
53

4. Uji Chi-Square BB/U dengan Asupan Kalori

Crosstab
Count
BB/U
kurang normal lebih Total
Asupan Asupan
0 23 5 28
Kalori Kurang
Asupan
2 27 3 32
normal
Asupan Lebih 2 19 1 22
Total 4 69 9 82

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,428a 4 ,351
Likelihood Ratio 5,666 4 ,225
Linear-by-Linear
4,087 1 ,043
Association
N of Valid Cases 82
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,07.

5. Uji Chi-Square TB/U dengan Asupan Kalori

Crosstab
Count
TB/U
kurang normal lebih Total
Asupan Asupan
2 24 2 28
Kalori Kurang
Asupan
5 26 1 32
normal
Asupan Lebih 3 19 0 22
Total 10 69 3 82
54

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,744a 4 ,602
Likelihood Ratio 3,423 4 ,490
Linear-by-Linear
1,626 1 ,202
Association
N of Valid Cases 82
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,80.

6. Uji Chi-Square IMT/U dengan Asupan Kalori

Asupan Kalori * IMT/U Crosstabulation


Count
IMT/U
kurang normal lebih Total
Asupan Asupan
2 17 9 28
Kalori Kurang
Asupan
1 24 7 32
normal
Asupan Lebih 1 18 3 22
Total 4 59 19 82

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 3,190a 4 ,526
Likelihood Ratio 3,243 4 ,518
Linear-by-Linear
1,229 1 ,268
Association
N of Valid Cases 82
a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,07.
55

7. Uji Chi-Square BB/U dengan Asupan Kalori Setelah Penggabungan Sel

Crosstab
Count
BB/U
kurang normal lebih Total
AsupanKal 1,00 0 23 5 28
2 2,00 4 46 4 54
Total 4 69 9 82

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 3,929a 2 ,140
Likelihood Ratio 5,084 2 ,079
Linear-by-Linear
3,752 1 ,053
Association
N of Valid Cases 82
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,37.

8. Uji Chi-Square TB/U dengan Asupan Kalori Setelah Penggabungan Sel

Crosstab
Count
TB/U
kurang normal lebih Total
AsupanKal 1,00 2 24 2 28
2 2,00 8 45 1 54
Total 10 69 3 82
56

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,313a 2 ,315
Likelihood Ratio 2,301 2 ,317
Linear-by-Linear
2,024 1 ,155
Association
N of Valid Cases 82
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,02.

9. Uji Chi-Square IMT/U dengan Asupan Kalori Setelah Penggabungan Sel

Crosstab
Count
IMT/U
kurang normal lebih Total
AsupanKal 1,00 2 17 9 28
2 2,00 2 42 10 54
Total 4 59 19 82

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,670a 2 ,263
Likelihood Ratio 2,600 2 ,273
Linear-by-Linear
,765 1 ,382
Association
N of Valid Cases 82
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,37.
57

10. Uji Alternatif Kolmogorov-Smirnov dengan Tabel 2 x K

Frequencies
AsupanKal
2 N
BB/U 1,00 28
2,00 54
Total 82
TB/U 1,00 28
2,00 54
Total 82
IMT/ 1,00 28
U 2,00 54
Total 82

Test Statisticsa
BB/U TB/U IMT/U
Most Extreme Absolute ,104 ,077 ,136
Differences Positive ,104 ,077 ,136
Negative ,000 ,000 -,034
Kolmogorov-Smirnov Z ,449 ,329 ,585
Asymp. Sig. (2-tailed) ,988 1,000 ,883
a. Grouping Variable: AsupanKal2

Anda mungkin juga menyukai