Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG

HEMODIALISA DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA


YANG ANGGOTA KELUARGANYA MENJALANI TERAPI
HEMODIALISA
Fyl Asro Arosa1, Jumaini2, Rismadefi Woferst3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: fylasro12@gmail.com

Abstract

The purpose of this study was to determined the level of family’s knowledge with the level of anxiety whose famyly’s members
undergoing hemodialysis therapy. The research method was a cross sectional with analytic approach. The study was
conducted at hemodialysis room of Arifin Achmad Hospital in Pekanbaru involving 52 respondents. The sampling method used
convinence sampling (accidental sampling). Measuring instrument used was a questionnaire that had been tested for validity
and reliability. The analysis used univariate and bivariate with chi square test. Based on the results, the level of family
knowledge about hemodialysis is good enough as many as 28 respondents (53.8%), less in 15 respondents (28.8%) and good
in 9 respondents (17.4%). This research can be concluded that no significant relationship between the level of family’s
knowledge about hemodialysis with the level of anxiety that members of undergoing hemodialysis therapy (p value 0,002). The
results of this research recommends nurses to provide health education about hemodialysis to family’s member undergoing
hemodialysis therapy wich Chronic Renal Failure (CRF).

Keywords: hemodialysis, anxiety, family’s, knowledge.

PENDAHULUAN dijalankan karena akan mempengaruhi seluruh


Masalah kesehatan jiwa di Indonesia setiap keluarga (Friedman, 2010). Bila salah satu
tahunnya selalu meningkat secara signifikan. individu dalam sebuah keluarga yang menderita
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan penyakit gagal ginjal dan memerlukan perawatan
bahwa di Indonesia prevalensi gangguan mental hemodialisa, maka hal ini tidak hanya
emosional sebesar 11,6%. Salah satu masalah menimbulkan stres dan kecemasan pada dirinya
gangguan mental emosional yang sering ditemui tetapi pada anggota keluarga lain.
di masyarakat dan menimbulkan dampak Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses
psikologis cukup serius adalah patofisiologi dengan etiologi yang beragam,
ansietas/kecemasan. Nevid (2005) mengatakan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara
kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau progresif yang berguna untuk membersihkan
keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa darah dari berbagai hasil zat metabolisme tubuh
sesuatu yang buruk akan segera terjadi. dan racun yang tidak diperlukan oleh tubuh dan
Kecemasan pernah dialami oleh hampir membuangnya dalam bentuk urin. Umumnya
semua individu sebagai akibat masalah hidup penyakit ginjal kronik berakhir dengan gagal
yang dihadapi, misalnya kondisi dirawat di ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
rumah sakit akan mengalami kecemasan dan yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
stres. Kecemasan individu yang di rawat di yang irreversible, pada suatu derajat yang
rumah sakit disebabkan berbagai faktor, baik memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap,
dari faktor petugas kesehatan, lingkungan yang berupa dialysis atau transpalantasi ginjal
baru maupun proses perawatan yang dijalani. (Sudoyo, 2009).
Kecemasan tidak hanya dirasakan oleh pasien Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO,
sendiri tapi juga keluarganya. Keluarga merasa 2012), secara global lebih dari 500 juta orang
cemas dengan perkembangan kondisi anggota mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar
keluarganya, pengobatan dan biaya perawatan. 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung
Keluarga merupakan sebuah sistem yang pada hemodialisa. Data dari United Stated Renal
saling mempengaruhi. Pada sebuah unit keluarga Data System tahun 2005 diketahui lebih dari
suatu penyakit yang diderita anggota keluarga, 300.000 orang Amerika Serikat mengalami End
maka fungsi perawatan keluarga harus Stage Renal Disease (ESRD) (Al-Arabi, 2006).

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 1


Pada tahun 2008 didapatkan lebih dari 470.000 dialisis tergantung pada prinsip fisiologis yaitu
orang hidup dengan ESRD, dan setiap tahun difusi dan ultrafiltrasi. Tujuan utama dari
terus bertambah lebih dari 100.000 orang hemodialisa adalah mengendalikan uremi,
didiagnosa dengan ESRD (Kring& Crane, 2009). kelebihan cairan dan ketidakseimbangan
Pasien dengan ESRD terus bertambah di elektrolit yang terjadi pada klien gagal ginjal
Amerika dari 261,3 per 1000 penduduk pada kronik (GGK). Hemodialisa terbukti efektif
tahun 1994 menjadi 348,6 per 1000 penduduk mengeluarkan cairan, elektrolit dan sisa
pada tahun 2004 (Kring& Crane, 2009). Pusat metabolisme tubuh, dan pada GGK tahap akhir.
Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Hemodialisa membantu hidup klien dengan
Seluruh Indonesia tahun 2012, menyatakan mengganti fungsi ginjal. Jika tidak dilakukan
jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan terapi pengganti maka klien akan meninggal
sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60% (Price & Wilson, 2005).
nya adalah usia dewasa dan usia lanjut. Depkes Hemodialisa dapat berdampak langsung pada
RI (2009) menyatakan di tanah air terdapat penderita maupun keluarga. Adapun dampak
sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang ditimbulkan pada keluarga adalah secara
yang memerlukan penanganan terapi emosional, sosial, fisik, dan keuangan. Secara
hemodialisa, namun hanya 7.000 yang dapat emosional (psikologis) respon yang muncul
melakukan hemodialisa (Setiawan, 2012) salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan
Data dari rekammedik RSUD Arifin Achmad merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi
Pekanbaru penderita gagal ginjal kronik yang bagian dari kehidupan. Kelainan kecemasan
menjalani terapi hemodialisa terjadi peningkatan merupakan masalah jiwa terbesar di Amerika,
dari 2148 kasus pada tahun 2006, 2215 pada menyerang antara 10% - 25% populasi.
tahun 2009 menjadi 8588 pada tahun 2012. Data Kecemasan melibatkan tubuh, persepsi tentang
dari Ruangan Hemodialisa RSUD Arifin dirinya dan hubungan dengan yang lain.
Achmad Provinsi Riau (2012), didapatkan bahwa Kecemasan merupakan ketakutan yang
rata-rata pasien yang menjalani hemodialisa bercampur baur, samar-samar dan berhubungan
sebanyak 119 orang perbulan dengan rata-rata dengan perasaan ketidak pastian dan tidak
kunjungan pasien hemodialisa lebih kurang 32 berdaya, perasaan terisolasi, pengasingan dan
pasien perhari. Jumlah rata-rata tindakan kegelisahan (Stuart & Laraia, 2005).
hemodialisa sebanyak 750 kali setiap bulan, Faktor lain yang mungkin juga dapat
dimana tiap pasien terjadwal menjalani menyebabkan kecemasan adalah kurangnya
hemodialisa 1-2 kali perminggu. pengetahuan keluarga. Apabila keluarga
Terapi pengganti ginjal menjadi satu-satunya mempunyai pengetahuan tentang hemodialisa,
pilihan bagi klien dengan penyakit ginjal tahap keluarga akan mengetahui dengan pasti apa yang
akhir untuk mempertahankan fungsi tubuh sedang dialami oleh pasien dan apa tujuan dari
(Lemone& Burke, 2008). Terapi pengganti ginjal tindakan yang dilakukan, maka dengan
dapat berupa tranplantasi atau dialysis peritoneal pengetahuan ini kecemasan keluarga akan
dan hemodialisa. Saat ini hemodialisa berkurang dan demikian pula sebaliknya.
merupakan terapi ginjal yang paling banyak Survei awal pada tanggal 7 Oktober 2013
dilakukan dan jumlahnya dari tahun ketahun terhadap keluarga yang anggota keluarganya
terus meningkat. United Stated Renal Data sedang menjalani terapi hemodialisa di RSUD
System menyebutkan bahwa di Amerika Serikat Arifin Achmad Pekanbaru, didapatkan 4
lebih dari 65 % klien dengan ESRD keluarga (63%) dari 6 keluarga memiliki tanda
mendapatkan terapi hemodialisa (Smeltzer, dan gejala gangguan kecemasan. Keluarga klien
2008). Data dari Indonesia Renal Registry, yang mengatakan gelisah, mengeluh cemas, gugup,
merupakan unit registrasi dari perhimpunan terasa nyeri di kepala, dan juga merasa tidak
nefrologi Indonesia, menyatakan bahwa terjadi nyaman. Keluarga hanya mengetahui
peningkatan hemodialisa sebesar 5,2 % dari hemodialisa adalah cuci darah tapi tidak
2148 orang pada tahun 2007 menjadi 2260 orang mengetahui alasan hal itu terjadi dan hal-hal yang
padatahun 2008 (Soelaiman, 2009). terkait dengan hemodialisa. Penelitian yang
Hemodialisa merupakan salah satu cara untuk dilakukan Kusuma (2007) tentang hubungan
mengeluarkan produk sisa metabolism berupa antara tingkat pengetahuan keluarga tentang ICU
zat terlarut dan air yang berada dalam darah dengan tingkat kecemasan keluarga terhadap
melalui membran semi permiabel, dimana proses perawatan ICU di RSUD dr. Sayidiman
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 2
Magetan, menunjukkan bahwa terdapat METODELOGI PENELITIAN
hubungan yang bermakna antara tingkat Desain penelitian dalam penelitian ini adalah
pengetahuan dengan tingkat kecemasan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
keluarga. sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 52
Peneliti belum pernah menemukan penelitian responden yang memenuhi kriteria inklusi
tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan dengan metode pengambilan sampel convinence
kecemasan keluarga yang anggota keluarganya sampling (accidental sampling).
menjalani terapi hemodialisa. Penelitian selama Setelah mendapatkan responden yang sesuai
ini banyak berfokus pada kecemasan yang dengan kriteria inklusi, kemudian peneliti
dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisa, menjelaskan tujuan penelitian. Setelah responden
pada hal ada keluarga yang mendampingi pasien menandatangani informed consent, peneliti
yang juga merasakan kecemasan, oleh karena itu kemudian membagikan kuesioner mengenai
peneliti tertarik melihat apakah ada hubungan pengetahuan keluarga dalam menginternalisasi
antara tingkat pengetahuan keluarga tentang informasi yang diperoleh tentang hemodialisis
hemodialisa dengan tingkat kecemasan keluarga yang meliputi pengertian, tujuan, indikasi,
yang anggota keluarganya menjalani terapi komplikasi serta penatalaksanaan. Peneliti juga
hemodialisa. Berdasarkan fenomena dan membagikan kuesioner hamilton anxiety scale
pernyataan diatas, maka peneliti tertarik untuk untuk meneliti perasaan yang tidakk
meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan mennyenangkan yang dialamiatau dirasakan oleh
keluarga tentang hemodialisa dengan tingkat keluarga yang sedang mendampingi anggota
kecemasan keluarga yang anggota keluarganya keluarganya menjalani terapi hemodialysis.
menjalani terapi hemodialisa. Penelitian ini dilakukan analisa univariat dan
bivariat. Analisa univariat digunakan untuk
TUJUAN PENELITIAN mengetahui karakteristik responden, yaitu jenis
Penelitian ini memilki tujuan untuk melihat kelmin, umur, pendidikan, pekerjaan, lama
hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang hemodialisa, serta hubungan dengan pasien.
hemodialisa dengan tingkat kecemasan keluarga Analisa univariat lain dalam penelitian ini yaitu
yang anggota keluarganya menjalani terapi tentang pengetahuan keluarga tentang
hemodialisa. hemodialisa dan tingkat kecemasan keluarga
yang anggota keluarganya menjalani terapi
MANFAAT PENELITIAN hemodialisa. Analisa bivariat menggunakan
Penelitian ini Hasil penelitian ini dapat continuinty correction dengan p value 0,002 <
dijadikan bahan masukan atau literatur tentang 0,05.
kecemasan keluarga mendampingi anggota
keluarga menjalani terapi hemodilisa. Hasil HASIL PENELITIAN
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah
bahan masukan bagi pelayanan keperawatan sebagai berikut:
mengenai tingkat pengetahuan dan kecemasan
keluarga, sehingga dapat memberikan asuhan Tabel 1.
keperawatan yang optimal kepada klien dan Distribusi responden berdasarkan karakteristik
keluarganya bagi pelayanan kesehatan. Hasil responden (jenis kelamin, umur, pendidikan,
penelitian ini bagi responded diharapkan mampu pekerjaan, lama menjalani hemodialisa dan
untuk memberikan informasi dan pengetahuan hubungan dengan pasien) (n=52)
bagi pasien gagal ginjal kronik dan keluarganya No
Karakteristik
Frekuensi
Persentase
mengenai apa dan bagaimana penyakit gagal Responden (%)
ginjal kronik sehingga tidak ada kecemasan yang 1 Jenis Kelamin :
Laki-laki 23 44
berlebihan saat pasien dan keluarga harus Perempuan 29 56
menerima penyakitnya dan menjalankan terapi Jumlah 52 100
pengganti ginjal tersebut, sedabgkan bagi
2 Umur :
peneliti berikutnya, penelitian ini dapat dijadikan < 22 Tahun (Remaja) 4 7,7
sebagai informasi dasar dan referensi 22-44 Tahun (Dewasa 35 67,3
pembanding bagi penelitian-penelitian sejenis Awal)
dengan subjek dan serta objek penelitian yang 45-59 Tahun (Dewasa 13 25
berbeda. Akhir)

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 3


No
Karakteristik
Frekuensi
Persentase pengetahuan baik tentang hemodialisa sebanyak
Responden (%) 9 orang (17,4).
3 Pendidikan :
Tidak Sekolah 2 3,8
SD 3 5,8 Tabel 3.
SMP 8 15,4 Distribusi responden berdasarkan tingkat
SMA 28 53,8 kecemasan (n=52)
PT 11 21,2 No Tingkat Frekuensi Persentase
Jumlah 52 100 kecemasan (%)
4 Pekerjaan : 1 Tidak ada 7 13,5
Tidak bekerja 21 40,4 kecemasan
Swasta 9 17,3 2 Kecemasan ringan 5 9,6
Wiraswasta 14 26,9 3 Kecemasan sedang 28 53,8
PNS 8 15,4 4 Kecemasan berat 12 23,1
Jumlah 52 100 Jumlah 52 100
5 Lama Hemodialisa:
< 1 tahun 13 25
1-5 Tahun 37 71,2 Tabel 3 menjelaskan tentang distribusi
>5 tahun 2 3, 8 responden berdasarkan tingkat kecemasan, dari
Jumlah 52 100 tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 52
6 Hubungan: responden sebanyak 28 orang (53,8%) responden
Suami 16 30,8
mengalami tingkat kecemasan kategori sedang,
Istri 19 36,5
Anak 17 32,7 yang mengalami tingkat kecemasan kategori
Jumlah 52 100 berat sebanyak 12 orang (23,1%), dan yang
mengalami tingkat kecemasan kategori ringan
Dari tabel 1 diatas dapat diketahui sebanyak 5 orang (9,6%) dan yang tidak
karakteristik responden dalam penelitian ini mengalami kecemasan 7 orang (13,5).
yaitu mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 29 orang (56%), Tabel 4.
rentang umur mayoritas berada pada usia dewasa Hubungan pengetahuan keluarga tentang
awal (22-44 tahun) sebanyak 35 orang (67,3%), hemodialisa dengan tingkat kecemasan
tingkat pendidikan responden adalah SMA yaitu keluarga yang anggota keluarganya menjalani
28 orang (53,8%), pekerjaan mayoritas terapi hemodialisa (n:52)
responden tidak bekerja sebanyak 21 orang Tingkat Tingkat Total Pv OR
pengetahuan kecemasan
(40,4%), mayoritas lama pasien menjalani
Tidak Sedang-
hemodialisa ada selama 1-5 tahun yakni ada- berat
sebanyak 37 orang (71,2%), dan hubungan ringan
antara responden dengan pasien GGK adalah n % N % n %
istri yakni sebanyak 19 orang (36,5%). Kurang 0 0 22 55 22 42,3 1,667

0,002 1,244-
Tabel 2. Cukup- 12 100 18 45 30 57,7 2,232
Distribusi responden berdasarkan tingkat baik
pengetahuan (n=52) Jumlah 12 100 30 100 52 100
No Tingkat Frekuensi Persentase
pengetahuan (%) Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari hasil
1 Kurang 15 28,8 uji statistik continuinty correction diperoleh p
2 Cukup 28 53,8 value (0,002) < α (0,05) sehingga diperoleh
3 Baik 9 17,4
kesimpulan ada hubungan antara tingkat
Jumlah 52 100
pengetahuan keluarga tentang hemodialisa
dengan tingkat kecemasan keluarga yang
Distribusi responden tentang tingkat anggota keluarganya menjalani terapi
pengetahuan keluarga tentang hemodialisa hemodialisa di RSUD Arifin Achmad
diketahui bahwa 28 orang (53,8%) responden Pekanbaru.
cukup mengetahui tentang hemodialisa dan yang
memilliki pengetahuan kurang sebanyak 15
orang (28,8%), sedangkan yang memiliki

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 4


PEMBAHASAN dimiliki karena semakin mudah untuk menerima
1. Karakteristik responden informasi yang dibutuhkan.
Penelitian yang dilakukan pada 52 keluarga di Mayoritas responden tidak bekerja yaitu
ruangan hemodialisa RSUD Arifin Achmad sebanyak sebanyak 21 orang (40,4%),
Pekanbaru didapatkan hasil bahwa mayoritas dikarenakan responden merupakan istri, anak
responden berjenis kelamin perempuan yaitu ataupun orang tua dari pasien hamemodialisa
sebanyak 29 orang (56%) dan laki-laki sebanyak yang merupakan penafkah dalam keluarga. Tidak
23 orang (44%). Jenis kelamin perempuan yang hanya responden saja, pasien yang menjalani
banyak dalam penelitian ini erat kaitannya haemodialisa saat ini banyak yang tidak bekerja,
dengan hubungan antara responden dengan hal ini dikarenakan pada pasien GGK yang
pasien itu sendiri, saat ini kebanyakan pasien menjalani hemodialisa menunjukkan beberapa
GGK yang menjalani hemodialisa di rumah sakit masalah kesehatan seperti, anemia, kelelahan,
Arifin Achmad Pekanbaru adalah laki-laki yang hipertensi, diabetes, dan lain-lain (Nursalam,
sudah berumah tangga sehingga kebanyakan 2008). Oleh karena itu pasien dianjurkan untuk
keluarga yang menemani pasien selama banyak istirahat dan hanya melakukan aktivitas
menjalani haemodialisa dirumah sakit adalah yang ringan. Pada penelitian yang dilakukan
pasangan (istri) ataupun anak pasien. oleh Siwi (2003) pada pasien GGK yang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah menjalani hemodialisa di RS Panti Rapih
dilakukan oleh Afnia (2012) yang menyatakan Yogyakarta, menunjukkan hal yang sama dimana
bahwa mayoritas pasien hemodialisa merupakan sebagian besar responden (68%) tidak bekerja.
pasien yang telah berstatus menikah sebanyak 67 Lamanya waktu menjalani hemodialisa
orang (90,5%), sehingga dukungan sosial yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mereka dapatkan selama menjalani hemodialisa telah menjalani hemodialisa 1 – 5 tahun yakni
didapatkan dari pasangan. Ini dibuktikan dengan sebanyak 37 orang (71,2%). Smeltzer & Bare
pasangan yang selalu mendampingi responden (2010) proses dialisis akan dijalani sepanjang
saat pelaksanaan hemodialisa. hidup pasien GGK.
Rentang umur mayoritas pada usia dewasa
pertengahan (36-55 tahun) sebanyak sebanyak 2. Tingkat pengetahuan keluarga tentang
29 orang (56%). Umur merupakan salah satu hemodialisa
domain penting yang mempengaruhi tingkat Data dari responden tentang tingkat pengetahuan
pengetahuan seseorang dalam hidupnya. keluarga tentang hemodialisa diketahui bahwa
Semakin tua seseorang maka akan semakin 28 orang (53,8%) responden cukup baik
banyak pengalaman yang dijalani orang tersebut. mengetahui tentang hemodialisa dan yang
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan memilliki pengetahuan kurang sebanyak 22
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam orang (42,3%). Pengetahuan adalah berbagai
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa melalui pengamatan indrawi. Pengetahuan
dipercaya dari orang yang belum tinggi muncul ketika seseorang menggunakan indra
kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari atau akal budinya untuk mengenali benda atau
pengalaman dan kematangan jiwa (Notoatmodjo, kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
2010). dirasakan sebelumnya (Meliono, 2008).
Tingkat pendidikan responden hampir sama Pengetahuan responden yang cukup baik ini
antara SMA sebanyak 28 orang (53,8%) dan didukung oleh pendidikan, informasi, usia,
perguruan tinggi 11 orang (21,2%). Menurut pekerjaan dan lama menjalani hemodialisa
Notoatmodjo (2010) pendidikan merupakan hal (Notoadmojo, 2010).
penting, dalam rangka memberikan bantuan Rentang umur mayoritas pada usia dewasa
terhadap pengembangan individu seutuhnya, pertengahan, umur merupakan salah satu domain
dalam arti supaya dapat mengembangkan potensi penting yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang seseorang dalam hidupnya. Semakin tua
tinggi diharapkan pemahaman komunikasi, seseorang maka akan semakin banyak
informasi, dan edukasi akan lebih baik. Semakin pengalaman yang dijalani orang tersebut.
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
semakin tinggi tingkat pengetahuan yang kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja.
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 5
Tidak hanya umur yang mempengaruhi menjadikan keluarga sering menerima informasi
pengetahuan, berdasarkan hasil penelitian sehingga dapat menambah pengetahuan mereka.
didapatkan data bahwa sebagian besar responden
telah menamatkan pendidikan setara SMA 3. Tingkat kecemasan keluarga yang anggota
bahkan beberapa orang diantaranya telah keluarganya menjalani terapi hemodialis
menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Data dari responden tentang tingkat kecemasan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin keluarga yang anggota keluarganya menjalani
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang terapi hemodialisa diketahui bahwa 12 orang
tersebut menerima informasi. Dengan (23,1%) responden mengalami tingkat
pendidikan tinggi maka seseorang cenderung kecemasan kategori tidak ada-ringan dan yang
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang mengalami tingkat kecemasan kategori sedang-
lain atau media masa. Pengetahuan sangat erat berat sebanyak 40 orang (76,9%).
kaitannya dengan pendidikan, dengan Menurut Viedebeck (2008), kecemasan
pendidikan tinggi, diharapkan akan semakin luas merupakan suatu perasaan berupa ketegangan,
pengetahuannya. rasa ketakutan dan kekhawatiran yang muncul
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan ketika berhadapan pada suatu keadaan yang tidak
formal (pendidikan) maupun non formal (media menyenangkan, akan tetapi sumbernya sebagian
massa seperti televisi, radio, surat kabar, besar tidak diketahui. Hawari (2006) mengatakan
majalah) dapat memberikan pengaruh jangka kecemasan adalah gangguan alam sadar
pendek (immediate impact) sehingga (effective) yang ditandai dengan perasaan
menghasilkan perubahan atau peningkatan ketakutan atau kehawatiran yang mendalam dan
pengetahuan, sehingga opini dan kepercayaan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
masyarakat akan ikut berubah pula menjadi lebih menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA),
baik pula. masih baik, kepribadian masih tetap utuh (tidak
Pengetahuan hemodialisa tidak hanya hanya mengalami keretakan kepribadian/ splitting of
didapatkan melalui usia, jenjang pendidikan dan personality), perilaku dapat terganggu tapi masih
informasi, namun juga dapat didapatkan dari dalam batas - batas normal.
lingkungan ataupun pengalaman responden itu Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada
sendiri. Lingkungan berpengaruh terhadap dan menjadi bagian dari kehidupan. Hemodialisa
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu dapat berdampak langsung pada penderita
yang berada dalm lingkungan tersebut. Hal ini maupun keluarga. Adapun dampak yang
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ditimbulkan pada keluarga adalah secara
ataupun tidak yang akan direspon sebagai emosional, sosial, fisik, dan keuangan. Secara
pengetahuan oleh setiap individu. Adanya emosional (psikologis) respon yang muncul
lingkungan yang telah terpapar akan kejadian salah satunya adalah kecemasan. Berdasarkan
gagal ginjal di salah satu anggota masyarakat data dari responden tentang tingkat kecemasan
biasanya akan berdampak pada masyarakat keluarga yang anggota keluarganya menjalani
lainnya, Informasi dari lingkngan biasanya akan terapi hemodialisa diketahui bahwa sebagian
mudah tersebar dan di respon oleh kelompok besar responden mengalami tingkat kecemasan
masyarakat lainnya. kategori sedang dan bahkan ada yang termasuk
Pengalaman lebih berpengaruh dibandingkan kategori berat, hanya sebagian kecil yang
dengan informasi yang didapatkan dari mengalami kecemasan ringan dan tidak
lingkungan. Pengalaman sebagai sumber mengalami kecemasan.
pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara 4. Hubungan antara tingkat pengetahuan
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh keluarga tentang hemodialisa dengan tingkat
dalam memecahkan masalah yang dihadapi di kecemasan keluarga yang anggota
masa lalu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui keluarganya menjalani terapi hemodialisa
bahwa sebagian besar responden dalam Uji statistik diperoleh n nilai ρ (0,002) < α
penelitian ini telah cukup lama menjalani (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa pada
hemodialisa yakni 1-5 tahun sebanyak 37 orang alpha 5% ada hubungan yang signifikan antara
(71,2%). Pengalaman yang diperoleh keluarga tingkat pengetahuan keluarga tentang
dapat meningkatkan pengetahuan keluarga. hemodialisa dengan tingkat kecemasan keluarga
Pengalaman seringnya anggota keluarga dirawat
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 6
yang anggota keluarganya menjalani terapi Kondisi keluarga yang seperti inilah yang
hemodialisa. membuat keluarga mengalami kecemasan baik
Keluarga merupakan sebuah sistem yang saling dalam kategori yang ringan, sedang dan berat.
mempengaruhi. Pada sebuah unit keluarga suatu Hal ini sesuai dengan pernyataan Stuart dan
penyakit yang diderita anggota keluarga, maka Laraia (2020) yakni kecemasan merupakan
fungsi perawatan keluarga harus dijalankan ketakutan yang bercampur baur, samar-samar
karena akan mempengaruhi seluruh keluarga. dan berhubungan dengan perasaan ketidak
Dongoes (2010) keluarga berperan mengkaji dan pastian dan tidak berdaya, perasaan terisolasi,
memberikan perawatan kesehatan merupakan hal pengasingan dan kegelisahan. Kondisi pasien
yang penting dalam membantu setiap anggota yang naik turun dapat menyebabkan perubahan
keluarga untuk mencapai suatu keadaan sehat pada kecemasan yang dialami oleh keluarga
hingga tingkat optimum. Menurut Friedman, yang menjalani hemodialisa.
Bowden, dan Jones (2010) dukungan sosial Kecemasan keluarga ini tidak hanya terkait pada
terutama dari keluarga secara langsung dapat kondisi pasien, namun juga terkait dengan
menurunkan tingkat stress yang diakibatkan oleh tingkat pengetahuan pasien sendiri, dimana
suatu penyakit dan secara tidak langsung dapat berdasarkan hasil penelitian didapatkan data
meningkatkan derajat kesehatan individu atau bahwa sebanyak 9 responden (60%) yang
keluarga. Dukungan sosial mengacu kepada memiliki pengetahuan kurang ternyata memiliki
dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh tingkat kecemasan kategori sedang dan sebanyak
pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa 6 responden (40%) yang memiliki pengetahuan
sebagai suatu yang dapat diperoleh baik dari kurang ternyata memiliki tingkat kecemasan
keluarga, lingkungan sosial maupun dari tim kategori berat. Untuk tingkat pengetahuan yang
kesehatan. cukup ternyata sebanyak 18 responden (64,3%)
Bila salah satu individu dalam sebuah keluarga memiliki tingkat kecemasan kategori sedang dan
yang menderita penyakit gagal ginjal dan sebanyak 4 responden (14,3%) memiliki tingkat
memerlukan perawatan hemodialisa, maka hal kecemasan kategori berat. Untuk tingkat
ini tidak hanya menimbulkan stres dan pengetahuan yang baik ternyata sebanyak 1
kecemasan pada dirinya tetapi pada anggota responden (3,6%) memiliki tingkat kecemasan
keluarga lain. Kecemasan pernah dialami oleh kategori sedang dan sebanyak 2 responden
hampir semua individu sebagai akibat masalah (16,7%) memiliki tingkat kecemasan kategori
hidup yang dihadapi. Keluarga merasa cemas berat.
dengan perkembangan kondisi anggota Tingkat pengetahuan yang terlihat dalam
keluarganya, pengobatan dan biaya perawatan. penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang
Individu yang berada pada suatu kondisi yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah
tidak berdaya sangat membutuhkan dukungan menimbulkan banyak kecemasan pada keluarga
dari orang-orang yang berada didekatnya. Seperti yang bervariasi baik ringan, sedang maupun
halnya pasien-pasien yang sedang mengalami berat. Berbeda dengan keluarga yang memiliki
sakit gagal ginjal dan sekarang harus menjalani pengetahuan yang tinggi ternyata memiliki
hemodialisa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru kecemasan sedang dan berat dalam jumlah yang
sangat membutuhkan dukungan dari rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan
keluarganya. pernyataan bahwa faktor yang menyebabkan
Terjadinya gangguan pada fungsi tubuh pasien kecemasan adalah kurangnya pengetahuan
hemodialisa, menyebabkan pasien harus keluarga. Apabila keluarga mempunyai
melakukan penyesuaian diri secara terus pengetahuan tentang hemodialisa, keluarga akan
menerus selama sisa hidupnya. Bagi pasien mengetahui dengan pasti apa yang sedang
hemodialisa, penyesuaian ini mencakup dialami oleh pasien dan apa tujuan dari tindakan
keterbatasan dalam memanfaatkan kemampuan yang dilakukan, maka dengan pengetahuan ini
fisik dan motorik, penyesuaian terhadap kecemasan keluarga akan berkurang dan
perubahan fisik dan pola hidup, ketergantungan demikian pula sebaliknya.
secara fisik dan ekonomi pada orang lain serta Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
ketergantungan pada mesin dialisa selama sisa yang dilakukan Kusuma (2007) tentang
hidup, keadaan seperti ini dapat menimbulkan hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga
perasaan tertekan bahkan dapat menimbulkan tentang ICU dengan tingkat kecemasan keluarga
gangguan-gangguan mental seperti depresi. terhadap perawatan ICU di RSUD dr. Sayidiman
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 7
Magetan, menunjukkan bahwa terdapat dukungan sosial (keluarga) bagi anggota
hubungan yang bermakna antara tingkat keluarganya selama menjalani hemodialisa.
pengetahuan dengan tingkat kecemasan Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
keluarga. melakukan penelitian serupa dengan mengganti
desain penelitian yakni penelitian kualitatif
PENUTUP dengan metode wawancara mendalam (in depth
Kesimpulan interview) sehingga terdapat variasi penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 tentang pengetahuan dan tingkat kecemasan
responden 28 orang (53,8%) diantaranya yang dialami oleh keluarga yang anggota
mengetahui cukup baik tentang hemodialisa dan keluarganya menjalani hemodialisa.
15 orang (28,8%) diantaranya memiliki
1
pengetahuan kurang, sedangkan yang memiliki Fyl Asro Arosa: Mahasiswa Program Studi
pengetahuan yang baik tentang hemodialisa Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
2
hanya 9 orang (17,4%). Jumaini, M.Kep., Sp.Kep.J: Dosen Bidang
Tingkat kecemasan keluarga yang anggota Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi
keluarganya menjalani terapi hemodialisa Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
3
diketahui bahwa dari 52 responden 28 orang Rismadefi Woferst, M.Biomed: Dosen Bidang
(53,8%) responden mengalami tingkat Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
kecemasan kategori sedang, sebanyak 12 orang Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
(23,1%) mengalami kecemasan berat, sebanyak Riau, Indonesia.
5 orang (9,6%) mengalami tingkat kecemasan
ringan dan sebanyak 7 orang (13,5%) tidak DAFTAR PUSTAKA
mengalami kecemasan. Afnia (2012). Hubungan antara dukungan sosial
Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ (0,002) < dengan tingkat depresi pada pasien gagal
α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat ginjal kronik (GGK) yang menjalani
hubungan yang signifikan antara tingkat hemodialisa. Diperoleh pada tanggal 17
pengetahuan keluarga tentang hemodialisa Juni 2014 dari
dengan tingkat kecemasan keluarga yang http://repository.unri.ac.id
anggota keluarganya menjalani terapi Al-Arabi, S. (2006). Quality of life: Subjective
hemodialisa. description off challenges to patient with
Saran end stage renal disease. Nephrology
Bagi perkembangan pelayanan kesehatan Nursing Journal, 33, 285-2894.
khususnya perawat untuk dapat dijadikan Anwar, S. (2006). Analisis hubungan dukungan
pengetahuan untuk memberikan pendidikan sosial dan olahraga terhadap
kesehatan bagi keluarga pasien GGK yang kemampuan kognitif lanjut usia di Panti
menjalani hemodialisa tentang cara mengatasi Sasana Tresna Werda Budi Mulia DKI
kecemasan keluarga selama pasien menjalani Jakarta. Universitas Indonesia. Diperoleh
hemodialisa, dan bagi pihak RS agar dapat tanggal 20 Desember 2013 dari
memberikan pelatihan kepada perawat tentang http://eprints.lib.ui.ac.id/250/1/106114%2
hemodialisa serta dapat memberikan pelayanan DT%2017460%2DAnalisis%20hubungan
kesehatan, menghadapi pasien dengan rasa .pdf
sayang dan ramah tamah sehingga pasien merasa Azizah, L. M. (2011). Keperawatan lanjut usia.
nyaman setiap hemodialisis, memperhatikan Yogyakarta: Graha Ilmu.
keadaan pasien baik secara fisik maupun psikis Dongoes, M. (2010). Keperawatan medikal
dan mampu mengurangi kecemasan yang mereka bedah. Jakarta: EGC.
hadapi selama pasien menjalani hemodialisa. Freidman ,M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G.
Bagi responden dan keluarga hasil penelitian (2010). Keperawatan keluarga; Riset,
diharapkan akan memberikan informasi dan teori dan praktek. Jakarta: EGC.
referensi tentang hemodialisa dan pengaruhnya Hawari, D. (2006). Manajemen stress, cemas
terhadap kecemasan keluarga karena dampak dan depresi. Jakarta: FKUI. Hawari, D.
kecemasan yang akan mempengaruhi kesehatan (2006). Manajemen stress, cemas dan
anggota keluarganya terutama dalam depresi. Jakarta: FKUI
kemampuan keluarga dalam memberikan Kring, D.L., & Crane, P.B. (2009). Factors
affecting quality of life in persons on
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 8
hemodialysis. Nephrology Nursing
Journal, 36, 15-24
Meliono, I., Et Al. (2008). Buku ajar: Logika,
filsafat ilmu dan pancasila. Jakarta:
Lembaga Penerbitan FEUI
Nevid, Jeffrey. (2005). Psikologi abnormal.
Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu kesehatan
masyarakat prinsip-prinsip dasar.
Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Metodologi riset keperawatan
klinis. Jakarta: Salemba Medika
Setiawan,Y. (2012). Mengenal cuci darah.
Diperoleh Dari Http:
//Www.Lkc.Or.Id/2012/06/11/Mengenal-
Cuci-Darah-Hemodialisa/ Diakses
Tanggal 13 September 2013
Siwi. (2003). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan asupan cairan
pada pasi en gagal ginjal kronik
dengan hemodialis is di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Diperoleh pada tanggal 13
Juni 2014 dari
ml.scribd.com/doc/220247652/siiip/
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Sudoyo A. W, dkk. (2009). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
FKUI
Stuart, G,`W., & Laira, M, T. (2005). Principle
and practice of psychiatric nursing. 8
edition. ST. Lois: mosby book inc
Videbeck, S. L. (2008). Buku ajar keperawatan
jiwa. Jakarta: EGC

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 9

Anda mungkin juga menyukai