Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai fungsi utama,
yaitu mempertahankan homeostatis dalam tubuh sehingga terdapat keseimbangan
optimal untuk kelangsungan hidup dan berlangsungnya fungsi sel. Ginjal
mempertahankan homeostasis dengan cara mengatur konsentrasi banyaknya
konstituen plasma, terutama elektrolit, air, dan dengan mengestimasi zat-zat yang
tidak diperlukan atau berlebihan di urin. Gagal ginjal dinyatakan terjadi jika
fungsi kedua ginjal terganggu sampai pada titik ketika keduanya tidak mampu
menjalani fungsi regulatorik dan ekskretorik untuk mempertahankan
keseimbangan (Brunner & Suddart, 2001).1
Jika ginjal mengalami kerusakan, maka ginjal tidak dapat melakukan
fungsi dengan baik. Jika itu dibiarkan saja maka, ginjal akan mengalami
kerusakan yang sangat parah. Maka dari itu jika seseorang mengalami kerusakan
pada ginjalnya, dia memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal.
Hemodialisis yaitu untuk menurunkan kadar ureum,kreatinin dan zat
toksik yang lainnya di dalam darah. Dalam penatalaksanaannya, selain
memerlukan terapi diet dan medikamentosa, pasien GGK juga memerlukan terapi
pengganti fungsi ginjal yang terdiri atas dialisis dan transplantasi ginjal. Terapi
pengganti fungsi ginjal terdiri atas dialisis dan transplantasi ginjal. Diantara kedua
jenis terapi pengganti fungsi ginjal tersebut, dialisis merupakan terapi yang umum
digunakan karena terbatasnya jumlah donor ginjal hidup di Indonesia. Menurut
jenisnya, dialisis dibedakan menjadi dua, yaitu Hemodiaisa dan peritoneal
dialisis. Sampai saat ini, Hemodialisis masih menjadi alternatif utama terapi
pengganti fungsi ginjal bagi pasien GGK karena dari segi biaya lebih murah dan
risiko terjadinya perdarahan lebih rendah jika dibandingkan dengan dialisis

1
Journal Keperawatan Wartilisna Ia muasa, dkk. Hubungan Tindakan Hemodialisis Dengan Tingkat
Kecemasan Klien Gagal Ginjal Di Ruang Dahlia RSUP Prof Dr.R. Kandou Manado Vol. 3 Nomor 1. Febuari
2015
peritoneal (Markum, 2006:588).2Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya
darah, dan “dialisis ” artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti
proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar
tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’.3
Tindakan Hemodialisis saat ini mengalami perkembangan yang cukup
pesat, namun masih banyak penderita mengalami masalah medis saat menjalani
Hemodialisis. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita yang menjalani
Hemodialisis adalah gangguan hemodinamik (Landry dan Oliver, 2006). Tekanan
darah umumnya menurun dengan dilakukannya ultrafiltrasi (UF) atau penarikan
cairan saat Hemodialisis.4 Selain itu tindakan hemodialisis ini terkendala dengan
tingginya biaya pengobatan, karena biaya pengobatan bagi penderita gagal ginjal
mencapai Rp1-3 juta/bulan.
Kasus gagal ginjal Meski belum dilakukan survei secara nasional, tetapi
berdasarkan perbandingan data dengan negara lain kasus gagal ginjal di Indonesia
tinggi. Di negara Amerika Serikat saja perbandingannya untuk klasifikasi orang
dewasa dari sebanyak sepuluh orang satu diantaranya terkena gagal ginjal," kata
Konsultan Ginjal dan Hipertensi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
(Unair) Surabaya dan RSU Dr Sutomo, Dr Djoko Santoso Sp PD-KGH, PhD pada
Seminar Kesehatan di Kota Sukabumi.5 Di Indonesia penyakit gagal ginjal
termasuk kedalam 10 penyakit tidak menular. Dalam pendataan pasien baru dari
tahun 2007-2014 pasien yang mengali gagal ginjal jumlahnya naik turun,pada
tahun 2012 jumlah pesien mencapai 19621 , pada tahun 2013 menurun menjadi
15128 pasien dan pada tahun 2014 bertambah lagi menjadi 17193. Pada tahun
2014 jumlah pasien baru terbanyak terdapat di daerah Jawa Barat yaitu sebanyak
5029 pasien baru.6

2
ibid
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Hemodialisis
4
Journal Keoerawatan Wartilis Ia muasa, dkk. Hubungan Tindakan Hemodialisis dengan Tingkat Kecemasan
Klien Gagal Ginjal di ruang Dahlia RSUP Prof Dr.R. Kamdou Manado Vol.3 Momor 1. Febuari 2015
5
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/2134
6
Report Of Indonesian Renal Registry
Angka kejadian yang sebenarnya untuk gagal ginjal kronis pada populasi
sulit untuk diketahui, namun diperkirakan 10.000 penderita setiap juta populasi
meninggal setiap tahunnya karena berbagai manyam penyakit ginjal dan saluran
kemih. Penelitian tahun 1987 di 5 negara eropa menyebutkan pada anak ,15 tahun,
insidennya 2,7-6,6 per juta anak pada populasi. Pada akhir tahun 1997 di amerika
serikat, lebih dari 300.000 penderita dengan gagal ginjal terminal (GGT).
Sedangkan insiden GGk pada anak kurang dari 16 tahun bervariasi antara 1,5-3
per juta anak. Angka kejadian di Indonesia masih belum diketahui dengan pasti.
Trihono PP (2001) di RSCM dalam kurung waktu 1991-1995 di dapatkan GGK
sebesar 4,9% dari 668 anak dengan penyakit ginjal. Angka ini meningkat menjadi
13.3% dari 435 anak antara tahun 1996-2991. Dirumah sakit Dr. Sutomo dalam
kurung waktu 5 tahun terakhir (1996-2001) adalah 20 penderita (0,1%) dari 325
penderita penyakit ginjal yang dirawat inap.7
Di Jawa Barat khususnya di Kota Cirebon, di RSUD Gunung Jati Kota
Cirebon pasien yang mengalami gagal ginjal yang berada di Ruang Hemodialisis
sejumlah 190 pasien data ini di ambil pada tahun 2016.
Pasien yang sedang menajalankan pengobatan ini tidaklah mudah. Mereka
dihadapi dengan berbagai tantangan yang mana harus mereka hadapi. Dalam
prosesnya pasien mengalami cemas, stres, dan drop. Pasien juga harus
menjalankan diet ginjal. Pasien yang melakukan diet ginjal biasanya akan muncul
perasaan cemas. Pasien menunjukkan kecemasan setiap kali mengkomsumsi
makanan dan minuman, karena jika meraka berlebihan mengkonsumsi makanan
dan minuman mereka akan mengalami sesak akibat penumpukan racun. Selain itu
ketika menjalankan terapi HD tersebut, yang mana pasien harus disuntik di
bagian-bagian tertentu untuk pemasangan alat terapi. Prosesnya itu membuat
pasien merasa sakit karena harus di suntik di tempat yang sama. Selain itu,
pengobatan hemodialisa ini sifatnya terus menerus bisa dikatakan pengobatan ini
bisa sampai seumur hidup. Dalam hal ini pasien harus bisa mengontrol dirinya.
Selain mengontrol diri pasien juga diharapkan memiliki kemampuan untuk
mengatasi masalah-masalahnya. Kemampuan mengatasi atau menghadapi

7
Dr. H. Masriadi. SKM, S. Pd.I., S. Kg., M. Kes., Mh. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. 2016: 205
masalah-masalah tersebut disebut resiliensi. Menurut Rutter resiliensi merupakan
konsep interaktif yang mengacu pada ketahanan relatif terhadap pengalaman
risiko lingkungan, atau mengatasi stres atau kesulitan. 8 Sedangkan menurut helen
Resiliensi mengacu pada adaptasi yang positif, atau kemampuan untuk
mempertahankan atau mendapatkan kembali kesehatan mental, meskipun
mengalami kesulitan.9
Awalnya resiliensi dilihat sebagai bawaan sejak lahir, namun seiring
berjalannya waktu resiliensi ternyata melibatkan juga interaksi sosial dengan
individu, interpersonal, sosial ekonomi, dan budaya. Itu semua berpengaruh
terhadap resiliensi.10 Faktor-faktor yang membantu dan mendukung resiliensi
disebut protective factor. Tiga kategori yang termasuk dalam protective faktoc
yaitu individu, keluarga dan faktor eksternal atau komunikasi. Faktor keluarga
disini yang peneliti maksud adalah dukungan dari keluarga. 11 Dukunag keluarga
sendiri termasuk ke dalam dukungan sosial. Dukungan keluarga adalah sebuah
prilaku yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga dan dukungan keluarga juga
termasuk dalam keberfungsian peran keluarga, yang mana keluarga diharapkan
memberi dukungan pada setiap anggota keluarga yang lain.
Menurut Gottlieb (1983) dalam Zainudin (2002) mendefinisikan dukungan
keluarga yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya.12 Dukungan orangtua
(keluarga) terbukti berdampak positif pada harga diri (Felson & Zielinski, 1989),
penurunan prilaku agresi (Boyum & Parke, 1995; Larsen & Dahle, 2007);
kepuasan hidup (Young, dkk 1995); dan percapaian prestasi akademik (Wong,
2008).13 Dalam penelitian yang dilakukan oleh MS Dewi Nawangsih Wijayanti

8
Rutter, M. 2006. Implications of Resilience Concepts for Scientific Understanding. New York Academy of
Sciences. 1094: 1
9
Helen Herman. Dkk. 2011. What Is Resilience?The canadian journal psychiatry, vol 56 no 5 hal:259
10
Walsh,F 2006. Strengthening family resilience. New York. The Guilford Press. Hal:402
11
Skripsi Elsha Fara. Resiliensi pada dewasa awal berlatar belakang budaya Aceh yang mengalami bencana
tsunami 2004. Universitas Indonesia 2012.
12
https://www.scribd.com/doc/185857958/konsep-dukungan-keluarga-Dr-Suparyanto.2012
13
Sri Lestari. Psikologi Keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga.2012:60
tentang Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Motivasi Penderita Gagal Ginjal
Kronik pasien GGK yang menjalani hemodialisis akan mengalami berbagai
masalah yang dapat menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan yang
meliputi biologi, psikologi, sosial dan spiritual pasien. Namun, Ada juga pasien
yang pada saal awal menjalankan hemodialisis keluarganya melarangnya atau
tidak setuju dengan pasien yang akan menjalankan hemodialisis. Dikarnakan
kurang informasinya mengenai hemodialisis. Dalam hal ini diharapkan bahwa
keluarga dapat memberikan dukungan penuh terhadapat pasien yang sedang
menjalankan hemodialisis.
Menurut Friedman Dukungan keluarga terdiri atas dukungan emosional
Dukungan (Emosional Support), Dukungan Penghargaan (Apprasial Assistance),
Dukungan Materi (Tangibile Assistance), dan Dukungan Informasi (informasi
support).14 semua dukungan ini sebenarnya termasuk dalam dukungan sosial.
Dari ke empat dukungan di atas peneliti hanya akan mengambil satu dukungan
yaitu dukungan emosionalnya. Dari ke empat bentuk dukungan diatas. Dukungan
emosional lebih real terlihat pada keluarga pasien gagal ginjal jika dibandingkan
dengan bentuk dukungan yang lain. Seperti halnya dukungan informasi.
Dukungan informasi ini didapat oleh pasien biasanya didapat bukan dari keluarga
meliankan dari dokter dan para perawat yang berada di ruang Hemodialisa. Maka
dari itu peneliti memilih dukungan emosioan kerena lebih berhubungan langsung
dengan keluarga dan pasienn.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji keterkaitan antara
dukungan emosianal dan resiliensi pasien gagal ginjal terhadap kecemasan pasien
gagal ginjal yang sedang menjalankan hemodialisis.

B. Identifikasi Masalah
1. Pasien HD sering mengalami cemas saat menjalanjan terapi hemodialisis
2. Kecemasan pasien menjalankan diet ginjal

C. Pembatasan Masalah

14
https://www.scribd.com/doc/185857958/konsep-dukungan-keluarga-Dr-Suparyanto.2012
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman, maka peneliti memberikan
masalah batasan sebagai berikut:
1. Yang di kaji oleh peneliti adalah hal-hal yang berkaitan dengan dukungan
emosional.
2. Hanya membahas resiliensi pasien gagal ginjal yang sendang menjali terapi
hemodialisis
3. Membahas pasien yang mengalami kecemasan

D. Perumusan Masalah
1. Bagaimana dukungan emosional dari keluarga terhadap pasien gagal ginjal yang
menjalankan hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon?
2. Bagaimana resiliensi pasien gagal ginjal yang menjalankan hemodialisi di Rumah
Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon?
3. Bagaimana pengaruh dukungan emosional keluarga terhadap resiliensi pasien
gagal ginjal yang sedang menjalankan Hemodialisis di Rumah Sakit Umum
Daerah Gunung Jati Cirebon?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahuidukungan emosial keluarga pasien gagal ginjal yang sedang
menjalankan Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon.
2. Untuk mengetahui resiliensi pasien pasien gagal ginjal yang menjalankan
hemodialisi di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon.
3. Untuk mengetahui pengaruh dukungan emosial keluarga terhadap resiliensi pasien
gagal ginjal yang sedang menjalankan Hemodialisis di Rumah Sakit Umum
Daerah Gunung Jati Cirebon.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada:
1. Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam IAIN Syekh Nurjai Penelitian ini
diharapkan dapat memberi mamfaat khususnya untuk Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam IAIN Syekh Nurjati dan bermamfaat menjadi salah satu sumber
informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lembih lanjut masalah yang
berkaitan dukungan emosial keluarga dan resiliensi dalam menurunkan tinkat
kecemasan pasien gagal ginjal yang sedang menjalankan Hemodialisis di Rumah
Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon.
2. RSUD Gunung Jati Cirebon
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak rumah sakit
khususnya di bagian keluarga, pasien, perawat. Agar lebih memperhatikan aspek-
aspek dukungan keluarga.

G. Penelitian terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti telah melakukan
beberapa kajian pustaka yang didalamnya mendasarkan coping stres sebagai objek
penelitian. Langkah ini dilakukan untuk memastikan keaslian peneliti yang akan
dilakukan. Dalam penelusuran yang telah dilakukan, beberapa hasil penelitian
yang terkait dengan pemanfaatan resiliensi dan dukungan keluarga, diantaranta
adalah sebagai berikut:
1. Skripsi karya Didin Saprudin Fakultas Dakwah IAIN Syekh Nur Jati Cirebon
yang berjudul “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Mengurangi Tingkat
Depresi Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal Krobuk di Ruang Hemodialisis”
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah objek yang di
telitinya yaitu pasien gagal ginjal yang berada di ruang hemodialisis, sedangkan
perbedaannya adalah dari variabel Y-nya yang mana pada penelitian terdahulu
tersebut variabel Y-nya adalah tingkat depresi sedangkan penulis variabel Y-nya
adalah resiliensi pasien.
2. Journal penelitian karya Supriyadi, Wagiyo, dan Sekar Ratih Widowati Program
Studi Keperawatan Semarang, Poltekkes Semarang 2011 yakni tentang “Tingkat
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis” penelitian ini
bertujuan untuk mengatahui tingkat kualitas hidup pasien yang mengalami gagal
ginjal kronik.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah objek yang di
telitinya yaitu pasien gagal ginjal, sedangkan perbedaannya adalah dari penelitian
yang dikaji dalam peneliti terdahulu yang dikaji adalah tingkat kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik sedangkan penulis mengkaji dukungan emosional
dengan resiliensi pasien.
3. Skripsi karya KasriyantiJurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia 2012 yakni tentang “Hubungan Resiliensi dengan Keberfungsian
Keluarga Pada Remaja Pecandu Narkoba yang Sedang Manjalani Pamulihan”
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan resiliensi dengan
keberfungsian keluarga pada remaja pecandu narkoba persamaan penelitian ini
dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti resiliensi. Sedangkan
perbedaannya adalah objeknya peneliti meneliti tentang resiliensinya pasien gagal
ginjal sedangkan skripsi karya Karsiyanti objeknya anak remaja pecandu narkoba.
4. Jurnal ilmiah Yudi Kurniawan Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya Uninersitas Islam Indonesia 2011 yakni tentang “Pembentukan
Resiliensi (Resilient Formation) Pada Penderita Thalassemia” penelitian ini
bertujuan untuk mengetahi Faktor-faktor apa saja penentu resiliensi. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti resiliensi.
Sedangankan perbedaan nya adalah objek penelitiannya yaitu pasien yang yeng
mengidap penyakit thalassemia sedangkan objek peneliti adalah pasien yang
mengalami gagal ginjal. selain itu perbedaan dalam metode penelitian yang
digunakan, dalam penelitian yang dilakukan oleh saudra yudi menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus. Sedangkan
penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain analisis
deskriftif.
5. Skripsi Mahesti Pertiwi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 yakni tentang “Dimensi Religius dan
Resiliensi pada Residen Narkoba di BNN Lido” penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari dimensi religius terhadap resiliensi pada residen
narkoba. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah sama-sama
meneliti resiliensi dan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan
perbadaan dalam penelitian ini terletak pada adalah objek yang ditelitinya. Objek
yang di teliti oleh penulis adalah pasien gagal ginjal sedangkan pada penelitian
terdahulu ini objeknya adalah residen narkoba. Selain objel penelitian, terdapat
perbedaan dalam variabel X penelitian. dalam penelitian oleh penulis adalah
veriabel X nya adalah dukungan emosional keluarga, sedangkan dalam pebelitian
terdahuli variabel X nya adalah tentang dimensi religius.
6. Skipsi Ms Dewi Nawangsih Wijayanti Program Studi Keperawatan Stikes
Kusuma Husada Surakarta 2016 yakni tentang “ Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Motivasi Penderita Gagal Ginjal Kronik Diruang Hemodialisa RSUD Dr.
Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri” penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi penderita gagal
ginjal kronis. Persamaan penelitian ini dengan penelitia penulis adalah sama-sama
meneliti tentang dukungan keluarga dan objek penelitiannya adalah pasien yang
menderita gagal ginjal. sedangkan perbedaan penelitain ini dengan penelitain yang
dilakukan oleh penulis adalah pada variabel Y. Dalam penelitian terdahulu ini
variabel Y nya adalah motivasi sedangkan dalam penelitain penulis variabel Y nya
adalah resiliensi.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi atas lima bab.

BAB I : Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang penelitian dilakukannya


penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan permasalahan, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kerangka Teori menguraikan tentang penegrtian resiliensi, aspek-


aspek resileinsi, sumber pembentukan resiliensi, pengertian dukungan, penegrtian
dukungan sosial, bentuk dukungan, pengertian emosional, penjelasan pasien yang
menjalankan hemodialisa, kerangka berpikir dan hipotesis.

BAB III : Metode Penelitian menguraikan tentang profil rumah sakit, sejarah
rumah sakit dan kepemimpinan, visi, misi, tujuan rumah sakit, struktur organisasi,
jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel venelitian, populasi, teknik
sampling, sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji instrumen,
teknik analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan menguraikan tentang hasil


pengolah dari data penelitian, meliputi gambaran umum responden, deskriptif data
dan hasil uji hipotesis.

BAB V : Kesimpulan dan Saran pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan
hasil penelitian dan saran.

Anda mungkin juga menyukai