Anda di halaman 1dari 4

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan kondisi fungsi ginjal yang mengalami

penurunan secara bertahap karena kerusakan ginjal. Fungsi ginjal adalah untuk

memfiltrasi limbah dan kelebihan cairan dalam darah sebelum dibuang melalui cairan

urine yang setiap harinya ginjal memfiltrasi sebanyak 120-150 liter darah dan

menghasilkan sebanyak 1-2 liter urine (Fraser & Blakeman, 2016). Indikator

kesehatan manusia dapat diidentifikasi melalui angka kejadian penyakit.

Prevalensi GGK di seluruh dunia sebanyak 13,4% (Lv & Zhang, 2019), dan di

Indonesia sebesar 19,33% atau sebanyak 2.850 pasien (Riskesdas, 2018a). Sedangkan

di Jawa Timur prevalensi GGK sebanyak 23,14% atau 340 pasien (Riskesdas, 2018b).

Prevalensi GGK di RSUD Bangil 3 bulan terakhir adalah bulan Mei 216 pasien, Juni

150 pasien dan Juli 153 pasien, dengan rata-rata 173 pasien. GGK lebih sering terjadi

pada wanita sebanyak 14% dibandingkan dengan pria sebanyak 12% dengan usia 65

tahun sebanyak 38% dibandingkan dengan responden berusia 45-64 tahun sebanyak

12%) dan usia 18-44 tahun sebanyak 6% (Centers for Disease Control and

Prevention, 2021).

Dampak yang timbul akibat GGK adalah terjadi gangguan elektrolit seperti

penumpukan fosfor dan hyperkalemia, penyakit jantung dan pembuluh darah, edema

paru, anemia, dan kerusakan sistem saraf pusat (National Kidney Foundation, 2017).

Dari dampak tersebut perlu dilakukannya treatment pada pasien GGK, dimana perlu
2

adanya hemodialisis (HD) agar penyakit dapat terkontrol. HD bertujuan untuk

mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air

yang berlebihan (Suharyanto & M adjid, 2009). Pasien harus menjalani hemodialisis

paling sedikit 3 kali seminggu dengan lama terapi 3-4 jam setiap kali terapi (Smeltzer

& Bare, 2006). Pasien yang menjalani terapi hemodialisis akan menghadapi masalah-

masalah yang timbul akibat tidak berfungsingnya ginjal. Hal ini berdampak pada

kehidupan pasien yang meliputi biologi, sosial, psikososial (Canisti, 2008). Pasien

dengan gagal ginjal kronik akan sering sekali merasa stres dan mengalami kecemasan

karena pasien hemodialisis harus melakukan pembatasan diet dan cairan (Son et al,

2009) dan memerlukan adanya dukungan keluarga.

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan, penerimaan keluarga serta siap

memberikan pertolongan dan bantuan kepada salah satu keluarga yang sakit atau

membutuhkan pertolongan serta menimbulkan rasa dikasihi dan disayangi (Ayuni,

2020). Dukungan keluarga yang diberikan kepada anggota keluarga lain berupa

barang, jasa, informasi, dan nasihat yang mampu membuat penerima dukungan akan

merasa diberikan kasih sayang, dihargai, dan tentram. Dukungan keluarga juga sangat

berpengaruh terhadap pasien yang sedang menjalani pengobatan, karena dukungan

keluarga yang didapat memberi respon positif kepada pasien untuk mengurangi

kecemasan yang dirasakan. Upaya untuk mengurangi kecemasan pasien dengan gagal

ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis adalah dukungan keluarga, karena

dukungan keluarga sangat penting untuk kesembuhan pasien.

Berdasarkan studi pendahuluan pada unit hemodialisis RSUD Bangil pada 7

pasien hemodialisis didapatkan bahwa 2 pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
3

hemodialisis masih merasakan kecemasan yang sama seperti saat pasien pertama kali

menjalani hemodialisis. 1 dari 2 pasien yang merasa cemas karena pasien kurang

mendapatkan dukungan keluarga (Suami) yang baik atau dukungan yang diterima

biasa-biasa saja, sehingga pernah melewatkan jadwal untuk menjalani hemodialisis.

Sedangkan untuk 5 pasien mampu menerima kondisi dan kecemasannya karena

mendapatkan dukungan penuh dari keluarga (Anak kandung) dimana keluarga

bersedia mengantar dan menunggu pasien untuk menjalani terapi hemodialisis dan

menghibur pasien saat pasien merasakan kejenuhan saat menjalani terapi

hemodialisis. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ''Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD

Bangil''

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis hubungan antar dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil.


4

1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil.

1.3.2.3 Menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUD Bangil.

1.4 Manfaat penilitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan

menambah pengetahuan yang telah ada mengenai dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUD Bangil.

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada keluarga

pasien dalam hal ini memberikan dukungan terhadap anggota

keluarga yang menderita gagal ginjal kronis.

1.4.2.2 Memberikan informasi kepada masyarakat pentingnya dukungan

keluarga terhadap tingkat kecemasan yang sedang menjalani

hemodialisis.

Anda mungkin juga menyukai