Anda di halaman 1dari 32

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dukungan Keluarga dalam penyusnan skripsi ini adalah dukungan yang diberikan oleh

anggota keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung dalam satu rumah dengan

suatu keterikatan perkawinan untuk menjaga, menyayangi, mengasihi, mensupport, memotivasi

dan menolong salah satu anggota keluarga inti tersebut yang mengalami sakit gagal ginjal

kronik.

2.1 Dukungan keluarga

2.1.1 Pengertian dukungan keluarga

Keluarga merupakan kumpulan dua responden atau lebih hidup bersama yang memiliki

keterikatan emosional dan mempunyai peran masing-masing dari keluarga tersebut misalnya

suami, istri, dan anak yang terbentuk dalam ikatan perkawinan(Friedman, 2003) dalam (Ayuni,

2020).

Dukungan Keluarga merupakan sikap, tindakan, penerimaan keluarga serta siap memberikan

pertolongan dan bantuan kepada salah satu keluarga yang sakit atau membutuhkan pertolongan

serta menimbulkan rasa dikasihi dan disayangi(Ayuni, 2020).

2.1.2 Fungsi dukungan keluarga

Menurut (Ayuni, 2020) dukungan keluarga mempunyai peran penting, karena keluarga bisa

memberikan support secara fisik maupun psikologis. Fungsi dukungan keluarga yaitu:
6

2.1.2.1 Dukungan informatif

Dukungan informatifmerupakan kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang suatu

penyakit atau kesulitan dari penderita tersebut.Keluarga bisa juga memberikan saran, sugesti

positif, dan informasi yang sudah didapat secara valid yang digunakan untuk memecahkan suatu

masalah.

2.1.2.2 Dukungan penilaian

Dukungan penilaian yaitu keluarga dapat memberikan support, penghargaan serta perhatian dan

melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik untuk mengenali dan mengatasi

masalah serta membuat suatu keputusan dengan baik.

2.1.2.3 Dukungan instrumental

Dukungan instrumental yang diberikan oleh keluarga kepada salah satu keluarga yang

menderita gagal ginjal kronik bisa dalam bentuk makan, minum, biaya, tranportasi, dan lain-

lain.

2.1.2.4 Dukungan emosional

Dukungan emosional merupakan dukungan yang diberikan kepada keluarga yang menderita

gagal ginjal kronik dalam bentuk memberikan motivasi positif, kasih sayang, perilaku yang

bahagia agar penderita merasa dikasihi dan disayangi yang akhirnya penderita mempu dan

bersemangat untuk sembuh dari penyakitnya.


7

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku dari dukungan keluarga

Faktor yang mempengaruhi perilaku dari dukungan keluarga menurut (Herlinah et al.,

2003)yaitu pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai (tradisi atau kepercayaan), sarana dan

prasarana, penguat dari faktor yang mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku, dan

yang memperkuat perilaku terkait dengan kepatuhan.

Menurut (Kurniawati, 2015) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga antara lain :

2.1.3.1 Budaya

Budaya di wilayah Indonesia masih dalam tradisional sangat mempengaruhi dukungan kelurga,

dengan budaya yang masih tradisional banyak warga di pelosok Indonesia lebih mempercayai

dukun, tabib, dan penggunaan obat-obatan tradisional untuk sarana penyembuhan anggota

keluarganya yang sakit. Mereka lebih memilih atau mempercayai dukun atau tabib dalam

kesembuhan keluarga yang sakit atau diri sendiri dengan alasan harga lebih murah dan

pengobatan tidak bercampur dengan bahan kimia. Dibalik alasan masyarakat tentang

keunggulan dukun atau tabib, mereka tidak mempercayai bahwa akar masalah dari penyakit

tersebut tidak bisa dideteksi oleh kasat mata saja. Padahal ketika anggota keluarga yang sakit

dibawa ke rumah sakit atas pemantauan dokter dan diberi obat dan dosis serta pemeriksaan

penunjang sesuai kebutuhan, akan lebih baik dan mengetahui masalah dari penyakit tersebut

dapat terseleseikan.
8

Beberapa cara untuk merubah budaya tersebut antara lain :

a. Penyuluhan mengenai pentingnya memeriksakan diri ke rumah

sakit kepada masyarakat desa yang jauh (tidak update) dari

informasi kesehatan

b. Memberikan informasi sesering mungkin dengan stimulus yang

menarik perhatian

c. Masyarakat Indonesia pada umumnya masih mempunyai perasaan

malu dan sungkan kepada lingkungan sekitar, oleh karena itu

pelaksanaan penyuluhan perlu dipikirkan, kegiatan apa yang dapat

merubah dan memotivasi kepada keluarga untuk segera

merealisasikan kepedulian kepada anggota keluarga yang sakit.

2.1.3.2 Pendapatan

Masayarakat Indonesia sebanyak 75-100% penghasilannya untuk membiayai keperluan

hidupnya masih rendah. Sehingga banyak masyarakat Indonesia yang dalam kategori

berpenghasilan rendah menggunakan asuransi kesehatan/BPJS untuk pengobatan gagal ginjal

kronik yang obat sampai dengan terapi hemodialisis tergolong tidak murah, karena pengobatan

gagal ginjal kronik sudah over cost maka hal yang dilakukan mayoritas pulang paksa atau tidak

bisa meneruskan kembali pengobatannya. Hal ini sangat mempengaruhi dukungan keluarga

pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.


9

2.1.3.3 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan keluarga dalam merawat

salah satu keluarga yang sakit. Semakin rendah pengetahuan keluarga maka akses terhadap

informasi kesehatan keluarga yang sakit akan berkurang, sehingga keluarga kesulitan untuk

mengambil suatu keputusan yang tepat.

2.1.4 Ciri-ciri dukungan keluarga

Menurut (Aprilia, 2010) keluarga yang siap mental dalam merawat anggota keluarganya yang

sakit dapat memberikan banyak manfaat. Ciri-ciri keluarga yang memberikan dukungan antara

lain :

2.1.4.1 Memberi rasa tenang dan menguatkan psikis keluarga yang sakit,

karena kelurga adalah responden terdekat yang dapat memberikan

kenyamanan, support, dukungan instrumental dan religi dalam

mengurangi kecemasan anggota keluarga yang sakit gagal ginjal

kronik dalam tindakan hemodialisis.

2.1.4.2 Menambah kedekatan emosi antar keluarga, karena dengan adanya

anggota keluarga yang merawat keluarga yang sakit, dan melihat

secara langsung pengorbanan anggota keluarga yang sakit berjuang

untuk menahan sakit dan berusaha untuk sembuh, akibatnya keluarga

semakin sayang dan memberikan motivasi positive kepada anggota

keluarganya yang sakit.


10

2.1.4.3 Selalu ada saat dibutuhkan. Dengan selalu ada di samping anggota

keluarganya yang sakit, keluarga yang sehat dapat membantu apa saja

yang dibutuhkan keluarga yang sakit.

2.1.4.4 Lebih menghargai dan menjaga perilakunya terhadap anggota

keluarganya yang sakit.

2.2 Kecemasan

2.2.1 Definisi kecemasan

Kecemasan merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas

dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Sedangkan pengertian kecemasan

menurut Freud yang dikutip dari (Andri & Yenny, 2014) dibagi menjadi 3, yaitu

2.2.1.1 Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety)

Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap

bahaya yang mengancam di dunia nyata, misalnya ketakutan terhadap

kebakaran, angin tornado, egmpa bumi, binatang buas dan lain-lain.

2.2.1.2 Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)

Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan instingtual dan

realitas, misalnya anak yang biasanya dihukum responden tuanya terlalu berat yang dapat

mengakibatkan atau menimbulkan rasa ketakutan yang berlebihan kepada responden tuanya.

Hal ini perlu diperhatikan karena ketakutan terjadi bukan


11

karena ketakutan atas apa yang akan terjadi bila insting tersebut dipuaskan dan juga kecemasan

neurosis ini bisa terjadi adanya factor dalam diri yang menakutkan seperti takut mati akan

penyakitnya.

2.2.1.3 Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara id dan superego.Yang dimaksud superego

adalah perasaan malu dan bersalah dan yang dimaksud id adalah ketakutan terhadap suara hati

individu sendiri.

2.2.2 Penyebab kecemasan

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) kecemasan memiliki berbagai penyebab.

Penyebab kecemasan antara lain :

 Krisis situasional.

 Kebutuhan tidak terpenuhi.

 Krisis maturasional.

 Ancaman terhadap konsep diri.

 Ancaman terhadap kematian.

 Kekhawatiran mengalami kegagalan.

 Disfungsi sistem keluarga.

 Hubungan responden tua-anak tidak memuaskan.

 Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

 Penyalahgunaan zat.

 Terpapar bahaya lingkungan (misalnya : toksin, polutan, dan lain-lain).

 Kurang terpapar informasi


12

2.2.3 Tingkat kecemasan

Menurut (Hardiyati, 2020) Tingkatan kecemasan terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

2.2.2.1 Kecemasan ringan

Kecemasan ringan sering berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.

Kecemasan ringan dapat memiliki dampak atau respon pada tubuh yaitu:

a. Respon fisiologis akibat kecemasan ringan yaitu individu sering

merasakan nafasnya pendek, muka berkerut, dan bibir bergetar

serta individu juga mengalami ketegangan otot ringan.

b. Respon kognitif akibat kecemasan ringan yaitu individu masih

mampu menyelesaikan masalah dengan baik, karena individu

dalam persepsi luas, mampu menerima rangsang yang kompleks,

konsentrasi pada masalah, dan mampu menyeleseikan masalah.

c. Respon perilaku dan emosi tampak dari ketidakmampuan individu

untuk bersikap tenang, tidak dapat duduk tenang, mengalami

tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.

2.2.2.2 Kecemasan sedang

Kecemasan sedang ini memungkinkan individu untuk memusatkan hal penting dan

mengesampingkan yang lain, individu mengalami perhatian yang selektif, sehingga individu

mampu dan dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi yang muncul pada

kecemasa sedang antara lain :


13

a. Respon fisiologis; sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, mulut kering, diare atau kontipasi, tidak nafsu makan,

mual, dan berkeringat dingin.

b. Respon kognitif; respon pandang menyempit, rangsangan luas

dan mampu menerima, berfokus pada apa yang terjadi perhatian

dan bingung.

c. Respon perilaku dan emosi; bicara banyak dan lebih cepat, susah

tidur dan merasa tidak nyaman.

2.2.2.3 Kecemasan berat

Kecemasan berat merupakan lapang persepsi individu yang menyempit, individu cenderung

hanya mampu memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang

hal lain. Semua perilaku yang ditujukan individu bertujuan untuk mengurangi

ketegangan.Individu hanya memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan perhatian

atau pikiran ke suatu yang menyenangkan. Manifestasi yang muncul pada kecemasan berat

antara lain:

a. Respon fisiologis; nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringan dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan merasa

tegang.

b. Respon kognitif; lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu

menyelesikan masalah.
14

c. Respon perilaku dan emosi; perasaan terancam meningkat,

verbalisasi cepat, dan menarik diri dari hubungan interpersonal.

2.2.2.4 Panik

Panik adalah tingkatan yang sangat membahayakan bagi individu yang megalami

kecemasan.Perilaku panik yang tampak pada individu yang mengalami kecemasan adalah

individu tampak ketakutan dan mengatakan mengalami teror, tidak mampu melakukan sesuatu,

walaupun dengan pengarahan serta mengalami gangguan kepribadian. Gejala lain yang muncul

adalah terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan

responden lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional. Manifestasi yang muncul

pada individu yang mengalami panik antara lain :

a. Respon fisiologis; napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,

nyeri pada bagian dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi motorik

rendah.

b. Respon kognitif; lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat

berfikir logis.

c. Respon perilaku dan emosi; mengamuk dan marah-marah,

ketakutan, berteriak-teriak, menarik diri dari hubungan

interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan persepsi

kacau.
15

2.2.4 Pengukuran kecemasan

Pengukuran kecemasan menurut (Breivik et al., 2008) dan (Saputro & Fazrin, 2017) antara lain :

2.2.3.1 Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A)

Menurut (Breivik et al., 2008) menjelaskan bahwa VAS-A salah satu pengukuran yang

digunakan untuk mengukur intensitas kecemasan pada pasien yang biasa digunakan.VAS=A

terdapat beberapa kategori yaitu nilai 0 yang artinya tidak ada rasa cemas, nilai 1-3 yang

merupakan cemas ringan, nilai 4-6 dikatakan sebagai cemas sedang, nilai 7-9 dikatakan cemas

berat, dan 10 dikatakan panic atau cemas sangat berat.

2.2.3.2 Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Menurut (Saputro & Fazrin, 2017)Gambar


dalam1.(Wahyudi et al.,Scale
Visual Analog 2019)
for menjelaskan bahwa Hamilton
Anxiety (VAS-A)

Anxiety Rating Scale (HARS) pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956,

yaitu untuk mengukur semua kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS
16

terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda dan gejala kecemasan pada anak maupun

responden dewasa, antara lain :

1 Perasaan Cemas  Firasat buruk


 Takut akan pikiran sendiri
 Mudah tersinggung
2 Ketegangan  Merasa tegang
 Gelisah
 Gemetar
 Mudah menangis
 Lesu
 Tidak bisa istirahat dengan
tenang
 Mudah terkejut
3 Ketakutan  Takut terhadap gelap
 Takut terhadap responden
asing
 Takut bila ditinggal sendiri
 Takut pada binatang besar
 Takut pada keramaian lalu
lintas dan kerumunan
responden banyak
4. Gangguan tidur  Sukar memulai tidur
 Terbangun pada malam hari
 Tidur tidak pulas
 Bangun dengan lesu
 Sering bermimpi buruk dan
menakutkan
5. Gangguan  Daya ingat buruk
kecerdasan  Susah berkonsentrasi
6. Perasaan depresi  Hilangnya minat
17

(berkurangnya kesenangan
pada hobby)
 Sering sedih tidak jelas
 Terjaga pada dini hari
 Perasaan berubah-ubah setiap
hari
7. Gejala somatik  Sakit dan nyeri otot
 Terasa kaku dan kedutan pada
otot
 Gigi gemerutuk
 Suara tidak stabil
8. Gejala sensorik  Tinnitus
 Mata kabur
 Muka merah dan pucat
 Merasa lemas
 Perasaan seperti tertusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskular  Jantung berdebar-debar
 Nyeri pada dada
 Denyut nadi mengeras
 Perasaan lesu, lemas seperti
mau pingsan
 Detak jantung hilang sekejap
10. Gejala pernapasan  Rasa tertekan di dada
 Perasaan tercekik
 Sering menarik napas
 Napas pendek/sesak
11. Gejala  Sulit menelan
gastrointestinal  Perut melilit
 Gangguan pencernaan
 Nyeri sebelum dan sesudah
makan
18

 Perasaan terbakar di perut


 Begah perut dan mual muntah
 BAB lembek
 Berat badan menurun
 Susah BAB
12. Gejala urogenital  Sering BAK
 Tidak dapat menahan air seni
 Amenorrhea
 Menorrhagia
 Frigid
 Ejakulasi praecocks
 Ereksi lemah
 impotensi
13. Gajala otonom  Mulut kering
 Uka merah dan mudah
berkeringat
 Sering pusing dan bulu roma
berdiri
14. Perilaku  Gelisah, tidak tenang, jari
sewaktu=waktu gemetar
ketika wawancara  Kerut kening, muka tegang
 Tonus otot meningkat
 Napas pendek dan cepat
 Muka memerah

Penilaian kecemasan dengan memberikan kategori sebagai berikut : 0= tidak ada gejala

sama sekali

1 = satu gejala yang ada

2 = sedang/separuh gejala yang ada


19

3 = berat/lebih dari separuh gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah skoring 1-14 dengan hasil sebagai

berikut:

<14 = tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan 21-27 = kecemasan

sedang 28=41 = kecemasan berat

42-52 = kecemasan berat sekali

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut (Hardiyati, 2020) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain

2.2.4.1 Faktor biologis: otak mengandung reseptor khusus yaitu

benzodiazepine yang bertugas untuk mengelola dan mengatur

kecemasan. Selain itu dapat juga menghambat GABA dan juga

endorphin yang berperan dalam mengelola kecemasan. Kecemasan

tersebut dapat menimbulkan berbagai perubahan dan gangguan fisik.

Bila tidak segera ditangani dengan baik, maka dapat menurunkan

kapasitas seseresponden untuk mengatasi stressor.

2.2.4.2 Faktor psikologis, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pandangan psikoanalitik. Kecemasan adalah konflik emosional

yang terjadi antara 2 elemen kepribadian, yaitu id dan sueregon

yang mewakili insting dan impuls primitive, sedangkan superego


20

mencerminkan hati nurani seseresponden yang dikendalikan oleh norma budaya seseresponden.

Ego berfungsi sebagai menengahi tuntutan dan dua elemen yang bertentangan. Fungsi dari

kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa akan terdapat bahaya.

b. Pandangan interpersonal. Kecemasan timbul dari perasaan takut

terhadap penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan

berhubungan dengan kajadian yang tidak menyenangkan dan

merugikan untuk individu.

c. Pandangan perilaku kecemasan adalah sebuah fantasi yang

merupakan segala sesuatu yang menganggu kemampuan

seseresponden untuk mencapau tujuan yang diinginkan. Pakar

perilaku menganggap kecemasan sebagai dorongan belajar dari

dalam diri untuk menghindari kepedihan. Individu yang sejak

kecil terbiasa enghadapi ketakutan yang berlebihan, lebih sering

menunjukkan kecemasan dalam kehidupan selanjutnya

dibandingkan dengan individu yang jarang menghadapi ketakutan

dalam kehidupannya.

2.2.4.3 Faktor sosial budaya. Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui

dalam keluarga. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan

berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan. Faktor ekonomi bagi

pasien yang menjalani tindakan hemodialisis sangat mempengaruhi

kecemasan pasien, dimana pasien yang mempunyai pendapatan yang


21

tinggi akan fokus dengan kesehatan dan kesembuhan dirinya, sedangkan pasien yang menjalani

tindakan hemodialisis yang mempunyai pendapatan kurang akan sangat mempengaruhi

psikologis pasien yaitu kecemasan, karena keinginan untuk sembuh dari penyakitnya tetapi

terhalang dengan faktor pendapatan yang tidak tercukupi. Hal tersebut juga akan menimbulkan

keputusasaan pada pasien dan akan memperberat kondisinya.

2.2.4.4 Faktor Presipitasi

a. Ancaman terhadap intregitas seseresponden seperti

ketidakmampuan atau penurunan fungsi biologis akibat sakit

sehingga menganggu individu untuk melakukan hidup sehari-hari

misalnya melakukan terapi hemodialisis setiap bulannya untuk

individu yang mengidap penyakit gagal ginjal kronik.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseresponden yang dapat

menimbulkan gangguan terhadap identitas diri, harga diri, dan

fungsi sosial individu.

2.3 Gagal ginjal kronik

2.3.1 Definisi gagal ginjal kronik

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran untuk mengatur keseimbangan cairan, elektrolit,

asam basa dan hormon (hormon renin, eritropoietin, prostaglandin, dihidroksikalsiferol).

Kerusakan pada ginjal mengakibatkan gangguan elektrolit seperti hiperkalemia, hipokalsemia,

asidosis metabolik dan dapat menimbulkan gangguan pada otot, kelainan


22

tulang, kalsifikasi pembuluh darah dan kematian (Brunzel, 2018). Deteksi dan diagnosis

penyakit ginjal kronik yang terlambat mengakibatkan perkembangan kearah gagal ginjal yang

membutuhkan terapi dialysis seumur hidup atau transplantasi ginjal (Biljak et al., 2017).

Gagal ginjal kronis merupakan kelainan struktur atau fungsi ginjal yang terdapat selama lebih

dari tiga bulan. Pendekatan untuk diagnosis dan evaluasi gagal ginjal kronis melibatkan

penilaian dan pemantauan dari fungsi ginjal melalui pemeriksaan glomerulus filtration rate

(GFR) atau serum kreatinin, berkurangnya GFR (<60 mL/min/1,73 m2 selama >3 bulan) atau

terdapat biomeker kerusakan ginjal, misalnya tingkat ekresi albumin atau albumin excretion rate

(AER) > 30 mg/24 jam) (Biljak et al., 2017).

2.3.2 Etiologi gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronis disebabkan oleh banyak faktor, antara lain diabetes, hipertensi,

glomerulonephritis, sindrom nefrotik dan kista ginjal.Penyebab utama gagal gijal kronis adalah

hipertensi dan diabetes. Berikut adalah trend penyebab penyakit ginjal yang berkembang kearah

gagal ginjal (Rifai et al., 2019) dalam (Susanti, 2019).

Gambar 2 Trend insiden end-stage renal disease dan penyebab primer


23

(Burtis & Bruns, 2015)

Diabetes adalah penyebab primer End-Stage Renal Disease pada 44% pasien dialysis di

Amerika pada tahun 2009, yang disertai juga peningkatan insiden diabetes dan hipertensi.

Sedangkan glomerulonephritis dan kista ginjal tidak menunjukkan perbedaan insiden (Rifai et

al., 2019).

2.3.3 Manifestasi sistem tubuh pada gagal ginjal kronik

Penyebab Tanda dan Gejala Parameter Pengkajian


Sistem hematopoietik
 Eritropoietin  Anemia,  Hematocrit
menurun cepat lelah  Hemoglobin
 Perdarahan  Trombositope  Hitung
 Trombositopenia nia trombosit
ringan  Ekimosis  Petekie dan
 Kegiatan trombosit  Perdarahan hematoma
menurun  Hematemesis
dan melena
Sistem kardiovaskular
 Kelebihan beban  Hipervolemia  Tanda vital
cairan  Hipertensi  Berat badan
 Mekanisme renin-  Takikardia  Elektrokardiogr
angiotensin  Disritmia am
 Anemia  Gagal jantung  Auskultasu
 Hipertensi kronik kongesif jantung
 Toksin uremik  Perikarditis  Pemantauan
dalam cairan elektrolit
perikardium  Kaji keluhan
nyeri
Sistem pernapasan
24

 Mekanisme  Takipneu  Pengkajian


kompensasi untuk  Pernapasan pernapasan
asedosis metabolic kussmaul  Hasil
 Toksin uremik  Halitosis pemeriksaan
 Paru uremik uremik atau gas darah arteri
 Kelebihan beban fetor  Inspeksi
cairan  Sputum yang mukosa oral
lengket  Tanda vital
 Batuk disertai
nyeri
 Suhu tubuh
meningkat
 Hilar
pneumonitis
 Pleural
friction rub
 Edema paru
Sistem gastrointestinal
 Perubahan kegiatan  Anoreksia  Asupan dan
trombosit  Mual dan haluaran
 Toksin uremik muntah  Hematocrit
serum  Perdarahan  Hemoglobin
 Ketidakseimbangan gastrointestin  Uji guaiac
elektrolit al untuk feses
 Urea diubah  Distensi  Kaji feses
menjadi ammonia abdomen  Kaji nyeri
oleh saliva  Diare dan abdomen
konstipasi
Sistem neurologi
 Toksin uremik  Perubahan  Tingkat
 Ketidakseimbangan tingkat kesadaran
25

elektrolit kesadaran; latergi,  Reflex


 Edema serebral bingung, stupor, dan  Elektroensefalo
karena perpindahan koma gram
cairan  Kejang  Keseimbangan
 Tidak elektrolit
terganggu
 Asteriksis

Sistem skeletal
 Absorpsi kalsium  Osteodistrofi  Fosfor serum
menurun ginjal  Kalsium serum
 Ekskresi fosfat  Rickets ginjal  Kaji nyeri sendi
menurun  Nyeri sendi
 Pertumbuhan
lambat pada
anak
Kulit
 Anemia  Pucat  Lecet, lebam
 Pigmentasi  Pigmentasi dan luka
 Kelenjar keringat  Pruritus  Kaji warna kulit
mengecil  Ekimosis  Perhatikan
 Kegiatan kelenjar  Lecet garukan pada
lemak menurun  Uremic frosts kulit
 Ekskresi sisa
metabolism melalui
kulit
Sistem perkemihan
 Kerusakan nefron  Heluaran  Asupan dan
urine haluaran
berkurang  BUN dan
26

 Berat jenis kreatinin serum


urine  Elekrolit serum
menurun  Berat jenis
 Proteinuria urine
 Fragmen dan
sel dalam
urine
 Natrium
dalam urine
berkurang
Sistem reproduksi
 Abnormalitas  Infertilitas  Menstruasi
hormonal  Libido  Hematocrit
 Anemia menurun  Hemoglobin
 Hipertensi  Disfungsi
 Malnutrisi ereksi
 Amenorea
 Lambat
pubertas

2.3.4 Kriteria diagnosis gagal ginjal kronik

Menurut (Biljak et al., 2017) kriteria utama diagnosis gagal ginjal kornik adalah penurunan nilai

GFR (<60 mL/menit/1,73 m2). GFR diterima secara luas sebagai indeks fungsi gijal terbaik.

Nilai dibawah 15 mL/min/1,73 m2 menunjukkan gagal ginjal yang memerlukan terapi dialysis

atau transplantasi ginjal.


27

Tabel 1. Kriteria diagnosis penyakit ginjal kronik

Penanda kerusakan ginjal  Albuminuria (AER ≥ 30 mg.24


jam; ACR ≥ 3 mg/mmol)
 Kelainan sedimen urine
 Kelainan elektrolit dan kelainan
lain karena gangguan tubulus
ginjal
 Kelainan yang terdeteksi melalui
histolopatologi
 Kelainan structural yang terdeteksi
oleh alat imaging (radiologi)
 Riwayat transpantasi ginjal
Penurunan GFR GFR <60 mL/menit/1,73 m2
(kategori GFR G3a-G5)
*ketentuan di dalam table harus ada selama lebih dari 3 bulan.AER-albumin excretion rate.ACR-
albumin-creatinine ratio.GFR glomerulus filtration rate.

2.3.5 Patogenesis gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik disebabkan oleh banyak factor, tetapi perkembangan penyakit ginjal ini

membuat ginjal kehilangan fungsinya yang ditandai oleh :

(1) peradangan, (2) akumulasi dan deposisi matriks ekstra seluler, (3) fibrosis

tubuintersisial, (4) atrofi tubulus, (5) glomerulosklelerosis (terbentuk jaringan

parut). Peningkatan regulasi angiotensin II secara langsung pada ginjal akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein dan

secara tidak langsung memicu sitokin pro inflamasi yang berperan terhadap

proses tersebut (Burtis & Bruns, 2015).


28

2.3.6 Pemeriksaan penunjang gagal ginjal kronik

2.3.6.1 Hemodialisis

Hemodialisis merupakan pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi

secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi ke dalam tubuh pasien.Hemodialisis

memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke

dan dari dializen (tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit, dan zat sisa tubuh), serta dialyzer.

Terdapat lima cara memperoleh akses ke sirkulasi darah pasien meliputi:

a. Fistula arteriovena

b. Graft arteriovena

c. Shunt (pirai) arteriovena eksternal

d. Kateterisasi vena femoralis

e. Kateterisasi vena subklavia

Gambar 3. Cara yang sering digunakan untuk meningkatkan akses vena untuk hemodialisis, yaitu
A. Fistla arteriovena, B. Graft arteriovena, C. Shunt arteriovena aksternal, D. Kateterisasi vena
femoralis, dan E. Kateterisasi vena subklavia
29

Segera setelah dilakukan dialysis, berat badan pasien ditimbang, observasi tanda-tanda vital,

specimen darah diambil untuk mengetahui kadar elektrolit serum dan zat sisa tubuh.

Asuhan Keperawatan selama hemodialisis:

a. Pantau status fisik sebelum dan sesudah sialisis untuk mengetahui

apakah ada perubahan fisiologis

b. Ciptakan rasa aman dan nyaman

c. Bantu pasien mengerti perubahan pada gaya hidupnya dan

menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Hal ini menyangkut

pendidikan kesehatan mengenai tindakan dan medikasi, pasien

didorong untuk mengungkapkan perasaannya.

(Baradero et al., 2009).

2.3.6.2 Dialysis peritoneal

Dialysis peritoneal adalah cairan pendialisis dimasukkan ke dalam rongga peritoneum dan

peritoneum menjadi membrane pendialisis.Hemodialisis berlangsung selama 2-4 jam,

sedangkan dialysis peritoneal berlangsung selama 36 jam.Dialysis peritoneal dipakai untuk

menangani gagal ginjal akut maupun kronik.Dialysis peritoneal dapat dilakukan di rumah

maupun di rumah sakit.Keuntungan melakukan dialysis peritoneal adalah dapat memberi status

nilai kimiawi darah yang stabil, dapat diajarkan pada pasien sehingga pasien mampu

mendialisis sendiridi rumah, pasien


30

dapat mengkonsumsi makanan tinggi protein karena protein ini dapat hilang dalam dialysis.

ke dalam rongga peritoneal (Baradero et al., 2009)

2.3.7 Intervensi keperawatan yang perlu dilakukan

Menurut (Baradero et al., 2009) intervensi keperawatan yang perlu dilakukan dengan pasien gagal

ginjal kronik antara lain :

2.3.7.1 Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pengendalian cairan pada tahap oliguria sangat penting karena kemampuan ginjal untuk

mengekskresi urine berkurang. Semua observasi tentang status hidrasi pasien harus dicatat agar

perbandingan dan evaluasi dapat dilakukan setiap jam setiap hari. Edema biasanya tampak pada

bagian kaki, presakrum dan periorbital dan perlu diketahui bahwa edema mungkin tidak tampak

sampai pasien menahan cairan sampai 2-5 kg dan penting untuk terus memantau berat badan

pasien gagal ginjal. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit sebagai berikut :
31

a. Taati pembatasan cairan

b. Pantau cairan intravena dengan ketat

c. Ukur dan catat asupan dan haluaran secara akurat

d. Timbang berat badan setiap hari, ikti prosedur yang benar

e. Ukur tanda-tanda vital seeing mungkin sesuai keadaan pasien

(tekanan darah postural)

f. Kaji status cairan pasien per jam

g. Pantau elektrolit serum

h. Kaji status mental pasien

i. Kaji adanya nadi apical yang tidak tertaur yang mungkin

menunjukkan hypokalemia

2.3.7.2 Meningkatkan nutrisi

Meningkatkan nutrisi dapat dilakukan dengan:

a. Pada tahap oliguria, beri cairan yang tidak mencetuskan muntah

sedikit demi sedikit

b. Terapi diet, tinggi karbohidrat dan lemak selama pembatasan

protein; rendah kalium selama kondisi hyperkalemia dan tinggi

kalium selama ada hypokalemia.

c. Tangani mual dan muntah dengan obat anti emetic dan tindakan

nonfarmakologis
32

2.3.7.3 Meningkatkan istirahat atau keseimbangan aktivitas

Istirahat perlu ditingkatkan untuk menunjang proses pemulihan, meliputi tirah baring, ambulasi

apabila status ginjal sudah memungkinkan dan perencanaan terjadwal waktu istirahat atau tidur.

2.3.7.4 Mencegah cedera

Pasien dengan gagal ginjal akan terasa lemah, bingung dan penglihatan kabur sehingga

menimbulkan resiko trauma, maka dari itu perlu dipasang pagar tempat tidur dan beri alas yang

lembut. Untuk mengurangi kecemasan pasien, jelaskan penyebab perubahan status mental

pasien (ketidakseimbangan elektrolit dan uremia).Beri tahu pasien bhawa status mental dapat

kembali normal apabila fungsi ginjal sudah pulih.Kulit dirawat dengan baik untuk mencegah

lecet, iritasi, atau luka.Pasien dengan edema beresiko mengalai decubitus.Perdarahan dapat

terjadi karena perubahan factor pembekuan darah.Tanda perdarahan dipantau dari

gastrointestinal, gusi, dan kulit.Gunakan sikat gigi yang lembut.

2.3.7.5 Mencegah infeksi

Intervesi yang dilakukan untuk mencegah infeksi adalah menghindari sumber infeksi

(membatasi pengunjung); memperhatikan teknik aseptic ketika melakukan prosedur, terutama

prosedur invasive (suntikan, kateter, infus, dll), mengurangi pruritus dengan obat dan menjaga

kebersihan kulit; memantau tanda dan gejala infeksi dan melakukan hygiene pulmonal yang

didasar pemahaman bahwa paru-


33

paru melakukan kompensasi dengan mengekskresikan karbon dioksida sehingga fungsi paru

dapat dimaksimalkan; napas dalam; dan memberi posisi yang membantu ekspansi paru,

misalnya dengan mengubah posisi setiap dua jam dan setengah duduk dengan kedua lengan

disokong dengan bantal.

2.3.7.6 Meningkatkan koping melalui dukungan keluarga

Tahap oligurik, perubahan biokimia tidak hanya memengaruhi tingkat kesadaran, tetapi juga

kepribadian pasien.Pasien manjadi pelupa dan kurang mampu berpikir jelas. Hubungan

terapeutik atau dukungan keluarga akan sangat membantu pasien mengungkapkan perasaan

terhadap penyakitnya, rasa takut akan ketidakmampuan untuk berpikir jelas, kehilangan tenaga,

dan lain-lain.
34

2.4Anxiety
Reality or Objective Karangka teori

Neurotic Anxiety
Faktor yang
Gagal ginjal kronik mempengaruh KECEMASAN Moral Anxiety
i

Intervensi yang dilakukan 1. Faktor presipitasi : Tingkat kecemasan : Alat ukur kecemasan :
pada gagal ginjal kronik : ancaman terhadap 1. Visual analog scale
intregita 1. Kecemasan ringan anxiety
orang
dari dandiri
2. Kecemasan sedang 2. Hamilton anxiety
s 3. Kecemasan berat
ancaman rating scale
4. Panic
 Menjaga keseimbangan 2. Faktr predisposisi :
cairan dan elektrolit
faktor biologis dan
 Meningkatkan nutrisi Dukungan Keluarga :
psikologis
 Meningkatkan istirahat
dan
keseimbangan aktivitas
Terapi Hemodialisis 1. Dukungan informatif
 Mencegah cedera
2. Dukungan emosional
 Meningkatkan koping 3. Dukungan instrumental
melalui dukungan Dukungan penghargaan
Ciri-ciri keluarga yang memberikan
dukungan :
Yang dapat mempengaruhi
dukungan keluarga : 1. Memberi rasa tenang dan
menguatkan psikis keluarga yang
1. Budaya
sakit
2. Pendapatan
2. Menambah kedekatan emosi
3. Tingkat pendidikan
Gambar 2.4 Kerangka teori hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien antar keluarga
gagal ginjal kronik dengan tindakan hemodialisa 3. Selalu ada saat dibutuhkan
4. Lebih menghargai dan menjaga
perilakunya
35

2.5 Kerangka konsep

Gagal ginjal kronis Dukungan Dukungan informatif


Keluarga

Suami/Istri, Anak Dukungan emosional


Kandung, Orang
tua
1. Hemodialisis :
Penatalaksanaan Dukungan instrumental

Tidak Ya
Dukungan penghargaan

Kecemasan

Ringan Sedang Berat

= Diteliti

Gambar 2.5 Kerangka konsep hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik saat menjalani
hemodialisis di RSUD Bangil
2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan dari hubungan antara variable dengan variable yang bersifat sementara
atau bersifat dugaan atau lemah (Anshori & Iswati, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini adalah H1 yang
artinya diterima dengan p-value 0.000, terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada pasien gagal ginjal kronis saat menjalani hemodialisis di RSUD Bangil

Anda mungkin juga menyukai