Anda di halaman 1dari 12

48

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang terdiri dari data analisa univariat

dan data analisa bivariat serta pembahasan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13

Agustus – 18 Agustus 2021 dengan jumlah responden sebanyak 46 responden. Hasil

penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, sedangkan untuk pembahasan

dalam bentuk narasi. Analisa univariat ini menggambarkan data demografi responden

seperti usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan analisa bivariat

untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien

Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil.

4.1 Hasil penelitian

4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Bangil merupakan rumah sakit daerah milik

pemerintah Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Raya

Raci Bangil Kabupaten Pasuruan diatas sebidang tanah yang luasnya 78.000 m dan

luas bangunan sebesar 27.928,80 m, terbentang di jalan Tingkat I Surabaya

Probolinggo, dimana status penyelenggara adalah Pemerintah Daerah Kabupaten

Pasuruan dengan nomor kode Rumah Sakit adalah 3514036 dan dengan ijin

operasional nomor 445/01/424.077/2015.

Rumah Sakit Umum Daerah Bangil ini sebagai Rumah Sakit Kelas B.

Berdasarkan Keputusan UPT Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Timur

Nomor: P2T/2/03.23/01/III/2019 tanggal 15 Maret 2019, RSUD Bangil meningkat

kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Tipe B.


49

Rumah Sakit Umum Daerah Bangil memberikan pelayanan pada pasien yang

menjalani hemodialisis, yang dalam satu ruang terdapat 20 Bed dengan jumlah

perawat 11 responden yang memberikan terapi hemodialisis pada pasien Gagal

Ginjal Kronik dan 1 perawat menangani 3-4 pasien/hari.

4.1.2 Analisa univariat

Analisa Univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang meliputi

karakteristik responden yang diteliti, yang terdiri dari usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, dan pekerjaan pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang

menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

4.1.2.1 Karakteristik responden

Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, dan pekerjaan yang akan disajikan pada tabel distribusi

frekuensi sebagai berikut

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada tanggal 13
Agustus – 18 Agustus 2021

Usia Responden Frekuensi (f) Presentase (%)


26-35 5 10,8%
36-45 12 26,6%
46-55 14 30%
56-65 15 32,6%
Total 46 100%
Sumber: Data primer tahun 2021

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia responden menurut WHO di bedakan

menjadi 4 kriteria yaitu dewasa awal dengan rentang usia 26-35, dewasa akhir

dengan rentang usia 36-45, lansia awal dengan rentang usia 46-55, lansia
50

akhir dengan rentang usia 56-65. Mayoritas usia responden yang menjalani

hemodialisa di RSUD Bangil pada lansia akhir sebanyak 15 responden.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021

Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)


Responden
Jenis Kelamin

a. Laki-Laki 30 65,2%
b. Perempuan 16 34,8%
Total 46 100
Sumber: Data primer tahun 2021

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan Gagal

Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten

Pasuruan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 responden dengan

persentase 62,5%. Pendidikan terakhir sebagian besar adalah Diploma

sebanyak 14 responden dengan persentase 30,4%. Serta pekerjaan responden

mayoritas wiraswasta atau swasta sebanyak 25 responden dengan persentase

54,4%.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021
Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)
Responden
Pendidikan

a. SD 0 0%
b. SMP 0 0%
c. SMA 10 21,8%
d. Diploma 14 30,4%
e. Sarjana 12 26,0%
f. Magister 10 21,8%
Total 46 100
Sumber: Data primer tahun 2021
51

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan Gagal

Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten

Pasuruan berpendidikan diploma sebanyak 14 responden dengan persentase

30,4%. Serta pekerjaan responden mayoritas wiraswasta atau swasta

sebanyak 25 responden dengan persentase 54,4%.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pekerjaan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada tanggal 13
Agustus – 18 Agustus 2021
Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)
Responden
Pekerjaan

a. Tidak Bekerja 0 0%
b. Wiraswasta/Swasta 25 54,4%
c. Dosen 10 21,7%
d. ASN 11 23,9%
Total 46 100
Sumber: Data primer tahun 2021

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan Gagal

Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten

Pasuruan mempunyai pekerjaan wiraswasta atau swasta sebanyak 25 responden

dengan persentase 54,4%.

4.1.3 Analisa bivariat

4.1.3.1 Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan keluarga yang

diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner Family Support Scale (FSS).

Distribusi frekuensi dukungan keluarga bisa dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
52

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021

Dukungan Keluarga Jumlah Persentase (%)


Dukungan Penuh 35 76,1%
Dukungan Kurang 11 23,9%
Jumlah 46 100 %
Sumber: Data primer tahun 2021

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil dukungan keluarga pada pasien Gagal

Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten

Pasuruan sebagian besar mendapat dukungan penuh dari keluarganya sebanyak

35 responden dengan presentase 76,1%. Dukungan penuh yang dimaksud adalah

keluarga yang selalu mendampingi pasien saat menjalani hemodialisis,

mengantarkan ketika check-up, memberi semangat, membiayai pengobatan,

mendengarkan keluh kesah pasien, memotivasi pasien dengan pendekatan

spiritual. Responden mendapat dukungan keluarga dari suami, istri dan anak.

4.1.3.2 Tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan yang

diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS). Distribusi frekuensi tingkat kecemasan perawat bisa dilihat pada tabel

4.2 berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021
Kategori kecemasan Frekuensi Persentase %
Tidak cemas 0 0%
Kecemasan ringan 17 37,0%
Kecemasan sedang 26 56,5%
53

Kecemasan berat 3 6,5%


Total 46 100%
Sumber: Data primer tahun 2021

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil kriteria tingkat kecemasan pada

pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil

Kabupaten Pasuruan sebagian besar mengalami kecemasan sedang sebanyak 26

responden, dengan presentase 56,5%. Kecemasan sedang yang dimaksud adalah

karena faktor usia dan penyakit yang diderita, pasien takut akan kematian yang

menimbulkan adanya kecemasan, dan pasien yang pertama kali menjalani terapi

hemodialisis, pasien mengatakan takut akan jarum suntik yang mengenai

tubuhnya dan menimbulkan kecemasan.

4.1.3.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien


Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Bangil

Tabel 4.4 Tabulasi silang Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat


Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis Di RSUD Bangil pada tanggal 13 Agustus – 18 Agustus
2021
Kecemasan
Dukungan Ringan Sedang Berat Total
Keluarga
n % n % n % n %
Dukungan 17 48,6 18 51,4 0 % 35 100%
penuh
Dukungan 0 0% 8 72,7% 3 27,3% 11 100%
kurang
Total 17 37,0% 26 56,5% 3 6,5% 46 100%
Sumber: Data primer tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.4 dari hasil tabulasi silang kedua variabel menunjukkan

hasil bahwa pasien yang mendapat dukungan penuh dari keluarganya mengalami

kecemasan ringan dan sedang yaitu kecemasan ringan sebanyak 17 responden


54

(48,6%) dan kecemasan sedang sebanyak 18 responden (51,4). Sedangkan

responden yang mendapat dukungan kurang dari keluarganya mengalami

kecemasan sedang dan berat yaitu kecemasan sedang sebanyak 8 responden

(72,7%) dan kecemasan berat sebanyak 3 responden (27,3%).

Berdasarkan hasil uji analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan

Tingkat Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik saat Menjalani

Hemodialisis Di RSUD Bangil dengan menggunakan uji korelasi spearman’s rho

dengan bantuan komputer program SPSS versi 22 didapatkan hasil nilai

signifikansi sebesar 0,000 yang artinya nilai signifikansi < 0,05 , maka bisa

diartikan ada hubungan yang signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis.

Setelah itu untuk koefisien korelasi sebesar .527** yang artinya dengan korelasi

sedang dan hubungan kedua variabel searah. Arah korelasi negatif menunjukkan

bahwa semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik saat menjalani

hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan sebagian besar mendapat

dukungan penuh dari keluarganya. Selama proses penelitian peneliti juga

mengamati siap siaga dari keluarga dalam mendampingi pasien saat menjalani

tindakan hemodialisis. Pasien mayoritas juga mengatakan bahwa selalu di

dampingi oleh anak, istri/suami selama proses hemodialisis, hal tersebut membuat
55

psikologis pasien gagal ginjal kronik merasa dicintai, disayangi, dan diperhatikan

serta menjadikan pasien untuk bersemangat dalam kesembuhan dari penyakitnya.

Menurut penjelasaan (Ratna, 2010) tentang dukungan keluarga yaitu

dukungan keluarga merupakan faktor penting tiap individu ketika menghadapi

masalah kesehatan dan sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress melalui

aspek perawatan kesehatan anggota keluarganya untuk mencapai suatu keadaan

sehat sampai optimum. Menurut (Friedman, 2010) dukungan keluarga yaitu

meliputi sikap, seperti memberi dukungan psikologis, dan komunikasi yang

positif; tindakan, seperti memberi pertolongan dengan bantuan berupa biaya,

transportasi; dan penerimaan keluarga terhadap keluarga yang sakit.

Menurut asumsi peneliti, dukungan penuh yang diberikan oleh keluarga

mencangkup faktor secara holistik seperti dukungan emosional, dukungan

instrumental, dukungan penghargaan dan dukungan informasional. Tetapi

terdapat dukungan kurang, dimana terdapat keluarga pasien yang tidak secara

penuh untuk mendukung psikologis pasien, dan tidak selalu di samping pasien

selama perawatan hemodialisis, keluarga juga tidak ada dukungan secara

informasional kepada pasien, dan membuat pasien semakin terpuruk dengan

kondisinya saat ini.

4.2.2 Tingkat Kecemasan pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani

hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik saat menjalani hemodialisis di

RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, sebagian mempunyai tingkat kecemasan

sedang. Kecemasan sedang yang dimaksud adalah pasien mendapat dukungan


56

penuh dari keluarga tetapi masih mengalami kecemasan karena merasa dirinya

sudah tidak berdaya dan dekat dengan kematian, serta setiap kali akan menjalani

hemodialisis mayoritas pasien merasa kesakitan karena harus bertemu dengan

jarum suntik. Hal tersebut relatif dirasakan setiap pasien gagal ginjal kronik saat

menjalani hemodialisis, karena terdapat mindset negatif dalam pikiran pasien.

Berdasarkan penjelasan (Prabowo E, 2014) kecemasan merupakan suatu

keadaan emosional yang mempunyai rangsangan fisiologis, perasaan tegang yang

tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa suatu yang buruk akan

terjadi. Kecemasan berat timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stress

yang datang dari luar maupun diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari

sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon

tersebut, maka muncul perangsangan di berbagai organ seperti masalah

pencernaan, jantung, pembuluh darah dan alat gerak. Kecemasan yang terus

menerus dirasakan pada pasien akan meningkatkan sistem saraf otonom dan

sekresi hormon dari kelenjar endokrin, seperti pasien mengalami nyeri ulu hati,

perut perih, mual yang disertai rasa ingin muntah, rasa panas di dada, tidak nafsu

makan, sering buang air kecil, dll. Menurut (Anggeria & Marsia, 2019)

menjelaskan bahwa kecemasan perlu adanya pendekatan secara psikologi dalam

menangani penderita. Penangannya lebih diarahkan untuk membantu penderita

dalam mengatasi kecemasannya dan kekhawatiran yang dapat mengganggu sistem

fisiologis tubuh seperti dukungan keluarga.

Menurut (Cohen et al., 2016; Gerogianni et al., 2019) menjelaskan bahwa

faktor yang menyebabkan meningkatnya dan menurunnya tingkat kecemasan


57

antara lain dukungan keluarga, kualitas hidup, dan status sosial ekonomi. Diantara

ketiga faktor tersebut, terdapat satu faktor yang sulit untuk disetting yaitu kualitas

hidup, dalam artian memiliki mindset negatif atau menganggap dirinya dekat

dengan kematian. Dalam kondisi tersebut pasien rentan akan perburukan kondisi

tubuhnya dan memerlukan berbagai upaya dari keluarga untuk meningkatkan

koping anggota keluarga yang sakit.

Menurut asumsi peneliti, kecemasan yang dirasakan pasien Gagal Ginjal

Kronik yang menjalani hemodialisis mengalami kecemsasan ringan, mayoritas

pasien mengatakan takut dan merasa berdebar debar serta keringat dingin tiap kali

disuntik untuk perawatan hemodialisis. Kecemasan sedang sampai berat pasien

merasa bahwa penyakitnya sudah tidak bisa di sembuhkan lagi dan merasa bahwa

dirinya sudah dekat dengan kematian meskipun sudah diberi dukungan dengan

keluarga secara penuh, tetapi kecemasan yang dirasakan tidak bisa mengurangi

mindset tersebut.

4.2.3 Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil

Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien Gagal

Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil, mayoritas mendapat

dukungan penuh dari keluarganya dengan tingkat kecemasan sedang. Dukungan

yang diberikan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis sudah mencangkup 4 komponen yaitu dukungan instrumental,

dukungan emosional, dukungan informasional, dan dukungan penghargaan.

Kecemasan yang ditimbulkan pasien karena ketakutan dari dalam diri individu,
58

yang beranggapan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis akan dekat dengan

kematian dan juga didukung oleh faktor usia yang paruh baya. Perasaan

kecemasan tersebut sangat relatif dirasakan pada pasien tersebut.

Upaya yang dilakukan adalah keluarga harus siap siaga dalam situasi

apapun, dan dimulai dari pemberian suportif serta perhatian pada anggota

keluarga yang sakit sangat berpengaruh bagi psikologis ibu karena jika setiap

sesuatu yang anggota keluarga sakit lakukan mendapat persetujuan dari keluarga

maka akan menimbulkan rasa nyaman pada diri pasien dan pasien akan semakin

termotivasi untuk lebih menjaga kesehatan tubuhnya dan akan memunculkan

pikiran positif. Keluarga juga harus selalu membimbing dalam hal spiritual pasien

untuk selalu berdoa dan berdzikir kepada Allah untuk diberi kesehatan, serta hal

tersebut akan membuat pasien jauh lebih terasa nyaman dan tentram (Anggraieni,

2015).

Hasil penelitian didukung oleh (Al Aziz & Sudiro, 2017) menunjukkan

bahwa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yang mendapat

dukungan dari keluarganya tidak mengalami kecemasan, dengan p-value 0,001.

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian (Argiyati, 2015) yang menjelaskan

bahwa keluarga yang memberi motivasi, dukungan, semangat, mengantarkan

pasien berobat, perhatian, dukungan spiritual dapat meningkatkan percaya diri

dan mengurangi strees pada pasien gagal ginjal kronik. Hasil penelitian (Sagala &

Sitompul, 2019) menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat kuat dukungan

keluarga terhadap aktifitas sehari-hari pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis dengan p-value 0.05.


59

Hasil tersebut didukung oleh beberapa penelitian yaitu hasil penelitian dari

(Zurmeli et al., 2015) menunjukkan bahwa keluarga yang memberi dukungan

penuh pada anggota keluarganya yang sakit saat menjalani hemodialisis akan

meningkatkan kualitas hidup yang baik pula dengan p-value 0,002. Hasil

penelitian (Mailani & Andriani, 2017) menunjukkan bahwa dukungan keluarga

yang diberikan kepada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik juga dapat

meningkatkan kepatuhan pasien untuk diet dengan p-value 0,003.

Menurut asumsi peneliti tentang dukungan keluarga pada pasien gagal

ginjal kronik menjalani hemodialisis adalah sangat penting, karena keluarga

merupakan sebuah faktor penentu dalam hal baik buruknya psikologis untuk

individu dan untuk anggota keluarga.

Anda mungkin juga menyukai