BAB 4
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang terdiri dari data analisa univariat
dan data analisa bivariat serta pembahasan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13
penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, sedangkan untuk pembahasan
dalam bentuk narasi. Analisa univariat ini menggambarkan data demografi responden
seperti usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan analisa bivariat
untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Bangil merupakan rumah sakit daerah milik
pemerintah Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur yang berlokasi di Jalan Raya
Raci Bangil Kabupaten Pasuruan diatas sebidang tanah yang luasnya 78.000 m dan
Pasuruan dengan nomor kode Rumah Sakit adalah 3514036 dan dengan ijin
Rumah Sakit Umum Daerah Bangil ini sebagai Rumah Sakit Kelas B.
Rumah Sakit Umum Daerah Bangil memberikan pelayanan pada pasien yang
menjalani hemodialisis, yang dalam satu ruang terdapat 20 Bed dengan jumlah
karakteristik responden yang diteliti, yang terdiri dari usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, dan pekerjaan pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, dan pekerjaan yang akan disajikan pada tabel distribusi
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada tanggal 13
Agustus – 18 Agustus 2021
menjadi 4 kriteria yaitu dewasa awal dengan rentang usia 26-35, dewasa akhir
dengan rentang usia 36-45, lansia awal dengan rentang usia 46-55, lansia
50
akhir dengan rentang usia 56-65. Mayoritas usia responden yang menjalani
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021
a. Laki-Laki 30 65,2%
b. Perempuan 16 34,8%
Total 46 100
Sumber: Data primer tahun 2021
54,4%.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021
Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)
Responden
Pendidikan
a. SD 0 0%
b. SMP 0 0%
c. SMA 10 21,8%
d. Diploma 14 30,4%
e. Sarjana 12 26,0%
f. Magister 10 21,8%
Total 46 100
Sumber: Data primer tahun 2021
51
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pekerjaan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada tanggal 13
Agustus – 18 Agustus 2021
Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)
Responden
Pekerjaan
a. Tidak Bekerja 0 0%
b. Wiraswasta/Swasta 25 54,4%
c. Dosen 10 21,7%
d. ASN 11 23,9%
Total 46 100
Sumber: Data primer tahun 2021
4.1.3.1 Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner Family Support Scale (FSS).
Distribusi frekuensi dukungan keluarga bisa dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
52
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil dukungan keluarga pada pasien Gagal
spiritual. Responden mendapat dukungan keluarga dari suami, istri dan anak.
4.1.3.2 Tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale
(HARS). Distribusi frekuensi tingkat kecemasan perawat bisa dilihat pada tabel
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan pada
tanggal 13 Agustus – 18 Agustus 2021
Kategori kecemasan Frekuensi Persentase %
Tidak cemas 0 0%
Kecemasan ringan 17 37,0%
Kecemasan sedang 26 56,5%
53
karena faktor usia dan penyakit yang diderita, pasien takut akan kematian yang
menimbulkan adanya kecemasan, dan pasien yang pertama kali menjalani terapi
Berdasarkan tabel 4.4 dari hasil tabulasi silang kedua variabel menunjukkan
hasil bahwa pasien yang mendapat dukungan penuh dari keluarganya mengalami
signifikansi sebesar 0,000 yang artinya nilai signifikansi < 0,05 , maka bisa
diartikan ada hubungan yang signifikan antara variabel dukungan keluarga dengan
Setelah itu untuk koefisien korelasi sebesar .527** yang artinya dengan korelasi
sedang dan hubungan kedua variabel searah. Arah korelasi negatif menunjukkan
bahwa semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
mengamati siap siaga dari keluarga dalam mendampingi pasien saat menjalani
dampingi oleh anak, istri/suami selama proses hemodialisis, hal tersebut membuat
55
psikologis pasien gagal ginjal kronik merasa dicintai, disayangi, dan diperhatikan
masalah kesehatan dan sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress melalui
terdapat dukungan kurang, dimana terdapat keluarga pasien yang tidak secara
penuh untuk mendukung psikologis pasien, dan tidak selalu di samping pasien
4.2.2 Tingkat Kecemasan pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani
penuh dari keluarga tetapi masih mengalami kecemasan karena merasa dirinya
sudah tidak berdaya dan dekat dengan kematian, serta setiap kali akan menjalani
jarum suntik. Hal tersebut relatif dirasakan setiap pasien gagal ginjal kronik saat
tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa suatu yang buruk akan
terjadi. Kecemasan berat timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stress
yang datang dari luar maupun diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari
sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon
pencernaan, jantung, pembuluh darah dan alat gerak. Kecemasan yang terus
menerus dirasakan pada pasien akan meningkatkan sistem saraf otonom dan
sekresi hormon dari kelenjar endokrin, seperti pasien mengalami nyeri ulu hati,
perut perih, mual yang disertai rasa ingin muntah, rasa panas di dada, tidak nafsu
makan, sering buang air kecil, dll. Menurut (Anggeria & Marsia, 2019)
antara lain dukungan keluarga, kualitas hidup, dan status sosial ekonomi. Diantara
ketiga faktor tersebut, terdapat satu faktor yang sulit untuk disetting yaitu kualitas
hidup, dalam artian memiliki mindset negatif atau menganggap dirinya dekat
dengan kematian. Dalam kondisi tersebut pasien rentan akan perburukan kondisi
pasien mengatakan takut dan merasa berdebar debar serta keringat dingin tiap kali
merasa bahwa penyakitnya sudah tidak bisa di sembuhkan lagi dan merasa bahwa
dirinya sudah dekat dengan kematian meskipun sudah diberi dukungan dengan
keluarga secara penuh, tetapi kecemasan yang dirasakan tidak bisa mengurangi
mindset tersebut.
4.2.3 Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal
yang diberikan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Kecemasan yang ditimbulkan pasien karena ketakutan dari dalam diri individu,
58
yang beranggapan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis akan dekat dengan
kematian dan juga didukung oleh faktor usia yang paruh baya. Perasaan
Upaya yang dilakukan adalah keluarga harus siap siaga dalam situasi
apapun, dan dimulai dari pemberian suportif serta perhatian pada anggota
keluarga yang sakit sangat berpengaruh bagi psikologis ibu karena jika setiap
sesuatu yang anggota keluarga sakit lakukan mendapat persetujuan dari keluarga
maka akan menimbulkan rasa nyaman pada diri pasien dan pasien akan semakin
pikiran positif. Keluarga juga harus selalu membimbing dalam hal spiritual pasien
untuk selalu berdoa dan berdzikir kepada Allah untuk diberi kesehatan, serta hal
tersebut akan membuat pasien jauh lebih terasa nyaman dan tentram (Anggraieni,
2015).
Hasil penelitian didukung oleh (Al Aziz & Sudiro, 2017) menunjukkan
bahwa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yang mendapat
dan mengurangi strees pada pasien gagal ginjal kronik. Hasil penelitian (Sagala &
keluarga terhadap aktifitas sehari-hari pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Hasil tersebut didukung oleh beberapa penelitian yaitu hasil penelitian dari
penuh pada anggota keluarganya yang sakit saat menjalani hemodialisis akan
meningkatkan kualitas hidup yang baik pula dengan p-value 0,002. Hasil
yang diberikan kepada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik juga dapat
merupakan sebuah faktor penentu dalam hal baik buruknya psikologis untuk