Anda di halaman 1dari 31

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Pringsewu yang berada di Jl. Johar II

Pringombo, Pringsewu Timur Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu

Lampung. Puskemas Pringsewu merupakan salah satu puskesmas yang di

bawahi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu. Puskesmas ini buka setiap

hari selama 24 jam. Puskesmas wilayah Pringsewu mempunyai wilayah 15

pekon / kelurahan, dengan luas wilayah 42,29 m2 dan jarak dari Puskesmas ke

kabupaten ± 6 km. Wilayah kerja Puskesmas Pringsewu terdiri dari 8 pekon

yaitu Sidoharjo, Waluyojati, Margakarya, Fajar Agung, Fajar Agung Barat,

Pringsewu Timur, Pringsewu Selatan dan Pajaresuk.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini untuk mengetahui distribusi frekuensi

responden berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

dukungan keluarga, kualitas hidup dan subvariabel dukungan keluarga pada

pasien diabetes melitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017. Hasil penelitian

didapat :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


59

a. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan.

Tabel 4.1
Distribusi Responden Diabetes Mellitus Berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017

Variabel Kategori Jumlah Presentase (%)


Umur middle age 45-59 th 24 68,6
Elderly 60-65 11 31,4
Jenis Kelamin Laki-laki 16 45.7
Perempuan 19 54.3
Agama Islam 35 100
Pendidikan SD 11 31.4
SMP 9 25.7
SMA 8 22.9
Perguruan Tinggi 7 20.0

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 17 48.6


PNS 5 14.3
Wiraswasta 4 11.4
Lain-lain 9 25.7

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden

berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan di

Puskesmas Pringsewu tahun 2017. Dari hasil penelitian menunjukan paling

tinggi responden yang terkena diabetes mellitus adalah pada usia middle

age sebanyak 24 (68,6%). Berdasarkan jenis kelamin yang paling tinggi

adalah perempuan sebanyak 19 (54,3%) sedangkan laki-laki sebanyak 16

(45,7%). Berdasarkan agama mayoritas yang menjadi responden pasien

diabetes mellitus semua beragama islam sebanyak 35 (100%),. Adapun

berdasarkan tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah tingkat SD

sebanyak 11 (31,4%) penderita diabetes sedangkan terendah adalah tingkat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


60

perguruan tinggi sebanyak 7 (20%) dan berdasarkan tingkat pekerjaan

yang paling tinggi adalah ibu rumah tangga sebanyak 17 (48,6%)

sedangkan yang terendah adalah wiraswasta sebanyak 4 (11,4%).

b. Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahu 2017.

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Diabetes Mellitus
di Puskesmas Pringsewu tahun 2017

Dukungan Keluarga Jumlah Persentase (%)


Dukungan keluarga buruk 15 42,9
Dukungan keluarga baik 20 57,1
Jumlah 35 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan

keluarga pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017,

lebih dari setengah yaitu 20 responden (57,1%) memiliki keluarga yang

mendukung dalam meningkatkan kualitas hidup.

c. Distribusi frekuensi dukungan informasi pada pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahu 2017.

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi Pasien Diabetes Mellitus
di Puskesmas Pringsewu tahun 2017

Dukungan Informasi Jumlah Persentase (%)


Dukungan keluarga buruk 12 34,3
Dukungan keluarga baik 23 65,7

Jumlah 35 100

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


61

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan

informasi pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun

2017, sebagian besar yaitu 23 responden (65,7%) memiliki keluarga

yang memberikan dukungan informasi dalam meningkatkan kualitas

hidup.

d. Distribusi frekuensi dukungan emosional pada pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahu 2017.

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional Pasien Diabetes Mellitus
di Puskesmas Pringsewu tahun 2017

Dukungan Emosional Jumlah Persentase (%)


Dukungan keluarga buruk 11 31,4
Dukungan keluarga baik
24 68,6
Jumlah 35 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan

emosional pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun

2017, sebagian besar yaitu 24 responden (68,6%) memiliki keluarga

yang memberikan dukungan emosional dalam meningkatkan kualitas

hidup.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


62

e. Distribusi frekuensi dukungan penghargaan pada pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahu 2017.

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan Pasien Diabetes
Mellitusdi Puskesmas Pringsewu tahun 2017

Dukungan Penghargaan Jumlah Persentase (%)


Dukungan keluarga buruk 10 28,6
Dukungan keluarga baik 25 71,4

Jumlah 35 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan

penghargaan pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017, sebagian besar yaitu 25 responden (71,4%) memiliki

keluarga yang memberikan dukungan penghargaan dalam meningkatkan

kualitas hidup.

f. Distribusi frekuensi dukungan instrumental pada pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahu 2017.

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental Pasien Diabetes
Mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017

Dukungan Instrumental Jumlah Persentase (%)


Dukungan keluarga buruk 11 31,4
Dukungan keluarga baik 24 68,6

Jumlah 35 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan

instrumental pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


63

2017, sebagian besar yaitu 24 responden (68,6%) memiliki keluarga yang

memberikan dukungan instrumental dalam meningkatkan kualitas hidup.

g. Distribusi frekuensi kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Pringsewu tahu 2017.

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
di Puskesmas Pringsewu tahun 2017

Kualitas Hidup Jumlah Persentase (%)


Kualitas hidup buruk 9 25,7
Kualitas hidup baik 26 74,3
Jumlah 35 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi kualitas

hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017,

sebagian besar yaitu 26 responden (74,3%) memiliki kualitas hidup yang

baik.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


64

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017.

Tabel 4.8
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus
Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2016

Kualitas Hidup
Kualitas Kualitas
Dukungan Jumlah P OR CI
hidup hidup
Keluarga Value 95%
buruk baik
N % N % N %
Dukungan 8 53,3 7 46,7 15 100
keluarga buruk 21,714
Dukungan 1 5.0 19 95,0 20 100 0,004 (2,284-
keluarga baik 206,482)
Jumlah 9 25,7 26 74,3 35 100

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara dukungan keluarga

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017, dapat diketahui bahwa 8 responden (53,3%) memiliki

keluarga dengan katagori dukungan keluarganya buruk dan kualitas

hidupnya buruk, sedangkan 1 responden (5,0%) yang memiliki keluarga

dengan katagori dukungan keluarganya baik juga kualitas hidupnya buruk.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,004 (0,004 < 0,05.

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan ada hubungan

antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat 21,174.

Hasil nilai OR 21,174 menunjukan bahwa penderita dabetetes yang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


65

memiliki keluarga dengan dukungan keluarganya buruk berpeluang untuk

memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 21,174 kali dibandingkan

dengan pasien diabetes melitus yang memiliki dukungan keluarga yang

baik dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

b. Hubungan Antara Dukungan Informasi Dengan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017.

Tabel 4.9
Hubungan Antara Dukungan Informasi Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus
Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017

Kualitas Hidup
Kualitas Kualitas
Dukungan Jumlah P OR CI
hidup hidup
Informasi Value 95%
buruk baik
N % N % N %
Dukungan buruk 7 58,3 5 41,7 12 100 14,700
Dukungan baik 2 8,7 21 91,3 23 100 0,005 (2,312-
Jumlah 9 25,7 26 74,3 35 100 93,445)

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara dukungan informasi

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017, dapat diketahui bahwa 7 responden (58,3%) memiliki

keluarga dengan katagori dukungan informasi buruk dan kualitas hidupnya

buruk, sedangkan 2 responden (8,7%) yang memiliki keluarga dengan

katagori dukungan informasi baik juga kualitas hidupnya buruk. Hasil uji

statistik chi square didapat p value = 0,005 (0,005 < 0,05). Berdasarkan

hasil uji statistik maka dapat disimpulkan ada hubungan antara dukungan

informasi dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


66

Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat 14,700. Hasil nilai OR

14,700 menunjukan bahwa penderita dabetetes yang memiliki keluarga

dengan dukungan informasi buruk berpeluang untuk memiliki kualitas

hidup yang buruk sebesar 14,700 kali dibandingkan dengan pasien diabetes

melitus yang memiliki dukungan informasi baik dalam meningkatkan

kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

c. Hubungan Antara Dukungan Emosional Dengan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017.

Tabel 4.10
Hubungan Antara Dukungan Emosional Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus
Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017

Kualitas Hidup
Kualitas Kualitas
Dukungan Jumlah P OR CI
hidup hidup
Emosional Value 95%
buruk baik
N % N % N %
Dukungan buruk 8 72,7 3 27,3 11 100 61,333
Dukungan baik 1 4,2 23 95,8 24 100 0,000 (5,553-
Jumlah 9 25,7 26 74,3 35 100 677,377)

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara dukungan emosional

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017, dapat diketahui bahwa 8 responden (72,7%) memiliki

keluarga dengan katagori dukungan emosional buruk dan kualitas

hidupnya buruk, sedangkan 1 responden (4,2%) yang memiliki keluarga

dengan katagori dukungan emosional baik juga kualitas hidupnya buruk.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,000 (0,000 < 0,05).

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan ada hubungan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


67

antara dukungan emosional dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus

di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat 61,333.

Hasil nilai OR 61,333 menunjukan bahwa penderita dabetetes yang

memiliki keluarga dengan dukungan emosional buruk berpeluang untuk

memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 61,333 kali dibandingkan

dengan pasien diabetes melitus yang memiliki dukungan emosional baik

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

d. Hubungan Antara Dukungan Penghargaan Dengan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017.

Tabel 4.11
Hubungan Antara Dukungan Penghargaan Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus
Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017

Kualitas Hidup
Kualitas
Dukungan Kualitas Jumlah P OR CI
hidup
Penghargaan hidup baik Value 95%
buruk
N % N % N %
Dukungan buruk 7 70,0 3 30,0 10 100 26,833
Dukungan a baik 2 8,0 23 92,0 25 100 0,001 (3,708-
Jumlah 9 25,7 26 74,3 35 100 194,181)

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara dukungan penghargaan

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017, dapat diketahui bahwa 7 responden (70,0%) memiliki

keluarga dengan katagori dukungan penghargaan buruk dan kualitas

hidupnya buruk, sedangkan 2 responden (8,0%) yang memiliki keluarga

dengan katagori dukungan penghargaan baik juga kualitas hidupnya buruk.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


68

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,001 (0,001 < 0,05).

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan ada hubungan

antara dukungan penghargaan dengan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat

26,833. Hasil nilai OR 26,833 menunjukan bahwa penderita dabetetes

yang memiliki keluarga dengan dukungan penghargaan buruk berpeluang

untuk memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 26,833 kali

dibandingkan dengan pasien diabetes melitus yang memiliki dukungan

informasi baik dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus.

e. Hubungan Antara Dukungan Instrumental Dengan Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017.

Tabel 4.12
Hubungan Antara Dukungan Instrumental Dengan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus
Di Puskesmas Pringsewu Tahun 2017

Kualitas Hidup
Kualitas Kualitas
Dukungan Jumlah P OR CI
hidup hidup
Instrumental Value 95%
buruk baik
N % N % N %
Dukungan buruk 7 63,6 4 36,4 11 100 19,250
Dukungan baik 2 8,3 22 91,7 24 100 0,002 (2,883-
Jumlah 9 25,7 26 74,3 35 100 128,517)

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara dukungan instrumental

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017, dapat diketahui bahwa 7 responden (63,6%) memiliki

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


69

keluarga dengan katagori dukungan instrumental buruk dan kualitas

hidupnya buruk, sedangkan 2 responden (8,3%) yang memiliki keluarga

dengan katagori dukungan instrumental baik juga kualitas hidupnya buruk.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,002 (0,002 < 0,05).

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan ada hubungan

antara dukungan instrumental dengan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat

19,250. Hasil nilai OR 19,250 menunjukan bahwa penderita dabetetes

yang memiliki keluarga dengan dukungan instrumental buruk berpeluang

untuk memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 19,250 kali

dibandingkan dengan pasien diabetes melitus yang memiliki dukungan

instrumental baik dalam meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes

mellitus.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus setelah dikontrol oleh

empat variabel, yaitu dukungan infprmasi, dukungan emosional, dukungan

penghargaan dan dukungan instrumental. Pada penelitian ini digunakan uji

regresi logistik ganda. Langkah pemodelannya sebagai berikut :

a. Seleksi Bivariat

Masing-masing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan

variabel dependen. Bila hasil bivariat menghasilkan p value <0,25, maka

variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat. Untuk variabel

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


70

independen yang hasil bivariatnya menghasilkan p value >0,25 namun

secara subtansi penting, maka variabel tersebut dapat dimasukan dalam

model multivariat. Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik

sederhana.

1. Analisis bivariat uji regresi logistik ganda variabel independen

dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

Tabel 4.13
Hasil seleksi analisis bivariat regresi logistik ganda variabel
independen dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus
No Variabel p value
1. Dukungan keluarga 0,001
2. Dukungan informasi 0,002
3. Dukungan emosional 0,000
4. Dukungan penghargaan 0,000
5. Dukungan instrumental 0,001
*variabel dengan ɑ < 0,25 (kandidat multivariate masuk ke tahap selanjutnya)

Tabel 4.13 menunjukan bahwa ke 5 variabel nilai p value nya ialah

<0,25. Sehingga bisa diteruskan ke dalam pemodelan multivariat.

2. Pemodelan Multivariat

Uji regresi logistik ganda menganalisis 5 variabel yang masuk

kedalam kandidat multivariat. Variabel dimasukan kedalam model

mulai dari dukungan keluarga sampai dukungan instrumental satu

persatu, dengan melihat perubahan koefesien dari variabel dukungan

keluarga sebagai variabel utama. Melakukan pemilihan variabel mana

yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen melalui

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


71

nilai Exp (B), semakin besar nilai Exp (B) berarti semakin besar

pengaruhnya terhadap variabel dependen.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada dukungan keluarga menunjukan

nilai Exp (B) =8.292E+20. Hasil Exp (B) ini menunjukan bahwa

dukungan keluarga yang mencangkup semua dukungan keluarga dari

informasi, emosional, instrumental dan penghargaan lebih

berpengaruh terhadap kualitas hidup paisen diabetes. Sedangkan

didalam empat komponen dukungan keluarga yang paling

mempengaruhi kualitas hidup pasien diabetes mellitus adalah

dukungan informasi dengan nilai Exp (B) = 5857.566.

C. Pembahasan

a. Umur

Hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

yang paling tinggi responden yang terkena diabetes mellitus adalah pada

usia middle age 45-59 tahun sebanyak 24 (68,6%). Menurut Smeltzer &

Bare (2008), resistensi insulin pada diabetes mellitus cenderung meningkat

pada usia 40-65 tahun, disamping adanya riwayat obesitas dan adanya

faktor keturunan. Bertambahnya usia seseorang akan megakibatkan terjadi

suatu perubahan fisik, psikologis, bahkan intelektual. Penambah usia pada

usia lanjut akan mengakibatkan perubahan anatomi, fisiologis dan

biokimiawi. Hal tersebut menyebabkan kerentanan terhadap suatu penyakit

serta dapat menimbulkan kegagalan dalam memperahankan homeostasis

terhadap suatu stress.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


72

b. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin yang paling tinggi adalah

perempuan sebanyak 19 (54,3%) sedangkan laki-laki sebanyak 16

(45,7%). Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar angka kejadian

penderita diabetes mellitus berjenis kelamin perempuan. WHO (2006)

menjelaskan diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit dengan

angka kejadiannya tertinggi di Indonesia dan tigginya angka kejadian

tersebut menjadikan Indonesia adalah peringkat ke enam jumlah diabetes

terbanyak didunia setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang dan Brazil.

Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa perempuan lebih banyak

dibanding laki-laki (Stipanovic,2002 ; Wu, 2007).

Beberapa faktor resiko seperti faktor obesitas, kurang aktivitas fisik, usia

dan riwayat diabetes saat hamil, menyebabkan tingginya kejadian diabetes

pada perempuan (Radi, 2007). Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh

Gautam et al (2009) bahwa penderita diabetes dengan kualitas hidup yang

buruk adalah perempuan. Responden laki-laki dan perempuan menyikapi

dan berprilaku sesuai dengan yang diharapkan untuk mengelolah

hidupnya. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan semua sama dalam

menggunakan koping atau menyelesaikan masalah terhadap penyakitnya

dalam meningkatkan kualitas hidup. Akan tetapi responden perempuan

memiliki resiko mengalami obesitas lebih besar dibanding laki-laki

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


73

sehingga kualitas hidup dan angka kejadian diabetes lebih tinggi pada

jenis kelamin perempuan.

c. Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian menunjukan tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah

tingkat SD sebanyak 11 (31,4%) penderita diabetes sedangkan terendah

adalah tingkat perguruan tinggi sebanyak 7 (20%). Berdasarkan

penellitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mier et al (2008),

menemukan sebagian besar responden memiliki pendidikan yang rendah

(70%). Tingkat pendidikan mempengaruhi prilaku seseorang dalam

mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dialaminya, serta

memilih dan memutuskan tindakan terapi yang akan dijalani untuk

mengatasi masalahnya. Menurut peneliti bahwa pendidikan sangat penting

dalam memahami penyakit, perawatan diri, penatalaksanaaan oleh

penderita diabetes mellitus.

d. Tingkat Pekerjaan

Hasil penelitian berdasarkan tingkat pekerjaan yang paling tinggi adalah

ibu rumah tangga sebanyak 17 (48,6%) sedangkan yang terendah adalah

wiraswasta sebanyak 4 (11,4%). Menurut peneliti bahwa tingkat

pekerjaan ibu rumah tangga jauh lebih banyak dibandingkan yang

memiliki pekerjaan lainya hal ini karena kurangnya aktivitas/latihan fisik

yang dilakukan pada ibu-ibu rumah tangga sehingga tingginya resiko

terjadinya diabetes dengan kualitas hidup buruk.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


74

e. Dukungan Informasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan

keluarga informasi pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017, lebih dari setengah yaitu 23 responden (57,1%) memiliki

keluarga yang memberikan dukungan informasi. Hal tersebut peneliti

menunjukan bahwa dukungan informasi dari keluarga mampu

meningkatkan kualitas hidup dan status kesehatan penyakitnya.

Bomar (2004) menyatakan dukungan informasi dari keluarga merupakan

suatu dukungan atau bantun yang diberikan keluarga dalam bentuk

memberikan saran, masukan, nasehat/arahan dn meberikan informasi-

informasi penting yang dibutuhkan keluarga yang sakit dalam upaya

meningkatkan status kesehatannya. Dukungan informasi yaitu keluarga

berfungsi sebagai sebuah kolektor dan penyebar informasi (Friedman,

2003).

f. Dukungan Emosional

Hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga

emosional pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun

2017, sebagian besar yaitu 24 responden (68,6%) memiliki keluarga yang

memberikan dukungan emosional. Hal tersebut peneliti berasumsi bahwa

penderita diabetes mellitus dapat menimbulkan gangguan psiklogis, hal ini

karena penderita diabetes tidak dapat disebuhkan dan mempunyai resiko

untuk mengalami komplikasi. Hal tersebut pentingnya dukungan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


75

emosional untuk dapat memotivasi pasien diabetes mellitus untuk dapat

mengendalikan emosi dan waspada terhadap hal yang mungkin terjadi.

Menurut Friedman (2003) memberikan dukungan emosional antar anggota

keluarga termasuk dalam fungsi afektif keluarga. Fungsi afektif

berhubungan dengan fungsi internal keluarga untuk memberikan

perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Keluarga

berfungsi sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan dan memberi

dukungan. Terpenuhinya fungsi afektif dalam keluarga dapat

meningkatkan kualitas kemanusiaan, stabilisasi kepribadian dan prilaku

dan harga diri anggota keluarga. Keluarga juga berfungsi sebagai tempat

singgahan keehangatan, dukungan, cinta dan penerimaan.

g. Dukungan Penghargaan

Hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan penghargaan pada

pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, sebagian

besar yaitu 25 responden (71,4%) memiliki keluarga yang memberikan

dukungan penghargaan. Dukunga penghargaan itu dapat membuat

penderita diabetes merasa berharga, kompeten dan dihargai. Karena

dukungan penghargaan ini muncul dari penerimaan dan penghargaan

terhadap keberadaan seseorang secara total kelebihan dan kekurangan.

h. Dukungan Instrumental

Hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi dukungan instrumental pada

pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, sebagian

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


76

besar yaitu 24 responden (68,6%) memiliki keluarga yang memberikan

dukungan instrumental. Hal ini berkaitan dalam upaya meningkatkan

kualitas hidup pasien diabetes karena pada dukungan instrumental dapat

berupa bantuan langsung seperti memberi meminjamkan uang untuk

membantu membiayai pasien diabetes mellitus dalam melakukan

pengobatan.

i. Dukungan Keluarga

Hasil penelitian diketahui dukungan keluarga pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Pringsewu tahun 2017, sebagian besar yaitu 20 responden

(57,1%) mendapat dukungan keluarga yang baik dalam meningkatkan

kualitas hidup sedangkan 15 responden (42,9%) mendapat dukungan

keluarga yang buruk dalam meningkatkan kualitas hidup.

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota

keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan

psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stres (Taylor, 2006).

Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi selama masa hidup,

dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap

siklus kehidupan keluarga. Walaupun demikian, dalam semua tahap siklus

kehidupan, dukungan, sosial keluarga memungkinkan keluarga berfungsi

secara penuh dan dapat meningkatkan adaptasi dalam kesehatan keluarga

(Friedmen, 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


77

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Goz et al, (2005)

menyampaikan bahwa dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor

yang berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup pasien DM type

2. Awadalla et al (2006) menyakini pemberian dukungan keluarga

terhadap pasien DM tipe 2 akan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Begitu juga dari penelitian Issa & Baiyewu (2006), bahwa dukungan

keluarga berhbungan signifikan dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proporsi dukungan keluarga

terhadap penderita DM di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, lebih besar

dalam kategori dukungan baik atau memberi dukungan pada penderita

diabetes mellitus. Hal ini disebabkan karena pengetahuan anggota keluarga

dalam merawat Penderita DM mengalami peningkatan. Hasil kuesioner

sebagian besar keluarga memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari,

mengingatkan pasien untuk mentaati aturan makan dan selalu

menyarankan pasien untuk melakukan pengobatan atau melakukan

pemeriksaan glukosa darah dan keluarga ikut berpartisipasi dalam

membantu pembiayaan pengobatan pasien. Kurangnya informasi yang

disampaikan oleh petugas kesehatan pada keluaraga pasien ataupun pasien

sudah mewadahi karena Puskesmas Pringsewu sudah memprogramkan

prolanis dan posyandu lansia setiap minggu sekali, sehingga pasien

diabetes mellitus mulai aktif dalam menjaga kesehatan untuk

meningkatkan kualitas hidupnya.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


78

Dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam

menjalankan pengobatan ataupun diet. Diabetes mellitus jika tidak dikelola

dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit

menahun, seperti penyakit serebro-vaskuler, penyakit jantung koroner,

penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal dan syaraf.

Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,

diharapkan semua penyakit menahun tersebut dapat dicegah, paling sedikit

dihambat. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan keikutsertaan para

pengelola kesehatan ditingkat pelayanan kesehatan primer (Waspadji,

2005).

Begitu pentingnya peran keluarga dalam memberikan dukungan keluarga

kepada penderita DM dalam melakukan pemeriksaan glukosa darah. Peran

petugas kesehatan sangat signifikan untuk bekerja sama dengan anggota

keluarga dengan memberikan informasi secara terperinci melalui

penyuluhan maupun bimbingan konseling tentang hal-hal yang harus

dilakukan anggota keluarga dalam memberikan dukungan kepada

penderita DM seperti memberikan dukungan keluarga dalam bentuk

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan

dukungan instrumental.

j. Kualitas Hidup

Hasil penelitian diketahui kualitas hidup pasien diabetes di Puskes

Pringsewu tahun 2017, sebagian besar yaitu 26 responden (74,3%) kualitas

hidupnya baik. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


79

kompleks. Penderita seringkali sudah disertai dengan komplikasi mikro

maupun makrovaskular. Dalam pengelolaan diabetes melitus, kontrol gula

darah secara intensif merupakan langkah fundamental.

UK Prospective Diabetes Study (UKPDS) menyatakan bahwa kontrol

glikemik dengan obat anti diabetes (OAD) akan menurunkan komplikasi

mikrovaskular. Dari beberapa rekomendasi terapi menyatakan bahwa

penurunan kadar gula darah secara baik dan tepat mendekati nilai normal

dapat menurunkan komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular

(PERKENI, 2008).

Kemampuan penderita DM untuk mengontrol kehidupannya dapat

mempengaruhi tingkat kepatuhan. Seseorang yang berorientasi pada

kesehatan cenderung mengadopsi semua kebiasaan yang dapat

meningkatkan kesehatan dan menerima peraturan yang akan memulihkan

kesehatannya. Orang yang melihat penyakit sebagai kelemahan akan

menyangkal penyakit atau hadirnya penyakit itu (Almatsier, 2007).

k. Hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien

dibetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,004 (0,004 < 0,05).

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan kualits hidup pada pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat 21,714. Hal

ini menunjukan penderita dabetetes yang memiliki keluarga dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


80

kategori dukungan keluarganya buruk berpeluang untuk memiliki

kualitas hidup yang buruk sebesar 21,714 kali dibandingkan dengan

pasien diabetes melitus yang memiliki keluarga dengan kategori

dukungan keluarganya baik dalam meningkatkan kualitas hidup pasien

diabetes mellitus.

Meurut Suiroka (2012) dalam melakukan pengobatan pada pasien

Diebetes Melitus sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga untuk selalu

mengingatkan pasien dalam keteraturan pola makan, keteraturan

mengontrol gula darah dan melakukan olahraga, karena keluarga

merupakan orang terdekat pada pasien. Dukungan keluarga sangat

penting untuk memotivasi pasien dalam menjalankan pengobatan

ataupun diet.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Coffman, M.J (2008) tentang efek dukungan social dan depresi terhadap

self efikasi DM tipe 2 di Spanyol. Penelitian ini menemukan, umumnya

dukungan yang diterima oleh pasien DM tipe 2 adalah dari keluarga.

Selain itu didapatkan juga dukungan dari teman dan petugas kesehatan.

Dukungan keluarga juga dilihat dari segi emosional, penghargaan,

instrumental dan informasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Hensarling

(2009) dan Sarafino (2004) bahwa dukungan keluarga yang didapatkan

oleh pasien DM terdiri dari emosional, penghargaan, instrumental dan

informasi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


81

Berdasarkan teori diatas hubungan antara dukungan keluarga dengan

kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu

tahun 2017. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi nilai dukungan

keluarga semakin tinggi pula nilai kualitas hidup karna kedua hal ini

sangat berkaitan erat. Walaupun adanya pasien dengan dukungan

keluarga dalam katagori tidak mendukung akan tetapi kualitas hidupnya

tetap baik hal ini disebabkan karena pasien mendapatkan informasi dan

dukungan dari petugas kesehatan. Menurut responden mereka diberikan

fasilitas penyuluhan, pemeriksaan dan diadaan program prolanis di

Puskesmas Pringsewu setiap 1 minggu sekali. Akan tetapi kendala para

pasien adalah kurangnya dukungan keluarga untuk mendapingi pasien

dalam mengikuti kegiatan tersebut sehingga mereka tidak selalu hadir

dalam pertemuan tersebut.

l. Hubungan antara dukungan informasi dengan kualitas hidup pasien

dibetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,005 (0,005 < 0,05),.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan

informasi dengan kualits hidup pada pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat 14,700. Hal

ini menunjukan penderita dabetetes yang memiliki keluarga dengan

kategori dukungan informasi keluarganya buruk berpeluang untuk

memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 14,700 kali dibandingkan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


82

dengan pasien diabetes melitus yang memiliki keluarga dengan kategori

dukungan informasi keluarganya baik dalam meningkatkan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus.

Coffman (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keluarga

merupakan sumber dukungan yang paling utama. Dukungan yang

diberikan dilihat dari empat dimensi yaitu emosional, instrumental,

informasi dan penghargaan. Disampaikan juga bahwa dukungan dari

keluarga berkaitan erat dengan kepatuhan pasien terhadap pengoatan

sehingga akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Dimensi informasi yang

diperoleh responden antara lain menyarankan responden untuk kedokter,

menyarankan mengikuti edukasi serta memberikan informasi baru

kepada responden tentang diabetes.

Mills (2008) menyatakan ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan

untuk mendukung anggota keluaganya yang mederia diabetes yaitu

dengan meningkatkan kesadaran dirinya untuk mengenali penyakit

diabetes melalui dukungan informasi, bahwa penyakit tersebut tidak bisa

dsembuhkan, sehingga pasien memiliki kesadaran yang tinggi untuk

mengelola penyakitnya. Selain iu tinggal bersama anggota keluarganya

yang sakit dan memberikan bantuan, menyediakan waktu, mendorong

untuk terus belajar dan mencari tambahan pengetahuan tentang diabetes

merupakan bentuk kegiatan yang bisa dilakukan keluarga dalam rangka

member dukungan pada anggota keluarganya yang sakit.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


83

m. Hubungan antara dukungan emosional dengan kualitas hidup pasien

dibetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,000 (0,000 < 0,05).

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

dukungan emosional dengan kualits hidup pada pasien diabetes mellitus

di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat 61,333.

Hal ini menunjukan penderita dabetetes yang memiliki keluarga dengan

kategori dukungan emosional keluarganya buruk berpeluang untuk

memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 61,333 kali dibandingkan

dengan pasien diabetes melitus yang memiliki keluarga dengan kategori

dukungan emosional keluarganya baik dalam meningkatkan kualitas

hidup pasien diabetes mellitus.

Penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara dukungan emosional

dengan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas

Pringsewu ahun 2017. Hal ini karena dukungan emosional yang

diberikan keluarga antara lain keluarga mengerti dengan masalah yang

dialami oleh responden, mendengarkan keluh kesah responden tentang

penyakit yang dialaminya serta memberikan kenyamanan kepada

responden dalam mengatasi masalahnya. Hal tersebut dapat

meningkatkan motivasi klien dalam menjalani kehidupan sehari-hari

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yang leih baik. Sedangkan

responden yang dukungan keluarga emosionalnya buruk tetapi kualitas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


84

hidupnya tetap baik, hal ini karena responden diabetes mellitus juga

mendapaat dukungan emosional dari petugas kesehatan dan teman

sebayanya, karna di Puskesmas Pringsewu diadakan program Prolanis

setiap 1 minggu sekali dan posyandu lansia setiap 2 minggu sekali.

n. Hubungan antara dukungan Penghargaan dengan kualitas hidup

pasien dibetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,001 (0,001 < 0,05).

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

dukungan penghargaan dengan kualits hidup pada pasien diabetes

mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR didapat

26,833. Hal ini menunjukan penderita dabetetes yang memiliki keluarga

dengan kategori dukungan penghargaan keluarganya buruk berpeluang

untuk memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 26,833 kali

dibandingkan dengan pasien diabetes melitus yang memiliki keluarga

dengan kategori dukungan penghargaan keluarganya baik dalam

meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

Penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara dukungan

penghargaan dengan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Pringsewu tahun 2017. Hal ini karena dukungan penghargaan

dapat membuat penderita diabetes merasa berharga, kompeten dan

dihargai. Dukungan penghargaan ini muncul dari penerimaan dan

penghargaan terhadap keberadaan seseorang secara total baik kelebihan

ataupun kekurangan. Melalui penelitan ini diketahui bahwa dimensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


85

penghargaan yang diperoleh responden dalam mengatasi penyakitnya

antara lain dorongan dalam mengontrol gula darah, memantuhi diet,

pengoatan serta kontrol ke kesehatan. Sedangkan responden yang

dukungan keluarga penghargaannya buruk tetapi kualitas hidupnya tetap

baik, hal ini karena responden diabetes mellitus juga mendapaat

dukungan penghargaan dari petugas kesehatan dan teman sebayanya,

karna di Puskesmas Pringsewu diadakan program Prolanis setiap 1

minggu sekali dan posyandu lansia setiap 2 minggu sekali.

o. Hubungan antara dukungan instrumental dengan kualitas hidup

pasien dibetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017.

Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,002 (0,002 < 0,05).

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga penghargaan dengan kualits hidup pada pasien

diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu tahun 2017, dengan nilai OR

didapat 19,250. Hal ini menunjukan penderita dabetetes yang memiliki

keluarga dengan kategori dukungan instrumental keluarganya buruk

berpeluang untuk memiliki kualitas hidup yang buruk sebesar 19,250 kali

dibandingkan dengan pasien diabetes melitus yang memiliki keluarga

dengan kategori dukungan instrumental keluarganya baik dalam

meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

Asumsi peneliti pada penelitian ini bahwa adanya hubungan antara

dukungan keluarga instrumenal dengan kualitas hidup pada pasien

diabetes mellitus di Puskesmas Pringsewu ahun 2017 hal ini karena

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


86

Peneliti berasumsi bahwa dukunga instrumental itu dapat membuat

penderita diabetes merasa diperhatikan, diterima dan disayangi. Melalui

penelitan ini diketahui bahwa dukungan instrumental yang diperoleh

responden dalam mengatasi penyakitnya antara lain keluarga membantu

mengingatkan dan menyediakan makanan sesuai diet, mendukung usaha

untuk berolahraga, mendukung usaha perawatan diabetes mellitus, serta

membantu membayar pengobatan. Sedangkan responden yang dukungan

keluarga instrumental buruk tetapi kualitas hidupnya tetap baik, hal ini

karena responden diabetes mellitus juga mendapaat dukungan

instrumental dari petugas kesehatan karna di Puskesmas Pringsewu sudah

bisa melakukan pengobatan melalui BPJS dan telah diadakan program

Prolanis setiap 1 minggu sekali dan posyandu lansia setiap 2 minggu

sekali.

p. Analisis multivariat variabel dukungan informasi yang paling

berpengaruh terhadap kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus

di Puskesmas Pringsewu tahun 2017.

Hasil uji pemodelan akhir multivariat didapatkan dukungan informasi

nilai Exp (B) =5857,566. Hasil penelitia ini menunjukan bahwa variabel

yang paling besar pengaruhnya terhadap kualitas hidup pasien diabetes

mellitus adalah dukungan informasi. Menurut (Friedman, 2003) dukungan

yang berupa saran atau masukan, nasehat atau arahan dan informasi-

informasi yang penting dan dibutuhkan yang diberikan keluarga terhadap

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


87

anggota keluarganya yang sakit sebagai upaya meningkatkan status

kesehatannya.

Coffman (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keluarga

merupakan sumber dukungan yang paling utama. Dukungan yang

diberikan dilihat dari empat dimensi yaitu emosional, instrumental,

informasi dan penghargaan. Disampaikan juga bahwa dukungan dari

keluarga berkaitan erat dengan kepatuhan pasien terhadap pengoatan

sehingga akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Dimensi informasi yang

diperoleh responden antara lain menyarankan responden untuk kedokter,

menyarankan mengikuti edukasi serta memberikan informasi baru kepada

responden tentang diabetes.

Mills (2008) menyatakan ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan

untuk mendukung anggota keluarganya yang mederita diabetes, yaitu

dengan meningkatkan kesadaran diri untuk mengenali penyakit diabetes

melalui dukungan informasi. Dukungan informasi yang diberikan berupa

informasi mengenai penyakit diabetes mellitus yang tidak dapat

disembuhkan, sehingga pasien memiliki kesadaran yang tinggi untuk

mengelola penyakitnya. Selain iu tinggal bersama anggota keluarganya

yang sakit dan memberikan bantuan, menyediakan waktu, mendorong

untuk terus belajar dan mencari tambahan pengetahuan tentang diabetes

merupakan bentuk kegiatan yang bisa dilakukan keluarga dalam rangka

memberi dukungan pada anggota keluarganya yang sakit.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


88

Penelitian ini melihat bagian yang paling penting dan utama dalam

meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus adalah dukungan

informasi. Hal ini karena dukungan informasi yang diberikan keluarga,

orang lain dan petugas kesehatan yang berupa pemberian informasi terkait

penyakit yang dialami dan perawatannya. Sehingga hal ini sangat

berpengaruh terhadap pemilihan dan penyelesaian masalah yang baik

untuk masalah yang sedang dialami oleh pasien diabetes mellitus.

Sehingga dukungan informasi ini menjadi sumber utama dalam

meningkatkan status kesehatan karna informasi adalah pengetahuan yang

paling mendasar untuk melakukan dan memilih suatu perawatan atau

pengobatan yang akan dilakukan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai