Anda di halaman 1dari 9

Available online at https://stikesmus.ac.id/jurnal/index.

php/JKebIn/index
Jurnal Kebidanan Indonesia, Vol 11 No 2. Juli 2020 (93-101) 93

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN USIA IBU HAMIL


TERHADAP PERILAKU KUNJUNGAN PEMERIKSAAN
TRIPLE ELIMINASI DI PUSKESMAS SUMBERLAWANG
SRAGEN

Firdha Fasa Sabilla 1, Tri Agustina 2, Nining Lestari 3, Supanji Raharja 4,*
1,2,3,4
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
4
supanji.raharja@gmail.com*

Abstrak
Latar Belakang : Ibu hamil merupakan salah satu dari populasi yang berisiko
tertular penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B, dan Sifilis. Lebih dari 90% anak yang
mengalami infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B, merupakan tertular dari ibunya.
Perlu upaya untuk memutus rantai penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu
hamil ke bayinya, salah satunya dengan pemeriksaan triple elimination.
Diperkirakan usia dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi kunjungan
pemeriksaan triple eliminasi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan tingkat
pendidikan ibu hamil terhadap perilaku kunjungan pemeriksaan triple eliminasi Di
Puskesmas Sumberlawang Sragen.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
desain cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Sumberlawang,
Kabupaten Sragen pada bulan September sampai November 2019. Sampel yang
digunakan adalah 60 orang. Data diambil dengan cara wawancara. Pengolahan
dan analisis data menggunakan metode Chi Square, Fisher, dan Kruskall Wallis.
Hasil : Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia (p
= 0,610) dan tingkat pendidikan (p = 0,567) dengan kunjungan pemeriksaan triple
elimination.
Simpulan: Ada Tidak terdapat hubungan antara usia dan tingkat pendidikan
dengan kunjungan pemeriksaan triple elimination pada ibu hamil di Puskesmas
Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah.

Kata kunci: Usia; Tingkat Pendidikan; Triple Eliminasi; Ibu Hamil

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND INCOME WITH


KNOWLEDGE OF FERTILE AGE WOMEN ABOUT IVA TES

Abstract
Background: Pregnant women are one of the populations at risk of contracting
HIV / AIDS, Hepatitis B and Syphilis. More than 90% of children who have HIV,
syphilis and hepatitis B infection are infected by their mothers. Efforts are needed
to break the chain of transmission of HIV, syphilis, and hepatitis B from pregnant
women to their babies, one of which is by triple elimination examination. It is
estimated that age and education level will affect the triple elimination visit.
The Aim : To determine the relationship of age and level of education of
pregnant women to the behavior of triple elimination examination visits at
Sumberlawang Health Center, Sragen.

10.36419/jkebin.v11i2.377
Jurnal Kebidanan Indonesia, Vol 11 No 2. Juli 2020 (93-101) 94
Firdha Fasa Sabilla et.al (Hubungan Tingkat Pendidikan dan Usia Ibu…)

Method: Observational analytic with cross sectional design. The study was
conducted at the Sumberlawang Health Center, Sragen Regency in September to
November 2019. The sample used was 60 people. Data is taken by interview.
Data processed and analysed using Chi Square, Fisher, and Kruskall Wallis
methods.
Result: The analysis showed that there was no relationship between age (p =
0.610) and level of education (p = 0.567) with triple elimination examination
visits.
Conclusion: There was no relationship between age and education level with
triple elimination examination visits for pregnant women at Sumberlawang
Health Center, Sragen, Central Java

Key words: Age; Level Of Education; Triple Elimination; Pregnant Women

PENDAHULUAN
Ibu hamil merupakan salah satu dari populasi yang berisiko tertular penyakit
HIV/AIDS, Hepatitis, Sifilis. Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih
dari 90% tertular dari ibunya. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk penyakit
HIV/AIDS adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan untuk Hepatitis B
adalah lebih dari 90% (Kemenkes, 2017).
Terdapat 630.000 orang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun
2017 dengan jumlah kasus baru sebesar 49.000 orang dan jumlah orang yang
meninggal karena HIV/AIDS sebanyak 39.000 orang. (Nurjanah, 2019). Jawa
Tengah pada bulan Januari sampai Juni tahun 2013 menempati posisi penderita
HIV terbanyak nomor 6, dan ditemukan 36 kasus AIDS yang ditularkan dari ibu
ke anak (Kumalasari, 2014).
Triple eliminasi adalah program yang bertujuan mencapai dan
mempertahankan eliminasi ibu ke bayi dari HIV/AIDS , Hepatitis B, dan Sifilis
agar mencapai kesehatan yang lebih baik bagi perempuan, anak-anak, dan
keluarga mereka melalui pendekatan terkoordinasi (Young, 2018).
Perlu upaya untuk memutus rantai penularan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B
melalui eliminasi penularan yang dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab
Negara dalam menjamin kelangsungan hidup anak. Infeksi HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B memiliki pola penularan yang relatif sama, yaitu ditularkan melalui
hubungan seksual, pertukaran/kontaminasi darah, dan secara vertikal dari ibu ke
anak (Kemenkes, 2017).
Menurut Prof. Dr. John Dewey, Pendidikan merupakan suatu proses
pengalaman (Efendi, 2015). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki (Jeniu, 2017).
Usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang yang diukur dalam
satuan waktu. Usia ibu pada saat hamil mempengaruhi kondisi dari kehamilan ibu
itu sendiri, karena selain berhubungan dengan kematangan organ reproduksi juga
berhubungan dengan kondisi psikologis yang meliputi kesiapan dalam menerima
kehamilan (Putri, 2019).
Lokasi Kabupaten Sragen, khususnya wilayah Kecamatan Sumberlawang
berdekatan dengan objek wisata gunung kemukus yang dulu dipakai sebagai

Copyright © 2020, Jurnal Kebidanan Indonesia


ISSN 2086-5562 (print) | ISSN 2579-7824 (online)
tempat terjadinya prostitusi, sehingga risiko terdampak dan terularnya HIV,
Hepatitis dan Sifilis menjadi sangat besar. Oleh karena itu, melalui Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi
Penularan HIV, Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu ke Anak, perlu dilakukan
penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan dan usia ibu hamil terhadap
kunjungan pemeriksaan triple eliminasi di Puskesmas Sumberlawang Sragen.
Selain Puskesmas Sumberlawang Sragen sudah menerapkan layanan
pemeriksaan triple eliminasi bagi ibu hamil, dimana setiap ibu hamil yang
melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan akan
memberikan sosialisasi mengenai pentingnya pemeriksaan triple eliminasi bagi
ibu hamil. Sedangkan untuk ibu hamil yang tidak datang ke puskesmas, petugas
kesehatan melakukan sosialisasi atau gebrakan melalui door to door atau secara
langsung terjun ke lingkungan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Usia Ibu Hamil dengan
Perilaku Kunjungan Pemeriksaan Triple Eliminasi di Puskesmas Sumberlawang
Sragen” sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan triple eliminasi.

METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian yang menggunakan sumber data primer ini
di lakukan di Puskesmas Sumberlawang Sragen, pada bulan September-
November 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di
Puskesmas dalam kurun waktu tersebut. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu
hamil yang datang ke Puskesmas Sumberlawang Sragen yang sudah melakukan
pemeriksaan triple eliminasi dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi
dari penelitian ini adalah ibu hamil yang memiliki keterbatasan fisik dan
mempunyai masalah patologis yang lain.
Pengambilan data untuk pemerpenelitian ini dengan wawancara secara
langsung, pengambilan data untuk tingkat pendidikan dan usia menggunakan
formulir biodata pada buku kesehatan ibu dan anak yang dibawa ibu hamil saat
pemeriksaan ke Puskesmas. Analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu diawali
dengan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square, dengan
ketentuan nilai sig (p) < 0,05 maka terdapat hubungan yang signifikan, apabila
nilai sig (p) ≥ 0,05 maka tidak memiliki hubungan yang signifikan. Jika tidak
memenuhi syarat menggunakan uji Chi Square maka dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Fisher dan uji Kruskall Wallis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan dan Penghasilan
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia
Tidak Berisiko 50 83,3
Berisiko 10 16,7
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Dasar 10 16,7

Pendidikan Menengah 45 75,0


Pendidikan Tinggi 5 8,3
Kehamilan Ke-
1 17 28,3
2 22 36,7
3 18 30,0
4 3 5,0
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 45 65,0
Swasta 10 16,7
Karyawan 5 8,3
Pemeriksaan Triple Elimination
Melakukan 52 86,7
Tidak Melakukan 8 13,3

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang berkunjung ke


puskesmas Sumberlawang Sragen termasuk kelompok usia yang tidak berisiko
(50 orang atau 83%). Variabel usia dalam penelitian ini identik dengan subjek
penelitian dari sebuah penelitian yang dilakukan di Sukoharjo, Indonesia, tahun
2016. Dalam penelitian tersebut, didapatkan data bahwa mayoritas ibu hamil
berada pada kelompok usia tidak berisiko (83%) (Nugraha, 2016). Hasil riset
kesehatan dasar yang dipublikasikan pada tahun 2018 juga menunjukkan bahwa
mayoritas ibu hamil di Indonesia berada pada kelompok usia tidak berisiko
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Sumberlawang Sragen memiliki tingkat pendidikan
menengah (45 orang atau 75%). Variabel tingkat pendidikan dalam penelitian
penelitian ini identik dengan subjek penelitian dari sebuah penelitian yang
dilakukan di Sleman, Yogyakarta tahun 2015. Dalam penelitian tersebut
didapatkan mayoritas ibu hamil memiliki tingkat pendidikan minimal 12 tahun
atau tingkat pendidikan menengah (81%) (Setiyawati, 2015). Selain itu, penelitian
di Semarang, Jawa Tengah, tahun 2016 juga menunjukkan bahwa mayoritas ibu
hamil memiliki tingkat pendidikan menengah (98,1%) (Halim, 2016). Hasil dari
dua penelitian ini dapat menunjukkan bahwa populasi ibu hamil di Jawa Tengah
memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan yang telah
ditetapkan pemerintah, yaitu wajib belajar 9-12 tahun.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang
berkunjung ke puskesmas Sumberlawang Sragen memiliki status paritas G2 atau
kehamilan kedua (22 orang atau 36,7%). Variabel jumlah kehamilan dalam
penelitian penelitian ini identik dengan subjek penelitian dari sebuah penelitian
yang dilakukan di Palembang, Sumatera Selatan, tahun 2016. Dalam penelitian
tersebut, didapatkan bahwa mayoritas ibu hamil memiliki paritas rendah atau
kurang dari tiga kali hamil (76,8%) (Handayani, 2016). Hasil ini merupakan suatu
kabar baik karena diketahui kehamilan dengan paritas tinggi berhubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya penyulit pada kehamilan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan mayoritas ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Sumberlawang Sragen memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga (45 orang atau 65%). Variabel pekerjaan dalam penelitian penelitian
ini identik dengan subjek penelitian dari sebuah penelitian yang dilakukan di
Pangkep, Sulawesi Selatan, tahun 2018. Dalam penelitian tersebut, didapatkan
bahwa mayoritas ibu hamil memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 80%
(Kadir, 2018). Dua penelitian lain di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan di
Palembang, Sumatera Selatan, juga menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil
tidak bekerja atau diasumsikan bekerja sebagai ibu rumah tangga
(Handayani;Susanto, 2016).

Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kunjungan Pemeriksaan Triple


Eliminasi.
Kunjungan Pemeriksaan Triple Elimination
Tingkat Pendidikan Ya Tidak Nilai p
N % N %
Dasar 8 13,3 2 3,3 0,567
Menengah 39 65 6 10
Tinggi 5 8,3 0 0
Total 52 86,7 8 13,3

Tabel 2 diatas menunjukkan hasil analisis menggunakan metode Kruskall


Wallis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan kunjungan pemeriksaan triple elimination (p = 0,567). Hasil penelitian ini
sejalan dengan sebuah penelitian di Sleman, tahun 2015. Dalam penelitian
tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi
kunjungan untuk melakukan pemeriksaan HIV dan infeksi menular seksual
lainnya, termasuk sifilis (Setiyawati, 2015). Penelitian lain di Tabanan, Indonesia,
tahun 2018 juga menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian ini. Dalam
penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa tingkat pendidikan ibu hamil
tidak mempengaruhi kunjungan pemeriksaan hepatitis B (Dhyanaputri et al.,
2019). Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa faktor yang paling
dominan menentukan kunjungan untuk pemeriksaan HIV adalah pengetahuan dan
persepsi tentang penyakit HIV.

Tabel 3. Hubungan Usia dan Kunjungan Pemeriksaan Triple Eliminasi


Kunjungan Pemeriksaan Triple Elimination
Usia Ya Tidak Nilai p
N % N %
Berisiko 8 13 10 3 0,010
Tidak Berisiko 44 73 20 10
Total 52 86 8 13

Berdasarkan tabel 3 hasil analisis menggunakan metode Fisher


menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan kunjungan
pemeriksaan triple eliminasi (p = 0,610). Hasil ini sejalan dengan sebuah
penelitian di Semarang, Indonesia, yang dilakukan pada tahun 2012. Dalam

Copyright © 2020, Jurnal Kebidanan Indonesia


ISSN 2086-5562 (print) | ISSN 2579-7824 (online)
penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa usia tidak mempengaruhi
kunjungan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan HIV dan infeksi menular
seksual lainnya (Legiati et al., 2012). Penelitian di Medan, tahun 2019 juga
menunjukkan hasil serupa. Dalam penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan
bahwa usia tidak mempengaruhi kunjungan ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan hepatitis B (Putri, 2019). Kedua penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan triple
elimination adalah dukungan keluarga, pengetahuan, persepsi dan sikap. Pada
penelitian ini, usia tidak berpengaruh karena pengetahuan, dukungan keluarga,
persepsi tersebut lebih berpengaruh daripada usia.
Pada beberapa penelitian yang sebelumnya, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kunjungan pemeriksaan HIV seperti pada hasil penelitian (Halim,
2016) diperoleh p value 0,001 pada faktor pengetahuan ibu hamil, yang berarti
secara statistik ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan perilaku
pemeriksaan HIV. Dan juga faktor sikap ibu hamil yang memperoleh hasil p value
0,002, yang artinya secara statistik ada hubungan antara sikap dengan perilaku
pemeriksaan HIV.
Kunjungan pemeriksaan HIV pada ibu hamil tidak hanya dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, faktor lain yang lebih berpengaruh adalah persepsi halangan,
petunjuk perilaku dan dukungan suami (Halim, 2016).
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang
berkunjung ke puskesmas Sumberlawang Sragen termasuk kelompok usia yang
tidak berisiko (50 orang atau 83%). Variabel usia dalam penelitian ini identik
dengan subjek penelitian dari sebuah penelitian yang dilakukan di Sukoharjo,
Indonesia, tahun 2016. Dalam penelitian tersebut, didapatkan data bahwa
mayoritas ibu hamil berada pada kelompok usia tidak berisiko (83%) (Nugraha,
2016). Hasil riset kesehatan dasar yang dipublikasikan pada tahun 2018 juga
menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil di Indonesia berada pada kelompok usia
tidak berisiko (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Sumberlawang Sragen memiliki tingkat pendidikan
menengah (45 orang atau 75%). Variabel tingkat pendidikan dalam penelitian
penelitian ini identik dengan subjek penelitian dari sebuah penelitian yang
dilakukan di Sleman, Yogyakarta tahun 2015. Dalam penelitian tersebut
didapatkan mayoritas ibu hamil memiliki tingkat pendidikan minimal 12 tahun
atau tingkat pendidikan menengah (81%) (Setiyawati, 2015). Selain itu, penelitian
di Semarang, Jawa Tengah, tahun 2016 juga menunjukkan bahwa mayoritas ibu
hamil memiliki tingkat pendidikan menengah (98,1%) (Halim, 2016). Hasil dari
dua penelitian ini dapat menunjukkan bahwa populasi ibu hamil di Jawa Tengah
memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan yang telah
ditetapkan pemerintah, yaitu wajib belajar 9-12 tahun.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang
berkunjung ke puskesmas Sumberlawang Sragen memiliki status paritas G2 atau
kehamilan kedua (22 orang atau 36,7%). Variabel jumlah kehamilan dalam
penelitian penelitian ini identik dengan subjek penelitian dari sebuah penelitian
yang dilakukan di Palembang, Sumatera Selatan, tahun 2016. Dalam penelitian
tersebut, didapatkan bahwa mayoritas ibu hamil memiliki paritas rendah atau
kurang dari tiga kali hamil (76,8%) (Handayani, 2016). Hasil ini merupakan suatu
kabar baik karena diketahui kehamilan dengan paritas tinggi berhubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya penyulit pada kehamilan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Sumberlawang Sragen memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga (45 orang atau 65%). Variabel pekerjaan dalam penelitian penelitian
ini identik dengan subjek penelitian dari sebuah penelitian yang dilakukan di
Pangkep, Sulawesi Selatan, tahun 2018. Dalam penelitian tersebut, didapatkan
bahwa mayoritas ibu hamil memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 80%
(Kadir, 2018). Dua penelitian lain di Kendari, Sulawesi Tenggara, dan di
Palembang, Sumatera Selatan, juga menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil
tidak bekerja atau diasumsikan bekerja sebagai ibu rumah tangga
(Handayani;Susanto, 2016).
Hasil analisis bivariat antara tingkat pendidikan dengan kunjungan
pemeriksaan triple eliminasi pada table 2 didapatkan nilai p=0,567, karena nilai
p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
dengan kunjungan pemeriksaan triple eliminasi di Puskesmas Sumberlawang
Sragen.
Hasil ini sesuai dengan sebuah penelitian di Sleman, tahun 2015. Dalam
penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi kunjungan untuk melakukan pemeriksaan HIV dan infeksi
menular seksual lainnya, termasuk sifilis (Setiyawati, 2015). Penelitian lain di
Tabanan, Indonesia, tahun 2018 juga menunjukkan hasil yang sejalan dengan
penelitian ini. Dalam penelitian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa tingkat
pendidikan ibu hamil tidak mempengaruhi kunjungan pemeriksaan hepatitis B
(Dhyanaputri et al., 2019). Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa faktor
yang paling dominan menentukan kunjungan untuk pemeriksaan HIV adalah
pengetahuan dan persepsi tentang penyakit HIV. Kurangnya pengetahuan
menyebabkan kesalahan persepsi dan akhirnya memunculkan barier sosial.
Tabel 3 uji bivariat dengan menggunakan uji fisher antara usia dengan
kunjungan pemeriksaan triple eliminasi di puskesmas sumberlawang sragen. Hasil
analisis bivariat antara usia dengan kunjungan pemeriksaan triple eliminasi di
puskesmas sumberlawang sragen didapatkan nilai p=0,610, karena nilai p>0,05
maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kunjungan
pemeriksaan triple eliminasi di puskesmas sumberlawang sragen.
Hasil ini sejalan dengan sebuah penelitian di Semarang, Indonesia, yang
dilakukan pada tahun 2012. Dalam penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan
bahwa usia tidak mempengaruhi kunjungan ibu hamil untuk melakukan
pemeriksaan HIV dan infeksi menular seksual lainnya (Legiati et al., 2012).
Penelitian di Medan, tahun 2019 juga menunjukkan hasil serupa. Dalam penelitian
tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa usia tidak mempengaruhi kunjungan ibu
hamil untuk melakukan pemeriksaan hepatitis B (Putri, 2019). Kedua penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan triple elimination adalah dukungan keluarga,
pengetahuan, persepsi dan sikap. Pada penelitian ini, usia tidak berpengaruh
karena pengetahuan, dukungan keluarga, persepsi tersebut lebih berpengaruh
daripada usia.
Pada beberapa penelitian yang sebelumnya, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kunjungan pemeriksaan HIV seperti pada hasil penelitian (Halim,
2016) diperoleh p value 0,001 pada faktor pengetahuan ibu hamil, yang berarti
secara statistik ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan perilaku
pemeriksaan HIV. Dan juga faktor sikap ibu hamil yang memperoleh hasil p value
0,002, yang artinya secara statistik ada hubungan antara sikap dengan perilaku
pemeriksaan HIV.
Kunjungan pemeriksaan HIV pada ibu hamil tidak hanya dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, faktor lain yang lebih berpengaruh adalah persepsi halangan,
petunjuk perilaku dan dukungan suami (Halim, 2016).

SIMPULAN
Usia dan tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan perilaku kunjungan
pemeriksaan triple eliminasi pada ibu hamil di Puskesmas Sumberlawang, Sragen,
Jawa Tengah.
Pemeriksaan triple eliminasi yang dijalankan oleh ibu hamil di Puskesmas
Sumberlawang Sragen sudah berjalan dengan baik. Dibuktikan dengan presentase
ibu hamil yang sudah melakukan pemeriksaan triple eliminasi cukup tinggi pada
hasil penelitian.

SARAN
Saran bagi peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel atau faktor
resiko lain seperti faktor pengetahuan, persepsi, sikap, pekerjaan ibu hamil,
jumlah kehamilan, dukungan keluarga. Dikarenakan melihat data yang sudah ada
bahwa ketiga penyakit tersebut terutama HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung
es yang harus tetap diteliti

DAFTAR PUSTAKA
Dhyanaputri, I. G. A. S., Sundari, C. D. W. Hana, Mastra, I. N., Jirna, I. N.,
Arjani, I. A. M. S., Merta, I. W.2019. Penyuluhan Dan Skrining Hepatitis B
Pada Ibu Hamil Dengan Rapid Tes Di Kecamatan Kediri Kabupaten
Tabanan Tahun 2018. Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat (Jpms), 1(2),
95–103. Diambil Dari Http://Ejournal.Poltekkes-
Denpasar.Ac.Id/Index.Php/Jpms/Article/View/Jpms1204.
Efendi, D.2015. Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Padang: Universitas Negeri
Padang.
Halim, Y.2016. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Hamil
Dalam Pemeriksaan Hiv Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 395-405.
Handayani, S.2016. Hubungan Antara Umur, Pendidikan, Paritas Dan
Pengetahuan Dengan Pemeriksaan Kehamilan (K4) Di Puskesmas Pakjo
Palembang Tahun 2016. Diambil Dari
Https://Ejournal.Stikesmp.Ac.Id/Index.Php/Maskermedika/Article/View/72.
Jeniu, E.2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Autisme dengan Tingkat
Kecemasan Orang Tua yang Memiliki Anak Autisme di Sekolah Luar Biasa
Bhakti Luhur Malang. Nursing News, 2(2), 32-42.
Kadir, A.2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care
Pada Ibu Hamil Trimester Ke Iii Di Puskesmas Bowong Cindea Kab.
Pangkep. Diambil Dari
Http://Jurnal.Stikesnh.Ac.Id/Index.Php/Jkv/Article/View/42.
Kemenkes No.52.2017. Eliminasi Penularan Hiv, Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu
Ke Anak. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI.2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Diambil


Dari Http://Labdata.Litbang.Depkes.Go.Id/Riset-Badan-Litbangkes/Menu-
Riskesnas/Menu-Riskesdas.
Kumalasari, M. F., Oktavianus.2014. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu hamil
tentang HIV/AIDS dengan Motivasi Mengikuti PMTCT (Prevention Mother
to Child Transmission) di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Jurnal
KesMaDaSka, 23-26.
Legiati, T.2012. Perilaku Ibu Hamil Untuk Tes Hiv Di Kelurahan Bandarharjo
Dan Tanjung Mas Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
7(1), 74–85. Https://Doi.Org/10.14710/Jpki.7.1.74-85.
Nugraha, S.2016. Gambaran Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang
Perawatan Neonatus Pada Ibu Nifas Di Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo. Journal Keperawatan Maternitas.
Nurjanah, N. A.2019. Tantangan Pelaksanaan Program Prevention of Mother to
Child Transmission (PMTCT): A Systematic Review. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 55-64.

Putri, D. K.2019. Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Dalam Melakukan


pemeriksaan Hepatitis. Nursing Arts, 13(1), 12–22.
Https://Doi.Org/10.36741/Jna.V13i1.84.
Setiyawati, N., & Meilani, N.2015. Determinan Perilaku Tes Hiv Pada Ibu Hamil.
Kesmas: National Public Health Journal, 9(3), 201.
Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas.V9i3.565.
Susanto, J.2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care
(Anc) Kunjungan 1 – Kunjungan 4 (K1 – K4) Pada Ibu Hamil Di Rsud Kota
Kendari Tahun 2016. Diambil Dari
Http://Ojs.Uho.Ac.Id/Index.Php/Jimkesmas/Article/View/1252.
Young, S. 2018. The Triple Elimination of Mother-to-Child Transmission of HIV,
Hepatitis B and Syphilis in Asia and the Pacific, 2018–2030. World Health
Organization 2018, 1-44.

Anda mungkin juga menyukai