Nimasi adalah 9 desa secara geografis Puskesmas Nimasi terletak antara batas –
layanan Puskesmas Nimasi terdiri dari 9 Desa yaitu Desa Buk, Desa Kuanek,
Desa Nimasi, Desa Oenenu, Desa Oenenu Selatan, Desa Oenenu Utara, Desa
Oelbonak, Desa Sontoi dan Desa Oenino. Dan menjalankan beberapa program
kesehatan diantaranya meliputi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB,
tanggal 01 April sampai 05 April 2022 dilakukan dengan cara kunjungan rumah
rata skor ibu menyusui sebelum dan sesudah diberikan sayur daun pepaya.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa umur ibu yang menyusui
adalah rata-rata 27,33 (hasil statistic) dengan standar deviasi 6,64 (hasil statistic),
umur termuda ibu menyusui adalah 17 tahun dan umur yang tertua yaitu 40 tahun.
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur ibu
Primipara 11 73,3
Multipara 4 26,7
Total 15 100,0
Sumber: Data Primer 2022
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Ibu Nifas Di Puskesmas Nimasi Tahun
2022
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu nifas yaitu rata-rata 3 (hasil
statistic), dengan standar deviasi 3,5 (hasil statistic), minimal ibu nifas yaitu 1
(hasil statistic) dan maksimal ibu nifas yaitu 10 (hasil statistic). Hasil analisis
dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata ibu sesuai dengan hasil
Pemberian sayur daun pepaya ini diberikan hanya dua kali dalam sehari selama 5
hari berturut-turut. Pengambilan data sesudah intervensi Post-Test dilakukan
Tabel 4.4 Intervensi Jumlah Pemberian Daun Pepaya Pada Ibu Menyusui Di
intervensi pemberian sayur daun pepaya pada hari pertama rata – rata 6,73%
artinya ada perbuahan pada intervensi hari pertama, pemberian sayur daun pepaya
pada intervensi kedua diapatkan rata-rata 8,0% artinya ada perubahan pemberian
sayur daun pepaya pada intervensi hari pertama ke intervensi hari kedua.
Intervensi hari ketiga dilakukan pemberian sayur daun pepaya didapatkan rata-rata
9,3% artinya ada perubahan pemberian sayur daun pepaya pada intervensi hari
kedua ke intervensi hari ketiga, pada hari keempat pemberian sayur daun pepaya
didapatkan rata-rata 10,0% yang artinya ada perubahan pemberian sayur daun
pepaya pada intervensi hari ketiga ke intervensi hari keempat. Postest hari kelima
dilakukan pemberian sayur daun pepaya didapatkan rata-rata 12,0% artinya ada
perubahan pemberian sayur daun pepaya dari intervensi hari keempat ke postest
hari kelima. Hasil intervensi diperoleh p value 0,000 artinya secara statistik ada
perbedaan yang signifikan antara pemberian sayur daun pepaya sebelum dan
sesudah pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Nimasi tahun 2022.
Tabel. 4.5 Analisis Pemberian Sayur Daun Pepaya Terhadap Kelancaran Asi
Tahun 2022.
kelancaran ASI pada ibu menyusui pada postest sebesar 6,67 yaitu dari 5,33
(sebelum diberikan sayur daun pepaya) menjadi meningkat sebesar 12,0 (sesudah
pemberian sayur daun pepaya). Hasil uji T diperoleh p value 0,000 artinya secara
statistik ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian
4.2. PEMBAHASAN
Usia produktif adalah usia 20-35 tahun, dimana usia dapat mempengaruhi
cara berpikir, bertindak, dan emosi seseorang. Biasanya usia ibu juga akan
Hasil penelitian ini diketahui bahwa umur ibu yang menyusui adalah 27,33 (hasil
statistic), dengan standar deviasi 6,64 (hasil statistic), umur termuda ibu menyusui
adalah 17 tahun dan yang tertua yaitu 40 tahun. Hasil analisis dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur ibu menyusui berada diantara 23,6
sampai 31 tahun. Penelitian ini sesuai dengan teori Jannah (2016) yang
Usia ibu menyusui yang terlalu muda juga dapat mengakibatkan kondisi fisiologis
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nurusalam (2021) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu
dengan pemberian ASI dapat dijelaskan karena usia bukan merupakan faktor
penelitian Luh Putu Sukma Pratiwi (2020) menjelaskan bahwa ibu multiparitas
memiliki pengalaman dari laktasi sebelumnya. Hal ini membuat ibu menjadi lebih
siap dalam menyusui ketika memiliki bayi lagi sehingga pemberian ASI menjadi
kecemassan dalam memberikan ASI pada bayinya. Pada ibu multiparitas dengan
usia yang lebih tua (>35 tahun) memiliki resiko penurunan fungsi anatomi dan
pengeluaran ASI sehingga dapat menyebabakan ibu mengalami onset laktasi yang
sehingga dapat menyebabkan stres. Stres yang dialami ibu primiparitas dapat
Periode masa nifas (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
2015). Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selasai
sampai alat kandungan kembali seperti prhamil. Lama masa nifas yaitu 6-8
minggu. (Mochtar, 2016). Masa ini penting sekali untuk dipantau karena masa
nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid (Saleha
2013).
Berdasarkan tabel 4.3 penelitian ini diketahui bahwa ibu nifas yaitu rata-
rata 3 (hasil statistic), dengan standar deviasi 3,5 (hasil statistic), minimal ibu
nifas yaitu 1 (hasil statistic) dan maksimal ibu nifas yaitu 10 (hasil statistic). Hasil
analisis dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata ibu sesuai dengan
Menurut Roito, produksi ASI berkisar antara 600 cc-1 liter sehari, dengan
demikian ibu dapat menyusui bayi secara eksklusif sampai 6 bulan, dan
pemberian ASI tetap dilanjutkan disertai makanan lain sampai anak berusia 2
tahun. Bila kemudian bayi disapih, refleks prolaktin akan terhenti sehingga sekresi
progesteron yang mulai berperan, alveoli akan terbentuk kembali (Roito, 2013).
4.2.2. Gambaran Pemberian Daun Pepaya Pada Ibu Menyusui Di Wilayah
SI, vitamin BI 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kalori, protein 8,0 gram,
lemak 2 gram, hidrat arang 11,9 gram, kalsium 353 mg, fosfor 63 mg, besi 0,8
mg, air 75,4 gram, carposide, papayotin, karpai, karposit, laktogogum, dan
vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan kesehatan ibu, sehingga
dapat menjadi sumber gizi yang sangat potensial. Kandungan protein tinggi,lemak
tinggi, vitamin, kalsium (Ca), dan zatbesi (Fe) dalam daun pepaya berfungsi untuk
meningkat, metabolisme juga meningkat sehingga sel otak berfungsi dengan baik
(Turlina, 2014).
intervensi pemberian sayur daun pepaya pada hari pertama rata – rata 6,73%
artinya ada perbuahan pada intervensi hari pertama, pemberian sayur daun pepaya
pada intervensi kedua diapatkan rata-rata 8,0% artinya ada perubahan pemberian
sayur daun pepaya pada intervensi hari pertama ke intervensi hari kedua.
Intervensi hari ketiga dilakukan pemberian sayur daun pepaya didapatkan rata-rata
9,3% artinya ada perubahan pemberian sayur daun pepaya pada intervensi hari
kedua ke intervensi hari ketiga, pada hari keempat pemberian sayur daun pepaya
didapatkan rata-rata 10,0% yang artinya ada perubahan pemberian sayur daun
pepaya pada intervensi hari ketiga ke intervensi hari keempat. Postest hari kelima
dilakukan pemberian sayur daun pepaya didapatkan rata-rata 12,0% artinya ada
perubahan pemberian sayur daun pepaya dari intervensi hari keempat ke postest
hari kelima.
dapat meningkatkan frekuensi kelancaran ASI pada ibu menyusui pada postest
sebesar 6,67 yaitu dari 5,33 (sebelum diberikan sayur daun pepaya) menjadi
meningkat sebesar 12,0 (sesudah pemberian sayur daun pepaya). Hasil uji T
diperoleh p value 0,000 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah pemberian sayur daun pepaya terhadap kelancaran
ASI pada ibu menyusui. Penelitian didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Reni Aprilia, dkk (2020) Hasil uji ststistik didapat nilai p-value 0.000 (<0.05)
Lampung Utara Tahun 2019. Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nara Lintan, dkk (2021) yang menunjukkan hasil analisis ρ value 0,001 < 0,05
yang artinya ada pengaruh pemberian daun pepaya terhadap kelancaran produksi
ASI pada ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota
Kediri. Diharapkan dengan hasil penelitian ini pemberian daun pepaya terhadap
kelancaran produksi ASI dapat menjadi alternatif menangani ASI tidak ancar.
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Fikawati (2015). ASI adalah
makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Semua
kebutuhan nutrisi yaitu protein, kabohidrat, lemak , vitamin, dan mineral sudah
tercukupi dari ASI. ASI awal mengandung zat kekebalan tubuh dari ibu yang
dapat melindungi bayi dari penyakit penyebab kematian bayi diseluruh dunia
seperti diare, ISPA dan radang paru-paru. Dimasa dewasa terbukti bahwa bayi
yang diberi ASI memiliki resiko lebih rendah terkena penyakit degenerative,
seperti darah tinggi, diabetes type 2, dan obesitas. Sehingga WHO sejak 2001
masa hamil maupun setelah melahirkan. Agar ASI ibu terjamin kualitas maupun
mineral dan air dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh selama
menyusui. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, selain mutu ASI dan kesehatan ibu
terganggu, juga akan mempengaruhi jangka waktu ibu dalam memproduksi ASI
pengeluaran air susu. Laktagogum sintetis tidak banyak dikenal dan relatif
mahal. Hal ini menyebabkan perlu dicarinya obat laktagogum alternatif. Upaya
perawatan payudara sejak dini dan rutin, memperbaiki teknik menyusui, atau
sebagai salah satu buah yang mengandung laktagogum merupakan buah tropis
Penelitian yang sama dilakukan oleh Lestari Puji Astuti (2015) tentang
pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap kecukupan ASI pada ibu nifas di wilayah
Penelitian sejalan yang dilakukan oleh oeh Reni Aprilia (2020) yang menjelaskan
pada penelitiannya bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dari produksi ASI
ssebelum dan ASI sesudah, peningkatan antara 2-3 poin pada hasil sebelum
membuktikan bahwa daun papaya yang diolah dan dijadikan menu makanan bagi
daun papaya yang membantu memperlancar produksi ASI ibu, selain itu frekuensi
pemberian ASI pada bayi juga berpengaruh pada kelancaran ASI, karena ketika
bayi menyusu pada ibu, secara otomatis hormone oksitosin juga akan ikut
penting yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pemberian ASI eksklusif
pada bayi. Dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat memberikan
pertahanan tubuh yang kuat dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI,
selain itu ASI juga membentuk jaringan otak karena mengandung omega 3 untuk
makanan ibu. Makanan yang dikonsumsi seorang ibu yang sedang menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
ada beberapa responden yang tidak mau dikunjungi ke rumah setiap harinya
yang kurang mengerti bahasa yang disampaikan dan peneliti juga kurang