Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit ginjal kronis (PGK) saat ini menjadi masalah yang serius dan terjadi
peningkatan di dunia. Adapun penanganan terhadap gagal ginjal kronik(GGK) yang
dapat dijalani berupa hemodialisa. Penderita yang menjalani hemodialisa biasanya
mengalami beberapa gangguan seperti gangguan fisiologis dan gangguan psikologis,
salah satu gangguan psikologis berupa kecemasan. Kecemasan diartikan sebagai
suatu sikap alamiah yang dialami oleh manusia sebagai bentuk respon dalam
menghadapi ancaman (Astuti. A, 2017). Di Pakistan angka kejadian yang mengalami
kecemasan sebesar 65,9% pada pasien GGK (Tanvir S, dkk 2013). (Cohen, S.D.,
Cukor , D., & Kimmel, 2016) mengemukakan bahwa sebanyak 45,7% pasien
hemodialysis di pusat dialysis tunggal di Brooklyn, New York memiliki gangguan
kecemasan ketika menjalani hemodialisa.

Faktor penyebab kecemasan pada pasien hemodialisa diantaranya karena gangguan


fisiologis. Gangguan fisiologis seperti rasa lelah, lemah dapat menimbulkan kesulitan
tidur. Douala General Hospital hemodialysis center of Cameroon melaporkan
sejumlah 76,1% pasien GGK mengalami gangguan tidur. Prevalensi timbulnya
gangguan tidur pada pasien GGK lebih tinggi dibandingkan dengan populasi secara
umum (Ricardo, et al., 2017; Shafi & Shafi, 2017).

Menurut world health organization (WHO) tahun 2018 menyatakan lebih dari 500
juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan sekitar 1,5 juta jiwa
diantaranya harus menjalani terapi hemodialisa semasa hidupnya. Angka kejadian
yang terus menerus mengalami peningkatan sebesar 8% setiap tahunnya menjadikan
gagal ginjal kronik menempati angka kematian tertinggi ke dua puluh di dunia
(Syailla, 2023). Di kawasan Asia juga memperkirakan Jumlah penderita gagal ginjal
kronik mengalami kenaikan yaitu 434,3 juta orang dewasa yang mengalami gagal
ginjal kronik (Liyanage et al., 2022).

Menurut kementerian kesehatan (kemenkes) di indonesia penyakit ginjal kronik


menjadi penyebab kematian ke 10 dengan jumlah kematian lebih dari 42 ribu
pertahun. Berdasarkan data yang diperoleh terjadi peningkatan yang terus menerus
pada penderita GGK dari tahun 2018 sampai 2020. Data tersebut menunjukkan
1.602.059 penduduk Indonesia menderita gagal ginjal kronik dan angka ini akan
diperkirakan akan terus meningkat (Riskesdas, 2020).

Prevalensi kejadian gagal ginjal kronik di provinsi jawa tengah sebagai kasus baru
penyakit tidak menular yang menempati urutan ke Sembilan dengan presentasi 0,3%
(Dinkes Jawa Tengah, 2020). Di wilayah jawa tengah khususnya daerah kabupaten
tegal tepatnya di rumah sakit mitra siaga tegal data yang di dapatkan adalah tercatat
pada tahun 2021 sebanyak 5.212 pasien, tahun 2022 sebanyak 5.550 pasien dan tahun
2023 tercatat sampai bulan November sebanyak 5.232. Dari data yang telah tercatat
terdapat peningkatan penderita gagal ginjal kronik setiap tahunnya.

Dampak penderita GGK yang menjalani hemodialisa sering mengalami kecemasan,


dimana menimbulkan perubahan bukan hanya fisiologis tetapi psikologis yang
mengganggu sitem neurologi seperti disorientasi, penurunan konsentrasi (smeltzer &
Bare, 2009). Faktor psikososial juga berpengaruh dapat terjadi kecemasan dimana
saat kondisi tubuh melemah dan ketergantungan terhadap mesin dialysis sepanjang
hidupnya akan menyebabkan penderita dituntut untuk melakukan penyesuaian diri
secara menerus. Gangguan kecemasan dapat berpengaruh terhadap perilaku
diantaranya mengalami penurunan dan perubahan dalam memenuhi kebutuhan
fisiologis, perubahan respon psikologis, penurunan kualitas fisik, fisiologi dan
sebagainya. Adanya proses jangka panjang dalam tindakan hemodialisa yang harus
dilakukan dan berbagai terapi yang harus dijalani akan berdampak pada perubahan
psikologis dalam menyesuaikan dirinya (Hawari & Al-Dabbas, 2008).

Selain itu faktor fisiologis lainnya yang berhubungan dengan kecemasan yaitu
kualitas tidur. Gangguan tidur yang dialami oleh 50-80% pasien yang menjalani
hemodialisa dimana kualitas tidur yang buruk merupakan faktor yang paling kuat
yang berhubungan pada pasien GGK (Sinay & Lilipory, 2019). Kualitas tidur yang
buruk dihubungkan dengan adanya gangguan tidur yang disebabkan gangguan napas
saat tidur, mengantuk berlebihan, sindrom kaki gelisah (Restless Leg Syndrom),
faktor kelelahan, nyyeri pada tulang, stress dan kecemasan (Menon,2015; Hamzi,
2017, Kumar, 2019, Tallo, 2015). Kualitas tidur yang baik ditandai dengan mudahnya
memulai tidur saat jam tidur, mempertahankan tidur dan peralihan dari tidur ke
bangun di pagi hari dengan mudah serta mencakup seperti durrasi tidur, latensi tidur
dan aspek subjektif seperti tidur nyenyak dan istirahat (Wahyu, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, Laurensia Nurkusuma dan
Lucia Yovita Hendrati, 2022) tentang hubungan kualitas tidur dengan depresi pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialysis disimpulkan bahwa
responden yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 31,7% responden dan
responden yang memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 68,3% responden.
Ssedangkan untuk depresi sebanyak 66,7% responden dan yang normal sebanyak
33,3% responden. Terdapat ada hubungan kualitas tidur dengan depresi pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialysis.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Saraswati, Ni Luh Gede Intan dkk, 2022)
tentang hubungan tingkat sres dengan kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialysis di dapatkan data tingkat stress sedang sebanyak 51,1%
responden dan kualitas tidur baik sebanyak 55,3%. Ada hubungan tingkat sres dengan
kualitas tidur pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialysis
Berdasarkan prevalensi pasien GGK dan fenomena peneliti tertarik ingin meneliti
apakah ada hubungan kualitas tidur dengan kecemasan menjalani hemodialisa pada
pasien gagal ginjal kronik di Rs Mitra Siaga Kecamatan kramat Kabupaten tegal.

1.2 Tujuan penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.1.1 Tujuan umum


Mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kecemasan menjalani hemodialisa pada
pasien gagal ginjal kronik di Rs Mitra Siaga Kecamatan kramat Kabupaten tegal.

1.1.2 Tujuan khusus


1.1.2.1 Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
penghasilan dan lama dialysis.
1.1.2.2 Mengidentifikasi kecemasan pasien yang menjalani terapi hemodialisa di
rumah sakit mitra siaga tegal.
1.1.2.2 Mengidentifikasi kualitas tidur pasien yang menjalani terapi hemodialisa di
rumah sakit mitra siaga tegal.
1.1.2.4 Menganalisis hubungan kualitas tidur dengan kecemasan menjalani
hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik di Rs Mitra Siaga Kecamatan
kramat Kabupaten Tegal.

1.3 Manfaat penelitian


1.1.2.4 Manfaat aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan diperolehnya kualitas tidur yang baik agar
meningkatkan kualitas kebugaran pasien gagal ginjal kronik.
1.1.2.5 Manfaat keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan diperolehnya konsep kualitas tidur yang baik pada
pasien gagl ginjal kronik
1.1.2.6 Manfaat metodologi
Hasil penelitian ini diperolehnya metodologi dengan lebih baik terkait kualitas tidur
dan kecemasan yang terjadi pada pasien gagl ginjal kronik

Anda mungkin juga menyukai