Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SELF

MANAGEMENT PADA PASIEN HEMODIALISIS


DI KOTA BEKASI
Puji Astuti1*, Tuti Herawati2, I Made Kariasa3
1
STIKES Bani Saleh
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia

*Email : 72pujiastuti@gmail.com

ABSTRAK

Penatalaksanaan gagal ginjal terminal membutuhkan modifikasi gaya hidup pasien dalam
mengatur diet, membatasi cairan, rejimen medikasi, perawatan akses vaskuler dan kepatuhan
menjalani hemodialisis. Pasien hemodialisis dapat mengoptimalisasikan kesehatan dirinya,
mencegah komplikasi dan meminimalkan efek penyakit dengan melaksanakan self management.
Tujuan penelitian mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan self management pasien
hemodialisis. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan
jumlah sampel 100 orang. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan, dukungan keluarga dan efikasi diri dengan SM (p value <0,05). Variabel yang paling
berpengaruh adalah tingkat pengetahuan. Penelitian merekomendasikan kegiatan pendidikan
kesehatan terstruktur sebagai sarana untuk untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian
berat badan antara waktu hemodialisis.
Kata Kunci: Self Management, Hemodialisis, Determinan

ABSTRACT

Management of end stage renal disease requires to modify the patient's lifestyle in regulating diet,
limiting fluids, medication regimens, treatment of vascular access and adherence undergoing
hemodialysis. Haemodialysis patients can optimize their own health, prevented complication and
minimize the effects of the disease by carrying out self management. The objective research is to
factors influencying Self Management patients hemodialysis. The research disign was cross
sectional study with consecutive sampling with 100 of a sample. The result showed there is a
significant relationship between knowledge, family support and self efficacy with self-
management (α =0.05, CI 95%). The most influential variable is the level of knowledge. This
study recommends for educational activities as a forum to improve knowledge and control
Interdialystic Weight Gain.
Keywords: Self Management, Hemodialysis, Determinant

1
Pendahuluan GGT yang mendapatkan terapi
Tujuan penatalaksanaan gagal ginjal hemodialisa beresiko mengalami
terminal (GGT) adalah defisit perawatan diri karena
mempertahankan fungsi ginjal yang kebutuhan akan perawatan diri lebih
tersisa dan homeostasis tubuh selama besar daripada kemampuan yang
mungkin. Kehilangan fungsi ginjal dimiliki untuk melakuan perawatan
lebih dari 95% membutuhkan terapi dirinya. Mereka memerlukan
pengganti ginjal (TPG) atau terapi intervensi keperawatan untuk
lanjutan. TPG dapat berupa dialisis membantu mereka lebih mandiri
(hemodialisis atau peritoneal dialisis) dalam mengelola penyakitnya. pasien
dan transplantasi ginjal dan TPG GGT harus dapat terlibat aktif dalam
yang paling sering dipilih adalah perawatan dirinya yang sesuai dengan
terapi hemodialisis (Raharjo & kondisi penyakitnya. Menurut Curtin
Suharjono, 2006; Smeltzer & Bare, dan Mapes (2001), Self Management
2013). Hemodialisis merupakan (SM) pada pasien GGT yang
proses penyaringan sampah menjalani hemodialisis merupakan
metabolisme dengan menggunakan suatu upaya positif pasien untuk
membran semi permeabel yang berpartisipasi dalam perawatan
berfungsi sebagai ginjal buatan atau kesehatan mereka untuk
yang disebut dengan dialyzer. mengoptimalkan kesehatan,
Tindakan tersebut bertujuan untuk mencegah komplikasi, kontrol tanda
mengoreksi gangguan keseimbangan dan gejala, mengikuti pengobatan dan
cairan dan elektrolit, serta meminimalkan efek penyakit dalam
mengeliminasi sisa produk kehidupan mereka. SM diawali
metabolisme protein sehingga mampu dengan pemberian informasi terkait
mempertahankan kondisi homeostasis penyakit yang dialami sehingga akan
tubuh (Sukandar, 2006). Perawatan menghasilkan tugas-tugas yang harus
jangka panjang pada penatalaksanaan dilakukan oleh pasien dirumah
hemodialisis juga membutuhkan sebagai individu yang menjalani
keterlibatan pasien untuk penyakit kronis. Komponen tugas-
memodifikasi gaya hidup pasien tugas yang harus dilakukan individu
dalam mengatur diet, membatasi dengan penyakit kronis seperti
cairan, regimen medikasi, perawatan manajemen pengobatan, manajemen
akses vaskuler dan kepatuhan emosi, manjemen perilaku
keteraturan menjalani hemodialisis kemampuan problem solving
(Richard, 2006; Simmons, 2009). (pengambilan keputusan),
pemanfaatan sumberdaya, hubungan
Kompleksitas masalah yang muncul dengan petugas kesehatan dan
selama hemodialisis dapat berdampak melakukan perawatan diri (Li, Jiang
pada ketidakberdayaan pasien dalam & Lan, 2014).
melakukan aktifitas sehari-hari.
Menurut Simmons (2009), pasien

2
Mollaoglu (2009), menyatakan kali/minggu. Hasil wawancara
bahwa ada hubungan yang signifikan dengan kepala ruangan, jadwal
antara kemampuan SM dengan efikasi kunjungan pasien untuk cuci darah
diri dan kualitas hidup (pada dimensi relatif teratur, pasien mendapatkan
fisik, psikologis, dan sosial) sehingga resep obat setiap bulan, jadwal
pasien terlibat aktif dalam perawatan pemeriksaan laboratorium dilakukan
dirinya. Rostami dan Fallah (2015), setiap bulan secara rutin, tingkat
menyatakan bahwa pasien kepatuhan pasien khususnya dalam
hemodialisis yang melaksanakan SM pembatasan cairan dan diet masih
dapat menurunkan masalah kesehatan kurang kegiatan pendidikan
ditandai dengan adanya penurunan kesehatan yang dilakukan oleh
nilai ureum dan kreatinin, kalium, perawat belum dijalankan secara
tekanan darah normal dan kulit gatal khsusus dan rutin.
berkurang. Heirdarzadeh,
Atashpeiker dan Jalilazar (2010), Metode Penelitian
kemampuan perawatan diri yang Penelitian ini menggunakan desain
dilakukan melalui self management deskritif analitik dengan rancangan
akan memberikan dampak positif jenis penelitian Crossectional. Teknik
terhadap pencapaian hasil yang baik. pengambilan sampel adalah
consecutive sampling. Penghitungan
Mewujudkan SM yang optimum pada jumlah sampel dengan menggunakan
pasien hemodialisis dipengaruhi oleh “rule of thumbs” yaitu dengan besar
beberapa faktor. Menurut Curtin et sampel sebanyak 100 responden.
al., (2004) faktor yang mempengaruhi Dengan kriteria inklusi pasien dengan
SM berupa usia, jenis kelamin, GGT yang menjalani hemodialisis,
pernikahan, pendidikan dan melakukan hemodialisis secara rutin
pekerjaan, lama dialisis, frekuensi minimal sebanyak 2 kali seminggu,
hemodialisis, komplikasi yang bersedia menjadi responden, tidak
muncul dan psikologis. Sementara mengalami gangguan mental,
Penelitian yang dilakukan oleh Li, terpasang akses vaskuler: AVF atau
Jiang dan Lan, (2014), SM AVG.
dipengaruhi oleh dukungan sosial,
dukungan keluaraga dan dukungan Alat ukur yang digunakan dalam
fasilitas kesehatan, efikasi diri dan penelitian ini adalah modifikasi
depresi kuesioner Hemodialysis SM
Instrument (HDMI) yang terdiri dari
Hasil studi pendahuluan didaptkan empat komponen (hubungan perawat-
data jumlah pasien di unit pasien, pemecahan masalah, self-care,
hemodialisis RSUD Kota Bekasi manajemen emosional) dengan 32
terdapat 107 pasien dan RS Anna item pertanyaan; kuesioner
Medika Bekasi terdapat 135 pasien . pengetahuan modifikasi dari
Frekuensi hemodialisis dijadwalkan 2 hemodialisis Chronic Hemodialysis

3
Knowledge Survey (CheKS); Usia dgn SM baik 51 50.43±11.175 0,743- 0,116
Usia dgn SM 49 53.73±9.548 0,829
dukungan keluarga; efikasi diri; akses kurang baik
layanan kesehatan dan Hospital
Anxiety and Depression Scale Tabel 1 menunjukkan bahwa rerata
(HADS). Analisis data menggunakan usia responden yang memiliki SM
analisis univariat, bivariat dan baik adalah 50.43 tahun dengan
multivariat (regresi logistik). standar deviasi 11.175 (95% CI=
0,743-0,829). Analisa lebih lanjut
Hasil Penelitian didapatkan tidak ada hubungan yang
Analisa Univariat bermakna antara usia dengan SM
Karakteristik responden dalam pada pasien hemodialisis dengan p
penelitian ini adalah responden value 0,116 (α<0,05; CI 95%)
berjenis kelamin laki-laki sebanyak
58 %, tingkat pendidikan terbanyak Tabel.2 Analisi Hubungan Berdasarkan
dari pendidikan menengah menengah Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan,
Selisish Berat Badan,Kecemasan, Depresi
sebesar 53%. Selisih kenaikan berat
Dukungan Keluarga, Akses Pelayanan
badan antara waktu hemodialisis Kesehatan, Pengetahuan dan, Efikasi Diri
terdapat sebagian besar berada dalam dengan SM pada Pasien Hemodialisis
kategori >2% -5% yaitu sebanyak Tahun 2016 (n=100)
53% Lama menjalani hemodialisis
Self Management OR P
lebih dari 36 bulan yaitu sebesar76%. Variabel Baik Kurang 95%CI Value
Responden yang memiliki n % n %
pengetahuan tinggi sebesar 66%. Jenis Kelamin 1,263 0.709
Laki-laki 31 53,4 27 46,6 (0,57-
Lebih dari separuh responden
Perempuan 20 47,6 22 52,4 2,793)
mempunyai efikasi diri yang baik
yaitu sebesar 66%. Responden Tingkat Pendidikan 1,103 0,331
Tinggi 12 57,1 9 41,9 (0,398-
menyatakan mendapatkan dukungan
Menengah 29 54,7 24 45,5 3,059)
keluarga sebesar 95% Responden Dasar 10 38,5 26 61,5
yang mengalami cemas sebesar 9%
dan yang mengalami depresi sebesar
Selisih BB antar waktu hemodialisis
5%. Responden yang menyatakan 0-2% 3 100 0 0 0,207
mudah dalam mendapatkan akses >2%-5% 27 50,9 26 49,1
pelayanan kesehatan yaitu sebesar >5%-8% 14 42,4 19 57,6
>8% 7 63,6 4 36,4
62% . Lebih dari separuh responden Kecemasan 0,818 0,929
mempunyai self management yang Normal 46 52 45 48 (0,206-
baik dengan persentasi sebesar 51%. Cemas 5 50 4 50 3,243)
Depresi 1,598 0,802
Normal 49 51,6 46 46,6 (0,255-
Analisa Bivariat Depresi 2 40 3 60 9,999)
Tabel 1. Analisis Hubungan Usia dengan Akses Layanan Kesehatan 1,500 0,438
SM pada Pasien Hemodialisis Tahun 2016 Mudah 34 54,8 28 62 (0,666-
Sulit 17 44,7 21 38 3.378)
(n=100)
Dukungan Keluarga 0,025*
Variabel n Mean±SD CI pvalue
Mendukung 51 53,7 44 46,6
95%

4
Kurang 0 0 5 100 Z = 1.263 + 1.306 (efikasi diri) +
Tingkat Pengetahuan 2,648 0,041*
Tinggi 39 59,1 27 40,9 (1,123-
1.255 (tingkat pengetahuan) + 1.241
Rendah 12 35,3 22 64,7 6,243) (dukungan keluarga)
Efikasi Diri 2,648 0,041*
Tinggi 39 59,1 27 40.9 (1,123-
Rendah 12 35,3 22 64,7 6,243)
Diskusi
Hasil penelitian menunjukan bahwa
Tabel 2 menunjukkan berdasarkan proporsi usia yang memiliki SM baik
hasil analisa lebih lanjut terdapat reratanya 50,43 tahun lebih rendah
hubungan yang bermakna (α =0,05, dibandingkan rerata pasien dengan
CI 95%) antara tingkat pengetahuan, SM kurang baik yaitu 53,73 tahun
dukungan keluarga dan efikasi diri dan analisa lebih lanjut
dengan SM pasien hemodilalisis dan memperlihatkan tidak ada hubungan
tidak terdapat hubungan yang yang bermakna antara usia dan SM.
bermakna antara usia, jenis kelamin, Usia lebih muda lebih mempunyai
tingkat pendidikan, selisih berat kemampuan untuk merawat dirinya
badan antara waktu hemodialisis, dibandingkan usia yang lebih tua.
akses pelayanan kesehatan, Menurut Chicolini, Palma, Simoneta
kecemasan dan depresi dengan SM dan Nichola (2012), usia tidak
pasien hemodilalisis. mempengaruhi SM pada pasien
hemodialisis. Usia merupakan bagian
Analisa Multivariat esensial yang harus diperhatikan
Variabel yang masuk dalam dengan baik untuk mencapai
pemodelan akhir dari analisis regresi kemandirian SM. Tetapi usia bukan
logistik adalah dari variabel umur, satu-satunya faktor yang
tingkat pendidikan, efikasi diri, mempengaruhi kemampuan pasien
tingkat pengetahuan dan dukungan untuk merawat dirinya secara
keluarga. Kekuatan variabel yang mandiri. Masih banyak faktor lain
paling berpengaruh bisa dilihat dari yang mempengaruhi kemampuan SM
nilai OR, semakin besar nilai OR seperti tingkat pengetahuan, efikasi
semakin besar kekuatannya. Pada diri dan dukungan keluarga.
penelitian ini, variabel yang
mempengaruhi SM adalah Tidak ada hubungan bermakna antara
pengetahuan (OR=3.336), efikasi diri jenis kelamin dan SM pada pasien
(OR=2.563) dan dukungan Keluarga hemodialisis. Menurut Chicolini,
(OR=2.496) sehingga dapat Palma, Simoneta dan Nichola (2012),
disimpulkan varaibel yang paling jenis kelamin tidak mempengaruhi
berpengaruh pada SM adalah SM artinya pada pasien laki-laki dan
pengetahuan. Pola pemodelan sebagai perempuan ada yang SM baik ada
berikut : juga yang SM kurang baik. Jenis
Z= konstanta + a1x1+ a2x2 + a3x3 kelamin menjadi pembeda
pelaksanaan SM yang dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan karena

5
dipengaruhi oleh faktor pikososial baik terbanyak berada pada
dan budaya. Perempuan lebih responden dengan kenaikan berat
cenderung menunjukkan dampak badan antara >2% - 5% .
psikososial negatif, lebih labil Keberhasilan SM pada pasien
dibandingkan laki-laki selama masa hemodialisis akan terlihat dari tidak
perawatan. terjadi penaikan berat badan yang
berlebihan, nilai laboratorium seperti
Tidak ada hubungan yang bermakna nilai BUN, keseimbangan elektrolit
antara tingkat pendidikan dengan SM dalam batas normal. Penelitian ini
pada pasien hemodialisis. Pendidikan sejalan dengan penelitian yang
yang tinggi tidak menjamin seseorang dilakukan oleh Mahmoud, Salim dan
memahami kondisi penyakit atau Raoul (2014) di Iran bahwa
perawatan dirinya. Menurut menunujukkan hampir 94,6 % lebih
Bodenheimer (2010), level pasien hemodialisis pemasukkan
pendidikan bukan menjadi faktor cairan hariannya melebihi dari yang
utama dalam perawatan pasien telah ditetapkan. Penatalaksanaan
hemodialisis tetapi memahami hemodialisis harus diimbangi dengan
instruksi pengobatan dan pentingnya perubahan gaya hidup dan tanpa
perawatan mungkin lebih penting adanya kepastian akan
daripada tingkat pendidikan pasien. menyembuhkan dapat mempengaruhi
Hasil penelitian ini SM baik lebih psikologis pasien dan ini akan
banyak dimiliki oleh responden berdampak pada kepatuhan dalam
dengan pendidikan menengah – membatasi pemasukan cairan dan
tinggi. Menurut Bosma, De Man, nutrisi. Selain itu pasien yang
Rietveld, Touw dan Geerlings (2013) menjalani hemodialisis banyak
tingkat pendidikan merupakan mendapatkan informasi bahwa proses
perantara pengetahuan yang harus hemodialisis dapat membantu untuk
dimiliki oleh pasien. Semakin tinggi mengeluarkan cairan dan elektrolit.
tingkat pendidikan maka kemampuan Responden pernah merasakan secara
kontrol diri seseorang terhadap langsung manfaat proses hemodialisis
pencarian manfaat dalam dapat membantu mengkoreksi
menjalankan proses perawatan dan kelebihan cairan dalam dirinya
pengobatan semakin tinggi sehingga sehingga hal ini menjadi suatu
memberikan pemahaman yang lebih keyakinan bahwa mengatasi masalah
baik terhadap self management yang kelebihan dengan alat dialiser lebih
dijalani. efektif daripada mereka membatasi
diri untuk mengkonsumsi cairan
Hasil penelitian pada selisih kenaikan (Childers, 2014). Menurut Kara
berat badan antara waktu (2007) dan Efe dan Kocaoz (2015)
hemodialisis dengan SM bahwa pasien hemodialisis
menunjukkan tidak ada hubungan mengalami permasalahan besar dalam
yang bermakna dengan proporsi SM diet garam dan pembatasan cairan.

6
Mereka menemukan bahwa hal ini akan memberikan pemahaman dan
terkait dengan health belief pasien, pemaknaan diri yang lebih baik
selain itu persepsi hambatan ini terhadap proses pelaksaanan SM
muncul juga dapat disebabkan karena pasien. Menurut Mollaoglu (2006)
pola makan sangat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan rendah akan
pola kebiasaan makan dalam keluarga mempunyai kemampuan perawatan
sehari-hari, yang mennyajikan diri yang tinggi. Menurut Chen et al.,
makanan tinggi garam. Menurut (2010) hemodialisis memberikan
Linberg, Magnus (2010) dampak psikologis yang akan
ketidakpatuhan terhadap pembatasan mempengaruhi tingkat
diet dan cairan salah satunya ketergantungan pasien dalam
disebabkan karena rasa makanan menjalani pengobatan sehingga
yang tidak enak, jenis makanan atau secara negatif akan mempengaruhi
variasi makanan berkurang sehingga kontrol diri dan akan berdampak
pasien cenderung memberanikan diri secara tidak langsung terhadap
melanggar diet agar bisa memenuhi pelaksanaan perawatan diri pasien
keinginan untuk dapat memenuhi rasa hemodialisis.
dan jumlah makanan yang
dikonsumsinya. Responden yang mudah mendapatkan
akses layanan kesehatan memiliki
Responden yang tidak merasakan SM baik lebih banyak dibandingkan
kecemasan dan depresi menunjukkan responden yang sulit mendapatkan
SM yang baik lebih banyak akses layanan kesehatan. Hasil
dibandingkan responden yang analisa menunjukkan tidak ada
mengalami cemas dan depresi. Hasil hubungan bermakna antara
analisa lebih lanjut menunjukkan kemudahan mendapatkan layanan
tidak ada hubungan yang bermakna kesehatan dengan SM. Menurut
antara kecemasan dan depresi dengan Walker (2013) penyediaan pelayanan
SM. Kecemasan dan depresi kesehatan pada penyakit tahap
merupakan masalah psikologis yang stadium akhir seperti GGT dengan
umum terjadi pada pasien dengan hemodialisis diharapkan dapat
penyakit kronis. Masalah psikologi diperluas hingga ditatanan pelayanan
pada pasien hemodialisis adalah primer. Hal ini ternyata dapat
bentuk adaptasi yang muncul pada menjadi salah satu upaya untuk
diri pasien terhadap stresor baru. pencegahan dan skrining tanda-tanda
Kecemasan bukan sebagai faktor terjadinya gagal ginjal. Pada
penentu terhadap pelaksanan SM, penelitian ini akses layanan kesehatan
tetapi kecemasan adalah hasil akhir masih berfokus pada ketersediaan dan
dari kemampuan adaptasi pasien kemudahan mencapai unit
terhadap proses hemodialisis yang hemodialisis. Kemudahan akses
berlangsung untuk jangka waktu pelayanan juga seharusnya meliputi
lama. Penerimaan terhadap penyakit keterlibatan tenaga kesehatan sebagai

7
pemberi palayanan dan sumber upaya dalam menciptakan strategi-
informasi, pembiayaan obat-obatan, strategi yang dapat meningkatkan
suplemenposfor dan dan perawatan pelaksanaan self mangement yang
selama dirumah. lebih baik. Bonnear et al., (2014)
meningkatkan pengetahuan melalui
Ada hubungan bermakna (α =0,05, CI pemahaman dan pengetahuan yang
=95%) antara dukungan keluarga adekuat mampu memotivasi dan
dengan SM pada pasien hemodialisis. memberikan kesempatan pada pasien
Menurut Koetsenruijter, Fasilev, untuk menerapkan SM yang baik.
Rogers dan Kenedy (2014), bahwa Pengetahuan dianggap dapat
dukungan keluarga secara kualitatif menumbuhkan kemampuan
dirasakan oleh pasien dapat kepercayaan diri, efikasi diri dan
mempengaruhi SM pasien. kepatuhan pasien terutama dalam
Dukungan keluarga akan membuat keputusan melaksanakan
meningkatkan kesadaran dan SM. Peningkatan pengetahuan pada
kemampuan untuk menerima pasien hemodialisis hendaknya
kompleksitas masalah selama dilakukan pada fase awal pasien
menjalani proses hemodialisis. menjalani hemodialisis sehingga
Menurut Chicolini, Palma, Simoneta mampu mencapai standar yang
dan Nichola ( 2012), kepatuhan diharapkan selama menjalankan
pasien sangat dipengaruhi oleh terapi hemodialisis.
dukungan keluarga. Peran keluarga
sangat memberi pengaruh terhadap Menurut Lingerfilt dan Thornton
indikator parameter dalam (2011), pengetahuan merupakan hal
perencanaan self management yang esensial pada pasien GGT yang
hemodialisis yaitu pengawasan akan menjalani hemodialisis. Enam
kepatuhan diet, IDWG dan rencana bulan pertama dalam proses
pengobatan. hemodialisis merupakan periode
waktu yang penting untuk
Pengetahuan adalah salah satu memberikan pengetahuan dan
variabel yang mempunyai hubungan pemberian pengetahuan secara rutin
bermakna dengan SM pada pasien ini dapat meningkatkan pelaksanaan
hemodialisis. Penelitian yang self care management pada pasien
dilakukan oleh Curtin dan Mapes hemodialisis. Peningkatan
(2001), hasil penelitiannya pengetahuan penting diberikan
menunjukkan perilaku self care terutama terkait masalah diet,
management sangat dipengaruhi oleh medikasi dan kepatuhan terhadap
pengetahuan pasien hemodialisis. pengobatan. Pengetahuan merupakan
Pengetahuan yang cukup akan prekondisi untuk berubah pada pasien
memberikan perilaku kooperatif, hemodialisis yang sedang mengalami
parsipatori dan proaktif. Pasien permasalahan yang kompleks terkait
hemodialisis akan meningkatkan diet, medikasi dan pengobatan.

8
Pengetahuan merupakan modal utama mandiri pasien dalam mengelola
dalam memulai perubahan perilaku adaptasi terhadap penyakitnya.
self care management yang baik bagi Grady, Paticia dan Gaugh, Lisa
pasien hemodialisis. (2014), menyatakan bahwa self
management merupakan hal yang
Hasil penelitian menunjukkan kompleks yang harus dijalani pasien.
terdapat hubungan yang bermakna (α Pasien harus menggunakan semua
=0,05, CI 95%) antara efikasi diri potensi yang ada dalam dirinya untuk
dan SM. Efikasi diri merupakan hal terlibat dalam melakukan perawatan
yang penting untuk menjalankan SM diri. Efikasi diri, dan perawatan diri
yang sukses pada pasien hemodialisi merupakan jembatan menuju
(Bonner, et al., 2014). Efikasi diri pelaksanaan self management
pada pasien hemodialisis terbentuk seseorang. Peningkatan efikasi diri
dari rasa percaya diri seseorang dapat meningkatan self management.
dalam menerapkan perilaku dan Efikasi diri merupakan strategi
meningkatkan upaya penyelesaian peningkatan perilaku self
masalah yang dihadapi guna management baik digunakan terutama
mempertahan perilaku tersebut. untuk populasi yang rentan dan
Efikasi diri akan meningkatan beragam. Efikasi diri akan
perilaku spesifik yang akan memberikan bentuk gambaran
memberikan kesempatan pada pasien perilaku yang dilakukan terkait self
mengonrol dan mengantisipasi management. Efikasi diri juga tercatat
perilaku yang akan memperburuk sebagai komponen yang cocok untuk
situasi. Efikasi diri akan mendukung meningkatan self management untuk
pelaksanaan SM yang baik. berbagai kondisi kronik.

Nagler, Bachman, Schmid, Muller Kesimpulan & Saran


dan Wuilemin (2014), efikasi diri Terdapat hubungan yang bermakna
akan membentuk keyakinan jangka antara pengetahuan, dukungan
panjang pasien sehingga sangat keluarga dan efikasi diri dengan SM
berpengaruh terhadap perilaku yang pasien hemodilalisis (α =0,05, CI
terbentuk pada pasien dengan kondisi 95%) . Tidak terdapat hubungan yang
penyakit kronis. Efikasi diri bermakna antara usia, jenis kelamin,
merupakan komponen yang dapat tingkat pendidikan, akses pelayanan
meningkatan self mangement dan kesehatan, kecemasan dan depresi
hasil akhir kesehatan pasien. dengan SM pasien hemodilalisis (p
Peningkatan efikasi diri pasien value>0,05). Hasil multivariat
merupakan cara yang efektif dalam didapatkan bahwa variabel yang
mempertahankan keberlanjutan paling berpengaruh adalah tingkat
pelaksanaan self management pasien pengetahuan.
dengan penyakit kronis. Efikasi diri
tercatat berkontribusi terhadap upaya

9
Sehingga perlu dilakukan kegiatan Cicolini, G., Palma, E., Simonetta,
edukasi terprogram tentang penyakit C., & Di Nicola, M. (2012).
GGT dan perawatan hemodialisis, Influence of family carers on
sebagai sarana untuk meningkatkan haemodialyzed patients'
pengetahuan pasien dan keluarga adherence to dietary and fluid
serta meningkatkan peran tenaga restrictions: an observational
kesehatan sebagai sumber informasi. study. Journal Of Advanced
Dengan pengetahuan yang baik Nursing, 68(11), 2410-2417 8p.
tentang rejimen hemodialisis baik doi:10.1111/j.1365-
dapat meningkatkan kemampuan 2648.2011.05935.x
melaksanakan SM dan kenaikan Curtin dan Mapes (2001). Health
berat badan antara waktu Care Management Strategies of
hemodialisis dapat dikendalikan. Long Term Dialysis Survivors.
Nephrology Nursing Journal; 28,
Daftar Pustaka 4, pg 285
Bodenheimer, Lorig, Holman., et al.
(2010). Patient SM of Chronic Curtin, Roberta Braun., Sitter, Dara
Disease in Primary Care.JAMA, C. Bultman., Schatell, Dorian.,
2888(19), 2469 Chewning, Betty A., (2004).
Self-Management Knowledge
Bonnear et al., (2014). SM Programs and Functioning and Weil-Being
in Stage 1-4 Chronic Kidney of Patients on Hemodialysis.
Disease : a Literatur review. Nephrology Nursing Journal
Journal of Renal Care, 40(3), ;July-August; 31( 4),378-398
pp. 194-204
Grady, Patricia dan Goug., (2014).
Bosma, M., De Man, P., Rietveld, A., Self Management : A
Touw & Geerlings (2013). A Comprehensive Approach to
Practical Thrice weekly Management Chronic
Ertapenem Dosage Regimen for Conditions. American Journal of
Chronic Haemodialyis Patient, Public Health. Agust, 104 (8)
Therapeutik Drug Monitoring.
35(5), 661. Heidarzadeh M, Atashpeikar S, &
Jalilazar T (2010). Relationship
Chen, et al., (2010). Depression and Between Quality of Life and Self-
Suicide in Hemodialysis Care Ability in Patients
Patients with Chronic Renal Receiving Hemodialysis.
Failure. Psychosomatic;
51:528-528.e6 Isroin L, Istanti Y.P., Soejono S.K.
(2014). Manajemen Cairan pada
Childers, Robert W., Similele, Pasien Hemodylisis
Anthony J. (2009). Multi Pass Meningkatkan Kualitas Hidup .
Dialysis, USA: Pattent http://thesis.umy.ac.id/datapublik
Application Puublication nonthesis/PNLT1890.pdf

10
Kara, B., Caglar K., Kilic S., (2007). Disease. Nephrology Nursing
Nonadherence with Diet and Journal, 38(6), 483-489 7p.
Fluid Restriction and Perceived Mahmoud, Selim dan Raouf. (2014).
Social Support in Patients Assessment of Self Care Practice
Receiving Hemodialysis. of Patients on Maintenance
Journal Nursing Scholarship.; Hemodialysis at Cairo University
30(3):243-8. Doi: Hospitals. Journal of Education
10.1111/j.1547- Practice, Vol 5, No, 39, ISSN
5069.2007.00175/x 2222-1735
Koetsenruijter, et al., (2014). Social Matthew, Gucciardi, Meli, Barata
Support Systems as Determinants (2012). Self Management
of SM and Quality of life of Experince among Men and
People with Diabetes Across Women with type 2 Diabetes
Europe : Study Protocol for an Millitus : a Quality Analysis.
Observational Study. Health and MBC Family Practice. 13(122).
Quality Of Life Outcomes 12:29. Doi.10.1186/1417-2292-13-122
http://www.hqla.com/content/12/
1/29 Mollaoglu, Mukadder (2006).
Perceived Social Support,
Li, Hui., Jiang, Ya-fang., Lin, Chiu- Anxiety, and Self Care Among
Chu., (2014). Factors associated Patients Receiving
with self-management by people Hemodialysis.Dialysis &
undergoing hemodialysis: A Transplantion.
descriptive s. International
Journal of Nursing Studies; 51, Nagler M, Bachmann LM, Schmid P,
208– Muller PR, Wuillemin WA
216.http://dx.doi.org/10.1016/j.ij (2014). Patient Self-Management
nurstu.2013.05.012 of Oral Anticoagulation with
Vitamin K
Linberg, Magnus. (2010). Exsesive Antagonists in Everyday
Fluid Overload Among Practice: Efficacy and Safety in a
Haemodialysis Patient: Nationwide Long-Term
Prevelance, Individual Prospective Cohort Study. PLoS
Characterristic and Self ONE 9(4): e95761.
Regulation of Fluid Intake. doi:10.1371/journal.pone.009576
Dissertation From the Faculty of 1
Medicine, UPPSALA University.
Pessoa, Natália Ramos Costa, &
Lingerfelt, K. L., & Thornton, K. Linhares, Francisca Márcia
(2011). An Educational Project Pereira. (2015). Hemodialysis
for Patients On Hemodialysis to patients with arteriovenous
Promote Self-Management fistula: knowledge, attitude and
Behaviors of End Stage Renal practice. Escola Anna Nery,

11
19(1), 73-79. Sciences and Research (IJHSR),
https://dx.doi.org/10.5935/1414- 5 (6), 419-423
8145.20150010 Walker, R., Marshall, M. R., &
Rahardjo, Susalitdan Polaschek, N. (2013). Improving
Suhardjono(2006). Hemodialisis. Self-Management in Chronic
Dalam Sudoyo, dkk. Buku Ajar Kidney Disease: A Pilot Study.
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Renal Society of Australasia
Pusat Penerbitan Departemen Journal, 9(3), 116-125.
Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia.
Richard, C. (2006). Self-care
management in adults
undergoing hemodialysis.
Nephrology Nursing Journal,
33(4), 387-396 10p.
Rostami, Fatemeh., Badr, FR., Falah,
N., (2014). A Survey Impact of
Using Orem Self-care Model o
Adequacy of Dialysis in
Hemodialysis Patients. Bulletin
of Eviroment, Pharmacology and
Life Sciences, 4(5), April: 19-23
Simmons, Laurie. (2009) Dorothea
Orem’s Self-care Theory as
Related To Nursing Practice in
Hemodialisis. Nephrology
Nursing Journal. 36(4), 419-421
3p.
Smeltzer, Suzanne., Bare, Brenda.,
(2013). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner &
Suddarth’s, 8th ed., Jakarta : EGC
Thomas, L. & Silva, F. D. (2015)
Effectiveness of a Nurse -Led
Program Regarding Self Care
Management Among
Hemodialysis Patients..
International Journal of Health

12

Anda mungkin juga menyukai