Anda di halaman 1dari 12

KONSEPTUAL MODEL DALAM

KEPERAWATAN JIWA
PREVENSI,PRIMER,SEKUNDER,DAN
TERTIER
 

DISUSUN OLEH : HAMDANI (2114201020)

DOSEN PENGAMPU:
NS. AMELIA SUSANTI, M.KEP., SP.KEP.J
Definisi Model Konseptual

Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi


dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk
mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menjawab fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Christensen & Kenny, 2009, hal. 29).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang
situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :
a) Menjaga konsistensi pemberian asuhan keperawatan.

b) Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan


pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan.

e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan


keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
Model Konseptual Dalam Keperawatan Jiwa

A. Psycoanalytical (Freud, Erickson)


Merupakan model yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan
pada masa anak.Menurut model psycoanalytical, gangguan jiwa dikarenakan ego tidak
berfungsi dalam mengontrol id, sehingga mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku (deviation of Behavioral) dan konflik intrapsikis terutama pada masa anak-
anak.

B. Interpersonal ( Sullivan, Peplau)


Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan dan Hildegard Peplau.Teori
interpersonal meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan
interpersonal.Sullivan menekankan besarnya pengaruh perkembangan masa anak-anak
terhadap kesehatan jiwa individu.Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang
disebabkan karena adanya ancaman yangdapat menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Sullivan mengatakan dalam diri individu terdapat 2 dorongan yaitu :
1) Dorongan untuk kepuasan, berhubungan dengan kebutuhan dasar seperti: lapar, tidur,
kesepian dan nafsu.
2) Dorongan untuk keamanan, berhubungan dengan kebutuhan budaya seperti
penyesuaian norma sosial, nilai suatu kelompok tertentu.
Peran perawat dalam terapi adalah

a) Share anxieties (berbagi pengalaman mengenai apa-apa yang dirasakan klien dan
apa yang menyebabkan kecemasan klien saat berhubungan dengan orang lain)
b) Therapist use empathy and relationship (Empati dan turut merasakan apa-apa yang
dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa
aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
C.Social ( Caplan, Szasz)
Model ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang dapat menimbulkan
stress dan mencetuskan gangguan jiwa(social and environmental factors create stress,
which cause anxiety and symptom).Menurut Szasz, setiap individu bertanggung jawab
terhadap perilakunya, mampu mengontrol dan menyesuaikan perilaku sesuai dengan nilai
atau budaya yang diharapkan masyarakat
 
D.Existensial ( Ellis, Rogers)
Model ekistensial menyatakan bahwa gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi
apabila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak
memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan
dalam Bodi-imagenya Prinsip terapinya pada model ini adalah mengupayakan individu
agar memiliki pengalaman berinteraksi dengan orang yang menjadi panutan atau sukses
dengan memahami riwayat hidup
E. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Wermon dan Rockland meyakini bahwa penyebab gangguan jiwa adalah faktor biopsikososial dan
respos maladaptive saat ini. Contoh aspek biologis yaitu sering sakit maag, migraine, batuk-batuk

F.Medica ( Meyer, Kraeplin)


Menurut konsep ini penyebab gangguan jiwa adalah multifactor yang kompleks yaitu aspek fisik,
genetic, lingkungan dan factor social

G.Model Komunikasi
Model perilaku mengatakan bahwa, penyimpangan perilaku terjadi jika pesan yang disampaikan tidak
jelas

H.Model Perilaku
Dikembangkan oleh H.J. Eysenck, J. Wilpe dan B.F. Skinner. Terapi modifikasi perilaku
dikembangkan dari teori belajar (learning theory).
Prevensi Primer
situasi/iklim yang membahayakan yang memberi kontribusi pada gangguan, melalui
upaya Prevensi primer merupakan kegiatan yang bersifat proaktif, berbasis pada masyarakat,
mengantisipasi gangguan yang potensial untuk populasi yang berada dalam resiko, sebelum
intervensi diberikan langsung untuk mengurangi insiden atau gangguan melalui upaya
mengurangi meningkatkan kekuatan mosional masyarakat dalam resiko agar terproteksi dan
lebih kompeten.
Tujuan prevensi primer ini adalah mengurangi resiko terjadinya gangguan jiwa dan
menunda atau menghindari munculnya gangguan jiwa.
Prevensi Sekunder

Gangguan mental yang dialami masyarakat sedapat mungkin


secepatnya dicegah dengan jalan mengurangi durasi suatu
gangguan. Misalnya suatu gangguan berlangsung durasi satu
bulan, maka sebaiknya dicegah dan diperpendek durasinya.
Pencegahan ini disebut dengan pencegahan sekunder.
Pervensi Tersier

Orang yang mengalami gangguan jiwa, apalagi sampai terganggunya


kemampuan fungsional seseorang, maka diperlukan pencegahan untuk
mempertahankan kemampuan yang masih tersisa, mencegah agar
gangguannya tidak terus berlangsung, dan segera pulih dan berfungsi
sebagaimana mestinya. Pencegahan jenis ini yang disebut prevensi tersier.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai