Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

DISUSUN OLEH :
ADINDA SALSA BILLA (2114201002)
INTAN MAHA DEWI (2114201023)
PUTRI MULIA NINGSIH (2114201001)
MEYLANI RINDI SAPUTRI (2114201025)
RAHMY YULIVIA (2114201036)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TA. 2023
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH

A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Tn.M

Tempat, tanggal lahir : Banyumas, 31 Desember 1987

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Watuagung 1/2 , Sumpiuh

Suku, bangsa : Jawa, Indonesia

Pekerjaan :-

Pendidikan : SMA

Status : Menikah

Tanggal masuk RS : 29 April 2017

No. RM : 798648

Diagnosa medis 2. : Skizofrenia Paranoid


Penanggung jawab

Nama : Ny.N

Umur : 25 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Sumpiuh

Hubungan dengan pasien : Istri


B. ALASAN MASUK
Pasien mengatakan ingin mati saja dan mencoba bunuh diri dengan menusukan
pisau ke bagian perut kanannya dan mencoba meminum racun hama tanaman.
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengalami perubahan sejak seminggu
yang lalu, pasien tidak mau makan selama seminggu karena merasa ingin mati
saja dan pasien mengalami kesulitan tidur khususnya malam hari.

C. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien mengatakan putus asa dalam menjalani hidup karena ditinggal istri dan
merasa sudah tidak berguna lagi.

D. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam
keluarga dan tindak kriminal. Di dalam anggota keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Pasien mengatakan dia merasa
sedih berpisah dengan istrinya karena ditinggal istinya bekerja di luar negeri.
Pasien mengatakan memiliki pengalaman masa lalu yang tidak mengenakan yaitu
merasa malu dan bersalah karena menghamili istirnya sebelum menikah.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 81x/menit RR : 21x/menit,
S:36C
2. Ukur : TB : 169 cm, BB : 65 kg
3. Keluhan fisik : Terdapat luka jaitan pada perut bagian kanan

F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan

: Laki –laki
: Tinggal serumah
: Perempuan : Menikah

: Pasien

Pasien tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya. Komunikasi dalam
keluarga kurang baik karena pasien pendiam. Pasien lebih suka memendam
masalahnya sendiri. Di dalam keluarga tidak ada aturan yang mengekang.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit sama seperti pasien. Dalam
keluarga pasien pengambilan keputusan dipegang sepenuhnya oleh Ayah
pasien.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien merasa bersyukur atas semua bagian tubuh yang di berikan Tuhan,
tetapi dia merasa minder karena fisiknya lemah dan mudah sakit.

b. Identitas
Pasien adalah laki laki umur 29 tahun, beralamat di Sumpiuh. Pasien
sudah menikah dan memiliki satu anak. Pasien tidak bekerja.
c. Peran
Pasien adalah anak terakhir dari lima bersaudara. Pasien berperan sebagai
suami dan sebagai ayah bagi anaknya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat pulang ke rumah.
e. Harga diri
Pasien merasa malu, minder dan takut karena pernah menghamili istrinya
sebelum menikah dan malu karena tidak bekerja.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang paling berarti adalah istri dan anaknya.
Karena pasien merasa dekat dengan istri dan anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Pasien mengatakan
tidak mengikuti orgaanisasi atau kegiatan di masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan malu dan takut jika bertemu orang karena pasien
merasa orang lain ingin melukainya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa sakitnya adalah cobaan dari Allah SWT dan
pasien yakin bahwa dia pasti sembuh.
b. Kegiatan ibadah
Sebelum masuk RS pasien melakukan shalat walaupun terkadang tidak
penuh 5 waktu.
G. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien terlihat cukup rapi.
2. Pembicaraan
Pembicaraan pasien sangat pelan, pasien kurang kooperatif saat di ajak
berbicara.
3. Aktivitas motorik
Pada saat pengkajian pasien terlihat tidak berdaya. Pasien juga terlihat tidak
bersemangat dalam menjalani aktifitasnya. Saat berinteraksi pasien lebih
banyak diem dan berbicara hanya seperlunya. Pasien juga jarang berkumpul
dan jarang berinteraksi dengan teman sekamarnya.
4. Alam perasaan
Pasien terlihat murung dan sedih, pasien lebih banyak diam dan melamun
namun tiba tiba marah karena merasa tersinggung.
5. Afek
Afek pasien labil.
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara pasien kurang kooperatif, mudah tersinggung, pandangan
mata kosong, terlihat bingung, pada saat awal dikaji terlihat curiga dan tidak
percaya dengan orang lain, menjawab pertanyaan perawat dengan lama dan
hanya seperlunya saja. Pasien tampak malu saat diajak berbicara bahkan
sesekali pasien mengusap dan menutupi wajahnya dengan tangan saat diajak
berbicara.
7. Persepsi
Pasien tidak memiliki gangguan persepsi.
8. Proses pikir
Pasien tidak ada gangguan dalam proses pikir.
9. Isi pikir
Pasien tidak memiliki waham atau obsesi.
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien baik, pasien mengalami disorientasi tempat, pasien mampu
menyebutkan nama keluarga, tidak bisa menyebutkan hari dan tanggal serta
tempat saat ini dia berada.
11. Memori
a. Jangka panjang
Pasien mampu mengingat nama-nama teman SMP dan nama SMPnya.
b. Jangka pendek
Pasien tidak mampu mengingat kejadian saat dia di bawa ke rumah sakit.
c. Saat ini
Pasien mengingat kegiatan apa saja pada hari itu.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien kurang mampu berkonsentrasi, pasien mampu melakukan perhitungan
sederhana selama interaksi.
13. Kemampuan penilaian
Pasien mampu melakukan penilaian secara ringan seperti mampu meminum
obat agar cepat sembuh dengan bantuan motivasi orang lain.
14. Daya tilik diri
Pasien tidak mengingkari ataupun menyalahkan hal-hal di luar dirinya
berkaitan dengan penyakitnya.
H. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan
Pasien mampu makan di bantuan orang lain.
2. BAB/BAK
Pasien mampu BAB/BAK secara mandiri dengan frekuensi BAK 67x, BAB
1x/hari.
3. Mandi
Pasien mampu mandi secara mandiri dengan frekuensi 2x sehari, mengetahui
cara mandi, menyikat gigi dan mencuci rambut.

4. Berpakain / berhias
Pasien mampu berpakaian secara mandiri dan sesuai waktu/situasi.
5. Istirahat dan tidur
Pasien lama tidur siang kurang lebih 1-2 jam dan tidur malam hari kurang
lebih 8 jam.
6. Penggunaan obat
Pasien mampu minum obat dengan bantuan motivasi orang lain dengan
diingatkan jadwal minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit periksa ke puskesmas dan minum obat.
8. Kegiatan di dalam rumah
Pasien kurang mampu melakukan kegiatan di dalam rumah karena pasien
lebih suka berdiam diri.
9. Kegiatan di luar rumah
Pasien kurang mampu melakukan kegiatan diluar rumah secara mandiri.

I. MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan apabila ada masalah lebih banyak di pendam sendiri dan
berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri, apabila pasien merasa marah pasien
tidak mengamuk maupun membanting barang-barang di rumah, pasien lebih suka
diam.

J. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Pasien mengatakan merasa malu karena pernah menghamili istirinya sebelum
menikah, pasien juga mengatakan selalu merasa takut kepada orang lain karena
pasien takut orang lain membicarakan kejelakan dirinya dan akan melukai dirinya.
K. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Pasien kurang mengetahui tentang penyakit yang dialami dan tidak tahu tentang
koping untuk menghadapi masalah.

L. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis : F20.0 (Skizofrenia Paranoid)
Terapi medis
Triheksilpenidil 2 mg 3X1
Risperidone 2 mg 3X1
Asam mefenamat 500mg 3x1

II. ANALISA DATA


Tabel 1.1. Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Paraf
Keperawatan

1 DS : Resiko Bunuh Diri


-

Eling

Pasien mengatakan ingin mati


-
saja karena merasa hidupnya
sudah tidak berguna lagi.
Pasien mengatakan bahwa
pasien mencoba mengakhiri
hidupnya dengan cara
meminum obat hama tanaman
dan pasien juga menusukan
pisau ke perut bagian
-
kanannya.
Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mau makan
selama kurang lebih satu

minggu karena ingin mati saja.


DO :
-

Pasien tampak tidak


bersemangat dalam menjalani
aktifitasnya.
- Terdapat luka jaitan pada perut
bagian kanannya.

- Pasien terlihat lebih sering


melamun.

Eling

d
3 DS : Percobaan Bunu
h
- Diri
Eling

Pasien mengatakan sudah


pernah mencoba bunuh diri
dengan menusukan pisau ke
perutnya karena merasa putus
DO : asa dalam menjalani hidup
tanpa istrinya.
-
Terdapat luka bekas tusukan
pada perut bagian kanan.

III. POHON MASALAH


Effect
Percobaan Bunuh Diri

Core Problem
Resiko Bunuh Diri

causa
Harga Diri Rendah

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko bunuh diri
2. Harga diri rendah
3. Percobaan bunuh diri

V. INTERVENSI
A. TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
c) Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
d) Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:
(5) Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ke
tempat yang aman.
(6) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya : pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
(7) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat.
(8) Dengan lembut menjelaskan kepada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
2. Strategi pelaksanaan 2,3 dan 4 (SP 2,3 & 4)
a. Tujuan:
(5) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
(6) Pasien dapat menggunakan perasaannya
(7) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
(8) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan Keperawatan
1) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2)
Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3)
Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
(f) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya

(g) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang


positif.
(h) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
(i) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
(j) Merencanakan aktivas yang dapat pasien lakukan.
3. Strategi pelaksanaan 4 (SP 4)
Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
(d) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
(e) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah.
(f) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik.

B. TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA


1. Tujuan :
Keluarga mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri.
2. Tindakan keperawatan :
a. Strategi pelaksanaan 1 (SP 1)
Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
(3) Menyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien.
(4) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya mucul pada
pasien beresiko bunuh diri.
b. Strategi pelaksanaan 2 (SP 2)
Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
(4) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

(5) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain :


a) Memberikan tempat yang aman.
Menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi, jangan
biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan
meninggalkan pasien sendirian
b) Menjauhkan barang barang yang biasa digunakan untuk bunuh
diri.
Jauhkan pasien dari barang barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri, seperti : tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau,
atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat
nyamuk atau racun serangga.
c) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan walaupun pasien tidak menunjukan
tanda dan gejala untuk bunuh diri.
(6) Mengajarkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut diatas.
c. Strategi pelaksanaan 3 (SP 3)
Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila
pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain :
(3) Mencari bantuan kepada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
(4) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau Puskesmas untuk
mendapatkan bantuan medis.
d. Strategi pelaksanaan 4 (SP 4)
Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien :

(4) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga


kesehatan.
(5) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
(6) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien untuk meminum
obat sesuai prinsip 5 benar yaitu : benar orangnya, benar dosisnya,
benar cara penggunaanya dan benar cara penggunaanya dan benar
waktu penggunaanya.
VI. IMPLEMENTRASI
Berdasarkan intervensi yang telah dirumuskan, penulis melakukan
implementasi selama 3 hari pada tanggal 30 April 2017, 1 Mei 2017, dan 2 Mei 2017.
Implementasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
Hari, tanggal/ Implementasi Respon Paraf
waktu
Minggu, 30
April 2017
08.00 Membina hubungan saling Pasien masih terlihat curiga
percaya dengan melakukan dan belum percaya dengan
perkenalan, melakukan orang lain. Eling
pendekatan yang tenang serta
menjelaskan tujuan.

09.30 SP 1 Pasien :
1. Menemani pasien terus Pasien ditemani oleh istri
menerus sampai dia dapat
dan ibunya di ruang bima
dipindahkan ke tempat
yang aman. g3 RSUD Banyumas, tidak Eling
2. Menjauhkan semua benda ada barang-barang
yang berbahaya.
3. Memeriksa apakah pasien berbahaya di kamar

benar-benar telah maupun di lingkungan

meminum obatnya, jika pasien, pasien telah

pasien mendapatkan obat. meminum obatnya, pasien


masih tampak acuh diam
4. Dengan lembut
menjelaskan kepada saat di ajak untuk bercerita.
pasien bahwa saudara
akan melindungi pasien
sampai tidak ada
keinginan bunuh diri.

12.00 Memberikan makan siang Pasien tidak mau


kepada pasien mengabiskan makanannya,
pasien hanya makan 3 Eling
sendok itupun di bantu oleh
istrinya.

Pasien meminum semua

12.30 Memberikan terapi obat obat oral sesuai resep


Paracetamol 500 mg, dokter.
Triheksilpenidil 2 mg, Eling
Risperidone 2mg
Pasien muulai percaya
dengan orang lain
12.45 SP 1 Pasien:
Dengan lembut menjelaskan
kepada pasien bahwa saudara Eling
akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan
bunuh diri.

Pasien tidur siang


Menganjurkan pasien
untuk istirahat
13.00
Keluarga mengatakan Eling
SP 1 Keluarga: bahwa pasien sering
1. Menyakan keluarga tentang melamun dan berdiam diri.
13.05 Keluarga mengatakan
tanda dan gejala bunuh
diri yang pernah muncul bahwa
pada

Eling
pasien. pasien tidak mau makan
2. Mendiskusikan tentang sejak seminggu yang lalu,
tanda dan gejala yang pasien sulit tidur
umumnya mucul pada terumatama malam hari,
pasien beresiko bunuh pasien suka mondar mandir
diri. sendiri seperti orang
bingung dan cemas, pasien
sering mengungkapkaan
akan mati, pasien mencoba
bunuh diri dengan
meminum racun hama
tanaman, pasien juga
mencoba bunuh diri dengan
menusukan pisau ke perut
kanannya.
Keluarga mampu menerima
informasi mengenai tanda
dan gejala yang umum
muncul pada pasien resiko
bunuh diri dengan baik.

Senin, 1 Mei
2017
08.00 Membina hubungan saling Pasien sudah mulai percaya
dengan orang lain.
percaya Eling

Pasien mampu menjelaskan


kembali SP
08.10 Mengevaluasi SP 1 pasien
Eling
1 Pasien

08.15 SP 2 Pasien: Pasien mengatakan tidak


tau cara mengatasi
Mendiskusikan tentang cara
keinginan bunuh diri,
mengatasi keinginan bunuh pasien mengatakan Eling
mencoba bunuh diri jika
diri yaitu dengan meminta
keinginan itu datang.
bantuan dari Setelah berdiskusi pasien
keluarga atau teman paham dan mau meminta
bantuan kepada keluarga
atau teman saat keinginan
bunuh diri iru datang.

Pasien mengatakan ingin


bunuh diri saja karena
merasa tidak bisa hidup jika
ditinggal istrinya tetapi
10.00 SP 3 Pasien:
pasien merasa bahwa
1. Memberi kesempatan
pasien mengungkapkan anaknya masih
perasaannya Eling
membutuhkan dia sebagai
2. Berikan pujian bila
pasien dapat mengatakan sosok ayah karena anaknya
perasaan yang positif. masih kecil.
3. Meyakinkan pasien Hal yang masih disukuri
bahwa dirinya penting oleh pasien adalah pasien
4. Membicarakan tentang memiliki anak yang sangat
keadaan yang sepatutnya menyayanginya.
disyukuri oleh pasien Pasien mengatakan aktifitas
5. Merencanakan aktivas yang masih
yang dapat pasien
lakukan. dapat dilakukan adalah
beres-beres rumah,
membersihkan pekarangan.

Paasien mau makan


walaupun makannnya tidak
12.00 Memberikan makan siang dihabiskan.
kepada pasien.
Pasien meminum semua Eling
obat oral sesuai resep

Memberikan terapi obat dokter.


12.30
Asam mefenamat
Trihexilpenidil 2mg Eling
Risperidone 2mg Pasien tidur siang.

13.00 Menganjurkan pasien


untuk istirahat Keluarga mampu
Eling
menjelaskan kembali SP
1 Keluarga
13.03 Mengevaluasi SP 1
keluarga Keluarga mampu menerima
informasi yang berikan oleh
Eling
perawat. Keluarga pasien
mampu memahami cara
13.05 SP 2 Keluarga: cara melindungi pasien.
Keluarga pasien
1. Mendiskusikan tentang memperhatikan saat
cara yang dapat dilakukan diajarkan tentang caracara Eling
tersebut.
keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda
dan gejala bunuh diri.
2. Menjelaskan tentang
cara-cara melindungi
pasien, antara lain :
a. Memberikan tempat yang
aman. Menempatkan
pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan
biarkan pasien mengunci
diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan
pasien sendirian
b. Menjauhkan barang
barang yang biasa
digunakan untuk bunuh
diri.
Jauhkan pasien dari
barang barang yang bisa
digunakan untuk bunuh
diri, seperti : tali, bahan
bakar minyak/bensin, api,
pisau, atau benda tajam
lainnya, zat yang
berbahaya seperti obat
nyamuk atau racun
serangga.
c. Selalu
mengadakan
pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan
apabila tanda dan
gejala bunuh diri
meningkat. Jangan
pernah
melonggarkan
pengawasan
walaupun pasien
tidak menunjukan
tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
3. Mengajarkan keluarga
untuk melaksanakan
cara tersebut diatas.

SP 3 Keluarga:
13.35 Mengajarkan keluarga Keluarga

tentang hal-hal yang dapat paham apa

dilakukan apabila pasien ajarkan

melakukan percobaan Keluarga Eling


bunuh diri, antara lain : akan meminta bantuan
pada orang
1. Mencari bantuan kepada mengatakan
menghentikan bunuh diri
tetangga sekitar atau yangsegera
di
pasien dan akan
pemuka masyarakat membawa pasien
perawat. ke
untuk menghentikan rumah sakit atau
mengatakan
puskesmas mendapatkan
upaya bunuh diri
medis.
tersebut.
untuk
2. Segera membawa upaya

untuk
bantuan
pasien ke rumah sakit
atau Puskesmas untuk
mendapatkan bantuan
medis.

Selasa, 2 Mei
2017
07.55 Mengevaluasi SP 2 dan SP Pasien mampu menjelaskan
3 Pasien kembali SP 2 dan SP 3
Pasien tetapi di bantu Eling
keluarga untuk
mengingatnya.

08.00 SP 4 Pasien: Pasien mengatakan paham


tentang cara menyelesaikan
Meningkatkan kemampuan masalah yaitu dengan
menyelesaikan masalah menceritakan

dengan cara: masalahnya kepada orang


Eling
lain yang dia percaya dan
1. Mendiskusikan dengan
berdiskusi untuk
pasien cara
menyelesaikan
menyelesaikan
masalahnya.
masalahnya.
2. Mendiskusikan dengan
pasien efektifitas masing-
masing cara penyelesaian
masalah.
3. Mendiskusikan dengan
pasien cara
menyelesaikan masalah
yang lebih baik.
Keluarga mampu

Mengevaluasi SP 2 dan SP

10.25
3 keluarga menjelaskan kembali SP

pasie
dan SP 3 Keluarga. kontrol Eling
10.30 SP 4 Keluarga: n
1. Membantu keluarga akan
secara rutin dan membantu
mencari rujukan 2 pasie
fasilitas kesehatan yang n
tersedia bagi pasien : Keluarga Eling
Menganjurkan mengatakan
keluarga untuk mengantarkan
meminum obat
mengantarkan pasien sesuai prinsip 5 benar .
berobat/kontrol secara akan
teratur untuk untuk
mengatasi masalah
bunuh dirinya.
2. Menganjurkan
keluarga untuk
membantu pasien
untuk meminum obat
sesuai prinsip 5 benar
yaitu : benar orangnya,
benar dosisnya, benar
cara penggunaanya dan
benar cara
penggunaanya dan
benar waktu
penggunaanya

Memberikan makan siang


kepada pasien.

12.00
Eling

mau maka
Pasien n
sendiri walaupun
makanannya tidak di
habiskan.

12.30 Memberikan terapi obat Pasien meminum semua obat


Asam Mefenamat oral sesuai resep dokter.
Trihexilpenidil 2mg Eling
Risperidone 2 mg
Pasien istirahat.

13.00 Menganjurkan pasien


untuk istirahat Eling

VII. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan yang
telah disusun, maka penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan sesuai
dengan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planing). Evaluasi dari
implementasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
NO Hari, tanggal/jam Catatan Perkembangan Paraf

1 Minggu, 30 S : Pasien mengatakan percaya bahwa orang


April 2017 disekitarnya akan melindunginya agar tetap
14.10 aman dan selamat. Eling
O : Pasien tampak mulai percaya pada orang lain
dan terlihat mulai merasa aman serta tidak
menunjukan rasa curiga lagi terhadap orang
lain.
A : Masalah teratasi sebagian P :
Lanjutkan intervensi
- SP 2 & 3 Pasien

- SP 2& 3 Keluarga

2 Senin, 1 Mei S : Pasien mengatakan sudah mengerti cara


2017 mengatasi keinginan bunuh diri dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman. Eling
Pasien merasa bersyukur karena memiliki
anak yang sangat menyayanginya dan
berusaha mensyukuri kehidupannya.
O :Pasien mampu mempraktekan cara meminta
bantuan padas keluarga saat keinginan bunuh
diri itu datang. Pasien tampak lebih berani.

A : Masalah teratasi sebagian P :


Lanjutkan intervensi
- SP 4 Pasien
- SP 4 Keluarga
3 Selasa, 2 Mei S : Pasien mengatakan sudah tahu bagaimana cara
menyelesaikan maslahnya yaitu dengan cara
2017
berdiskusi dengan orang yang dia percaya.
O : Pasien tampak berbicara dengan istrinya karena Eling
istrinyalah oreang yang ia percaya.
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi.
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Tindakan Keperawatan untuk Pasien


1. Tindakan Keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri.
e) Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
f) Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:
(9) Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ke tempat
yang aman.
(10) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya : pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
(11) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat.
(12) Dengan lembut menjelaskan kepada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
g) Tindakan keperawatan dengan menggunakan Strategi Pelaksanaan
(SP)

SP 1 Pasien :

Fase Orientasi :
“Assalamualaikum Anto, kenalkan nama saya adalah perawat Eling yang akan
bertugas di ruang ini, saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang”
“Bagaimamna perasaan Anto hari ini?”
“bagaimana kalo kita bercakap-cakap tentang apa yang anto rasakan selama ini? Di
mana dan jam berapa lama kita akan bicara ?” Fase Kerja :
“Bagaimana perasaan Anto setelah bencana ini terjadi ? apakah dengan bencana ini
anda merasa paling menderita didunia ini ? apakah Anto kehilangan kepercayaan
diri ? apakah merasa tak berharga bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah anto merasa bersalah atau mempermasalahkan diri sendiri? Apakah anto
sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah anto berniat menyakiti diri
sendiri, ingin bunuh diri, atau berharap bahwa anto mati? Apakah anto pernah
mencoba bunuh diri ? apa sebabnya ? bagaimana caranya ? apa yang anto rasakan ?
(jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan”
baikalah, tampaknya anto membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup. Saya pun perlu memeriksa seluruh isi kamar anto ini untuk
memastikan tidak ada benda yang membahayakan anto”)
“nah anto, karena tampaknya masih meiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup anto, maka saya tidak akan membiarkan anto sendiri”
“apa yang anto takutkan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka mengatasinya anto harus langsung meminta bantuan kepada perawat
diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk, jadi anto jangan
sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk
mengakhiri kehidupan”
“saya percaya anto dapat mengatasi masalah, OK Anto!” Fase
Terminasi:
“ bagaimana perasaan anto sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“coba anto sebutkan lagi cara tersebut!”

“saya akan menemani anto sampai keinginan bunuh diri hilang”


(jangan meninggalkan pasien)

2. Tindakan Keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri


a. Tujuan :
(9) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
(10) Pasien dapat menggunakan perasaannya
(11) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
(12) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan Keperawatan
4) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
5) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
(k) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
(l) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
(m) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
(n) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
(o) Merencanakan aktivas yang dapat pasien lakukan.
6) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
(g) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya.
(h) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah.
(i) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik.
c. Tindakan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan
Strategi Pelaksanaan (PS)

SP 2 Pasien :
Fase Orientasi :
“Assalamualaikum anto, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan anto hari
ini ? O.... jadi anto merasa tidak perlu lagi hidup didunia ini. Apakah anto ada perasaan
ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana
cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana ? disisni saja ya?”
Fase Kerja :
“baikalah, tampaknya anto membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup”
“saya perlu mememriksa seluruh kamar anto ini untuk memastikan tidak ada barang
barang yang membahayakan anto”
“nah anto, karena anto tampaknya masih memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri
hidup anto, maka saya tidak akan membiarkan anto sendiri”
“ apa yang anto lakukan jika keinginan bunuh diri itu muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasnya anto harus langsung minta bantuan kepada perawat
di ruanagan ini dan keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi usahkan anto jangan
pernah sendirian ya” Fase Terminasi :
“ bagaimana perasaan anto setelah kita bercakapa cakap ? bisa sebutkan kembali apa
yang kita bicarakan tadi ? bagus anto, bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh
diri ? kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong segera panggil saya atau
perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri sya akan ketemu anto
lagi, untuk membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah jam lagi saya kesini
lagi dan disini saja” SP 3 Pasien :

Fase Orientasi :
“ Assalamualaikum anto, bagaimana perasaan anto saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita, sekarang akan membahas tentang rasa
syukur atas pemebrian Tuhan yang masih anto miliki. Mau berapa lama? Di mana?”
Fase Kerja :
“Apa saja dalam hidup anto yang perlu disukuri ? siapa saja kira-kira yang sedih kalau
anto meninggal ? coba anto ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan anto! Keadaan
yang bagaimana yang membuat anto merasa puas ? bagus, ternyata kehidupan anto
masih ada yang baik yang patut anto syukuri. Coba anto sebutkan kegiatan apa saja
yang masih dapat anto lakukan selama ini! Bagaimana kalau anto mencoba melakukan
kegiatan tersebut? Mari kita latrih!” Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan anto setelah bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang
patut anto syukuri dalam hidup anto? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan anto jika terjadi dorongan mengakhiri hidup. Bagus anto coba ingat ingat
hal-hal yang masih anto miliki dan perlu anto syukuri? Nanti kita bahas tentang cara
mengatasi masalah dengan baik. Pengennya diaman ? baiklah, tapi kaloau ada perasaan-
perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”

SP 4 Pasien :
Fase Orientasi :
“Assalamualaikum anto, bagaimana perasaannya? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apakah hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan diskusikan
tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama?
Disini saja?” Fase Kerja :
“Coba ceritsksn sesuatu yang membuat anto ingin bunuh diri, apalagi kira kira jalan
keluarnaya? Wow banyak juga ya. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian
masing0masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling
menguntungkan. Menurut anto cara yang mana? Ya, saya setuju. Anto bisa dicoba!
Mari kita buat rencana kegiatan untuk dimasa depan” Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan anto setelah kiat bercakap-cakap? Apa saja cara mengatasi
masalah yang akan anto gunakan? Coba dalam satu hari ini, anto menyelesaikan maslah
dengan cara yang dipilih anto tadi. Besok dijam yang sama kiata akan bertemu lagi
disini untuk membahas pengalaman anto menggunakan cara yang dipilih.”

B. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


1. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan :
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya disekitar pasien.
3) Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri.
4) Mendiskusikan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara
teratur.
c. Tindakan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan
Strategi Pelaksanaan (SP).

SP 1 Keluarga :

Fase Orientasi :
“Assalamualaikum bapak/ibu, kenalkan nama saya Eling yang merawat putra bapak/ibu
di rumah sakit”
“Bagaimana kalau kita berbincang-binvang tentang cara menjaga agar anto tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja berbincang
bincangnya pak/bu? Sambil kita awasi anto terus” Fase Kerja :
“Bapak/ibu, anto sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan sahabat
karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang anto selalu ingin mengakhiri
hidupnya. Karena kondisi anto yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu,
kita semua perlu mengawasi anto terusmenerus. Bapak/ibu dapat ikut mengawasi ya.
Pokoknya dalam kondiosi
serius seperti ini anto tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun.”
“Bapak/ibu bisa membantu saya untuk mengamankan barang-barang tersebut tidak
boleh ada disekitar anto.”
“Selain itu, jika bicara dengan anto fokus pada hal-hal positif seperti melakukan
hobbynya bermain sepak bola dan lain lain, supaya tidak sempat melamun sendirian”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?” “Bisa
bapak/ibu sebutkan kembali menangani anak bapak/ibu yang ingin bunuh diri ?”
“Nah pak/bu, setelah ini coba bapak/ibu praktekkan cara yang telah kita bicarakan tadi
ya!”
“Bagaimana kalau dua hari lagi bapak/ibu datang kembali ke sini menjumpai saya,
karena akhir minggu ini kan anto sudah boleh pulang”
“Kita akan membuat jadwal aktifitas anto selama dirumah nanti”

“Saya tunggu dua hari lagi ya pak/bu, assalamualaikum”

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri


a. Tujuan : Keluarga mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan :
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
(5) Menyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien.
(6) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya mucul pada
pasien beresiko bunuh diri.
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
(7) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
(8) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain :
(1) Memberikan tempat yang aman.
Menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi, jangan
biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan
meninggalkan pasien sendirian
(2) Menjauhkan barang barang yang biasa digunakan untuk bunuh
diri.
Jauhkan pasien dari barang barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri, seperti : tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau,
atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat
nyamuk atau racun serangga.
(3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan walaupun pasien tidak menunjukan
tanda dan gejala untuk bunuh diri.

(9) Mengajarkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut diatas.


3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila
pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain :
(5) Mencari bantuan kepada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
(6) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau Puskesmas untuk
mendapatkan bantuan medis.
4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien :
(5) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan.
(6) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
(7) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien untuk meminum
obat sesuai prinsip 5 benar yaitu : benar orangnya, benar dosisnya,
benar cara penggunaanya dan benar cara penggunaanya dan benar
waktu penggunaanya.
c. Tindakan keperawatan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan Strategi
Pelaksanaan (SP)

SP 2 Keluarga :
Fase Orientasi :

“Assalamualaikum bapak/ibu, bagaimana keadaan anak bapak/ibu ?” “hari ini kita


akan mendiskusikan tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi dari bunuh diri”
“di mana kita akan diskusikan pak/bu? Bagaimana kalau diruang wawancara

? berapa lama bapak/ibu punya waktu untuk diskusi” Fase


Kerja :
“Apa yang bapak/ibu lihat dari perilaku atau ucapan anto?”
“bapak/ibu sebaiknya memperhatikan benar benar munculnya tanda dan gejala bunuh
diri”. “pada umumnya orang yang melakukan bunuh diri akan menunjukan tanda
melalui percakapan (misalnya: saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa
saya). Apakah anto pernah mengatakannya
?”
“kalau bapak/ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya bapak/ibu
mendengarkan ungkapan perasaan dari anto secara serius. Pengawasan terhadap anto
ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan biarkan dia mengunci
diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat
yang akan digunakan untuk bunuh diri sebaiknya dicegah dengan meningkatkan
pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakaukan tindakan tersebut.
Katakan bahwa bapak/ibu sayang pada anto. Katakan juga kebaikan-kebaikan anto”
“usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak/ibu memuji anto dengan tulus”
“tetapi kalau sudah terjadi percobaaan bunuh diri, selanjutnya bapak/ibu mencari
bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali
kerumah, bapak/ibu perlu membantu agar anto terus berobat untuk mengontrol
keinginan bunuh diri” Fase Terminasi :
“ Bagaimana pak/bu? Ada yang ditanyakan? bapak/ibu bisa ulangi kembali cara-cara
merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”

“ya bagus, jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri
segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan pembicaraan yang akan datang tentang
cara-cara meningkatkan harga diri anto dan menyelesaikan masalah”
“Bagaimana bapak/ibu setuju? Kalau begitu demikian sampai bertemu lagi minggu
depan disini”
SP 3 Keluarga :
Fase Orientasi :
“ Assalamualaikum bapak/ibu, sesuai janji kita minggu lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak/bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu
lalu?”
“Sekarang kita akan disini dulu, setelah itu kita coba langsung ke anto ya.”

“berapa lama bapak/ibu mau kita latihan?” Fase


Kerja :
“sekarang anggap saya anto yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan
ibu praktekan cara-cara yang benar bila anto sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“sekarang coba praktekan cara memebrikan pujian kepada anto!”
“bagus, bagaimana kalau cara memotifasi anto minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwal ?”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada anto?” (ulangi
lagi semua cra diatas langsung kepada pasien) Fase Terminasi :
“bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat anto dirumah?”
“setelah ini coba bapak atau ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak
dan ibu membesuk anto!”
“baiklah bagaimana kalau 2 hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat anto sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”.
“jam berapa bapak dan ibu bisa kemari ? “

“baik, saya tunggu kita ketemu lagi di tempat ini ya pak/bu.”

SP 4 Keluarga :
Fase Orientasi :
“assallamualaikum pak/bu, hari ini anto sudah boleh pulang, maka sebaikanya kita
membicarakan jadwala anto selama dirumah”
“berapa lama kita bisa diskusi?”

“baik, mari kita diskusikan”.


Fase Kerja
“pak/bu ini jadwal anto selama dirumah sakit, coba perhatikan! Dapatkah dilakukan
dirumah?”
“tolong dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktifitas maupun jadwal minum obatnya”
“hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anto
selama dirumah. Kalau misalnya anto terus menerus mengatakan ingin bunuh diri,
tampak gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak
minum obat/memperlihatkan perilaku yang membahayakan bagi orang lain, tolong
bapak dan ibu segera hubungi perawat di puskesmas terdekat, ini nomor telepon
puskesmasnya xxxxxxxx selanjutnya perawat yang akan membantu memantau
perkembangan anto” Fase Terminasi :
“bagaimana pak/bu , ada yang belumjelas ? ini jadwal kegiatan harian anto untuk
dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat di puskesmas. Jangan lupa kontrol ke
puskesmas sebelum obat habis/ ada gejala yang tampak, dan silahkan selesaikan
administrasinya!”

Anda mungkin juga menyukai