DISUSUN OLEH :
ADINDA SALSA BILLA (2114201002)
INTAN MAHA DEWI (2114201023)
PUTRI MULIA NINGSIH (2114201001)
MEYLANI RINDI SAPUTRI (2114201025)
RAHMY YULIVIA (2114201036)
A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama : Tn.M
Umur : 29 tahun
Pekerjaan :-
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
No. RM : 798648
Nama : Ny.N
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Sumpiuh
C. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien mengatakan putus asa dalam menjalani hidup karena ditinggal istri dan
merasa sudah tidak berguna lagi.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya. Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam
keluarga dan tindak kriminal. Di dalam anggota keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Pasien mengatakan dia merasa
sedih berpisah dengan istrinya karena ditinggal istinya bekerja di luar negeri.
Pasien mengatakan memiliki pengalaman masa lalu yang tidak mengenakan yaitu
merasa malu dan bersalah karena menghamili istirnya sebelum menikah.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 81x/menit RR : 21x/menit,
S:36C
2. Ukur : TB : 169 cm, BB : 65 kg
3. Keluhan fisik : Terdapat luka jaitan pada perut bagian kanan
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan
: Laki –laki
: Tinggal serumah
: Perempuan : Menikah
: Pasien
Pasien tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya. Komunikasi dalam
keluarga kurang baik karena pasien pendiam. Pasien lebih suka memendam
masalahnya sendiri. Di dalam keluarga tidak ada aturan yang mengekang.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit sama seperti pasien. Dalam
keluarga pasien pengambilan keputusan dipegang sepenuhnya oleh Ayah
pasien.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien merasa bersyukur atas semua bagian tubuh yang di berikan Tuhan,
tetapi dia merasa minder karena fisiknya lemah dan mudah sakit.
b. Identitas
Pasien adalah laki laki umur 29 tahun, beralamat di Sumpiuh. Pasien
sudah menikah dan memiliki satu anak. Pasien tidak bekerja.
c. Peran
Pasien adalah anak terakhir dari lima bersaudara. Pasien berperan sebagai
suami dan sebagai ayah bagi anaknya.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat pulang ke rumah.
e. Harga diri
Pasien merasa malu, minder dan takut karena pernah menghamili istrinya
sebelum menikah dan malu karena tidak bekerja.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang paling berarti adalah istri dan anaknya.
Karena pasien merasa dekat dengan istri dan anaknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Pasien mengatakan
tidak mengikuti orgaanisasi atau kegiatan di masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan malu dan takut jika bertemu orang karena pasien
merasa orang lain ingin melukainya.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa sakitnya adalah cobaan dari Allah SWT dan
pasien yakin bahwa dia pasti sembuh.
b. Kegiatan ibadah
Sebelum masuk RS pasien melakukan shalat walaupun terkadang tidak
penuh 5 waktu.
G. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien terlihat cukup rapi.
2. Pembicaraan
Pembicaraan pasien sangat pelan, pasien kurang kooperatif saat di ajak
berbicara.
3. Aktivitas motorik
Pada saat pengkajian pasien terlihat tidak berdaya. Pasien juga terlihat tidak
bersemangat dalam menjalani aktifitasnya. Saat berinteraksi pasien lebih
banyak diem dan berbicara hanya seperlunya. Pasien juga jarang berkumpul
dan jarang berinteraksi dengan teman sekamarnya.
4. Alam perasaan
Pasien terlihat murung dan sedih, pasien lebih banyak diam dan melamun
namun tiba tiba marah karena merasa tersinggung.
5. Afek
Afek pasien labil.
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara pasien kurang kooperatif, mudah tersinggung, pandangan
mata kosong, terlihat bingung, pada saat awal dikaji terlihat curiga dan tidak
percaya dengan orang lain, menjawab pertanyaan perawat dengan lama dan
hanya seperlunya saja. Pasien tampak malu saat diajak berbicara bahkan
sesekali pasien mengusap dan menutupi wajahnya dengan tangan saat diajak
berbicara.
7. Persepsi
Pasien tidak memiliki gangguan persepsi.
8. Proses pikir
Pasien tidak ada gangguan dalam proses pikir.
9. Isi pikir
Pasien tidak memiliki waham atau obsesi.
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien baik, pasien mengalami disorientasi tempat, pasien mampu
menyebutkan nama keluarga, tidak bisa menyebutkan hari dan tanggal serta
tempat saat ini dia berada.
11. Memori
a. Jangka panjang
Pasien mampu mengingat nama-nama teman SMP dan nama SMPnya.
b. Jangka pendek
Pasien tidak mampu mengingat kejadian saat dia di bawa ke rumah sakit.
c. Saat ini
Pasien mengingat kegiatan apa saja pada hari itu.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien kurang mampu berkonsentrasi, pasien mampu melakukan perhitungan
sederhana selama interaksi.
13. Kemampuan penilaian
Pasien mampu melakukan penilaian secara ringan seperti mampu meminum
obat agar cepat sembuh dengan bantuan motivasi orang lain.
14. Daya tilik diri
Pasien tidak mengingkari ataupun menyalahkan hal-hal di luar dirinya
berkaitan dengan penyakitnya.
H. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan
Pasien mampu makan di bantuan orang lain.
2. BAB/BAK
Pasien mampu BAB/BAK secara mandiri dengan frekuensi BAK 67x, BAB
1x/hari.
3. Mandi
Pasien mampu mandi secara mandiri dengan frekuensi 2x sehari, mengetahui
cara mandi, menyikat gigi dan mencuci rambut.
4. Berpakain / berhias
Pasien mampu berpakaian secara mandiri dan sesuai waktu/situasi.
5. Istirahat dan tidur
Pasien lama tidur siang kurang lebih 1-2 jam dan tidur malam hari kurang
lebih 8 jam.
6. Penggunaan obat
Pasien mampu minum obat dengan bantuan motivasi orang lain dengan
diingatkan jadwal minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit periksa ke puskesmas dan minum obat.
8. Kegiatan di dalam rumah
Pasien kurang mampu melakukan kegiatan di dalam rumah karena pasien
lebih suka berdiam diri.
9. Kegiatan di luar rumah
Pasien kurang mampu melakukan kegiatan diluar rumah secara mandiri.
I. MEKANISME KOPING
Pasien mengatakan apabila ada masalah lebih banyak di pendam sendiri dan
berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri, apabila pasien merasa marah pasien
tidak mengamuk maupun membanting barang-barang di rumah, pasien lebih suka
diam.
L. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis : F20.0 (Skizofrenia Paranoid)
Terapi medis
Triheksilpenidil 2 mg 3X1
Risperidone 2 mg 3X1
Asam mefenamat 500mg 3x1
Eling
Eling
d
3 DS : Percobaan Bunu
h
- Diri
Eling
Core Problem
Resiko Bunuh Diri
causa
Harga Diri Rendah
V. INTERVENSI
A. TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
c) Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
d) Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:
(5) Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ke
tempat yang aman.
(6) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya : pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
(7) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat.
(8) Dengan lembut menjelaskan kepada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
2. Strategi pelaksanaan 2,3 dan 4 (SP 2,3 & 4)
a. Tujuan:
(5) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
(6) Pasien dapat menggunakan perasaannya
(7) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
(8) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan Keperawatan
1) Strategi pelaksanaan 2 (SP 2)
Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Strategi pelaksanaan 3 (SP 3)
Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
(f) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya
09.30 SP 1 Pasien :
1. Menemani pasien terus Pasien ditemani oleh istri
menerus sampai dia dapat
dan ibunya di ruang bima
dipindahkan ke tempat
yang aman. g3 RSUD Banyumas, tidak Eling
2. Menjauhkan semua benda ada barang-barang
yang berbahaya.
3. Memeriksa apakah pasien berbahaya di kamar
Eling
pasien. pasien tidak mau makan
2. Mendiskusikan tentang sejak seminggu yang lalu,
tanda dan gejala yang pasien sulit tidur
umumnya mucul pada terumatama malam hari,
pasien beresiko bunuh pasien suka mondar mandir
diri. sendiri seperti orang
bingung dan cemas, pasien
sering mengungkapkaan
akan mati, pasien mencoba
bunuh diri dengan
meminum racun hama
tanaman, pasien juga
mencoba bunuh diri dengan
menusukan pisau ke perut
kanannya.
Keluarga mampu menerima
informasi mengenai tanda
dan gejala yang umum
muncul pada pasien resiko
bunuh diri dengan baik.
Senin, 1 Mei
2017
08.00 Membina hubungan saling Pasien sudah mulai percaya
dengan orang lain.
percaya Eling
SP 3 Keluarga:
13.35 Mengajarkan keluarga Keluarga
untuk
bantuan
pasien ke rumah sakit
atau Puskesmas untuk
mendapatkan bantuan
medis.
Selasa, 2 Mei
2017
07.55 Mengevaluasi SP 2 dan SP Pasien mampu menjelaskan
3 Pasien kembali SP 2 dan SP 3
Pasien tetapi di bantu Eling
keluarga untuk
mengingatnya.
Mengevaluasi SP 2 dan SP
10.25
3 keluarga menjelaskan kembali SP
pasie
dan SP 3 Keluarga. kontrol Eling
10.30 SP 4 Keluarga: n
1. Membantu keluarga akan
secara rutin dan membantu
mencari rujukan 2 pasie
fasilitas kesehatan yang n
tersedia bagi pasien : Keluarga Eling
Menganjurkan mengatakan
keluarga untuk mengantarkan
meminum obat
mengantarkan pasien sesuai prinsip 5 benar .
berobat/kontrol secara akan
teratur untuk untuk
mengatasi masalah
bunuh dirinya.
2. Menganjurkan
keluarga untuk
membantu pasien
untuk meminum obat
sesuai prinsip 5 benar
yaitu : benar orangnya,
benar dosisnya, benar
cara penggunaanya dan
benar cara
penggunaanya dan
benar waktu
penggunaanya
12.00
Eling
mau maka
Pasien n
sendiri walaupun
makanannya tidak di
habiskan.
VII. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan yang
telah disusun, maka penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan sesuai
dengan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planing). Evaluasi dari
implementasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut:
NO Hari, tanggal/jam Catatan Perkembangan Paraf
- SP 2& 3 Keluarga
SP 1 Pasien :
Fase Orientasi :
“Assalamualaikum Anto, kenalkan nama saya adalah perawat Eling yang akan
bertugas di ruang ini, saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang”
“Bagaimamna perasaan Anto hari ini?”
“bagaimana kalo kita bercakap-cakap tentang apa yang anto rasakan selama ini? Di
mana dan jam berapa lama kita akan bicara ?” Fase Kerja :
“Bagaimana perasaan Anto setelah bencana ini terjadi ? apakah dengan bencana ini
anda merasa paling menderita didunia ini ? apakah Anto kehilangan kepercayaan
diri ? apakah merasa tak berharga bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah anto merasa bersalah atau mempermasalahkan diri sendiri? Apakah anto
sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah anto berniat menyakiti diri
sendiri, ingin bunuh diri, atau berharap bahwa anto mati? Apakah anto pernah
mencoba bunuh diri ? apa sebabnya ? bagaimana caranya ? apa yang anto rasakan ?
(jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan dengan
tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan mengatakan”
baikalah, tampaknya anto membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup. Saya pun perlu memeriksa seluruh isi kamar anto ini untuk
memastikan tidak ada benda yang membahayakan anto”)
“nah anto, karena tampaknya masih meiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup anto, maka saya tidak akan membiarkan anto sendiri”
“apa yang anto takutkan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka mengatasinya anto harus langsung meminta bantuan kepada perawat
diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk, jadi anto jangan
sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk
mengakhiri kehidupan”
“saya percaya anto dapat mengatasi masalah, OK Anto!” Fase
Terminasi:
“ bagaimana perasaan anto sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“coba anto sebutkan lagi cara tersebut!”
SP 2 Pasien :
Fase Orientasi :
“Assalamualaikum anto, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan anto hari
ini ? O.... jadi anto merasa tidak perlu lagi hidup didunia ini. Apakah anto ada perasaan
ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana
cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana ? disisni saja ya?”
Fase Kerja :
“baikalah, tampaknya anto membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup”
“saya perlu mememriksa seluruh kamar anto ini untuk memastikan tidak ada barang
barang yang membahayakan anto”
“nah anto, karena anto tampaknya masih memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri
hidup anto, maka saya tidak akan membiarkan anto sendiri”
“ apa yang anto lakukan jika keinginan bunuh diri itu muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasnya anto harus langsung minta bantuan kepada perawat
di ruanagan ini dan keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi usahkan anto jangan
pernah sendirian ya” Fase Terminasi :
“ bagaimana perasaan anto setelah kita bercakapa cakap ? bisa sebutkan kembali apa
yang kita bicarakan tadi ? bagus anto, bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh
diri ? kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong segera panggil saya atau
perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri sya akan ketemu anto
lagi, untuk membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah jam lagi saya kesini
lagi dan disini saja” SP 3 Pasien :
Fase Orientasi :
“ Assalamualaikum anto, bagaimana perasaan anto saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita, sekarang akan membahas tentang rasa
syukur atas pemebrian Tuhan yang masih anto miliki. Mau berapa lama? Di mana?”
Fase Kerja :
“Apa saja dalam hidup anto yang perlu disukuri ? siapa saja kira-kira yang sedih kalau
anto meninggal ? coba anto ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan anto! Keadaan
yang bagaimana yang membuat anto merasa puas ? bagus, ternyata kehidupan anto
masih ada yang baik yang patut anto syukuri. Coba anto sebutkan kegiatan apa saja
yang masih dapat anto lakukan selama ini! Bagaimana kalau anto mencoba melakukan
kegiatan tersebut? Mari kita latrih!” Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan anto setelah bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang
patut anto syukuri dalam hidup anto? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan anto jika terjadi dorongan mengakhiri hidup. Bagus anto coba ingat ingat
hal-hal yang masih anto miliki dan perlu anto syukuri? Nanti kita bahas tentang cara
mengatasi masalah dengan baik. Pengennya diaman ? baiklah, tapi kaloau ada perasaan-
perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
SP 4 Pasien :
Fase Orientasi :
“Assalamualaikum anto, bagaimana perasaannya? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apakah hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan diskusikan
tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama?
Disini saja?” Fase Kerja :
“Coba ceritsksn sesuatu yang membuat anto ingin bunuh diri, apalagi kira kira jalan
keluarnaya? Wow banyak juga ya. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian
masing0masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling
menguntungkan. Menurut anto cara yang mana? Ya, saya setuju. Anto bisa dicoba!
Mari kita buat rencana kegiatan untuk dimasa depan” Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan anto setelah kiat bercakap-cakap? Apa saja cara mengatasi
masalah yang akan anto gunakan? Coba dalam satu hari ini, anto menyelesaikan maslah
dengan cara yang dipilih anto tadi. Besok dijam yang sama kiata akan bertemu lagi
disini untuk membahas pengalaman anto menggunakan cara yang dipilih.”
SP 1 Keluarga :
Fase Orientasi :
“Assalamualaikum bapak/ibu, kenalkan nama saya Eling yang merawat putra bapak/ibu
di rumah sakit”
“Bagaimana kalau kita berbincang-binvang tentang cara menjaga agar anto tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja berbincang
bincangnya pak/bu? Sambil kita awasi anto terus” Fase Kerja :
“Bapak/ibu, anto sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan sahabat
karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang anto selalu ingin mengakhiri
hidupnya. Karena kondisi anto yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu,
kita semua perlu mengawasi anto terusmenerus. Bapak/ibu dapat ikut mengawasi ya.
Pokoknya dalam kondiosi
serius seperti ini anto tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun.”
“Bapak/ibu bisa membantu saya untuk mengamankan barang-barang tersebut tidak
boleh ada disekitar anto.”
“Selain itu, jika bicara dengan anto fokus pada hal-hal positif seperti melakukan
hobbynya bermain sepak bola dan lain lain, supaya tidak sempat melamun sendirian”
Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah berbincang-bincang dengan saya?” “Bisa
bapak/ibu sebutkan kembali menangani anak bapak/ibu yang ingin bunuh diri ?”
“Nah pak/bu, setelah ini coba bapak/ibu praktekkan cara yang telah kita bicarakan tadi
ya!”
“Bagaimana kalau dua hari lagi bapak/ibu datang kembali ke sini menjumpai saya,
karena akhir minggu ini kan anto sudah boleh pulang”
“Kita akan membuat jadwal aktifitas anto selama dirumah nanti”
SP 2 Keluarga :
Fase Orientasi :
“ya bagus, jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri
segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan pembicaraan yang akan datang tentang
cara-cara meningkatkan harga diri anto dan menyelesaikan masalah”
“Bagaimana bapak/ibu setuju? Kalau begitu demikian sampai bertemu lagi minggu
depan disini”
SP 3 Keluarga :
Fase Orientasi :
“ Assalamualaikum bapak/ibu, sesuai janji kita minggu lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak/bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu
lalu?”
“Sekarang kita akan disini dulu, setelah itu kita coba langsung ke anto ya.”
SP 4 Keluarga :
Fase Orientasi :
“assallamualaikum pak/bu, hari ini anto sudah boleh pulang, maka sebaikanya kita
membicarakan jadwala anto selama dirumah”
“berapa lama kita bisa diskusi?”