Anda di halaman 1dari 3

Tugas sesi 5

Jelaskan secara singkat perbedaan bukti (evidence) dalam pandangan auditing dan pandangan hukum.

Bukti dalam pandangan audit


Bukti audit atau yang lebih sering disebut dengan (Audit Evidence) merupakan segala macam bentuk
informasi-informasi penting yang dapat digunakan oleh para auditor sebagai dasar acuan dalam
memberikan opini mereka. Bukti-bukti audit dapat berbentuk nominal atau berupa pernyataan, baik
yang tertulis maupun yang tidak tertullis atau berupa ucapan lisan yang sudah di konvensi agar menjadi
bentuk pernyataan yang tertulis dan lebih relevan dengan penyajian dari laporan keuangan
Pengumpulan bukti-bukti audit yang sudah dilakukan sebelum terjadinya pemeriksaan lapangan, lebih
tepatnya pada saat terjadi audit plan atau semacam perencanaan audit. Pemilihan bukti-bukti audit juga
dapat mempengaruhi waktu terjadinya pemeriksaan, sehingga diharapkan pada saat melakukan
perencanaan audit, maka bukti yang akan dapat diperiksa cukup mampu dalam memberikan berbagai
informasi-informasi penting dan cukup kompeten.

Bukti bahwa sebenarnya audit juga dapat diperoleh pada saat terjadi pemeriksaan. Misalnya bukti-bukti
yang telah diperoleh saat proses pengamatan, inspeksi, pengajuan pertanyaan, dan juga konfirmasi atas
kebenaran dari saldo. Dan seandainya masih terdapat adanya sebuah kebijakan perusahaan yang dinilai
akan beresiko untuk menyebabkan terjadinya resiko dikemudian hari, maka pihak auditor masih perlu
untuk mencatatnya pada laporan manajemen yang kemudian harus meminta bagaimana tanggapan
mereka.

Berikut ini praktisi software accounting akan memberikan beberapa jenis dari bukti-bukti audit beserta
dengan penjelasannya.

1. Bukti Fisik. Merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik

2. Bukti Konfirmasi. Adalah bukti yang sudah diperoleh dari berbagai tindakan-tindakan konfirmasi
terhadap pihak ketiga.

3. Proses dokumentasi. Suatu bukti yang sudah diperoleh dari pemeriksaan catatan transaksi keuangan.

4. Observasi. Suatu tindakan yang sudah dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti audit dengan cara
menggunakan panca indra.
5. Inquiries. Bukti-bukti yang berasal dari peryataan atau jawaban atas berbagai pertanyaan-pertanyaan
dari pihak auditor yang baik yang sudah berbentuk tulisan maupun yang berupa lisan.

6. Perhitungan. Suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali pengujian perhitungan kembali.

7. Reperformance. Bukti-bukti penting yang sudah diperoleh dari pemeriksaan prosedur kerja yang
masih berlaku dan masih bisa dijalankan oleh pihak auditee termasuk juga tentang pengendalian
internalnya. .

8. Tes analisis. Suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan dari beberapa saldo
sampai dengan membentuk sebuah rasio.

Bukti dalam pandangan hukum

Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (”KUHAP”) disebutkan bahwa
alat bukti yang sah adalah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.
Dalam sistem pembuktian hukum acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat
bukti yang sah menurut undang-undang yang dapat dipergunakan untuk pembuktian (Martiman
Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, hal. 19). Hal ini berarti bahwa di luar dari
ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah.
Barang Bukti
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana memang tidak menyebutkan secara jelas tentang apa yang
dimaksud dengan barang bukti. Namun dalamPasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa
saja yang dapat disita, yaitu:
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari
tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
b. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya;
c. benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;
d. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan,
Atau dengan kata lain benda-benda yang dapat disita seperti yang disebutkan dalamPasal 39 ayat (1)
KUHAP dapat disebut sebagai barang bukti (Ratna Nurul Afiah,Barang Bukti Dalam Proses
Pidana,hal. 14).

Anda mungkin juga menyukai