Korupsi
Faktor pemicu fraud
Terdapat empat fakor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan,
yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (pengungkapan)
PENGENDALIAN INTERN
BAGAIMANA MENCAPAI
PENGENDALIAN INTERN ?
DETEKSI FRAUD
• Deteksi tidak termasuk prosedur investigasi untuk mengetahui motif, niat,
dorongan, atau motivasi pelaku melakukan fraud.
• Deteksi fraud biasanya dimulai dengan mengindentifikasi gejala, indikator
atau bendera merah yang biasanya berkaitan dengan terjadinya fraud.
PENGENDALIAN INTERN
PENGENDALIAN INTERN
PASIF
Dalam pengendalian intern aktif, hal ini dilakukan dengan membuat bermacam-macam lapisan pengamanan,
sebelum pelaku fraud dapat menembusi pertahanan.
Dalam pengendalian intern pasif, dari permukaan tidak kelihatan pengamanan, namun ada perbedaan yang
membuat perbedaan yang membuat pelanggar atau pelaku fraud akan jera. Peredam ini diumumkan secara luas
dan sistemnya memastikan hal ini.
PENGENDALIAN INTERN AKTIF
Pengendalian internal aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian internal
yang paling banyak diterapkan. Dimana pengendalian internal ini membatasi,
menghalangi, dan menutup akses pelaku fraud.
Jika pengendalian intern dirancang dan dilaksanakan dengan baik, pegawai dilatih
dengan baik dan jika pegawai melakukan tugasnya dengan baik maka pengendalian
intern dapat diandalkan untuk melindungi fraud.
Internal control custodian dan semua yang merupakan mata rantai pengendalian
intern, wajib memahami dan mengantisipasi fraud. Harus ada fraud aweareness,
kesadaran mengenai bahaya fraud yang mengintai.
Mengikuti pemberitaan media belakangan ini, jelas modus operandi pembobolan
L/C ekspor Bank BNI tampaknya sangat sederhana dan cukup kasar. Skandal
yang terjadi terkesan sangat "kuno" karena sumber masalah dari skandal
tersebut adalah adanya permainan yang melibatkan orang dalam. Karena
menyangkut perilaku dan sikap mental pegawai, maka persoalan pengawasan
internal tampaknya menjadi kurang bermakna. Dalam kasus L/C ekspor Bank
BNI, jelas sekali para pejabat yang seharusnya melaksanakan pengawasan melekat
justrumengabaikannya.
Skandal L/C ekspor Bank BNI ini sebenarnya tidak terlalu ruwet.
Sebagaimana praktik umum perbankan, L/C ekspor merupakan
transaksi umum yang dianggap berisiko rendah karena risiko yang
melekat padanya adalah risiko operasional. Artinya, sepanjang petugas
bank melakukan transaksi sesuai pedoman yang ditetapkan, transaksi
tersebut seharusnya tidak akan menjadi masalah
Kesempatan
Muncul kesempatan karena sistem pengen dalian terhadap resiko yang kurang baik maka dari itu
kesempatan inilah yang harusnya bisa dikurangi jika saja Bank BNI memiliki sistem pengendalian
terhadap risiko secara umum dan fraud risk pada tahap yang lebih spesifik. Tentunya, sistem pengendalian
ini harus berfungsi dengan baik.
Motivasi
Para pelaku umumnya melakukan sesuatu hal karena termotivasi untuk tidak berbuat
jujur karena adanya suatu hal sebab yang mungkin bisa membuat dia sampai
melakukan kecurangan yang terjadi
Untuk membangun sistem
manajeman terhadap fraud risk
bisa dilakukan dengan beberapa
tahapan :
Pertama, bank harus bisa memperkirakan besarnya fraud risk yang dihadapi
bank secara menyeluruh.
Kedua, selanjutnya perlu dilakukan identifikasi area mana yang paling rentan terhadap suatu jenis dari fraud risk
tersebut. Dalam hal ini, bank bisa melakukan penilaian risiko sendiri (risk-self assessment) melalui kuesioner,
wawancara, bahkan sampai melakukan brainstorming secara internal.
Keempat, perlu dilakukan evaluasi terhadap besarnya fraud risk yang dihadapi sehingga akan
memberikan informasi area mana yang perlu segera dilakukan tindakan pencegahan.
Kelima, setelah tahap evaluasi, tentunya bank harus bisa melakukan langkah-langkah sebagai
respons atas fraud risk yang ada.