Anda di halaman 1dari 16

Definisi Fraud

Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh


satu individu atau lebih dalam manajemen atau pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga
melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh satu
keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum.
Jenis Fraud
Penyimpangan atas asset

Pernyataan palsu atau salah pernyataan

Korupsi
Faktor pemicu fraud
Terdapat empat fakor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan,
yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (pengungkapan)

Faktor Greed dan Need Faktor Opportunity dan Exposure

Faktor yang berhubungan dengan Faktor yang berhubungan dengan


individu pelaku kecurangan (disebut organisasi sebagai korban perbuatan
juga faktor individual) kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum)
DETEKSI FRAUD

PENGENDALIAN INTERN

BAGAIMANA MENCAPAI
PENGENDALIAN INTERN ?
DETEKSI FRAUD
• Deteksi tidak termasuk prosedur investigasi untuk mengetahui motif, niat,
dorongan, atau motivasi pelaku melakukan fraud.
• Deteksi fraud biasanya dimulai dengan mengindentifikasi gejala, indikator
atau bendera merah yang biasanya berkaitan dengan terjadinya fraud.

Secara umum, ada beberapa langkah dasar untuk


mendeteksi fraud.
1. Dengan kesempatan
2. Menyediakan cara bagi orang-orang untuk melaporkan
kecurigaan terhadap terjadinya fraud
3. Menguji pencatatan transaksi dan dokumen untuk
menentukan keganjilan akan terjadinya fraud
DEFINISI PENGENDALIAN
INTERN

Suatu sistem dengan proses dan prosedur yang


bertujuan khusus, dirancang dan dilaksanakan
untuk tujuan utama, kalau bukan satu-satunya
tujuan untuk mencegah dan menghalangi
terjadinya fraud
PENGENDALIAN INTERN
AKTIF

PENGENDALIAN INTERN

PENGENDALIAN INTERN
PASIF

Dalam pengendalian intern aktif, hal ini dilakukan dengan membuat bermacam-macam lapisan pengamanan,
sebelum pelaku fraud dapat menembusi pertahanan.
Dalam pengendalian intern pasif, dari permukaan tidak kelihatan pengamanan, namun ada perbedaan yang
membuat perbedaan yang membuat pelanggar atau pelaku fraud akan jera. Peredam ini diumumkan secara luas
dan sistemnya memastikan hal ini.
PENGENDALIAN INTERN AKTIF
Pengendalian internal aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian internal
yang paling banyak diterapkan. Dimana pengendalian internal ini membatasi,
menghalangi, dan menutup akses pelaku fraud.

Contoh pengendalian intern aktif

Tanda Tangan Unsur penting untuk menyatakan


keabsahan dan tanggung jawab atas
suatu dokumen
Password dan PIN Kerahasiaan seseorang yang berinteraksi
dengan komputer
Pagar dan gembok Menghalangi, membatasi atau menutup
jalan masuknya pencuri untuk masuk ke
dalam halaman dan ruangan
PENGENDALIAN INTERN PASIF
Pengendalian pasif dibuat dengan beberapa lapisan pengamanan yang terlihat
dari permukaan tidak terdapat pengendalian. Hal ini membuat pelaku
kecurangan tidak dapat mengelak terhadap kecurangan yang dilakukan karena
bukti-bukti kecurangan telah terdata.
Contoh pengendalian intern pasif

Customized control Pengawasan terhadap pelaksanaan pengecatan


secara benar oleh kontraktor ditetapkan
terhadap pengecatan dengan 2 warna yang
berbeda

Jejak Audit Sistem yang terkomputerisasi memberikan


rekam jejak kegiatan para pengguna (user),
misalnya rekap absensi karyawan
Penelusuran aktivitas Pengintaian terhadap pemanfaatan fasilitas
organisasi dapat dilakukan secara
komputerisasi, misalnya pemasangan CCTV
BAGAIMANA MENCAPAI
PENGENDALIAN INTERN ?

Jika pengendalian intern dirancang dan dilaksanakan dengan baik, pegawai dilatih
dengan baik dan jika pegawai melakukan tugasnya dengan baik maka pengendalian
intern dapat diandalkan untuk melindungi fraud.
Internal control custodian dan semua yang merupakan mata rantai pengendalian
intern, wajib memahami dan mengantisipasi fraud. Harus ada fraud aweareness,
kesadaran mengenai bahaya fraud yang mengintai.
Mengikuti pemberitaan media belakangan ini, jelas modus operandi pembobolan
L/C ekspor Bank BNI tampaknya sangat sederhana dan cukup kasar. Skandal
yang terjadi terkesan sangat "kuno" karena sumber masalah dari skandal
tersebut adalah adanya permainan yang melibatkan orang dalam. Karena
menyangkut perilaku dan sikap mental pegawai, maka persoalan pengawasan
internal tampaknya menjadi kurang bermakna. Dalam kasus L/C ekspor Bank
BNI, jelas sekali para pejabat yang seharusnya melaksanakan pengawasan melekat
justrumengabaikannya.

Skandal L/C ekspor Bank BNI ini sebenarnya tidak terlalu ruwet.
Sebagaimana praktik umum perbankan, L/C ekspor merupakan
transaksi umum yang dianggap berisiko rendah karena risiko yang
melekat padanya adalah risiko operasional. Artinya, sepanjang petugas
bank melakukan transaksi sesuai pedoman yang ditetapkan, transaksi
tersebut seharusnya tidak akan menjadi masalah

Misalnya, karena adanya kesalahan dalam membaca prosedur.


Namun dalam hal kesalahan karena adanya unsur
kesengajaan, transaksi bank yang rawan terhadap pembobolan
oleh petugas bank sangat banyak, tidak terbatas hanya L/C
ekspor saja. Sebagai contoh, sama halnya soal prosedur
pelayanan pembukaan simpanan deposito.
Tanggung Jawab Direksi, sebagai pihak yang ditugasi oleh pemilik untuk mengelola bank, jelas bahwa segala
sesuatu yang terjadi terhadap bank yang mereka kelola, direksi harus bertanggung jawab sepenuhnya. Namun
demikian, tanggung jawab direksi harus dilihat dalam konteks korporat. Artinya, direksi tidak dapat disalahkan
dalam kasus transaksi pembobolan L/C ekspor tersebut, namun secara finansial direksi bertanggung jawab
terhadap kerugian yang diderita Bank BNI.

Pengawasan intern, pengawasan intern bank pada umumnya bekerja secara


berkala dan memeriksa transaksi dengan menggunakan sistem sampling.
Dengan demikian, tidak ada jaminan bahwa sebagus apa pun sistem
pengawasan internal dilakukan, bank tidak akan kebobolan. Tidak mungkin
bagi sebuah bank untuk melakukan pengawasan intern dengan meneliti
seluruh populasi yang terjadi. Selain akan memakan biaya dan waktu, cara
seperti ini akan sangat mengganggu unit operasional yang bertugas
melayani nasabah. Menyadari kondisi tersebut, tidak salah jika secara umum
bank menerapkan sistem pengawasan melekat di dalam unit kerja tersebut.

Singkatnya, Bank BNI telah mengalami kegagalan dari


proses dan orang yang ditimbulkan oleh fraud (penipuan)
potensi kerugian yang bersumber dari luar relatif lebih
gampang untuk didefinisikan daripada potensi kerugian
yang muncul dari dalam, seperti kejahatan karyawan
bank (employee fraud).
Mengapa Fraud Bisa
Terjadi ?

Kesempatan

Muncul kesempatan karena sistem pengen dalian terhadap resiko yang kurang baik maka dari itu
kesempatan inilah yang harusnya bisa dikurangi jika saja Bank BNI memiliki sistem pengendalian
terhadap risiko secara umum dan fraud risk pada tahap yang lebih spesifik. Tentunya, sistem pengendalian
ini harus berfungsi dengan baik.

Motivasi

Para pelaku umumnya melakukan sesuatu hal karena termotivasi untuk tidak berbuat
jujur karena adanya suatu hal sebab yang mungkin bisa membuat dia sampai
melakukan kecurangan yang terjadi
Untuk membangun sistem
manajeman terhadap fraud risk
bisa dilakukan dengan beberapa
tahapan :

Pertama, bank harus bisa memperkirakan besarnya fraud risk yang dihadapi
bank secara menyeluruh.

Kedua, selanjutnya perlu dilakukan identifikasi area mana yang paling rentan terhadap suatu jenis dari fraud risk
tersebut. Dalam hal ini, bank bisa melakukan penilaian risiko sendiri (risk-self assessment) melalui kuesioner,
wawancara, bahkan sampai melakukan brainstorming secara internal.

Ketiga, harus diciptakan sistem pelaporan sampai ke level direksi bank.

Keempat, perlu dilakukan evaluasi terhadap besarnya fraud risk yang dihadapi sehingga akan
memberikan informasi area mana yang perlu segera dilakukan tindakan pencegahan.

Kelima, setelah tahap evaluasi, tentunya bank harus bisa melakukan langkah-langkah sebagai
respons atas fraud risk yang ada.

Anda mungkin juga menyukai