Anda di halaman 1dari 2

Ada sebuah negri bernama andelas perlembang, rajanya bernama demang lebar daun, ia adalah

cucu dari raja sulan, nama sungainya muara tantang.

Dan negri perlembang itu sekarang disebut negri palembang. Di hulu muara tantang itu ada sebuah
sungai namanya melayu, disalam sungai tersebut ada sebuah bukit namanya siguntang mahameru.
Dan ada dua orang petani perempuan yang bernama wan empok dan wan malini dan mereka
berladang di bukit siguntak itu, luas sekali ladangnya itu, sah dan padinya banyak, tidak dapat
terkatankan dan padinya hampir masak.

Maka pada suatu malam wan empuk dan wan malini melihat dari rumahnya, diatas bukit siguntak
itu bernyala-nyala seperti api, maka kata mereka ‘cahay apakah yang menyala- menyala itu? Saya
takut melihatnya’ maka kata wan malini ‘kita jangan ribut , jangan-jang itu naga besar’. Maka
mereka pun diam karena ketakutan lalu tertidurlah mereka.

Siang pun tiba, maka merek pun bangun dari tidurnya dan mencuci muka. Kata wan malini ‘marilah
kita lihat yang bernyala-nyala semalam itu’. Maka keduanya naik ke atas gunung siguntak it, di
lihatnya padinya berbuah emas, berdaun perak dan berbatangkan tembaga bercampur emas. maka
mereka pun heran melihatnya, katanya ‘inilah yang semalam kita lihat itu’.

Maka ia berjalan ke bukit siguntak itu, maka dilihatnya tanahnya menjadi seperti warna emas. maka
mereka melihat ada tiga orang lelaki muda,gagah, seorang memakai pakaian kerajaan,berkendara
sapi putih seperti perak dan yang lainnya berdiri di sampingnya, ada yang memegang pedang
kerajaan dn ada yang memegang lembing.

Maka wan empuk dan wan malini pun heran tercengang-cengang dengan takjubnya ia melihat
tampang orang muda itu,sangat tampan, baik sikapnya, dan pakaianya sangat indah, maka ia berfikir
pada hatinya ‘ apaka karena mereka padiku ini berubah menjadi emas, berdaunkan perak dan tanah
bukit menjadi seperti warna emas?’

Maka wan empuk dan wan malini pun bertanya kepada mereka ‘ siapakah raja ini, dan darimna
datang raja ini? Dan anak jin atau anak peri raja ini?karena kami sudah lama disini dan kami tidak
melihat seorang pun manusia datang kemari , baru hari ini kami melihat raja ini kemari.’. maka
menyaut seorang dari ketiga itu ‘nama dan bangsa kami bukan dari jin atau peri, kami in manusia,
kami cucu dari raja iskandar dzu’l karnain, harta kami dari raja nusirwan raja masyrik dan magrib dan
pancar kami dari raja sulaiman’alaihi’ssalam dan nama raja ini bicitram syah, dan nama seorang ini
nila pahlawan dan seorang lagi karna pandita,dan pedang kami ini namanya curik semanda, lembing
ini lembuara, yang satu ini namanya cap kayu kempa dan apabila mengirim surat pada raja-raja cap
inilah dicapkan.’

Maka kata wan empuk dan wan malini ‘jikalau raja dari cucu raja iskandar, apa yang menyebabkan
tuan kemari ?’ maka nila pahlawan segala hikayat raja iskandar suami dari anak raja kida hindi,dan
peri raja sulan masuk ke dalam sungai itu semuanya diceritakannya pada wan empuk dan wan
malini. Maka kata wan empuk dan wan malini ‘apa bukti perkataanmu?’.

Maka sahut mereka ‘ mahkota inilah buktinya,tandanya saya cucu raja iskandar. Hai bibi jika engkau
tidak percaya akan kataku, itulah tandanya saya jatuh kemari, maka padi bibi berbuahkan emas
berdaunkan perak berbatangkan tembaga bercampur emas,dan tanah negri bukit ini menjadi seperti
warna emas’.
Maka wan empuk dan wan malini pun mempercayai perkataan lelaki muda itu,maka iya pun sangat
senang, maka ia membawa raja itu ke rumahnya. Maka raja itu pun naik keatas kendaraan sapi
putihnya itu. Maka wan empuk dan wan malini memanen padinya , maka mereka pun menjadi
sangat kaya karena mendapat anak raja itu dinamainnya sang suparba.

Maka dengan takdir allah ta’ala sapi kenaikan raja itu pun memuntahkan buih, maka keluarlah dari
pada buih itu seorang manusia laki-laki bernama bat dan ikat kepalanya sangat besar. Maka bat
berdiri memuji suparba , maka buyi pujian itu serba jenis kata yang mulia-mulia syahdan maka raja
itu di gelarnya oleh bat sang suparba taramberi teribuana. Bat itu adalah cucu dari orang yang
membaca ciri dahulu kala. Maka bat menikahkan nila pahlawan dan karna pandita dengan wan
empuk dan wan malini . maka anak dan cucu mereka digelar oleh sang suparba, yang lelaki dinamai
baginda awang dan yang perempuan di panggil daginda dara, itulah asalnya perawangan dan
pendaraan.

Anda mungkin juga menyukai