Anda di halaman 1dari 4

ALKISSAH TJERITERA YANG

KEDUABELAS

12.1. Sahibu'l-Hikajat berkata: begitulah kata bahwa ada sebuah negara di benua Keling, nama Pahili,
Nizamu 1-Muluk Akbar Sjah nama radjanja. Adapun raja, itu adalah Islam, dalam agama Nabi
Muhammad. Jadi dia melahirkan tiga anak, dua laki-laki, satu perempuan; dan yang sulung disebut
Mani Purindan, dan yang di tengah adalah Raja Akbar Muluk Paduka Sjah, dan yang bungsu adalah
seorang gadis. Maka Yang Mulia Raja Nizamu'l-Muluk Akbar Sjah juga menghilang, maka Yang Mulia
Putra Raja Akbar Muluk Yang Mulia menggantikan kekuasaan Yang Mulia Raja Raja. Maka nenek
membagi harta pusaka di antara ketiga bersaudara itu, sebagaimana dalam hukum Allah SWT,
demikianlah terjadi. Datanglah ke papan titik emas, buahnya adalah permata, satu permata merah,
satu permata hijau; kemudian raja Mani Purindan berkata kepada saudaranya Raja Akbar Muluk
Paduka Sjah:,,Berikan titik ini kepada gadis perawan kami, karena bukan untuk kami memakainya".
Maka Raja Akbar Muluk Paduka Paduka Sjah berkata: Tidak ada hamba yang menginginkan itu; itu
yang saya mau, mari kita nilai harga apa yang harus diberikan kepada orang-orang. Jika saudara-
saudara kita mau, biarkan mereka memberi tahu kita harganya". Maka Yang Mulia Mani Purindan
merasa malu karena berkata bahwa saudaranya tidak mengikutinya, maka dalam hatinya ia berpikir
bahwa pekerjaan semacam ini tidak diikuti oleh saudaraku, jika itu pekerjaan besar, berapa banyak
lagi? Jika itu masalahnya, lebih baik aku pergi ke suatu tempat. Bahkan di sini, saya bukan
pemerintah di negara ini. Tapi kemana saya harus pergi selain ke Malaka, karena saat ini raja Malaka
adalah raja yang agung; Saya harus membalas. Lagi pula, dia dari putra Raja Iskandar Dzu'l Karnain".
Dia berpikir demikian, maka Mani Purindan melengkapi dirinya dengan sejumlah kapal, dan pergi ke
Malaka.

12.2. Sjahdan sempat datang ke Jambu Air, lalu angin turun, badainya terlalu besar. Kapal Yang
Mulia Mani Purin juga tenggelam, sehingga Baginda Mani Purin juga jatuh ke air, terpercik di
punggung ikan alu, sehingga ikan itu membawanya ke darat. Setelah sampai di tempat pendaratan,
kemudian raja Mani Purindan juga naik sambil memegang pohon gandasuli, raja melepaskan tempat
pendaratan; makanya ba ginda Mani Purin dan semua anak tjutjunja dilarang makan ikan alu dan
memakai bunga gandasuli. Jadi Yang Mulia Mani Purindan juga pergi ke Pasai; maka oleh raja Pasai
dia duduk bersama putranya, dan semua raja di Pasai adalah keturunan dari putranya, Tjutju.

12.3.Setelah berapa lama berada di Pasai, Yang Mulia Mani Purindan kembali ke Benua Keling
dengan perlengkapan. Musim pun tiba, maka raja Mani Purindan pun pergi ke Malaka dengan segala
perlengkapan dan lajkarnya. Adapun nama ketua lajkar, Chodja 'Ali Tandil Muhammad, dengan tujuh
belas kapal dan satu kapal. Setelah datang ke Malaka, ia menghadap Sultan Muhammad Sjah. Jadi
ada wakil menterinya. Itu diambil oleh Nara Diradja, yang akan menikah dengannya, dan duduk
dengan Tun Rana Sendari. Jadi Yang Mulia Mani Purindan juga melahirkan putri Nara Diradja dengan
istrinya, satu laki-laki dan satu perempuan; dan nama pria itu adalah 'Ali, dan nama wanita itu adalah
Wati, tampaknya terlalu bagus. Ia tumbuh dewasa, dijilat oleh sultan Muhammad Sjah, melahirkan
seorang anak laki-laki bernama Raja Kasim.
12.4. Kemudian Yang Mulia menikahi putra Raja Re, dan memiliki seorang putra, Raja Ibrahim; itu
sebabnya dia menuruti keinginan raja wanita. Tapi Sultan Muhammad Sjah juga mencintai Raja
Kasim; bukannya malu pada raja perempuan, dia menuruti kehendak raja perempuan; dan barang-
barang Raja Ibrahim ditinggalkan olehnya. Adapun Raja Kasim, jika daun sirih diambil, bahkan orang
yang paling buruk pun akan marah: Yang Mulia; dan raja Kasim terlalu baik, jadi semua raja
mencintai raja Kasim, benji untuk raja Ibrahim. Bahkan raja Rekan datang ke Malaka, sangat
dihormati oleh Sultan Muhammad, karena raja wanita itu adalah sepupu raja Rekan. Adapun Raja
Rekan, anak tjutju Sultan Sidi, saudara Sultan Sedjak. Jadi ketika Raja Rekan akan datang untuk
bertemu, orang-orang menabuh gendang raja, dan semua orang berkumpul. Jadi janji itu dibuat:

Gendang raja bisa ditabuh,

Raja Rekan datang menghadap;

Apa yang dilakukan orang-orang miskin,

Balas dendam adalah satu-satunya hal yang didapat,

Ini seperti tjintjin yang dipukul dengan permata.

12.5. Setelah berapa lama, barulah sultan Muhammad Sjab mengembalikan rahmat Tuhan Yang
Maha Esa; kemudian putri putra Raja Ibrahim di kerajaan Malaka menggantikan kakeknya, sehingga
gelarnya di atas kerajaan adalah sultan Abu Sjahid. Sjahdan lalu raja Rekanlah bertindak sebagai
sultan Abu Sjahid untuk memegang negara Malaka. Maka negara Malaka dihukum oleh Raja Rekan.
Adapun raja Kasim, dia diangkat oleh raja Rekan, jadi dia tinggal bersama pemancing selama sehari
untuk memancing di laut. Adapun Raja Rekan, tampaknya merupakan kerajaan di negara bagian
Malaka, karena ibunda Sultan Abu Sjahid adalah sepupu Raja Rekan. Jadi semua orang besar dan
menteri hulubalang semua pergi ke bendahara dewan; lalu semua menteri berkata hu lubalang:,,Ada
apa dengan kita ini? Karena sekarang Raja Rekanlah adalah tuan kita, bukan yang Dipertuan". Lalu
bendahara itu berkata:,,Apa tugas kita, karena Raja Rekanlah tidak pernah berhubungan dengan
Jang Dipertuan?" Setelah mendengarkan kata-kata bendahara, semua pejabat tetap diam dan
kembali ke rumah masing-masing. Jadi Nara Diradja berbicara dalam hatinya tentang pekerjaan itu,
dan Raja Kasim ketika dia diundang ke rumahnya, makan; karena ibu Raja Kasim adalah kerabatnya.

12.6. Berapa lama waktu yang dibutuhkan kapal untuk datang dari angin? Setelah kapal berlabuh,
semua nelayan datang untuk menjual ikan kepada awak kapal. Jadi raja Kasimpun datang untuk
menjual ikan, melakukan di rinja seperti para nelayan. Adapun di dalam kapal itu ada seorang
saudagar bernama mau lana Djalalu'd-Din. Setelah melihat Raja Kasim, ia langsung diperintahkan
untuk naik dan diberi hormat. Kemudian Raja Kasim berkata: Lalu mengapa engkau menghormati
hambaku karena hamba ini adalah seorang nelayan yang menjual ikan?" Kemudian Maulana
Djalalu'd-Dia berkata: "Bahwa engkau adalah putra seorang raja di negeri ini; engkau akan menjadi
raja di negeri ini. Malaka di masa depan". Kemudian raja Kasim berkata:,,Bagaimana saya bisa
menjadi raja? Jika dengan afuah maulana engkau membantu hamba, maka hamba itu bisa menjadi
raja". Maka maulana berkata:,, Pergi ke negeri hamba, ajari seseorang yang bisa mengerjakan
pekerjaan hamba; Insya Allah pekerjaan hamba akan semoga berhasil. Tapi satu janji yang dibuat
hamba kepada hamba: putri pendamping Sultan Abu Sjahid, berikan hamba itu." Maka raja Kasim
berkata: “Baiklah, jika aku menjadi raja.” Kemudian maulana berkata: “Cepatlah hambamu pergi ke
darat; hambamu harus bekerja malam ini; bahwa Tuhan subhanahu wata'ala telah menjeratmu”.

12.7. Sjahdan kemudian raja Kasimpun naik ke darat; kemudian dia memikirkan kata-kata maulana,
dia berkata:,,pada siapa aku harus meminta bantuan? Jika itu masalahnya, saya pergi ke Seri Nara
Diradja karena dia mencintai saya; jika dia ingin membantu saya". Dia berpikir seperti itu, jadi Raja
Kasimpun pergi ke Seri Nara Diradja. Kemudian semua kata-kata maulana diucapkan kepada Seri
Nara Diradja: lalu dia berkata:,,Baiklah; saya adalah budak dari bergabunglah tuanku". Setelah
memastikan djandji, maka Nara Diradja bersiap untuk mengumpulkan semua orang besar dan
menghadapi ben dahara dan yang lainnya. Hari sudah malam, maka Raja Kasim menunggang kuda
bernama Djuara Demang, Nara Diradja memimpin kuda itu, dan maulana juga berada di atas kuda
itu. Jadi orang-orang kapal naik dengan semua senjata mereka. Begitu kata Raja Kasim kepada Seri
Nara Diraja:,,Apa yang Anda katakan, Pak? Jika bendahara tidak bersama kita, tidak akan ada hasil
dari pekerjaan kita; dan jika kita meminta harta, kemana perginya?” Kemudian Nara Dira berkata,
“Mudah saja hamba tuanku melakukan pekerjaan itu. Ayo pergi ke bendahara”. Begitu kata Raja
Kasim:,,Baiklah; "Apa pun yang Anda katakan, itulah yang saya ikuti."

12.8. Hatta kemudian pergi raja Kasim dan seri Nara Diradja ke bendahara. Setelah keluar dari pagar,
Nara Diradja berkata: "Segera beri tahu bendahara, Jang Dipertuan sedang menunggu di luar".
Adapun malam itu sangat berkabut. Bendahara telah keluar di bawah gadjah, jadi sang gadjah
digemuruh oleh Nara Diradja, raja berkata kepada bendahara :,, Perintah untuk naik". Maka
bendahara segera naik ke atas gajah, lalu gajah itu berdiri dan berjalan. Maka bendahara raja
melihat bahwa itu adalah raja Kasim, bukan sultan Abu Sjahid, dan halilintar senjata itu terlalu
banyak; jadi ben daharapun terlalu kaget melihat itu. Kemudian Nara Diradja berkata kepada
bendahara:,,Apa katamu, tuan? Bahwa raja Kasim ingin membunuh raja Rekan.” Maka bendahara
tidak memiliki kekuatan lagi, maka dia berkata: “Baiklah, karena raja Kasim adalah pelayanmu. Saya
ingin melayani raja Rekan selamanya.” Maka Raja Kasimpun dengan senang hati mendengarkan
perkataan bendahara tersebut.

12.9. Sjahdan kemudian Yang Mulia masuk ke dalam. Kemudian orang-orang menjadi gelisah,
mengatakan:,,Radja Kasim masuk". Maka semua orang besar yang bersama Raja Ibrahim datang
untuk mengusir Ben Dahara dengan semua orang kaja dan hulubalang seperti Anda. Mereka
bertanya:,,Di mana bendahara?" Kemudian orang-orang berkata:,,Bendahara pergi bersama Raja
Kasim". Lalu mereka semua berkata:,,Bendahara memiliki pekerjaan ini". Jadi mereka semua pergi
untuk mendapatkan bendahara, bersama dengan Raja Kasim. Maka tidak apa-apa. Adapun Raja
Rekan, tidak ada konflik dengan Sultan Abu Sjahid. Jadi kataseri Nara Diradja, bahwa perintah untuk
menangkap sultan Abu Sjahid, takut dibunuh oleh Raja Rekan. Kemudian Prang berteriak melarang
untuk tidak menikam Raja Rekan terlebih dahulu; kemudian orang seperti anda tidak di dengar
karena sangat sabar, dan banyak orang yang tersakiti oleh raja rekan. Jadi Raja Rekan ditusuk orang,
terus dipukul di bagian dada. Setelah Raja Rekan menyembuhkan lukanya, dia ditikam oleh Sultan
Abu Sjahid, dan dia pun meninggal. Adapun 'usianya di puncak pemerintahan adalah satu tahun lima
bulan; dia juga meninggal.

12.10. Bahkan kemudian Raja Kasim menggantikan kedudukan rajanya; kemudian diangkat
seseorang, gelar Baginda di atas pemerintahan sultan Muzaffir Sjah. Maka maulana Djala lu'd-Din
meminta djandjinja kepada raja; jadi dia disuruh menghias saudagar yang baik dengan satu set
pakaian lengkap, diberikan kepada maulana, dikatakan putri Rekan. Maka hati maulana itu adalah
putri Rekan, maka ia segera mengambilnya dan membawanya ke atas angin. Sjahdan adalah sultan
Muzaffir Sjah di atas kerajaan terlalu baik fi'il bagin da, dengan 'adil dan murah dan teliti dalam
memeriksa semua rajat; dan dia memerintahkan untuk membuat rencana agar dia tidak lagi
melanggar adat semua menterinya. Dimulai dengan Nara Diradja, yang sangat disayangi raja,
sesuatu yang katanya ditawarkan kepadanya tidak berhasil. Parade kemudian Sultan Muzaffir
Sjahpun menikahi putri bendahara Amar Diradja; kemudian raja melahirkan seorang putra, dia
terlalu baik, sehingga dia menamai raja "Abdullah. Bahkan kemudian bendahara seri Amar
Diradjapan meninggal, sehingga tun Perpatih Sedang, putra bendahara seri Wak Radja juga menjadi
bendahara, dengan judul seri Wak Radja juga; tapi kalaupun menjadi bendahara, itu hanya nama
saja, yang sehebat Nara Diradja juga; sesuatu yang dia katakan, tidak melalui raja.

2.11. Sjahdan kemudian pada suatu hari sultan Muzaffir Sjah berada di depan orang-orang di istana;
Yang Mulia telah berada di depan orang untuk waktu yang lama, jadi raja datang untuk muncul.
Setelah keluar dari pintu, Sultan Muzaf fir Sjah juga masuk, karena sudah lama duduk; dia tidak tahu
tentang bendahara dan tang; kemudian pintu ditutup. Kemudian dalam hati bendahara Wak Radja
berkata:,,Jang Dipertuan mur kamu menginginkan aku, jadi begitu aku datang, raja masuk, jadi
pintunya tertutup untuk orang". rumahnya; lalu dia makan ratjun dan mati. Bahkan orang
mengatakan kepada sultan Muzaffir Sjah:,,Bendahara rangkaian Wak Radja sudah mati". Kemudian
raja terkejut mendengarnya, jadi dia berkata kepada wanita itu:,,Apa hal pertama dan mengapa
bendahara itu mati?" Kemudian Indera Segara berdoa:,,Karena Anda adalah tikus, Tuanku". Maka ia
menyampaikan semua rincian urusannya kepada raja, sehingga raja terlalu sedih, lalu ia pergi untuk
menguburkan bendahara deret Wak Radja seperti kebiasaan orang-orang besar, maka raja pergi lagi;
Tujuh hari Baginda tak bermahkota, memohon kepada bendahara sinetron Nara Wak Radja. Setelah
itu, Nara Diradjalah diangkat menjadi bendahara.

12.12. Jadi ada tiga putra bendahara seri Wak Radja; wanita yang sangat tua, tun Kudu, terlalu
tampan, jadi dia dinikahi oleh sultan Muzaf fir Sjah; yang di tengah adalah laki-laki, Tun Perak na
manja, dan yang bungsu adalah Tun Perpatih Putih. Adapun Tun Pérak, ia tidak harus bekerja, maka
ia pergi ke Kelang untuk menikah; dia tinggal di Klang selamanya. Bahkan setelah berapa lama orang
Kelang menolak penghulunya, ia pergi ke Malaka untuk meminta penghulu lain. Urutan gulat
Muzaffir Sjah: Siapa yang Anda inginkan untuk pemimpin Anda?" Kemudian orang-orang Kelang
berdoa:,, Tuanku, jika ada hadiah untuk saya, saya akan meminta Perak untuk menjadi pemimpin
saya. Kemudian Yang Mulia berkata: ,,Baiklah; tun Pérak menjadi pemimpin orang Klang". Wa 'Llahu
a'lanı bi's-sawäb, wailaihi'l-mardji wa'l ma ab.

Anda mungkin juga menyukai