Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN DAN KARAKTER SERTA KOPETENSI

PRAKTIS PROPESIONAL ANTI FRAUD DAN AUDIT


INVESTIGASI BESERTA TUJUAN

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
hidayah ridlo serta karunian-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
makalah yang berjudul: “Pengertian Dan Karakter Serta Kopetensi Praktis Propesional
Anti Fraud Dan Audit Investigasi Beserta Tujua “ dimaksudkan untuk memenuhi Tugas
mata kuliah Investigasi Kecurangan Akuntansi dan Perpajakan. Disadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik selalu
diharapkan demi perbaikan lebih lanjut.

Bengkulu, 27 Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4

2.1 Pengertian Profesionalisme Auditor..............................................................4

2.1.1 Pengertian Profesionalisme....................................................................4

2.1.2 Pengertian Profesionalisme Auditor......................................................5

2.1.3 Pengertian Independensi Auditor...........................................................6

2.1.4 Pengertian Independensi Auditor...........................................................6

2.1.5 Pentingnya Indenpendensi.....................................................................7

2.1.6 Atribut dan Karakteristik Audit Forensik..............................................7

2.1.7 Karakteristik Pemeriksa Fraud Berdasarkan Association of Certified


Fraud Examine......................................................................................9

2.2 Pengertian Audit Investigasi..........................................................................10

2.2.1 Tujuan Audit Investigasi........................................................................10

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................11

3.1 Kesimpulan....................................................................................................11

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan

kecurangan (fraud) dalam bentuk fraud tree yaitu sistem klasifikasi mengenai hal-

hal yang ditimbulkan oleh kecurangan, yang terbagi dalam 3 (tiga) jenis atau

tipologi berdasarkan perbuatan yaitu penyimpangan atas asset (asset

misappropriation), pernyataan palsu atau salah pernyataan (fraudulent statement)

dan korupsi (corruption). Fraud adalah sebuah masalah yang semakin berkembang

dewasa ini. Pelakupelaku yang melakukan fraud pun saat ini tidak hanya terbatas

pada golongan atas, namun sudah banyak yang menyentuh lapisan bawah. Hal ini

tentu menjadi salah satu yang perlu kita waspadai dan peduli terhadap sekeliling

tempat kita bekerja.

Perkembangan ilmu akuntansi telah memasuki wilayah investigasi dan

forensik untuk mendeteksi kecurangan. Permasalahan dan solusi mengenai

kecurangan biasanya dipandang dari sudut ekonomi, sosiologi, budaya, sistem

pemerintahan maupun segi hukum. Namun pada segi akuntansi, masih jarang

terlihat kontribusi nyata dari akuntan dalam melawan kecurangan (fraud). Dalam

hal ini para akuntan dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam bidang

akuntansi yang didukung oleh pengetahuan luas di bidang ekonomi, keuangan,

perbankan, perpajakan, bisnis, teknologi informasi, dan tentunya pengetahuan di

bidang hukum. (Rika, 2016). Fraud atau kecurangan adalah objek utama dari
2

akuntansi forensik dan dibuktikan dalam audit investigatif. Akuntansi forensik

adalah penerapan disiplin ilmu akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada

masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di

sektor publik maupun privat. Pada awalnya akuntansi forensik merupakan

perpaduan yang sederhana antara akuntansi dan hukum, tetapi pada kasus yang

lebih rumit ada tambahan ilmu yang terkandung dalam akuntansi forensik yaitu

ilmu audit. (Tuanakotta, 2014). Audit forensik lebih menekankan proses pencarian

bukti serta penilaian kesesuaian bukti atau temuan audit tersebut dengan ukuran

pembuktian yang dibutuhkan untuk proses persidangan.

Audit forensik merupakan perluasan dari penerapan prosedur audit standar

ke arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan persidangan di pengadilan. Dalam

membuktikan apakah seseorang melakukan kecurangan (fraud) harus didukung

oleh alatalat bukti yang kuat, sedangkan untuk memperoleh alat bukti yang kuat

diperlukan metode yang tepat dan relevan salah satu metode yang digunakan yaitu

jasa auditor forensik (Hakim, 2014). Dalam hal ini keahlian auditor forensik

sangat dibutuhkan.

Hal ini menuntut setiap auditor harus memiliki sikap profesionalisme

dalam melakukan tugasnya. Hal ini berarti auditor dituntut untuk memiliki

keterampilan umum yang dimiliki auditor pada umumnya dan merencanakan serta

melaksanakan pekerjaan menggunakan keterampilan dan kemahiran

profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional

dengan cermat dan seksama, memungkinkan auditor untuk memperoleh

keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
3

yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Pengalaman audit

ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait

dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Auditor yang telah memiliki

banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan

kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam

laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang

lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang

sedikit pengalamannya (Ansah dan Kushasyandita, 2014).


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Profesionalisme Auditor

2.1.1 Pengertian Profesionalisme

Menurut pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika

memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas

sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan

menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan

tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan.

Pengertian profesionalisme yang baku menurut kamus besar bahasa

Indonesia yaitu kata profesionalisme berasal dari kata profesi yang 14 mempunyai

arti “bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.” Pengertian

profesionalisme adalah mutu, kualitas dan tidak tanduk yang merupakan ciri suatu

profesi atau orang yang ahli dibidangnya atau profesional.

Menurut Alvin A.Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley dialih bahasakan

oleh Herman Wibowo (2008:105) definisi profesionalisme sebagai

tanggungjawab individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi

undang-undang dan peraturan masyarakat yang ada. Jadi, ada beberapa kriteria

untuk menjadikan seorang auditor itu menjadi profesional, seorang auditor juga

harus mentaati standar yang ada dan tidak memihak pada suatu klien. Serta harus

bertanggungjawab atas laporan-laporan yang disajikan.


5

2.1.2 Pengertian Profesionalisme Auditor

Pengertian Profesionalisme Auditor Menurut Alvin A.Arens, Randal

J.Elder, Mark S.Beasley dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2008:105)

definisi Profesionalisme Auditor, yaitu : “Profesionalisme Auditor merupakan

tanggungjawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggungjawab diri

sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat, akuntan publik

sebagai profesional mengakui adanya tanggungjawab kepada masyarakat, klien

serta rekan praktisi termasuk perilaku yang terhormat meskipun itu berarti

pengorbanan diri.”

Jadi, dalam persyaratan profesional seorang auditor harus memiliki

pendidikan dan pengalaman praktik dibidangnya, selain itu seorang yang

professional harus juga bertanggungjawab terhadap profesinya dan

bertanggungjawab untuk mematuhi semua standar yang tertera.

2.1.3 Pengertian Independensi Auditor

Kata independensi merupakan terjemahan dari kata “independence” yang

berasal dari bahasa inggris. Dalam kamus Oxford Advance learner’s Dictionary of

Current English terdapat entri kata “independence” bermakna tidak tergantung

atau dikendalikan oleh (orang lain atau benda) tidak mendasarkan diri pada orang

lain bertindak.

Menurut Alvin A.Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley dialih bahasakan

oleh Herman Wibowo (2008:111) definisi independensi, yaitu : “Independensi

adalah peraturan perilaku yang pertama. Independensi dalam audit berarti

mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen
6

dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam

fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan

sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan

(independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi

ini. Bila auditor independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka

menjadi penasihat untuk klien, sebagian besar nilai dari fungsi audit telah hilang.”

2.1.4 Pengertian Independensi Auditor

Arthur W. Holmes, David C. Burns (1975:78) menyatakan bahwa

independensi auditor, yaitu : “Tulang punggung akuntansi publik profesional

adalah independensi auditor.

Ini dibuktikan oleh fakta bahwa independensi itu dengan jelas dimuat di

dalam kode etika dan di dalam norma pemeriksaan akuntan. Independens harus

ditafsirkan sebagai bebas dari bujukan, pengaruh, atau pengendalian klien atau

dari siapa pun juga yang punya kepentingan dengan audit. Jika auditor mengikuti

kemauan klien yang berlawanan dengan pertimbangannya sendiri, maka pendapat

yang dikemukakan auditor itu tidak ada artinya. Konsep independensi sekarang

ini kritis sekali, dan standar-standar yang digunakan untuk menilai independensi

sangat ketat.”

Menurut Mulyadi (2008:26) bahwa independensi auditor yaitu :

“Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan

oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti

adanya kejujuran dalam dari auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
7

pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam dari auditor dalam merumuskan

dan menyatakan pendapatnya.”

2.1.5 Pentingnya Indenpendensi

Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen

dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang

meletakan kepercayaan atas laporan auditor independen, seperti calon-calon

pemilik dan kreditur. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap

auditor sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan

masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa sikap independensi auditor

ternyata berkurang.

2.1.6 Atribut dan Karakteristik Audit Forensik

Atribut Audit Forensik Davia dalam Tuanakotta (2012:103) memberikan

contoh kecurangan lewat pembukuan seperti kickback atau bribery yang diambil

dari harga beli yang sudah di marked-up. Juga untuk off the book, seperti

penagihan piutang yang sudah dihapus dan penjualan barang yang sudah

diberitahukan.

Howard R. Davia dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif

(Tuanakotta, 2012:103-104) memberikan lima nasehat kepada seorang auditor

penulis dalam melakukan investigasi terhadap fraud pada umumnya dan korupsi

pada khususnya :

1. Dari awal upayakan “menduga” siapa pelaku. Dalam pengembangan

investigasinya, daftar pelaku yang diduga dapat diperpanjang atau diperpendek,

sesuai dengan bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan.


8

2. Fokus pada pengumpulan bukti untuk proses pengadilan.

3. Kreatif dalam mengembangkan teknik investigasi, berpikir seperti penjahat,

dan jangan mudah ditebak.

4. Kalau sistem pengendalian intern sudah baik, berbagai jenis fraud hanya bisa

terjadi karena persekongkolan. Investigator harus memiliki indra atau institusi

yang tajam untuk merumuskan “teori mengenai persekongkolan”. Ini adalah

sebagaian bagian dari “teori mengenai fraud”.

5. Kenali pola fraud. Ini memungkinkan investigator menerapkan teknik

investigasi yang mujarab. Dengan lima nasehat Davia tersebut, jelaslah

gambaran mengenai atribut khas dari seorang fraud auditor, investigator,

forensic accountant atau yang sejenisnya (penyelidik, penyidik, dan penuntut

umum)

Karakteristik Audit Forensik Bologna dan Lindquist dalam Tuanakotta

(2012:106), menyebutkan karakteristik apa saja yang harus dimiliki oleh seorang

akuntan forensic :

a. Kreatif, kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain anggap situasi

bisnis yang normal dan memperhatikan interpretasi lain, yakni bahwa itu tidak

merupakan situasi bisnis yang normal.

b. Rasa ingin tahu, keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi

dalam rangkaian peristiwa dan situasi.

c. Tak menyerah, kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun fakta

(seolah-olah) tidak mendukung, dan ketika dokumen atau informasi sulit

diperoleh.
9

d. Akal sehat, kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata. Ada

yang menyebutnya, perspektif anak jalanan yang mengerti betul kerasnya

kehidupan.

e. Business sense, kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya

berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat.

f. Percaya diri, kemampuan untuk memercayai diri dan temuan kita sehingga kita

dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa

penuntut umum dan pembela).

2.1.7 Karakteristik Pemeriksa Fraud Berdasarkan Association of Certified

Fraud Examine

a. Memiliki kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara

fair, tidak memihak, sahih dan akurat, serta pelaporan secara lengkap dan

akurat.

b. Mempunyai kepribadian yang menarik dan mampu memotivasi orang lain

untuk membantunya.

c. Mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.

d. Memiliki kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan dan

mampu untuk menarik Kesimpulan

2.2 Pengertian Audit Investigasi

Audit Investigasi adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti

terkait kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan Negara dan /

atau perekonomian Negara, untuk memperoleh kesimpulan yang mendukung

tindakan litigasi dan/atau tidakan korektif manajemen. Audit Investigasi dapat


10

dilaksanakan atas permintaan Kepala Daerah dan Aparat Penegak Hukum. Audit

Investigasi termasuk didalamnya audit dalam rangka menghitung kerugian

keuangan Negara, audit hambatan kelancaran pembagunan, audit eskalasi audit

klaim.

2.2.1 Tujuan Audit Investigasi

1. Memberhentikan manajemen. Tujuannya adalah sebagai teguran keras bahwa

manajemen tidak mampu mempertanggung-jawabkan kewajiban fidusiernya.

2. Memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukup dan relevannya bukti.

Tujuannya akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti

untuk meyakinkan hakim di pengadilan.

3. Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah.

4. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.

5. Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari

kerugian yang terjadi.

6. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku

kejahatan, mengerti kerangka acuan dari invetigasi tersebut; harapannya adalah

bahwa mereka bersedia bersikap kooperatif dalam investigasi itu.

7. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya.

8. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan.

9. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.

10. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.


11

BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Profesionalisme Auditor merupakan

tanggungjawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggungjawab diri

sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat, akuntan publik

sebagai profesional mengakui adanya tanggungjawab kepada masyarakat, klien

serta rekan praktisi termasuk perilaku yang terhormat meskipun itu berarti

pengorbanan diri. Jadi, dalam persyaratan profesional seorang auditor harus

memiliki pendidikan dan pengalaman praktik dibidangnya, selain itu seorang yang

professional harus juga bertanggungjawab terhadap profesinya dan

bertanggungjawab untuk mematuhi semua standar yang tertera. Serta Audit

Investigasi adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait kasus

penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan Negara dan / atau

perekonomian Negara, untuk memperoleh kesimpulan yang mendukung tindakan

litigasi dan/atau tidakan korektif manajemen.


12

DAFTAR PUSTAKA

Alfajar, Lukman Hakim. 2014. Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter di


Sekolah Dasar Negeri Sosrowijayan. Skripsi. Yogyakarta: FKIP PGSD
UNY.

Ambarwati, Rika. 2016. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,


Siklus Operasi Perusahaan,Likuiditas, Leverage, dan Klasifikasi Industri
Terhadap Manajemen Laba. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ansah, A. (2017). Pengaruh Desain Produk, Promosi, Dan Citra Merek Terhadap
Keputusan Pembelian . 178-189.

Arens, Alvin. A., Elder, Randal. J. And Beasley. Mark. S yang dialihbahasakan
oleh Herman Wibowo. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan
Terintegrasi Jilid I. Edisi Kedua belas. Jakarta: Erlangga

Holmes, Arthur W. and Burns, David C. 1975. Auditing Standards and


Procedures. 9th Edition. Homewood Illinois. Irwin, Richard D, Inc.

Mulyadi.2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Tuanakotta, Theodorus M. (2011). Berpikir Kritis Dalam Auditing. Salemba


Empat, Jakarta.

Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Audit Berbasis ISA (International Standards on


Auditing). Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai