DISUSUN OLEH
NAMA : ISKANDAR HINGKOIL
NIM : 1923755213
KELAS : 4B D3 AKUNTANSI
MATAKULIAH : PENGAUDITAN
BAB I PENDAHULUAN
2.1.2 Profesionalisme..............................................................................................................6
2.3 HIPOTESIS.......................................................................................................................23
3.4.1 Populasi.................................................................................................................30
3.4.2 Sampel...................................................................................................................30
Daftar Pustaka
Sumber Buku..........................................................................................................................vi
PENDAHULUAN
Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah
diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Auditor adalah orang yang memiliki
kompetensi untuk melakukan audit. Selain persyaratan kompetensi dan pendidikan, ada sifat
dan sikap yang perlu dimiliki oleh seorang auditor, baik yang berhubungan dengan prinsip audit
maupun personalitas auditor bersangkutan Sikap yang harus dimiliki seorang auditor berkenaan
dengan prinsip audit adalah (1) Sikap Etis adalah dasar dari sikap professional yang wajib
dimiliki auditor. (2) Penyajian yang objektif adalah auditor wajib menyampaikan teumuan
ketidaksesuaian dengan benar dan teliti, (3) Ketaatan professional adalah seorang auditor harus
menunjukan kesungguhan dalam penilaian audit dan memberi perhatian sesuai dengan
pentingnya tugas yang mereka lakukan sehingga dapat menimbulkan kepercayaan. (4)
Kemandirian adalah sikap dasar bagi seorang auditor untuk tidak memihak dan memberikan
kesimpulan audit secara objektif (5) Pendekatan berdasarkan bukti adalah metode rasional bagi
seorang auditor untuk dapat memperoleh kesimpulan aidit yang dapat
dipercaya(Zuhrawaty:2009).
Kinerja auditor juga menjadi tolak ukur kesuksesan suatu tugas untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada beberapa kasus keuangan dan menjadi perhatian utama. Klien akan merasa puas
dengan pekerjaan auditor yang dilakukan dengan tepat waktu dan sesuai dengan permintaan
yang diharapkan. Auditor diberikan rasa kepercayaan yang lebih. untuk itu auditor harus
memperhatikan kinerja yang dihasilkan Kinerja auditor yang baik akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat tentang profesi akuntan.
Namun, jika auditor melakukan perilaku yang merusak citra profesi akuntan maka masyarakat
akan tidak lagi percaya kepada akuntan. Beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan
kepercayaan publik pada bisnis dan pimpinan politik.
Hal ini ditunjukkan oleh adanya berbagai kasus yang terjadi seperti korupsi, praktek ilegal oleh
pimpinan perusahaan, dan profesional yang tidak kompeten. Kasus pelanggaran pada kinerja
auditor telah banyak terjadi seperti kasus ditangkapnya auditor KPK dalam dugaan korupsu
dalam bentuk suap terkait opini wajar tanpapengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap
Kemendes PDTT (Bahrullah Akbar. 2017).
Dalam kasus tersebut tidak diterapkannya dari etika profesi seorang audit Etika adalah Ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
(Ilhayul Ulum M.D, 2012). Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang
tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus.
Profesi adalah suatu bidang keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang
mensyaratkan kompetensi ( pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus
yang diperoleh dari pendidikan akademik yang intensif (Hendyat Seotopo, 2013) Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang biasa
disebut sebagai kode etik. Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang
memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi
masyarakat luas Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap profesional wajib mentaati
etika profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila menyangkut kepentingan
masyarakat luas.
Sebagai seorang auditor, hendaknya memiliki etika yang baik dalam melaksanakan
tugastugasnya. Salah satu kriteria profesionalisme pada perilaku auditor adalah ketepatan
waktu penyampaian laporan auditnya. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan
publik maka auditor dalam melaksanakan tugas audit harus berpedoman pada standar audit
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingakatan
masing-masing (Mohammad Ahyan Yusuf Sya'bani: 2018)
Maksud dari penelitian yang Penulis lakukan adalah untuk informasi mengenai Etika Profesi
serta Profesionalisme serta mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap Kinerja Auditor,
sebagai bahan uji penyusunan Proposal
Suatu penelitian dilakukan tentu memiliki beberapa tujuan. Adapun yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji sebagai berikut:
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Praktis
Bagi penulis, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian diharapkan dapat lebih
memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti program
perkuliahan Proposal Skripsi di Fakultas Ekonomi Universitas Langlangbuana.
2. Kegunaan Akademis
Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik
yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademika.
BAB II
Menurut Assegaf: 1991 dalam buku Ilhayul Ulum (2012: 92), Etika sebagai disiplinpribadi dalam
hubungannya dengan lingkungan yang lebih baik daripada apa yang sekedar ditentukan oleh
Undang-undang.
Pengertian Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak) (Ilhayul Ulum. 2012: 92). Etika sering disebut juga moral/akhlak, budi
pekerti adalah sifat dan wilayah moral, mental, jiwa, hati nurani yang merupakan pedoman
perilaku yang ideal, yang seharusnya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk moral (Harahap,
2000:92). Selanjutnya menurut Randal J. Elder (2005:61) Etika dapat didefinisikan secara luas
sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai. Masing masing kita memiliki
seperangkat nilai, meskipun kita belum meyakininya secara nyata. Etika merupakan ilmu yang
mendalami standar moral perorangan dalam standar moral masyarakat (Manuel G. Velasquez:
2005:10). Gary Dessler (2007:179) Etika mengacu pada prinsip-prinsip melaksanakan
pengaturan terhadap individu atau suatu kelompok.
Profesi adalah suatu bidang keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang
mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademik yang intensif (Hendyat Seotopo, 2013:88) Selanjutnya
menurut Siti Nafsiah (2000:67) Profesi dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan atau usaha
(trade) yang oleh pelaksana atau pelakunya secara terbuka dan didepan umum.
Menurut Ruslan (2018) dalam buku I Putu Jati Arsana (2018:77) Profesi berati suatu kegiatan
atau pekerjaan semula dihubungkan dengan sumpah atau janji yang bersifat religious Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Etika Profesi adalah Suatu kegiatan yang memiliki
prinsip moral atau nilai yang dimiliki masing-masing individu yang dalam kegiatannya dipilih dan
detekuni sesuai dengan bidang keahliannya.
Menurut Abdul Halim (2015:33) Prinsip Etika merupakan rerangka dasar bagi Aturan Etika yang
mengatur pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota. Prinsip Etika bukan
merupakan standar yang bias dipaksakan pelakasanaannya, sedangkan aturan etika merupakan
standar minimum yang telah diterima dan bias dipaksakan pelaksanaannya. Dalam Kode Etik
Akuntan Indonesia terdapat delapam prinsip etika sebagai berikut :
1. Tanggung jawab Profesi: "Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai
professional, setiap anggota harus senantiasa menggunaka pertimbangan moral dan
professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya"
2. Kepentingan Publik "Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme"
3. Integritas: "Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, stiap anggota
harus memenuhi tanggungjwab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin"
4. Obyektivitas "Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya"
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional "Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesionalnya yang kompoten berdasarkan perkembangan praktik,
legislasi, dan teknik yang paling mutakhir
6. Kerahasiaan: "Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada haka tau
kewajiban professional atau hukum untuk mengungkapkannya"
7. Perilaku Profesional "Setiap anggota berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditan profesi"
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2013:48), Etika Profesi (Kode Etik) dibuat dengan
tujuan untuk menentukan standar perilaku bagi para
akuntan, terutama akuntan public.Kode etik profesi diperlukan karena alasan-alasan sebagai
berikut:
2.1.2 Profesionalisme.
Menurut Badudu dan Zaini: 1989 dalam buku (Sedarmayati, 2012:76) Profesionalisme adalah a.
Bersifat profesi, b. Memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan. c.
Memperoleh bayaran karena pekerjaan itu. Selanjutnya menurut Hendyat Scotopo (2013:88)
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Profesionalisme dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaan menurut bidang dan tingakatan masing-masing ( Mohammad Ahyan Yusuf Sya'bani,
2018:33) Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Profesionalisme adalah suatu
kemampuan dan keterampilan seseorang yang diperoleh dari pendidikan untuk melakukan
pekerjaan dalam bidangnya masing-masing.
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi,
yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat
dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Apabila anggota kelompok profesi
itu menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan tercemar di mata
masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus mencoba menyelesaikan berdasarkan
kekuasaannya sendiri. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan
berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan
diubah seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan pengaturan diri profesi yang
bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar.
Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup
dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun
secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian dan
menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-baik.
Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2013:58), Auditor mempunyai tanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit pekerjaan auditor ini bertujuan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan klien yang diaudit bebas dari
salah saji material. Penyebab salah saji material itu dapat berupa kekeliruan, kecurangan
ataupun pelanggaran hukum Auditor bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji dalam
laporan. keuangan sebagai akibat dari unsur tindakan pelanggaran hokum, seperti tanggung
jawab auditor atas kekeliruan dan kecurangan dalam laporan keuangan Walaupun bukti audit
dan kecurangan dapat diperoleh untuk memberi keyakinan memadai, bukan berate mutlak
bahwa salah saji yang material akan terdeteksi.
Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi. baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan yang tidak material terhadap laporan keuangan.
Menurut Mulyadi (2002:28) Orang Atau kelompok yang melaksanakan audit dapat
dikelompokan menjadi tiga golongan :
a. Auditor Independen
Auditor Independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat
oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan para
pemakai informasi keuangan, seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor,
dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak)
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja diinstansi pemerintah
yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang
disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
c. Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan ( perusahaan Negara
maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi
Audit kinerja dapat meningkatkan kinerja suatu entitas yang diaudit dengan
Menurut I Gusti Agung Rai (2008,63) Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan
oleh auditor untuk melaksanakan audit kinerja dengan benar. Kompetensi yang dibutuhkan
oleh seorang auditor kinerja berbeda dengan kompetensi auditor keuangan. Terdapat tiga
macam kompetensi auditor kinerja, yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian
khusus.
a. Mutu personal
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus memiliki mutu personal
yang baik, seperti:
1. Rasa ingin tahu
2. Berpikiran luas
3. Mampu menangani ketidakpastian
4. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah
5. Menyadari bahwa beberapa temuan dapat bersifat subjektif
6. Mampu bekerja sama dalam tim
Disamping itu, auditor juga harus memiliki integritas yang tinggi serta dituntut untuk
memiliki kemampuan komunikasi yang baik, karena dalam audit kinerja banyak
dilakukan wawancara dan permintaan keterangan dari audit untuk memperoleh data.
b. Pengetahuan Umum
Seorang auditor harus memiliki pengetahuan umum untuk memahami entitas yang
diaudit dan membantu pelaksanaan audit. Pengetahuan dasar ini meliputi kemampuan
untuk melakukan review analitis. pengetahuan teori organisasi untuk memahami suatu
organisasi, pengetahuan auditing. Pengetahuan akuntansi mungkin akan membantu
menolah angka dan data, namun karena audit kinerja tidak memfokuskan pada laporan
keuangan maka pengetahuan akuntansi bukanlah syarat utama dalam melakukan audit
kinerja.
c. Keahlian Khusus
Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh auditor kinerja antara lain keahlian untuk
melakukan wawancara, kemampuan membaca cepat, statistic. keterampilan
menggunakan computer (minimal mampu mengoperasikan word processing dan spread
sheet), serta kemampuan menulis dan mempresentasikan laporan dengan baik.
Berikut ini akan dijelaskan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai perbandingan dengan
penelitian yang akan dilakukan :
Tabel 2.1
Penelitian-penelitiam sebelumnya
Etika adalah Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak) (Ilhayal Ulum, 2012:92) dan Profesi adalah suatu bidang keahlian (skill) dan
kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan,
sikap, dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan akademik yang
intensif (Hendyat Seotopo, 2013:88)
Sedangkan menurut Suwatno (2011:196) Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau
pelaksanaan kerja atau hasil untuk kerja dan Auditor adalah orang yang mendengar adanya
bukti dan berdasarkan pertimbangannya, memberikan kesimpulan (Supriyono, 2018:169)
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Farhan Muharom dapat diketahui bahwa secara parsial
etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Etika profesi berpengaruh terhadap kinerja
auditor secara signifikan sebesar 55,1%, sedangkan 44,9% merupakan pengaruh dari variabel
lain yang tidak diteliti misalnya kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan
intelektual. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ernawaty dapat disimpulkan bahwa
independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor, etika profesi berpengaruh terhadap
kinerja auditor, profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor, dan komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Menurut hasil penelitian Ghifari Firman Nurdira penelitiannya menunjukan bahwa secara
parsial maupun simultan terdapat pengaruh antara Etika Profesi. Komitmen Organisasi dan
Independensi, terhadap Kinerja Auditor.
Menurut hasil penelitian Haris Fuad penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman,
otonomi, dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja audit. Hal ini menunjukkan bahwa
pengalaman, otonomi, dan etika profesi berpengaruh terhadap peningkatan kinerja auditor.
Menurut Heru Kurniawan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengalaman, otonomi,
dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja audit. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman,
otonomi, dan etika profesi berpengaruh terhadap peningkatan kinerja auditor,
Dilihat dari hasil penelitian sebelumnya yang dapat diketahui bahwa secara parsial etika profesi
berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam
melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingakatan masing-masing (Mohammad Ahyan Yusuf
Sya'bani, 2018:33)
Selanjutnya menurut Suwatno (2011:196) Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau
pelaksanaan kerja atau hasil untuk kerja dan Auditor adalah orang yang mendengar adanya
bukti dan berdasarkan pertimbangannya, memberikan kesimpulan (Supriyono. 2018:169)
Besarnya pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor internal yaitu 38,0% sedangkan
pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja auditor internal yaitu 32,0% Secara simultan
profesionalisme dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor internal sebesar
70,0%, sedangkan sisanya sebesar 30,0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, seperti kompetensi, kepuasan kerja, kesesuaian peran dan komitmen organisasi.
Menurut hasil penelitian Ety Hairat hasil analisa dengan pendekatan PLS dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa profesionalisme, kompetensi dan komitmen organisasional berpengaruh
terhadap kinerja auditor, namun kepuasan kerja tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja
auditor.
Sedangkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS pada penelitian ini didapat hasil bahwa
tidak terdapat perbedaan antara profesionalisme, kompetensi, komitmen organisasional dan
kepuasan kerja antara auditor yang bekerja di KAP Padang dan Medan karena dimanapun
auditor bekerja maka standar pekerjaannya akan sama, seperti yang diatur dalam etika profesi
auditor..
Menurut Yolla Mentari Putri hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)) Terdapat pengaruh
positif dan signifikan Penerapan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor yang
ditunjukkan dari dengan r 2 (x1y) sebesar 0,213, dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,050
yaitu 0,003, dan persamaan garis regresinya Y- 18.155 0.470X1. (2) Terdapat pengaruh positif
dan signifikan Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor
2.3 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
ia ditolak jika faktanya menyangkan dan diterima jika faktanya membenarkan. Jadi hipotesa
merupakan dugaan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2018:2) yang dimaksud dengan metode penelitian adalah sebagai berikut:
"metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu,"
Metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian merupakan
langkah penting untuk memecahkan masalah-masalah penelitian. Dengan menguasai metode
penelitian, bukan hanya dapat memecahkan berbagai masalah penelitian, namun juga dapat
mengembangkan bidang keilmuan yang digeluti. Selain itu, memperbanyak penemuan-
penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan dunia pendidikan. (Saktini,
2016:35).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriftif dan
kuantitatif dan pendekatan asosiatif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala yang
ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan cara pendekatannya,
mengumpulkan data sebagai bahan untuk membuat laporan penelitian.
"Penelitian Deskriptif adalah penelitian untuk mengetahui keberadaan variable mandiri, baik
hanya satu variable atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan
variable lainnya (variable mandiri adalah variable. yang berdiri sendiri bukan variable
independen, karena kalau variable independen selalu dipasangkan dengan variable dependen."
Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui atau mengukur Pengaruh Etika Profesi dan
Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor. Variable penelitian yang akan dikaji dalam penelitian
ini dibagi tiga variable utama, yaitu variable bebas (X) yang terdiri dari tiga variable. (X1) Etika
Profesi. (X2) Profesionalisme. sedangkan variable terkait (Y) terdiri satu variable yaitu Kinerja
AuditorSugiyono (2014:23) menyatakan bahwa "Desain Penelitian harus spesifik. jelas dan rinci
ditentukan secara mantap sejak awal, menjadi pegangan langkah demi langkah". Desain
penelitian dihubungkan antara variable X dan variable Y.
Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012:38).
Operasionalisasi variable adalah kalimat penjelas tentang bagaimana operasi atau kegiatan
yang harus dilakukan untuk memperoleh data yang dimaksud. Operasinalisasi diperlukan untuk
menentukan jenis, indicator, serta skala dari variable-variabel terkait di dalam penelitian. Sesuai
dengan judul penelitian ini yaitu "Pengaruh Etika Profesi dan Profesionalisme terhadap Kinerja
Auditor", maka variable-variabel yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variable Independen
Variable ini sering disebut sebagai variable stimulus predictor. antecedent. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut variable bebas. Variable bebas adalah merupakan variable yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen
(teikat) (Sugiyono. 2012:39),
2. Variabel Dependen
Variable dependen sering disebut sebagai variable output, kriteria, konsekuen Dalam bahasa
Indonesia erring disebut sebagai variable terikat.. Variable terikat merupakan variable yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat. karena adanya variable bebas.
Tabel 3.1
Operasional Variable
2. Menggunakan
informasi tanpa
mementingkan
keuntungan pribadi
2. Auditor harus
memperoleh
pemahaman yang cukup
mengenal entitas
3. Auditor harus
memperoleh cukup bukti
1. Auditor menyajikan
Standar
pelaporan sesuaiprinsip-
Pelaporan
prinsip
2. Auditor harus
mengidentifikasi dalam
laporan audit
3. Auditor menetapkan
bahwa pengungkapanya
yang informatif belum
memadai audit harus
menyatakan dalam
laporan audit
4. Auditor menyatakan
pendapat mengenai
laporan yang ada secara
keseluruhan
2. Tunjangan
3.3 Sumber Dan Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangatlah penting karena berkaitan dengan tersedianya data yang
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian sehingga kesimpulan yang diambil
adalah benar. Oleh karena itu, penelitian metode pengumpulan data harus dilakukan dengan
cara yang tepat. Dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah:
1. Data Primer, adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab
masalah penelitiannya secara khusus. Pada umumnya data primer ini sebelumnya
belum tersedia, sehingga seorang peneliti harus melakukan pengumpulan sendiri data
ini berdasarkan kebutuhannya.
2. Data Sekunder, adalah data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan
dan dari sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan
mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek penelitian atau dapat
dilakukan dengan menggunakan data dari biro statistic (BPS).
Pengumpulan Data bisa didapat secara langsung ke lapangan dengan mempergunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode Observasi adalah suatu metode yang digunakan oleh peneliti dengan cara
pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakanperusahaan. Karakteristik
umum pendekatan observasional kondisi penggunaan antara lain data harus dapat
diakses oleh pengamatan, pengulangan, frekuensi perilaku dapat diperkirakan, peristiwa
tersebut harus mampu meliputi rentang waktu yang tidak terlalu lama. Ada beberapa
alasan pemilihan data onservasional yaitu observasi merupakan satu-satunya metode
untuk mengumpulkan informasi yang akurat dan hubungan antara keakuratan data dan
biaya lebih menguntungkan bagi metode observasi anding dengan teknik lainnya.
b. Metode Wawancara
Metode Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara bebas baik terstruktur maupun tidak terstruktur dengan
tujuan untuk memperoleh informasi secara luas mengenai objek penelitian. Metode
wawancara memerlukan waktu relative lebih lama. Wawancara memiliki sifat-sifat
penting dalam memperoleh data objektif dalam penelitian social dan dapat digunakan
sebagai tindak lanjut kuesioner terhadap responden.
c. Metode Kuesioner
Metode Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara menggunakan daftar
pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk dijawab dengan memberikan
angket. Pada umumnya isi materi kuesioner meliputi identitas respondes dan butir-butir
variable penelitian beserta alternative jawaban.
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian objek atau subjek yang diselidiki dari keseluruhan objek atau subjek
penelitian. Selain itu, sampel juga merupakan bagian dari populasi yang benar-benar mewakili
dari permasalahan yang akan diteliti.
Validitas menurut Sugiyono (2017:125) menunjukan derajat ketepatan. antara data yang
sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Untuk mencari
validitas sebah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika
koefisien antara item degan total item sama atau diatas 0,3 maka item tersebut dinyatakan
valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
Menurut Juliansyah Noor (2017:130) Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana alat
pengukur dikatakan konsisten, Jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama. Untuk diketahui bahwa perhitungan uji reliabilitas harus dilakukan hanya
padapertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi
syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas.
Menurut Sudman dan Blair, 1998 dalam buku Danang Suntoyo. Unsur yang menjelaskan
hubungan antara pengembangan sumber daya manusia dengan prokduktivitas kerja karyawan,
digunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan analisa nonstatistik yang membantu dalam penelitian.
Data-data yang diperoleh baik yang berupa angka maupun yang berupa table kemudian
ditafsirkan dengan baik. Sesuai dengan data yang diperoleh, analisis kualitatif digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara variable terpengaruh dengan yang mempengaruhi.
Dengan kata lain, analisis kualitatif cenderung dilakukan untuk data yang bersifat
kualitatif yang dikumpulkan dari riset eksploratori ( wawancara, diskusi, teknik proyeksi)
yaitu berupa kata-kata atau kalimat disebut juga data verbatim
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantatif adalah analisis yang menggunakan rumus-rumus statistic yang
disesuaikan dengan judul penelitian dan rumusan masalah, untuk perhitung angka-
angka dalam rangka menganalisis data yang diperoleh. Analisis kuantitatif ini dapat
dilakukan perhitungan manual atau dengan computer program statistic. seperti program
SPSS. Karena dengan bantuan perhitungan computer program. statistic selain cepat,
juga hasilnya lebih akurat.
3.6.1 Uji Asumsi Klasik Multikolineritas
Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau
lebih variable bebas atau independent variable (X₁2) dimana akan diukur keeratan hubungan
antara variable bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r). dikatakan terjadi
multikolinearitas, jika koefisien korelasi antar variable behas (x, dan x X dan X dan seterusnya)
lebih besar dari 0,60 (pendapat lain 0,50 0,70 0,80 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi
multikolineritas jika koefisien korelasi antar variable bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r
0,60) Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolineritas dapat digunakan cara lain yaitu
dengan :
Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistic (a).
Nilai variance inflation factor (VIF) adalah factor inflasi penyimpangan baku kuadrat.
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varian dari
residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai
varian yang sama disebut terjadi homoskedastisitas. dan jika variannya jika tidak sama atau
berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z
prediction (ZPRED) yang merupakan variable bebas (sumbuX-Y hasil prediksi) dan nilai
residualnya (SRESID) merupakan variable terikat
Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan pengolahan data
antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah maupun diatas titik origin (angka 0) pada sumbu Y
dan tidak mempunyai pola yang teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-
titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-
bergelombang.
Daftar Pustaka
Sumber Buku
Nafsiah, S. (2000), Prof. Hembing Pemenang the star of asia award. Jakarta: Prestasi Insan
Indonesia
Rai, G. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik jakarta: Salemba Empat
Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.
Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Gustia, N. (2014). Pengaruh Independensi Auditor, Etika Profesi, Komitmen Organisasi, dan
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah.
Hairat, E. (2016). Pengaruh Profesionalisme. Kompetensi. Komitmen Organisasional dan
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pada Kantor Akuntan Publik di Padang dan Medan
Kurniawan, H. (2016). Pengaruh Pengalaman, Otonomi, dan Etika Profesi Terhadap Kinerja
Auditor
Putri, Y. M. (2015). Pengaruh Komitmen Organisasi, Profesionalisme, dan Perilaku Etis terhadap
Rizkiana, D. (2017). Pengarah Profesionalisme dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Auditor
Internal (Survey pada BUMN Sektor Industri Pengolahan di K.
Sumber Jurnal
Johannes, Edward, & Kadersih, S. (2014). Pengaruh Profesionalisme dan Kompetensi terhadap
Kinerja Auditor badan pengawas Keuangan.
Muliani, D. M. (2015). Pengaruh Pengalaman, Otonomi, dan Etika Profesi terhadap Kmerja
Auditor
Nugraha, S. A. (2015). Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, dan Pelatihan Auditor terhadap
Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
Pratiyaksa, & Wira, 1. A. (2016). Pengaruh Teknik Audit Berbantuan Komputer, Pelatihan
Pelatihan, Etika profesi terhadap Kinerja Auditor.
Putra, B. W., & Gede, L. (2012) Pengaruh Independensi, Profesionalisme. Struktur Audit, dan
Role Stress terhadap Kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.
Sundy, A., & Dhini, S. (2015). Pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi dan Stuktur Audit
terhadap Kinerja Auditor
Sukenti, K., & Purnamawati. I. A. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja,
Motivasi kerja, Etika Profesi dan Gender terhadap Kinerja Auditor.
Sumber Internet.
https://arisandi21.wordpress.com/2012/12/04/pengertian-profesionalisme-ciri-ciri
profesionalisme Hakim, R. N. (2017, September 25). Nasional Kompas, Retrieved from Nasional
Kompashttps://nasional.kompas.com/read/2017/05/29/19113321/auditor.ditangkap
kpk.bpk.buka peluang audit ulang kemendes